Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ancillary Department

Ancilary Department merupakan salah satu departemen di PT IBR yang


bertugas menghasilkan asam sulfat untuk Auxiliary Department, Spinning
Department dan untuk memurnikan CS2. Ancillary Department terdiri atas tiga
plant yaitu : Acid Plant, Wet Sulphuric Acid (WSA) Plant, dan CS2 Refinery.

2.1.1 Acid Plant

Acid plant merupakan plant yang bertugas untuk menghasilkan asam sulfat.
PT IBR memiliki tiga acid plant dengan kapasitas produksi yang berbeda.
Kapasitas produksi masing – masing plant mencapai 120 – 150 ton per hari.
Terdapat beberapa unit pendukung proses yang ada acid plant diantaranya yaitu :
furnace, converter, drying tower, interfast adsorption tower, dan final adsorption
tower. Untuk diagram alir dari acid plant dapat dilihat pada lampiran A.1.
Bahan baku pembuatan asam sulfat adalah sulfur cair dan udara kering. Udara
masuk melewati blower kemudian dihembuskan ke drying tower yang didalamnya
terdapat packing terbuat dari keramik. Proses pengeringan udara dilakukan dengan
mengontakkan asam sulfat 98% dengan udara, asam sulfat akan menyerap uap air
dalam udara karena memiliki sifat higroskopis. Untuk mencegah adanya korosi
pada converter dan pipa – pipa, juga mencegah rusaknya katalis oleh air maka
dibutuhkan udara sekering mungkin.
Proses pembakaran sulphur oleh udara kering terjadi didalam furnace pada
suhu ± 900oC, dengan reaksi yang terjadi yaitu :
S(l) + O2(g)  SO2 (g) … (1)
Sebelum memasuki unit converter gas SO2 perlu dilakukan penurunan suhu, karena
pada unit tersebut terdapat katalis yang tidak dapat menerima suhu lebih dari 500 oC.
Suhu hasil penurunan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan steam menggunakan
waste heat boiler. Gambar 2.1 menunjukan aliran yang digunakan pada waste heat
boiler I.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON

3
4

Udara: O2 & N2

Steam
Sulfur Cair

SO2 Gas
Furnace WHB

Feed Water

Gambar 2.1 Aliran waste heat boiler I

Setelah dilakukan penurunan suhu, gas SO2 yang terbentuk dialirkan ke converter,
yang mana didalamnya terdapat katalis Vanadium Pentaoksida (V 2O5). Dalam
converter terjad reaksi sebagai berikut :
SO2 (g) + ½ O2 (g)  SO3(g) …. (2)
Suhu gas keluaran bed satu akan meningkat dari 440oC menjadi 600oC. Gas SO3
yang telah terbentuk dan gas lain yang belum bereaksi kemudian masuk kedalam
bed kedua, sehingga terjadi pembentukan SO3 dari reaktan yang belum bereaksi.
Sebelum memasuki bed kedua akan dilakukan penurunan temperatur gas dari
didalam waste heat boiler II sehingga didapat suhu gas sebesar 430oC, kemudian
keluaran dari bed kedua didapat suhu sebesar 510oC.
Gas SO3 keluaran bed kedua kemudian dialirkan ke dalam heat exchanger,
sehingga akan terjadi penurunan suhu menjadi 430 oC. SO3 keluaran dari heat
exchanger kemudian dimasukan ke bed tiga dan mempunyai suhu keluaran sebesar
460oC.
Sebelum dialirkan ke economizer IPAT (Inter Past Adsorption Tower), gas
SO3 akan dilewatkan pada CHE (Cooling Heat Exchanger) dan tube side cold heat
exchanger sehingga didapatkan suhu sebesar 170oC. Dalam IPAT gas SO3 akan
dikontakan dengan H2SO4 98,5% sehingga terbentuk Oleum (H2S2O7). Oleum akan
dialirkan ke circulating tank, yang akan membentuk H2SO4 setelah dilakukan
penambahan air dengan reaksi yang terjadi yaitu :

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
5

SO3(g) + H2SO4(l)  H2S2O7(l) … (3)


H2S2O7(l) + H2O(l)  2H2SO4(l) … (4)
Pada acid circulating tank konsentrasi asam sulfat diatur sesuai dengan yang
diinginkan yaitu mencapai 97% dengan ditambahkan dilute acid dan air. SO3 yang
belum terikat dengan H2SO4 akan dialirkan ke candle mist eliminator. Didalam
candle mist eliminator terdapat acid besi untuk menangkap gas – gas pengotor,
sedangkan gas SO3 akan dialirkan kembali ke heat exchanger.
Gas SO3 kemudian dipompakan menuju bed empat, keluaran bed empat
kemudian akan dikontakkan kembali dengan acid pada final absorption tower
economizer. Gas SO3 yang tidak kontak dengan acid akan dialirkan ke scrubbing
tower, yang mana terdapat spray water untuk menangkap SO3. Sedangkan untuk
gas SO3 yang masih belum terikat akan dialirkan menuju chimney untuk dibuang.

2.1.2 Wet Sulphuric Acid (WSA)

WSA merupakan unit plant yang berfungsi sebagai pengolah gas buang (CS2
dan H2S) dari Spinning department untuk dikonversikan menjadi H2SO4. Tahapan
awal yang dilakukan dalam pengolahan limbah gas yaitu pencucian lean gas (CS2
dan H2S) yang berasal dari spinning department dilakukan dalam Ventury Washer
menggunakan air.
Lean gas hasil pencucian sepertiga bagiannya dialirkan ke combuster
bersamaan dengan udara dari blower untuk proses pembakaran pada suhu 850oC
yang menghasilkan gas SO2. Selain itu, untuk mempercepat proses pembakaran
ditambahkan natural gas dan untuk mempertahankan suhu SO2 yang masuk
converter ditambahkan sulphur. Reaksi yang terjadi pada combuster yaitu :
CS2(g) + 3O2(g)  2SO2(g) + CO2(g) … (5)
H2S(g) + 3/2 O2(g)  SO2(g) + H2O(g) … (6)
Duapertiga bagian dari lean gas dialirkan ke mixing chamber untuk
pencampuran dengan SO2 dari combuster pada temperature 380oC. Gas SO2 dari
mixing chamber kemudian masuk ke converter yang terdiri atas tiga bed, yaitu :
1. Bed satu proses pembakaran SO2 dengan penambahan katalis VK WSA yang
akan membantu dalam proses pembentukan SO2. Suhu SO2 yang masuk

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
6

sebesar 380oC sedangkan suhu keluarannya sebesar 420oC. Gas SO2 kemudian
diteruskan menuju bed dua. Reaksi yang terjadi yaitu :
SO2(g) + ½ O2(g)  SO3(g) … (7)

2. Bed dua : proses pengubahan SO2 menjadi SO3 dengan penambahan katalis VK
38. Keluaran bed kedua memiliki suhu sekitar 500oC, dimana reaksi yang
terjadi sama dengan bed satu. Pada proses merupakan reaksi eksoterm sehingga
akan dilewatkan pada interbed gas cooler terlebih dahulu sebelum dilanjutkan
menuju bed tiga. Keluaran dari interbed gas cooler dihasilkan steam yang
dimanfaatkan kembali untuk unit power plant.
3. Bed tiga : terdapat katalis VK 38. Gas SO3 keluaran dari bed tiga memiliki suhu
440oC, maka akan dilewatkan pada process gas cooler agar didapat suhu
keluaran sebesar 270oC yang kemudian dialirkan menuju ke condenser dengan
suhu 200oC. Reaksi yang terjadi didalam bed tiga adalah :
SO3(g) + H2O(l)  H2SO4(l) … (8)

Pada WSA dilakukan proses kondensasi untuk pengambilan SO 3 dengan


menghembuskan udara oleh blower. Dari proses kondensasi kemudian akan
terbentuk H2SO4 (dari H2O yang terkondensasi dan SO3). H2SO4 cair yang
terbentuk akan ditampung dalam acid vessel yang selanjutnya mengalami proses
pendinginan di acid cooler. Hasil akhir pada unit ini diperoleh asam sulfat dengan
konsentrasi sebesar 97%.

2.2 Perpindahan Panas

Perpindahan energi dalam bentuk kalor sering diikuti dengan pemisahan


bahan kimia dalam berbagai macam proses di industri kimia. Proses perpindahan
panas akan terjadi dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah, maka
terjadi driving force yaitu adanya perbedaan suhu. Terdapat 3 mekanisme
perpindahan panas yang sebagian besar pengaplikasiannya merupakan kombinasi
dari 2 atau 3 mekanisme tersebut yaitu :
2.2.1 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas oleh rambatan foton yang tidak teratur atau
pancaran gelombang elektromagnetik sehingga tidak memerlukan media untuk

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
7

perpindahan panasnya. Benda yang memancarkan foton secara terus menerus


dalam arah, tenaga, dan waktu yang dipindahkan oleh foton inilah yang
diperhitungkan sebagai kalor. Contohnya adalah perpindahan panas dari matahari
ke bumi.

Qp = CZ × A × [(Tapi / 100) 4 – (Tbenda / 100) 4] kJ/jam … (2.1)

Dimana :
Qp = Radiasi (kJ/jam)
CZ = Konstanta radiasi dari Stephan – boltzman (kJ/m2.jam.K4)
A = Luas bidang yang dipanasi (m2)
T = Temperature (K)

2.2.2 Perpindahan Panas Secara Konduksi


Konduksi adalah perpindahan panas melalui benda padat yang terjadi karena
benda saling berdekatan yang memberikan energi dari molekul yang lebih panas ke
molekul yang lebih rendah. Konduksi merupakan suatu perpindahan panas antara
molekul – molekul yang saling berdekatan yang tidak diikuti dengan perpindahan
molekul secara fisik. Molekul – molekul benda panas bergetar lebih cepat
dibanding dalam keadaan dingin, getaran tersebut akan dilimpahkan tenaganya
kepada molekul disekelilingnya sehingga akan memberikan panas dikarenakan
getaran yang lebih cepat. Contoh dari perpindahan panas secara konduksi yaitu
perpindahan panas melalui dinding heat exchanger.
Hukum Fourier adalah hukum empiris berdasarkan pengamatan. Hukum ini
menyatakan bahwa laju perpindahan panas konduksi pada suatu plat sebanding
dengan beda temperature di antara dua sisi plat dan luas perpindahan panas, tetapi
berbanding terbalik dengan tebal plat. Dengan rumus berikut :
𝛥𝑇𝑘𝐴
𝑞 = … (2.2)
𝛥𝑥
Keterangan :
q = Laju Perpindahan panas (W)
A = Luas penampang (m2)
k = Konduktivitas thermal (W/m.K)
T = Temperatur (K)
EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA
ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
8

x = Jarak (m)

2.2.3 Perpindahan Panas Secara Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi adalah proses perpindahan panas yang


disertai oleh perpindahan medium. Jika ada sebuah fluida yang melewati
permukaan padat panas, maka tenaga akan dipindahkan ke fluida dari dinding oleh
panas hantaran. Tenaga tersebut dikonversikan oleh fluida ke hilir, dan didifusikan
oleh hantaran dalam fluida melalui fluidanya. Contoh dari perpindahan panas secara
konveksi yaitu panas dari radiator mobil berkurang karena adanya kipas yang
mensirkulasikan udara. Konveksi dapat terjadi karena 2 macam kondisi yaitu
konveksi alami dan konveksi paksa.
1. Konveksi alami atau bebas (Free convention / Natural convection)
Konveksi secara bebas atau alami disebabkan oleh sirkulasi karena perbedaan
densitas.
2. Konveksi paksa (Forced convention)
Konveksi secara paksa terjadi karena ada paksaan dari luar atau adanya
perpindahan massa fluida karena dialirkan misalnya didorong dengan pompa
atau kipas.
Kecepatan perpindahan panas secara konveksi dapat dinyatakan dengan rumus :
𝑞 = ℎ. 𝐴 (𝑇𝑊 − 𝑇𝑓 ) … (2.3)
Keterangan :
q = Laju perpindahan (J/s)
h = Koefisien konveksi termal (J/s.m2.K)
A = Luas permukaan (m2)
∆T = Perbedaan suhu (K)
2.3 Boiler

Boiler atau disebut juga ketel uap adalah sebuah bejana tertutup berisi air
yang akan dipanaskan oleh panas pembakaran hingga didapat keluaran berupa air
panas atau steam. Steam atau air panas pada tekanan tertentu memiliki nilai energi
dalam bentuk kalor yang dapat digunakan untuk menunjang suatu proses. Ketika
sejumlah volume air terkonversi dalam keadaan steam, volume tersebut dapat
meningkat lebih dari 1600 kali dari volume awal. Hal tersebut menjadikan steam
EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA
ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
9

generator atau boiler salah satu alat yang berbahaya pada industri proses.
Pengoperasian boiler perlu disesuaikan dengan standar operasi yang telah
ditentukan oleh pengguna boiler ataupun standar pabrikan pembuat boiler tersebut.
Standar yang dibuat tersebut akan menjamin keamanan dan kehandalan operasi
boiler saat dioperasikan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi sekaligus menekan
biaya operasional (Sugiharto).
Sistem pada boiler terdiri atas sistem air umpan boiler, sistem bahan bakar
dan sistem steam. Sistem air umpan boiler menyediakan air umpan ke dalam boiler
sesuai dengan jumlah kebutuhan steam secara otomatis. Pada sistem air umpan
boiler dilakukan berbagai macam pengolahan agar mencegah pembentukan kerak
dan korosi di tube boiler, mencegah korosi pipa kondensat dan return kondensat,
dan juga mencegah carry over (bawaan lanjut) yang akan menyebabkan kualitas
steam menjadi menurun. Selain itu, dalam sistem air umpan boiler dilengkapi
dengan sejumlah valve guna untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem
steam menjaga atau mengendalikan steam yang telah dihasilkan, sehingga sirkulasi
tetap berjalan. Steam akan mengalir menuju titik penggunaan melalui sistem
perpipaan. Sistem steam dikendalikan oleh valve untuk mengatur tekanan atau
keluaran steam serta dilengkapi dengan alat ukur tekanan. Pada sistem bahan bakar
dilengkapi dengan alat yang diperlukan untuk penyediaan bahan bakar agar dapat
menghasilkan energi panas atau steam yang dibutuhkan. Peralatan yang digunakan
pada boiler akan bergantung pada bahan bakar yang digunakan pada sistem.

2.3.1 Jenis – Jenis Boiler


Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan saat memilih boiler yang akan
digunakan. Faktor tersebut terdiri atas tekanan dan temperatur yang diperlukan,
kapasitas total, jumlah drum, persyaratan superheating dan desuperheating, tipe
sirkulasi (natural atau forced), jumlah pipa, bentuk pipa dan biaya. Secara umum
tipe boiler yang sering ditemui di Industri meliputi water tube boiler, fire tube
boiler dan waste heat boiler.

1. Water Tube Boiler

Water tube boiler merupakan salah satu jenis boiler dimana air yang
dipanaskan mengalir di dalam pipa (tubes). Pipa tersebut dilewatkan pada panas
EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA
ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
10

pembakaran diluar tube yaitu ruang pembakar. Drum tertinggi pada boiler jenis
ini yaitu steam drum dan paling bawah yaitu mud drum yang terhubung oleh pipa.
Bahan bakar yang digunakan biasanya berupa bahan bakar padat, namun dapat
juga menggunakan bahan bakar cair atau gas. Gambar 2.2 menunjukkan skema
water tube boiler yang memiliki tiga buah steam drum dan dua buah mud drum.

Gambar 2.2 Water Tube Boiler


Sumber : https://www.wikiwand.com/en/Stirling_boiler

Panas dari hasil pembakaran di gunakan untuk memanaskan air dalam pipa
(tubes), hingga terbentuk steam. Steam yang terbentuk akan dikumpulkan pada
steam drum. Dalam boiler terdapat beberapa tipe pipa, namun secara umum
terdapat dua jenis pipa yaitu pipa menuju steam drum dan pipa menuju mud drum.
Dalam pipa menuju mud drum atau disebut the downcomer tube berisikan air
dingin, pipa ini berada diantara steam drum dan mud drum. Sedangkan pipa
menuju steam drum atau disebut dengan the riser tube berisikan air panas atau
steam yang telah terbentuk.
Steam drum merupakan salah satu karakterisktik dari water tube boiler. Level
air pada steam drum perlu dijaga untuk alasan keselamatan dan memenuhi
prosedur standar operasi. Kekurangan level air dapat merusak peralatan, namun
level air yang berlebih juga dapat menyebabkan carry over yang dapat
menyebabkan steam menjadi saturated dengan bahan kimia yang terkandung

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
11

dalam air sehingga dapat berakibat adanya fouling pada sistem steam. Resiko
yang lebih besar pada carry over akan berakibat pada wet steam, yang dapat
mengakibatkan gangguan operasional.

2. Fire Tube Boiler

Fire tube boiler dengan bahan bakar minyak dan gas banyak digunakan di
Industri. Prinsip kerja dari fire tube boiler yaitu air umpan akan memenuhi bagian
shell sedangkan gas pemanasnya berada pada tube. Level air dalam shell perlu
diperhatikan agar tetap menyelimuti tube – tube pada boiler. Boiler jenis ini
menghasilkan saturated steam bertekanan rendah, dan kapasitas steam yang
terbatas sekitar 20 – 35 tph karena semakin besar akan melibatkan diameter shell
yang besar pula yang mungkin tidak ekonomis. Jika diperlukan dapat
menambahkan economizer. Gambar 2.3 menunjukan boiler tipe fire tube 3 pass.
Sebuah economizer dapat ditempatkan jik diperlukan, sedangkan untuk
menambahkan superheater pada fire tube boiler sedikit lebih rumit. Pada water
tube boiler superheater dapat ditempatkan setelah beberapa pipa evaporator.
Namun, pada fire tube boiler hanya dapat ditempatkan setelah alian kedua (second
pass) atau diantara economizer dan boiler. Suhu gas buang pada keluaran aliran
ketiga (third pass) mungkin tidak signifikan untuk menambahkan superheater,
dan sebagian beban, suhu gas akan turun secara signifikan.

Gambar 2.3 Fire Tube Boiler 3 pass


Sumber : www.hurstboiler.com

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
12

3. Waste Heat Boiler

Panas yang berlebih (waste heat losses) dapat timbul akibat alat yang tidak
efisien dan dari keterbatasan thermodinamika alat dan proses. Panas yang berlebih
ini dapat digunakan kembali untuk proses yang sama atau dipindahkan pada
proses yang lain. Beberapa contoh sumber panas yang berlebih dan
pemanfaatannya ditunjukan pada Tabel 2.1. Banyak cara untuk memanfaatkan
panas berlebih, salah satu caranya dengan memanfaatkan gas buang pembakaran
untuk preheating udara pembakaran atau preheating air umpan boiler.
Memanaskan air umpan boiler sebelum memasuki boiler dapat mengurangi energi
yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tertentu untuk dapat menghasilkan steam.

Tabel 2.1 Contoh Sumber Panas Berlebih dan Pemanfaatannya


Sumber Panas Berlebih Pemanfaatan
Gas buang pembakaran : - Pemanasan awal udara
- Tungku pelebur kaca pembakar
- Kiln semen - Pemanasan awal air umpan
- Boiler boiler
- Incinerator asap - Load preheating
Gas keluaran proses : - Pembangkit listrik
- Pembangkit uap yang
- Tanur busur listrik digunakan pada :
- Tungku gema aluminium Pembangkit listrik
Air pendingin dari : Mechanical power
- Tungku Steam proses
- Kompressor udara - Ruang pemanasan
- Proses perpindahan aliran gas
atau cair
Sumber : US. Departement Energy, 2008

Waste heat boiler merupakan salah satu jenis boiler yang sering ditemui di
industri. Prinsip dari waste heat boiler yaitu memanfaatkan panas berlebih dari
suatu proses sebagai sumber panas untuk dapat menghasilkan steam. Fungsi dari
waste heat boiler selain untuk memproduksi steam, juga dapat dijadikan sebagai
pendingin untuk melanjutkan suatu proses tertentu yang biasanya dimanfaatkan
di industry kimia seperti pada plant H2SO4, HNO3, NH3 serta H2, industry baja dan
kilang pada unit FCC. Waste heat boiler digunakan untuk mendinginkan aliran
gas hasil pembakaran sehingga didapat gas keluaran dengan suhu yang diinginkan

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
13

untuk proses tertentu (Ganapathy , 2003). Salah satu penggunaannya ditemukan


pada sulphuric acid plant seperti ditunjukan pada Gambar 2.4.
Penggunaan waste heat boiler dapat meningkatkan nilai efisiensi dan
menghemat biaya produksi steam, yang bersumber dari pemanfaatan panas
berlebih selain itu juga dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat dari proses
pembakaran. Pada umumnya penempatan WHB berada setelah furnace, di disain
untuk menghasilkan steam dan mendinginkan aliran gas buang yang keluar dari
furnace. Oleh karena itu, waste heat boiler terkadang disebut juga sebagai steam
generator. Sebagian besar pabrik kimia menggunakan WHB yang sederhana dan
kecil.
Berdasarkan tekanan steam yang dihasilkan boiler, waste heat boiler terbagi
atas dua macam yaitu high pressure dan low pressure. Waste heat boiler high
pressure (bertekanan tinggi) biasanya menghasilkan steam dengan tekanan 31 –
45 barg (450 – 650 psig) yang ditempatkan setelah furnace. Sedangkan waste heat
boiler low pressure (bertekanan rendah) biasanya menghasilkan steam dengan
tekanan sekitar 3,5 barg (50 psig).

(a)

(b)
Gambar 2.4 a. Waste Heat Recovery Boiler Acid Plant in Fertiliser Unit, b. Skema
Waste Heat Boiler
Sumber : Rayaprolu.K Boilers a Practical Reference dan www.tlv.com

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
14

Menurut Nasaso, dkk (2018) waste heat boiler memiliki beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan agar dapat beroperasi lebih lama, diantaranya yaitu :

 Diameter tube  Tube pitch

 Ketebalan dinding tube  Ketebalan tubesheet


 Teknik pengelasan antara tube
 Bahan dari konstruksi
dengan tube sheet

 Desain blowdown atau  Proper pelatihan seorang


pengoperasiannya operator dan maintenance
PT IBR dalam salah satu plant nya menggunakan waste heat boiler untuk
mendinginkan gas sulfur hasil pembakaran dalam furnace sebelum memasuki
converter, selain itu memanfaatkan panas dari pembakaran untuk menghasilkan
steam yang kemudian digunakan untuk proses dalam pabrik. Waste heat boiler
yang digunakan memiliki jenis fire tube boiler single pass yang dipasang setelah
furnace. Adapun spesifikasi dari waste heat boiler yang digunakan ditampilkan
pada Tabel 2.2 Berikut :

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
15

Tabel 2.2 Spesifikasi Design Data Waste Heat Boiler PT IBR

Company : Aditya Birla PT INDOBHARAT RAYON


Location :
Service of Unit: Our Reference:
Item No.: Boiler -1 Your Reference :
Date : 20190302 Rev No .: 0 Job No.:
Surf/unit(eff.) 144 m2 Type AEL Hor Connected in 1 Parallel 1

DESIGN DATA
Fluid allocation Shell side Tube side
Fluid name WATER SO2
Fluid quantity, Total kg/h 7500 15 m3/h
Vapor (in/out) 0 0,995 1 1
Liquid kg/h
Noncondensable kg/h

o
Temperature (in/out) C NA NA 1004 425
o
Dew / bubble point C
Density (in/out) kg/m3 835.3 14.33 0.8347 1.371
Viscosity Cp 0.1233 NA 0.05060 0.03047
Molecular wt, Vap
Molecular wt, NC
Specific heat KJ/(kmole*C) 90.99 53.61 56.17 51.04
Thermal Conductivity w/m*k 0.6512 NA 0.0565 0.02898
Latent heat Kcal/kg NA NA NA NA
Pressure Bar 21.61 21.24 1.384 1.241
Velocity m/s
Pressure drop, allow./calc. Bar 0.3714 0.1429

CONSTRUCTION OF ONE SHELL Sketch


Design/Test Pressure Bar Shell side Tube side
o
Design temperature C 226 1100/435
Number passes per shell 1 4
Corrosion allowance Mm 3 1
Connections size/rating In
mm Out
Intermediate
Tube No. 156 OD 20 mm ID 16 mm Length 6 m Pitch 50 mm
Tube type Plain Material Tube pattern
Shell 730 mm ID Buffle Space 800 mm
Sumber : Ancilliary Plant, PT. IBR

a. Komponen Pada Waste Heat Boiler

Komponen pada waste heat boiler tidak sama seperti boiler pada umunya,
dikarenakan pada waste heat boiler sumber panasnya menggunakan panas

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
16

berlebih suatu proses tidak seperti pada boiler lain yang menggunakan burner
sebagai sumber panasnya. Adapun komponen tersebut :
1) Tube – tube
Tube atau pipa merupakan pemisah antara aliran gas dan air, juga sebagai
media perpindahan panas. Jumlah tube bergantung dari ukuran boiler yang
digunakan. Tube pada boiler akan berisi aliran gas panas yang akan
diturunkan suhunya atau sebagai sumber panas dari pembentukan steam.
2) Tube sheet
Tube sheet merupakan tempat merangkai ujung dari tube – tube sehingga
menjadi satu kesatuan (bundle).
3) Shell
Shell merupakan tempat air yang akan dididihkan sekaligus tempat
terbentuknya steam.
4) Economizer
Economizer layaknya heat xchanger, ia memanaskan air umpan boiler
sebelum memasuki boiler. Dengan menggunakan economizer dapat
meningkatkan efisiensi 2 – 4% dari boiler. Eco biasanya terletak dekat
dengan gas buang dari boiler, dengan memanfaatkan gas buangnya.
5) Drum
Drum biasanya terdiri dari drum atas (steam drum) dan drum bawah (mud
drum) yang dihubungkan oleh sejumlah pipa. Steam drum merupakan
drum berisikan steam yang telah dihasilkan, dikumpulkan pada steam
drum sebelum memasuki sistem distribusi steam. Sedangkan mud drum
biasanya berisikan air, yang ditempatkan di bagian bawah dalam boiler.
Pada WHB penambahan drum yang digunakan berupa steam drum, yang
biasanya ditempatkan diatas shell.
6) Sistem distribusi steam
Sistem distribusi steam terdiri dari katup, fitting, perpipaan dan sambungan
yang sesuai dengan tekanan steam yang akan dialirkan. Steam keluar dari
boiler pada tekanan yang sesuai yang diperlukan oleh unit proses atau
untuk pembakit listrik. Misalnya, steam yang digunakan untuk
menggerakan steam turbine generator untuk menghasilkan listrik, maka

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
17

diperlukan steam dengan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan


steam yang digunakan untuk proses.
7) Sistem Air umpan Boiler
Pasokan air umpan boiler adalah bagian penting dari penghasil steam.
Steam yang keluar dari boiler berasal dari sejumlah air umpan yang
memasuki sistem. Air yang digunakan harus bebas dari kontaminan seperti
mineral, pengotor terlarut yang akan berdampak pada sistem atau
mempengaruhi operasinya. Bahan – bahan yang tersuspensi seperti
endapan dan minyak dapat menyebabkan kerak dan lumpur, dan harus
disaring. Gas terlarut seperti karbon dioksida dan oksigen menyebabkan
korosi pada boiler dan harus dihilangkan dengan deaerasi dan metode lain.
Karena mineral yang terlarut dapat menyebabkan korosi, kerak, dan
endapan pada blade turbin. Mineral dapat dihilangkan dengan
penambahan soda atau kapur pada air umpan boiler.

2.3.2 Kinerja Boiler

Kinerja dari boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan berkurang seiring
berjalannya waktu disebabkan oleh pembakaran yang kurang baik, adanya fouling
perpindahan panas, kurang baiknya dalam operasi dan perawatannya, juga kualitas
bahan bakar dan air dapat menyebabkan penurunan kinerja boiler. British Standard
BS845 : 1987 merupakan salah satu standar yang menjelaskan mengenai metode
dan kondisi boiler perlu diuji untuk menentukan nilai efisiensi. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi nilai efisiensi dari boiler, diantaranya :
1. Periode pembersihan boiler.
2. Periode soot blowing.
3. Proses treatment air umpan dan control blowdown.
4. Presentasi loading dari boiler.
5. Suhu dan tekanan steam yang terbentuk.
6. Insulasi boiler.
Untuk dapat mengetahui kinerja dari waste heat boiler maka diperlukan
parameter – parameter berikut :

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
18

a. Koefisien overall perpindahan panas (U) meyatakan kemudahan perpindahan


panas dan menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi.
b. Tahanan panas dalam keadaan bersih (UC) yaitu koefisien perpindahan panas
menyeluruh pada awal heat exchanger dipakai yang artinya belum terjadi
fouling.
c. Tahanan panas dalam keadaan kotor (UD) yaitu koefisien perpindahan panas
menyeluruh setelah terdapat fouling pada heat exchanger. Besarnya UD lebih
kecil dari UC.
d. Fouling factor (Rd) menunjukan adanya hambatan akibat kotoran yang
terdapat pada fluida yang mengalir pada heat exchanger. Fouling factor
ditentukan berdasarkan tahanan panas dalam keadaan bersih dan kotor. Apabila
nilai fouling factor design lebih kecil dari nilai fouling factor hasil perhitungan
maka perpindahan panas yang terjadi tidak terpenuhi dan heat exchanger harus
segera dibersihkan baik secara mekanik maupun dengan proses kimia (Kreith,
1973).
e. Efisiensi, digunakan untuk mengetahui besar panas yang dilepaskan dan
diterima fluida. Jika efisiensi rendah maka kehilangan panas yang terjadi besar.

2.3.3 Pengoperasian Boiler

Pengoperasian boiler merupakan kegiatan mengoperasikan boiler dimulai


dari proses commissioning untuk boiler yang baru, start awal, operasi normal,
hingga shutdown baik saat normal maupun saat terjadi gangguan operasi.

1. Commisioning Boiler
Commissioning merupakan proses pengujian boiler yang telah selesai dikerjakan
untuk dipastikan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan, regulasi, kode dan
peraturan yang berlaku yang dimaksudkan untuk memastikan boiler tersebut telah
siap dioperasikan, dan menjamin keamanannya. Persiapan awal yang dilakukan
yaitu membersihkan dari adanya kerak atau material asing yang ada pada boiler
(boiler cleaning) dan memeriksa kebocoran boiler. Boiler dioperasikan dengan
mendidihkan larutan alkali agar dapat menghilangkan material – material yang
mengandung minyak dan deposit lain menggunakan tekanan rendah selama 24

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
19

jam. Untuk boiler dengan tekanan tinggi dilakukan pembersihan secara kimiawi
untuk dapat menghilangkan kerak. Setelah proses mendidihkan alkali atau
pembersihan dengan asam (acid cleaning) dilakukan pencucian dengan
menggunakan air bersih (fresh water), kemudian boiler dapat dioperasikan sesuai
kapasitasnya pada tekanan uap optimal. Menurut Sugiharto ada beberapa
pengujian yang dilakukan pada proses ini yaitu :
a. Air leakage test (uji kebocoran).
b. Hydro testing of boiler (uji hidro).
c. Readiness of boiler auxiliary (uji kesiapan peralatan).
d. Gas distribution test (uji distribusi gas).
e. Boiler light up (penyalaan boiler).
f. Alkali boil-out and first stage passivation.
g. Acid cleaning and second stage passivation.
h. Steam blowing of critical piping.
i. Safety valve floating (uji keamanan katup).
j. Fuel firing (test pembakaran).
2. Start Up Boiler
Sistem pada boiler terdiri atas sistem air umpan, steam dan bahan bakar. Sistem
air umpan boiler dimaksudkan untuk memasok air menuju boiler secara otomatis
sesuai kebutuhan produksi steam. Sistem steam akan mengumpulkan dan
mengontrol produksi steam pada boiler, yang kemudian akan didistribusikan
menuju pipa – pipa. Tekanan dan produksi steam pada keseluruhan sistem akan
diatur secara otomatis yang dipantau sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Sedangkan sistem bahan bakar merupakan semua komponen yang digunakan
sebagai penyedia bahan bakar untuk proses pembakaran.
3. Pengoperasian Boiler
Terbagi atas beberapa tahapan yaitu :
a. Pengisian air umpan ke dalam boiler.
b. Ventilasi udara dari sirkulasi bahan bakar.
c. Proses pembakaran.
d. Pengaturan pengoperasian (blowdown, penulisan operasi boiler pada
logsheet).

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
20

4. Shutdown Boiler
Sebelum dilakukan shutdown, perlu dipastikan bahwa steam atau uap sudah tidak
digunakan. Cold starting (operasi dalam kondisi dingin), adalah dimana tekanan
uap jatuh pada nilai nol.

2.3.4 Masalah Yang Terjadi Pada Boiler

Sistem operasi boiler mempunyai pengaruh secara langsung pada peralatan


proses, seperti kolom destilasi dan turbin. Boiler perlu dioperasikan secara hati –
hati untuk dapat memproduksi energi steam pada tekanan stabil. Kegagalan dalam
mengoperasikan boiler dapat mengakibatkan hilangnya produksi, kehilangan
kualitas produk, dan biaya yang tinggi untuk perbaikan atau mengganti komponen
yang rusak. Beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada boiler meliputi :
1. Fouling
Fouling adalah salah satu masalah serius pada boiler, terutama pada aliran gas
yang kotor. Selain dapat mempengaruhi kinerja boiler, fouling juga dapat
menurunkan aliran steam dan meningkatkan pressure drop gas selama suatu
periode waktu tertentu. Fouling factor ditentukan berdasarkan tahanan panas
dalam keadaan bersih dan kotor. Apabila nilai fouling factor desain lebih kecil
dibanding hasil perhitungannya maka perpindahan panas yang terjadi tidak
terpenuhi dan harus segera dibersihkan baik secara mekanik maupun proses kimia
(Kreith, 1973). Endapan fouling menumpuk di atas permukaan perpindahan panas
(didalam atau diluar), dan fouling factor meningkat secara eksponensial dan
kemudian berangsur berkurang seperti pada Gambar 2.5. Fouling factor
berbanding terbalik dengan nilai efisiensi, sehingga dapat dilihat pada kurva
ketika fouling factor memiliki nilai yang tinggi menandakan bahwa efisiensi pada
boiler bernilai rendah dan sebaliknya ketika fouling factor bernilai rendah
menandakan efisiensi dari boiler bernilai tinggi.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
21

Gambar 2.5 Fouling pada Waste Heat Boiler terhadap Waktu


Sumber : V.ganapathy – Industrial and heat recovery

Dengan dilakukannya pembersihan secara berkala dapat menghilangkan


endapan, yang menurunkan fouling factor, tapi menumpuk lapisan dasar dan
meningkatkan suhu gas keluaran juga mengurangi tugas boiler. Pematian total
(shutdown) dan pembersihan mungkin dapat membantu memulihkan kinerja
boiler atau mendekati keadaan seharusnya.
2. Korosi
Korosi adalah adanya bahan kimia yang bersifat merusak atau aksi
elektrokimia bahan kimia bersifat agresif yang menyerang area sekitar permukaan
logam atau paduan yang tidak terproteksi. Korosi cepat atau lambat dapat
mengikis permukaan logam agresor dapat berupa O2, CO2, SO2 dalam gas atau
cair ataupun kelembaban di udara, bereaksi secara kimiawi dengan merusak untuk
menghasilkan garam, oksida, hiroksida dan klorida. Penyebab utama terjadinya
korosi dikarenakan ketidak stabilan logam dan paduannya yang ingin kembali ke
bentuk stabil dengan dibantu oleh aggressor. Korosi dapat terjadi karena adanya
reaksi dengan O2, yang dapat menyebabkan berkurangnya ketebalan pipa yang
membuat pipa cepat rapuh, penyumbatan dan penumpukan endapan hasil korosi
dapat menyebabkan pipa pecah pada tekanan yang tinggi. Korosi dapat
disebabkan oleh air umpan boiler yang kurang baik, adanya deposit dan kebocoran
pada sistem. Secara prinsip korosi pada boiler dapat dikategorikan pada dua tipe,
yaitu eksternal dan internal. Eksternal (ash side corrosion) dikarenakan oleh abu
yang dapat terjadi pada dua tipe yaitu pada temperature tinggi dan rendah,
sedangkan internal (water / steam corrosion) dapat dikarenakan adanya oksigen
terlarut yang terbawa oleh air.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
22

3. Scaling atau kerak


Scale akan menempel pada dinding pipa boiler, dan membuat diameter pipa
mengecil. Selain itu dengan terbentuknya kerak pada pipa akan menyebabkan
efisiensi boiler menurun, kapasitas berkurang, dapat menimbukan over heating
karena adanya lapisan kerak yang menjadi isolator dan meningkatkan biaya
pembersihan. Adanya kerak dapat disebabkan oleh kualitas air umpan boiler yang
kurang baik.
4. Carry Over (Bawaan Lanjut)
Carry over terjadi melalui proses foaming dan priming sehingga
menyebabkan terbawanya senyawa pengotor ke aliran steam. Bubble atau buih
biasanya menumpuk pada permukaan air boiler dan kemudian terbawa bersama
dengan steam, hal ini disebut dengan foaming. Foaming dapat terjadi karena
tingginya konsentrasi padatan terlarut, padatan tersuspensi dan alkalinitas yang
tinggi. Sedangkan priming adalah sisa dari berbagai jumlah tetesan air dalam uap
(foam dan mist), yang dapat menurunkan efisiensi energi uap yang dapat
disebabkan oleh kurang tepatnya konstruksi boiler, adanya fluktuasi pada steam
secara tiba – tiba serta dapat diperburuk dengan adanya kotoran dalam air boiler.
Carry over ini mengakibatkan menurunnya kualitas steam, potensi korosi di pipa
steam atau return kondensat dan deposit pengotor di sistem perpipaan. Antifoam
diberikan untuk mencegah terjadinya carry over.
5. Umur alat dan desain
Umur alat dan desain termasuk salah satu faktor yang dapat menjadi masalah
dalam operasi boiler. Beberapa peralatan yang paling sering mengalami kegagalan
akibat penuaan termasuk pompa air umpan boiler, katup blowdown, dan sistem
perpipaan. Pembekuan (saat musim dingin) dan pergerakan lempengan bumi
dapat merusak pondasi alat dan menyebabkan korosi pada komponen. Pipa yang
aus atau rusak dapat mendukung adanya stress pada pipa boiler.
6. Meleleh nya pipa / mengkerut
Pipa yang meleleh dapat terjadi karena level air dalam shell tidak sesuai atau
tidak menyelimuti seluruh bagian tube, maka perlu dihindari terjadinya tube – tube
di selimuti oleh steam..

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
23

2.3.5 Perawatan Pada Boiler

Boiler yang terus menerus digunakan dapat menyebabkan adanya pengotor


sehingga perlu dilakukan perawatan terhadap boiler. Salah satu parameter yang
dapat dilihat dari adanya fouling yaitu pressure drop. Harga pressure drop akan
meningkat dan perpindahan panas akan sangat terpengaruhi dengan adanya kotoran
pada pipa – pipa maka pembersihan perlu dilakukan secara teratur. Dengan
dilakukannya penjadwalan perawatan dapat meminimalisir adanya kegagalan atau
kerusakan alat secara tiba – tiba, sehingga alat dapat digunakan lebih lama.
1. Perawatan Boiler Secara Preventif (Preventif Maintenance)
Preventif maintenance dilakukan untuk menjaga keadaan alat sebelum alat
tersebut menjadi rusak. Pada dasarnya, dilakukannya perawatan pada boiler agar
dapat mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga juga agar dapat
menentukan keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami
kerusakan saat digunakan dalam proses produksi. Hal ini memerlukan
perencanaan dan penjadwalan yang sangat cermat juga tepat.
2. Perawatan Boiler Secara Korektif (Corrective Maintenance)
Corrective maintenance dilakukan untuk memperbaiki alat yang rusak yang
mana perawatan dan pemeliharaan dilakukan setelah terjadi kerusakan atau
kelainan pada alat maka perawatan ini sering disebut juga dengan reparasi atau
perbaikan.
3. Perawatan Boiler Secara Reaktif (Breakdown Maintenance)
Breakdown maintenance ialah kegiatan perawatan yang tidak terencana
sehingga tidak ada jadwal perawatan atau pemeriksaan rinci terhadap mesin dan
tidak ada upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya
kerusakan, mesin diperbaiki ketika terjadi kerusakan.
4. Perawatan Boiler Secara Deteksi Dini (Predictive Maintenance)
Predictive maintenance merupakan pengembangan dari preventif
maintenance. Dalam hal ini kegagalan fungsi mesin dapat diketahui lebih awal
dengan memonitor serta menetukan kondisi mesin tersebut saat beroperasi,
sehingga dapat memperkirakan atau menjadwalkan perbaikan secara efisien dan

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
24

efektif juga memungkinkan untuk memperbaiki penyebab kerusakan mesin dan


mencegah permasalahan yang sama sebelum terjadi kerusakan.
5. Perawatan Boiler Secara Proaktif (Proactive Maintenance).
Proactive maintenance merupakan pengembangan lanjut dari predictive
maintenance, dimana data – data kegagalan fungsi yang terekam pada mesin
dianalisa dan diambil tindakan untuk perbaikan kondisi operasi mesin sehingga
dapat memaksimalkan produktifitas, efisiensi dan umur mesin.
2.4 Kualitas Air Boiler

Boiler memiliki beberapa jenis air dengan karakteristik yang berbeda


diantaranya ada air umpan boiler dan air boiler.
2.4.1 Air Umpan Boiler

1. Definisi Air Umpan Boiler

Air umpan boiler yang digunakan pada Acid Plant berupa air demin dan air
kondensat. Air demin adalah air yang sudah tidak memiliki kandungan mineral
didalamnya. Proses demineralisasi ini bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Distilasi yaitu cara pemurnian yang didasarkan pada perbedaan titik didih.
Air demin akan menguap sedangkan mineral mineralnya akan tertahan
dengan skema yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Distilat (Air
demin)

Air Umpan

Residu
(mineral
mineral)

Gambar 2.5 Skema Proses Demineralisasi Dengan Cara Destilasi

b. Reverse osmosis yaitu proses pemurnian melalui membrane RO dengan


skema yang dapat dilihat pada Gambar 2.6. Membrane ini memiliki ukuran

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
25

pori – pori yang sangat kecil sehingga dapat menyaring berbagai kotoran yang
terdapat pada air.
Non
permeat

Membran
Air Umpan Reverse Permeat
Osmosis

Gambar 2.6 Skema Demineralisasi Dengan Cara Reverse Osmosis

c. Resin penukar ion yaitu yaitu proses pemurnian dengan cara pertukaran ion
melalui media resin penukar ion dengan skema yang dapat dilihat pada
Gambar 2.7. Dengan metode ini kemurnian air yang dihasilkan lebih tinggi
daripada metode lainnya.

Air Umpan CO2

Resin Resin
Penukar Degasifier Penukar
Kation Anion

Air Demin

Gambar 2.7 Skema Demineralisasi Cara Resin Penukar Ion

Berdasar pada BS 2486 : 1997 karakteristik yang digunakan untuk air umpan
boiler dengan tekanan mencapai 30 bar dapat dilihat pada Tabel 2.3.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
26

Tabel 2.3 Rekomendasi Karakteristik Air Umpan Boiler untuk Fire Tube Boiler

Parameter Satuan Nilai


Bersih, Tidak ada busa
Tampak
8.5 – 9.5
*jika terdapat Copper alloy,
pH pada 25oC nilai nya tidak boleh melebihi
pH 9.2 agar dapat terhindar
dari korosi.
Kesadahan total Mg/kg CaCO3 2 max.
Serendah mungkin hingga
Oksigen terlarut Mg/kg O2
mencapai 0
Total Alkalinity to pH
Mg/kg CaCO3 Dibawah 25 mg/kg CaCO3
4.5 (M-Alkalinity)
Sumber : BS 2486 : 1997 Treatment of Water for steam boilers and water heaters

Air demin ini digunakan sebagai air umpan boiler, karena jika air umpan
boiler masih mengandung mineral maka akan menimbulkan kerak, korosi hingga
carry over di peralatan penukar panas dan perpipaan.
Sedangkan air kondensat dapat dikatakan memiliki kualitas yang relatif
bersih jika steam digunakan untuk pemanasan tidak langsung. Namun proses
kontaminasi kondensat bisa terjadi jika pipa yang dialiri oleh kondensat mengalami
korosi. Standar air kondensat yang dapat digunakan kembali dalam sistem
pengolahan air umpan boiler dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Persyaratan Air Kondensat

Parameter Satuan Nilai


Konduktifitas micromhos/cm 10
TDS ppm 5
TSS ppm 0.5
Total Silica Ppm 0.05
Total Besi ppm 0.1
Total Copper ppm 0.02
CO2 ppm 1
Clorida ppm 0.01
Organik ppm 0.01
Sumber : Soeswanto, 2010 Buku Bahan Ajar Utilitas, POLBAN
Parameter air yang menimbulkan masalah terhadap peralatan, dapat dilihat
pada Tabel 2.5.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
27

Tabel 2.5 Pengotor Dalam Air dan Dampaknya


Rumus
No Konstituen Dampak
Kimia
Air keruh, mengendap di perpipaan dan
1. Kekeruhan -
peralatan proses
Pembusaan di boiler, menimbulkan
2. Warna -
produk karat
Ca dan Mg
Sumber utama kerak di peralatan
3. Kesadahan sebagai
penukar panas dan perpipaan
CaCO3
Pembusaan dan carry over padatan dan
Bikarbonat,
CO2 ke steam sebagai sumber korosi
4. Alkalinitas karbonat,
aliran kondensat, alkali tinggi timbul
hidroksida
kerapuhan tube boiler

Asam mineral
5. H2SO4, HCl Korosi
bebas (FMA)

Karbon Korosi di saluran air, steam dan


6. CO2
dioksida kondensat
7. pH - Korosi
Menambah padatan terlarut air, jika ada
8. Sulfat SO42- Ca akan membentuk kerak Kalsium
Sulfat
Meningkatkan padatan dan korosifitas
9. Klorida Cl-
air
10. Silika SiO2 Kerak di boiler
11. Besi Fe2+ dan Fe3+ Endapan di saluran air dan boiler
12. Mangan Mn2+ Endapan di saluran air dan boiler
Korosi saluran air, peralatan penukar
13. Oksigen O2
panas, boiler dan aliran kondensat
Hidrogen
14. H2 S Korosi
sulfide
Padatan Mengganggu proses dan menimbulkan
15. -
terlarut pembusaan di boiler
Padatan Pengendapan di peralatan penukar
16. -
tersuspensi panas, saluran ai dan boiler
Sumber : Buku Bahan Ajar Utilitas, POLBAN

2. Pengolahan Air Umpan Boiler

Untuk mendapatkan kualitas air umpan boiler yang sesuai standar, maka perlu
dilakukannya pengolahan air. Pengolahan ini harus memenuhi tiga tujuan utama,
yaitu terjadinya perpindahan panas yang diinginkan, tidak menimbulkan korosi dan
dapatt memproduksi steam berkualitas tinggi (Michael, 2012). Ada dua pengolahan
dalam mendapatkan air umpan boiler yaitu pengolahan secara eksternal dan

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON

FF
28

internal. Pengolahan air ini tergantung dari jenis air baku yang digunakan karena
karakteristik pengotor berbeda.
Pengolahan air demin di PT IBR meliputi:

a. Activated Carbon Filter (ACF)


Activated carbon filter berfungsi untuk mengurangi kekeruhan dan bau pada
air dengan karbon yang berbentuk granula berukuran 5 mm. Terdapat 3
tangki ACF dengan masing masing kapasitas 100 m 3. Lama kelamaan
karbon jenuh sehingga perlu diregenerasi menjadi bersih kembali. Untuk
proses regenerasi dilakukan setelah tangki ACF beroperasi selama ± 20 jam.
Proses regenerasi meliputi proses backwash, media settle dan rinsing.
Backwash berlangsung selama ± 10 menit dengan laju alir 63 m 3/jam yang
berfungsi agar kotoran dapat terangkat. Selanjutnya media settle dilakukan
selama 3 menit agar pengotor yang terapung dapat mengendap. Proses
rinsing dilakukan dengan laju 100 m3/jam agar karbon terlepas dari kotoran
yang selanjutnya kotoroan dapat terbawa ke effluent.
b. Strong Acid Cation (SAC)
Strong acid cation berfungsi untuk mengikat kation pada air dengan
menggunakan resin kation indion 225 tipe gel. Terdapat 4 tangki SAC
dengan masing masing kapasitas 50 m 3. Keluaran SAC ini akan
menghasilkan free mineral acid (FMA) dengan hardness yang rendah dan
pH yang rendah. Sehingga indicator kejenuhan yang digunakan untuk
mengetahui bahwa resin harus diregenerasi yaitu pH mendekati netral dan
hardness mulai naik. Regenerasi SAC menggunakan HCl 33% ditambah air
menjadi HCl 4%. Proses regenerasi berlangsung dengan beberapa tahap
yaitu backwash, media settle, injection, slow rinse dan fast rinse. Backwash
berlangsung selama 5 menit dengan laju alir 30 m 3/jam, media settle selama
3 menit, injection dengan menambahkan HCl dan air demin dengan laju alir
14 m3/jam selama 25 menit, slow rinse menggunakan air demin selama 30
menit dan fast rinse menggunakan air yang berasal dari ACF dengan laju
alir 50 m3/jam.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
29

c. Degasser Tank
Air dialirkan menuju degasser tower yang berfungsi untuk membuang gas
O2 dan CO2. Didalam degasser tower terdapat pall ring yang terbuat dari
plastik untuk memperluas kontak antara udara dan air. Degasser tower
berdiameter 1,3 m dengan tinggi 2,2 m. Selanjutnya air dialirkan ke
degasser tank.
d. Weak Base Anion (WBA)
Weak base anion berfungsi untuk mengikat anion pada air namun tidak bisa
mengikat semua anion seperti silica dan asam karbonat. Regenerasi WBA
menggunakan NaOH 28% ditambah air menjadi NaOH 4%.
e. Strong Base Anion (SBA)
Strong base anion berfungsi untuk mengikat anion pada air termasuk silica
dan asam karbonat. Keluaran dari SBA yaitu daya hantar listrik yang
rendah. Regenerasi SBA menggunakan NaOH 28% ditambah air menjadi
NaOH 4%.
f. Mixed Bed (MB)
Mixed bed berfungsi untuk mengikat kation dan anion yang masih tersisa
pada air. Resin yang digunakan pada mixed bed sama seperti SCA dan SBA.
Proses regenersi dilakukan dengan menambahkan HCl sebesar 205,36 kg
dan NaOH sebesar 220 kg. Proses regenerasi berlangsung beberapa tahap
yaitu backwash, MC flush, preinjection, injection, slow rinse, drain, air
mixing, force settle, filling dan fast rinse.
Aliran pengolahan air umpan PT IBR dapat dilihat pada Lampiran A.2.
Selain pengolahan secara eksternal, dibutuhkan pula pengolahan secara internal
yang merupakan proses penghilangan senyawa kimia dalam air boiler yang
terbentuk karena kondisi dalam boiler. Pengolahan internal ini meliputi :
a. Penambahan bahan kimia agar bereaksi dengan kesadahan air umpan dan
mencegah pembentukan kerak di tube boiler dengan menambahkan garam
fosfat ke air boiler sehingga membentuk kalsium fosfat yang merupakan
sludge tersuspensi yang tidak membentuk kerak. Setiap jenis fosfat
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap alkalinitas air boiler.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
30

1) Trisodium phospat (TSP), penambahan ini tidak akan mempengruhi


alkalinitas air boiler.
2) Disodium Phospat (DSP), penambahan ini menyebabkan berkurangnya
1/3 nilai alkalinitas air.
3) Monosodium Phospat (MSP), penambahan ini menyebabkan
berkurangnya 2/3 nilai alkalinitas air.
b. Penambahan sludge conditioner untuk mencegah padatan tersuspensi
melekat di logam – logam tube boiler. Penambahan ini bertujuan untuk
membentuk sludge yang tersuspensi dan sludge yang terbentuk ini harus
dibuang melalui blowdown. Sludge conditioner yang dapat digunakan yaitu
tannin, lignin, kanji dan koloid reaktif.
c. Penambahan antifoam untuk mencegah carry over.
d. Penambahan oxygen scavenger untuk menghilangkan sisa oksigen agar
tidak terjadi korosi. Oxygen scavenger yang biasa digunakan yaitu natrium
sulfit untuk boiler bertekanan rendah, hidrazin untuk boiler bertekanan
menengah dan senyawa beracun, karbohidrazin yang akan terdekomposisi
menjadi hidrazin dan bukan merupakan senyawa beracun dan juga DEHA
untuk boiler bertekanan rendah dan menengah (Soeswanto, 2010).

2.4.2 Air Boiler

Selain air umpan boiler, air boiler juga diatur karakteristiknya. Salah satunya
yaitu American Boiler Manufacurers Association (ABMA). Berikut ini adalah
beberapa rekomendasi persyaratan kualitas air boiler. Rekomendasi syarat untuk
fire tube boiler dengan kandungan total dissolve solid dalam steam maksimal 1 ppm
dari American Boiler Manufacturers Association (ABMA) berdasarkan dokumen
ASME :
Tabel 2.6 Batasan Rekomendasi untuk Fire Tube Boiler

Fire Tube Boilers 0 – 2,07 MPa (0 – 300 psig)


Silika (ppm CaCO3) < 150
Total Alkalinitas (ppm CaCO3) < 700
o
Specific Conductance (µS/cm) @25 C < 7000
Sumber : Stephen Hall – Rules of Thumb for Chemical Engineers

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
31

Tabel 2.7 Parameter Air Boiler

Parameter Standar
pH (25OC) 10.1 - 10.5
Silika dalam SiO2 Max 25 ppm
Phosphate residual 20 - 40 ppm
Condutivity (25OC) 1000 µmhos/cm
Sumber : Energi Center, PT IBR

2.4.3 Air Blowdown

Blowdown merupakan proses penghilangan sejumlah air dalam boiler yang


dimaksudkan untuk mengontrol parameter air boiler (alkalinitas, silica, TDS, pH,
phospat, Fe) agar sesuai dengan batasan yang telah ditentukan untuk mengurangi
adanya kerak, korosi, carry over, dan permasalahan lainnya. Selain itu, blowdown
juga digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi yang ada dalam sistem.
Padatan ini dapat disebabkan adanya kontaminasi pada air umpan boiler, endapan
dari pengolahan internal, atau larutan garam yang berlebih. Perlakuan blowdown
yang dapat mengakibatkan kehilangan sejumlah panas. Sebagian air boiler yang
dihilangkan (blowdown) diganti dengan air umpan. Pembuangan sebagian air boiler
melalui proses blowdown akan mengencerkan / memperkecil konsentrasi padatan
air boiler (Soeswanto, 2010). Adapun metode perhitungan jumlah air yang
dikeluarkan melalui blowdown adalah sebagai berikut :
𝐵 ×100
𝐴= 𝐶
…(2.5)

Keterangan :
A = Blowdown dalam presentase terhadap debit air make up
B = ppm total di aliran make up
C = ppm total solids yang diizinkan di air boiler

Frekuensi blowdown terbagi atas dua jenis yaitu intermittent blowdown dan
continuous blowdown. Intermittent blowdown berfungsi untuk menghilangkan
padatan tersuspensi termasuk lumpur yang terbentuk dalam air boiler. Blowdown
jenis ini dilakukan sewaktu – waktu secara manual pada bagian drum terendah di
boiler untuk menghilangkan endapan lumpur. Semakin baik air umpan boiler atau
sedikit kontaminasi, maka semakin jarang dilakukannya manual blowdown

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
32

sehingga dapat mengurangi terbuangnya sejumlah kalor. Ketinggian air perlu


diperhatikan dengan baik saat melakukan manual blowdown. Continous blowdown
merupakan penghilangan air dalam boiler secara kontinyu atau dalam waktu yang
konstan dan tetap untuk mengurangi tingkat padatan terlarut atau TDS.

2.5 Furnace

Furnace berfungsi untuk membakar bahan di dalam tube dengan sumber


panas yang berasal dari proses pembakaran. Berdasarkan metode pembangkitan
panasnya furnace dibedakan menjadi dua jenis yaitu furnace yang menggunakan
bahan bakar dan furnace yang menggunakan listrik. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan furnace agar didapat hasil yang baik, yaitu :
1. Jenis bahan yang dibakar
2. Kapasitas
3. Ketersediaan tempat
4. Biaya
Idealnya furnace harus membakar bahan sebanyak mungkin hingga mencapai
suhu yang seragam dengan bahan bakar. Agar efisiensi furnace tinggi maka tube
furnace yang digunakan harus bersih, reaksi pembakaran berlangsung sempurna,
dan sistem nyala api yang baik. Furnace secara umum terdiri atas beberapa bagian
utama yaitu :
1. Bagian radiasi
Pada bagian ini bahan yang akan dipanaskan dialirkan melalui tube dan panas
ditransfer dari bahan bakar secara radiasi. Sebagian panas berpindah secara
konveksi antara udara dan bahan bakar yang panas dengan tube. Suhu flue gas
dari bagian radiasi antara 700 – 1100oC.
2. Bagian konveksi
Bagian ini berfungsi untuk merecovery panas sensible dari flue gas dengan cara
mengalirkan fluida pada tube dengan kecepatan tinggi. Efisiensi akan menjadi
lebih tinggi dikarenakan adanya bagian konveksi. Perpindahan panas antara flue
gas dengan tube terjadi secara konveksi.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON
33

3. Stack
Berfungsi untuk mengalirkan gas buang ke lingkungan.
Panas yang hilang melalui dinding furnace bergantung pada susunan material
dinding insulasi dan ketebalannya. Efisiensi furnace dapat ditinjau dari suhu stack
dan udara berlebih. Jika suhu stack tinggi maka panas yang diberikan oleh bahan
bakar banyak yang terbuang ke lingkungan. Udara berlebih yang terlalu kecil
mengakibatkan bahan bakar tidak terbakar dengan sempurna namun jika udara
berlebih terlalu besar akan mengakibatkan laju alir gas buang meningkat, oleh
karena itu furnace sebaiknya dioperasikan dengan pasokan udara berlebih. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk memanfaatkan suhu gas buang yang
terlalu tinggi yaitu :
1. Produksi steam.
2. Memanfaatkan panas gas buang sebagai preheating untuk udara yang akan
digunakan dalam pembakaran.

EVALUASI KINERJA WASTE HEAT BOILER PADA


ACID PLANT DI ANCILLARY DEPARTMENT PT
INDOBHARAT RAYON

Anda mungkin juga menyukai