Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)
Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)
Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antara senyawa kimia yang
mengakibatkan perubahan struktur dan molekul. Minyak merupakan senyawa
trigliseirda atau trigliserol, yang berarti trimester dari gliserol. Protein adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Sabun
adalah logam alkali pada asam lemak. Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida
yang menghasilkan senyawa-senyawa ketika dihidrolisis. Dimana tujuan dari
praktikum ini untuk menentukan sifat-sifat dari lemak, minyak, sabun, protein dan
karbohidrat. Untuk menentukan sifat minyak, pada praktikum ini diuji dengan
cara safonifikasi minyak. Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini
adalah mereaksikan minyak dengan etanol didalam erlenmeyer ,larutan sabun
dengan indikator PP, albumen dengan larutan asam, dan susu dengan larutan
fehling B. Hasil yang diperoleh adalah minyak mengapung keatas permukaan
karena proses pemanasan, Sabun diuji dengan lakmus dan dihasilkan lakmus
merah menjadi biru yang memandakan sabun bersifat basa, Albumen dengan
larutan asam menghasilkan endapan yang menanadakan asam dapat
mengendapkan alkaloid dan protein, susu dan madu menjadi lebih kental ketika
direaksikan dengan asam. Dari percobaan dapat disimpulkan Minyak tidak dapat
larut dengan air karena perbedaan massa jenis, dan Pada uji fehling, apabila
dipanaskan akan menimbulkan warna yang bergantung pada senyawa yang
direaksikan.
2.2 Minyak
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organic yang tidak
larut/ dicampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dala pelarut organic. Ada sifat
tambahan lain yang dikenal awam: terasa licin apabila dipegang. Dalam arti
sempit, kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi (fetroleum) atau produk
olahannya minyak tanah (ferosena). Namun demikian, kata ini sebenernya berlaku
luas baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya minyak
goreng), sebagai bahan bakar (minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya minyak
rem), aebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai wangi wangian
(misalnya minyak nilam).
Minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, yang berarti
trimester dari gliserol. Jadi minyak juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis
minyak adalah asam karboksilat dan griserol. Asam karboksilat ini juga disebut
asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang (Respati, 1986).
2.7 Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,
lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup.
Protein tersusun oleh asam-asam amino yang saling berkaitan. Asam amino
adalah suatu golongan senyawa karbon yang setidak-tidaknya mengandung suatu
gugus karboksil (-COO) dan mengandung gugus amino (NH2). Satu molekul asam
amino dapat terjadi perpindahan proton dari gugus karboksilat ke gugus amino
sehingga terbentuk gugus NH dan COO- yang disebut ion kembar atau ion fitter.
Adanya ion fitter menyebabkan asam amino dapat bersifat asam maupun basa
(amfoter).
Asam amino dapat bersifat amfoter yaitu dapat bersifat sebagai asam dan
memberikan proton ke basa kuat atau dapat bersifat basa dan menerima basa juga
menerima dari sebuah asam kuat. Sebagian besar asam amino dalam organisme
adalah asam amino yang terdapat pada atom karbon yang selanjutnya menjadi
gugus fungsional asam karboksilat Karena struktur dasar amino tertentu
menetapkan identitasnya dengan sifat gugus rantai sampingnya atau R. karena
kerangka kovalen protein adalah tetap ada mengenai fungsi karboksilat asam
amino, maka gugus R yang memberi suatu kedudukan bagi sifat-sifat fisika dan
kimia kedalam protein.
Rantai utama yang menghubungkan atom C-C-C disebut rantai kerangka
protein, sedangkan atom atom disebelah kanan disebut gugus R akan
membedakan molekul protein satu sama lain (Suminar, 1990).
2.8 Karbohidrat
Karbohidrat adalah segolongan besar senyawa organik yang paling
melimpah dibumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh mahluk
hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan
(misalnya pati padatumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun
(misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses
fontositesis tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil-keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa senyawa bila
dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida
atau keton) dan banyak gugus hidroksil.
Untuk molekul karbohidrat saling dan paling sederhana terdiri dari satu
molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa
dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul
gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-
cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin dan selulosa. Selain
monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa dan polisakarida,
terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida
(rangkaian beberapa monosakarida (Ratih, 1999).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Minyak
2. Larutan NaOH
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Larutan sabun
5. Larutan NaCl 25%
6. Kertas lakmus
7. Indikator PP
8. Albumen
9. Larutan HNO3 pekat
10. Etanol
11. Larutan HCL pekat
12. Larutan CH3COOH 10 %
13. Larutan fehling
14. Methyl red
15. Madu
16. Susu
d. Pemisahan Asam
1. Didalam tabung reaksi, dimasukkan 2 ml larutan sabun sunligt,
ditambahkan 3 tetes metyl red, ditambahkan 1 ml H2SO4 2 % .
2. Didinginkan campuran tersebut didalam penangas es dan diamti.
e. Daya emulsi sabun
1. Didalam tabung reaksi, dimasukkan 1 tetes minyak, ditambahkan 5 ml air.
2. Didalam tabung reaksi ke-2, dimasukkan 1 tetes minyak, ditambahkan 3
ml larutan sabun
3.2.2 Protein
a. Pengendapan oleh asam mineral
1. Didalam tabung reaksi, ditambahkan 3 ml albumen, ditambahkan 1 ml
HNO3 pekat lalu dikocok.
2. Percobaan tersebut diulangi dengan menggunakan 3 ml albumen dan 1 ml
H2SO4 pekat.
b. Pengendapan dengan pereaksi alkaloid
1. Didalam tabung reaksi, dimasukkan 2 ml albumen lalu dipanaskan dan
catat hasilnya.
2. Percobaan tersebut diulangi dengan menggunakan 3 ml albumen ditambah
1 ml CH3COOH 10%.
3.2.3 Karbohidrat
a. Uji fehling
1. Dimasukkan 5 ml madu, ditambahkan larutan fehling B didalam gelas
kimia, lalu dipanaskan sampai mendidih.
2. Dimasukkan 10 ml susu, ditambahkan 2 ml fehling B didalam gelas kimia.
Lalu dipanaskan sampai mendidih.
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Percobaan Analisa Reaksi-Reaksi Umum Senyawa Organik
NO Cara kerja Hasil pengamatan
Minyak dan Sabun
a. Safonifikasi minyak
3 ml minyak 25 ml etanol Minyak mengapung
kepermukaan
24 ml H2SO4
Minyak tidak larut diantara ke-2
larutan
Saat dipanaskan, gelembung
minyak tersebut menepi
kepinggir dan membentuk
gelembung besar.
Setelah ditambah H2SO4 pekat
terdapat gumpalan tersebut
mulai menyatu pada suhu 55
Terjadinya letupan pada reaksi
tersebut
Pada suhu 79 minyak
tersebut menggumpal kembali
1. dan naik kepermukaan.
b. Uji alkali bebas
5 ml larutan sabun 3 tetes Kertas lakmus merah, tidak
terjadi perubahan warna.
larutan PP kertas lakmus Kertas lakmus biru, terjadinya
merah dan biru perubahan warna (merah).
Pada larutan pp warna sabun
sunlight berubah menjadi
bening.
c. Efek garam terhadap sabun
5 ml larutan sabun 2 ml Terjadinya endapan pada sabun
sunlight.
NaCl 25 %
Warna endapan putih dan
larutan bening kebiruan.
d. Pemisahan asam
2 ml larutan sabun sunligt Warna larutan menjadi merah.
Ketika di tambahkan H2SO4
3 tetes metyl red 1 ml pekat warnanya menjadi merah
H2SO4 kemudian diaduk, pekat.
dinginkan campuran pada Terbentuknya lemak berwarna
penangas es htam di atas permukaan .
e. Daya emulsi sabun
1. 1 tetes minyak 5 ml air Minyaknya terpisah dengan
larutan.
Warnanya berubah menjadi
2. 1 tetes minyak + 3 ml sabun
keruh dan minyakya menyatu
dengan sabun.
Protein
a. Pengendalian oleh asam
mineral
1. 3 ml albumen 1 ml HNO3 Terjadi pemasakan pada
albumen, tedapat cairan yang
pekat menggumpal berwarna kuning.
Cairannya menggumpal
2. 3 ml albumen 1 ml berwarna putih.
2. H2SO4
Cairannya bergumpal berwarna
3. 3 ml albumen 1 ml HCl hitam.
pekat
b. Pengendapan dengan
pereaksi alkaloid
1. 2 ml albumen di panaskan Terjadinya pemisahan antara
larutan.
2. 3 ml albumen 1 ml Laruta asam asetat menggumpal
kepermukaan.
CH3COOH 10 %
Terjadinya penggumpalan putih.
Karbohidrat
a. Uji fehling
1. 5 ml madu larutan fehling Warna berubah menjadi hijau,
ketka dipanaskan cairannya
lalu dipanaskan sampai mengental dan warnanya tetap
mendidih
Warna berubah menjadi abu-
2. 2 ml larutan fehling + 10 ml
abu, ketika di panaskan tidak
3. susu kemudian di didihkan
ada perubahan (tetap)
b. Membedakan glukosa dan
fruktosa
1. 5 ml madu 2 ml HCl Madu tidak ada perubahan,
warnanya berubah menjadi
pekat dididihkan.
hitam dan larutannya encer.
2. 10 ml susu 2 ml HCl Susu tidak ada perubahan,
cairannya lebih pekat dan
pekat, kemudian didihkan. warnanya tetap.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Minyak dan Sabun
a. Safonifikasi minyak
Pada proses safonifikasi minyak, dimana 3 ml minyak direaksikan dengan
25 ml etanol dan 24 ml NaOH 1 N, minyak menggumpal kepermukaan dan
minyak tidak menyatu diantara ke-2 larutan. Pada saat suhu 55 terdapat
gumpalan yang mulai menyatu saat di tambah H2SO4 pekat dan terjadi letupan
menggumpal kembali dan naik kepermukaan. Hal ini terjadi karena sifat H2SO4
yang tergolong asam kuat dan dan NaOH bersifat basa kuat, dan apabila
dicampur, campuran itu tergolong kedalam suspensi. Dimana sifat suspensi adalah
memiliki dua fase, dapat disaring dan memisah bila didiamkan, karena alasan
inilah campuran dapat terpisah menjadi dua bagian.
b. Uji alkali bebas
Pada proses uji alkali bebas, dimana 5 ml larutan sabun dengan kertas
lakmus dan ditambahkan dengan larutan PP sebanyak 3 tetes, awalnya
menghasilkan kertas lakmus merah dengan warna yang tetap (tidak berubah), dan
pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna menjadi warna biru. Kemudian
ketika penambahan larutan PP sebanyak tiga tetes larutan sabun yang awalnya
berwarna hijau berubah menjadi bening. Hal ini yang menandakan larutan sabun
bersifat basa, karena larutan yang sebelumnya berwarna hijau menjadi warna
bening saat ditetesi larutan PP. Larutan PP adalah sebuah indikator yang
digunakan untuk membuktikan bahwa larutan yang diuji bersifat basa atau tidak.
c. Efek garam terhadap sabun
Berdasarkan percobaan efek garam terhadap sabun. Ketika 5 ml larutan
sabun ditambahkan 2 ml NaCl 25 %, terdapat endapan putih, warna campuran
tersebut berubah menjadi bening kebiruan. Hal ini terjadi karena NaCl adalah
garam jenuh, yang apabila adanya penambahan dengan garan jenuh ini pada
larutan sabun mengakibatkan ternjadinya endapan pada larutan yang berwarna
putih dan warna campuran perlahan berubah menjadi bening kebiruan. Selain itu
penambahan larutan NaCl memberikan efek yang baik pada sunlight karenadapat
meningkatkan busa dan mudah mengikat lemak.
d. Pemisahan asam
Berdasarkan percobaan pemisahan asam, ketika 2 ml larutan sabun
ditambahkan 3 tetes metyl red ditambahkan 1 ml H2SO4 kemudian diaduk dan
didinginkan pada penangas es, warna larutan menjadi merah. Warna merah ini
dihasilkan karena adanya penambahan metyl red pada larutan sabun. ketika
ditambah H2SO4 pekat warnanya menjadi merah pekat dan terbentuknya lemak
berwarna hitam di atas permukaan. Hal ini terjadi karena kelarutan lemak lebih
besar dari pada asam sulfat.
e. Daya emulsi sabun
Pada percobaan daya emulsi sabun terdapat dua rangkai kerja yaitu pada
tabung I langkah kerjanya yaitu dimasukkan 1 tetes minyak ditambah dengan 5 ml
aquades. Sedangkan pada tabung II dimasukkan 3 ml larutan sabun ditambah
dengan 1 tetes minyak. Pada kedua sampel tabung terdapat hasil pengamatan yang
berbeda.
Pada tabung I minyak naik keatas permukaan. Hal ini disebabkan karena
massa jenis minyak lebih kecil dari pada massa jenis air, sehingga air berada
dibagian bawah dan minyak dibagian atas. Selain itu minyak yang merupakan
senyawa nonpolar memang sukar larut dengan air yang mempunyai sifat polar.
Pada tabung II diperoleh hasil pengamatan larutan menyatu dan larutannya
berwarna keruh. Sebelum dibahas terutama kita harus mengetahui apa itu larutan
sabun. Sebun dukenal sebagai bahan pembersih yang dapat mengankat kotoran.
Sabun memiliki struktur yang terbagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan ekor.
Bagian kepala bersifat liofil (hidrofil) dan bersifat polar. Bagian ini lebih suka
berikatan dengan air. Bagian ekor bersifat liofob (bersifat nonpolar). Bagian ekor
ini yang sukar menyatu dengan bahan polar. Sehingga dapat diketahui bahwa
sabun dan minyak dapat bersatu dikarenakan keunikkan dari sifat sabun yang pada
bagian kepalanya ini bersifar polar yang mampu mengikat air ataupun zat yang
bersifat polar dan bagian ekornya dapat mengikat senyawa yang bersifat nonpolar
misalnya pada minyak. Sehingga minyak dan air dapat bersatu (menyatu).
4.2.2 Protein
a. Pengendapan oleh Asam Mineral
Pada percobaan pengendapan oleh asam mineral dari 3 macam percobaan
yaitu :
1. 3 ml albumen + 3 tetes HNO3 pekat
Pada percobaan ini albumen direaksikan dengan asam nitrat (NHO 3) pekat
sehingga menghasilkan reaksi yaitu menggumpalnya albumen yang berwarna
warna kuning dan larutan HNO3 pekat naik keatas permukaan albumen, hal ini
dikarenakan sifat dari asam pekat pada protein dapat menyebabkan terbentuknya
garam dari reaksi asam dengan gugus amino protein. Pengaruh lainnya dapat
terjadi denaturasi irreversible dan diperoleh endapan protein. Hal ini
menyebabkan adanya gumpalan putih.
Selanjutanya ada larutan asam nitrat (HNO 3) pekat yang mengapung
keatas permukaan albumen dikarenakan massa jenis HNO3 pekat lebih kecil dari
pada albumen. Hasil uji adanya pengendapan atau gumpalan atau cincin kuning
menandakan adanya protein yang terdapat pada reaksi albumen dengan HNO3
pekat. Adanya gelembung kecil diatas permukaan dikarenakan albumen yang
direaksikan dengan asam nitrat pekat.
2. 3 ml albumen + 3 tetes HCl pekat
Pada percobaan ini sama dengan percobaan sebelumnya, hanya saja
mengatikan asam pekatnya dengan asam klorida pekat. Hasil yang diperoleh
adalah cairannya menggumpal dengan warna gumpalan putih.
3. 3 ml albumen + 1 ml H2SO4
hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah campurannya menggumpal
dengan warna hitam. Ini dikarenakan adanya pengaruh H2SO4 yang bersifat
asam.
b. Pengendapan dengan reaksi alkaloid
Pada percobaan pengendapan dengan reaksi alkaloid dimana ketika 2 ml
larutan albumen dipanaskan dan 3 ml albumen ditambah dengan 1 ml larutan
CH3COOH 10 % akan terjadi pemisahan antara laruan, asam setat menggumpal
kepermukaan dan terdapat penggumpalan berwarna putih. Terjadinya
penggumpalan dikarenakan adanya denoturasi yang menyebabkan penambahan
senyawa organik yaitu CH3COOH dan gumpalan juga terjadi karena pengaruh
faktor senyawa yang ditambahkan pada albumen.
4.2.3 Karbohidrat
a. Uji fehling
Uji fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula
pereduksi. Karena prinsip kerjanya adalah gravimetri sehingga dengan mudah
dapat ditentukan sampel yang mengandung karbohidrat. Pada percobaan fehling,
ketika 5 ml Madu ditambah 2 ml larutan fehling B, warna berubah menjadi hijau,
ketika dipanaskan cairannya mengental dan warnanya tetap. Hal ini dikarenakan
faktor suhu tidak berpengaruh pada campuran. Sedangkan ketika 10 ml Susu
ditambah dengan 2 ml larutan fehling B warna berubah menjadi abu-abu dan
ketika dipanaskan tidak ada perubahan pada campuran. Hal ini dikarenakan
larutan fehling yang berwarna bening jika dicampurkan dengan susu yang
mengandung fruktosa, yang memiliki gugus aldehida dan keton akan
menghasilkan perubahan warna. Untuk intensitas warna yang dihasilkan pada
fruktosa semakin besar konsentrasi larutan karbohidrat maka warna larutan
semakin pekat dan jumlah endapan semakin banyak. Begitu juga dengan madu
yang mengandung glukosa. Semua monosakarida dan disakarida merupakan gula
pereduksi terhadap fehling. Perubahan warna pada saat dipanaskan yang terjadi
pada glukosa dan fruktosa menjadi merah bata, laktosa merah bata, maltosa merah
bata serta sirup dan madu berwarna merah (Hawab, 2003).
Pada sukrosa larutan berwarna kuning kehijauan dikarenakan pada uji ini
belum terlarut sempurna. Pereaksi fehling ditambahkan karbohidrat pereduksi,
kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan warna dari biru → hijau → kuning
→ kemerah-merahan → dan akhirnya terbentuk endapan merah bata bila jumlah
karbohidrat pereduksinya banyak (sumardjo, 2006).
b. Membedakan glukosa dan fruktosa
pada percobaan membedakan glukosa dan fruktosa, dimana 5 ml Madu di
tambah dengan 2 ml larutan HCl pekat dan kemudian dididihkan. Capuran larutan
ini tidak menunjukkan adanya perubahan pada madu. Setelah dididihkan Madu
yang awalnya kental menjadi cair dan berubah warna menjadi hitam, Hal ini
terjadi dikarenkan fruktosanya terlarut dalam suatu pendispersi HCl, dan
dikarenakan faktor suhu berpengaruh pada campuran antara larutan madu dan
larutan HCl. Sedangkan ketika 10 ml susu ditambah dengan 2 ml HCl pekat dan
kemudian didihkan akan menghasilkan warna yang tidak berubah dan larutan
menjadi lebih pekat. Warna sebelum maupun sesudah dipanaskan tetap bening
dikarenakan faktor HCl yang bersifat asam yang dipadukan dengan susu, sehingga
hasil yang baru tidak diperoleh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Minyak tidak dapat larut dalam air, hal ini dikarenakan perbedaan massa
jenis minyak lebih kecil dari pada massa jenis air. Minyak dapat larut
dengan pelarut organik nonpolar. Sabun merupakan salah satu bersifat
basa. Sabun dapat menjadi larutan yang akan memisahkan keasaman.
2. Albumen (putih telur) akan mengendap dan berubah warna jika
direaksikan dengan larutan yang bersifat asam. Warna putih berasal dari
albumen itu sendiri.
3. Susu mengandung lebih banyak glukosa, hal ini ditandai dengan
bertambah pekatnya larutan susu dan warnanya tidak berubah. Madu
mengandung lebih banyak fruktosa yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi warna kehitaman larutan encer ketika ditambahkan larutan asam.
5.2 Saran
Dalam percobaan protein, larutan H2SO4 pekat dapat diganti dengan
larutan HCl pekat. Sedangkan putih telur dapat diganti dengan kacang almond,
kacang kedela dan tempe.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PENYELESAIAN
Protein
1. apa yang dimaksud dengan denatorasi protein?
Jawab:
Denaturasi protein adalah perubahan struktur protein dikarenakan adanya
kerusakan atau putusnya sebagian ikatan ikatan dalam protein yang disebabkan
oleh faktor luar misalnya oleh pemanasan/suhu tinggi, perubahan pH yang
ekstrim, perlakuan mekanik tertentu, atau penambahan zat kimia tertentu, dan
faktor2 lain.
Adanya ion fitter menyebabkan asam amino dapat bersifat asam maupun
basa (amfoter).
3. apa dan bagaimana yang disebut dengan endapan reversible?
Jawab:
Endapan reversibel atau mampu balik adalah suatu proses dimana system
dan semua bagian dari sekelilingnya dapat kembali kepada keadaan-keadaannya
yang awal setelah berlangsungnya suatu proses. Yang dikatakan dengan endapan
reversibel adalah suatu endapan yang sudah mengalami proses dapat membalik
atau kembali kepada keadaan semula seutuhnya.
Karbohidrat
1. gambar rumus bangun dari glukosa dan fruktosa
Jawab:
Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang
memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh. Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan
yang larut dalam air (aquades antioxidant). Kadar adalah kandungan, kepekatan,
atau konsentrasi dan umumnya dinyatakan dalam suatu satuan kuantitas per
satuan volume atau bobot.Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar
vitamin C dalam tablet vitamin C, tomat, dan jeruk. Sari jeruk ditambahkan 3 ml
HCl 4N, 10 ml KI 0,1N, dan 3 tetesan indikator PP lalu dititrasi dengan Na2S2O3
0,25 N. Sari tomat 10 ml ditambahkan 3ml HCl 4 N, 10 ml KI 0,1 N, dan 3
tetesan indikator PP lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,25 N. 2,5 gram tablet vitamin
C dihaluskanlaludilarutkan dengan 100 ml aquades kemudian ditambahkan 3 ml
HCl4 N, 10 ml KI 0,1 N dan 3 tetesan indikator PP lalu ditritasi dengan Na2S2O3
0,25 N. Volume titran yang didapat dari sari jeruk, sari tomat, dan tablet vitamin
C adalah 2,1 ml, 1 ml, dan 2 ml. Kadar vitamin C yang diperoleh dalam sari jeruk
yaitu 4,62 %, dalam sari tomat yaitu 2,2 %, dan dalam tablet vitamin C yaitu 4,4
%. Semakintinggi volume titransemakintinggikadar vitamin C yang didapat.
2.1 Vitamin C
Vitamin merupakan mikronutrien organik esensial. Nama vitamin pertama
kali digunakan bagi mikronutrien organik spesifik yang dibutuhkan untuk
mencegah penyakit kekurangan gizi yang di sebut beri-beri, selain itu juga untuk
menjegah terjadi nya sariawan, dan lain sebagainya. Karena faktor ini mempunyai
sifat-sifat suatu arin, maka Casimir Funk,seorang ahli biokimia Polandia
menyebutnya vitamine. Kemudian setelah sejumlah mikronutrien organik esensial
lainnya ditemukan huruf “e”,ditiadakan karena ditemukan bahwa tidak semua
vitamin merupakan amin.
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam
air (aquades antioxidant ). Vitamin C merupakan bagian dari sistem pertahanan
tubuh terhadap senyawa oksigen reaktan dalam plasma dan sel. Vitamin C
berbentuk kristal putih dan rumus molekul C 6H8O6. Vitamin C mudah teroksidasi
secara reversibel membentuk asam dehidro L-asam askorbat dan kehilangan 2
atom hydrogen (Fessenden, 1999).
Vitamin (bahasa inggris : vitamine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin C
dalam keadaan kering cukup stabil tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah
rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas
(oksidasi).
Vitamin C larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk
menjaga kesehatan. Vitamin C juga di kenal dengan nama kimia dari bentuk
utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena
sangat mudah teroksidasi dengan panas, cahaya dan logam. Oleh karena itu
penggunaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai.
Vitamin C atau asam askorbat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang
disebut Vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal
kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan.
3.1.2. Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Tablet vitamin C 1 gr
2. Sari jeruk dan tomat
3. Aquades
4. Larutan N2S203 0,01 N
5. Indikator Amilium 3 tetes
6. HCl 4N
7. KI 2%
4.1 Hasil
Adapun hasil dan pembahasan dari percobaan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Menentukan Kadar Vitamin C
NO Cara Kerja. Hasil Pengamatan
Sari jeruk
Sari jeruk 10 ml+Aquadest Warna kuning
2 Sari Tomat
Volume : 16,8
3 Vitamin C
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sari Jeruk
Pada percobaan dengan sampel sari jeruk, berlangsung dengan baik yang
ditandai dengan hasil titrasi yang berupa perubahan warna pada larutan yang
sebelumnya orange pekat menjadi kuning pucat. Hal ini terjadi karena pengikatan
molekul terhadap sari jeruk. Zat titran yang dihabiskan adalah sebanyak 2,1 ml.
setelah dititrasi dengan Na2S2O3 dengan volume titrasinya 10,5 ml mereduksi
kelebihan iodium pada asam askorbat. Dan volume setelah titrasi 10,7 ml lebih
banyak dari pada tablet vitamin C yang hanya memiliki volume 8,7 ml setelah
dititrasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sumber vitamin C sangat mempengaruhi penentuan kadar vitamin C
Pada saat titrasi.
2. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air.
3. Sumber vitamin C sangat mempengaruhi penentuan kadar vitamin C
Pada saat titrasi.
4. Semakin tinggi volume titran maka semakin besar kadar vitamin C yang
didapat.
5. Kadar vitamin C dalam tablet vitamin C adalah 0,76%
6. Kadar vitamin C dalam sari jeruk nipis adalah 0,28%
7. Kadar vitamin C dalam sari tomat adalah 0,4 %
5.2 Saran
Praktikan harus melakukan percobaan ini dengan teliti agar mendapatkan
hasil yang akurat dan bimbingan dari asisten sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, 1994. Kimia Analisa Kuantitatif. Anorganik. Edisi 4. Jakarta
Fessenden, 1999. Kimia Organik. Edisi 3. Erlangga : Jakarta
Isfan, Anshary. 1990. Kimia 1. Erlangga : Jakarta
Suminar, Hart. 1990. Kimia organik, Edisi 4. Erlangga : Jakarta
http://bisakimia.com diakses pada tanggal 13 Juni 2020
http://id.m.wikipedia org/wiki/titrasi diakses pada tanggal 13 Juni 2020
http://repository.unimus.ac.id diakses pada tanggal 13 Juni 2020
http://www.chemistrick.com diakses pada tanggal 13 Juni 2020
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
2. Sari Tomat
Volume : 16,8
3. Vitamin C
1. Sari Jeruk
Dik : V Na2S2O3 = 10,7 ml = 0,0107 l
N Na2S2O3 = 0,01 N
BE asam askorbat = 88 gr/mol
Bobot awal = 10 ml
= 3,3 gram
Dit : Kadar vitamin C dalam jeruk nipis?
Jawab: Bobot vitamin c = V Na2S2O3 × N Na2S2O3 × BE asam askorbat
= 0,0107 l × 0,01 N× 88gr/mol
= 0,0094 gram
= × 100 %
= 0,28 %
2. Sari Tomat
Dik : V Na2S2O3 = 16,8 ml =0,0168 l
N Na2S2O3 = 0,01N
BE Asam askorbat = 88gr/mol
Bobot berat awal = 10ml
= 10ml× = 3,3gr
= × 100 %
= 0,4 %
3. Tablet Vitamin C
Dik : V Na2S2O3 = 8,7 ml =0,0087 l
N Na2S2O3 = 0,01 N
BE Asam askorbat = 88gr/mol
Bobot berat awal = 10ml
= 10ml× = 3,3gr
= × 100 %
= 0,76 %
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
OH OH OH
H C
OH C OH
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)
2.1 Esterifikasi
Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi untuk menghasilkan ester. Ester
merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah
asam karboksilat mengandung gugus –OOH, dan pada sebuah ester hidrogen
digugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis (Egon
S, 2015).
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus
–CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, suatu
reaksi yang disebut reaksi esterifikasi. Esterifikasi berkatalis asam dan merupakan
reaksi yang reversibel (Carey, 1993).
Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH
yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion H +.Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut
esterifikasi (Setiawan, 2014).
Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering
digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala industri,
etil asetat di produksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH 3COOH) dan
etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4) (Setiawan,
2014).
Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus
-COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan
sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil
sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti
fenil (Setiawan, 2014).
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol
danasam karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan
daripengesteran. Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi –COOR adalah
alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester
turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional
digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate (Setiawan, 2014)
3.1. Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Etanol 30 ml
2. H2SO4 Pekat 2 ml
3. Na2CO310% 10 ml
4. CaCl2 anhidrat 3 gram
5. CH3COOH glasial 10 ml
4.1 Hasil
Dari percobaan yang kami lakukan didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Esterifikasi
No. Cara Kerja Hasil Pengamatan
1. 30 ml Etanol + 10 ml - Warna campuran bening
Asam Asetat + 2 ml Asam - Terasa panas
sulfat
2. Campuran direfluks - Menghasilkan ester
dengan suhua 91,9 ⁰C dan - Warna yang dihasilkan
125 Rpm bening
selama 35 menit - Suhu menjadi 93,8 ⁰C
3. Hasil desilat ditimbang - Berat destilat sebesar 15,99
gram
- Berwarna bening
4. Desilat dimasukkan - Berwarna keruh diatas
kedalam corong pemisah + - Terbentuk 2 lapisan ,alpisan
10 ml Natrium Karbonat atas Natrium Karbonat dan
20% lalu kocok secara lapisan bawah ester
perlahan
5. Pisahkan ester kemudian Massa ester adalah 4,63 gram.
kemudian timbang berat
ester
4.2 Pembahasan
Pembuatan ester dalam percobaan ini mereaksikan etanol dan asam asetat
dengan katalis asam klorida dan asam sulfat dengan wujud berupa cairan tak
berwarna dan memiliki aroma khas seperti balon. Reaksi yang terjadi dapat dilihat
sebagai berikut :
2.16 g/ sedangkan etil asetat 0.902 g/ . Selain itu, kepolaran juga sangat
mempengaruhi terjadinya pemisahan lapisan ini, dimana garam natrium dalam air
ini bersifat polar sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan (etil
asetat) bersifat non polar. Berdasarkan sifat kelarutannya, senyawa polar tidak
akan larut dalam pelarut non polar dan begitu pula sebaliknya..dan tujuan
selanjutnya adalah untuk menetralkan ester dengan cara mengikat ion-ion H+ yang
sebelumnya diperoleh dari katalisnya yang bersifat asam dan juga dari reaktannya
yaitu asam karboksilat. Na2CO3 juga merupakan pelarut ion karena merupakan
elektrolit yang kuat. Hasilnya akan terbentuk dua lapisan yang diakibatkan oleh
perbedaan densitas antara larutan ester dengan lapisan larutan Na2CO3 yang
memiliki massa jenis 2.54g/ . lapisan bawah akan mengandung Na2CO3, zat
pengotor, sisa pengotor, sisa pereaksi dan pembawa asam, sedangkan lapisan atas
merupakan larutan yang lebih kecil densitasnya yaitu ester dan air(Styaningrum,
2013). setelah ester dipisahkan dan ditimbang dan didapat massa ester adalah 4,63
gram.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Berat ester yang didapat sebanyak 4,63 gram.
2. Fungsi penambahan Na2CO3 adalah untuk menetralkan ester.
3. Fungsi H2SO4 adalah sebagai katalis.
4. Ester berwana keruh dan memiliki aroma yang sangat khas.
5.2 Saran
1. Untuk memperoleh hasil yang maksimal,maka akses reaktan perlu
diperbesar. Mol reaktan berlebih dan mol reaktan pembatas diperbesar.
2. Pada pembuatan ester kita harus menjaga suhunya agar konstan, karena
apabila suhu reaktan terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka ester yang ingin
kita buat tidak akan terbentuk dengan sempurna.
3. Lebih memahami lagi berbagai hal tentang proses esterifikasi
4. Dalam pemasangan alat harus dilakukan dengan benar karena pada saat
destilasi apabila pemasangan kondensor tidak rapat, maka etil asetat akan
menguap sehingga hasil yang didapat akan sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Jawab: =
V=
=
= 11,1 l
Maka volume pada stp
= 0,49 l
= 490 ml
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT