Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

P.I. Oleo dan Petrokimia

PABRIK 1,3-PROPANADIOL

DISUSUN
OLEH
Kelompok 4
Aris Aprianto Cahyono 1507112015
Boy jansen Roberto Manik 1507113686
Chinthia Ramadhanti Putri 1507114946
Jenni Siska Ria Purba 1507123003

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat limpahan dan rahmat
Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas kuliah dengan
mata kuliah P.I. Oleo dan Petrokimia.
Makalah yang berjudul ”PABRIK 1,3-PROPANADIOL”. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa-mahasiswi Universitas Riau.
Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen atau pembaca kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Pekanbaru, September 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan penulisan…………………………………………………….......1
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………….... 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 1,3-Propanadiol .......................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Proses Pembuatan 1,3-Propanediol………………………….3
2.3 Pemilihan Proses dari 3 Proses Pembuatan 1,3-Propandiol…………….6
2.4 Uraian Proses...........................................................................................7
2.5 Analisa Ekonomi....................................................................................10
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................12
4.2 Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi terbarukan dan ramah lingkungan saat ini mulai dikembangkan untuk
menggantikan energi berbahan bakar fosil. Penggunaan energi berbahan bakar fosil
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan salah satunya yaitu menghasilkan emisi gas
rumah kaca. Emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Selain
berdampak negatif terhadap lingkungan ketersediaan bahan bakar fosil juga terbatas, karena
bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu energi terbarukan dan ramah
lingkungan mulai dikembangkan untuk mengatasi permasalahan penggunaan bahan bakar
fosil. Salah satu energi terbarukan dan ramah lingkungan yang mulai dikembangkan yaitu
biodiesel.
Biodiesel merupakan mono alkil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan ataupun
lemak hewan. Dalam proses produksi biodiesel terdapat reaksi transesterifikasi antara minyak
dan alkohol dengan bantuan katalis. Reaksi transesterifikasi memproduksi hasil
samping/limbah berupa gliserol sebanyak 10% dari total biodiesel yang diproduksi. Konversi
limbah gliserol menjadi produk yang bernilai tinggi tidak hanya memberikan keuntungan
dalam hal ekonomi bagi industri, tetapi juga dapat berdampak positif bagi lingkungan, yaitu
dapat mengurangi jumlah limbah gliserol yang dihasilkan dari industri biodiesel. Salah satu
produk potensial dari konversi gliserol yaitu 1,3-propanediol (1,3-PD).
Beberapa produk yang menggunakan 1,3-Propanadiol seperti polimer, kosmetik,
makanan, pelumas, dan obat-obatan. 1,3-PD telah mendapat perhatian komersial sebagai
monomer penting untuk mensintesis jenis baru poliester, polytrimethylene terephthalate
(PTT), yang memiliki sifat yang sangat baik untuk digunakan oleh industri tekstil dan serat.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan tentang 1,3 propanediol.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan 1,3 propanediol.
3. Untuk mengetahui manfaat 1,3 propanediol.

4
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa itu 1,3 propanediol.
2. Bagaimana proses pembuatan 1,3 propanediol dari gliserol.
3. Apa manfaat dari 1,3 propanediol
4. Produk apa saja yang bisa dihasilkan dari 1,3-propandiol
5. Apa keuntungan memproduksi 1,3-propandiol dari segi ekonomi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 1,3 Propandiol


1,3 propandiol adalah satu produk fermentasi yang telah lama dikenal. Produk dari
hasil fermentasi ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1881 oleh August Freund.
Percobaan yang dilakukan saat itu adalah percobaan yang menggunakan glycerol-fermenting
mixed culture dengan mikroorganisme Clostridium pasteurianium. Selain mikroorganisme
tersebut, jenis mikroorganisme lain yang dapat digunakan untuk fermentasi gliserol menjadi
PDO adalah Klebsiella (K. pneumoniae), Enterobacter (E.agglomerans), Citrobacter (C.
freundii), Clostridium butyricum, dan Lactobacilli (L.brevis dan L. buchneri).
1,3-propandiol atau trimetil glikol merupakan senyawa kimia antara yang berharga
dan sekaligus mahal. Senyawa ini dapat digunakan sebagai aditif terhadap bahan tertentu
untuk meningkatkan unjuk kerja maupun sifat fisik bahan tersebut. Selain itu,
PDO juga merupakan monomer untuk pembuatan berbagai macam
polimer berharga di dunia.

2.2 Jenis-jenis Proses Pembuatan 1,3-Propanediol


Salah satu produk fermentasi tertua dari gliserol adalah 1,3-Propanadiol. 1,3-
Propanadiol adalah senyawa antara serba guna yang digunakan dalam sintesis heterosiklik.
Karena adanya dua gugus hidroksil pada posisi 1 dan 3, ditemukanlah aplikasi dari 1,3-
Propanadiol dalam produksi polimer, seperti poliester dan poliuretan. Pemanfaatan dari
gliserol mentah untuk memproduksi 1,3-propanadiol memberikan kesempatan adanya
kemungkinan untuk memanfaatkan nilai gliserol dari limbah.
Fermentasi gliserol dengan mikroba menjadi alternatif dalam sintesis 1,3 propanadiol
yang selanjutnya dapat disebut sebagai biosintesis. Proses biosintesis ini perlu dikembangkan
karena mudah ditangani dan biaya produksinya rendah. Fermentasi ini melibatkan dua reaksi
enzimatik. Reaksi enzimatik pertama dikatalisis oleh gliserol dehidratase untuk mengkonversi
gliserol menjadi 3 hidroksi propionaldehid dan air. Reaksi enzimatik kedua yaitu 3
hidroksipropionaldehid direduksi menjadi 1,3-propanadiol oleh propanadiol dehidrogenase.

6
Gambar 2.1 Biokonveksi Gliserol menjadi 1,3 Propandiol

Gambar 2.2 Perombakan Gliserol menjadi 1,3 Propandiol

Beberapa peneliti telah menggambarkan proses biologis ramah lingkungan untuk


konversi sumber daya terbarukan, seperti gliserol, untuk 1,3-Propanadiol. Mengingat hasil
dan pemulihan produk, perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan industri
1,3-Propanadiol, banyak perhatian telah dibayarkan kepada produksi mikroba, baik
menggunakan gliserol atau glukosa sebagai sumber karbon. 1,3-Propanadiol telah banyak
digunakan sebagai bahan kimia penting dalam polimer, kosmetik, makanan, obat-obatan dan
dalam banyak industri berbasis aplikasi lain, namun penggunaannya dibatasi oleh biaya
tinggi.
Beberapa produksi 1,3-propandiol dari berbagai senyawa dan reaksi:

1. 1,3-Propandiol dari etilen oksida


Reaksi:

7
Gambar 2.3 Proses Produksi PDO secara kimiawi oleh Perusahaan Degussa dan Shell (von
Ralf Bock, 2004)

Proses pertama menggunakan etilen oksida untuk kemudian diubah menjadi PDO
melalui penggunaan katalis dengan tambahan phosphine, air, karbon monoksida, hidrogen,
dan asam. Kondisi operasi pada suhu 25-250ºC tekanan 200-600 Psig. Jumlah hidrogen yang
dikontakan dengan 1,3-propandiol sekitar 0.05-100 cm3/gram 1.3-propandiol. Konversi
mencapai 50-70%. Katalis yang digunakan adalah golongan VIII A pada sistem periodik
dengan komposisi 2-20% katalis.

2. 1,3-Propandiol dari acrolein


Proses kedua terdiri atas reaksi hidrolisis dan hidrogenasi katalitik acrolein.
Penyiapan bahan baku dilakukan dengan hidrasi dalam fasa larutan kemudian menggunakan
katalis asam untuk membentuk HPA (3-hydroxypropanal). Setelah menyingkirkan acrolein
yang tidak bereaksi, kemudian campuran reaksi dihidrogenasikan untuk membentuk 1,3-
propandiol (PDO). Kemudian PDO direcovery dengan distilasi untuk memperoleh PDO
murni. Katalis yang digunakan yaitu Al2O3, SiO2 atau TiO2. Suhu operasi 30-80ºC, dan
konversi mencapai mencapai 50%.

3. 1,3-Propandiol dari gliserol


Reaksi metabolisme produksi 1,3-propandiol (PDO):

Gambar 2.4 Reaksi Pembuatan 1,3-Propandiol dari Gliserol.

Proses pembentukan 1,3-propandiol dengan menggunakan proses biologis


menggunakan mikroorganisme secara langsung maupun enzim yang dihasilkan oleh sumber–
sumber biologis. Mikroorganisme yang sudah digunakan secara komersil adalah Klebsiella

8
pneumoniae. Fermentasi berlangsung pada suhu 25–30ºC serta pH dijaga pada nilai 6,0–7,0.
Proses fermentasi berlangsung dalam kondisi anaerobik dengan mengalirkan gas N diperoleh
yaitu 69%.
Analisis biaya produksi dari sintesis 1,3-propanadiol dari gliserol oleh mikroba
Citrobacter, Klebsiella dan Clostridia strains pada reaktor berukuran lebih dari 2 m 3,
menyimpulkan bahwa proses mikrobial lebih menguntungkan dari segi biaya daripada
melalui proses kimiawi. Menurut Barbirato et al.(1995) melaporkan bahwa gliserol dapat
diubah melalui fermentasi oleh Enterobater agglomerans menjadi 1,3-propanadiol
dengan hasil 0,51 mol/mol gliserol.

2.3 Pemilihan Proses dari 3 Proses Pembuatan 1,3-Propandiol


1. Perbandingan Proses
Berdasarkan ketiga proses tersebut, maka perbandingan proses pembuatan 1,3-
propandiol dapat dilihat seperti tabel berikut:

2. Potensial Ekonomi

9
Dari Tabel 2.1 di atas dapat disimpulkan bahwa proses yang dipilih dalam menyintesis
1,3-propandiol yaitu dengan bahan baku gliserol dengan proses fermentasi. Hal ini
dikarenakan proses kimia dengan bahan baku ethylene oxide dan acrolein membutuhkan
tekanan yang tinggi, temperatur yang tinggi dan katalis sehingga akan mengakibatkan
mahalnya biaya produksi, sedangkan proses fermentasi tidak memerlukan tekanan dan
temperatur yang tinggi, dan juga tidak menghasilkan by-product yang bersifat toxic,
disamping itu gliserol yang digunakan merupakan sumber bahan baku terbarukan (renewable
source).
Selain berdasarkan kondisi operasi, juga ditinjau berdasarkan potensial ekonomi 1,3-
propandiol dari gliserol lebih besar dibandingkan dengan potensial ekonomi 1,3-propandiol
dengan bahan baku acrolein dan dari ethylene oxide yang menghasilkan keuntungan yang
kecil, karena mahalnya bahan baku dan katalis yang digunakan. Sehingga dipilih proses
pembuatan 1,3-propandiol dari gliserol yang menghasilkan potensial ekonomi yang lebih
besar.

2.4 Uraian Proses


1. Persiapan bahan baku
Pada sub bab berikut ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam penyiapan
umpan. Tahap-tahap tersebut terdiri dari penyiapan bahan baku utama berupa gliserol,
penyiapan inokulum (K. pneumoniae) dan penyiapan nitrogen (garam-garam mineral dan
amonia), dan penyiapan nitrogen.

a. Gliserol yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam produksi PDO ini adalah
crude glycerol yang dihasilkan sebagai limbah pada industri biodiesel. Agar dapat
digunakan sebagai bahan baku, gliserol harus melalui proses sterilisasi terlebih
dahulu. Gliserol yang digunakan memilki spesifikasi 80% gliserol, 6.5% air, K3PO4
7.5% serta sabun dan air sebesar 6%. Kondisi optimum untuk proses fermentasi
adalah konsentrasi awal gliserol sebesar 700 mmol/L dengan konversi sebesar 69%.
Sehingga perlu dilakukan pengenceran dengan menggunakan air agar konsentrasi
gliserol dapat mencapai kondisi optimum.
Proses sterilisasi perlu untuk dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan
mikroorganisme-mikroorganisme lain yang mungkin ada (kontaminan). Sterilisasi
dapat dilakukan dengan menggunakan uap jenuh bertekanan rendah (low pressure
steam) namun penggunaan steam dalam sterilisasi dapat mengakibatkan terjadinya

10
pelarutan bahan baku walaupun dalam jumlah sedikit. Selain dengan steam, sterilisasi
dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan panas dari unit penukar panas
menggunakan heat exchanger pada suhu 120ºC. Kemudian dilakukan pendinginan
hingga suhu fermentasi yaitu 37ºC.

b. Penyiapan inokulum
Tahap penyiapan inokulum dilakukan dengan tujuan memperbanyak jumlah
sel bakteri serta untuk mempersingkat waktu fermentasi di fermentor utama. Tahap-
tahap yang harus dilakukan untuk menyiapkan inokulum meliputi pemindahan biakan
bakteri dari agar miring ke labu erlenmeyer dan pemindahan dari labu erlenmeyer ke
fermentor berskala laboratorium. Komposisi pada medium agar dan medium
pembiakan sama dengan komposisi medium yang akan digunakan untuk proses
fermentasi pada fermentor utama.
Bakteri Klebseilla pneumoniae yang berada di dalam labu erlenmeyer
dibiakkan selama 1 hari. Setelah pembiakan selesai, kultur kemudian dipindahkan
secara aseptis ke fermentor berukuran kecil (skala laboratorium) dan dibiakkan
selama 12 jam. Setelah itu, proses inokulasi dilakukan ke dalam seed fermenter
dimana inokulasi ke dalam seed fermenter dilakukan 1 kali sehingga akan diperoleh
seed bakteri Klebseilla pneumoniae dalam jumlah yang cukup untuk proses
fermentasi di fermentor utama.

c. Penyiapan Nutrisi
Selain menggunakan gliserol sebagai bahan baku utama, terdapat pula bahan
baku lain berupa garam-garam yang dilarutkan serta larutan amonia sebagai sumber
N. Seperti halnya gliserol, sebelum digunakan dalam proses fermentasi, garam-garam
yang telah dilarutkan tersebut serta larutan amonia harus disterilisasi.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses sterilisasi bahan-bahan
baku untuk produksi PDO ini adalah proses sterilisasi bahan baku gliserol dan proses
sterilisasi nutrisi dilakukan secara terpisah untuk mencegah terjadinya proses
karamelisasi. Sterilisasi untuk nutrisi ini juga dilakukan secara kontinyu . setlah
sterilisasi, larutan-larutan garam serta larutan amonia tersebut kemudian dipindahkan
secara aseptis ke dalam fermentor yang tentunya telah disterilisasi pula.

d. Penyiapan larutan Amoniak (NH4OH)


NH4OH yang digunakan dalam reaksi berasal dari amoniak yang dilarutkan
dengan air. Amoniak berasal dari produk petrokimia yang memilki spesifikasi NH3

11
99.5% dan H2O sebesar 0.5%. Penambahan air hingga konsentrasi NH3 75%.
Kemudian disterilisasi melalui heat exchanger pada suhu 120ºC, kemudian
didinginkan hingga 37ºC.

e. Penyiapan Nitrogen
Nitrogen merupakan senyawa substansial dalam produksi PDO pada pabrik
ini. Hal ini dikarenakan proses produksi PDO dengan memanfaatkan bakteri
Klebseilla pneumoniae merupakan salah satu proses yang memanfaatkan reaksi
anaerobik (tanpa oksigen). Oleh karena itu, untuk memastikan tidak adanya oksigen
dalam fermentor utama, maka dialirkan gas nitrogen ke dalam fermentor secara
kontinu.

2. Fermentasi
Proses fermentasi dalam teknologi bioproses merupakan tahap yang paling penting
serta merupakan tahap utama. Temperatur, pH, konsentrasi substrat, ketiadaan oksigen
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan agar produksi PDO (oleh bakteri Klebseilla
pneumoniae) optimum. Fermentasi dilakukan secara batch. Pada pabrik ini, volume kerja
total untuk proses fermentasi utama adalah 104 m 3. Sedangkan untuk kondisi operasi,
fermentasi dilakukan pada temperatur 37ºC serta nilai pH dijaga pada pH netral.
Menurut reaksi pembentukan produk PDO:

jumlah kebutuhan amonia stoikiometris yang diperlukan untuk pembentukan satu mol PDO
adalah 0,062 mol amonia atau 35,14 kg amonia terlarut (NH4OH 25%-w H2O) dalam satu m3
volum kerja. Jumlah amonia harus dibuat berlebih agar pembentukan produk PDO dapat
optimum. Suplai amonia ke dalam fermentor utama diberikan excess sebesar 30% dari
kebutuhan amonia stoikiometri.
Selain itu, hal lain yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam proses fermentasi ini
adalah untuk menjaga kondisi proses tetap dalam keadaan anaerobik sepenuhnya. Hal ini
dilakukan untuk mencegah pembentukan etanol sebagai hasil reaksi samping. Untuk produk
yang dihasilkan selama fermentasi, dari reaksi 2.1 tersebut, dapat diketahui bahwa selain
PDO dihasilkan pula asam asetat (produk samping), karbon dioksida (CO2), serta biomassa.

12
3. Proses Pemisahan dan Pemurnian Produk
Setelah proses fermentasi selesai dilakukan, produk yang dihasilkan kemudian
dialirkan ke tahap mikrofiltrasi. Pada tahap ini, seluruh biomassa (bakteri Klebseilla
pneumoniae) dipisahkan dari air broth-nya dengan memanfaatkan driving force berupa beda
tekan dan perbedaan ukuran partikel yang dapat melewati pori-pori membran.
Selain berhasil memisahkan biomassa, tahap ini juga berhasil memisahkan ash dan
soap produk. Aliran keluar dari alat mikrofiltrasi ini (permeat) mengandung 85% w/w dari
aliran masuk. Setelah keluar dari membran mikrofiltrasi, aliran (permeat) kemudian
memasuki membran reverse osmosis. Pada tahap ini konsentrasi produk ditingkatkan dari
0,03 kg/L menjadi 0,2 kg/L dengan pemisahan sejumlah besar air. Larutan yang mengandung
produk dialirkan ke unit ion exchange. Pada tahap ini, garam-garam, CO2 yang terlarut serta
asam asetat yang terkandung di dalam aliran akan dihilangkan dengan memanfaatkan resin-
resin penukar ion. Penukaran ion dilangsungkan dalam 4 tahap, pada 4 kolom penukar ion
berisi jenis resin yang berbeda-beda. Tahap pertama adalah pertukaran ion menggunakan
resin asam lemah untuk memisahkan anion-anion basa kuat seperti SO42-, dan Cl-. Terakhir,
resin basa kuat digunakan untuk memisahkan kation yang masih tersisa. Hasil proses
pertukaran ion ini dapat dianggap hanya terdiri dari PDO, gliserol dan H2O.
Keluaran dari ion exchange kemudian diproses lebih lanjut pada tahap evaporasi
vakum. Di evaporator, proses yang akan terjadi adalah proses penguapan air yang masih
terdapat di dalam aliran produk dimana jumlah air yang berhasil diuapkan hampir 100%
(penguapan air mencapai 99,5%-w). Setelah melalui evaporator, selanjutnya aliran yang
masih mengandung produk PDO akan melalui tahap distilasi vakum. Pada proses distilasi ini
dengan memanfatkan perbedaan titik didih senyawa-senyawa yang ada, maka akan
dipisahkan antara produk PDO (top produck) dengan gliserol (bottom product) . Akhirnya
setelah tahap-tahap pemisahan dan pemurnian tersebut maka didapatkan produk 1,3-
propandiol dengankemurnian 99,84%-w.

2.5 Analisa Ekonomi


Crude gliserol sebagai produk hasil samping pembuatan biodiesel memiliki nilai
ekonomis yang rendah karena mengandung impuritis seperti metanol, asam lemak (sebagai
sabun) dan garam. Produksi crude gliserol akan meningkat seiring dengan meningkatnya
produksi biodisel. Menurut laporan DitJen Migas (1998) kebutuhan bahan bakar diesel
meningkat setiap tahunnya.

13
Crude gliserol tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan karena kandungan bahan
organiknya yang tinggi. Salah satu solusi untuk menangani jumlah produksi crude gliserol
yang terus meningkat adalah menjadikannya ke dalam bentuk produk yang lebih berharga.
Salah satu produk nilai tambah tinggi yang dapat dengan mudah dibuat dari gliserol adalah
1,3-Propanadiol. 1, 3-Propanadiol banyak digunakan untuk berbagai produk seperti polimer,
kosmetik, makanan, pelumas, dan obat-obatan. Produksi 1,3-Propanadiol dengan bahan baku
Crude Gliserol dilakukan dengan tahapan sebagai beikut:

1. Pemurnian Crude Gliserol


2. Pembiakan Bakteri Klebsiella Pneumonia
3. Fermentasi Gliserol
4. Distilasi
5. Analisa Hasil Fermentasi

Berikut merupakan rincian biaya pembuatan 1,3-Propanadiol dengan fermentasi


gliserol menggunakan bakteri klebsiella pneumoniae yang telah dilakukan selama penelitian
dengan basis bahan baku crude gliserol 5 liter.

1. Biaya pemurnian crude gliserol (5 ltr) Rp 60.000,-


2. Pembiakkan Bakteri (1 L) Rp 25.000,-
3. Fermentasi Rp 10.000,-
4. Distilasi Rp 10.000,-
5. Analisa Rp 250.000,-
Total Rp 355.000,-

Pada proses pemurnian crude gliserol sebanyak 5 liter akan menghasilkan gliserol
murni sebanyak 1,8 L. Setiap fermentasi 50 ml gliserol diperkirakan akan menghasilkan 20
ml 1,3-Propanadiol. Sehingga, diperoleh hasil 1,3-Propanadiol hasil fermentasi gliserol
sebanyak 1,8 L diperoleh sekitar 720 ml 1,3-Propanadiol. Dari rincian biaya yang telah
dilakukan di atas maka total biaya yang diperlukan untuk produksi 1,3-Propanadiol dengan
fermentasi gliserol adalah Rp 355.000,-

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. 1,3-propandiol atau trimetil glikol merupakan senyawa kimia antara yang berharga
dan sekaligus mahal. Senyawa ini dapat digunakan sebagai aditif terhadap bahan
tertentu untuk meningkatkan unjuk kerja maupun sifat fisik bahan tersebut.
2. Produksi 1,3-Propanadiol dengan bahan baku Crude Gliserol dilakukan dengan
berbagai tahapan yaitu pemurnian crude gliserol, pembiakan bakteri Klebsiella
pneumonia, fermentasi gliserol, distilasi dan analisa hasil fermentasi.

3. Salah satu produk nilai tambah tinggi yang dapat dengan mudah dibuat dari gliserol
adalah 1,3-Propanadiol. 1, 3-Propanadiol banyak digunakan untuk berbagai produk
seperti polimer, kosmetik, makanan, pelumas, dan obat-obatan.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak hal yang perlu di perbaiki, untuk itu saran dan kritikan yang sifatnya
membangun kami harapkan dari pendengar dan pembaca sebagai bahan evaluasi dan
pembelajaran bagi kami agar dalam pembuatan makalah kami selanjutnya lebik baik lagi.

15

Anda mungkin juga menyukai