Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM PERFORMANSI MESIN

MODUL
PRESTASI MESIN DIESEL

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Motor bakar diesl sangat berbeda sekali dengan motor bakar bensin, sebagaimana
kitanketahui bahwa mempelajari motor bakar sangatlah penting, Untuk itu perlu mempelajari
motor bakar diesel tersebut, selain aplikasinya sangat banyak kita temui dilapangan dan ilmu-
ilmu tentang thermodinamika ini sangat penting sekali karena suatu pabrik tidak akan berjalan
apabila tidak ada motor.
Dalam motor bakar diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam ruang bakar pada akhr langkah
kompres. Untuk memperoleh tekanan kompresi yang tinggi saat putaran mesin rendah
banyaknya udara yang masuk kedalam silinder harus besar tanpa mengunakan throle volte
untuk membatasi aliran dari udara yang dihisap. Ouput dikontrol oleh pengontrol banyaknya
bahan bakar yang diinjeksikan. Berbeda dengan mesin bagian terpenting saat pemeliharaan
pada saat mesin yaitu perbandingan udara dan bahan bakar dari campuran yang masuk apakah
telah memadai kompresinya, apakah saat penagpian tepat, sementara udara mesin diesel
kompresi adalah bagian yang paling penting dalam pemeliharaan

1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari pratikum motor bakar diesel adalah :
1. Mengetahui proses yang terjadi pada motor bahan bakar.
2. Mempelajari karakteristik parameter prestasi mesin diesel

2. TEORI DASAR

2.1 Teori Dasar


2.3.1 Motor Bakar Diesel

Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam karakteristik utama pada
mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar yang lain, terletak pada metode
pembakaran bahan bakarnya. Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini mesin kalor
dibagi menjadi dua golongan, yaitu mesin pembakaran luar dan mesin pembakaran dalam.
Pada mesin pembakaran luar atau sering disebut juga sebagai eksternal combustion engine
(ECE) proses pembakaran terjadi di luar mesin, energi thermal dari gas hasil pembakaran
dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui dinding pemisah, Contohnya mesin uap. Pada
MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

mesin pembakaran dalam atau sering disebut juga sebagai internal combustion engine(ICE),
proses pembakaran berlangsung di dalam motor bakar itu sendiri sehingga gas pembakaran
yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Mesin pembakaran dalam umumnya
dikenal juga dengan nama motor bakar. Dalam kelompok ini terdapat motor bakar torak dan
sistem turbin gas.

2.3.2 Klasifikasi Motor Bakar

Motor bakar torak dapat diklasifikasikan atas motor bensin dan motor diesel. Perbedaan
pokok antara kedua mesin ini ada pada sistem penyalaannya. Pada motor bensin penyalaan
bahan bakar dilakukan oleh percikan bunga api llistrik dari busi. Oleh sebab itu motor bensin
dikenal juga dengan sebutan spark ignition engine.
Sedangkan pada motor diesel penyalaan bahan bakar terjadi dengan sendirinya, oleh sebab itu
bahan bakar disemprotkan/diinjeksikan ke dalam ruang bakar yang berisi udara yang
bertekanan dan bertemperatur tinggi. Bahan bakar tersebut terbakar dengan sendirinya oleh
udara yang mengandung 21% volume O2, setelah temperatur campuran itu melampaui
temperatur nyala bahan bakar, Motor diesel disebut juga dengan compression ignition engine.
2.3.3 Perbedaan motor diesel dan bensin
Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak perbedaan antara motor bensin dan motor diesel
antara lain :
1. Gas yang diisap pada langkah motor bensin adalah campuran antara bahan
bakar dan udara sedangkan pada motor diesel adalah udara murni.
2. Bahan bakar pada motor bensin terbakar oleh loncatan bunga api busi,
sedangkan pada motor diesel oleh suhu kompresi tinggi.
3. Motor bensin menggunakan busi sedangkan motor diesel menggunakan injector
(nozzel).

2.3.4 Kelebihan dan kekurangan antara motor bensin dan motor diesel
Kelebihan motor bensin adalah getarannya lebih halus dan pada ukuran dan kapasitas yang
sama mesin motor bensin lebih ringan. Sedangkan kekurangan motor bensin adalah antara
lain :
1. Motor bensin tidak tahan bekerja terus-menerus dalam waktun yang lama
sedangkan diesel sebaliknya.
2. Motor bensin peka pada suhu yang tinggi terutama komponen sistem
pengapiannya, sedangkan motor diesel tahan bekerja pada suhu yang tinggi.

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 2


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

3. Bahan bakar motor bensin harus bermutu baik karena peka terhadap bahan
bakar, beda dengan dengan motor diesel hampir dapat menggunakan bahan
bakar dari berbagai jenis dan mutu. Keduanya baik motor bensin dan diesel
keduanya bekerja dengan proses 4 tak dan 2 tak, dimana motor 4 tak adalah
motor yang bekerja setiap satu kali pembakaran bahan bakarnya memerlukan 4
kali langkah piston atau 2 kali putaran poros engkol.

2.2 Prinsip Kerja Motor Bakar


Motor bensin dan motor diesel bekerja dengan torak bolak balik (naik turun pada motor
gerak). Keduanya bekerja pada prinsip 4 langkah dan prinsip ini umumnya digunakan pada
teknik mobil. Untuk motor dengan penyalaan busi disebut motor bensin dengan
menggunakan bahan bakar bensin (premium), sedangkan untuk motor diesel menggunakan
bahan bakar solar atau minyak diesel.
Dalam proses pembakaran tenaga panas bahan bakar diubah ketenaga mekanik melalui
pembakaran bahan bakar didalam motor. Pembakaran adalah proses kimia dimana
Karbondioksida dan zat air bergabung dengan oksigen dalam udara.Jika pembakaran
berlangsung maka diperlukan :
a. Bahan bakar dan udara dimasukkan kedalam motor kemudian
b. Bahan bakar dipanaskan hingga suhu tinggi Pembakaran menimbulkan panas
dan menghasilkan tekanan, kemudian menghasilkan tenaga mekanik.
Campuran masuk kedalam motor mengandung udara dan bahan bakar.
Perbandingan campuran kira kira 12-15 berbanding 1 setara 12-15 kg udara
dalam 1 kg bahan bakar Yaitu karbon dioksida 85% dan zat asam
(Oksigen)15% atau 1/5, bagian dengan karbon dioksida dan zat air, Zat
lemas(N) tidak mengambil bagian dalam pembakaran.

2.3.1 Prinsip Kerja motor bensin

Langkah-langkah yang terjadi pada motor bensin 4 langkah adalah :


1. Langkah isap

Pada langkah isap campuran udara yang telah bercampur pada karburator diisap ke dalam
silinder (ruang bakar). Torak bergerak turun dari titik mati atas (TMA) ke titik mati
bawah(TMB) yang akan menyebabkan kehampaan (vacum) di dalam silinder,
maka,dengan demikian campuran udara dan bahan bakar (bensin) akan diisap ke dalam

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 3


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

silinder. Selama langkah torak ini, katup isap akan terbuka dan katup buang akan
menutup.
2. Langkah Kompresi

Pada langkah kompresi, campuran udara dan bahan bakar yang berada di dalam silinder
dimampatkan oleh torak, dimana torak akan bergerak dari TMB ke TMA dan kedua
katup isap dan buang akan menutup, sedangkan busi akan memercikan bunga api dan
bahan bakar mulai terbakar akibatnya terjadi proses pemasukan panas.
3. Langkah Ekspansi

Pada langkah ekspansi, campuran udara dan bahan bakar yang diisap telah
terbakar.Selama pembakaran sejumlah energi dibebaskan, sehingga suhu dan tekanan
dalam silinder naik dengan cepat. Setelah mencapai TMA, piston akan didorong oleh gas
bertekanan tinggi menuju TMB. Tenaga mekanis ini diteruskan ke poros engkol. Saat
sebelum mencapai TMB, katup buang terbuka, gas hasil pembakaran mengalir keluar dan
tekanan dalam silinder turun dengan cepat.
4. Langkah buang
Pada langkah buang,torak terdorong ke bawah menuju TMB dan naik kembali ke TMA
untuk mendorong ke luar gas-gas yang telah terbakar di dalam silinder. Selama langkah
ini, katup buang membuka sedangkan katup isap menutup.
Pada motor bensin 4-langkah, poros engkol berputar sebanyak dua putaran penuh dalam
satu siklus dan telah menghasilkan satu tenaga Siklus otto dapat dilihat pada gambar 2.1
proses yang terjadipada siklus otto adalah :

Diagram P – V dan T – S Diagram untuk siklus Otto cycle untuk siklus ideal

Proses 1-2 Kompresi isentropic.

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 4


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

Proses 2-3 Proses pembakaran volume konstan dianggap sebagai proses


pemasukan kalor.
Proses 3-4 Proses isentropic udara panas dengan tekanan tinggi mendorong piston
turun menuju TMB.
Proses 4-1 Proses pelepasan kalor pada volume konstan piston.

2.3.2 Prinsip Kerja Motor Diesel


Prinsip kerja engine diesel 4 tak sebenarnya sama dengan prinsip kerja engine otto,
yang membedakan adalah cara memasukkan bahan bakarnya. Pada motor diesel bahan
bakar di semprotkan langsung ke ruang bakar dengan menggunakan injector. Dibawah
ini adalah langkah dalam proses engine diesel 4 tak :
1. Langkah Isap
Pada langkah ini piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik Mati
Bawah). Saat piston bergerak ke bawah katup isap terbuka yang menyebabkan ruang
didalam silinder menjadi vakum, sehingga udara murni langsung masuk ke ruang silinder
melalui filter udara.
2. Langkah kompres
Pada langkah ini piston bergerak dari TMB menuju TMA dan kedua katup
tertutup.Karena udara yang berada di dalam silinder didesak terus oleh
piston,menyebabkan terjadi kenaikan tekanan dan temperatur, sehingga udara di dalam
silinder menjadi sangat panas. Beberapa derajat sebelum piston mencapai TMA, bahan
bakar di semprotkan ke ruang bakar oleh injector yang berbentuk kabut.
3. Langkah Usaha
Pada langkah ini kedua katup masih tertutup, akibat semprotan bahan bakar di ruang
bakar akan menyebabkan terjadi ledakan pembakaran yang akan meningkatkan suhu dan
tekanan di ruang bakar. Tekanan yang besar tersebut akan mendorong piston ke bawah
yang menyebkan terjadi gaya aksial. Gaya aksial ini dirubah dan diteruskan oleh poros
engkol menjadi gaya radial (putar).
4. Langkah Buang
Pada langkah ini, gaya yang masih terjadi di flywhell akan menaikkan kembali piston
dari TMB ke TMA, bersamaan itu juga katup buang terbuka sehingga udara sisa
pembakaran akan di dorong keluar dari ruang silinder menuju exhaust manifold dan
langsung menuju knalpot.

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 5


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

Begitu seterusnya sehingga terjadi siklus pergerakan piston yang tidak berhenti. Siklus ini
tidak akan berhenti selama faktor yang mendukung siklus tersebut tidak ada yang terputus.
Siklus diesel dapat dilihat pada gambar 2.2 proses yang terjadi pada siklus diesel adalah :

Diagram P – V dan T – S Diagram dari siklus ideal Diesel


Proses 1 – 2 adalah langkah kompressi ( terjadipemampatan udara dlm selinder.
Proses 2 – 3 adalah pemasukan panas pada Tekanan Tetap
Proses 3 – 4 adalah langkah ekspansi atau langkah usaha atau kerja
Proses 4 – 1 adalah buang gas bekas hasil pembakaran ke udara luar.pada volume
konstan.
2.3 Performansi Motor Diesel
2.3.1 Daya Poros.
Daya mesin adalah besarnya kerja mesin selama waktu tertentu. Pada motor bakar daya yang
berguna adalah daya poros, dikarenakan poros tersebut menggerakan beban. Daya
porosdibangkitkan oleh daya indikator, yang merupakan daya gas pembakaran yang
menggerakan torak selanjutnya menggerakan semua mekanisme, sebagian daya indikator
dibutuhkan untuk mengatasi gesekan mekanik, seperti pada torak dan dinding silinder dan
gesekan antara poros dan bantalan. Prestasi motor bakar pertama-tama tergantung dari daya
yang dapat ditimbulkannya. Semakin tinggi frekuensi putar motor makin tinggi daya yang
diberikan hal ini disebabkan oleh semakin besarnya frekuensi semakin banyak langkah kerja
yang dialami pada waktu yang sama. Dengan demikian besar daya poros itu adalah :
2 .π . n
Pb = . T ( Watt)
60
Pb = Daya Keluaran ( watt), n = putaran mesin ( rpm) dan T = Torsi (N.m).

2.3.2 Torsi

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 6


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

Torsi adalah perkalian antara gaya dengan jarak. Selama proses usaha maka tekanan-tekanan
yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu gaya yang luar biasa kuatnya pada
torak. Gaya tersebut dipindahkan kepada pena engkol melalui batang torak, dan
mengakibatkan adanya momen putar atau torsi pada poros engkol. Untuk mengetahui
besarnya torsi digunakan alat dynamometer. Biasanya motor pembakaran ini dihubungkan
dengan dynamometer dengan maksud mendapatkan keluaran dari motor pembakaran dengan
cara menghubungkan poros motor pembakaran dengan poros dynamometer dengan
menggunakan kopling elastik. Dengan demikian besarnya torsi tersebut adalah :

T = F .L = m .g .L
dimana :
T = torsi (N.m)
m = massa yang diukur pada dynamometer (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
L = panjang tuas pada dynamometer (m)
2.3.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan salah satu parameter prestasi yang penting di
dalam suatu motor bakar. Parameter ini biasa dipakai sebagai ukuran ekonomi pemakaian
bahan bakar yang terpakai per jam untuk setiap daya kuda yang dihasilkan. Sebelum
menghitung konsumsi bahan bakar spesifik, maka harus menghitung konsumsi bahan bakar
terlebih dahulu

b 3600 kg
mf = t 1000
ρbb ( ⁄jam).

Dimana ,
mf = Konsumsi Bahan Bakar ( kg/jam )
b = Volume bahan bakar yang dipakai dalam pengujian ( cc )
t = Waktu yang diperlukan dalam ( detik )
𝜌𝑏𝑏 = Massa Jenis Bahan Bakar ( kg/liter)

Maka pemakaian bahan spesifik dapat dihitung dengan persamaan


mf kg
SFC = ( ⁄kW. h)
P

SFC = adalah konsumsi bahan bakar spesifik ( kg/kW.h).


mf = Konsumsi Bahan Bakar ( kg/jam )

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 7


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

P = Daya ( KW).

2.3.4 Nilai Kalor Bahan Bakar


Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas. Besarnya
panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor
bahan bakar(Calorific Value, CV ). Nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai
kalor atas dan nilai kalor bawah.
Nilai kalor atas ( High Heating Value,HHV ),merupakan nilai kalor yang diperoleh secara
experiment dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar di
dinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari
pembakaran hidrogen mengembun dan mengeluarkan panas latennya. Secara teoritis,
besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi bahan bakarnya
dengan menggunakan persamaan berikut :
O2 kJ
HHV = 33950 . % C + 144200 ( H2 − ) + 9400 . % S ⁄kg
8
Dimana:
HHV = Nilai kalor atas (kj/kg)
C = Persentase karbon dalam bahan bakar
H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar
O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar
S = Persentase sulfur dalam bahan bakar

Nilai kalor bawah (Low Heating Value,LHV), merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa
panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan hidrogen dalam
bahan bakar cair berkisar 15% yang berarti dalam satu satuan bahan bakar 0,15 bagian
merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar adalah setengah mol dari jumlah hidrogennya.
Selain berasal dari pembakaran hydrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran
dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar
(moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 KN/m2 (tekanan
yang umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kj/kg, sehingga besarnya nilai kalor
bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2)

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 8


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

dimana:
LHV = Nilai kalor bawah (kj/kg)
M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat mengggunakan nilai kalor bawah
(LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi
pengembunan air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai
tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of
Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV), Sedangkan
peraturan SAE (Society of Automotive Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor
bawah (LHV)

2.3.5 Efisiensi Thermal Brake


Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energy yang dibangkitkan piston
karena sejumlah enegi hilang akibat adanya rugi-rugi mekanis (mechanical losses). Dengan
alas an ekonomis perlu dicari kerja maksimium yang dapat dihasilkan dari pembakaran
sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini disebut juga sebagai efisiensi termal brake (brake thermal
efficiency,ηb).
Daya keluaran aktual
ηb =
laju panas yang masuk
Laju panas yang masuk Q, dapat dihitung dengan rumus berikut :
Q = mf . LHV
Jika daya keluaran N dalam satuan KW, laju aliran bahan bakar mf dalam satuan kg/jam,
maka :
N
ηb = x 3600
mf . LHV

2.3.6 Emisi Gas Buang

Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat


diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut.
1. Sumber.

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 9


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti
nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC), langsung dibuangkan ke udara bebas
dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan.
Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang
terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.

2. Komposisi Kimia.
Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung
karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau
fosfor, contohnya : Hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain-lain. Polutan inorganik
seperti :karbon monoksida(CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.

3. Bahan Penyusun.
Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan
cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat dapat bertahan di atmosfer.
Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara
bebas.

a. Partikulat.
Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa
padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut
berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara, sehingga terjadi
tingkat ketebalan asap yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang
merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada
mesin kendaraan.

Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan kedalam silinder
motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul menjadi satu, maka akan terjadi
dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya karbon–karbon padat atau angus. Hal
ini disebabkan karena pemanasan udara yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan
dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada didalam silinder tidak dapat
berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat dimana terlalu banyak bahan bakar
disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya untuk
akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 10


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan bewarna
hitam.

b. Unburned Hidrocarbon (UHC).


Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara
bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus bila suhu
pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya
yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja
dihidupkan atau berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan.

Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang meningkatkan
penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah
hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar
dan dari kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dari torak masuk kedalam
poros engkol yang disebut dengan blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak
sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung
hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel terutama disebabkan oleh campuran lokal
udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas mampu bakar.

c. Carbon Monoksida (CO).


Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai
hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak
berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna.
Gas ini akan dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar (kira–kira 85 %
dari berat dan sisanya hidrogen) terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen.
Hal ini terjadi bila campuran udara bahan bakar lebih gemuk dari pada campuran
stoikiometris dan terjadi selama idling pada beban rendah atau pada output
maksimum. Karbon monoksida tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan
bakar gemuk. Bila campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk
d. Oksigen (O2).
Oksigen (O2) sangat berperan dalam proses pembakaran, dimana oksigen tersebut
akan diinjeksikan keruang bakar. Dengan tekanan yang sesuai akan mengakibatkan
terjadinya pembakaran bahan bakar.

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 11


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

3. METODOLOGI

3.1 Alat Ukur dan Bahan

1. Type Motor Bakar Diesel

Gambar 3.1 Type motor bakar diesel

2. Motor Bakar Diesel

Gambar 3.2 Motor Diesel


3. Thermogun
Berfungsi untuk mengetahui temperatur pada ruang pendingin dan gas buang.

Gambar 3.3 Thermogun


4. Tacho meter
Berfungsi untuk mengukur kecepatan putaran pada mesin diesel.

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 12


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

Gambar 3.4 Tacho meter

3.2 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang dipakai dalam pratikum ini adalah :
1. Temperatur konstans.
2. Tekanan ruang konstan saat pengujian.

3.3 Prosedur Pengujian Mesin Diesel


Pengujian terhadap prestasi motor diesel dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menghidupkan mesin diesel
 Buka katup bahan bakar dan katup gas -pada posisi terendah
 Tekan katup dekompresi yang berada di kepala silinder
 Putar poros engkol pada beberapa putaran dengan menggunakan engkol tangan,
kemudian lepaskan dekompresi. Jika mesin telah hidup maka engkol tangan akan
terlepas sendiri
2. Pengujian
Pengujian dilakukan setelah mesin beroperasi 20 menit untuk :

 Beban konstan, putaran dan katup berubah


 Menentukan daya maksimum
3. Untuk berbagai kondisi operasi mesin, dilakukan pengamatan terhadap parameter-
parameter diatas
4. Data pengujian diolah dan dibuat analisis terhadap hasil pengujian tersebut.

3.4 Skema pengujian motor diesel 4-langkah

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 13


MODUL: PRESTASI MESIN DIESEL

Tabel Pengujian

∆h Aliran bahan
Putaran Beban Aliran air T1 T2 T3 T4
bakar
No
mano t
(rpm) F (N)
(mm) V(Ml) t (dtk) V(m3) °C °C °C °C
(dtk)

4. REFERENSI
Arismunandar, Wiranto. Penggerak Mula Motor Bakar Torak: Penerbit ITB Bandung, 1988.
Arismunandar, Wiranto dan Koichi Tsuda, Motor Diesel Putaran Tinggi, Pradnya Paramita,
Jakarta, 1976.
Crouse, William.H, Automotive Mechanics, Seventh Edition-McGrawHill Book
Company,1976.
Lichty, L.C, Internal Combustion Engines, Sixth Edition-McGraw-Hill Book Company, INC,
Tokyo, 1951.
Manual Book of TD 110–115 Test Bed Instrumentation for Small Engines, TQ Education and
Trainning Ltd – Product Division 200

Disusun Oleh: Drs. SYAFRUL HADI, S.T., M. Eng Hal. 14

Anda mungkin juga menyukai