TINJAUAN PUSTAKA
Acid plant merupakan plant yang bertugas untuk menghasilkan asam sulfat.
PT IBR memiliki tiga acid plant dengan kapasitas produksi yang berbeda.
Kapasitas produksi masing – masing plant mencapai 120 – 150 ton per hari.
Terdapat beberapa unit pendukung proses yang ada acid plant diantaranya yaitu :
furnace, converter, drying tower, interfast adsorption tower, dan final adsorption
tower. Untuk diagram alir dari acid plant dapat dilihat pada lampiran A.1.
Bahan baku pembuatan asam sulfat adalah sulfur cair dan udara kering. Udara
masuk melewati blower kemudian dihembuskan ke drying tower yang didalamnya
terdapat packing terbuat dari keramik. Proses pengeringan udara dilakukan dengan
mengontakkan asam sulfat 98% dengan udara, asam sulfat akan menyerap uap air
dalam udara karena memiliki sifat higroskopis. Untuk mencegah adanya korosi
pada converter dan pipa – pipa, juga mencegah rusaknya katalis oleh air maka
dibutuhkan udara sekering mungkin.
Proses pembakaran sulphur oleh udara kering terjadi didalam furnace pada
suhu ± 900oC, dengan reaksi yang terjadi yaitu :
S(l) + O2(g) SO2 (g) … (1)
Sebelum memasuki unit converter gas SO2 perlu dilakukan penurunan suhu, karena
pada unit tersebut terdapat katalis yang tidak dapat menerima suhu lebih dari 500 oC.
Suhu hasil penurunan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan steam menggunakan
waste heat boiler. Gambar 2.1 menunjukan aliran yang digunakan pada waste heat
boiler I.
3
4
Udara: O2 & N2
Steam
Sulfur Cair
SO2 Gas
Furnace WHB
Feed Water
Setelah dilakukan penurunan suhu, gas SO2 yang terbentuk dialirkan ke converter,
yang mana didalamnya terdapat katalis Vanadium Pentaoksida (V 2O5). Dalam
converter terjad reaksi sebagai berikut :
SO2 (g) + ½ O2 (g) SO3(g) …. (2)
Suhu gas keluaran bed satu akan meningkat dari 440oC menjadi 600oC. Gas SO3
yang telah terbentuk dan gas lain yang belum bereaksi kemudian masuk kedalam
bed kedua, sehingga terjadi pembentukan SO3 dari reaktan yang belum bereaksi.
Sebelum memasuki bed kedua akan dilakukan penurunan temperatur gas dari
didalam waste heat boiler II sehingga didapat suhu gas sebesar 430oC, kemudian
keluaran dari bed kedua didapat suhu sebesar 510oC.
Gas SO3 keluaran bed kedua kemudian dialirkan ke dalam heat exchanger,
sehingga akan terjadi penurunan suhu menjadi 430 oC. SO3 keluaran dari heat
exchanger kemudian dimasukan ke bed tiga dan mempunyai suhu keluaran sebesar
460oC.
Sebelum dialirkan ke economizer IPAT (Inter Past Adsorption Tower), gas
SO3 akan dilewatkan pada CHE (Cooling Heat Exchanger) dan tube side cold heat
exchanger sehingga didapatkan suhu sebesar 170oC. Dalam IPAT gas SO3 akan
dikontakan dengan H2SO4 98,5% sehingga terbentuk Oleum (H2S2O7). Oleum akan
dialirkan ke circulating tank, yang akan membentuk H2SO4 setelah dilakukan
penambahan air dengan reaksi yang terjadi yaitu :
WSA merupakan unit plant yang berfungsi sebagai pengolah gas buang (CS2
dan H2S) dari Spinning department untuk dikonversikan menjadi H2SO4. Tahapan
awal yang dilakukan dalam pengolahan limbah gas yaitu pencucian lean gas (CS2
dan H2S) yang berasal dari spinning department dilakukan dalam Ventury Washer
menggunakan air.
Lean gas hasil pencucian sepertiga bagiannya dialirkan ke combuster
bersamaan dengan udara dari blower untuk proses pembakaran pada suhu 850oC
yang menghasilkan gas SO2. Selain itu, untuk mempercepat proses pembakaran
ditambahkan natural gas dan untuk mempertahankan suhu SO2 yang masuk
converter ditambahkan sulphur. Reaksi yang terjadi pada combuster yaitu :
CS2(g) + 3O2(g) 2SO2(g) + CO2(g) … (5)
H2S(g) + 3/2 O2(g) SO2(g) + H2O(g) … (6)
Duapertiga bagian dari lean gas dialirkan ke mixing chamber untuk
pencampuran dengan SO2 dari combuster pada temperature 380oC. Gas SO2 dari
mixing chamber kemudian masuk ke converter yang terdiri atas tiga bed, yaitu :
1. Bed satu proses pembakaran SO2 dengan penambahan katalis VK WSA yang
akan membantu dalam proses pembentukan SO2. Suhu SO2 yang masuk
sebesar 380oC sedangkan suhu keluarannya sebesar 420oC. Gas SO2 kemudian
diteruskan menuju bed dua. Reaksi yang terjadi yaitu :
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g) … (7)
2. Bed dua : proses pengubahan SO2 menjadi SO3 dengan penambahan katalis VK
38. Keluaran bed kedua memiliki suhu sekitar 500oC, dimana reaksi yang
terjadi sama dengan bed satu. Pada proses merupakan reaksi eksoterm sehingga
akan dilewatkan pada interbed gas cooler terlebih dahulu sebelum dilanjutkan
menuju bed tiga. Keluaran dari interbed gas cooler dihasilkan steam yang
dimanfaatkan kembali untuk unit power plant.
3. Bed tiga : terdapat katalis VK 38. Gas SO3 keluaran dari bed tiga memiliki suhu
440oC, maka akan dilewatkan pada process gas cooler agar didapat suhu
keluaran sebesar 270oC yang kemudian dialirkan menuju ke condenser dengan
suhu 200oC. Reaksi yang terjadi didalam bed tiga adalah :
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(l) … (8)
Dimana :
Qp = Radiasi (kJ/jam)
CZ = Konstanta radiasi dari Stephan – boltzman (kJ/m2.jam.K4)
A = Luas bidang yang dipanasi (m2)
T = Temperature (K)
x = Jarak (m)
Boiler atau disebut juga ketel uap adalah sebuah bejana tertutup berisi air
yang akan dipanaskan oleh panas pembakaran hingga didapat keluaran berupa air
panas atau steam. Steam atau air panas pada tekanan tertentu memiliki nilai energi
dalam bentuk kalor yang dapat digunakan untuk menunjang suatu proses. Ketika
sejumlah volume air terkonversi dalam keadaan steam, volume tersebut dapat
meningkat lebih dari 1600 kali dari volume awal. Hal tersebut menjadikan steam
EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA
ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
9
generator atau boiler salah satu alat yang berbahaya pada industri proses.
Pengoperasian boiler perlu disesuaikan dengan standar operasi yang telah
ditentukan oleh pengguna boiler ataupun standar pabrikan pembuat boiler tersebut.
Standar yang dibuat tersebut akan menjamin keamanan dan kehandalan operasi
boiler saat dioperasikan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi sekaligus menekan
biaya operasional (Sugiharto).
Sistem pada boiler terdiri atas sistem air umpan boiler, sistem bahan bakar
dan sistem steam. Sistem air umpan boiler menyediakan air umpan ke dalam boiler
sesuai dengan jumlah kebutuhan steam secara otomatis. Pada sistem air umpan
boiler dilakukan berbagai macam pengolahan agar mencegah pembentukan kerak
dan korosi di tube boiler, mencegah korosi pipa kondensat dan return kondensat,
dan juga mencegah carry over (bawaan lanjut) yang akan menyebabkan kualitas
steam menjadi menurun. Selain itu, dalam sistem air umpan boiler dilengkapi
dengan sejumlah valve guna untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem
steam menjaga atau mengendalikan steam yang telah dihasilkan, sehingga sirkulasi
tetap berjalan. Steam akan mengalir menuju titik penggunaan melalui sistem
perpipaan. Sistem steam dikendalikan oleh valve untuk mengatur tekanan atau
keluaran steam serta dilengkapi dengan alat ukur tekanan. Pada sistem bahan bakar
dilengkapi dengan alat yang diperlukan untuk penyediaan bahan bakar agar dapat
menghasilkan energi panas atau steam yang dibutuhkan. Peralatan yang digunakan
pada boiler akan bergantung pada bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Water tube boiler merupakan salah satu jenis boiler dimana air yang
dipanaskan mengalir di dalam pipa (tubes). Pipa tersebut dilewatkan pada panas
EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA
ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
10
pembakaran diluar tube yaitu ruang pembakar. Drum tertinggi pada boiler jenis
ini yaitu steam drum dan paling bawah yaitu mud drum yang terhubung oleh pipa.
Bahan bakar yang digunakan biasanya berupa bahan bakar padat, namun dapat
juga menggunakan bahan bakar cair atau gas. Gambar 2.2 menunjukkan skema
water tube boiler yang memiliki tiga buah steam drum dan dua buah mud drum.
Panas dari hasil pembakaran di gunakan untuk memanaskan air dalam pipa
(tubes), hingga terbentuk steam. Steam yang terbentuk akan dikumpulkan pada
steam drum. Dalam boiler terdapat beberapa tipe pipa, namun secara umum
terdapat dua jenis pipa yaitu pipa menuju steam drum dan pipa menuju mud drum.
Dalam pipa menuju mud drum atau disebut the downcomer tube berisikan air
dingin, pipa ini berada diantara steam drum dan mud drum. Sedangkan pipa
menuju steam drum atau disebut dengan the riser tube berisikan air panas atau
steam yang telah terbentuk.
Steam drum merupakan salah satu karakterisktik dari water tube boiler. Level
air pada steam drum perlu dijaga untuk alasan keselamatan dan memenuhi
prosedur standar operasi. Kekurangan level air dapat merusak peralatan, namun
level air yang berlebih juga dapat menyebabkan carry over yang dapat
menyebabkan steam menjadi saturated dengan bahan kimia yang terkandung
dalam air sehingga dapat berakibat adanya fouling pada sistem steam. Resiko
yang lebih besar pada carry over akan berakibat pada wet steam, yang dapat
mengakibatkan gangguan operasional.
Fire tube boiler dengan bahan bakar minyak dan gas banyak digunakan di
Industri. Prinsip kerja dari fire tube boiler yaitu air umpan akan memenuhi bagian
shell sedangkan gas pemanasnya berada pada tube. Level air dalam shell perlu
diperhatikan agar tetap menyelimuti tube – tube pada boiler. Boiler jenis ini
menghasilkan saturated steam bertekanan rendah, dan kapasitas steam yang
terbatas sekitar 20 – 35 tph karena semakin besar akan melibatkan diameter shell
yang besar pula yang mungkin tidak ekonomis. Jika diperlukan dapat
menambahkan economizer. Gambar 2.3 menunjukan boiler tipe fire tube 3 pass.
Sebuah economizer dapat ditempatkan jik diperlukan, sedangkan untuk
menambahkan superheater pada fire tube boiler sedikit lebih rumit. Pada water
tube boiler superheater dapat ditempatkan setelah beberapa pipa evaporator.
Namun, pada fire tube boiler hanya dapat ditempatkan setelah alian kedua (second
pass) atau diantara economizer dan boiler. Suhu gas buang pada keluaran aliran
ketiga (third pass) mungkin tidak signifikan untuk menambahkan superheater,
dan sebagian beban, suhu gas akan turun secara signifikan.
Panas yang berlebih (waste heat losses) dapat timbul akibat alat yang tidak
efisien dan dari keterbatasan thermodinamika alat dan proses. Panas yang berlebih
ini dapat digunakan kembali untuk proses yang sama atau dipindahkan pada
proses yang lain. Beberapa contoh sumber panas yang berlebih dan
pemanfaatannya ditunjukan pada Tabel 2.1. Banyak cara untuk memanfaatkan
panas berlebih, salah satu caranya dengan memanfaatkan gas buang pembakaran
untuk preheating udara pembakaran atau preheating air umpan boiler.
Memanaskan air umpan boiler sebelum memasuki boiler dapat mengurangi energi
yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tertentu untuk dapat menghasilkan steam.
Waste heat boiler merupakan salah satu jenis boiler yang sering ditemui di
industri. Prinsip dari waste heat boiler yaitu memanfaatkan panas berlebih dari
suatu proses sebagai sumber panas untuk dapat menghasilkan steam. Fungsi dari
waste heat boiler selain untuk memproduksi steam, juga dapat dijadikan sebagai
pendingin untuk melanjutkan suatu proses tertentu yang biasanya dimanfaatkan
di industry kimia seperti pada plant H2SO4, HNO3, NH3 serta H2, industry baja dan
kilang pada unit FCC. Waste heat boiler digunakan untuk mendinginkan aliran
gas hasil pembakaran sehingga didapat gas keluaran dengan suhu yang diinginkan
(a)
(b)
Gambar 2.4 a. Waste Heat Recovery Boiler Acid Plant in Fertiliser Unit, b. Skema
Waste Heat Boiler
Sumber : Rayaprolu.K Boilers a Practical Reference dan www.tlv.com
Menurut Nasaso, dkk (2018) waste heat boiler memiliki beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan agar dapat beroperasi lebih lama, diantaranya yaitu :
DESIGN DATA
Fluid allocation Shell side Tube side
Fluid name WATER SO2
Fluid quantity, Total kg/h 7500 15 m3/h
Vapor (in/out) 0 0,995 1 1
Liquid kg/h
Noncondensable kg/h
o
Temperature (in/out) C NA NA 1004 425
o
Dew / bubble point C
Density (in/out) kg/m3 835.3 14.33 0.8347 1.371
Viscosity Cp 0.1233 NA 0.05060 0.03047
Molecular wt, Vap
Molecular wt, NC
Specific heat KJ/(kmole*C) 90.99 53.61 56.17 51.04
Thermal Conductivity w/m*k 0.6512 NA 0.0565 0.02898
Latent heat Kcal/kg NA NA NA NA
Pressure Bar 21.61 21.24 1.384 1.241
Velocity m/s
Pressure drop, allow./calc. Bar 0.3714 0.1429
Komponen pada waste heat boiler tidak sama seperti boiler pada umunya,
dikarenakan pada waste heat boiler sumber panasnya menggunakan panas
berlebih suatu proses tidak seperti pada boiler lain yang menggunakan burner
sebagai sumber panasnya. Adapun komponen tersebut :
1) Tube – tube
Tube atau pipa merupakan pemisah antara aliran gas dan air, juga sebagai
media perpindahan panas. Jumlah tube bergantung dari ukuran boiler yang
digunakan. Tube pada boiler akan berisi aliran gas panas yang akan
diturunkan suhunya atau sebagai sumber panas dari pembentukan steam.
2) Tube sheet
Tube sheet merupakan tempat merangkai ujung dari tube – tube sehingga
menjadi satu kesatuan (bundle).
3) Shell
Shell merupakan tempat air yang akan dididihkan sekaligus tempat
terbentuknya steam.
4) Economizer
Economizer layaknya heat xchanger, ia memanaskan air umpan boiler
sebelum memasuki boiler. Dengan menggunakan economizer dapat
meningkatkan efisiensi 2 – 4% dari boiler. Eco biasanya terletak dekat
dengan gas buang dari boiler, dengan memanfaatkan gas buangnya.
5) Drum
Drum biasanya terdiri dari drum atas (steam drum) dan drum bawah (mud
drum) yang dihubungkan oleh sejumlah pipa. Steam drum merupakan
drum berisikan steam yang telah dihasilkan, dikumpulkan pada steam
drum sebelum memasuki sistem distribusi steam. Sedangkan mud drum
biasanya berisikan air, yang ditempatkan di bagian bawah dalam boiler.
Pada WHB penambahan drum yang digunakan berupa steam drum, yang
biasanya ditempatkan diatas shell.
6) Sistem distribusi steam
Sistem distribusi steam terdiri dari katup, fitting, perpipaan dan sambungan
yang sesuai dengan tekanan steam yang akan dialirkan. Steam keluar dari
boiler pada tekanan yang sesuai yang diperlukan oleh unit proses atau
untuk pembakit listrik. Misalnya, steam yang digunakan untuk
menggerakan steam turbine generator untuk menghasilkan listrik, maka
Kinerja dari boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan berkurang seiring
berjalannya waktu disebabkan oleh pembakaran yang kurang baik, adanya fouling
perpindahan panas, kurang baiknya dalam operasi dan perawatannya, juga kualitas
bahan bakar dan air dapat menyebabkan penurunan kinerja boiler. British Standard
BS845 : 1987 merupakan salah satu standar yang menjelaskan mengenai metode
dan kondisi boiler perlu diuji untuk menentukan nilai efisiensi. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi nilai efisiensi dari boiler, diantaranya :
1. Periode pembersihan boiler.
2. Periode soot blowing.
3. Proses treatment air umpan dan control blowdown.
4. Presentasi loading dari boiler.
5. Suhu dan tekanan steam yang terbentuk.
6. Insulasi boiler.
Untuk dapat mengetahui kinerja dari waste heat boiler maka diperlukan
parameter – parameter berikut :
1. Commisioning Boiler
Commissioning merupakan proses pengujian boiler yang telah selesai dikerjakan
untuk dipastikan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan, regulasi, kode dan
peraturan yang berlaku yang dimaksudkan untuk memastikan boiler tersebut telah
siap dioperasikan, dan menjamin keamanannya. Persiapan awal yang dilakukan
yaitu membersihkan dari adanya kerak atau material asing yang ada pada boiler
(boiler cleaning) dan memeriksa kebocoran boiler. Boiler dioperasikan dengan
mendidihkan larutan alkali agar dapat menghilangkan material – material yang
mengandung minyak dan deposit lain menggunakan tekanan rendah selama 24
jam. Untuk boiler dengan tekanan tinggi dilakukan pembersihan secara kimiawi
untuk dapat menghilangkan kerak. Setelah proses mendidihkan alkali atau
pembersihan dengan asam (acid cleaning) dilakukan pencucian dengan
menggunakan air bersih (fresh water), kemudian boiler dapat dioperasikan sesuai
kapasitasnya pada tekanan uap optimal. Menurut Sugiharto ada beberapa
pengujian yang dilakukan pada proses ini yaitu :
a. Air leakage test (uji kebocoran).
b. Hydro testing of boiler (uji hidro).
c. Readiness of boiler auxiliary (uji kesiapan peralatan).
d. Gas distribution test (uji distribusi gas).
e. Boiler light up (penyalaan boiler).
f. Alkali boil-out and first stage passivation.
g. Acid cleaning and second stage passivation.
h. Steam blowing of critical piping.
i. Safety valve floating (uji keamanan katup).
j. Fuel firing (test pembakaran).
2. Start Up Boiler
Sistem pada boiler terdiri atas sistem air umpan, steam dan bahan bakar. Sistem
air umpan boiler dimaksudkan untuk memasok air menuju boiler secara otomatis
sesuai kebutuhan produksi steam. Sistem steam akan mengumpulkan dan
mengontrol produksi steam pada boiler, yang kemudian akan didistribusikan
menuju pipa – pipa. Tekanan dan produksi steam pada keseluruhan sistem akan
diatur secara otomatis yang dipantau sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan sistem bahan bakar merupakan semua komponen yang digunakan
sebagai penyedia bahan bakar untuk proses pembakaran.
3. Pengoperasian Boiler
Terbagi atas beberapa tahapan yaitu :
a. Pengisian air umpan ke dalam boiler.
b. Ventilasi udara dari sirkulasi bahan bakar.
c. Proses pembakaran.
d. Pengaturan pengoperasian (blowdown, penulisan operasi boiler pada
logsheet).
4. Shutdown Boiler
Sebelum dilakukan shutdown, perlu dipastikan bahwa steam atau uap sudah tidak
digunakan. Cold starting (operasi dalam kondisi dingin), adalah dimana tekanan
uap jatuh pada nilai nol.
Air umpan boiler yang digunakan pada Acid Plant berupa air demin dan air
kondensat. Air demin adalah air yang sudah tidak memiliki kandungan mineral
didalamnya. Proses demineralisasi ini bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Distilasi yaitu cara pemurnian yang didasarkan pada perbedaan titik didih.
Air demin akan menguap sedangkan mineral mineralnya akan tertahan
dengan skema yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Distilat (Air
demin)
Air Umpan
Residu
(mineral
mineral)
pori – pori yang sangat kecil sehingga dapat menyaring berbagai kotoran yang
terdapat pada air.
Non
permeat
Membran
Air Umpan Reverse Permeat
Osmosis
c. Resin penukar ion yaitu yaitu proses pemurnian dengan cara pertukaran ion
melalui media resin penukar ion dengan skema yang dapat dilihat pada
Gambar 2.7. Dengan metode ini kemurnian air yang dihasilkan lebih tinggi
daripada metode lainnya.
Resin Resin
Penukar Degasifier Penukar
Kation Anion
Air Demin
Berdasar pada BS 2486 : 1997 karakteristik yang digunakan untuk air umpan
boiler dengan tekanan mencapai 30 bar dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Rekomendasi Karakteristik Air Umpan Boiler untuk Fire Tube Boiler
Air demin ini digunakan sebagai air umpan boiler, karena jika air umpan
boiler masih mengandung mineral maka akan menimbulkan kerak, korosi hingga
carry over di peralatan penukar panas dan perpipaan.
Sedangkan air kondensat dapat dikatakan memiliki kualitas yang relatif
bersih jika steam digunakan untuk pemanasan tidak langsung. Namun proses
kontaminasi kondensat bisa terjadi jika pipa yang dialiri oleh kondensat mengalami
korosi. Standar air kondensat yang dapat digunakan kembali dalam sistem
pengolahan air umpan boiler dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Asam mineral
5. H2SO4, HCl Korosi
bebas (FMA)
Untuk mendapatkan kualitas air umpan boiler yang sesuai standar, maka perlu
dilakukannya pengolahan air. Pengolahan ini harus memenuhi tiga tujuan utama,
yaitu terjadinya perpindahan panas yang diinginkan, tidak menimbulkan korosi dan
dapatt memproduksi steam berkualitas tinggi (Michael, 2012). Ada dua pengolahan
dalam mendapatkan air umpan boiler yaitu pengolahan secara eksternal dan
FF
28
internal. Pengolahan air ini tergantung dari jenis air baku yang digunakan karena
karakteristik pengotor berbeda.
Pengolahan air demin di PT IBR meliputi:
c. Degasser Tank
Air dialirkan menuju degasser tower yang berfungsi untuk membuang gas
O2 dan CO2. Didalam degasser tower terdapat pall ring yang terbuat dari
plastik untuk memperluas kontak antara udara dan air. Degasser tower
berdiameter 1,3 m dengan tinggi 2,2 m. Selanjutnya air dialirkan ke
degasser tank.
d. Weak Base Anion (WBA)
Weak base anion berfungsi untuk mengikat anion pada air namun tidak bisa
mengikat semua anion seperti silica dan asam karbonat. Regenerasi WBA
menggunakan NaOH 28% ditambah air menjadi NaOH 4%.
e. Strong Base Anion (SBA)
Strong base anion berfungsi untuk mengikat anion pada air termasuk silica
dan asam karbonat. Keluaran dari SBA yaitu daya hantar listrik yang
rendah. Regenerasi SBA menggunakan NaOH 28% ditambah air menjadi
NaOH 4%.
f. Mixed Bed (MB)
Mixed bed berfungsi untuk mengikat kation dan anion yang masih tersisa
pada air. Resin yang digunakan pada mixed bed sama seperti SCA dan SBA.
Proses regenersi dilakukan dengan menambahkan HCl sebesar 205,36 kg
dan NaOH sebesar 220 kg. Proses regenerasi berlangsung beberapa tahap
yaitu backwash, MC flush, preinjection, injection, slow rinse, drain, air
mixing, force settle, filling dan fast rinse.
Aliran pengolahan air umpan PT IBR dapat dilihat pada Lampiran A.2.
Selain pengolahan secara eksternal, dibutuhkan pula pengolahan secara internal
yang merupakan proses penghilangan senyawa kimia dalam air boiler yang
terbentuk karena kondisi dalam boiler. Pengolahan internal ini meliputi :
a. Penambahan bahan kimia agar bereaksi dengan kesadahan air umpan dan
mencegah pembentukan kerak di tube boiler dengan menambahkan garam
fosfat ke air boiler sehingga membentuk kalsium fosfat yang merupakan
sludge tersuspensi yang tidak membentuk kerak. Setiap jenis fosfat
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap alkalinitas air boiler.
Selain air umpan boiler, air boiler juga diatur karakteristiknya. Salah satunya
yaitu American Boiler Manufacurers Association (ABMA). Berikut ini adalah
beberapa rekomendasi persyaratan kualitas air boiler. Rekomendasi syarat untuk
fire tube boiler dengan kandungan total dissolve solid dalam steam maksimal 1 ppm
dari American Boiler Manufacturers Association (ABMA) berdasarkan dokumen
ASME :
Tabel 2.6 Batasan Rekomendasi untuk Fire Tube Boiler
Parameter Standar
pH (25OC) 10.1 - 10.5
Silika dalam SiO2 Max 25 ppm
Phosphate residual 20 - 40 ppm
Condutivity (25OC) 1000 µmhos/cm
Sumber : Energi Center, PT IBR
Keterangan :
A = Blowdown dalam presentase terhadap debit air make up
B = ppm total di aliran make up
C = ppm total solids yang diizinkan di air boiler
Frekuensi blowdown terbagi atas dua jenis yaitu intermittent blowdown dan
continuous blowdown. Intermittent blowdown berfungsi untuk menghilangkan
padatan tersuspensi termasuk lumpur yang terbentuk dalam air boiler. Blowdown
jenis ini dilakukan sewaktu – waktu secara manual pada bagian drum terendah di
boiler untuk menghilangkan endapan lumpur. Semakin baik air umpan boiler atau
sedikit kontaminasi, maka semakin jarang dilakukannya manual blowdown
2.5 Furnace
3. Stack
Berfungsi untuk mengalirkan gas buang ke lingkungan.
Panas yang hilang melalui dinding furnace bergantung pada susunan material
dinding insulasi dan ketebalannya. Efisiensi furnace dapat ditinjau dari suhu stack
dan udara berlebih. Jika suhu stack tinggi maka panas yang diberikan oleh bahan
bakar banyak yang terbuang ke lingkungan. Udara berlebih yang terlalu kecil
mengakibatkan bahan bakar tidak terbakar dengan sempurna namun jika udara
berlebih terlalu besar akan mengakibatkan laju alir gas buang meningkat, oleh
karena itu furnace sebaiknya dioperasikan dengan pasokan udara berlebih. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk memanfaatkan suhu gas buang yang
terlalu tinggi yaitu :
1. Produksi steam.
2. Memanfaatkan panas gas buang sebagai preheating untuk udara yang akan
digunakan dalam pembakaran.