Email: *arifpin2609@gmail.com
Abstrak
Biomassa merupakan energi alternatif yang dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi krisis energi di Indonesia.
Torefaksi adalah proses pirolisa lambat tanpa oksigen yang memiliki rentang suhu 225-325oC. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui pengaruh torefaksi terhadap distribusi ukuran partikel biomassa, kemudahan biomassa menyerap
moisture content, dan kekerasan dari pellet biomassa yang berasal dari bagas tebu. Bagas tebu merupakan hasil
samping dari pertanian yang pemanfaatannya masih terbatas. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik
tiap biomassa adalah daya serap moisture content dari biomassa, distribusi ukuran partikel, dan Brinell Hardness.
Semakin tinggi suhu torefaksi mengakibatkan semakin mudah biomassa di reduksi ukuran dengan persentase ukuran
partikel kurang dari 125µm sebesar 43,55% pada suhu 325°C. Torefaksi juga mengakibatkan kemampuan biomassa
menyerap moisture content semakin kecil. Pada suhu 325°C kandungan moisture content sebesar 2,92%. Seiring
kenaikan suhu torefaksi, biomassa semakin sulit menyerap moisture content. Namun torefaksi menyebabkan sifat
kekerasan (Hardness) pellet biomassa rendah. Kenaikan suhu torefaksi menyebabkan sifat kekerasan (Hardness) pellet
biomassa semakin rendah dengan nilai tertinggi pada pellet biomassa tanpa torefaksi sebesar 1,20 kg/mm2.
Kata kunci : torefaksi; bagas tebu; pellet; moisture content; hardness.
Abstract
Biomass is an alternative energy that could become one of solution to overcome energy deficit in Indonesia.
Torrefaction is the process of slow pyrolysis without oxygen has a temperature range of 225-325oC. The purpose of this
research was to determine the influence on ease of torefaction of the particle size distribution of biomass, biomass
easily absorb moisture content, and hardness of the pellet biomass derived from sugarcane bagasse. Baggase a by-
product of agriculture, which utilization is still limited. Types of analysis to characterize the biomass as a result of
torrefaction are absorptive capacity of the biomass moisture content, particle size distribution, and Brinell Hardness.
The higher temperatures result in more easily with the size reduction of biomass in the percentage of particle size less
than 125µm was 43.55% at a temperature of 325°C. Torrefaction also resulted in the ability to absorb moisture content
of biomass is getting smaller. At temperatures of 325°C the content of moisture content of 2.92%. As the temperature
rises, biomass is increasingly difficult to absorb moisture content. However torrefaction cause hardness properties
(hardness) low biomass pellets. Rising temperatures cause the hardness properties (hardness) the lower biomass pellets
with high scores on biomass pellets of 1.20 kg/mm2.
Keywords : torrefaction; baggase; pellet; moisture content; hardness
Untuk mengurangi kendala tersebut dapat digunakan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
metode torefaksi. Torefaksi adalah metode pirolisa yang torefaksi terhadap kekerasan (Hardness) pellet
menggunakan suhu pembakaran rendah (sekitar 225- biomassa. Pellet yang digunakan memiliki ketebalan
325oC). Pada suhu tersebut kandungan hemiselulosa ±1,5cm dan terbuat dari serbuk biomassa yang
pada biomassa akan terdepolimerisasi [2]. Penelitian ini berukuran kurang dari 125µm. Metoda pengujian sifat
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan biomassa kekerasan (Hardness) pellet biomassa yang digunakan
untuk menyerap moisture content dan kekerasan adalah Brinell Hardness. Pemilihan metoda tersebut
(hardness) pellet biomassa yang berasal dari bahan baku disebabkan karena metoda ini dapat digunakan untuk
bagas tebu yang telah melalui proses torefaksi dan bahan yang terbuat dari softwood.
membandingkannya dengan kemampuan biomassa
untuk menyerap moisture content dan kekerasan 3. Hasil dan Pembahasan
(hardness) pellet biomassa yang berasal dari bahan baku
yang sama namun tanpa melalui proses torefaksi. 3.1 Tahap Pengujian Daya Serap Moisture Content
Diharapkan penggunaan metode torefaksi ini dapat Salah satu kelemahan bagas tebu sebagai sumber
memudahkan biomassa untuk di reduksi ukurannya bahan bakar alternatif adalah mudahnya untuk
sehingga mudah dalam pembuatan pellet biomassa. menyerap atau mengabsorpsi moisture content. Oleh
Selain itu juga diharapkan mampu meningkatkan daya karena itu bagas tebu harus diletakkan di ruangan yang
tahan biomassa dan kekuatan pellet biomassa. memiliki kelembaban rendah. Namun hal tersebut juga
tidak banyak berpengaruh, karena bagas tebu sangat
2. Metode Penelitian mudah menyerap moisture content. Hidrofobik
2.1 Tahap preparasi merupakan suatu sifat ketidaktertarikan dari sampel
untuk menyerap moisture content. Moisture content ini
Tahap preparasi sampel merupakan suatu tahapan dapat mengurangi kemudahan biomassa untuk menyala
penyiapan sampel sedemikian rupa sehingga bahan baku ketika digunakan sebagai bahan bakar. Semakin besar
tersebut siap dilakukan proses selanjutnya. Biomassa kenaikan moisture content pada biomassa artinya
yang digunakan sebagai bahan baku adalah bagas tebu. biomassa tersebut memiliki sifat hidrofobik yang
Pada tahap ini bahan baku bagas tebu dicacah/dipotong rendah. Begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil
dengan panjang sekitar ±3 cm. Kemudian bagas tebu kenaikan moisture content pada biomassa maka semakin
dikeringkan hingga memiliki moisture content dibawah besar sifat hidrofobik dari biomassa tersebut. Pengujian
10%. daya serap moisture content dari biomassa ini dilakukan
2.2 Tahap Torefaksi dengan melihat persentase moisture content yang
diserap oleh sampel biomassa dalam jangka waktu
Tahap torefaksi merupakan tahap inti dari penelitian tertentu. Pengujian ini dilakukan terhadap sampel
ini. Reaktor yang digunakan terbuat dari bahan kaca biomassa pada setiap suhu torefaksi dan juga terhadap
pyrex dengan diameter ±5 cm dengan panjang ±35 cm. sampel biomassa yang tanpa torefaksi. Dari hasil
Pada bagian bawah ujung reaktor berbentuk kerucut pengujian, didapat data yang ditunjukkan pada Tabel 1.
sehingga dapat dihubungkan dengan selang aliran Tabel 1 merupakan persentase kenaikan moisture
nitrogen. Dengan laju nitrogen 30mL/min, proses content sampel biomassa dari beberapa variasi suhu
torefaksi dilakukan dengan variasi suhu yaitu 225, 250, torefaksi. Data tersebut diperoleh dengan
275, 300, dan 325°C. Berat sampel yang digunakan membandingkan kenaikan bobot biomassa terhadap
0.80
0.68
0.40
0.00
Tanpa
225
250
275
Torefaksi
Suhu
(°C)
Gambar 5 Brinell Hardness Pellet Biomassa dari Beberapa Variasi
Suhu Torefaksi