TUGAS KHUSUS
PENGARUH PERSEN TOTAL SOLID (%TS) HBL DAN
PENAMBAHAN Na2SO4 TERHADAP KUALITAS GREEN
LIQUOR PADA UNIT RECOVERY BOILER 13 SECTION
6.1 Pendahuluan
6.1.1 Latar Belakang
Weak black liquor (WBL) merupakan sisa larutan yang digunakan pada
proses pemasakan chip kayu menjadi pulp di unit digester. WBL merupakan
limbah cair B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang jika langsung dibuang ke
sungai dapat menyebabkan pencemaran. WBL dapat mencemari lingkungan jika
tidak diolah kembali sebelum dibuang ke lingkungan Komposisi WBL terdiri dari
sodium, hidrogen, carbon, oksigen, sulfur, potasium, klorida dan silika (Manahan,
1993). PT. IKPP Tbk memanfaatkan kembali WBL tersebut menjadi bahan bakar
recovery boiler (RB).
Recovery Boiler (RB) adalah salah satu unit dengan metode pengolahan
limbah paling banyak digunakan di industri pulp and paper. WBL yang di kirim
ke unit RB diproses untuk menghasilkan green liquor (GL) dan steam. Green
liquor (GL) diproses lebih lanjut untuk menghasilkan white liquor (WL) yang
kemudian digunakan kembali sebagai larutan pemasak pada unit pulp making
(PM). Sementara itu, steam digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit
listrik tenaga uap. Dengan begitu, tidak ada limbah yang terbuang ke lingkungan
dan pemakaian zat kimia pada proses pulp making dapat dikurangi sehingga hal
ini dapat membantu mengurangi pencemaran serta menghemat biaya. Total solid
WBL sekitar 15% dan 85% air. WBL perlu ditingkatkan total solidnya agar
memungkinkan pada proses pembakaran. Peningkatan konsentrasi WBL menjadi
heavy black liquor (HBL) dilakukan pada vacuum evaporator. HBL memiliki
total solid sekitar 70 – 72% dengan nilai bakar sekitar 14500 kJ. Heavy Black
Liquor mengandung 20-30 % senyawa kimia anorganik dengan kandungan utama
yaitu Na2CO3, Na2SO4, NaOH, Na2S dan 40-50% senyawa organik yang berasal
dari kayu selama pemasakan di digester dan sisanya adalah air. Dengan
80
81
pembakaran Heavy Black Liquor ini, energi panas akan dilepaskan sekitar 3100-
3500 kkal/kg dry solid. Selanjutnya energi panas ini sebagian digunakan untuk
mengkonversi senyawa kimia anorganik dan sebagian lagi digunakan untuk
membangkitkan steam (Manahan, 1993).
Recovery digunakan untuk mengurangi penggunaan zat kimia dan untuk
menghasilkan high pressure steam yang akan dikirim ke unit Power Generator
(PG). High pressure steam digunakan pada proses penggerakan turbin generator
untuk menghasilakan daya/listrik. Listrik yang dipasok oleh unit Power Generator
(PG) digunakan untuk kebutuhan didalam pabrik baik dalam proses, kantor,
perumahan karyawan dan mess karyawan.
6.1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada tugas khusus ini, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh %TS dan penambahan Na2SO4 terhadap kualitas
green liquor pada Recovery Boiler (RB 13) PT. Indah Kiat Pulp and
Paper, Tbk, Perawang – Riau
2. Mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi persen total solid Black
Liquor dan kualitas green liquor
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses pada unit recovery
boiler dalam industri pulp dan kertas.
digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan green liquor (GL) dan steam.
Steam akan digunakan sebagai penggerak turbin untuk menghasilkan listrik,
sementara GL akan dikirim ke unit recaustisizing (RC) untuk diproses lebih
lanjut. Pengolahan GL pada unit RC akan menghasilkan white liquor (WL) yang
kemudian dikirim ke unit PM untuk digunakan kembali sebagai larutan pemasak
kayu di digester. Sementara weak white liquor (WWL) yang juga dihasilkan pada
unit RC akan dikirim ke unit RB dan dicampur dengan smelt di dalam dissolving
tank untuk menghasilkan GL. Demikian proses terus berulang sehingga tidak ada
limbah yang terbuang.
Recovery Boiler (RB) merupakan suatu unit boiler yang berfungsi untuk
mereduksi sodium sulphate menjadi sodium sulphide sehingga memurnikan
senyawa-senyawa kimia anorganik yang terkandung dalam black liquor,
membakar kandungan organik black liquor dan sekaligus sebagai pembangkit
steam bertekanan tinggi. Bahan bakar boiler adalah black liquor yang telah
ditingkatkan kadar solidnya. Weak black liquor (WBL) memiliki 15–18% kadar
solid. Syarat agar black liquor dapat terbakar di furnace adalah kadar solidnya
lebih dari 72%. Oleh karena itu weak black liquor dipekatkan terlebih dahulu
menjadi heavy black liquor (HBL) dengan cara menguapkan air pada weak black
liquor dengan vacuum evaporator. Heavy black liquor mengandung senyawa
anorganik dengan kandungan utama Na2CO3, Na2SO4, NaOH, Na2S, dan senyawa
organik yang berasal dari kayu selama pemasakan di digester berupa serat kayu
dan lignin serta air. Energi panas yang terkandung dalam heavy black liquor
berkisar 3100-3500 kcal/kg dry solid
Energi panas digunakan untuk mengkonversi senyawa anorganik dan
membentuk steam bertekanan tinggi. Proses pengeringan pirolisis dan gasifikasi
terjadi sebelum HBL sampai ke dasar furnace oleh hembusan udara panas.
Pembakaran HBL pada furnace akan menghasilkan abu yang akan mengumpul
didasar furnace membentuk charbed. Abu yang sudah mencapai titik leleh akan
membentuk smelt. Proses gasifikasi berfungsi untuk mereduksi sodium sulfat
menjadi sodium sulfit. Reaksinya sebagai berikut :
Na2SO4 + 2C Na2S + 2CO2 ........................ (6.1)
Skema proses dari terbentuknya black liquor dapat dilihat pada Gambar 6.1
83
Smelt akan keluar melalui smelt spout dan akan dialirkan ke dalam
dissolving tank. Smelt akan dicampur dengan weak white liquor (WWL) di dalam
dissolving tank untuk menghasilkan green liquor (GL). GL akan diolah kembali di
unit recaustisizing (RC) menjadi white liquor (WL). WL akan digunakan kembali
sebagai larutan pemasak kayu pada digester pulp making. Proses pada recovery
boiler juga menghasilkan steam bertekanan tinggi. Steam tersebut akan digunakan
sebagai penggerak turbin untuk menghasilkan daya/power yang digunakan untuk
listrik. Jumlah steam yang dihasilkan nanti tergantung pada jumlah HBL dan total
solid HBL yang di bakar.
Level area penyemprotan dari spray gun juga diatur dengan menaikkan
atau menurunkan gun dengan cara yang sama seperti diatas dan juga besarnya
area penyemprotan dapat dinaikkan atau dikurangi dengan menggerakkan
(memutar) ujung rod didalam eccentric. Dalam mempergunakan lip angle (sudut
lidah spray gun) harus dipilih dengan hati-hati untuk dimensi furnace yang sesuai.
Karena untuk furnace yang lebih lebar dan lebih besar penggunaan lip angle dari
spray gun yang terlampau kecil dapat menyebabkan masalah pembakaran pada
dinding tempat spray gun yang berlawanan dan bila lip angle yang terlampau
besar akan dapat menyebabkan masalah pada dinding tempat spraygun yang
sejajar sehingga dapat menimbulkan terjadinya carry over. Pergerakan osilasi dari
spray gun tidak boleh terlampau lebar dan temperatur dibagian daerah
pengeringan tidak boleh terlampau tinggi pada ruang pembakaran karena dapat
mempengaruhi atau menimbulkan terjadinya penguapan dari senyawa alkali dari
dalam charbed (Manahan, 1993).
Tekanan penyemprotan black liquor ke furnace biasanya bervariasi diantara
100 – 200 kPa (1-2 bar). Untuk tekanan penyemprotan yang tinggi akan
menyebabkan butiran – butir penyemprotan kecil sekali sehingga dapat
menyebabkan kemungkinan carry over dan penempelan deposit didaerah bagian
dalam boiler. Temperatur penyemprotan black liquor yang terlalu rendah akan
menyebabkan kurangnya distribusi yang merata sehingga akibatnya black charbed
(charbed yang gelap), karena itu kondisi pembakaran yang diinginkan adalah
pembakaran black liquor yang mempunyai tekanan dan temperatur yang stabil.
Tekanan penyemprotan dari black liquor juga tergantung kepada viskositas yang
tinggi dibutuhkan tekanan penyemprotan yang lebih tinggi (Manahan, 1993).
Proses pembakaran BL drop let terbagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap Penguapan Air (Drying)
Air yang terdapat pada BL diuapkan terlebih dahulu dengan panas di dalam
furnace termasuk panas dari udara secondary. Kecepatan penguapan air dari
tetesan BL dapat dinaikkan dengan cara menurunkan ukuran tetesan BL dengan
mengatur pola penyemprotan dari spray gun. Waktu pengeringan tetesan BL di
dalam furnace dapat dikontrol dengan pengaturan sudut penyemprotan spray gun.
2. Pyrolisis dan Pembakaran dari Gas-Gas
86
Black Liquor
Drying and Pyrolisis
Secondary Air
Combustion
Combustion Pyrolisis Active Layer
Melting
Primary Air
Flowing Smelt
Smelt
Frozen Smelt
Flue Gas
Combustion Completion
CO + ½ O2 à CO2
Fume Generation
Tertiary Air Na(g) + S(g) à Na2SO4
NaOH(g) + S(g) à Na2SO4 (g) AS GAS
apabila terjadi oleh sebuah “Pressure Switch”, dimana primary dan secondary air
fan akan trip dengan sendirinya apabila terjadi tekanan furnace yang tinggi sekali.
Sedangkan untuk tekanan furnace yang rendah sekali juga dapat membuat IDF
trip dengan sendirinya, karena furnace pressure controller dan precipitator outlet
duct pressure indicators mempunyai informasi alarm untuk flow dan high
pressure yang diset dekat ke normal press untuk memberikan aba – aba dan
memberikan tindakan mencegah boiler trip.
Gambar 6.4 Gas buang melalui bagian boiler dan economizer (Manahan, 1993)
c. Tertiary air flow diantara 10% - 15% dari kebutuhan udara total.
Primary, secondery, dan tertiary di pasang secara tersusun pada dinding
furnace untuk mendistribusikan udara sesuai kebutuhan, untuk mengeringkan dan
pembakaran black liqour serta untuk reduksi Na2SO4.
komposisi bahan kimia aktif (sodium sulfida, sodium hidroksida) serta bahan
kimia tidak aktif (sodium sulfat dan sodium karbonat) di dalam BL.
Viskositas HBL tergantung pada %TS dan temperatur HBL. Viskositas
tinggi akan menyebabkan semprotan HBL di spray gun terlalu kasar sehingga
sulit terbakar di furnace, demikian sebaliknya jika viskositas HBL terlalu rendah
akan menyebabkan semprotan HBL terlalu halus dan meningkatkan terjadinya
carry over dan chemical loss (Manahan, 1993).
6.4.2 Pembahasan
1. Pengaruh %TS terhadap Na2S
Berikut disajikan grafik pengaruh persen total solid terhadap kualitas
green liquor yaitu Na2S yang dihasilkan RB-13 pada tanggal 01 Januari hingga 31
Januari 2019.
78 40
77 35
76 30
Total Solid (%)
75 25
Na2S
74 20
73 15 TS (%)
72 10 Na2S
71 5
70 0
17-Jan
11-Jan
13-Jan
15-Jan
19-Jan
21-Jan
23-Jan
25-Jan
27-Jan
29-Jan
31-Jan
1-Jan
3-Jan
5-Jan
7-Jan
9-Jan
Tanggal
Gambar 6.5 Grafik pengaruh %TS HBL terhadap Na2S pada recovery boiler 13
Dari gambar 6.5 yaitu grafik pengaruh %TS HBL terhadap Na2S pada
recovery boiler 13 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dan kenaikan hasil yang
diperoleh. %TS tertinggi terjadi pada tanggal 29 dan 31 Januari 2019 yaitu 77,2
dengan Na2S nya 36,52 dan 36,38 g/l dan %TS terendah pada 1 Januari 2019 yaitu
72.4 dengan Na2S nya 28,75. Semakin tinggi %TS bahan bakar yaitu HBL maka
semakin tinggi pula nilai Na2S yang dihasilkan, hal ini dikarenakan kenaikan %TS
akan meningkatkan efisiensi reduksi. Namun pada grafik diatas beberapa
kenaikan %TS tidak diikuti dengan kenaikan nilai Na2S. Hal ini disebabkan
karena proses pembakaran black liquor yang tidak sempurna karena udara
pembakaran yang masuk, heat transfer yang terjadi tidak maksimal dan chemical
circulation yang menyebabkan perbedaan komposisi Na2S pada black liquor.
70 40
60 35
50 30
25
Na2SO4
40
Na2S
20
30
15 Na2SO4
20 10 Na2S
10 5
0 0
13-Jan
3-Jan
11-Jan
15-Jan
17-Jan
19-Jan
21-Jan
23-Jan
25-Jan
27-Jan
29-Jan
31-Jan
1-Jan
5-Jan
7-Jan
9-Jan
Tanggal
Gambar 6.6 Grafik Pengaruh Penambahan Na2SO4 terhadap Na2S pada Recovery
Boiler 13
40
38
36
34
Na2S
32
30
28
26
Tanggal
Green liquor merupakan larutan yang dihasilkan unit recovery boiler yang
terdiri dari Na2S, NaOH dan Na2CO3 yang digunakan kembali untuk pembentukan
white liquor. Standar kualitas green liquor yaitu mengandung 5-15 g/l NaOH, 25-
45 g/l Na2S, dan 70-92 g/l Na2CO3 Gambar 6.7 merupakan grafik green liquor
Na2S yang diperoleh dari data log sheet 2 RB 13 bulan Januari 2019. Na2S yang
menjadi standar pabrik adalah 25-45 g/l. Dari grafik, dapat dilihat bahwa nilai
Na2S bervariasi setiap harinya, Na2S tertinggi terjadi pada tanggal 30 Januari 2019
yaitu 37.75 g/l dan Na2S terendah pada 1 Januari 2018 yaitu 28.75 g/l.
Na2S yang berubah-ubah ini disebabkan karena total solid (%TS), efisiensi
pembakaran di furnace dan penambahan jumlah Na2SO4 yang berbeda.
4. Total Solid (%TS)
Berikut disajikan Grafik %TS yang dihasilkan RB-13 pada tanggal 01
Januari hingga 31 Januari 2019.
99
78
77
76
Total Solid (%) 75
74
73
72
71
70
Tanggal
Gambar 6.8 merupakan grafik %TS yang diperoleh dari data total solid RB
13 dari bulan Januari 2018. Persen total solid yang menjadi standar pabrik adalah
≥ 70%. Dari grafik dapat di lihat %TS tertinggi terjadi pada tanggal 29 dan 31
Januari 2019 yaitu 77,2% dan %TS terendah pada 1 Januari 2019 yaitu 72,4%.
Pada grafik diatas terjadi variasi %TS. Hal ini karena komposisi senyawa organik
dan anorganik di dalam BL serta temperatur dan tekanan pada vacuum
evaporator.