Anda di halaman 1dari 14

BAB III

DESKRIPSI PROSES
3.1 Recovery boiler
Recovery boiler adalah suatu unit boiler yang berfungsi untuk memurnikan
kembali senyawa - senyawa kimia anorganik yang terkandung dalam black liquor
hasil pemasakan dari digester pulp making, dan sekaligus sebagai pembangkit
steam bertekanan tinggi (high pressure steam). Skema proses dari terbentuknya
black liquor dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Proses Pembentukan Black liquor

Bahan bakar utama yang digunakan pada recovery boiler berupa Heavy
Black liquor (HBL) (70% solid). Heavy black liquor mengandung 20-30%
senyawa kimia anorganik dengan kandungan utama yaitu sodium carbonat
(Na2CO3) dan sodium sulphate (Na2SO4) dan 40-50% senyawa organik yang
berasal dari kayu selama pemasakan di digester berupa serat kayu, lignin dan
sisanya adalah air. Dengan kata lain, recovery boiler merupakan bagian dari
chemical recovery. Dengan pembakaran heavy black liquor ini, energi panas yang
akan dilepaskan sekitar 3100 – 3500 kkal/Kg dry solid. Selanjutnya energi panas
ini sebagian digunakan untuk mengkorversi senyawa anorganik dan sebagian lagi
digunakan untuk membangkitkan steam. Proses reaksi kimia membutuhkan energi
inisiasi (initial energy, activation energy), untuk memacu rekasi kimia itu sendiri.

34
35

Jika proses reaksi kimia sudah terjadi, maka proses reaksi kimia itu akan
mengkasilkan kalor/panas yang akan digunakan sebagai pemicu proses reaksi
kimia dari campuran bahan bakar dan oksidiser yang belum terbakar.
Pembakaran (cumbustion) juga disebut juga sebagai chemical reaction
(reaksi kimia) antara bahan bakar (fuel) dan oksidiser (segala sesuatu yang
mengandung oksigen). Udara sangat penting untuk pembakaran black liquor dan
heavy fuel oil. Pada proses pembakaran recovery boiler, terjadinya pembakaran
dari solar disebabkan adanya fluktuasi dari karakteristik black liquor dari satu
plant ke plant lain.Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari proses
pembakaran, dibutuhkan proses pembakaran yang sempurna. Adapun syarat –
syarat agar dapat terjadi pembakaran yang sempurna yaitu :

1. Kuantitas udara (oksigen) yang disupply ke bahan bakar cukup.


2. Oksigen dan bahan bakar benar – benar tercampur.
3. Campuran bahan bakar dan udara terjaga di atas temperatur
pengapiannya.
4. Volume furnace cukup luas sehingga memberikan waktu yang cukup
bagi campuran bahan bakar dan udara untuk terbakar sempurna.

C + O2 CO2 + Heat
Carbon Oksigen Carbondioksida
2C + O2 2CO2 + Heat
Carbon Oksigen Carbonmonoksida
CO + ½ O2 CO2 + Heat
Carbon monoksida Oksigen Carbondioksida
2H2 + O2 2H2O + Heat
Hidrogen Oksigen Water

Gambar 3.2 Reaksi campuran organik dalam proses pembakaran

Transformasi yang terjadi pada recovery boiler bukan hanya terkait pada
pembakaran tetapi juga melibatkan reduksi sodium sulfate menjadi sodium
sulfida. Reaksinya yaitu :
36

Na2SO4 + 2C + Heat Na2S + 2CO2....................(5)


Sodium Sulfat Carbon Sodium Sulfida Carbon

Sodium sulfat membantu dalam proses pemasakan di digester agar


mencapai reduksi maksimum dari sulfat menjadi sulfide melalui proses recovery
boiler. Ukuran kwalitas reduksi ini dinamakan Reduction Efficiency. Kecepatan
reduksi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Na2 S
Kecepatan reduksi (%)= x 100 %.................................................(6)
Na2 S+ Na2 SO 4

Lelehan senyawa kimia anorganik (smelt) yang mengandung Na2CO3 dan


Na2S akan mengumpul di sekeliling sisi charbed dan mengalir keluar melalui
smelt spout yang akan dialirkan ke dalam dissolving tank. Di dalam dissolving
tank, smelt akan dilarutkan dengan WWL (Weak White Liquor). Hasil campuran
tersebut ini akan menghasilkan GL (Green Liquor) yang akan dipompakan ke
seksi RC untuk di Recausticying menjadi WL (White Liquor). Green Liquor
merupakan produk akhir dari recovery boiler. Selain itu recovery boiler juga
dapat sebagai pembangkit steam bertekanan tinggi (super heater steam).
Abu dan gas-gas hasil pembakaran yang disebut flue gas masih mengandung
nilai energi panas yang tinggi sehingga nantinya flue gas ini akan dihisap oleh
suatu alat yang dinamakan Induced Draft Fan (IDF), dimana flue gas lewat
diantara perpipaan boiler sehingga air yang terdapat di dalam perpipaan perlahan-
lahan menjadi panas (heat transfer) dan berubah menjadi steam bertekanan tinggi.
Sisa pembakaran berupa abu dan gas ini masih mengandung beberapa partikel
kimia, nantinya abu hasil pembakaran ini akan ditangkap oleh alat yang bernama
Electrostatic presipitator (ESP). ESP merupakan alat yang dirancang untuk
membersihakan atau memisahkan abu dari flue gas hasil dari pembakaran black
liquor dengan proses ionisasi flue gas pada tekanan tinggi yang dapat memberi
muatan listrik. Di collecting menggunakan convenyor untuk dikirim kembali ke
mixing tank untuk digunakan kembali pada proses pembakaran selanjutnya,
sedangkan partikel zat kimia yang masih terkandung di dalam udara hasil
37

pembakaran tadi akan di tangkap di scrubber dengan menggunakan warm water


spray lalu zat kimia tersebut akan dikirimkan kembali ke dissolving tank sebagai
bahan pencampur pembuatan GL. Jadi sisa udara yang dilepaskan melalui stack
ke atsmosfer dalam kondisi aman untuk kehidupan sekitar (Nainggolan, 1996).

3.2 Bahan Bakar Recovery boiler


Bahan bakar yang digunakan dalam proses recovery boiler yaitu :
1. Black liquor (black liquor firing)
Bahan bakar utama untuk recovery boiler adalah heavy black liquor hasil
pemekatan weak black liquor (WBL) di evaporator plant.
2. Diesel oil atau solar
Diesel oil atau solar digunakan sebagai bahan bakar penyangga recovery
boiler. Bahan bakar solar ditampung di tangki tanpa diisolasi dan tanpa
dipanasi karena udara sekitarnya cukup panas.

3.3 Instrumentasi Recovery boiler


3.3.1 Furnace
Furnace sering disebut dengan tungku pembakaran yaitu sebuah perangkat
yang digunakan untuk pemanasan. Nama itu berasal dari bahasa latin Fornax,
oven. Alat ini berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pembakaran heavy black
liquor dengan senyawa kimia lainnya. Furnace yang dibakar dengan minyak
bakar hampir seluruhnya menggunakan minyak furnace, terutama untuk
pemanasan kembali dan perlakuan panas bahan. Furnace wall water diberi 4 buah
down comer dengan tujuan untuk meningkatkan aliran air yang masuk. Furnace
down comer dihubungkan dengan sambungan silang dibawah furnace untuk
meningkatkan sirkulasi air. Dan furnace floor dibuat dengan bagian depan dan
belakang. Dinding furnace terbuat dari composite tube. Ketebalan pipa
disesuaikan dan diambil dari persyaratan standar DIN.

3.3.2 Steam Drum


Singel drum dirancang dengan drum berlokasi dibagian luar flue gas serta
berada pada bagian depan dinding boiler. Drum menggunakan internal cyclone
separator untuk pemisahan air. Cyclone separator bertipe sentrifugal dan berfungsi
38

untuk memisahkan air dan uap. Air yang dipisahkan kembali berubah menjadi
boiler water. Primary dan secondary digunakan untuk tambahan pengontrolan
kadar uap basah dan padat dalam steam. Drum dilas dengan pengelasan lebur dan
kontruksi plat. Level normal air di steam drum adalah 100 mm dibawah garis
tengah dari pada drum.

3.3.3 Superheater
Superheater terdiri dari empat tingkatan yaitu primary, secondary dan
tertiary dan dua attemperator. Attemperator ganda dimaksudkan untuk
menghasilkan kualitas steam yang bersih metal temperatur yang baik pipa
superheater interconection menyilang guna penyerapan panas yang seimbang.
Superheater ditempatkan diatas furnace dan diatas nose dan screen berguna untuk
melindungi superheater dari radiasi panas langsung.

3.3.4 Steam Attemperator System


System attemperator mencakup sweet water condensor sparay water piping
dan valvenya serta steam attemporator terletak di antara primary dan secodary
superheater (attemporator 3 dan 4). Temperatur steam dikontrol dengan sistem
attemporator uap dengan maksud untuk mendapatkan temperatur steam yang
konstan pada superheater yang keluar serta memastikan bahwa suhu logam
maksimum yang dapat diterima tidak melampaui batas.

3.3.5 Generating Section


Generating section terdiri dari boiler bank screen, boiler bank sisi depan
dan boiler sisi belakang. Boiler bank merupakan aliran panjang dengan single
pass yang dipasang dengan elemen finetube. Bagian bawah screen tube dibuat
miring untuk menghindari tumpukan garam, sedangkan bagian atas dilaskan
bersama-sama dengan atap boiler bank. Flue gas flow alirannya adalah
berlawanan dengan campuran aliran air dan steam. Pipa dari aliran boiler bank
dibuat dari bahan carbonsteel yang berdiameter 60,3 mm.

3.3.6 Screen Tubes


39

Screen tube berfungsi untuk menghindari radiasi flue gas yang masuk ke
superheater dan menurunkan temperatur dari furnace yang digunakan screen
tube.

3.3.7 Economizer
Economizer merupakan gabungan dari dua bagian aliran panjang yang
terdiri dari elemen-elemen dan finned tube. Elemen headernya dibuat miring
bertujuan untuk menghindari tumpukan garam pada elemen.

3.4 Teknik Pengoperasian Recovery boiler


3.4.1 Feed Water System dan Daerator
Feed water (umpan air boiler) merupakan campuran antara steam condensat
dan demineralizer water make up yang dicampur di reservoir tank. Feed water
dipompakan ke dearator dimana feed water ini disemprotkan melalui bagian atas
dearator dengan hembusan steam dari bagian bawah dalam temperatur 130 °C dan
melepaskan senyawa oksigen bebas dari feed water. Selanjutnya feed water
mengalir melalui tiga lapisan perforated plate masuk ke steam scrubbing vesel
dan over flow ke dearator tank. Sebagian uap dan oksigen keluar melalui venting
dearator. Untuk penyempurnaan penghilangan oksigen bebas, disuntikan senyawa
hydrazin (N2H4) kedalam dearator.
Dari dearator, feed water dipompakan menuju boiler dengan menggunakan
feed water pump. Feed water pump terdiri dari 3 unit (50 Hz dan 1 unit (60 Hz)
yang kapasitasnya lebih kecil. Pada operasi normal digunakan feed water 1 unit
(50 Hz) dan feed water lainnya standby. Pada operasi normal digunakan feed
water (60 Hz).

3.4.2 Sirkulasi Air Boiler dan Steam


Feed water di daerator dipompakan ke header bawah economizer I melalui
pipa dengan diameter luar 159 mm. Dari header bawah economizer I air bergerak
keatas menuju header atas economizer I melalui 67 baris pipa economizer. Dari
header atas economizer I air bergerak turun ke header bawah economizer II, dari
sana air keatas melalui 67 baris perpipaan economizer II ke header atas. Feed
water sedang dipanaskan dari temperatur 130 °C hingga 230 °C dan akan
40

mengalir ke steam drum melalui 6 penghantar pipa pengeluaran. Ada 6 pipa down
comer secara keseluruhan dua pipa down comer dihubungkan ke header bawah
boiling tube panel atau generation bank sebagai penghubung air dari steam drum
ke generation bank. Campuran air dan steam yang ada di generation bank akan
mengalir ke steam drum dan didalam steam drum ini air boiler fase cair dan fase
uap dipisahkan oleh cyclone separator. Dimana uap yang terbentuk terkumpul
pada level atas steam drum dimanakan saturated steam dan air boiler pada level
bawah steam drum disirkulasikan kembali.
Akibat pelepasan uap yang terbentuk kadar mineral di steam drum makin
lama semakin mengental. Maka untuk mengstabilkan kadar air mineral dari
sejumlah kecil air boiler didalam steam drum dibuang secara kontiniu menuju
kontinual blow down expantion tank. Di continual blow down expantion tank air
boiler sebagian berubah menjadi uap dan dialirkan menuju dearator, sementara
sisanya dibuang ke blow down tank. Untuk menjaga mutu air boiler, disuntikkan
senyawa kimia sodium hydroksida (NaOH) dan sodium phospat (Na3PO4)
diperpipaan feed water menuju economizer I (Nainggolan, 1996).

3.4.3 Superheater dan Main Steam


Uap jenuh yang terkumpul di steam drum dinamakan saturated steam,
dialirkan melalui screen tube menuju superheater I, II, III. Didaerah ini uap
dipanaskan dari kondisi saturated steam hingga superheated steam. Daerah
penginjeksian feed water terletak diantara header superheater I dengan
superheater II dan superheater III. Pada kondisi operasi normal, temperatur steam
pada deaerator superheater dapat dikontrol sebagai berikut :

- Temperatur steam setelah S/H I = 343 °C


- Temperatur steam setelah S/H II = 387 °C
- Temperatur steam setelah S/H III = 455 °C

3.4.4 Udara Pembakaran dan Flue Gas


1. Combusition Air System
Kebutuhan udara pembakaran black liquor ke furnace dilengkapi 3
tingkatan yang berbeda yaitu primary, lower dan upper secondary serta
41

tertiary air system. Kebutuhan udara untuk start up dan load burner diambil
dari secondary air system. Udara dimasukkan dari FDF melalui airport/winbox
pada dinding furnace. Winbox dilokasikan dalam tiga level yang berbeda sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing. Udara dari primary FD Fan
dihembuskan menuju primary air ductring yang terpasang disekeliling dinding
luar dari furnace yang selanjutnya didistribusikan kesetiap winbox. Air duct
ring primary dihubungkan ke 38 winbox, yang dibagi atas 4 unit air port dan
setiap bagian diatur oleh sebuah damper. Lokasi primary air port berada pada
level 1 meter diatas lantai furnace.
Udara dari secondary FD Fan dihembuskan menuju secondary air duct ring
yang terpasang disekeliling dinding furnace (luar) yang selanjutnya
didistribusikan ke setiap lubang winbox, melalui pengaturan masing-masing
damper air port. Secondary air port berada pada level sekitar 4 meter diatas
furnacefloor, dimana pada load tersebut ditempatkan 8 unit start up burner
dihubungkan langsung dari secondary air duct ring melalui pengaturan
damper tersendiri untuk setiap start up burner. Udara dari tertiary FD Fan
dihembuskan menuju tertiary air duct ring yang terpasang dinding luar
furnace pada bagian depan dan belakang furnace, Level posisi HBL spray
gun, dimana pendistribusian udara kesetiap lubang air port diatur melalui
damper air port. Udara primary dan secondary dipanaskan terlebih dahulu
pada masing-masing air heater sebelum didistribusikan ke air duct ring dan
udara tertiary didistribusikan langsung tanpa pemanasan.

2. Flue Gas
Flue gas terbentuk akibat adanya pembakaran dari bahan bakar black
liquor atau fuel oil dimana flue gas ini akan tertarik melalui superheater bank,
generating bank, economizer bank dan electric precipitator oleh dua buah
induced draft fan (IDF). Pengontrolan press dari furnace dilakukan untuk
menjaga tekanan didalam bagian atas furnace tetap konstan yaitu diantara 3 –
10 mm WG. Pengontrolan ini terjadi oleh adanya signal dari furnace pressure
indicator mengatur speed putaran dari IDF yang dapat menyeimbangkan draft
didalam boiler. Recovery boiler ini dilindungi oleh tekanan yang sangat tinggi
42

apabila terjadi oleh sebuah “Pressure Switch”, dimana primary dan secondary
air fan akan trip dengan sendirinya apabila terjadi tekanan furnace yang tinggi
sekali. Sedangkan untuk tekanan furnace yang rendah sekali juga dapat
membuat IDF trip dengan sendirinya, karena furnace pressure controller dan
precipitator outlet duct pressure indicators mempunyai informasi alarm untuk
flow dan high pressure yang diset dekat ke normal press untuk memberikan
aba – aba dan memberikan tindakan mencegah boiler trip.

3.4.5 Black Liquor System


Bahan bakar utama recovery boiler adalah heavy black liquor merupakan
hasil pemekatan WBL di evaporator plant. Mixing tank menerima black liquor
yang berasal dari HBL storage tank dengan sedikit resirkulasi aliran black liquor
dari spraygun dan ash dari hopper. Black liquor ke furnace disemprotkan melalui
12 buah spraygun dengan tipe “Splash plate nozzle”, dimana disetiap dinding dari
furnace terdapat 3 spraygun. Spraygun pada dinding bagian depan dan belakang
dari furnace dapat dioperasikan secara oksilasi, sementara pada furnace bagian
kiri dan kanan dipergunakan spraygun yang distasionary (tetap) tidak bergerak.
Kandungan air yang ada dalam black liquor sebagian akan diuapkan sewaktu
black liquor jatuh (disemprot) menuju charbed dengan adanya gas dari charbed
dan udara secondary yang panas pada proses pembakaran didalam furnace.
Area penyemprotan dari oscillating spraygun dapat divariasikan dengan
merubah panjang dari gun dan spraygun dan dengan merubah lip angle (sudut
lidah) dari nozzel. Apabila area penyemprotan harus dinaikkan, misalnya karena
rendahnya dry solid dari black liquor sehingga pembakaran normal tidak bisa
dipertahankan maka stroke dari spraygun dapat dinaikkan dengan memperpanjang
lever (gun) dari spraygun tersebut. Didistribusi dari black liquor pada kedua sisi
dari furnace harus sama, untuk itu mengatur spraygun dapat dilakukan dengan
merubah sebuah “inner connecting rod” yang dikoneksi diantara eccentric dari
gearbox dan spraygun.
Level area penyemprotan dari spraygun juga diatur dengan menaikkan atau
menurunkan gun dengan cara yang sama seperti diatas dan juga besarnya area
penyemprotan dapat dinaikkan atau dikurangi dengan menggerakkan (memutar)
43

ujung rod didalam eccentric. Dalam mempergunakan lip angle (sudut lidah
spraygun) harus dipilih dengan hati-hati untuk dimensi furnace yang sesuai.
Karena untuk furnace yang lebih lebar dan lebih besar penggunaan lip angle dari
spraygun yang terlampau kecil dapat menyebabkan masalah pembakaran pada
dinding tempat spraygun yang berlawanan dan bila lip angle yang terlampau
besar akan dapat menyebabkan masalah pada dinding tempat spraygun yang
sejajar sehingga dapat menimbulkan terjadinya carry over. Pergerakan osilasi dari
spraygun tidak boleh terlampau lebar dan temperatur dibagian daerah pengeringan
tidak boleh terlampau tinggi pada ruang pembakaran karena dapat mempengaruhi
atau menimbulkan terjadinya penguapan dari senyawa alkali dari dalam charbed.
Tekanan penyemprotan black liquor ke furnace biasanya bervariasi diantara
100 – 200 kPa (1-2 bar). Untuk tekanan penyemprotan yang tinggi akan
menyebabkan butiran–butir penyemprotan kecil sekali sehingga dapat
menyebabkan kemungkinan carry over dan penempelan deposit didaerah bagian
dalam boiler. Temperatur penyemprotan black liquor yang terlalu rendah akan
menyebabkan kurangnya distribusi yang merata sehingga akibatnya black
charbed (charbed yang gelap), karena itu kondisi pembakaran yang diinginkan
adalah pembakaran black liquor yang mempunyai tekanan dan temperatur yang
stabil. Tekanan penyemprotan dari black liquor juga tergantung kepada viskositas
yang tinggi dibutuhkan tekanan penyemprotan yang lebih tinggi. HBL
dipompakan ke mixing tank dan dicampur dengan ash (dust) serta salt cake make
up (NaSO4 powder) dan diaduk dengan agitator. Dipanasi dengan low press steam
hingga temperatur sekitar 105 – 115 °C untuk memperoleh campuran yang
sempurna dan tidak menggumpal. Kemudian HBL dipompakan pada steam
perpipaan menuju spray gun dan dipanasi kembali dengan medium press steam
secara kontak langsung (direct steam heater) untuk mencapai temperatur yang
sesuai sekitar 115 – 120 °C.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembakaran HBL adalah :
1. % total solid
2. Viskositas
3. Temperatur
44

4. Sudut penyemprotan
5. Jenis spray gun dan ukuran nozzle spray gun

Viskositas HBL sangat tergantung pada % total solid dan temperatur HBL.
Bila viskositasnya tinggi akan menyebabkan semprotan HBL terlalu kasar
sehingga sulit terbakar di furnace. Sebaliknya apabila viskositasnya rendah, akan
menyebabkan semprotan HBL terlalu halus dan meningkatkan terjadinya carry
over dan chemical loss (TRS). Flow penyemprotan HBL tergantung pada tekanan
penyemprotan, ukuran nozzle serta jumlah spray gun yang dipakai. Pembentukan
charbed didasar furnace tergantung pada viskositas, flow penyemprotan HBL,
sudut penyemprotan, jenis dari spraygun dan jumlah pemberian udara serta
tekanan.

3.4.6 Green Liquor System


Pada pembakaran black liquor didalam furnace unsur – unsur organik pada
black liquor akan terbakar menjadi dalam bentuk gas dan unsur – unsur
anorganiknya akan terbakar menjadi dalam bentuk smelt dimana smelt ini
mengandung bahan kimia seperti Na2CO3 dan Na2S. Smelt yang terjadi ini turun
mengalir kedasar furnace melalui celah – celah gundukan charbed dan dari dasar
furnace akan mengalir turun ke dissolving tank melalui smelt spout dimana smelt
ini akan dilarutkan dengan weak wash liquor yang berasal dari recaustizing dan
smelt sudah terlarut ini disebut sebagai green liquor. Kemudian akan dikirim ke
seksi recaustizing untuk diproses selanjutnya menjadi white liquor. Karena
temperatur smelt yang terbentuk dalam furnace mempunyai temperatur yang
tinggi yaitu antara 850 – 900 °C, kemudian mengalir melalui smelt spout maka
smelt ini dilengkapi dengan pendinginan dengan pendingin air didalamnya untuk
mencegah adanya overheating.
Selanjutnya untuk menurunkan kebisingan dari ledakan yang akan terjadi
apabila smelt jatuh dan berkontak langsung dengan permukaan larutan didalam
dissolving tank, maka sebelumnya smelt dipecahkan dalam bentuk butiran yang
kecil dengan menggunakan steam medium pressure (12 bar) yang arahnya
langsung berlawanan dengan arah aliran smelt yang jatuh kedalam dissolving tank.
45

Dengan tujuan yang sama, green liquor juga disirkulasikan dan disemprotkan ke
smelt yang jatuh dalam membantu mengurangi kebisingan yang mungkin terjadi.
Densitas dari green liquor dalam dissolving tank dikontrol dengan pengaturan
flow weak wash dalam pipa yang terpisah masuk kedalam dissolving tank.
Terkadang adakalanya aliran weak wash yang masuk kedalam dissolving tank
kurang maka dalam hal ini dapat digunakan air sebagai pelarut bila diperlukan.
Dalam pengukuran level dan densitas dalam dissolving tank yang menggunakan
“bubble pipe” untuk mencegah kemungkinan terjadinya mampat pada bubble
pipe, aliran sealing wate yang stabil tetap dialirkan ke dalam bubble pipe.
Gas yang terjadi di dissolving tank yang terdiri dari campuran seperti udara,
uap air yang terkontaminasi dengan abu dan senyawa sulfur dikeluarkan ke udara
atmosfir melalui stack (cerobong). Untuk pengadukan green liquor yang merata
didalam dissolving tank digunakan agitator dengan dua unit impeler. Dissolving
tank ini juga dilengkapi dengan perpipaan untuk overflow, dari dan inlet make up.
Recovery boiler ini mempunyai lima buah smelt spout dimana masing – masing
smeltspout ditutupi dengan sebuah “mini hood” yang dapat dicuci secara terus-
menerus dengan air bagian bawah didalamnya.

3.4.7 Soot Blowing System


Soot blower bertujuan untuk menjatuhkan atau membersihkan abu yang
melekat pada permukaan perpipaan boiler (superheater, boiler bank, economizer).
Sistem soot blower diambil dari primary superheater I out yang didistribusikan
dengan menggunakan control valve. Dalam penggunaannya steam diturunkan
dari 68 bar menjadi 25 bar. Prinsip kerja dari soot blower ini adalah untuk
membersihkan permukaan pipa dari partikel dari flue gas yang melekat akibat
proses heat transfer dengan menggunakan steam yang disemprotkan dari nozzle
yang berada di ujung lance tube. Soot blower masuk kedalam boiler ketika nozzle
inside valvesteam terbuka dan lance tube berputar. Soot blower dilengkapi dengan
pengontrolan tekanan dari dalam lance tube.

3.4.8 Electrostatic Precipitator (ESP)


46

Setiap Recovery boiler harus dilengkapi dengan ESP yang berguna untuk
menangkap partikel-partikel padat yang terdapat di dalam flue gas. Partikel-
partikel padat tersebut selanjutnya akan dikembalikan ke dalam mixing tank untuk
dicampurkan kembali dengan HBL untuk proses pembakaran selanjutnya. Abu
yang tertangkap oleh ESP akan menempel pada unit collecting plate. Collecting
plate dilengkapi dengan alat yang disebut hammer system yang berfungsi untuk
merontokkan abu yang menempel pada collecting plate untuk akhirnya dibawa
oleh convenyor ke mixing tank. Abu yang menempel pada collecting plate sebelu
mnya ditarik oleh Emeting Road karena diberi tegangan listrik DC sebesar 2200
mA atau 90 Kv. Pada prinsipnya abu ditangkap selain untuk mengurangi
pencemaran udara pada lingkungan sekitar pabrik, abu ditangkap juga untuk
mengurangi kerugian karena di dalam abu tersebut masih banyak terkandung
unsur-unsur kimia yang dibutuhkan untuk proses penghasilan smelt. Pada RB#13
dilengkapi dengan 3 unit ESP.

3.4.9 Chloride and Potassium Removal Process (CRP)


CRP merupakan unit yang terdiri dari seperangkat peralatan yaitu terdiri
dari crystallizer, centrifuge, heater, dan mixing tank. Unit ini dibuat untuk
menghilangkan chlorida dan potassium pada ash yang dihasilkan oleh ESP
selama proses di recovery boiler berlangsung.

3.5 Sistem Pengamanan Recovery boiler


Recovery boiler dilengkapi dengan sistem pengamanan yaitu :
a) System Interlock
Sistem ini berfungsi intuk mencegah kerusakan boiler apabila terjadi
penyimpangan kondisi operasi.
b) Safety Valve
Alat ini berfungsi untuk menjaga tekanan boiler tidak melebihi batas
keamanan yang ditentukan.
c) System Rapid Drainage
Sistem ini berfungsi untuk mengosongkan air boiler sampai level
minimum, apabila terjadi kebocoran yang parah pada perpipaan boiler yang
47

menyebabkan air masuk kedalam furnace. Sistem ini dioperasikan pada saat
emergency dan berlangsung cepat agar boiler terhindar dari kerusakan yang
lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai