Anda di halaman 1dari 20

BAB VI

TUGAS KHUSUS
PENGARUH PERSEN TOTAL SOLID (%TS) HBL DAN
PENAMBAHAN Na2SO4 TERHADAP KUALITAS GREEN
LIQUOR PADA UNIT RECOVERY BOILER 13 SECTION
6.1 Pendahuluan
6.1.1 Latar Belakang
Weak black liquor (WBL) merupakan sisa larutan yang digunakan pada
proses pemasakan chip kayu menjadi pulp di unit digester. WBL merupakan
limbah cair B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang jika langsung dibuang ke
sungai dapat menyebabkan pencemaran. WBL dapat mencemari lingkungan jika
tidak diolah kembali sebelum dibuang ke lingkungan Komposisi WBL terdiri dari
sodium, hidrogen, carbon, oksigen, sulfur, potasium, klorida dan silika (Manahan,
1993). PT. IKPP Tbk memanfaatkan kembali WBL tersebut menjadi bahan bakar
recovery boiler (RB).
Recovery Boiler (RB) adalah salah satu unit dengan metode pengolahan
limbah paling banyak digunakan di industri pulp and paper. WBL yang di kirim
ke unit RB diproses untuk menghasilkan green liquor (GL) dan steam. Green
liquor (GL) diproses lebih lanjut untuk menghasilkan white liquor (WL) yang
kemudian digunakan kembali sebagai larutan pemasak pada unit pulp making
(PM). Sementara itu, steam digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit
listrik tenaga uap. Dengan begitu, tidak ada limbah yang terbuang ke lingkungan
dan pemakaian zat kimia pada proses pulp making dapat dikurangi sehingga hal
ini dapat membantu mengurangi pencemaran serta menghemat biaya. Total solid
WBL sekitar 15% dan 85% air. WBL perlu ditingkatkan total solidnya agar
memungkinkan pada proses pembakaran. Peningkatan konsentrasi WBL menjadi
heavy black liquor (HBL) dilakukan pada vacuum evaporator. HBL memiliki
total solid sekitar 70 – 72% dengan nilai bakar sekitar 14500 kJ. Heavy Black
Liquor mengandung 20-30 % senyawa kimia anorganik dengan kandungan utama
yaitu Na2CO3, Na2SO4, NaOH, Na2S dan 40-50% senyawa organik yang berasal
dari kayu selama pemasakan di digester dan sisanya adalah air. Dengan

80
81

pembakaran Heavy Black Liquor ini, energi panas akan dilepaskan sekitar 3100-
3500 kkal/kg dry solid. Selanjutnya energi panas ini sebagian digunakan untuk
mengkonversi senyawa kimia anorganik dan sebagian lagi digunakan untuk
membangkitkan steam (Manahan, 1993).
Recovery digunakan untuk mengurangi penggunaan zat kimia dan untuk
menghasilkan high pressure steam yang akan dikirim ke unit Power Generator
(PG). High pressure steam digunakan pada proses penggerakan turbin generator
untuk menghasilakan daya/listrik. Listrik yang dipasok oleh unit Power Generator
(PG) digunakan untuk kebutuhan didalam pabrik baik dalam proses, kantor,
perumahan karyawan dan mess karyawan.

6.1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada tugas khusus ini, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh %TS dan penambahan Na2SO4 terhadap kualitas
green liquor pada Recovery Boiler (RB 13) PT. Indah Kiat Pulp and
Paper, Tbk, Perawang – Riau
2. Mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi persen total solid Black
Liquor dan kualitas green liquor
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses pada unit recovery
boiler dalam industri pulp dan kertas.

6.1.3 Ruang Lingkup


Tugas khusus ini dilaksanakan di PT. IKPP Perawang seksi Recovery
Boiler 13, pada tanggal 04 Februari – 28 Februari 2019. Dalam tugas khusus ini
penulis mencoba menganalisa pengaruh persen total solid heavy black liquor dan
penambahan Na2SO4 terhadap kualitas green liquor yang dihasilkan.

6.2 Tinjauan Pustaka


6.2.1 Recovery Boiler
Unit pulp making (PM) menghasilkan limbah cair berupa black liquor dari
sisa larutan pemasak di digester dengan konsentrasi Total Solid (%TS) yang
masih rendah atau disebut weak black liquor (WBL). WBL kemudian dikirim ke
unit vacuum evaporator (VE) untuk ditingkatkan konsentrasinya menjadi heavy
black liquor (HBL) dan dikirim ke unit recovery boiler (RB). Pada unit ini, HBL
82

digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan green liquor (GL) dan steam.
Steam akan digunakan sebagai penggerak turbin untuk menghasilkan listrik,
sementara GL akan dikirim ke unit recaustisizing (RC) untuk diproses lebih
lanjut. Pengolahan GL pada unit RC akan menghasilkan white liquor (WL) yang
kemudian dikirim ke unit PM untuk digunakan kembali sebagai larutan pemasak
kayu di digester. Sementara weak white liquor (WWL) yang juga dihasilkan pada
unit RC akan dikirim ke unit RB dan dicampur dengan smelt di dalam dissolving
tank untuk menghasilkan GL. Demikian proses terus berulang sehingga tidak ada
limbah yang terbuang.
Recovery Boiler (RB) merupakan suatu unit boiler yang berfungsi untuk
mereduksi sodium sulphate menjadi sodium sulphide sehingga memurnikan
senyawa-senyawa kimia anorganik yang terkandung dalam black liquor,
membakar kandungan organik black liquor dan sekaligus sebagai pembangkit
steam bertekanan tinggi. Bahan bakar boiler adalah black liquor yang telah
ditingkatkan kadar solidnya. Weak black liquor (WBL) memiliki 15–18% kadar
solid. Syarat agar black liquor dapat terbakar di furnace adalah kadar solidnya
lebih dari 72%. Oleh karena itu weak black liquor dipekatkan terlebih dahulu
menjadi heavy black liquor (HBL) dengan cara menguapkan air pada weak black
liquor dengan vacuum evaporator. Heavy black liquor mengandung senyawa
anorganik dengan kandungan utama Na2CO3, Na2SO4, NaOH, Na2S, dan senyawa
organik yang berasal dari kayu selama pemasakan di digester berupa serat kayu
dan lignin serta air. Energi panas yang terkandung dalam heavy black liquor
berkisar 3100-3500 kcal/kg dry solid
Energi panas digunakan untuk mengkonversi senyawa anorganik dan
membentuk steam bertekanan tinggi. Proses pengeringan pirolisis dan gasifikasi
terjadi sebelum HBL sampai ke dasar furnace oleh hembusan udara panas.
Pembakaran HBL pada furnace akan menghasilkan abu yang akan mengumpul
didasar furnace membentuk charbed. Abu yang sudah mencapai titik leleh akan
membentuk smelt. Proses gasifikasi berfungsi untuk mereduksi sodium sulfat
menjadi sodium sulfit. Reaksinya sebagai berikut :
Na2SO4 + 2C Na2S + 2CO2 ........................ (6.1)
Skema proses dari terbentuknya black liquor dapat dilihat pada Gambar 6.1
83

Gambar 6.1 Skema Proses Pembentukan Black liquor

Smelt akan keluar melalui smelt spout dan akan dialirkan ke dalam
dissolving tank. Smelt akan dicampur dengan weak white liquor (WWL) di dalam
dissolving tank untuk menghasilkan green liquor (GL). GL akan diolah kembali di
unit recaustisizing (RC) menjadi white liquor (WL). WL akan digunakan kembali
sebagai larutan pemasak kayu pada digester pulp making. Proses pada recovery
boiler juga menghasilkan steam bertekanan tinggi. Steam tersebut akan digunakan
sebagai penggerak turbin untuk menghasilkan daya/power yang digunakan untuk
listrik. Jumlah steam yang dihasilkan nanti tergantung pada jumlah HBL dan total
solid HBL yang di bakar.

6.2.2 Pembakaran Black Liquor


WBL (Weak Black Liqour) akan ditingkatkan total solidnya menjadi HBL
(Heavy Black Liqour) dengan konsentrasi black liqour 15% menjadi 75% didalam
vacuum evaporator. WBL dipompakan kedalam mixing tank 1. Didalam mixing
tank 1 WBL akan dicampurkan dengan soda ash dari hopper dan salt cake make
up yaitu Na2SO4 yang diaduk dengan agitator. Kemudian dipanaskan dengan low
84

pressure steam hingga temperatur 105-115oC agar mendapatkan campuran yang


sempurna dan tidak mengumpal. Selanjutnya WBL akan diumpankan ke WBL
flash tank, yang kemudian akan diumpankan ke unit PF 6 untuk memulai proses
menjadi HBL. HBL yang dihasilkan pada unit vacuum evaporator akan
diumpankan ke mixing tank 2 untuk dicampur dengan ash dari ESP 1 dan ESP 2.
Kemudian HBL akan dipompakan pada sistem perpipaan untuk disemprotkan
melalui spray gun kedalam furnace dan dikeringkan oleh hembusan udara panas
dengan medium pressure steam secara kontak langsung untuk mencapai
temperatur yang ditentukan yaitu 115-120oC, HBL disemprotkan kedalam furnace
melalui 12 set spray gun yang diletakkan pada dinding furnace diantara secondary
dan tertiary, dimana terdapat 3 set dikiri, 3 set dikanan, 3 set didepan, dan 3 set
dibelakang. Flow penyemprotan HBL tergantung kepada tekanan penyemprotan,
ukuran nozzle serta jumlah spray gun yang dipakai. Pembentukan charbed
didalam furnace tergantung kepada viscositas , flow penyemprotan HBL, sudut
penyemprotan, jenis dari spray gun dan jumlah pemberian udara serta tekanan
(Manahan, 1993).
Untuk memulai pembakaran di furnace dan untuk menstabilkan kondisi
pembakaran digunakan bahan bakar solar yang disemprotkan start-up burner dan
load burner kedalam furnace. Selama pembakaran terjadi beberapa proses yaitu
senyawa-senyawa organik terbakar melepaskan panas dan sebagian berubah
menjadi gas, sodium sulfat (Na2SO4) direduksi menjadi senyawa sodium sulfit
(Na2S) dan senyawa-senyawa anorganik meleleh seperti lahar merah yang disebut
smelt.
Area penyemprotan dari oscillating spray gun dapat divariasikan dengan
merubah panjang dari gun dan spray gun dan dengan merubah lip angle (sudut
lidah) dari nozzele. Apabila area penyemprotan harus dinaikkan, misalnya karena
rendahnya dry solid dari balck liquor sehingga pembakaran normal tidak bisa
dipertahankan maka stroke dari spray gun dapat dinaikkan dengan
memperpanjang lever (gun) dari spray gun tersebut. Didistribusi dari black liquor
pada kedua sisi dari furnace harus sama, untuk itu mengatur spray gun dapat
dilakukan dengan merubah sebuah “inner connecting rod” yang dikoneksi
diantara eccentric dari gearbox dan spraygun (Manahan, 1993).
85

Level area penyemprotan dari spray gun juga diatur dengan menaikkan
atau menurunkan gun dengan cara yang sama seperti diatas dan juga besarnya
area penyemprotan dapat dinaikkan atau dikurangi dengan menggerakkan
(memutar) ujung rod didalam eccentric. Dalam mempergunakan lip angle (sudut
lidah spray gun) harus dipilih dengan hati-hati untuk dimensi furnace yang sesuai.
Karena untuk furnace yang lebih lebar dan lebih besar penggunaan lip angle dari
spray gun yang terlampau kecil dapat menyebabkan masalah pembakaran pada
dinding tempat spray gun yang berlawanan dan bila lip angle yang terlampau
besar akan dapat menyebabkan masalah pada dinding tempat spraygun yang
sejajar sehingga dapat menimbulkan terjadinya carry over. Pergerakan osilasi dari
spray gun tidak boleh terlampau lebar dan temperatur dibagian daerah
pengeringan tidak boleh terlampau tinggi pada ruang pembakaran karena dapat
mempengaruhi atau menimbulkan terjadinya penguapan dari senyawa alkali dari
dalam charbed (Manahan, 1993).
Tekanan penyemprotan black liquor ke furnace biasanya bervariasi diantara
100 – 200 kPa (1-2 bar). Untuk tekanan penyemprotan yang tinggi akan
menyebabkan butiran – butir penyemprotan kecil sekali sehingga dapat
menyebabkan kemungkinan carry over dan penempelan deposit didaerah bagian
dalam boiler. Temperatur penyemprotan black liquor yang terlalu rendah akan
menyebabkan kurangnya distribusi yang merata sehingga akibatnya black charbed
(charbed yang gelap), karena itu kondisi pembakaran yang diinginkan adalah
pembakaran black liquor yang mempunyai tekanan dan temperatur yang stabil.
Tekanan penyemprotan dari black liquor juga tergantung kepada viskositas yang
tinggi dibutuhkan tekanan penyemprotan yang lebih tinggi (Manahan, 1993).
Proses pembakaran BL drop let terbagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap Penguapan Air (Drying)
Air yang terdapat pada BL diuapkan terlebih dahulu dengan panas di dalam
furnace termasuk panas dari udara secondary. Kecepatan penguapan air dari
tetesan BL dapat dinaikkan dengan cara menurunkan ukuran tetesan BL dengan
mengatur pola penyemprotan dari spray gun. Waktu pengeringan tetesan BL di
dalam furnace dapat dikontrol dengan pengaturan sudut penyemprotan spray gun.
2. Pyrolisis dan Pembakaran dari Gas-Gas
86

Sebagian dari bahan-bahan kimia yang mudah terbakar (combustible) di


dalam partikel liquor yang kering di gasifikasi (gasnya dikeluarkan) pada
temperatur tertentu. Gas pada BL terbentuk cepat sehingga BL tersebut terlihat
seperti tar yang kering, kemudian akan mengembang seperti berondong yang
mengeluarkan gas-gas. Gas-gas ini terjadi karena adanya pyrolisis dari bahan
combustible secara merata. Pembakaran gas umumnya berada pada level distribusi
udara secondary dan pada bagian atasnya, akhirnya pembakaran gas yang masih
lepas akan terjadi pada level distribusi udara tertiary.
3. Gasifikasi dari Charbed dan Pembakaran dari Gas
Charbed yang terbentuk di dasar furnace masih terdapat senyawa senyawa
organik yang akan digasifikasi (dikeluarkan gasnya) dan kemudian dibakar
dengan menggunakan udara primary dan sebagian udara secondary. Pembebasan
panas yang terjadi berfungsi untuk pengeringan tetesan BL dan kebutuhan reaksi
reduksi pada charbed. Proses pembakaran dapat dilihat pada Gambar 6.2 di bawah
ini.

High Pressure Superheated


Steam

Hot Flue Gas


Feedwater
Tertiary Air Combustion Completion

Black Liquor
Drying and Pyrolisis

Secondary Air
Combustion
Combustion Pyrolisis Active Layer
Melting
Primary Air

Flowing Smelt
Smelt
Frozen Smelt

Inactive Core (Frozen


Smelt, Non-Reduced Char)

Gambar 6.2 Proses Pembakaran Black Liquor (Manahan, 1993)


Proses reduksi Na2SO4 menjadi Na2S dengan adanya unsur karbon (C)
pada charbed dapat dilihat pada reaksi berikut :
Na2SO4 + 2 C Na2S + 2 CO2
87

Reaksi tersebut berlangsung akibat kurangnya oksigen, sehingga penting


diperhatikan agar tidak memberikan udara primary berlebih dan tetap menjaga
temperatur udara tetap tinggi. Kecepatan reaksi reduksi yang terjadi sebanding
dengan jumlah karbon yang aktif di dalam charbed. Bentuk charbed perlu
dipertahankan di dalam furnace karena mempengaruhi efisiensi reduksi. Reaksi
pembakaran senyawa anorganik pada furnace akan membentuk smelt dan dust.
Reaksi kimia pada furnace dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Flue Gas

Combustion Completion
CO + ½ O2 à CO2
Fume Generation
Tertiary Air Na(g) + S(g) à Na2SO4
NaOH(g) + S(g) à Na2SO4 (g) AS GAS

Black Liquor H2S Forming


Na2(g) Forming

Secondary Air CO + ½ O2 à CO2


Na2(g) Forming
H2S Forming H 2 + ½ O 2 à H 2O
Na2CO3 + C Na2(g) + CO
Primary Air + CO2
Char Combustion Sulfate Reduction
C + O2 CO2 Na2SO4 + 2C Na2S + 2CO2
C + ½ O2 CO
Smelt

Gambar 6.3 Reaksi Kimia pada Pembakaran di Furnacei (Manahan, 1993)

6.2.3 Udara Pembakaran dan Flue Gas


Udara dengan temperatur 30oC untuk pembakaran dihembuskan oleh
primary air fan menuju primary air ring, secondary air fan menuju secondary air
ring dan tertiary air fan menuju tertiary air ring. Udara primary dan secondary
dipanaskan terlebih dahulu dengan steam heater menggunakan low dan medium
pressure steam sampai temperatur mencapai 150 oC sebelum didistribusikan ke
setiap air ring yang diperlengkapi dengan damper-damper wind box untuk
mengatur tekanan dan pembagian udara yang merata. Udara tertiary yang
didistribusikan ke-tertiary air ring tanpa dipanaskan untuk mencegah agar
temperatur gas didaerah superheater tidak terlampau tinggi sehingga dapat
terhindar terjadinya panas yang berlebih (over heating) pada pipa-pipa
superheater.
1. Combusition Air System
88

Kebutuhan udara pembakaran black liquor ke furnace dilengkapi 3


tingkatan yang berbeda yaitu primary, lower dan upper secondary serta tertiary
air system. Kebutuhan udara untuk start up dan load burner diambil dari
secondary air system. Udara dimasukkan dari FDF melalui airport/winbox pada
dinding furnace. Winbox dilokasikan dalam tiga level yang berbeda sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Udara dari primary FD Fan dihembuskan menuju
primary air ductring yang terpasang disekeliling dinding luar dari furnace yang
selanjutnya didistribusikan kesetiap winbox. Air duct ring primary dihubungkan
ke 38 winbox, yang dibagi atas 4 unit air port dan setiap bagian diatur oleh sebuah
damper. Lokasi primary air port berada pada level 1 meter diatas lantai furnace.
Udara dari secondary FD Fan dihembuskan menuju secondary air duct
ring yang terpasang disekeliling dinding furnace (luar) yang selanjutnya
didistribusikan kesetiap lubang winbox, melalui pengaturan masing-masing
damper air port. Secondary air port berada pada level sekitar 4 meter diatas
furnace floor, dimana pada load tersebut ditempatkan 8 unit start up burner
dihubungkan langsung dari secondary air duct ring melalui pengaturan damper
tersendiri untuk setiap start up burner.
Udara dari tertiary FD Fan dihembuskan menuju tertiary air duct ring
yang terpasang dinding luar furnace pada bagian depan dan belakang furnace,
Level posisi HBL spray gun, dimana pendistribusian udara kesetiap lubang air
port diatur melalui damper air port. Udara primary dan secondary dipanaskan
terlebih dahulu pada masing-masing air heater sebelum didistribusikan ke air
duct ring dan udara tertiary didistribusikan langsung tanpa pemanasan.
2. Flue Gas
Flue gas terbentuk akibat adanya pembakaran dari bahan bakar black
liquor atau fuel oil dimana flue gas ini akan tertarik melalui superheater bank,
generating bank, economizer bank dan electric precipitator oleh dua buah
Induced Draft Fan (IDF). Pengontrolan press dari furnace dilakukan untuk
menjaga tekanan didalam bagian atas furnace tetap konstan yaitu diantara 3 – 10
mmWG. Pengontrolan ini terjadi oleh adanya signal dari furnace presseure
indicator mengatur speed putaran dari IDF yang dapat mem-balance draft
didalam boiler. Recovery boiler ini dilindungi oleh tekanan yang sangat tinggi
89

apabila terjadi oleh sebuah “Pressure Switch”, dimana primary dan secondary air
fan akan trip dengan sendirinya apabila terjadi tekanan furnace yang tinggi sekali.
Sedangkan untuk tekanan furnace yang rendah sekali juga dapat membuat IDF
trip dengan sendirinya, karena furnace pressure controller dan precipitator outlet
duct pressure indicators mempunyai informasi alarm untuk flow dan high
pressure yang diset dekat ke normal press untuk memberikan aba – aba dan
memberikan tindakan mencegah boiler trip.

Gambar 6.4 Gas buang melalui bagian boiler dan economizer (Manahan, 1993)

6.2.4 Teknik Pengoperasian Recovery Boiler


1. Feed Water System dan Dearator
Feed water (umpan air boiler) merupakan campuran antara steam
condensat dan demineralizer water make up yang dicampur di reservoir tank.
Feed water dipompakan ke dearator dimana feed water ini disemprotkan melalui
bagian atas dearator dengan hembusan steam dari bagian bawah dalam temperatur
130°C dan melepaskan senyawa oksigen bebas dari feed water. Selanjutnya feed
water mengalir malalui tiga lapisan perforated plate masuk ke steam scrubbing
vesel dan over flow ke dearator tank. Sebagian uap dan oksigen keluar melalui
90

venting dearator. Untuk penyempurnaan penghilangan oksigen bebas, disuntikan


senyawa hydrazin (N2H4) kedalam dearator. Dari dearator, feed water dipompakan
menuju boiler dengan menggunakan feedwater pump.Feedwater pump terdiri dari
3 unit (50 Hz dan 1 unit (60 Hz) yang kapasitasnya lebih kecil. Pada operasi
normal digunakan feed water 1 unit (50 Hz) dan feed water lainnya standby. Pada
operasi nornal digunakan feed water (60 Hz).
2. Sirkulasi Air Boiler dan Steam
Feed water di dearator dipompakan ke header bawah economizer I melalui
pipa dengan diameter luar 159 mm. Dari header bawah economizer I air bergerak
ke atas menuju header atas economizer I melalui 67 baris pipa economizer. Dari
header atas economizer I air bergerak turun ke header bawah economizer II, dari
sana air ke atas melalui 67 baris perpipaan economizer II ke header atas. Feed
water sedang dipanaskan dari temperatur 130°C hingga 230°C dan akan mengalir
ke steam drum melalui 6 penghantar pipa pengeluaran. Ada 6 pipa down comer
secara keseluruhan dua pipa down comer dihubungkan ke header bawah boiling
tube panel atau generation bank sebagai penghubung air dari steam drum ke
generation bank.
Campuran air dan steam yang ada di generation bank akan mengalir ke
steam drum dan di dalam steam drum ini air boiler fase cair dan fase uap
dipisahkan oleh cyclone separator. Di mana uap yang terbentuk terkumpul pada
level atas steam drum di mana saturated steam dan air boiler pada level bawah
steam drum di sirkulasikan kembali. Akibat pelepasan uap yang terbentuk kadar
mineral di steam drum makin lama semakin mengental. Maka untuk
mengstabilkan kadar air mineral dari sejumlah kecil air boiler di dalam steam
drum dibuang secara kontiniu menuju kontinual blow down expantion tank. Di
continual blow down expantion tank air boiler sebagian berubah menjadi uap dan
dialirkan menuju dearator, sementara sisanya di buang ke blow down tank. Untuk
menjaga mutu air boiler, di suntikkan senyawa kimia sodium hydroksida (NaOH)
dan sodium phospat (Na3PO4) di perpipaan feed water menuju economizer I.

6.2.5 Superheater dan Main Steam


Uap jenuh yang terkumpul di steam drum dinamakan saturated steam,
dialirkan melalui screen tube menuju superheater I, II, III. Di daerah ini uap
91

dipanaskan dari kondi saturated steam hingga superheated steam. Daerah


penginjeksian feed water terletak di antara header superheater dengan
superheater II dan superheater III.
Pada kondisi operasi normal, temperatur steam pada dearator superheater
dapat dikontrol sebagai berikut :
- Temperatur steam setelah S/H I = 343°C
- Temperatur steam setelah S/H II = 387°C
- Temperatur steam setelah S/H III = 455°C
Superheated steam merupakan steam hasil akhir yang akan di kirimkan ke
turbin generator. Seksi recovery boiler melakukan pengontrolan dengan
pengaturan pH=8 dan conductivity ± 3 µs/cm. Sampel superheated steam diambil
dari jalur perpipaan main steam setelah superheated III outlet header. Faktor yang
mempengaruhi kualitas saturated steam adalah :
a. Kualitas saturated steam
b. Kualitas desuperheating steam
c. Kondisi temperature pada setiap tingkat superheater
Superheated terdiri dari 4 tingkatan yaitu primary I, primary II, secondary,
dan tertiary. Superheated berada di atas furnace dan nose, serta. Ini berguna
untuk melindungi superheated dari radiasi screen panas langsung. Untuk steam
flow berada pada secondary dan tertiary. Sedangkan, untuk primary I dan
primary II adalah counter flow. Didalam superheated terdapat 2 attemperator,
yang berfungsi untuk menghasilkan kualitas steam yang bersih dengan temperatur
yang baik pipa superheated interconection menyilang berguna untuk penyerapan
panas yang seimbang. Termocouple dipasang pada pipa superheated outlet di
dalam furnace di atas atap serta pada bagian dasar untuk mengukur temperature
elemen logam. Kegunaan termocoupel ini adalah untuk memonitor temperatur
sewaktu start up sehingga pipa tidak bengkok, dengan mengatur temperatur
furnace 480oC. Kebutuhan udara pembakaran dihembuskan melalui primary,
secondary, dan tertairy yang ada disekitar furnace. Pembagian udara dapat diatur,
sebagai berikut ini:
a. Primary air flow diantara 30% - 35% dari kebutuhan udara total.
b. Secondary air flow diantara 50% - 60% dari kebutuhan udara total.
92

c. Tertiary air flow diantara 10% - 15% dari kebutuhan udara total.
Primary, secondery, dan tertiary di pasang secara tersusun pada dinding
furnace untuk mendistribusikan udara sesuai kebutuhan, untuk mengeringkan dan
pembakaran black liqour serta untuk reduksi Na2SO4.

6.2.6 Total Solid (%TS)


TS (Total Solids) BL adalah ukuran semua padatan tersuspensi, koloid,
dan terlarut dalam black liquor (BL). Total solid weak black liquor (WBL) yang
merupakan. by product pulp making yaitu hasil pencucian pulp pada unit digester
liquor berkisar antara 15% - 18% Sehingga WBL ini harus dipekatkan di Vacuum
Evaporator hingga TS mencapai lebih dari 70% agar dapat terbakar di furnace
recovery boiler.
Vacuum Evaporator merupakan unit tempat terjadinya pemekatan Weak
Black Liquor (WBL) sebagai hasil pencucian pulp pada unit Pulp Making menjadi
Heavy Black Liquor (HBL) yang kemudian akan digunakan sebagai bahan bakar
di Recovery Boiler dengan cara meningkatkan kandungan total solid (TS) nya
melalui proses penguapan secara vakum. Pada PFT outlet dipasang density-meter
untuk mengetahui %TS product, bila rendah dari standar range, liquor
disirkulasikan lagi ke spill tank dan bila masih dalam range, liquor dikirim ke
HBL tank. Pada HBL tank dipasang steam heater di daerah Conical Bottom agar
temperatur yang diinginkan bisa dicapai/dipertahankan. Pada HBL tank juga
dipasang pompa sirkulasi yang berfungsi meratakan temperatur liquor agar tidak
terjadi penyumbatan.
Media pemanas yang digunakan pada vacuum evaporator berupa steam.
Ada dua jenis steam yang digunakan yaitu low pressure steam (LP Steam) dengan
tekanan 2,5-4 bar dan suhu 160-200oC serta medium pressure steam (MP Steam)
dengan tekanan 10-15 bar dan suhu mencapai 250oC. Total solid (%TS) BL dapat
berfluktuasi sampai ± 10-15%, sehingga mengakibatkan variasi nilai bakar dari
BL. Komposisi senyawa organik yang mudah terbakar dan senyawa anorganik
yang tidak mudah terbakar di dalam BL juga mengakibatkan variasi total solid
yang disebabkan produksi liquor dengan bahan baku kayu yang berbeda. Variasi
sifat-sifat dari BL juga disebabkan perbedaan yield (komposisi serat) dan variasi
93

komposisi bahan kimia aktif (sodium sulfida, sodium hidroksida) serta bahan
kimia tidak aktif (sodium sulfat dan sodium karbonat) di dalam BL.
Viskositas HBL tergantung pada %TS dan temperatur HBL. Viskositas
tinggi akan menyebabkan semprotan HBL di spray gun terlalu kasar sehingga
sulit terbakar di furnace, demikian sebaliknya jika viskositas HBL terlalu rendah
akan menyebabkan semprotan HBL terlalu halus dan meningkatkan terjadinya
carry over dan chemical loss (Manahan, 1993).

6.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Green Liquor


Adapun hal yang mempengaruhi kualitas green liquor di dalam suatu
proses adalah sebagai berikut :
1. % Total Solid (TS)
HBL memiliki kualitas baik pada rentang %TS nya sebesar ≥ 70 %TS.
Jika 71 %TS berarti 71% adalah HBL sedangkan 29 % nya lagi air. Jika air yang
ada di dalam HBL lebih dari 29 %, maka pembakaran yang terjadi di dalam
furnace tidak sempuna. Semakin tinggi %TS bahan bakar yaitu HBL maka
semakin tinggi pula nilai steam ratio yang dihasilkan. Pembakaran yang tidak
sempurna akan mengakibatkan kecepatan reduksi yang diinginkan tidak tercapai
(< 95%). Kandungan air yang ada di dalam heavy black liquor sebagian akan
diuapkan sewaktu heavy black liquor disemprotkan menuju charbed, hal ini dapat
terjadi karena adanya gas dari charbed dan udara secondary yang panas.
2. Temperatur HBL
Temperatur HBL disesuaikan dengan %TS HBL yang ada. Jika %TS tinggi
maka temperatur yang digunakan juga tinggi. Hal ini dikarenakan agar pada saat
HBL disemprotkan menggunakan spray gun butiran HBL yang di semprotkan
ukurannya tidak terlalu halus dan juga tidak terlalu kasar untuk menghindari
terjadinya carry over.
3. Pengaturan udara (Wind Box)
Kebutuhan udara untuk pembakaran HBL dan bahan bakar solar di suplay
melalui tiga unit Force Draft Fan (FDF) yang diberi nama Primary, Secondary,
dan Tertiary Forced Draft Fan. Udara dimasukkan dari FDF melalui wind box
pada dinding furnace. Wind box dilokasikan pada tiga level yang berbeda sesuai
dengan kebutuhannya. Udara dari ketiga FDF tersebut di hembuskan ke air duct
94

ring yang terpasang di sekeliling dinding dan selanjutnya di distribusikan ke


masing-masing wind box. Sebelum udara primary dan secondary masuk kedalam
furnace terlebih dahulu dipanaskan di air heater menggunakan low pressure
steam (LPS) sekitar 3 bar dan medium pressure steam (MPS) sekitar 12 bar
dengan suhu mulai dari suhu kamar sampai dengan 150°C.

6.3 Metode Pengambilan Data


Pelaksanaan tugas khusus dilakukan dengan menganalisis data design
recovery boiler 13. Kemudian mengumpulkan data aktual pengoperasian bulan
Januari dan data lainnya yang dibutuhkan dalam perhitungan. Data-data tersebut
diperoleh dari sumber berikut ini :
1. Data Distributing Control System (DCS)
2. Recovery Boiler Operation Manual, Equipment Performance, PT.IKPP,
Perawang, data yang diambil berupa data design aktual perancangan dari
RB 13

6.4 Hasil dan Pembahasan


6.4.1 Hasil
Untuk menyelesaikan tugas khusus ini maka dibutuhkan data sebagai
berikut pada recovery boiler :

1. Total Solid (TS) HBL


2. Konsentrasi Green Liquor
3. Penambahan Na2SO4
Berikut data % TS, green liquor dan penambahan Na2SO4 pada recovery
boiler 13:
Tabel 6.1 Data green liquor, %TS dan penambahan Na2SO4 Januari 2019
Laboratory Analysis Report
Green Liquor
Na2SO4
Tanggal NaOH Na2S Na2CO3 %TS
(T / D)
g/l g/l g/l
5-15 25-45 70-92
1 Januari 2019 7,42 28,75 91,77 55,2 72,4
2 Januari 2019 7,57 30,07 84,82 61,2 73,1
95

3 Januari 2019 8,62 31,73 86,65 60,0 73,8


4 Januari 2019 9,05 32,98 82,00 66,0 75,3
5 Januari 2019 10,67 36,82 83,40 60,0 74,4
6 Januari 2019 8,67 31,93 84,00 60,0 73,1
7 Januari 2019 7,88 32,77 86,37 60,0 74,5
8 Januari 2019 7,95 32,13 82,30 50,4 75,9
9 Januari 2019 8,80 32,38 86,17 50,4 75,5
10 Januari 2019 9,57 31,52 84,52 50,4 74,0
11 Januari 2019 8,82 31,10 82,38 60,0 73,8
12 Januari 2019 8,93 30,67 86,62 60,0 76,3
13 Januari 2019 9,48 30,48 87,90 60,0 74,1
14 Januari 2019 9,23 32,55 88,67 60,0 75,4
15 Januari 2019 8,65 31,65 89,23 60,0 73,3
16 Januari 2019 9,27 31,83 84,02 60,0 75,5
17 Januari 2019 8,63 32,28 86,52 60,0 73,5
18 Januari 2019 8,25 32,67 85,75 60,0 73,7
19 Januari 2019 8,10 31,30 86,78 60,0 73,4
20 Januari 2019 8,13 29,77 92,67 0,0 75,0
21 Januari 2019 7,62 32,67 81,22 60,0 76,9
22 Januari 2019 7,30 33,80 80,93 60,0 75,4
23 Januari 2019 6,27 34,65 84,50 60,0 75,6
24 Januari 2019 9,02 32,05 80,08 60,0 75,1
25 Januari 2019 6,67 35,15 82,32 60,0 74,5
26 Januari 2019 8,57 34,43 79,12 48,0 75,6
27 Januari 2019 9,17 31,22 83,95 22,8 74,6
28 Januari 2019 9,56 33,24 80,00 48,0 75,6
29 Januari 2019 8,23 36,52 84,17 42,0 77,2
30 Januari 2019 9,75 37,75 80,35 38,0 76,3
31 Januari 2019 10,80 36,38 82,55 42,0 77,2
96

6.4.2 Pembahasan
1. Pengaruh %TS terhadap Na2S
Berikut disajikan grafik pengaruh persen total solid terhadap kualitas
green liquor yaitu Na2S yang dihasilkan RB-13 pada tanggal 01 Januari hingga 31
Januari 2019.

78 40
77 35
76 30
Total Solid (%)

75 25

Na2S
74 20
73 15 TS (%)

72 10 Na2S

71 5
70 0
17-Jan
11-Jan
13-Jan
15-Jan

19-Jan
21-Jan
23-Jan
25-Jan
27-Jan
29-Jan
31-Jan
1-Jan
3-Jan
5-Jan
7-Jan
9-Jan

Tanggal

Gambar 6.5 Grafik pengaruh %TS HBL terhadap Na2S pada recovery boiler 13
Dari gambar 6.5 yaitu grafik pengaruh %TS HBL terhadap Na2S pada
recovery boiler 13 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dan kenaikan hasil yang
diperoleh. %TS tertinggi terjadi pada tanggal 29 dan 31 Januari 2019 yaitu 77,2
dengan Na2S nya 36,52 dan 36,38 g/l dan %TS terendah pada 1 Januari 2019 yaitu
72.4 dengan Na2S nya 28,75. Semakin tinggi %TS bahan bakar yaitu HBL maka
semakin tinggi pula nilai Na2S yang dihasilkan, hal ini dikarenakan kenaikan %TS
akan meningkatkan efisiensi reduksi. Namun pada grafik diatas beberapa
kenaikan %TS tidak diikuti dengan kenaikan nilai Na2S. Hal ini disebabkan
karena proses pembakaran black liquor yang tidak sempurna karena udara
pembakaran yang masuk, heat transfer yang terjadi tidak maksimal dan chemical
circulation yang menyebabkan perbedaan komposisi Na2S pada black liquor.

2. Pengaruh Penambahan Na2SO4 Terhadap Na2S


Berikut disajikan grafik hubungan Na2S dengan penambahan Na2SO4 yang
dihasilkan RB-13 pada tanggal 01 Januari hingga 31 Januari 2019.
97

70 40
60 35

50 30
25
Na2SO4

40

Na2S
20
30
15 Na2SO4
20 10 Na2S
10 5
0 0

13-Jan
3-Jan

11-Jan

15-Jan
17-Jan
19-Jan
21-Jan
23-Jan
25-Jan
27-Jan
29-Jan
31-Jan
1-Jan

5-Jan
7-Jan
9-Jan

Tanggal

Gambar 6.6 Grafik Pengaruh Penambahan Na2SO4 terhadap Na2S pada Recovery
Boiler 13

Gambar 6.6 menunjukkan penambahan Na2SO4 selama bulan Januari 2019


yang mengalami fluktuasi. Terlihat pada gambar bahwa kenaikan dari
penambahan itu sangat signifikan secara perlahan. Penambahan Na2SO4 tertinggi
terjadi pada tanggal 4 Januari 2019 yaitu 66 ton dengan Na2S nya 32,98.7 g/l dan
penambahan Na2SO4 terendah pada 27 Januari 2018 yaitu 22,8 ton dengan Na2S
nya 31,22 g/l. Penambahan Na2SO4 akan meningkatkan nilai Na2S sehingga akan
mempengaruhi kualitas green liquor. selain itu, Na2S yang terdapat pada green
liquor juga dipengaruhi oleh nilai %TS, efisiensi reduksi, proses pembakaran
black liquor yang terjadi dan udara pembakaran yang masuk serta chemical
circulation yang menyebabkan perbedaan komposisi Na2S pada black liquor.
Pada tanggal 20 januari 2019, tidak terjadi penambahan Na2SO4 dikarenakan VE
13 stop, sehingga suplai HBL untuk kebutuhan pembakaran diumpankan dari unit
VE yang lain.

3. Kualitas Green Liquor


Penentuan kualitas green liquor dapat dinilai dari jumlah Na2S yang
dihasilkan. Hal ini dikarenakan produk utama yang diinginkan dari recovery
boiler ini adalah Na2S untuk ditranfer ke unit RC untuk menghasilkan white
liquor. Berikut grafik Na2S yang dihasilkan RB-13 pada tanggal 01 Januari hingga
31 Januari 2019:
98

40

38

36

34
Na2S

32

30

28

26

Tanggal

Gambar 6.7 Grafik Na2S recovery boiler 13

Green liquor merupakan larutan yang dihasilkan unit recovery boiler yang
terdiri dari Na2S, NaOH dan Na2CO3 yang digunakan kembali untuk pembentukan
white liquor. Standar kualitas green liquor yaitu mengandung 5-15 g/l NaOH, 25-
45 g/l Na2S, dan 70-92 g/l Na2CO3 Gambar 6.7 merupakan grafik green liquor
Na2S yang diperoleh dari data log sheet 2 RB 13 bulan Januari 2019. Na2S yang
menjadi standar pabrik adalah 25-45 g/l. Dari grafik, dapat dilihat bahwa nilai
Na2S bervariasi setiap harinya, Na2S tertinggi terjadi pada tanggal 30 Januari 2019
yaitu 37.75 g/l dan Na2S terendah pada 1 Januari 2018 yaitu 28.75 g/l.
Na2S yang berubah-ubah ini disebabkan karena total solid (%TS), efisiensi
pembakaran di furnace dan penambahan jumlah Na2SO4 yang berbeda.
4. Total Solid (%TS)
Berikut disajikan Grafik %TS yang dihasilkan RB-13 pada tanggal 01
Januari hingga 31 Januari 2019.
99

78
77
76
Total Solid (%) 75
74
73
72
71
70

Tanggal

Gambar 6.8 Grafik %TS recovery boiler 13

Gambar 6.8 merupakan grafik %TS yang diperoleh dari data total solid RB
13 dari bulan Januari 2018. Persen total solid yang menjadi standar pabrik adalah
≥ 70%. Dari grafik dapat di lihat %TS tertinggi terjadi pada tanggal 29 dan 31
Januari 2019 yaitu 77,2% dan %TS terendah pada 1 Januari 2019 yaitu 72,4%.
Pada grafik diatas terjadi variasi %TS. Hal ini karena komposisi senyawa organik
dan anorganik di dalam BL serta temperatur dan tekanan pada vacuum
evaporator.

Anda mungkin juga menyukai