Anda di halaman 1dari 19

BAB III

JENIS-JENIS INDUSTRI

3.1 Industri Petrokimia

3.1.1 Definisi dan Bahan Baku Utama

Industri petrokimia adalah industri yang menghasilkan produkproduk


industri kimia organik yang merupakan bahan baku industri polymer, dengan
bahan baku dasar bersumber dari hasil pengolahan minyak dan gas bumi (gas
alam), produk pencairan batubara, bahkan sekarang sedang dikembangkan
oleokimia berbasis biomassa. Basis bahan baku dari industri petrokimia adalah
kandungan senyawa hidrokarbon yang didapat dari hasil pengolahan minyak
dan gas bumi, maupun pencairan batu bara, dengan kandungan utama unsur
kimia atom C dan H beserta turunannya, termasuk senyawa hidrokarbon
dengan ikatan gugus fungsional senyawa tersebut.

Tabel 1.1 Gugus Fungsional Senyawa Hidro Karbon

Gugus Fungsi Awalan Akhiran


-COOH Karboksil- asam –aot
-SO3H Sulfo- asam –esulfonat
-COOR Alkoksikarbonil- -oat
-SO3R Alkoksisulfonil- -esulfonat
-COC1 Kloroformil- -oil klorida
-CONH2 Karbamoil- -amida
-CN Siano- -enitril
-CHO okso- (atau formil-) -al
C=O Okso- -on
-OH Hidroksi- -ol
-SH Merkapto- -etinol
-NH2 Amino- -amina
-OR Alkoksi- -
-SR Alkiltio- -
-C1 Kloro- -
-NO2 Nitro- -

Berbagai produk bahan yang dihasilkan dari produk petrokimia dewasa


ini banyak ditemukan. Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk yang
dihasilkan dari minyak dan gas bumi. Bahan-bahan petrokimia tersebut dapat
digolongkan ke dalam plastik, serat sintetis, karet sintetis, pestisida, detergen,
pelarut, pupuk, berbagai jenis obat maupun vitamin.

3.1.2 Bahan Dasar Petrokimia

Terdapat tiga bahan dasar yang digunakan dalam industri petrokimia,


yaitu olefin, aromatika, dan gas sintetis (syn-gas). Untuk memperoleh produk
petrokimia dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:

1. Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia.


2. Mengubah bahan dasar menjadi produk antara.
3. Mengubah produk antara menjadi produk akhir.

Olefin (alkena-alkena)

Olefin merupakan bahan dasar petrokimia yang paling utama. Produksi


olefin di seluruh dunia mencapai milyaran kg per tahun. Di antara olefin yang
paling banyak diproduksi adalah etilena (etena), propilena (propena), dan
butadiena. Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar
etilena adalah:

1. Polietilena, merupakan plastik yang paling banyak diproduksi,


plastik ini banyak digunakan sebagai kantong plastik dan plastik
pembungkus (sampul). Di samping polietilena sebagai bahan
dasar, plastik dari polietilena ini juga mengandung beberapa bahan
tambahan, yaitu bahan pengisi, plasticer, dan pewarna.
2. PVC atau polivinilklorida, juga merupakan plastik yang digunakan
pada pembuatan pipa pralon dan pelapis lantai.
3. Etanol, merupakan bahan yang sehari-hari dikenal dengan nama
alkohol. Digunakan sebagai bahan bakar atau bahan antara untuk
pembuatan produk lain, misalnya pembuatan asam asetat.
4. Etilena glikol atau glikol, digunakan sebagai bahan antibeku dalam
radiator mobil di daerah beriklim dingin.

Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar


propilena adalah:
1. Polipropilena, digunakan sebagai karung plastik dan tali plastik.
Bahan ini lebih kuat dari polietilena.
2. Gliserol, digunakan sebagai bahan kosmetika (pelembab), industri
makanan, dan bahan untuk membuat peledak (nitrogliserin).
3. Isopropil alkohol, digunakan sebagai bahan-bahan produk
petrokimia yang lain, misalnya membuat aseton.

Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar


butadiena adalah:

1. Karet sintetis
2. Nilon

Aromatika

Pada industri petrokimia, bahan aromatika yang terpenting adalah


benzena, toluena, dan xilena.

Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar benzena


adalah:

1. Stirena, digunakan untuk membuat karet sintetis.


2. Kumena, digunakan untuk membuat fenol.
3. Sikloheksana, digunakan untuk membuat nilon.

Beberapa produk petrokimia yang menggunakan bahan dasar toluena


dan xilena adalah:

1. Bahan peledak, yaitu trinitrotoluena (TNT).


2. Asam tereftalat, merupakan bahan dasar pembuatan serat.

Industri petrokimia dibagi menjadi dua bagian besar:

1. Industri Petrokimia Hulu (upstream petrochemical)

Masih berupa produk dasar (produk primer) dan produk antara (produk setengah
jadi).

2. Industri Petrokimia Hilir (downstream petrochemical)

Berupa produk akhir dan atau produk jadi. Berdasarkan proses pembentukan
dan pemanfaatannya, produk petrokimia dibagi menjadi empat jenis:
1. Produk Dasar: gas CO dan H2 sintetik, etilena, propilena, butadiene,
benzene, toluene, xilena dan n-parafin.
2. Produk Antara : ammonia, methanol, carbon black, urea, etanol, etil klorida,
cumene, propilen oksida, butyl alkohol, isobutilen, nitrobenzene, nitrotoluena,
PTA (Purified Terepthalic Acid), TPA (Terepthalic Acid), DMT (Dimethyl
terepthalate), kaprolaktam, LAB (Linear Alkyl Benzene), dll.
3. Produk Akhir: urea, carbon black, formaldehida, asetilena, polietilena,
polipropilena, poli vinil klorida, polistirena, TNT (Trinitrotoluena), polyester,
nilon, poliuretan, LAB sulfonat, dll.
4. Produk Jadi : barang-barang yang banyak dipakai sehari-hari di rumah
tangga.

Proses Pembuatan Pupuk Urea

Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid NH3
yang disupply dari Pabrik Amoniak.

Reaksi Pembentukan Pupuk Urea :

Tahap 1 : Pembentukan Amonia Carbamat (NH4COONH2)

2 NH3 + CO2 → NH4COONH2

Tahap 2 : Pengkristalan ammonium carbamat di dalam prilling

tower menjadi urea

NH4COONH2 → CO(NH2)2 + H2O

Reaksi Pembentukan Formaldehida (CH2O)

Reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi methanol pada suhu 250℃,
dengan katalis tembaga.

2 CH3OH + O2 → 2 CH2O + 2 H2O

Reaksi pembentukan DMT (esterifikasi)

Produk Hilir dan Reaksi untuk Menghasilkannya

Reaksi pembentukan Methylamines

CH3OH + NH3 → CH3NH2 + H2O


CH3OH + CH3NH2 → (CH3)2 NH + H2O

CH3OH + (CH3)2 NH → (CH3)3 N + H2O

Reaksi Pembentukan Methyl Halides

CH3OH + HCl → CH3Cl + H2O

CH3OH + HBr → CH3Br + H2O

Produk Petrokimia Hilir

Yang dihasilkan melalui jalur olefin adalah beberapa jenis bahan

baku plastik.

1. Yang berasal dari etilena, yaitu : Polietilena (PE), Polivinilkhlorida (PVC),


Polistirena (PS), Etilen Glikol (EG), Etilen Asetat (EA).
2. Yang berasal dari propilena, yaitu: Polipropilen (PP), isobutil asetat, akrilat,
fenol, karet etilen propilena.
3. Yang berasal dari butilen/butadiena, yaitu: Polibutadien (karet sintetik
pengganti karet alam untuk industru ban).
Jika bahan baku berasal dari nafta fraksi berat (C15-C23) dan dari jenis
minyak parafin, maka akan terbentuk campuran molekul parafin dan olefin:
- C23H48 → C8H18 + C15H30 → C3H8 + C12H22 (cracking)
Proses ini dapat terjadi terus menerus hingga terbentuk cokes:
- C12H22 → C2H6 + C10H16 → C2H4 + C8H12 → 2 CH4 + C6H4 (cracking)
- C6H4 → CH4 + 5 C (cracking)
Selain itu juga dapat terbentuk ter dari hasil polimerisasi olefin:
- C10H16 + C10H16 → C20H32 + C15H30 → C35H62
- (kopolimerisasi C20H32 dengan C15H30)
Jika bahan baku yang digunakan adalah gas etana, maka reaksi cracking
yang terjadi adalah sebagai berikut:
- C2H6 → 2 C2H4 + H2 (cracking)
- Karena di dalam umpan juga terdapat gas propana, maka terjadi pula reaksi
cracking sebagai berikut:
- C3H8 → C3H6 + H2 (cracking)
- C3H8 → C2H4 + CH4 (cracking)
- 2 C3H8 → C4H8 + 2 CH4
- 2 C3H8 → C2H6 + C2H6 + CH4
Hasil cracking tersebut akan mengalami cracking dan hidrogenasi lebih lanjut
sebagai berikut :
- C3H6 + 3 H2 → 3 CH4
- C3H6 → C4, C5, C6 + H2

Polietilena

Polietilena (disingkat PE) (IUPAC: Polietena) adalah termoplastik yang digunakan


secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik. Sekitar 80 juta metrik
ton plastik ini diproduksi setiap tahunnya. Polietilena adalah polimer yang terdiri dari
rantai panjang mono-mer etilena (IUPAC: etena). Di industri polimer, polietilena
ditulis dengan singkatan PE, perlakuan yang sama yang dilakukan oleh Polistirena
(PS) dan Polipropilena (PP). Molekul etena C 2H4 adalah CH2=CH2. Dua grup CH2
bersatu dengan ikatan ganda. Polietilena dibentuk melalui proses polimerisasi dari
etena. Polietilena bisa diproduksi melalu proses polimerisasi radikal, polimerisasi
adisi anionik, polimerisasi ion koordinasi, atau polimerisasi adisi kationik. Setiap
metode menghasilkan tipe polietilena yang berbeda.

Poli(etena) berkepadatan rendah: LDPE

Pembuatan dalam skala produksi

Seperti halnya pembuatan polimer lainnya yang akan dijelaskan di halaman


ini, pembuatan LDPE merupakan sebuah contoh dari polimerisasi adisi. Reaksi
adisi adalah sebuah reaksi dimana dua atau lebih molekul bergabung membentuk
satu produk tunggal. Selama polimerisasi etena, ada ribuan molekul etena yang
bergabung bersama membentuk poli(etena)-umumnya disebut politena.

nCH2=CH2 → [-CH2-CH2-]n

Jumlah molekul yang bergabung sangat bervariasi, tetapi biasanya berkisar antara
2000 sampai 20000.

Kondisi-kondisi

Suhu: sekitar 200°C

Tekanan: sekitar 2000 atmosfir

Inisiator: sedikit oksigen sebagai zat pengganggu kemurnian

Poli(etena) berkepadatan tinggi: HDPE

Pembuatan dalam skala produksi

Polimer ini dibuat dalam kondisi yang sedikit berbeda dengan poli (etena)
berkepadatan rendah.

Kondisi-kondisi

Suhu: sekitar 60°C

Tekanan: rendah-beberapa atmosfir


Katalis: Katalis Ziegler-Natta atau senyawa-senyawa logam lainnya

1. Katalis Ziegler-Natta adalah campuran antara senyawa-senyawa titanium


seperti titanium(III) klorida, TiCl3, atau titanium (IV) klorida, TiCl4, dan
senyawa-senyawa aluminium seperti aluminium trietil, Al (C2H5)3. Masih
banyak katalis lain yang terus dikembangkan.
2. Katalis-katalis ini bekerja melalui mekanisme yang sangat berbeda dengan
proses bertekanan tinggi yang digunakan untuk membuat poli(etena)
berkepadatan rendah. Rantai-rantai terbentuk dengancara yang jauh lebih
terkontrol (jauh lebih tidak acak).

Poli(propena) (polipropilena): PP

Poli(propena) dibuat dalam skala produksi dengan menggunakan katalis


Ziegler-Natta dan katalis-katalis moderen lainnya. Ada tiga jenis struktur
poli(propena) yang perlu anda ketahui, tapi kita mulai membahas dari awal dengan
sebuah struktur umum yang memenuhi ketiga variasi struktur tersebut.

Struktur umum

Jika dituliskan dalam bentuk persamaan sederhana, biasanya ditulis sebagai berikut:

Polivinilklosida (PVC)

PVC diproduksi dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH2=CHCl).


Karena 57% massanya adalah klor, PVC adalah polimer yang menggunakan bahan
baku minyak bumi terendah di antara polimer lainnya. Proses produksi yang dipakai
pada umumnya adalah polime-risasi suspensi. Pada proses ini, monomer vinil
klorida dan air di-introduksi ke reaktor polimerisasi dan inisiator polimerisasi,
bersama bahan kimia tambahan untuk menginisiasi reaksi. Kandungan pada wadah
reaksi terus-menerus dicampur untuk mempertahankan suspensi dan memastikan
keseragaman ukuran partikel resin PVC. Reaksinya adalah eksotermik, dan
membutuhkan mekanisme pendinginan untuk mempertahankan reaktor pada
temperatur yang dibutuhkan. Ketika reaksi sudah selesai, hasilnya, cairan PVC,
harus dipisahkan dari kelebihan monomer vinil klorida yang akan dipakai lagi untuk
reaksi berikutnya. Lalu cairan PVC yang sudah jadi akan disentrifugasi untuk
memisahkan kelebihan air. Cairan lalu dikeringkan dengan udara panas dan
dihasilkan butiran PVC.

Jalur Aromatik
1. Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan atom C siklis, berupa
ikatan atom antara C6-C8, seperti benzena, toluena, xilena, dll.
2. Sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dan terpolimerisasi.
3. Menghasilkan Benzena, Toluena dan Xilena(BTX) sebagai hasil utama, serta
sikloheksana (CHX) sebagai produk samping.

Aromatik dengan Bahan Baku Nafta

Hidrokarbon aromatik (BTX) dihasilkan melalui proses catalytic reforming, dengan


nafta sebagai bahan baku dan katalis platina, pada suhu 450-500℃

1. Reaksi pembentukan benzena: dehidrogenasi hidrokarbon sikloparafin

2. Reaksi pembentukan toluena: isomerisasi hidrokarbon dimetil siklopentana


disusul dengan dehidrogenasi

3. Reaksi pembentukan orto, meta dan para (o,m,p) xilena: reaksi isomerisasi
hidrokarbon trimetilsiklopentana, disusul dengan dehidrogenasi.

Produk hilir jalur aromatik

Benzena → melaic anhydride, polistirena, deterjen, fenol, akrilonitril,


sikloheksana, kloro benzena, dll.

Toluena → toluen diisosianat dan poliuretan O, m, p Xilena → anhidrida dtalat,


asam terepthalat, dimetil terepthalat, polietilen terepthalat dan asam isopthalat.

1) Anhidrida Melaik (Melaic Anhydride)


Dihasilkan melalui reaksi oksidasi benzena, pada suhu 425℃, dan bantuan
katalis V2O5 dan MoO3

2) Deterjen
- Deterjen : zat yang mengandung unsur aktif pembersih permukaan dengan
surfaktan sebagai unsur utamanya (dibuat secara sintetik dari fraksi minyak
bumi)
- Sabun biasa (soap) : dari minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak hewan, tidak
mengandung surfaktan. Rumus umum deterjen adalam R-SO3- Na.

3) Fenol

4) Sikloheksana
Reaksi hidrogenasi katalitik terhadap benzena akan menghasilkan
sikloheksana, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
adipic acid (bahan dasar nilon 66), dan kaprolaktam (bahan dasar nilon 6).

5) Anhidrida Pthalat (PA)


O-xilena dioksidasikan dalam fasa cair untuk menghasilkan PA, lalu dilakukan
pemurnian hingga maksimum 99,9%.
6) Polietilen terepthalat (PET) :
Reaksi pembentukannya adalah dengan mereaksikan DMT dengan EG pada
suhu 150-200℃, sehingga menghasilkan PET (bis (hydroxyethyl)
terepthalate).

1. Polivinyl Chloride (PVC)


a. Teknologi Chisso Corp
PVC diproduksi secara batch. Ukuran reaktor standar adalah 60, 80,
100 atau 130 m3.
1) Reaktor diisi dengan air, aditif dan VCM, lalu diaduk. Selama reaksi
polimerisasi, suhu dikontrol pada temperatur 60C, dengan panas yang
dihasilkan -1540 KJ/Kg.
2) Sebagian besar VCM yang tidak bereaksi di buang. Reaktor dibilas dan
disemprot dengan agen anti-fouling, dan siap untuk batch berikut. PVC slurry
yang mengandung VCM terus diumpankan ke kolom stripping.
3) Kolom ini memiliki desain eksklusif dan efektif untuk memisahkan VCM dari
bubur PVC tanpa penurunan kualitas PVC. Kondisi operasi proses yaitu 100C
dan tekanan 100-150mmHg. Setelah proses pemisahan di stripping. Bubur di
bilas atau dicuci kembali (de-watered). Lalu slurry di simpan dislurry tank.
4) Setelah itu slurry dipisahkan antara mother liquor dengan virgin slurry.
5) Slurry dari proses centrifuge di keringkan hingga membentuk powder pvc di
dryer. Powder dikeringkan pada suhu 173C secara efektif oleh proprietary
pengering, yang selanjutnya produk powder PVC disimpan ke silo
penyimpanan atau di kemas.
6) VCM yang masih ada pada proses digunakan kembali di gas holder kemudian
dikompres dan didinginkan. Hasil yang terkondensasi digunakan kembali
untuk polimerisasi batch berikut.
Gambar Diagram Proses

Teknologi Chisso Pembuatan PVC

b. Teknologi Vinnolit

Vinnolit Proses PVC menggunakan reaktor performa tinggi baru yang


tersedia dalam ukuran sampai dengan 150 m3.

1) Bahan baku VCM dimasukkan ke dalam sebuah reaktor antifouling


untuk di proses polimerisasi, dimana reaktor bersifat eksotermik.
PVC slurry dan VCM yang tidak bereaksi dari reaktor polimerisasi
diumpankan ke tangki blowdown.
2) Hasil dari reaktor dimasukkan kedalam tangki slurry.
3) Mother liquor dan virgin slurry dipisahkan. Dimana liquor
dipanaskan kembali sehingga hasil VCM didapat dan di recycle ke
reaktor.
4) Slurry di dryer untuk mendapatkan powder PVC dimana slurry
tersebut dipanaskan oleh steam dan powder PVC siap di kemas
dan disimpan di silo yang tersedia.

Gambar Diagram Proses


Pembuatan PVC Teknologi Phinnolit
Perbandingan Teknologi pembutan PVC:

Tabel Perbandingan Teknologi Pembutan PVC

3.2 Proses Pencairan Gas Alam

Pencairan gas alam menjadi LNG/LPG bertujuan untuk memudahkan dalam


penyimpanan dan transportasi. Gas alam yang diolah di kilang LNG/LPG. Pencairan
gas alam terdiri dari berbagai macam proses, mulai dari pemurnian/pembersihan
hingga proses pencairan Proses dasar pencairan gas alam menjadi LNG adalah
sebagai berikut:

3.2.1. Proses Treating (pembersihan)

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan fraksi berat serta impuritis lainnya,
seperti CO2 dan gas-gas berat (mercury dan sulfur) serta metal-metal berbahaya
seperti air raksa dengan memakai solvent sebagai pelarut atau penyerap.
Kandungan CO2 tersebut harus dipisahkan agar tidak mengganggu proses
selanjutnya. Pemisahan CO2 dilakukan dengan proses absorbsi larutan Mono
Ethanol Amine (MEA), yang sekarang diganti dengan Methyl De Ethanol Amine
(MDEA)  produksi Ucarsol. Proses ini dapat mengurangi CO 2 sampai di bawah 50
ppm dari aliran gas alam. Batas maksimum kandungan CO 2 pada proses
selanjutnya adalah 50 ppm.

3.2.2 Proses Dehydration

Selain CO2, gas alam juga mengandung uap air (H 2O) dan Mercury (Hg) yang
akan menghambat proses pencairan pada suhu rendah. Pada Plant 2, kandungan
H2O dan Hg dipisahkan dari gas alam. Kandungan H 2O pada gas alam tersebut
akan menjadi padat dan akan menghambat pada proses pendinginan gas alam
selanjutnya karena dapat menyumbat pipa dan alat lainnya saat mengalami
pembekuan, serta untuk mengurangi masalah karat dan mencegah terbentuknya
hidrat. Hidrat adalah senyawa padat berwarna putih yang terbentuk dari reaksi
kimia-fisik antara hidrokarbon dan air pada tekanan tinggi dan temperatur rendah
yang digunakan untuk mengangkut gas alam melalui jalur pipa. Hidrat mengurangi
efisiensi jalur pipa. Untuk mencegah pembentukan hidrat, gas alam bisa diolah
dengan glikol, yang melarutkan air secara efisien. Etilena glikol (EG), dietilena glikol
(DEG), dan trietilena glikol (TEG) merupakan contoh pelarut untuk pengambilan air.
Trietilena glikol (TEG) lebih baik jika dipakai pada proses fasa-uap karena tekanan
uapnya yang rendah, yang mengakibatkan sedikit saja kehilangan glikol. Absorber
TEG normalnya berisi 6 hingga 12 nampan (tray) bubble-cap untuk melakukan
proses absorpsi air.

Cara lain untuk menghilangkan hidrat gas alam adalah dengan menyuntikkan
metanol ke dalam jalur gas untuk menurunkan temperatur pembentukan hidrat
hingga di bawah temperatur atmosfer. Air juga bisa dikurangi atau diambil dari gas
alam dengan memakai adsorben padat seperti saringan molekular atau gel silika.

Pemisahan kandungan H 2O (Gas Dehydration) dilakukan dengan cara


absorbsi menggunakan molecullar sieve hingga kandungan H 2O maksimum 0,5
ppm. Kandungan mercury (Hg) pada gas alam tersebut jika terkena peralatan yang
terbuat dari aluminium akan terbentuk amalgam. Sedangkan tube pada Main Heat
Exchanger 5E-1 yang merupakan alat pendingin dan pencairan utama untuk
memproduksi LNG adalah terbuat dari aluminium. Pemisahan kandungan Hg
(Mercury Removal) dilakukan dengan cara absorbsi menggunakan adsorben. Bed
Mercury Removal yang berisi Sulfur Impregnated Activated Charcoal dimana merkuri
akan bereaksi membentuk senyawa HgS, hingga kandungan Hg maksimum 0,1
ppm. Penghilangan merkuri ini bertujuan untuk mencegah korosi pada alumunium,
karena merkuri dapat bereaksi dengan alumunium membentuk amalgam. Saat ini
penghilangan merkuri yang banyak digunakan adalah dengan  menggunakan bahan
penyerap sulfur impregnated activated carbon .

3.2.3 Proses Fraksinasi

Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-
1 pada suhu yang sangat rendah hingga menjadi LNG, proses  pemisahan
(fractination) gas alam dari fraksi-fraksi berat (C2, C3, ..., dst) perlu dilakukan.
Proses ini berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan dengan fraksi berat dari gas
alam berdasarkan titik didih komponennya yaitu LNG dan LPG. Plant ini dibagi
menjadi 2 unit yaitu LNG Distillation Column dan LPG Distillation Column. Proses
fraksinasi tersebut dilakukan di Plant 3. Pemisahan gas alam dari fraksi beratnya
dilakukan pada Scrub Column 3C-1. Setelah dipisahkan dari fraksi beratnya, gas
alam didinginkan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar -50°C dan selanjutnya
diproses di Plant 5 untuk didinginkan lebih lanjut dan dicairkan. Sedangkan fraksi
beratnya dipisahkan lagi sesuai dengan titik didihnya dengan beberapa alat
(Deethanizer, Deprophanizer dan Debuthanizer) untuk mendapatkan prophane,
buthane dan condensate.

3.2.4 Proses Pendinginan

Selain penurunan tekanan, proses pencairan gas alam dilakukan dengan


menggunakan sistem pendingin bertingkat. Bahan pendingin yang digunakan:
Propane dan Multi Component Refrigerant (MCR). MCR adalah campuran  Nitrogen,
Methane, Ethane, Prophane dan Buthane yang digunakan untuk  pendinginan akhir
dalam proses pembuatan LNG. Plant 4 menyediakan pendingin Prophane dan MCR.
Baik prophane maupun MCR sebagai pendingin diperoleh dari hasil sampingan
pengolahan LNG.

1. Siklus Pendingin Propan


Cairan prophane akan berubah fase menjadi gas prophane setelah
temperaturnya naik karena dipakai mendinginkan gas alam maupu.cairan
prophane yang dipakai pendinginan ada 3 tingkat untuk MCR dan 3 tingkat
untuk gas alam. Gas prophane setelah dipakai untuk pendinginan
dikompresikan oleh Prophane Recycle Compresor 4K-1 untuk menaikkan
tekanannya, kemudian didinginkan oleh air laut, dan selanjutnya dicairkan
dengan cara penurunan tekanan. Demikian siklus pendingin propane
diperoleh.
2. Siklus Pendingin MCR
Cairan MCR berubah fase menjadi gas MCR dengan kenaikan temperatur
karena dipakai pendinginan gas alam pada Main Heat Exchanger 5E-1. Gas
MCR tersebut dikompresikan secara seri oleh MCR First Stage Compresor
4K-2 dan MCR Second Stage Compressor 4K-3 untuk menaikkan
tekanannya. Pendinginan dengan air laut dilakukan pada interstage 4K-2 dan
4K-3 serta pada discharge 4K-3.

3.2.5 Proses Pencairan

Proses ini dilakukan di Plant-5 atau disebut Liquefaction Unit. Gas umpan
yang telah didinginkan lebih dulu oleh Propana Refrigeration Unit, selanjutnya oleh
MCR Refrigeration Unit didinginkan lebih lanjut dan dicairkan di dalam Alat
Pendingin lanjut yang disebut Main Heat Exchanger menjadi gas alam cair (LNG).

Gambar Diagram Alir Pencairan Gas Alam


3.3 Industri Plastik

3.3.1 Pengertian Plastik

Istilah plastik mencakup prduk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Plastik


adalah plimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk
banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang umum, terdiri dari
polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrgen, chlorine atau belerang di tulang
belakang. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan plimer dan
bisa juga terdiri dari zat. Ada beberapa plimer alami yang termasuk plastik. Plastik
dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa
banyak dari mereka "malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain
dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas,
keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya,
kompsisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan
hampir di seluruh bidang industri.

3.3.2 Penggolongan, jenis-jenis, dan peranan plastic pada bidang

Plastik dapat digolongkan berdasarkan:

A. Sifat fisikanya

a) Termoplastik. Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi


dengan prses pemanasan ulang. Contoh: polietilen (PE), polistiren (PS), ABS,
polikarbnat (PC).
b) Termoset. Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi.
Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya.
Contoh: resin epksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida.

B. Kinerja dan penggunaanya

1. Plastik komoditas

 sifat mekanik tidak terlalu bagus.


 tidak tahan panas
 Contohnya: PE, PS, ABS, PMMA, SAN
 Aplikasi: barang-barang elektrnik, pembungkus makanan, botol
minuman.

2. Plastik teknik

 Tahan panas, temperatur perasi di atas 100℃


 Sifat mekanik bagu
 Contohnya: PA, POM, PC, PBT
 Aplikasi: komponen otomotif dan elektrnik

3. Plastik teknik khusus

 Temperatur perasi di atas 150℃


 Sifat mekanik sangat bagus (kekuatan tarik di atas 500 Kgf/cm²)
Contohnya: PSF, PES, PAI, PAR Aplikasi: komponen pesawat.

C. Berdasarkan jumlah rantai karbonnya

 1 ~ 4 Gas (LPG, LNG)


 5 ~ 11 Cair (bensin)
 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah
 16 ~ 25 Cairan dengan visksitas tinggi (oli, gemuk)
 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin)
 1000 ~ 3000 Plastik (plistiren, plietilen, dll).

D. Berdasarkan sumbernya

 Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut


 Polimer sintetis:

a) Tidak terdapat secara alami: nyln, poliester, polipropilen,


polistiren
b) Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet
sintetis.
c) Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane
(bahan dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami
modifikasi secara radikal sehingga kehilangan sifat-sifat
kimia dan fisika asalnya).

Berikut ini adalah jenis-jenis dari plastic PET (Ply Etylene


Therephtalate); HDPE (High Density Plyethylene); PVC (Ply Vinyl Clhrida);
LDPE (Lw density plyethilene); PP (Plyprpilene); PS (Plystirene); O
(Other).

1. PET (PolyEthylene Terephthalate)

Tipe dan jenis plastik PET (PolyEthylene Terephthalate) memiliki titik


leleh atau lebur yang sangat tingi. Botol air mineral, botol minuman bersoda,
botol shampo, botol obat kumur dan botol untuk selai roti merupakan
beberapa contoh jenis dan tipe plastik berjenis PET ini. Daur ulang plastik
berjenis jenis dan tipe PET dapat dibuat sebagai karpet dan juga pakaian
berbahan polyester.

2. HDPE (High Density PolyEthylene)

High Density Plyethylene (HDPE) adalah salah satu tipe dan jenis
plastik yang paling umum digunakan di Amerika Serikat. Kantong plastik,
botol susu, botol diterjen, botol lotion dan botol-botol alat kecantikan dan
mandi, merupakan beberapa contoh kegunaan jenis dan tipe plastik HDPE di
kehidupan sehari-hari. Daur ulang HDPE difungsikan untuk memproduksi
produk rumput dan taman, ember, alat-alat perkantoran dan suku cadang
kendaraan bermotor.

3. Vinyl PVC (PolyVinyl Chloride)

Vinyl tidak dibuat dengan bahan alami, namun tipe dan jenis plastik ini
dibuat oleh manusia. Vinyl adalah jenis dan tipe plastik yang dibuat dari
etilena yang biasa ditemukan dalam minyak mentah dan klorin yang biasa
ditemukan dalam garam biasa. Vinyl merupakan jenis plastik yang sangat
berbeda dengan plastik lainnya. Vinyl dapat dengan mudah didaur ulang
karena daya tahan nya. Vinyil merupakan produk yang terbuat dari bahan
yang memiliki jangka hidup yang panjang. Tipe dan jenis plastik vinyl biasa
digunakan untuk botol minyak goreng, untuk pengepakan kemasan daging
segar dan terkadang tipe dan jenis plastik vinyl digunakan untuk produk-
produk berbahaya seperti botol alat pembersih kaca.

4. LDPE (Low Density PolyEthylene)

Low Density PlyEthylene (LDPE) adalah termoplastik yang terbuat dari


minyak bumi. Tipe dan jenis plastik LDPE biasa digunakan sebagai plastik
roti, plastik makanan beku (frozen plastic bags) dan wadah untuk mentega
dan margarin. Prdusen biasa menggunakan LDPE untuk menciptakan
berbagai macam prduk plastik, dari paskan medis hingga pelapis kertas
(paper catings).

5. PP (PolyPrpylene)

PolyPrpylene (PP) adalah tipe dan jenis plastik polimer termoplastik


yang digunakan dalam berbagai macam aplikasi termasuk kemasan dan
pelabelan. Selain itu hasil daur ulang PolyPropylene dapat diproduksi untuk
berbagai macam produk tekstil (misalnya tali dan karpet), alat tulis, peralatan
laboratorium dan komponen otomotif.

6. PS (PolyStyrene)

Tipe dan jenis plastik PolyStyrene (PS) digunakan hanya untuk bahan-
bahan eksklusif seperti stereofoam, gelas dan piring plastik dan juga karton
untuk telur. PolyStyrene adalah salah satu jenis dan tipe plastik yang paling
banyak digunakan. Skala penggunaannya kini sudah menjadi miliaran
kilogram per tahun. Daur ulang PolySyrene umumnya digunakan dalam
pembuatan kemasan busa pelindung, isolasi, kaset video, mainan, dan
produksi meja kantor.

7. Others

Tipe dan jenis plastik ini merupakan kategori dari semua jenis lainnya
dari plastik. Tipe dan jenis plastik ini biasa digunakan sebagai galon air
mineral dan beberapa juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk botol jus,
benda berbahan plastik yang boleh digunakan selalu ada gambar gelas dan
garpu atau keterangan tertulis fr fd use atau fr fd contact. Umumnya
kegunaan plastic sangatlah banyak pada kehidupan manusia. Dan pada
bidang industry, plastic biasa digunakan untuk kemasan minuman, selai,
minyak goreng, sambal dan kecap serta penampan plastik dalam kemasan
biskuit. kantong plastik, film, automotif, mainan mobil-mobilan, ember,
digunakan untuk kemasan makanan beku serta bahan pembuat garpu dan
sendok plastik. Sedangkan EPS digunakan untuk wadah makanan siap saji
serta gelas kopi/teh/susu berbahan styrofam

3.3.3 Dampak dan penanggulangan dari penggunaan

Dampak penggunaan plastik pada kesehatan Kantung dan kemasan plastik


memang murah, praktis, dan mudah didapat. Sayangnya jenis pengemas ini tidak
selalu aman bagi kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah
memperingatkan publik supaya berhati-hati dalam menggunakan kemasan plastik
untuk makanan. Beberapa jenis kemasan plastik berptensi menimbulkan gangguan
kesehatan termasuk diantaranya kantung plastik kresek berwarna serta kemasan
plastik berbahan dasar plistiren dan plivinil klorida (PVC). Kantung plastik kresek
dibuat dari plastik bekas yang riwayat penggunaannya tidak jelas melalui prses daur
ulang yang tidak terjamin kebersihannya.

Proses daur ulang dalam pembuatan plastik kresek juga menggunakan bahan
kimia tertentu. Kemasan plastik berbahan PVC juga tidak sepenuhnya aman.
Monomer vinil klorida pada PVC dapat terlepas ke dalam makanan bila berinteraksi
dengan bahan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam
keadaan panas.

Pembuatan kemasan plastik PVC terkadang menggunakan penstabil berupa


timbal (Pb), kadmium (Cd), dan timah putih (Sn) untuk mencegah kerusakan serta
senyawa ester ptalat dan ester adipat untuk melenturkan. Bahan-bahan tambahan
itu bisa terlepas dan bercampur dengan makanan sehingga berisiko membahayakan
kesehatan. Pb merupakan racun bagi ginjal, Cd racun bagi ginjal dan memicu
kanker, senyawa ester ptalat dapat mengganggu sistem endokrin.

BPOM telah melakukan pengujian terhadap 11 sampel kemasan plastik


berbahan PVC dan menemukan satu diantaranya tidak memenuhi syarat karena
residu timbalnya melebihi 12 ambang batas maksimal. Kemasan makanan
styrofoam merek dagang pabrik Dow Chemicals untuk produk berbahan dasar
expandable polystyrene atau foamed polystyrene juga berisik melepaskan bahan
kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Monomer styrene yang tidak ikut
bereaksi dapat terlepas bila bereaksi dengan makanan yang berminyak/berlemak
atau mengandung alkohol dalam keadaan panas. Untuk memastikan keamanan
produk kemasan makanan berbahan plastik BPOM melakukan sampling dan
pengujian terhadap 17 jenis kemasan styrofoam.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua kemasan plastik styrofoam aman


digunakan karena residu monomer stirene-nya hanya berkisar antara bagian per
juta. Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang
terbuat dari polyethylene (PE) dan polyprphylene (PP).

3.3.4 Dampak penggunaan plastic pada lingkungan

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang


sampai saat ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor
pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang
berbahaya dan sulit dikelola. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai
oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Saat terurai,
partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah
plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika
proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai
dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara
lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf
dan memicu depresi.

Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air,


tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin
waduk. Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia
tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus
permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat.

Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik


mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik
membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya.
Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan
penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.

Berbagai upaya menekan penggunaan kantong plastik pun dilakukan oleh


beberapa Negara. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk
menghambat terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi
musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup. Jika sampah bekas kantong plastik
itu dibiarkan di tanah, dia akan menjadi plutan yang signifikan. Kalau dibakar,
sampah-sampah itu pun akan secara signifikan menambah kadar gas rumah kaca di
atmosfer. Namun yang menjadi persalan adalah dampak negatif sampah plastik
ternyata sebesar fungsinya juga.

Anda mungkin juga menyukai