DESKRIPSI PROSES
3.1 Recovery boiler
Recovery boiler adalah suatu unit boiler yang berfungsi untuk memurnikan
kembali senyawa - senyawa kimia anorganik yang terkandung dalam black liquor
hasil pemasakan dari digester pulp making, dan sekaligus sebagai pembangkit
steam bertekanan tinggi (high pressure steam). Skema proses dari terbentuknya
black liquor dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Bahan bakar utama yang digunakan pada recovery boiler berupa Heavy
Black liquor (HBL) (70% solid). Heavy black liquor mengandung 20-30%
senyawa kimia anorganik dengan kandungan utama yaitu sodium carbonat
(Na2CO3) dan sodium sulphate (Na2SO4) dan 40-50% senyawa organik yang
berasal dari kayu selama pemasakan di digester berupa serat kayu, lignin dan
sisanya adalah air. Dengan kata lain, recovery boiler merupakan bagian dari
chemical recovery. Dengan pembakaran heavy black liquor ini, energi panas yang
akan dilepaskan sekitar 3100 – 3500 kkal/Kg dry solid. Selanjutnya energi panas
ini sebagian digunakan untuk mengkorversi senyawa anorganik dan sebagian lagi
digunakan untuk membangkitkan steam. Proses reaksi kimia membutuhkan energi
inisiasi (initial energy, activation energy), untuk memacu rekasi kimia itu sendiri.
34
35
Jika proses reaksi kimia sudah terjadi, maka proses reaksi kimia itu akan
mengkasilkan kalor/panas yang akan digunakan sebagai pemicu proses reaksi
kimia dari campuran bahan bakar dan oksidiser yang belum terbakar.
Pembakaran (cumbustion) juga disebut juga sebagai chemical reaction
(reaksi kimia) antara bahan bakar (fuel) dan oksidiser (segala sesuatu yang
mengandung oksigen). Udara sangat penting untuk pembakaran black liquor dan
heavy fuel oil. Pada proses pembakaran recovery boiler, terjadinya pembakaran
dari solar disebabkan adanya fluktuasi dari karakteristik black liquor dari satu
plant ke plant lain.Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari proses
pembakaran, dibutuhkan proses pembakaran yang sempurna. Adapun syarat –
syarat agar dapat terjadi pembakaran yang sempurna yaitu :
C + O2 CO2 + Heat
Carbon Oksigen Carbondioksida
2C + O2 2CO2 + Heat
Carbon Oksigen Carbonmonoksida
CO + ½ O2 CO2 + Heat
Carbon monoksida Oksigen Carbondioksida
2H2 + O2 2H2O + Heat
Hidrogen Oksigen Water
Transformasi yang terjadi pada recovery boiler bukan hanya terkait pada
pembakaran tetapi juga melibatkan reduksi sodium sulfate menjadi sodium
sulfida. Reaksinya yaitu :
36
Na2 S
Kecepatan reduksi (%)= x 100 %.................................................(6)
Na2 S+ Na2 SO 4
untuk memisahkan air dan uap. Air yang dipisahkan kembali berubah menjadi
boiler water. Primary dan secondary digunakan untuk tambahan pengontrolan
kadar uap basah dan padat dalam steam. Drum dilas dengan pengelasan lebur dan
kontruksi plat. Level normal air di steam drum adalah 100 mm dibawah garis
tengah dari pada drum.
3.3.3 Superheater
Superheater terdiri dari empat tingkatan yaitu primary, secondary dan
tertiary dan dua attemperator. Attemperator ganda dimaksudkan untuk
menghasilkan kualitas steam yang bersih metal temperatur yang baik pipa
superheater interconection menyilang guna penyerapan panas yang seimbang.
Superheater ditempatkan diatas furnace dan diatas nose dan screen berguna untuk
melindungi superheater dari radiasi panas langsung.
Screen tube berfungsi untuk menghindari radiasi flue gas yang masuk ke
superheater dan menurunkan temperatur dari furnace yang digunakan screen
tube.
3.3.7 Economizer
Economizer merupakan gabungan dari dua bagian aliran panjang yang
terdiri dari elemen-elemen dan finned tube. Elemen headernya dibuat miring
bertujuan untuk menghindari tumpukan garam pada elemen.
mengalir ke steam drum melalui 6 penghantar pipa pengeluaran. Ada 6 pipa down
comer secara keseluruhan dua pipa down comer dihubungkan ke header bawah
boiling tube panel atau generation bank sebagai penghubung air dari steam drum
ke generation bank. Campuran air dan steam yang ada di generation bank akan
mengalir ke steam drum dan didalam steam drum ini air boiler fase cair dan fase
uap dipisahkan oleh cyclone separator. Dimana uap yang terbentuk terkumpul
pada level atas steam drum dimanakan saturated steam dan air boiler pada level
bawah steam drum disirkulasikan kembali.
Akibat pelepasan uap yang terbentuk kadar mineral di steam drum makin
lama semakin mengental. Maka untuk mengstabilkan kadar air mineral dari
sejumlah kecil air boiler didalam steam drum dibuang secara kontiniu menuju
kontinual blow down expantion tank. Di continual blow down expantion tank air
boiler sebagian berubah menjadi uap dan dialirkan menuju dearator, sementara
sisanya dibuang ke blow down tank. Untuk menjaga mutu air boiler, disuntikkan
senyawa kimia sodium hydroksida (NaOH) dan sodium phospat (Na3PO4)
diperpipaan feed water menuju economizer I (Nainggolan, 1996).
tertiary air system. Kebutuhan udara untuk start up dan load burner diambil
dari secondary air system. Udara dimasukkan dari FDF melalui airport/winbox
pada dinding furnace. Winbox dilokasikan dalam tiga level yang berbeda sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing. Udara dari primary FD Fan
dihembuskan menuju primary air ductring yang terpasang disekeliling dinding
luar dari furnace yang selanjutnya didistribusikan kesetiap winbox. Air duct
ring primary dihubungkan ke 38 winbox, yang dibagi atas 4 unit air port dan
setiap bagian diatur oleh sebuah damper. Lokasi primary air port berada pada
level 1 meter diatas lantai furnace.
Udara dari secondary FD Fan dihembuskan menuju secondary air duct ring
yang terpasang disekeliling dinding furnace (luar) yang selanjutnya
didistribusikan ke setiap lubang winbox, melalui pengaturan masing-masing
damper air port. Secondary air port berada pada level sekitar 4 meter diatas
furnacefloor, dimana pada load tersebut ditempatkan 8 unit start up burner
dihubungkan langsung dari secondary air duct ring melalui pengaturan
damper tersendiri untuk setiap start up burner. Udara dari tertiary FD Fan
dihembuskan menuju tertiary air duct ring yang terpasang dinding luar
furnace pada bagian depan dan belakang furnace, Level posisi HBL spray
gun, dimana pendistribusian udara kesetiap lubang air port diatur melalui
damper air port. Udara primary dan secondary dipanaskan terlebih dahulu
pada masing-masing air heater sebelum didistribusikan ke air duct ring dan
udara tertiary didistribusikan langsung tanpa pemanasan.
2. Flue Gas
Flue gas terbentuk akibat adanya pembakaran dari bahan bakar black
liquor atau fuel oil dimana flue gas ini akan tertarik melalui superheater bank,
generating bank, economizer bank dan electric precipitator oleh dua buah
induced draft fan (IDF). Pengontrolan press dari furnace dilakukan untuk
menjaga tekanan didalam bagian atas furnace tetap konstan yaitu diantara 3 –
10 mm WG. Pengontrolan ini terjadi oleh adanya signal dari furnace pressure
indicator mengatur speed putaran dari IDF yang dapat menyeimbangkan draft
didalam boiler. Recovery boiler ini dilindungi oleh tekanan yang sangat tinggi
42
apabila terjadi oleh sebuah “Pressure Switch”, dimana primary dan secondary
air fan akan trip dengan sendirinya apabila terjadi tekanan furnace yang tinggi
sekali. Sedangkan untuk tekanan furnace yang rendah sekali juga dapat
membuat IDF trip dengan sendirinya, karena furnace pressure controller dan
precipitator outlet duct pressure indicators mempunyai informasi alarm untuk
flow dan high pressure yang diset dekat ke normal press untuk memberikan
aba – aba dan memberikan tindakan mencegah boiler trip.
ujung rod didalam eccentric. Dalam mempergunakan lip angle (sudut lidah
spraygun) harus dipilih dengan hati-hati untuk dimensi furnace yang sesuai.
Karena untuk furnace yang lebih lebar dan lebih besar penggunaan lip angle dari
spraygun yang terlampau kecil dapat menyebabkan masalah pembakaran pada
dinding tempat spraygun yang berlawanan dan bila lip angle yang terlampau
besar akan dapat menyebabkan masalah pada dinding tempat spraygun yang
sejajar sehingga dapat menimbulkan terjadinya carry over. Pergerakan osilasi dari
spraygun tidak boleh terlampau lebar dan temperatur dibagian daerah pengeringan
tidak boleh terlampau tinggi pada ruang pembakaran karena dapat mempengaruhi
atau menimbulkan terjadinya penguapan dari senyawa alkali dari dalam charbed.
Tekanan penyemprotan black liquor ke furnace biasanya bervariasi diantara
100 – 200 kPa (1-2 bar). Untuk tekanan penyemprotan yang tinggi akan
menyebabkan butiran–butir penyemprotan kecil sekali sehingga dapat
menyebabkan kemungkinan carry over dan penempelan deposit didaerah bagian
dalam boiler. Temperatur penyemprotan black liquor yang terlalu rendah akan
menyebabkan kurangnya distribusi yang merata sehingga akibatnya black
charbed (charbed yang gelap), karena itu kondisi pembakaran yang diinginkan
adalah pembakaran black liquor yang mempunyai tekanan dan temperatur yang
stabil. Tekanan penyemprotan dari black liquor juga tergantung kepada viskositas
yang tinggi dibutuhkan tekanan penyemprotan yang lebih tinggi. HBL
dipompakan ke mixing tank dan dicampur dengan ash (dust) serta salt cake make
up (NaSO4 powder) dan diaduk dengan agitator. Dipanasi dengan low press steam
hingga temperatur sekitar 105 – 115 °C untuk memperoleh campuran yang
sempurna dan tidak menggumpal. Kemudian HBL dipompakan pada steam
perpipaan menuju spray gun dan dipanasi kembali dengan medium press steam
secara kontak langsung (direct steam heater) untuk mencapai temperatur yang
sesuai sekitar 115 – 120 °C.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembakaran HBL adalah :
1. % total solid
2. Viskositas
3. Temperatur
44
4. Sudut penyemprotan
5. Jenis spray gun dan ukuran nozzle spray gun
Viskositas HBL sangat tergantung pada % total solid dan temperatur HBL.
Bila viskositasnya tinggi akan menyebabkan semprotan HBL terlalu kasar
sehingga sulit terbakar di furnace. Sebaliknya apabila viskositasnya rendah, akan
menyebabkan semprotan HBL terlalu halus dan meningkatkan terjadinya carry
over dan chemical loss (TRS). Flow penyemprotan HBL tergantung pada tekanan
penyemprotan, ukuran nozzle serta jumlah spray gun yang dipakai. Pembentukan
charbed didasar furnace tergantung pada viskositas, flow penyemprotan HBL,
sudut penyemprotan, jenis dari spraygun dan jumlah pemberian udara serta
tekanan.
Dengan tujuan yang sama, green liquor juga disirkulasikan dan disemprotkan ke
smelt yang jatuh dalam membantu mengurangi kebisingan yang mungkin terjadi.
Densitas dari green liquor dalam dissolving tank dikontrol dengan pengaturan
flow weak wash dalam pipa yang terpisah masuk kedalam dissolving tank.
Terkadang adakalanya aliran weak wash yang masuk kedalam dissolving tank
kurang maka dalam hal ini dapat digunakan air sebagai pelarut bila diperlukan.
Dalam pengukuran level dan densitas dalam dissolving tank yang menggunakan
“bubble pipe” untuk mencegah kemungkinan terjadinya mampat pada bubble
pipe, aliran sealing wate yang stabil tetap dialirkan ke dalam bubble pipe.
Gas yang terjadi di dissolving tank yang terdiri dari campuran seperti udara,
uap air yang terkontaminasi dengan abu dan senyawa sulfur dikeluarkan ke udara
atmosfir melalui stack (cerobong). Untuk pengadukan green liquor yang merata
didalam dissolving tank digunakan agitator dengan dua unit impeler. Dissolving
tank ini juga dilengkapi dengan perpipaan untuk overflow, dari dan inlet make up.
Recovery boiler ini mempunyai lima buah smelt spout dimana masing – masing
smeltspout ditutupi dengan sebuah “mini hood” yang dapat dicuci secara terus-
menerus dengan air bagian bawah didalamnya.
Setiap Recovery boiler harus dilengkapi dengan ESP yang berguna untuk
menangkap partikel-partikel padat yang terdapat di dalam flue gas. Partikel-
partikel padat tersebut selanjutnya akan dikembalikan ke dalam mixing tank untuk
dicampurkan kembali dengan HBL untuk proses pembakaran selanjutnya. Abu
yang tertangkap oleh ESP akan menempel pada unit collecting plate. Collecting
plate dilengkapi dengan alat yang disebut hammer system yang berfungsi untuk
merontokkan abu yang menempel pada collecting plate untuk akhirnya dibawa
oleh convenyor ke mixing tank. Abu yang menempel pada collecting plate sebelu
mnya ditarik oleh Emeting Road karena diberi tegangan listrik DC sebesar 2200
mA atau 90 Kv. Pada prinsipnya abu ditangkap selain untuk mengurangi
pencemaran udara pada lingkungan sekitar pabrik, abu ditangkap juga untuk
mengurangi kerugian karena di dalam abu tersebut masih banyak terkandung
unsur-unsur kimia yang dibutuhkan untuk proses penghasilan smelt. Pada RB#13
dilengkapi dengan 3 unit ESP.
menyebabkan air masuk kedalam furnace. Sistem ini dioperasikan pada saat
emergency dan berlangsung cepat agar boiler terhindar dari kerusakan yang
lebih parah.