Anda di halaman 1dari 20

 

  BAB II
 
LANDASAN TEORI
 

 
Bensin digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin bensin dimana bensin tercampur
  sebelum masuk ruang bakar. Akan tetapi seiring dengan perubahan jaman dan
dengan udara
kemajuan
  teknologi cadangan bensin menipis dan banyak alternatif bahan bakar yang
digunakan
  untuk mengganti bensin tersebut, adapun bensin tidak diganti melainkan
dicampurkan guna menghemat ketersediaan bensin. Alternatif di antaranya yaitu mengganti
 
bensin dengan bahan bakar gas ataupun mencampurkannya. Dalam tugas akhir saya kali ini
 
akan dibahas performa motor bensin dengan menggunakan campuran bahan bakar LPG dan
bensin
  tanpa menggunakan konverter kit.

2.1 Motor Bensin

Motor bensin adalah suatu jenis mesin pada kendaraan yang mengubah energi kimia
menjadi energi gerak dengan pembakaran dalamnya. Motor bensin empat langkah adalah
motor yang pada setiap empat torak/piston (dua putaran engkol) sempurna menghasilkan satu
tenaga kerja (satu langkah kerja).
Motor bensin merupakan motor bakar yang pembakarannya berlangsung didalam
silinder (internal combustion) dimana gas pembakaran yang telah dihasilkan pada saat proses
pembakaran berfungsi sebagai fluida kerja. Pada motor bakar menggunakan silinder yang
didalamnya terdapat torak yang bergerak translasi (bolak-balik). Di dalam silinder itulah
terjadi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen.
Motor bakar memiliki satu atau beberapa silinder sebagai tempat proses pembakaran
bahan bakar. Silinder tersebut dilengkapi dengan 2 katup pada tutupnya, yaitu katup hisap
dan katup buang. Katup-katup tersebut dapat memutuskan dan menghubungkan ruang
silinder dengan atmosfer.
Katup hisap dan katup buang digerakkan oleh poros cam melalui poros engkol akibat
adanya gerak translasi pada torak. Pada saat yang tepat masing-masing katup akan terbuka
dan tertutup. Jika katup hisap terbuka (katup buang tertutup) maka udara segar atau campuran
bahan bakar udara terhisap masuk ke dalam silinder. Ini terjadi karena tekanan dalam silinder
lebih besar dari tekanan yang ada di dalam katup hisap dan sebaliknya katup buang terbuka
sesudah ekspansi maka gas pembakaran yang berada dalam silinder dapat dikeluarkan, akibat

4
 
  5

dari tekanan  silinder yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer menyebabkan mesin dapat
berputar.  

 
2.2 Prinsip Kerja Motor Bensin Empat Langkah
 
Dalam siklus kerja motor bensin empat langkah terdapat empat langkah dalam menghasilkan
 
satu tenaga kerja berikut tahapannya:
  Langkah Pemasukan
1.
  Langkah pemasukan di mulai dengan piston pada titik mati atas dan berakhir ketika piston
mencapai  titik mati bawah. Untuk menaikkan massa yang terhisap, katup masuk terbuka
saat langkah ini dan menutup setelah langkah ini berakhir.
 
2. Langkah Kompresi
 
Langkah kompresi terjadi ketika kedua katup tertutup dan campuran didalam silinder
terkompresi ke bagian kecil dari volume awalnya. Sesaat sebelum akhir langkah kompresi
, pembakaran dimulai dan tekanan silinder naik dengan sangat cepat.
3. Langkah Keja atau Ekspansi
Langkah kerja atau ekspansi dimulai saat piston pada titik mati atas dan berakhir sekitar
45° sebelum titik mati bawah. Gas bertekanan tinggi menekan piston turun dan memaksa
engkol berputar. Ketika piston mencapai 45° sebelum titik mati bawah, katup buang
terbuka untuk memulai proses pembuangan dan menurunkan tekanan silinder hingga
mendekati tekanan pembuangan.
4. Langkah Pembuangan
Langkah pembuangan dimulai ketika piston mencapai titik mati bawah. Ketika katup
buang membuka, piston menyapu keluar sisa gas pembakaran hingga piston mencapai titik
mati atas. Bila piston mencapai titik mati atas, katup masuk membuka dan katup buang
tertutup, dan siklus kembali ke langkah pertama pemasukan.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Motor Bensin Empat Langkah

 
  6

2.3 Bahan  Bakar

Bahan  bakar adalah suatu apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan
bakar
  mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan
bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar
 
tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain
 
untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi
 
nuklir). Hidrokarbon (termasuk didalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis
bahan
  bakar yang paling sering digunakan manusia, bahan bakar lainnya yang bisa digunakan
adalah logam
  radioaktif. Bahan bakar juga merupakan bagian yang sangat penting dalam
proses pembakaran, karena dapat memberikan energi pada fluida kerja (udara) melaui proses
 
pembakaran didalam ruang bakar, ada 2 jenis bahan bakar yang digunakan pada motor bakar
 
biasanya bahan bakar yang dipergunakan pada motor bakar yaitu : bahan bakar berebentuk
gas dan cair.
Pada umumnya bahan bakar yang digunakan ialah bahan bakar cair yang berasal dari
minyak bumi. Minyak bumi merupakan sumber energi fosil berupa ikatan hidrokarbon cair
(fluida) yang dapat dibedakan dalam kelompok, yaitu : alkanes atau parrafin (CnH2n+n),
cycloalkanes atau naphthene (n(CH2)), dan aromatics (Cn H2n+2). Selain dari unsur ketiga
kelompok tersebut, minyak bumi mengikat beberapa unsur sulfur, nitrogen, oxygen, nickel,
chlorine, dan arsenic dalam jumlah yang relatif kecil.
Ikatan karbon untuk minyak bumi memiliki rantai unsur karbon 5 – 17, pada kondisi
tekanan normal (atm) memiliki temperatur didih diatas 36 °C atau 97 °F. Berdasarkan berat
atom, kelompok hidrokarbon untuk minyak bumi tersebut memiliki sifat umum sebagai
berikut :
1. Alaknes atau parrafin merupakan senyawa hidrokarbon yang jenuh (saturated) dan
memiliki rantai ikatan tidak terbatas.
2. Cycloalkanes atau naphthenes merupakan senyawa hidrokarbon jenuh dan membentuk
struktur pada dua rantai terakhir.
3. Aromatic merupakan senyawa hidrokarbon yang sangat stabil dan membentuk struktur
melingkar pada rantainya serta beraroma.
Pada proses pengolahan minyak bumi tau pengilangan (refinery), produk minyak bumi
dapat dibedakan menjadi : gasoline, kerosene, destilate fuel oil,jet fuel,residual fuel oil,
lubricating oil, dan sebagainya. Proses dari minyak bumi dibedakan menjadi tiga proses,
yaitu :

 
  7

1. Secara fisika
  (physical process), proses ini merupakan langkah pemisahan berdasarkan
sifat fisiknya
  (temperatur didih dan kondensasi).
2. Secara kimia (chemycal process), proses ini bertujuan untuk mengubah struktur molekul
 
sesuai dengan produk yang diinginkan, antara lain dengan cracking system.
 
3. Secara kilang (treating procss), proses ini dikenal dengan refinery yang merupakan
produk pengolah
  crude dari unsur atau senyawa yang tidak diinginkan.
 
2.4 Spesifikasi Dasar Bahan Bakar
 
Pada setiap
  bahan bakar baik itu yang berasal dari minyak bumi, batu bara, dan gas
alam memiliki sifat yang hampir sama, hanya mungkin perbedaan yang sangat mencolok
 
hanya pada berat jenisnya. Adapun spesifikasi bahan bakar adalah sebagai berikut :
 
1. Nilai Kalor
Jumlah panas yang dihasilkan oleh sejumlah bahan bakar mempunyai nilai maksimum
tertentu. Jumlah panas yang dihasilkan maksimum oleh tiap satu satuan berat atau volume
bahan bakar yang sempurna, dinamakan nilai kalor. Besarya diukur dalam kilo joule (Kj) tiap
kilogram (Kg). Nilai kalor bahan bakar tergantung pada susunan hidrokarbonnya, nilai
tersebut diukur dengan menggunakan bomb kalorimeter.
Bila jumlah bahan bakar dibakar dalam tabung kalorimeter, hasil reaksi hidrogen
dengan oksigen membentuk uap air. Uap air yang mengembun inilah yang dinamakan nilai
kalor atas (High Heating Value). Pada motor bakar sesungguhnya uap air itu tidak
mengembun, melainkan berwujud uap dimana uap tersebut keluar bersama gas buang.
Jumlah panas yang ditimbulkan dari uap tersebut dinamakan nilai kalor bawah (Low Heating
Value). Niai kalor bawah lebih kecil dari nilai kalor atas dan selisih dari kedua kalor tersebut
menghasilkan kalor untuk mencairkan (mengembunkan) uap air yang terbentuk dari proses
pembakaran. Nilai kalor atas (High Heating Value) bahan bakar lebih banyak digunakan
dalam perhitungan, karena lebih mencerminkan jumlah energi totalnya.
2. Berat Jenis (Spesific Grafty)
Berat jenis (Spesific grafity) adalah suatu perbandingan berat dari bahan bakar tertentu
dengan berat dari air dengan isi yang sama dimana suhu dari bahan bakar dan suhu dari air
adalah sama tingginya (rata-rata 60 °F). Kegunaan berat jenis adalah menghitung berat bahan
bakar, dimana berat isi telah diketahui.

 
  8

3. Kandungan
  Air
Kadar  air yang banyak dalam bahan bakar akan menyebabkan terhambatnya proses
pembakaran di dalam ruang bakar, terlebih pula air asin (air laut) di dalam bahan bakar akan
 
merusak komponen yang ada di dalamnya.
 
4. Kandungan Belerang
Belerang
  ini pada dasarnya memiliki sifat yang merusak dalam proses pembakaran,

belerang
  ini beroksidasi dan menjadi belerang oksidasi (SO2) atau belerang trioksida (SO3).
Bila gas dioksida tersebut bersinggungan atau menempel pada logam, maka akan berubah
 
menjadi asam sulfat dan meyebabkan logam tersebut berkarat.
 
5. Kadar Abu
Kadar  abu adalah sisa minyak yang tertinggal setelah semua bagian yang dapat terbakar
di
  dalam bahan bakar. Abu ini berasal dari butir debu di udara maupun partikel oksida logam
dari proses pengilangan bahan bakar itu sendiri.
6. Viskositas
Viskositas adalah suatu ukuran dari besarnya perlawanan suatu bahan bakar untuk
mengalir atau ukuran dari besarnya tahanan geser dalam suatu fluida. Makin tinggi harga
viskositasnya, makin besar tahanan gesernya. Viskositas bahan bakar sangat erat kaitannya
dengan injeksi pada burner dengan nozle dan pengkabutan minyak pada karburator,
viskositas juga bisa berhubungan erat terhadap kemampuan rawat mesin.
7. Volatilitas
Volatilitas adalah kecenderungan suatu cairan berubah menjadi gas. hal ini penting
dalam pembentukan dan nilai campuran udara dan bahan bakar pada saat terjadi penyalaan.
Apabila volatilitas suatu bahan bakar terlalu tinggi maka partikel bahan bakar akan cepat
menguap. Semburan lebih banyak berupa hidrokarbon sehingga jumlah bahan bakar cair yang
bercampur dengan udara lebih sedikit. Penguapan yang lebih cepat akan mengurangi
temperatur udara sehingga temperatur campuran relatif lebih rendah, namun campuran
menjadi lebih jenuh dan keduanya memperlambat timbulnya penyalaan.
8. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala suatu bahan bakar ialah suhu terendah dimana uap yang terdapat diatas
permukaan dapat membentuk campuran dengan udara, yang mana akan timbul nyala api
dalam waktu yang cepat, apabila permukaan minyak tersebut didekatkan dengan api.
9. Titik Beku (Freezing Point)
Titik beku pada bahan bakar sangat penting sekali dalam proses starting awal mesin
pada kondisi dingin, dimana jika temperatur titik beku minyak kurang dari temperatur

 
  9

lingkungannya
  maka akan menyebabkan minyak berubah menjadi kristal-kristal es baik di
dalam karburator
  maupun pada saluran bahan bakar.
10. Indeks Antiknock
 
Tiap jenis bahan bakar memiliki nilai oktan yang berbeda, dimana nilai oktan tersebut
 
berkaitan dengan knocking. Knocking ialah kondisi penyalaan dini, hal itu terjadi ketika api
yang ditimbulkan
  oleh busi mengakibatkan pembakaran yang cepat di dekat busi. Bagian
yang
  telah terbakar suhunya naik dan karena ekspansinya maka sisa bahan bakar terbakar
dengan sendirinya. Bila semua campuran udara dan bahan bakar yang belum terbakar ini tiba-
 
tiba terbakar maka akan terjadi kenaikan tekanan yang tiba-tiba sehingga akan menghasilkan
 
suara knocking (pukulan). Hal ini harus dihindari karena akan mengakibatkan kinerja mesin
 
menjadi berkurang dan merusak komponen di dalamnya.
  Untuk itu setiap jenis bahan bakar memiliki nilan RON (Research Octane Number)
ialah kemampuan bahan bakar menahan detonasi saat mesin akan berakselerasi, dan juga
nilai MO (Motor Octane Number) adalah kemampuan bahan bakar menahan detonasi saat
mesin berputar pada rpm tinggi. Nilai MON selalu lebih rendah dibandingkan nilai RON dan
perbandingan antara nilai keduanya (RON-MON) disebut fuel sensitivity yang mana
sensitivitas tersebut berpengaruh pada performansi motor bakar sedangkan hasil rata-rata dari
RON dan MON (RON+MON/2) ialah PON (Pump Octane Number) dimana dikenal sebagai
karakteristik antiknock index yang mana standar nilai PON tersebut digunakan di Amerika
sebagai karakteristik antiknock.

2.5 Karakteristik Bahan Bakar (fisika dan kimia)

pada setiap bahan bakar memiliki karakteristik yang berbeda-beda karena adanya
perbedaan pada proses pengolahan minyak bumi, sehingga menyebabkan setiap bahan bakar
yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda baik itu dari sifat fisik maupun kimia.

2.5.1 Bensin Premium RON 88

Bensin merupakan bahan bakar cair yang berasal dari minyak bumi dan mengandung
unsur karbon serta hidrogen, yang mana telah melalui proses pengolahan secara kimia
maupun fisika. Bensin sendiri merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki sifat mudah
menguap pada suhu biasa, tidak berwarna, jernih, berbau, titik nyala rendah, berat jenis (0,72-
0,78g/mL), dapat melarutkan minyak dan karet, dan juga dapat meninggalkan sisa karbon

 
  10

pada ruang  bakar. Dengan mudahnya bensin menguap dalam suhu biasa, maka dalam
karburator bensin
  mudah bercampur dengan udara.
Satu sifat lagi dari bensin adalah mempunyai sifat antiknock yang tinggi, maksudnya
 
ialah suatu jenis bahan bakar yang memiliki daya tahan terhadap detonasi. Bensin dengan
 
nilai oktan rendah yaitu yang bersifat heptana normal (n-C7H16) sangat mudah berdetonasi
sedangkan bensin
  dengan nilai oktan tinggi yang bersifat iso-oktana (C8H18) lebih sukar
berdetonasi.
  Bilangan oktana ialah bilangan bulat yang terdekat pada persen volume iso-
oktana (dengan indeks oktan sebesar 100) dengan campuran heptana normal (indeks oktan
 
sebesar 0).
 
Selain itu ada sifat umum bensin yang berpengaruh pada mesin yaitu :
  Bakar
1. Mutu Bahan
2.
  Volatilitas
3. Stabilitas Dalam Penyimpanan
4. Korosivitas
Pada bensin harus memiliki nilai oktan yang tinggi agar kualitas mutu bahan bakar
menjadi semakin baik dan mesin tidak cepat berdetonasi. Untuk volatilitas sendiri
berpengaruh pada saat pengoperasian mesin yaitu : kemampuan starting, distribusi campuran,
pemanasan, carburator icing, sumbatan uap (Vapour Lock), dan pembakaran tidak sempurna
(pengenceran bahan bakar).
Stabilitas terhadap penguapan sangat diperlukan selama penyimpanan, penanganan dan
distribusi. Stabilitas penyimpanan terhadap oksidasi meliputi pembentukan getah, warna dan
pengendapan (Lead Precipaton). Dengan adanya senyawa olefin dalam bensin menyebabkan
terjadinya oksidasi dan polimerisasi yang mengakibatkan terbentuknya polimer yang berupa
zat elastis yang disebut retah (gum). Zat tersebut dapat mengendap dalam tangki, saringan
dan silinder sehingga mengakibatkan sistem penyaluran bahan bakar menjadi macet atau
tersumbat. Pembentukan getah (gum) ini dapat dipercepat dengan adanya kontak langsung
dengan matahari dan timbulnya getah itu sendiri dapat diperlambat dengan menggunakan zat
antioxydant inhibitors.
Pengkaratan (Korosivitas) terjadi pada elemen-elemen mesin yang diakibatkan oleh
senyawa-senyawa kotoran pada hidrokarbon seperti asam organik, basa, dan sulfur. Biasanya
pengkaratan itu terjadi setelah proses pembakaran didalam ruang bakar mesin. Asal mula
terjadinya senyawa kotoran hidrokarbon ialah akibat dari proses pengolahan minyak bumi
yang kurang sempurna dan akibat dari proses penanganan. Senyawa sulfur tidak selamanya
korosif seperti senyawa sulfida, polisulfida, dan sebagainya. Sedangkan H2S, CO, dan S

 
  11

adalah senyawa
  yang sangat korosif. Akan tetapi senyawa polisulfida pun bisa menjadi
korosif bila  berada pada kondisi temperatur yang tinggi.

 
Tabel 2.1 Sifat fisik dan kimia pada bensin RON 88
 
Karakteristik Nilai
Rumus kimia   C8H18
Berat Jenis @ 60 (kg/L) 0,72-0,78 gr/ml
 
Titik didih (°F) 85-437
  (°C) 30-225
Nilai kalor bawah (MJ/kg) 43,5
 
Tekanan penguapan (kJ/kg) 400
Tekanan uap   @ 100 F (KPa) 62-90
Angka oktan riset (RON) 91-100
 
Angka oktan motor (MON) 82-92
Angka Cetane <15
Stoikiometri rasio udara/bahan bakar 14,6
Kemampuan nyala uap 0,6-8

2.5.2 Gas LPG

ELPIJI merupakan merk dagang dari LPG atau Liquefied Petroleum Gas Merupakan
campuran dari berbagai hydrocarbon, sebagai hasil penyulingan minyak mentah berbentuk
gas. Dengan menambah tekanan atau menurunkan suhunya membuat menjadi cairan. Inilah
yang kita kenal dengan bahan bakar gas cair. Elpiji merupakan senyawa hydrocarbon yang
dikenal sebagai Butana (C4H10), Propana (C3H8), Isobutana atau campuran antara Butana
dengan Propana. Tekanan uap ELPIJI sebesar 4 - 9 kg/cm2 dan nilai kalori : 21.000 BTU/lb.
Perbandingan komposisi, propana (C3H8) : butana (C4H10) = 30: 70. Secara umum sifat
ELPIJI adalah sebagai berikut :

a. Berat jenis gas ELPIJI lebih besar dari udara, yaitu :


1. Butana mempunyai berat jenis dua kali berat jenis udara.
2. Propana mempunyai berat jenis satu setengah kali berat udara.
b. Tidak mempunyai sifat pelumasan terhadap metal.
c. Merupakan solvent yang baik terhadap karet, sehingga perlu diperhatikan terhadap
kemasan atau tabung yang dipakai.
d. Tidak berwarna baik berupa cairan maupun dalam bentuk gas.

 
  12

e. Tidak berbau.
  Sehingga untuk keamanan, ELPIJI komersial perlu ditambah zat odor, yaitu
ethyl mercaptane
  yang berbau menyengat seperti petai.
f. Tidak mengandung racun.
 
g. Bila menguap di udara bebas akan menbentuk lapisan karena kondensasi sehingga adanya
 
aliran gas.
h. Setiap kilo  gram ELPIJI cair dapat berubah menjadi kurang lebih 500 liter gas ELPIJI.
i.
  LPG menghambur di udara secara perlahan sehingga sukar mengetahuinya secara dini.
j. Tekanan gas LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan membentuk gas
 
secara cepat, memuai dan sangat mudah terbakar.
 
Jenis produk yang ditawarkan PERTAMINA agar dimanfaatkan oleh konsumen adalah jenis
 
ELPIJI campuran antara Propana dan Butana. Ciri-cirinya adalah :
1.
  Berbentuk cair.
2. Mempunyai daya pemanasan yang tinggi karena mempunyai nilai kalori yang relatif
lebih tinggi per-satuan beratnya dibanding bahan bakar lain untuk kegunaan yang sama.
3. Tingkat polusi udara dari gas buang rendah dan tidak meninggalkan residu apabila
menguap.
4. Bersih, tidak beracun, tidak berwarna, mudah dan aman dalam pengangkutan dan
penyimpanannya.
5. Tidak menyebabkan pengkaratan pada besi dan tabung kemasan.
Jenis ELPIJI yang ada dipasaran adalah :
a. Bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga, industri dan komersial yaitu bahan bakar
ELPIJI campuran yang disebut ELPIJI CAMPURAN.
b. Bahan bakar ELPIJI untuk kebutuhan khusus dan komersial yaitu bahan bakar ELPIJI
PROPANA.
c. Bahan bakar ELPIJI untuk kebutuhan komersial yaitu ELPIJI BUTANA.

2.5.3 Campuran LPG dan Bensin RON 88

Pada motor yang menggunakan bahan bakar bensin, nilai oktan memegang mutu
bahan bakar, dimana semakin besar nilai oktannya maka semakin baik pula daya tahan motor
tersebut terhadap knocking. Ketidakcocokan nilai oktan berbagai mesin mengakibatkan
berbagai kerugian pembakaran, misalnya knocking yaitu terjadi akibat proses pembakaran
diluar kontrol. Hal ini dapat dipengaruhi karena sisa gas buang yang banyak tersisa didalam

 
  13

ruang bakar  dan adanya hot-spot pada ruang bakar atau memang spesifikasi bahan bakar yang
kurang bagus,
  sehingga cenderung untuk detonasi (penyalaan dini).
Untuk meningkatkan nilai oktan bensin salah satu caranya yaitu mencampurkan
 
bensin dengan bahan bakar yang nilai oktannya lebih tinggi seperti gas LPG sebagai
 
campurannya. Pencampuran bahan bakar tersebut diharapkan menyatu karena didalam ruang
bakar bahan  bakar berubah menjadi gas. hasil oktan nilai bahan bakar tersebut dapat dihitung
dengan
  menggunakan rumus perbandingan proporsional dengan mencari nilai rata-rata
masing-masing perbandingan campuran dari setiap bahan bakar yang dipakai. Rumusnya
 
sebagai berikut :
(
 
) ( )
Ob= ...........................................................................................................(2.1)
( )
 
Dimana : Ob = Nilai oktan campuran bahan bakar
 
Op = Nilai oktan bensin
Ot = Nilai oktan gas LPG
Vp = Volume bensin (liter)
Vt = Volume gas LPG (kilogram)

2.6 Sistem Bahan Bakar

Bensin digunakan sebagai sumber bahan bakar dalam pengapian untuk menggerakkan
piston dan selanjutnya dilanjutkan oleh tangkai roda untuk memutar crankshaft. Di mesin 4
tak, proses tersebut berturut-turut adalah hisap (intake), pemampatan (compression), bakar
(power) dan buang (exhaust). Bensin akan masuk dari karburator saat proses hisap, yang
selanjutnya akan dibakar setelah dimampatkan untuk menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan mesin.
sebelum dilakukan pembakaran, udara dan bensin harus dicampur terlebih dahulu
sehingga menjadi berbentuk kabut (gas). Di sinilah dibutuhkan suatu sistem, yaitu sistem
bahan bakar. Komponen dalam sistem ini berturut-turut adalah sebagai berikut:

 
  14

 
Gambar 2.2 Sistem Bahan Bakar Motor Bensin
(Sumber : Wiranto Arismunandar, 1983)

Perjalanan bahan bakar ini mulai dari bahan bakar yang ditampung oleh tangki lalu di
pompa oleh pompa bahan bakar untuk kemudian disaring oleh filter (penyaring) setelah itu
baru bahan bakar dimasukkan ke dalam karburator, dimana bahan bakar dicampur dengan
udara yang telah disaring oleh filter udara. Pompa bahan bakar digunakan untuk
mensirkulasikan bahan bakar dari tangki menuju karburator, sehingga bahan bakar mendapat
tenaga untuk dapat masuk ke dalam karburator.
Untuk kebersihan bahan bakar dari kotoran yang dapat mengganggu aliran atau
menyumbat saluran bahan bakar terutama di dalam karburator, maka dipergunakan saringan
bahan bakar. Dengan adanya penyaringan ini diharapkan bahan bakar yang masuk ke dalam
ruang bakar benar-benar bersih dan bebas dari segala kotoran. Sedangkan untuk menyaring
udara dari berbagai kotoran, diperlukan juga saringan udara.
Sebelum masuk ke dalam silinder, udara mengalir melalui karburator yang mengatur
pemasukan, pencampuran, dan pengabutan bahan bakar kedalam arus udara sehingga
diperoleh perbandingan campuran yang sesuai dengan kecepatan dan beban motor yang
berubah-ubah. Penyempurnaan campuran bahan bakar-udara tersebut berlangsung baik di
dalam saluran isap (intake manifold) maupun dalam silinder. Selepas dari itu, hasil dari
proses pembakaran yang berupa gas buang dikeluarkan melalui saluran buang (exhaust
anifold). Untuk itu campuran yang akan masuk haruslah homogen serta perbandingannya

 
  15

sama untuk  setiap silinder. Campuran yang kaya diperlukan dalam keadaan tanpa beban dan
beban penuh,
  sedangkan campuran miskin dalam keadaan operasi normal.

 
2.7 Proses Pembakaran
 
Dalam mesin SI, campuran yang mudah terbakar umumnya disuplai oleh karburator
 
dan pembakaran dimulai dengan penyalaan elektrik yang diberikan oleh busi. Persamaan
 
kimia untuk pembakaran untuk sembarang hidrokarbon dapat secara mudah ditulisakan.
Untuk
  C8H18 (iso-oktan), persamaan pembakarannya adalah:
C8H18 + 12.5
  O2 = 8 CO2 + 9 H2O
1. Batasan Pembakaran
 
Eksperimen menunjukan bahwa pembakaran campuran hanya mungkin terjadi dalam
 
batas tertentu dari perbandingan bahan bakar dan udara. Batasan pembakaran ini
berhubungan erat dengan perbandingan campuran, pada sisi skala miskin dan kaya, dimana
panas yang dibebaskan oleh busi tidak cukup untuk memulai pembakaran disekitar campuran
yang belum terbakar. Secara umum disetujui bahwa api akan menjalar bila temperatur gas
yang terbakar melebihi 1500 K untuk campuran hidrokarbon-udara.
Dengan demikian pada temperatur kamar, perbandingan bahan bakar-udara relatif harus
berada disekitar 0,5 dan 2,1. Untuk bahan bakar hidrokarbon, perbandingan bahan bakar-
udara stoikiometrik sekitar 1:15 sehingga perbandingan bahan bakar-udara harus disekitar
1:30 dan 1:7.
2. Tahap Pembakaran Dalam Motor Bensin
Menurut Ricardo, pembakaran dapat dibayangkan sebagai perkembangan dalam dua
tahap. Pertama, pertumbuhan dan perkembangan dari penjalaran sendiri nukleus api, disebut
kelambatan pembakaran atau fasa persiapan. Yang berikutnya adalah menyebarnya api
keseluruh ruang bakar. Yang pertama adalah proses kimia yang tergantung pada sifat bahan
bakar, temperatur dan tekanan, proporsi gas buang, dan juga koefisien temperatur bahan
bakar, yaitu hubungan antara temperatur dan laju percepatan dari oksidasi atau pembakaran.
Tahap yang kedua adalah mekanikal, murni dan sederhana. Titik awal tahap kedua
adalah terjadinya kenaikan tekanan yang dapat dilihat pada diagram indikator, yaitu titik
dimana garis pembakaran terpisah dari garis kompresi. Dalam Gambar 2.2, titik 1
menunjukkan penyalaan busi (28° sebelum TMA)23, 2 titik di mana kenaikan tekanan dapat
dideteksi (8° sebelumTMA), dan 3 kenaikan tekanan tinggi yang dapat dicapai. Dengan
demikian 12 mewakili tahap pertama (sekitar 20° putaran poros engkol) dan 23 tahap kedua.

 
  16

Walaupun titik
  3 menandai selesainya perjalanan api, bukan berarti semua panas bahan bakar
telah dibebaskan.
  Beberapa reaksi kimia berikutnya, seperti reasosiasi dan yang lainnya, yang
umumnya disebut after burning, berlanjut pada langkah kompresi.
 

Gambar 2.3 Tahap pembakaran mesin bensin

2.8 Proses Thermodinamika

Konversi energi yang terjadi pada motor bakar torak berdasarkan pada siklus
termodinamika. Proses sebenarnya sangat komplek, sehingga analisa dilakukan pada kondisi
ideal dengan fluida kerja udara. Idealisasi proses tersebut sebagai berikut :
a. Fluida kerja dari awal proses hingga akhir proses.
b. Panas jenis dianggap konstan meskipun terjadi perubahan temperatur pada udara.
c. Proses kompresi dan ekspansi berlangsung secara adiabatik, tidak terjadi perpindahan
panas antara gas dan dinding silinder.
d. Sifat-sifat kimia fluida kerja tidak berubah selama siklus berlangsung.
e. Motor 2 (dua) langkah mempunyai siklus termodinamika yang sama dengan motor 4
(empat) langkah.

 
  17

  Gambar 2. 4 Diagram P-V dan T-S siklus otto


  (Cengel & Boles, 1994 : 451)

 
Pada siklus otto atau siklus volume konstan proses pembakaran terjadi pada volume
 
konstan, sedangkan siklus otto tersebut ada yang berlangsung dengan 4 (empat) langkah atau
 
2 (dua) langkah. Untuk mesin 4 (empat) langkah siklus kerja terjadi dengan 4 (empat)
langkah piston atau 2 (dua) poros engkol. Adapun langkah dalam siklus otto yaitu gerakan
piston dari titik puncak (TMA=titik mati atas) ke posisi bawah (TMB=titik mati bawah)
dalam silinder. Gambar diagram P-V dan T-S siklus otto dapat dilihat pada (gambar 2.5)
dibawah sebagai berikut :

Gambar 2. 5 Diagram P-V dan T-S siklus otto


(Cengel & Boles, 1994 : 458)

Proses siklus otto sebagai berikut :


Proses 1-2 : proses kompresi isentropic (adiabatic reversible) dimana piston bergerak menuju
(TMA=titik mati atas) mengkompresikan udara sampai volume clearance
sehingga tekanan dan temperatur udara naik.
Proses 2-3 : pemasukan kalor konstan, piston sesaat pada (TMA=titik mati atas) bersamaan
kalor suplai dari sekelilingnya serta tekanan dan temperatur meningkat hingga
nilai maksimum dalam siklus.

 
  18

Proses 3-4 :   proses isentropik udara panas dengan tekanan tinggi mendorong piston turun

  menuju (TMB = titik mati bawah), energi dilepaskan disekeliling berupa


internal energi.
 
Proses 4-1 : proses pelepasan kalor pada volume konstan piston sesaat pada (TMB = titik
 
mati bawah) dengan mentransfer kalor ke sekeliling dan kembali ke langkah
  pada titik awal.

 
2.9 Emisi Gas Buang
 
Pada proses
  pembakaran tentu diperlukan oksigen dan oksigen ini didapat dari udara
bebas. Para pakar telah mengidentifikasi bahwa udara terdiri dari,Oxygen (O2) sebanyak
 
21%, Nitogen (N2) 78% dan 1% sisanya adalah gas-gas lainnya. Ikatan Hydrocarbon (HC)
 
pada bahan bakar (BB) akan hanya bereaksi dengan oksigen pada saat proses pembakaran
sempurna, dan menghasilkan air (H2O) serta karbondioksida (CO2) sedangkan Nitrogen akan
keluar sebagai N2. Sayangnya pada kondisi-kondisi tertentu pembakaran menjadi tidak
sempurna dan hal ini menghasilkan gas-gas buang yang berbahaya bagi kehidupan, seperti
terbentuknya karbon monoksida (CO) dan juga Nitrogen oksida (NOx). Teoritis pembakaran
sempurna didapat dengan perbandingan udara/BB (Air to fuel ratio) adalah 14,7 dan sering
disebut sebagai Stoichiometry dan sering disebut juga sebagai perbandingan Lambda=1. Air
to Fuel Ratio (sering disingkat AFR) > 14,7 disebut sebagai Lean Combustion sedangkan
sebaliknya disebut sebagai Rich combustion.

Perhatikan Diagram dibawah ini,

Gambar 2.6 Diagram Emisi Gas Buang

 
  19

Pada pembakaran
  ideal sudah disebutkan diatas akan menghasilkan H2O, CO2 serta N2,
Namun secara
  praktis pembakaran pada mesin tidaklah sempurna walau pada mesin dengan
technologi tinggi sekalipun.
 

Pada diagram
  diatas bisa dilihat, garis hitam adalah garis stoichiometry dimana pada
pembakaran ini akan didapat nilai kurang lebihnya dan menjadi baku mutu emisi.
 
 CO max 2.5% (1.5% max diberlakukan untuk kendaraan injeksi)
 
 HC < 300ppm
   CO2 harus lebih besar dari 12% dan maksimum teoritis adalah 15.5%
 O2 < 2%
 
Sampai
  sini jelas, hasil printout diatas masih memenuhi kriteria lulus uji emisi, walau
bisa dibilang kurang sempurna. Bisa dilihat pada printout tidak terdapatnya informasi pada
 
suhu dan RPM berapa uji emisi ini di lakukan. Karena itulah, saat ingin Uji emisi, pastikan
Alat uji terkalibrasi dan juga pastikan uji emisi dilakukan pada beberpa RPM yang biasanya
dilakukan pada rpm idle serta rpm berkisar 2000 hingga 3000rpm.

2.10 Parameter Unjuk Kerja Mesin Bensin

1. Daya Poros (Ne)

Daya pros pada motor bensin adalah daya efektif yang dihasilkan oleh pembakaran
bahan bakar solar untuk menggerakkan motor. Daya poros adalah hasil kali torsi dan
kecepatan sudut dimana untuk memperoleh parameter tersebut digunakan alat ukur, yaitu
torsimeter untuk mengukur momen putar dan tachometer untuk mengukur putaran poros.
Ne = T .  . 10-3 (kW) ...........................................................................(2.2)

( )......................................................................(2.3)

atau
( ).....................................................................(2.4)

Dimana: T= Torsi atau Momen Inersia (Nm)


n= Putaran Poros (rpm)
2. Konsumsi Bahan Bakar (mf)

Konsumsi bahan bakar ialah penggunaan bahan bakar per satuan waktu. Pemakaian ini
sangat bergantung dari massa jenis bahan bakar. Semakin kecil konsumsi bahan bakar per
satuan waktu maka pemakaian bahan baka semakin hemat.

 
  20

Mf =
  ( )......................................................................................(2.5)

Dimana :   V = Volume injeksi bahan bakar (mL) = 50 ml


  bb= Berat jenis bahan bakar (g/mL)

  t = Waktu injeksi bahan bakar (detik)

 
3. Pemakaian Bahan Bakar spesifik (Be)
 
Konsumsi bahan bakar spesifik ialah laju aliran bahan bakar per satuan daya keluaran
 
atau daya poros. Hal ini untuk mengukur sejauh mana keefisienan motor Bensin yang
 
digunakan untuk mensuplai bahan bakar terhadap kerja yang dihasilkan

(  )........................................................................................................(2.6)
 

4. Efisiensi Thermal (th)

Efisiensi thermal adalah besarnya energi thermal yang mampu termanfaatkan menjadi
daya poros. Makin Besar efisiensi thermal makin baik kinerja dari motor Bensin tersebut.
 .......................................................................................(2.7)

Dimana : Mf = Konsumsi Bahan bakar


Ne = Daya Poros (kW)
LHV= Nilai Kalor Bawah bahan bakar

5. Energi Bahan Bakar

Energi bahan bakar merupakan daya input dari motor Bensin


( ).....................................................................................(2.8)

Dimana : Mf = Konsumsi Bahan bakar


LHV= Nilai Kalor Bawah bahan bakar

6. Keseimbangan Energi

Keseimbangan energi merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui


kinerja dari seluruh sistem motor bensin. Keseimabangan energi memiliki parameter
pengukuran tersendiri yaitu dengan mengetahui unsur suhu dari seluruh sistem, berikut

 
  21

adalah  skema parameter suhu motor bensin yang ada di laboratorium teknik konversi
energi  :

Gambar 2.7 Paramter Suhu Motor Bensin

Prinsip keseimbangan energi digunakan untuk mengetahui energi dalam bentuk panas yang
dignakan secara efektif pada suatu sistem. Skema keseimbangan energi seperti skema
dibawah ini :

Kerugian Kerugian
pendinginan pembuangan
Kerugian
mekanis

Energi bahan
bakar+udara Kerja indikator

Kerja efektif

Gambar 2.8 Skema Keseimbangan Energi

 
  22

a. Energi Masuk
 

  ( ) ............................................................................................................(2.9)

  Dimana : Mf = Konsumsi Bahan bakar


  LHV= Nilai Kalor Bawah bahan bakar
b. Energi Keluar
 
 Ne = T .  . 10-3 (kW) ..........................................................................................(2.10)
 
( )
 
atau
 
( ).............................................................................................(2.11)
 

 
Dimana: T= Torsi atau Momen Inersia (Nm)
n= Putaran Poros (rpm)
 Energi yang terbuang melalui air pendingin
Eap = ma x cp x (TB6-TB5) (kW) ......................................................................(2.12)
Dimana: ma = masaa aliran air pendingin, (kg/s)
ma = vol x kerapatan air
cp = panas spesifik air
TB6 = temperatur air pendingin keluar (°C)
TB5 = temperatur air pendingin masuk (°C)
 Energi yang terbuang melalui gas buang
( )( )
Egb = ( )..........................................................(2.13)
( )

Dimana: mak = massa aliran air ke kalorimter


Cp = panas spesifik air (4,18 kJ/kg °C)
TB2 = temperatur air pendingin masuk (°C)
TB4 = temperatur air pendingin keluar (°C)
TA7 = temperatur gas keluar dari mesin (°C)
TA1 = temperatur udara sekitar (°C)
TB1 = temperatur gas buang masuk pada kalorimeter (°C)
TB3 = temperatur gas buang keluar pada kalorimeter (°C)

 
  23

 Rugi-rugi
  lain
Rugi-rugi
  lain ini termasuk energi radiasi, konveksi atau yang tak dapat dihitung
Er = Ebb – (Ne + Eap + Egb) (kW)......................................................................(2.14)
 
Dimana: Er = energi buang yang hilang tak terhitung
 
Ebb = energi bahan bakar
  Ne = daya poros
  Eap = energi ke air pendingin
Egb = energi ke gas buang
 

Anda mungkin juga menyukai