DI
PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER
PELALAWAN RIAU
Oleh:
Evelyn, ST. Msc. Meng, PhD. Panca Setia Utama, ST. MT. PhD.
NIP. 197503142001122001 NIP. 196706011997031003
Mengetahui
Ketua Jurusan,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Catatan:
Tempat Pelaksanaan: PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Pangkalan Kerinci, Riau
Mengetahui
Department Head,
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta yang
telah memberikan kesehatan, kekuatan, kesempatan, dan kelancaran bagi penulis
sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktik Industri (KPI) serta
menyelesaikan penyusunan laporan dengan baik dan tepat waktu. Pelaksanaan KPI
dilakukan di PT. Riau Andalan Pulp and Paper yang berlokasi di Pangkalan Kerinci,
Pelalawan, Riau.
Kerja Praktik Industri ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program studi di D3 Teknologi Pulp dan Kertas sebagai proses pemahaman dan
pengaplikasian atas ilmu pengetahuan yang telah diperoleh oleh penulis. Laporan
ini merupakan laporan Kerja Praktik Industri di PT. RAPP yang dilaksanakan sejak
11 Agustus 2020 – 31 Desember 2020 dengan tugas khusus berjudul “Observasi
parameter yang mempengaruhi performa primary forward cleaner di pulp dryer 3”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan KPI ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan KPI ini dapat
bermanfaat bagi penulis, dan para pembaca.
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
vii
13. Operator lapangan Pulp Dryer dari shift A sampai D yang membantu selama
kerja praktik industri.
14. Seluruh Process Engineer yang ada di Pulp Dryer yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan kerja praktik industri.
15. Teman-teman (la.ber.sa) yang selalu membantu dan memberi semangat
kepada penulis.
16. Bella Esperanza Gabriella, selaku teman sekamar saya yang selalu
menemani penulis selama pembuatan laporan .
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
3.2.3 Wet End .......................................................................................... 38
3.2.4 Dry End .......................................................................................... 38
3.2.5 End Process (Finishing) ................................................................. 39
BAB IV TUGAS KHUSUS ............................................................................. 40
4.1 Pendahuluan ............................................................................................. 40
4.1.1 Latar Belakang ............................................................................... 40
4.1.2 Tujuan............................................................................................. 40
4.2 Tinjauan Pustaka...................................................................................... 40
4.2.1 Centrifugal Cleaner ........................................................................ 40
4.2.2 Parameter Cleaner .......................................................................... 42
4.3 Metoda Pengambilan Data ....................................................................... 43
4.3.1 Metoda ............................................................................................ 43
4.4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 45
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 50
5.2 Saran ........................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR GRAFIK
xii
DAFTAR TABEL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
sustainably” dan visi yaitu “To be one of the largest, best managed and sustainable
resource-based groups, creating value for the Community, Country, Climate,
Customer, and Company”.
sebesar 1.000.000 ton dan kraft pulp sebesar 2.000.000 ton, dan pada tahun 2016
perusahaan tidak lagi menggunakan kayu MHW (Mix Hard Wood) sebagai bahan
baku pembuatan pulp.
Riau Andalan Kertas (RAK) merupakan pabrik penghasil kertas cetak yang
memiliki tiga mesin kertas, yang pertama telah beroperasi pada bulan April 1998
dengan produk kertas multi guna yang berat dasarnya (gramatur) 55 gsm hingga
120 gsm dan merek dagang dipasaran diantaranya Paper One.
Riau Prima Energi (RPE) merupakan unit penghasil energi steam dan listrik.
Energi steam digunakan untuk menggerakkan turbin generator dan proses pada PT.
RPL dan PT. RAK, sedangkan energi listrik selain untuk keperluan didalam
perusahaan sendiri juga didistribusikan ke penduduk area sekitar pabrik setempat.
RKE (Recaust Kiln Effluent) yang dulunya masuk ke RPL, namun sekarang telah
menjadi bagian dari RPE. Peran dari RKE ini adalah untuk memulihkan bahan
kimia pemasak dan juga untuk mengolah limbah.
2.1.4 Riau Pulp Lestari (RPL)
PT. Riau Andalan Pulp and Paper merupakan pabrik pulp dan kertas terpadu
(integrated), salah satu bagiannya yaitu Riau Pulp Lestari (RPL). RPL adalah
tempat untuk membuat pulp dari kayu. RPL terdiri dari beberapa departemen utama
yang saling berhubungan yaitu :
department mempunyai 4 line yaitu, line 1 yang merupakan line untuk mesin lama
atau mesin yang pertama kali digunakan sejak awal berdirinya pabrik. Line 2
merupakan mesin baru yang ditambahkan karena permintaan konsumen yang
semakin meningkat sehingga kemampuan line 1 yang beroperasi tidak mencukupi.
Sementara line 3 merupakan mesin baru yang bersifat continuous dalam sistem
pengolahannya, dan PCD plant (Pin Chip Digester) merupakan line yang
digunakan untuk mengolah bahan baku yang berbentuk pin untuk dijadikan pulp.
Departemen fiberline terbagi menjadi beberapa area yaitu : chip screening
area, cooking area, washing/screening area, O2 delignifikasi area dan bleaching
area.
2. Digester Area
Digester merupakan bejana bertekanan (vessel) yang digunakan sebagai
proses pemasakan chip menjadi pulp. Adapun tujuan pemasakan adalah untuk
melarutkan lignin sebanyak mungkin sehingga selulosa dan lignin terpisah dengan
menggunakan bahan kimia yang disebut lindi putih (white liquor). Chip yang sudah
dimasak berubah menjadi bubur pulp yang masih berwarna cokelat, sedangkan
cairan pemasak berubah menjadi hitam yang disebut lindi hitam (black liquor).
Pemasakan dilakukan pada temperatur 163-164°C.
Peralatan pemasakan proses kraft yang banyak digunakan pada saat ini
adalah digester batch dan digester kontinyu.
8
Menurut Sixta (2006) yang diperkuat oleh Belgacem dan Pizzi (2016),
Digester Batch konvensional telah ketinggalan zaman, namun mengalami beberapa
modifikasi untuk mendapatkan hasil dengan kualitas yang lebih bagus dan juga
efisien energi (Sixta,2006). Caranya yaitu dengan pemakaian kembali cairan
pemasak yang telah terpakai, dan mengambil kimia yang masih aktif dan memberi
energi kepada batch berikutnya.
Operasi batch tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Chip Filling
Chip yang sudah disaring lalu masuk melalui chip chute yang terpasang
pada atas digester kemudian udara kosong yang ada di digester dibuang
menggunakan kipas. Metode yang umum adalah memakai steam chip spreader,
yaitu memakai uap bertekanan yang disemprot dari bawah digester untuk
menggoyang-goyangkan chip sehingga tersebar merata. Steam packing juga
9
membuat chip jatuh dengan gerakan memutar sehinga tidak menumpuk semua di
tengah digester. Hal ini dapat meningkatkan 20% pemasukan chip.
5. Displacement
Saat derajat delignifikasi sudah tercapai, sirkulasi cairan dihentikan. Cairan
displacement dengan suhu rendah dipompa dari bawah digester untuk
menggantikan cairan panas pemasukan sebelumnya. Cairan dengan suhu rendah ini
juga menghentikan pemasakan.
10
6. Discharge
Digester dikosongkan dengan mengencerkan pulp hingga konsistensi yang
sesuai untuk mengeluarkan pulp. SuperBatchTM adalah tipe pemasakan batch
dengan konsep utama menggunakan kembali panas sisa cairan pemasakan
sebelumnya, selain itu pemasakan ini menggunakan tenik alkali profiling,
kandungan senyawa terlarut yang rendah, dan pemakaian cara pemasakan
sebelumnya yang efisien.
Berdasarkan Valmet Modul 1 : “Superbatch Digester” (2016), perbedaan
utama dari superbatch adalah memiliki 2 tangki accumulator black liquor
bertekanan dan satu accumulator white liquor, dan alat pemindah panas digunakan
untuk mempertahankan suhu. Perbedaan paling mencolok lainnya adalah suhu
impregnasi yang rendah sekitar 80-90 ºC, suhu yang rendah ini dipilih untuk
menghindari reaksi kimia yang terjadi pada permukaan chip selama tahapan
impregnasi. Proses superbatch juga dapat digunakan untuk metoda extended
delignification. Formula dari extended delignification adalah kandungan SH yang
rendah pada awal pemasakan, efektif alkali dipertahankan seragam selama
pemasakan, dan kandungan lignin terlarut dipertahankan rendah selama pemasakan
terutama proses final ata residual. Hal ini dilakukan karena konsentrasi alkali akan
berefek langsung terhadap kelarutan lignin dan karbohidrat, dimana selektifitas
rendemen berefek negatif dengan penambahan dosis efektif alkali.
Hal ini dilakukan dengan mengontrol H-factor dan dosis EA.
Digester superbatch memiliki keunggulan berupa :
1. Produksi yang lebih fleksibel, start-stop lebih mudah, mempunyai potensi
untuk cepat berganti produk, kualitas, dan jenis softwood atau hardwood.
2. Pemulihan turpentin yang lebih efisien.
b. Digester Kontinyu
Menurut Belgacem dan Pizzi (2016) dan Sixta (2018), keuntungan tipe
kontinyu dibanding batch adaah :
Kebutuhan uap bertekanan lebih stabil
Desain yang lebih kompak, tidak banyak butuh ruang
11
mendapatkan kondisi ini, black liquor dialirkan dari bagian atas digester (extraction
zone) dan disirkulasi kembali menuju tabung impregnasi, selanjutnya black liquor
diambil dan dialirkan menuju area evaporation. Pada zona pemasakan satu (zona
atas digester) rasio cairan : kayu yang dipilih tinggi, kira-kira hingga 5 : 1 sampai 6
: 1. Pada zona pemasakan 2, rasio cairan : kayu turun menjadi 2 :1.
Jenis compact cooking berbentuk silinder vertikal yang panjang dan
ramping dengan kapasitas produksi mulai dari 1.000 hingga 3.000 ton kering udara
per hari. Proses terjadi scara kontinyu yaitu secara terus menerus dari impbin.
Proses pada pemasakan pada tabung digester dapat dilakukan secara terpisah atau
satu hal lain tergantung prosesnya. Biasanya sistem 2 tabung lebih banyak
digunakan dan lebih berkembang, tabung pertama sebagai zona pre-steaming dan
impregnasi sedangkan tabung kedua sebagai digester dan discharge zone. Fungsi
utama dari dua pemanasan awal ini adalah untuk menghilangkan semua udara yang
ada dalam chip, menghilangkan senyawa valatile dan juga meningkatkan suhu chip.
Pemanasan awal dilanjutkan dengan impregnasi memakai black liquor yang
diekstrak dari digester ditambah sedikit white liquor (untuk mencapai profil alkali).
Chip dialirkan ke digester dengan high pressure feeder. Chip lalu jatuh ke
kolom chip dan memulai reaksi pemasakan. Saringan atau strainer dipasang pada
lingkar luar digester di bawah upper cooking zone dan lower cooking zone. Chip
setelah zona pemasakan akan masuk ke zona dilusi, disini cairan pencucian yang
bergerak berlawanan arah dengan chip bertugas untuk mendinginkan suhu pulp.
Cairan pencuci tersebut diekstrak dari bawah digester lalu mengalir ke pemindah
panas sebelum masuk lagi ke digester melalui pipa sentral. Cairan pencuci ini lalu
bergerak ke atas untuk menghilangkan larutan organik terlarut dan cairan pemasak
yang telah terpakai, dimana black liquor tadi diekstrak melalui strainer dan dikirim
menuju recovery plant (Valmet, 2014 : Saavedra, 2015 : Belgacem dan Pizzi,
2016).
3. Washing Area
Pulp cokelat (brownstock) dari tangki discharge yang dikirim ke sistem
pembersihan. Tujuan dari brown stock washing dan screening adalah untuk
13
sebagai brown stock washing (BSW) sedangkan pencucian untuk pulp yang telah
melalui tahap oksigen delignifikasi dikenal sebagai post oxygen washing (POW).
Defoamer dapat ditambahkan pada tahap washing untuk memecah foam atau busa
yang terbentuk akibat kondisi basa, karena proses dewatering akan susah jika
terbentuk banyak foam.
4. Oxygen Delignification
Tujuan proses O2 delignifikasi untuk menurunkan kandungan lignin pada
pulp sebelum dilakukan proses pemutihan sehingga mengurangi biaya produksi
untuk bahan kimia dan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan.
5. Bleaching Area
Bleaching merupakan tahapan akhir dari proses fiberline, dimana pada
tahap ini dilakukan proses pemutihan pulp. Tujuan dari proses bleaching adalah
untuk memutihkan pulp sehingga dicapai brightness yang telah ditargetkan, namun
kekuatan pulp tetap tinggi, selain itu juga untuk mengurangi dirt yang terdapat pada
pulp. Tipe bleaching yang digunakan di PT. RAPP adalah ECF (Elemental Chlorine
Free) dengan tahapan D0, Eo, D1, dan D2. Bleaching tipe ini menggunakan klorin
dioksida sehingga lebih ramah terhadap lingkungan bila dibandingkan dengan
bleaching yang menggunakan klorin. Hal ini dikarenakan apabila klorin berikatan
dengan lignin akan membentuk senyawa yang bersifat toxic sehinnga berbahaya
bagi lingkungan. Kedua tahap awal bleaching (D0 dan Eo) ditujukan untuk
menurunkan kadar lignin, sedangkan kedua tahap selanjutnya (D1 dn D2) ditujukan
untuk mencapai target brightness.
TCF (Totally Chlorine Free) bleaching adalah sebutan bagi metode
pemutihan yang tidak menggunakan klorin maupun turunannya. Cara ini
merupakan solusi untuk menghilangkan kandungan AOX dalam limbah (Sezgi,
dkk, 2015). Menurut (Suess, 2010), terjadi perubahan paradigma dari kualitas serat
menuju dampak terhadap lingkungan sehingga teknologi TCF berangsur-angsur
lebih disukai daripada ECF sejak 1980-an. Kelemahan TCF yakni kekuatan serat
yang rendah dan rendemen yang tidak tinggi sehingga menjadi permasalahan yang
15
sulit diterima dan perubahan paradigma terjadi kembali dan juga pemeliharaan dan
perbaikan mesin yang lebih sulit.
Menurut Puitel, dkk. (2010), keuntungan yang diperoleh dengan
penggunaan teknologi ECF dan TCF antara lain :
a. Senyawa phenolik terklorinasi dan dioksin lebih rendah
b. AOX lebih rendah pada pulp putih, pada air limbah 2,4-3,5 ton/kg.
c. Menghemat penggunaan air.
d. Menghemat energi 10-15% bila menggunakan oksigen
e. Brightness dapat dijaga pada tingkat yang tinggi tanpa mengurangi kekuatan
pulp.
Menurut Hart dan Rudie (2012), proses pemutihan pulp kimia dapat
menghasilkan pulp dengan derajat cerah tinggi dan juga pulp dengan kebersihan
yang tinggi, karena gumpalan serat, ekstraktif, dan kontaminan yang jauh lebih
sedikit.
Sebelum dilakukan proses bleaching, pulp yang akan diproses harus
memenuhi beberapa persyaratan terlebih dahulu antara lain pH, soda loss rendah,
serta brightness yang cukup tinggi. Hal ini dilakukan untuk menghemat
penggunaan bahan kimia pada proses bleaching.
18
19
department di PT. RAPP terdiri dari 4 line dengan bahan baku, kapasitas produksi,
dan gramatur yang berbeda.
a. Pulp Dryer 1
Bahan baku Acacia Eucalyptus, kapasitas 1.450 ton/day dengan gramatur 850-
1000 gsm
b. Pulp Dryer 2
Bahan baku Acacia Eucalyptus, kapasitas 1600 ton/day dengan gramatur 950-
1200 gsm
c. Pulp Dryer 3
Bahan baku kraft pulp, kapasitas 2200 ton/day dengan gramatur 950-1200 gsm
d. Pulp Dryer 4
Bahan baku kraft pulp, kapasitas 2400 ton/day dengan gramatur 1100-1300 gsm
sudah diolah dari broke system akan ditampung di broke tower. Broke tower
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara broke yang sudah di-repulping.
Broke tower terbagi menjadi dua jenis yaitu wet broke dan dry broke.
b. Dry Broke
Dry broke merupakan broke yang memiliki kadar air rendah atau berupa
lembaran pulp yang sudah kering. Oleh karena itu, broke perlu diuraikan terlebih
dahulu dengan hydropulper untuk mendapatkan seratnya. Dry broke berasal dari
dry section ketika terjadi break, proses sirkulasi di bagian cutter laboy dan bale
yang tidak memenuhi persyaratan (dianggap reject) dari bagian baling line yang
kemudian akan dimasukkan ke dry end pulper.
Konsistensi stock yang keluar dari tangki ini berkisar antar 2,5% - 3%, dan terdapat
perlakuan penambahan pengenceran sebelum stock masuk ke stock pump untuk
menjaga konsistensi agartetap stabil sebelum ke proses selanjutnya. Level pada LC
Tank juga dijaga 50-80%.
2. Radiclone
Radiclone atau lebih dikenal dengan hydrocyclone adalah canister
bertekanan yang berfungsi untuk memisahkan kontaminan dari slush pulp
berdasarkan perbedaan berat jenis. Konsistensi pada radiclone ini dijaga dalam
rentang 0,3-0,8%. Hydrocyclone terbagi menjadi dua bagian yaitu forward
hydrocyclone dan reverse hydrocyclone yang bekerja dengan prinsip gaya
sentrifugal. Forward hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan kontaminan
dengan berat jenis yang lebih tinggi dari serat, seperti silica, pitch, metal, dan lain-
lain. Pada forward hydrocyclone, accept terdapat pada bagian atas dan reject pada
bagian bawah, sedangkan reverse hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan
kontaminan dengan berat jenis yang lebih rendag dari serat, seperti talc, plastik, dan
lain-lain. Pada reverse hydrocyclone, accept terdapat pada bagian bawah dan reject
terdapat pada bagian atas. PD 3 memiliki 6 stage forward dan 1 stage reverse.
b. Moduscreen
Berfungsi untuk memisahkan kontaminan dari slush pulp berdasarkan
perbedaan ukuran dan berat jenis dengan melewati 5 stage. Dalam proses
pemisahan kontaminan, moduscreen bekerja pada konsistensi 2,5-3%. Moduscreen
terdiri dari basket screen, casing, motor, dan motor drive. Basket screen memiliki
jarak antar plate screen sekitar 0,15 mm.
25
3.1.2.5 Headbox
Stock dari white water silo dengan konsistensi 1,8-2,2% masuk ke headbox.
Jenis headbox yang digunakan PD 1, 2, 3 adalah close headbox dan PD 4 adalah
open headbox. Headbox berfungsi untuk menghasilkan suspensi serat yang
tersuspensi dengan baik, menyeragamkan turbulensi pada stock, mendistribusikan
slush pulp secara merata selebar mesin, mengatur kecepatan aliran slush pulp yang
keluar dari headbox, dimana kecepatan slush pulp diseimbangkan dengan
kecepatan wire pada forming section untuk menghasilkan aliran slush pulp yang
seragam (harus diatur jet wire ratio).
Jet wire ratio untuk pembuatan pulp dirancang 1,33. Jet adalah kecepatan
tembakan aliran keluar dari headbox, sedangkan wire adalah kecepatan wire pada
27
forming section. Keseragaman aliran stock sangat penting dalam kualitas produksi
akhir. Headbox juga memungkinkan dalam pengendalian terhadap CD profile
gramatur, titik, dan sudut jatuh stock pada stock.
couch roll, dan konfigurasi dari press. Dryness lembaran pulp yang keluar dari
bagian ini berkisar antara 50-52%. Pada bagian ini terdapat 3 NIP press, yaitu :
a. Additional press lumb breaker (PD 3)
b. NIP press 1st antara forward drive roll dan pick up roll
c. NIP press 2nd antara pick up roll dan 2nd press roll
d. NIP press 3rd antara 3rd top press dan 3rd bottom roll
Pada masing-masing roll juga terdapat shower yang berfungsi untuk
membersihkan kotoran yang ada di felt. Dalam sebuah felt memiliki 3 buah shower,
yaitu chemical shower, low pressure shower, dan high pressure shower. Chemical
shower adalah shower yang berfungsi menyemprotkan bahan kimia pelarut atau felt
conditioning ke felt sehingga kotoran-kotoran pada felt dapat dihilangkan. Setelah
itu, felt akan dibersihkan dengan menggunakan low pressure shower dan high
pressure shower. Selain shower terdapat juga uhle box yang berguna untuk
memvakum air yang ada di felt.
Berdasarkan konfigurasi press section PD 3 dan PD 4, adapun fungsi dari
lumb breaker adalah untuk menekan lembaran sehingga memudahkan pengeluaran
air dan juga untuk memadatkan lembaran. Sedangkan pick-up roll merupakan roll
yang dilengkapi dengan suction untuk meningkatkan proses pengeluaran air pada
lembaran pulp.
PD 2, 3, dan 4 menggunakan NIPCO flex atau dikenal dengan shoe press di
nip press 3rd. Kelebihan dari NIPCO flex terletak pada lebar nip yang lebih besar
dibanding konvensional karena penggunaan soft roll sehingga saat di-press akan
melebar di bagian nip. Efek ini akan menghasilkan kapasitas pengeluaran air dari
lembaran lebih besar dibanding press konvensional.
30
tercapai maka lembaran pulp akan masuk ke cooling system. Adapun bagian-bagian
dari dryer, antara lain :
a. Heating coil, berfungsi untuk menghasilkan udara kering panas di
sekitarnya.
b. Circulation fan, berfungsi untuk mensirkulasikan udara kering panas yang
dihasilkan dari heating coil ke blow boxes.
c. Blow boxes, berfungsi sebagai tempat perantara keluaran udara panas.
Lower blow boxes berguna untuk menjaga lembaran tetap melayang selama
melewati dryer dan proses evaporasi dimulai oleh udara kering panas yang
dihembuskan di bagian bawah permukaan lembaran. Sedangkan upper blow
boxes berguna untuk meningkatkan efek evaporasi dngan menghembuskan
udara kering panas di bagian atas permukaan lembaran.
d. Cooling system, berfungsi untuk mengontrol temperature lembaran akhir
sebelum memasuki bagian cutter.
e. Heat recovery system, berfungsi untuk mengambil/menggunakan kembali
panas dari dryer sebelum dibuang ke atmosfer.
f. Condensate system, berfungsi untuk menggunakan/mengambil kembali
panas dari kondensat yang terbentuk dari proses penguapan di dalam dryer.
a. Bale Scale
Tumpukan bale yang telah diproses di cutter layboy akan ditimbang pada
bale scale. Batasan berat yang diterima yaitu 245-260 kg per bale.
b. Bale Press
Bale press merupakan proses pemadatan/penekanan bale yang telah
dipotong dari cutter layboy menjadi setinggi 41 cm. Tekanan yang diberikan bale
press adalah 120.000 kPa.
c. By Wrap
Setelah melewati bagian bale press, selanjutnya bale akan masuk ke By
Wrap untuk proses pembungkusan. Setiap bale yang akan dibungkus harus bersih
dan bebas kotoran maupun noda minyak. Proses pembungkusan bale menggunakan
lembaran pulp juga dengan ukuran yang lebih besar. Dalam satu bale terdapat dua
lembaran pembungkus, yaitu bagian atas dan bawah.
d. Tying Machine 1
Bale yang sudah dibungkus akan diikat satu kali dengan menggunakan
kawat di tying machine 1 dengan sistem pneumatik. Kawat yang digunakan untuk
mengikat berdiameter 2,18 mm dan 2,30 mm.
e. End Fold
End fold merupakan proses pelipatan bungkusan bale menggunakan folding
machine dengan sistem hidrolik.
33
f. Tying Machine 2
Bale dengan bungkusan yang sudah dilipat rapi akan dikirim ke tying
machine 2 untuk proses pengikatan kedua. Proses pengikatan ini dilakukan
sebanyak 2 kali (2 ikatan), sehingga total ikatan pada satu bale adalah 3 ikatan.
g. Bale Marker
Setelah diikat, selanjutnya bale akan melalui proses pelabelan. Label yang
dibubuhi pada bale ini harus jelas dan mudah dibaca serta memiliki nomor unit
yang benar (tidak berulang). Kode pada bale meliputi jenis bahan baku dan
identitasnya.
Contoh :
20106301403
Keterangan :
- Riau Pulp : Departemen
- Acacia : Jenis bahan baku
- ECF : Proses pembuatan tanpa klorin
- 20 : Tahun produksi
- 106 : Hari produksi
- 3 : Nomor Pulp Dryer
- 0140 : Nomor produksi
- 3 : Nomor bale
b. Keadaan Pembungkus
- Setiap unit hanya boleh ada 2 flap dengan diameter flap maksimum
sebesar 5 cm
- Kerusakan pembungkus yang diizinkan :
Maksimum 10 cm robekan yang diakibatkan kawat.
Maksimum 10 cm robekan karena benda lain.
c. Keberadaan Kawat
- Masing-masing bale harus memiliki :
7 ikatan kawat yang tidak rusak
Posisi dari kawat pengikat harus 20 ± 3 cm dari garis tengah bale.
Kelonggaran kawat tidak boleh melebihi batas dalam alat wooden
wedge.
d. Label
Setiap label yang diberikan harus sesuai dengan jenis produk, jelas dan
mudah dibaca, serta memiliki nomor unit yang benar (tidak berulang, tidak ganda).
e. Grade
Setiap unit bale akan ditentukan jenis grade pulp-nya sesuai dengan hasil
analisis laboratorium. Apabila hasil pengecekan tidak sesuai dengan standar yang
ada, maka akan dianggap sebagai reject dan dikirim kembali ke area pulp dryer
untuk di repulping,Sedangkan pulp yang sudah sesuai kriteria akan diangkut ke
kontainer dan di bawa ke pelabuhan buatan untuk dikirim ke manca negara.
Volume : 8.000 m3
Tinggi : 43 m
Diameter 1 : 17 m
Diameter 2 : 17,5 m
Temperatur : 65-70 ºC
Konsistensi : 10-12%
Konsistensi : 2,5-3%
3.2.2.3 Headbox
Jet to wire ratio : 1,33
Slice Opening : 60-65 m
Tekanan : 10,2-10,4 kPa
Konsistensi : 1,2-1,8%
38
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai potensi yang memadai
untuk menjadi negara pengekspor pulp dan kertas terbesar di dunia. PT Riau
Andalan Pulp and Paper (RAPP) adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak
dibidang pengolahan bahan mentah berupa kayu, yang diolah menjadi pulp dan
kertas. Kualitas pulp sangat mempengaruhi eksistensi perusahaan pulp, oleh karena
itu kualitas dari pulp dan kertas ini sendiri harus selalu dijaga karena permintaan
konsumen dan persaingan antar perusahaan di luar. Saat ini, kebutuhan pulp
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan persaingan antar
perusahaan pulp yang ada di dunia, salah satu proses yang ada pada industri ini
adalah pulp dryer (PD). PT Riau Andalan Pulp and Paper memiliki 4 line PD, PD
1&2 memproduksi dissolving pulp dan PD 3&4 memproduksi kraft pulp.
Kandungan impurities pada setiap produk yang dihasilkan pasti berbeda, dan pada
umumnya kandungan impurities seharusnya dihilangkan dikarenakan dapat
merusak performa cleaner dan kualitas pulpnya, untuk menjaga hal tersebut, maka
parameter yang dapat mempengaruhi performa cleaner perlu diperhatikan. Tujuan
dari penulis adalah untuk mengobservasi parameter yang mempengaruhi performa
primary forward cleaner di pulp dryer 3.
4.1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari tugas khusus ini adalah untuk mengobservasi
parameter yang memepengaruhi performa primary forward cleaner di pulp dryer
3.
4.2 Tinjauan Pustaka
4.2.1 Centrifugal Cleaner
Centrifugal cleaner merupakan pemisahan padatan-padatan menggunakan
hydrocyclone dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. Centrifugal cleaner telah
40
41
banyak digunakan dalam industri pulp dan kertas selama bertahun-tahun sebagai
sarana menghilangkan kontaminan kecil. Awalnya centrifugal cleaner hanya
digunakan untuk menghilangkan material padat (seperti pasir dan partikel kotoran),
tetapi sejak diperkenalkannya “Reverse Cleaner” proses penghilangan kontaminan
low density dapat dihilangkan (Covey & Consultig, 2015).
Selain proses penyaringan, pemisahan impurities dari pulp juga dapat
dilakukan melalui proses screening dan cleaning system. Prinsip pemisahan
impurities dari pulp dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran partikel dan densitas
antara pulp dan impurities (Krotscheck, 2006). Variabel yang mempengaruhi proses
cleaning meliputi karakteristik stock, desain cleaner dan variabel proses. Sistem
screening PD 3 menggunakan jenis NOSS screening yang terdiri dari 2 peralatan
yaitu :
a. Radiscreen
Radiscreen berfungsi untuk memisahkan kontaminan dari slush pulp
berdasarkan perbedaan ukuran. Dalam proses pemisahan kontaminan, radiscreen
bekerja pada konsistensi 2,5-3%. Radiscreen memiliki lubang plate screen dengan
diameter 4 mm. Kontaminan dengan ukuran yang lebih besar dari diameter plate
screen akan tertahan sebagai reject dan dibuang ke kanal, sedangkan kontaminan
yang lolos dari saringan sebagai accept akan dipompakan ke radiclone atau lebih
dikenal dengan hydrocyclone.
b. Radiclone
Radiclone atau lebih dikenal dengan hydrocyclone adalah canister
bertekanan yang berfungsi untuk memisahkan kontaminan dari slush pulp
berdasarkan perbedaan berat jenis. Konsistensi pada radiclone ini dijaga dalam
rentang 0,3-0,8%. Hydrocyclone terbagi menjadi dua bagian yaitu forward
hydrocyclone dan reverse hydrocyclone yang bekerja dengan prinsip gaya
sentrifugal. Forward hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan kontaminan
dengan berat jenis yang lebih tinggi dari serat, seperti silica, pitch, metal, dan lain-
lain. Pada forward hydrocyclone, accept terdapat pada bagian atas dan reject pada
bagian bawah, sedangkan reverse hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan
42
kontaminan dengan berat jenis yang lebih rendah dari serat, seperti talc, plastik, dan
lain-lain. Pada reverse hydrocyclone, accept terdapat pada bagian bawah dan reject
terdapat pada bagian atas. PD 3 memiliki 6 stage forward dan 1 stage reverse.
𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦
𝑇ℎ𝑖𝑐𝑘𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = ..............................................................4.2
𝑓𝑒𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑦
Berdasarkan teori Sixta (2006), range thickening factor adalah 1,5 – 3. Nilai
thickening factor yang kecil (<1,5), dapat disebabkan oleh differential pressure
yang kurang optimum maupun kondisi cone yang kurang layak. Kecilnya angka TF
menunjukkan bahwa sedikit reject yang dihasilkan. Di satu sisi, jika reject sedikit
akan membuat sedikit jumlah pulp yang terbuang sehingga produksi pulp dapat
meningkat. Tetapi, secara kualitas, jumlah reject yang sedikit dapat menyebabkan
impurties yang tersisa masih banyak dan dapat diartikan bahwa proses pemisahan
kurang maksimal sehingga kualitas pulp menjadi kurang baik. Begitu juga
sebaliknya, jika nilai thickening factor lebih besar dari 3, maka akan
menguntungkan secara kualitas, namun merugikan secara kuantitas karena banyak
pulp yang terbawa ke reject bersama impurities.
Dirt count (feed) merupakan jumlah pengotor yang terhitung pada umpan
pulp, sedangkan dirt count (accept) merupakan jumlah pengotor pada pulp yang
diterima (yang telah bersih). Persamaan diatas merupakan persamaan umum.
Namun, kini masalah yang ditemukan adalah kandungan silika dalam pulp,
sehingga sering menjadi keluhan dari customer disebabkan karena kandunga silika
dapat membuat alat cepat korosi dan rusak. Oleh karena itu, efisiensi cleaner
dihitung berdasarkan jumlah silika, dapat dilihat pada persamaan 4.4
45
Data yang diambil merupakan data sekunder dari tanggal 26 Februari 2019
– 3 Oktober 2020.
d. Diskusi dengan Staf Pabrik
Diskusi ini dilakukan bersama mentor, supervisor pulp dryer, process
engineer (PE) dan operator di pulp dryer. Tujuan dilakukannya diskusi yaitu untuk
menghindari terjadinya kesalahan maupun kekeliruan dalam pemahaman data yang
diperoleh, informasi yang diterima, dan juga bertujuan untuk menambah wawasan
penulis tentang parameter yang mempengaruhi performa cleaner.
e. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah sesuai dengan judul tugas
khusus, yaitu parameter yang mempengaruhi performa cleaner.
f. Evaluasi Data
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dievaluasi dan diberikan pembahasan.
4.4 Hasil dan Pembahasan
Dari observasi yang dilakukan, didapat 3 parameter penting yang dapat
mempengaruhi performa cleaner, yaitu :
4.4.1 Differential Pressure
Dari observasi yang dilakukan, didapatkan hasil dari differential pressure
sebagai berikut :
Differential Pressure
Primary Cleaner Pulp Dryer 3
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
FEB,19 JUN,19 SEP,19 APR,20 OKT,20
Pada primary forward E-032, E-033, E-034, dan E-035, nilai differential
pressure yang di bawah range mengindikasikan kondisi cone yang tidak smooth
lagi, sehingga menyebabkan gaya sentrifugal yang terbentuk tidak optimal.
Akibatnya, proses pemisahan kontaminan juga tidak optimal. Sedangkan, nilai
differential pressure yang diatas range mengindikasikan kemungkinan terjadi
peng-adjust-an untuk memperoleh efisiensi yang optimal.
Untuk mengetahui hasil nilai differential pressure yang mengindikasikan
performance cleaner saat ini dapat dilihat pada grafik 4.1, tanggal 3 Oktober 2020.
Primary forward E-032 hampir memenuhi range, hal ini menunjukkan
kemungkinan adanya pengadjustan untuk mencapai efisiensi yang diharapkan.
Sedangkan primary forward E-033, E-034, dan E-035 memiliki nilai DP yang
rendah dikarenakan kondisi cone banyak yang tidak sesuai standar lagi, sehingga
proses pemisahan kontaminan menjadi tidak optimal, karena gaya sentrifugal yang
dihasilkan tidak stabil akibat adanya permukaan cone yang tidak rata dan gesekkan
yang terjadi secara terus-menerus.
4.4.2 Thickening Factor
Dari observasi yang dilakukan, didapatkan hasil dari thickening factor
sebagai berikut :
Thickening Factor
Primary Cleaner Pulp Dryer 3
3
2,5
1,5
0,5
0
FEB,19 JUN,19 SEP,19 APR,20 OKT,20
Efisiensi Cleaner
Primary Cleaner Pulp Dryer 3
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
FEB,19 JUN,19 SEP,19 APR,20 OKT,20
5.1 Kesimpulan
PT. RAPP merupakan salah satu industri pulp dan kertas berskala
internasional yang memilki sistem terintegrasi. PT. RAPP mulai beroperasi secara
komersial diawal tahun 1995 yang mampu menghasilkan pulp 750.000 per tahun
berupa pulp elemental chlorin free (ECF). PT. RAPP mampu memproduksi pulp
sebesar 2.800.000 per tahun sejak awal tahun 2017, dengan menggunakan bahan
baku Acacia mangium, Acacia crassicarpa, dan Eucalyptus sp. PT. RAPP akan
melakukan improvement untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi
3.000.000 ton per tahun dengan mengembangkan hasil produksi berupa dissolving
pulp sebesar 1.000.000 ton.
PT. RAPP terddiri dari beberapa bisnis unit yaitu, Riau Pulp (RPL), Riau
Andalan Kertas (RAK), Riau Prima Energy (RPE), dan Riau Fiber. KPI di PT.
RAPP difokuskan pada bisnis unit Riau Pulp (RPL), khususnya pada pulp dryer
department yang berfungsi untuk mengeringkan pulp dari proses sebelumnya. Pulp
dryer department memiliki 4 line, yaitu PD 1 dengan kapasitas 1450 adt/day dan
gramatur 950-1050 gsm, PD 2 dengan kapasitas 1600 adt/day dan gramatur 1050-
1060 gsm, PD 3 dengan kapasitas 2200 adt/day dan gramatur 1150-1160, dan PD
4 dengan kapasitas 2400 adt/day dan gramatur 1250-1260 gsm.
Tahapan dalam pembuatan lembaran pulp di area pulp dryer adalah :
1. Stock Preparation
Pada tahap ini bahan baku berupa slush pulp dipersiapkan dari High Density
Tower (HDT) menuju Approach Flow System.
50
51
3. Wet End
Pada tahap ini terjadi proses pembentukan lembaran dari slush pulp menjadi
web pulp untuk menghilangkan air berdasarkan gravitasi, pemvacuuman, dan
pengepresan lembaran.
4. Dry End
Tahap ini bertujuan untuk mengeringkan lembaran pulp dari 50-52%
dryness menjadi 90% dryness menggunakan udara kering panas.
5. Finishing
Tahap ini bertujuan mengubah lembaran pulp menjadi bale pulp. Ada dua
proses pada tahapan ini, yaitu :
a. Cutter Layboy
Proses ini adalah proses pemotongan lembaran menjadi 8 bagian dengan
ukuran 800x837 mm ( untuk kraft pulp), dan 700x837 mm ( untuk dissolving pulp
(AE)).
b. Baling Line
Proses ini berfungsi untuk mengemas bale pulp menjadi bale unit pulp
(terdiri dari 8 bale) yang akan dikirim ke pulp warehouse.
Tiga parameter penting yang mempengaruhi performa kerja cleaner yaitu :
differential pressure, thickening factor, dan efisiensi cleaner. Range differential
pressure yang ditetapkan oleh pulp dryer department untuk primary forward yaitu
150-160 kPa. Nilai differential pressure yang di bawah range mengindikasikan
kondisi cone yang tidak smooth lagi, sehingga menyebabkan gaya sentrifugal yang
terbentuk tidak optimal. Akibatnya performa cleaner mengalami penurunan. Range
untuk thickening factor yaitu 2-3, Nilai thickening factor yang menurun diakibatkan
karena kemungkinan banyaknya cone yang patah dibagian reject sehingga
memungkinkan kandungan silika yang banyak masuk ke bagian accept, dan akan
menyebabkan turunnya performa dan efisiensi kerja cleaner. Range untuk efisiensi
52
5.2 Saran
53
LAMPIRAN A
Differential
Pressure Pressure Differential Presure
Presure
No. Description (kPa) (kPa) (kPa)
(kPa)
Cy Cy Cy
TF TF TF
No. Description (%) (%) (%)
26 Feb 2019 26 Juni 2019 18 Sep 2019
1 Feed Primary 0,88 0,89 0,92
2 Accept E-032 0,79 2,3 0,80 1,9 0,82 2,2
3 Reject E-032 1,99 1,70 2,05
4 Feed Primary 0,88 0,89 0,92
5 Accept E-033 0,87 1,0 0,65 1,4 0,87 1,2
6 Reject E-033 0,91 1,26 1,10
7 Feed Primary 0,87 0,87 0,98
8 Accept E-034 0,81 2,6 0,83 2,2 0,83 2,2
9 Reject E-034 2,22 1,90 2,13
10 Feed Primary 0,87 0,87 0,98
11 Accept E-035 0,76 2,6 0,78 2,6 0,94 2,4
12 Reject E-035 2,22 2,30 2,38
Cy Cy
TF TF
No. Description (%) (%)
16 Apr 2020 3 Okt 2020
1 Feed Primary 0,99 1,08
2 Accept E-002 0,98 2,6 0,89 2,6
3 Reject E-002 2,57 2,78
4 Feed Primary 0,99 1,08
5 Accept E-003 0,78 1,8 0,95 2,3
6 Reject E-003 1,74 2,43
7 Feed Primary 1,05 1,09
8 Accept E-004 1,00 2,6 0,97 2,3
9 Reject E-004 2,78 2,47
10 Feed Primary 1,05 1,09
11 Accept E-005 1,01 2,6 0,94 2,5
12 Reject E-005 2,68 2,74
A.3 Efisiensi Cleaner
Efisiensi Cleaner
Primary Cleaner
26 Feb 2019 26 Jun 2019 18 Sep 2019
Efisiensi Cleaner
Primary Cleaner
16 Apr 2020 3 Okt 2020
Pendidikan
2018 – Sekarang : D3 Teknologi Pulp dan Kertas
2014 – 2017 : SMA Swasta Panca karya Stabat
2011 – 2014 : SMP Negeri 1 Stabat
2005 – 2011 : SD Negeri 054907 Sentosa
Pengalaman Organisasi
2014 – 2015 : Anggota Osis SMA Swasta Panca Karya Stabat
Prestasi
2016 : Juara 2 Olimpiade Kimia SMA Tingkat Kabupaten
2019 : Harapan 1 YORECO (Young Researcher
Competition) Tingkat Nasional
LAMPIRAN D
LOG SHEET KEGIATAN
1 Safety Induction
6 Libur Covid
8 Mempelajari Finishing
9 Mempelajari Quality
Mengetahui,
Mentor Lapangan
Samsu Rizal