Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Laboratorium


Praktikum Kimia Organik

Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)

M. Hekal Safarur NIM. 180140200


Khalida Afra NIM. 190140116
Aden Syahrullah Tarigan NIM. 190140117
Ika Nurdiah NIM. 190140133

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
REAKSI-REAKSI UMUM SENYAWA ORGANIK

Diajukan untuk memenuhi laporan akhir praktikum Kimia Organik

Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)

M. Hekal Safarur NIM. 180140200


Khalida Afra NIM. 190140116
Aden Syahrullah Tarigan NIM. 190140117
Ika Nurdiah NIM. 190140133

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
ABSTRAK

Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antara senyawa kimia yang
mengakibatkan perubahan struktur dan molekul. Minyak merupakan senyawa
trigliseirda atau trigliserol, yang berarti trimester dari gliserol. Protein adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Sabun
adalah logam alkali pada asam lemak. Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida
yang menghasilkan senyawa-senyawa ketika dihidrolisis. Dimana tujuan dari
praktikum ini untuk menentukan sifat-sifat dari lemak, minyak, sabun, protein dan
karbohidrat. Untuk menentukan sifat minyak, pada praktikum ini diuji dengan
cara safonifikasi minyak. Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini
adalah mereaksikan minyak dengan etanol didalam erlenmeyer ,larutan sabun
dengan indikator PP, albumen dengan larutan asam, dan susu dengan larutan
fehling B. Hasil yang diperoleh adalah minyak mengapung keatas permukaan
karena proses pemanasan, Sabun diuji dengan lakmus dan dihasilkan lakmus
merah menjadi biru yang memandakan sabun bersifat basa, Albumen dengan
larutan asam menghasilkan endapan yang menanadakan asam dapat
mengendapkan alkaloid dan protein, susu dan madu menjadi lebih kental ketika
direaksikan dengan asam. Dari percobaan dapat disimpulkan Minyak tidak dapat
larut dengan air karena perbedaan massa jenis, dan Pada uji fehling, apabila
dipanaskan akan menimbulkan warna yang bergantung pada senyawa yang
direaksikan.

Kata kunci : Karbohidrat, Lemak, Minyak, Protein, Sabun


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Pratikum : Reaksi-Reaksi Umum Senyawa Organik


1.2 Tanggal Pratikum :-
1.3 Pelaksana Pratikum : 1. M. Hekal Safarur NIM.180140200
2. Aden Syahrullah Tarigan NIM.190140117
3. Khalida Afra NIM.190140116
4. Ika Nurdiah NIM.190140133

1.4 Tujuan Pratikum : a. Menentukan sifat-sifat dari lemak, minyak, dan


sabun
b. Mempelajari sifat-sifat protein
c. Mengamati sifat-sifat dari karbohidrat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaksi-Reaksi Umum Senyawa Organik


Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antara senyawa kimia yang
mengakibatkan perubahan struktur dan molekul. Dalam suatu reaksi terjadi proses
ikatan dimana senyawa pereaksi bereaksi menghasilkan senyawa baru (produk).
Dalam ilmu kimia reaksi itu merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-
sifat kimia dari satu atau berbagai jenis zat. Sifat-sifat kimia kemudian dicatat
sebagai data kuantitatif (Telaumbanua, 2016).
Reaksi kimia dideskripksikan dengan notasi yang dinamakan persamaan
kimia (chemical equation). Satu atau lebih zat, yang dinamakan reaktan (reactan)
atau reagen (reagent), dapat bereaksi membentuk satu atau lebih zat lain, yang
disebut produk (product). Suatu persamaan kimia menjelaskan reaksi kimia dalam
berbagai cara sebagaimana rumus empiris mendeskripsikan senyawa. Persamaan
tidak saja menjelaskan zat mana yang bereaksi, tetapi juga jumlah relatif atau mol
reaktan dan produk. Untuk memperlihatkan hubungan kuantitatiaf, persamaan
harus seimbang (balanced). Artinya, jumlah atom dari setiap unsur yang dipakai
dan yang dihasilkan harus sama, kecuali persamaan khusus yang menggambarkan
reaksi inti. Jadi hukum konservasi massa harus dipatuhi, demikian juga hukum
konservasi atom (Maulydia, 2016)

Tujuan percobaan reaksi-reaksi kimia adalah untuk mengetahui dan mempelajari


jenis dan sifat (sifat kimia dan fisika) dari zat yang direaksikan, serta untuk
mencari rumus senyawa dan koefisien reaksi dari senyawa dengan cara
mereaksikan dua buah zat atau lebih yang dibuktikan dengan adanya perubahan
warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan (Telaumbanua, 2016).
Reaksi-reaksi senyawa organik pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi reaksi substitusi, adisi, eliminasi, oksidasi, dan reduksi dan esterifikasi.
1. Reaksi Substitusi
Reaksi yang berlangsung karena pergantian (substitusi) satu atom atau
gugus atom dalam suatu senyawa oleh atom atau gugus atom lain disebut reaksi
substitusi (Suja, 2003). Reaksi substitusi dapat terjadi pada substrat karbon yang
bermuatan positif (karbonium) dengan spesi yang menyenangi muatan positif atau
spesi yang kelebihan elektron (muatan negatif) atau yang dikenal dengan
nukleofil, sehingga reaksi yang terjadi disebut dengan reaksi substitusi nukleofilik
(SN). Selain itu, reaksi substitusi juga dapat terjadi pada substrat karbon yang
menyenangi muatan negatif atau spesi yang kekurangan elektron (muatan positif)
atau yang dikenal dengan elektrofil, sehingga reaksi yang terjadi dikenal dengan
reaksi substitusi elekrofilik (SE) (Frieda, 2004).
2. Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah penambahan senyawa tertentu pada senyawa tek jenuh.
Reaksi ini lebih mudah berlangsung dari pada reaksi-reaksi substitusi pada
senyawa tak jenuh terdapat ikatan yang tidak stabil, maka mudah mengikat atom
yang lain (Keenan, 1987).
3. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi merupakan reaksi yang digunakan untuk mengahasilkan
ikatan rangkap, sehingga dapat dikatakan kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi
eliminasi ikatan tunggal diubah menjadi ikatan rangkap dengan dengan
mengeliminasi dua gugus yang berdekatan. Pada reaksi eliminasi, dua atau empat
atom gugus yang terikat pada atom berdekatan dari molekul subsubtrat akan
dieliminir, sehingga terbentuk ikatan rangkap. Reaksi eliminasi dalam senyawa
organik akan bersaing dengan reaksi substitusi nukleufilik, sehingga nantinya
akan terbentuk dua produk yaitu produk mayor dan produk minor yang mengikuti
aturan sayzeff (produk utama yang dihasilkan adalah alkena tersubstitusi lebih
banyak) dan akan bergantung dari kekuatan pereaksi dan pelarutnya. Reaksi
eliminasi terdiri dari reaksi eliminasi bimolekuler (E 2) dan reaksi eliminasi
unimolekuler (E1) (suja & muderawan, 2003).
4. Reaksi Oksidasi-Reduksi (Redoks)
Dalam reaksi oksidasi-reduksi (atau redoks), electron berpindah di antara
spesies-spesies yang bereaksi sewaktu mereka berkombinasi membentuk produk.
Pertukaran ini sebagai perubahan bilangan oksidasi reaktan: bilangan oksidasi
spesies yang memberikan electron meningkat, sedangkan spesies yang menerima
elektron menurun. Penentuan bilangan oksidasi dan metode perhitungannya.
5. Reaksi Esterifikasi
Ester adalah senyawa- senyawa hasil reaksi asam karboksilat dengan
alkohol. Reaksi pembentukan ester disebut esterifikasi (pengesteran). Zat-zat
pengharum (essen) yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan tidak lain adalah
ester. Pada buah-buahan keharumannya tergantung dari ester yang terkandung di
dalamnya. Gugus fungsional asam karboksilat adalah gugus karboksil, yang
hidrogennya bersifat asam lemah (Halim, 1990).

2.2 Minyak
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organic yang tidak
larut/ dicampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dala pelarut organic. Ada sifat
tambahan lain yang dikenal awam: terasa licin apabila dipegang. Dalam arti
sempit, kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi (fetroleum) atau produk
olahannya minyak tanah (ferosena). Namun demikian, kata ini sebenernya berlaku
luas baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya minyak
goreng), sebagai bahan bakar (minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya minyak
rem), aebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai wangi wangian
(misalnya minyak nilam).
Minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, yang berarti
trimester dari gliserol. Jadi minyak juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis
minyak adalah asam karboksilat dan griserol. Asam karboksilat ini juga disebut
asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang (Respati, 1986).

2.3 Jenis-Jenis Minyak


Dilihat dari asalnya terdapat dua golongan besar minyak: minyak yang
dihasilkan tumbuh-tumbuhan (minyak nabati) dan hewan (minyak hewani), dan
minyak yang diperoleh dari kegiatan penambangan (minyak bumi).
Minyak tumbuhan dan hewan:
Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid. Dari sudut
pandang kimia, minyak kelompok ini sama saja dengan lemak. Minyak dibedakan
dari lemak berdasarkan sifat fisiknya pada suhu ruang: minyak berwujud cair
sedangkan lemak berwujud padat. Penyusunnya bermacam-macam, tetapi yang
banyak dimanfaatkan orang hanya yang tersusun dari dua golongan saja
Gliserida dan atau asam lemak, yang mencakup minyak makanan (minyak
masak atau minyak sayur serta minyak ikan), bahan baku industri sabun, bahan
campuran minyak pelumas, dan bahan baku biodiesel. Golongan ini biasanya
berwujud padat atau cair pada suhu ruang tetapi tidak mudah menguap. berasal
dari tumbuhan, dan dianggap memiliki khasiat penyembuhan (aromaterapi).
Kelompok minyak ini memiliki aroma yang kuat karena sifatnya yang mudah
menguap pada suhu ruang (sehingga disebut juga minyak "aromatik").
Beberapa minyak tumbuhan lainnya yang banyak digunakan:
1. Minyak ikan, kaya DHA, baik untuk kerja otak
2. Margarin, bentuk padat karena perubahan cis menjadi transfer
3. Biodiesel, bahan akar ramah lingkungan (Petrucci, Kimia Dasar 1999).

2.4 Minyak Bumi


Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat organik, tetapi
komponen pokoknya adalah hidrokarbon. Minyak bumi disebut juga minyak
mineral karena diperoleh dalam bentuk campuran dengan mineral lain. Minyak
bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langsung dari hewan atau tumbuhan,
melainkan dari fosil. Karena itu, minyak bumi dikatakan sebagai salah satu dari
bahan bakar fosil. Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak bumi
merupakan zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi
merupakan zat anorganik yang dihasilkan secara alami di dalam bumi. Namun,
pandangan ini diragukan secara ilmiah karena hanya memiliki sedikit bukti yang
mendukung (Respati, 1986).
2.5 Analisis untuk Lemak dan Minyak
Jenis-jenis lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya,
Pengujian sifat-sifat lemak dan minyak ini meliputi:
a. angka penyabunan
b. angka ester
c. angka iodin
d. angka Reichert Meissel
Pengujian untuk menentukan kualitas minyak, seperti:
a. angka asam
b. angka peroksida
c. angka asam thiobarbiturat (TBA)
d. kadar minyak (Petrucci,Kimia Dasar 1999).
2.6 Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak yang disebut
batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah
meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih. Dinegara berkembang, detergent sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam
yaitu :
1. Sabun cair
Dibuat dari minyak kelapa, alkali yang digunakan KOH dan bentuk cair
dan tidak mengental dalam suhu kamar.
2. Sabun lunak
Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan
yang tidak jernih, alkali yang dipakai KOH, bentuk pasta dan mudah larut dalam
air.
3. Sabun keras
Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan
dengan proses hidrogenasi, alkali yang dipakai NaOH dan sukar larut dalam air
(Respati, 1986).

2.7 Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,
lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup.
Protein tersusun oleh asam-asam amino yang saling berkaitan. Asam amino
adalah suatu golongan senyawa karbon yang setidak-tidaknya mengandung suatu
gugus karboksil (-COO) dan mengandung gugus amino (NH2). Satu molekul asam
amino dapat terjadi perpindahan proton dari gugus karboksilat ke gugus amino
sehingga terbentuk gugus NH dan COO- yang disebut ion kembar atau ion fitter.
Adanya ion fitter menyebabkan asam amino dapat bersifat asam maupun basa
(amfoter).
Asam amino dapat bersifat amfoter yaitu dapat bersifat sebagai asam dan
memberikan proton ke basa kuat atau dapat bersifat basa dan menerima basa juga
menerima dari sebuah asam kuat. Sebagian besar asam amino dalam organisme
adalah asam amino yang terdapat pada atom karbon yang selanjutnya menjadi
gugus fungsional asam karboksilat Karena struktur dasar amino tertentu
menetapkan identitasnya dengan sifat gugus rantai sampingnya atau R. karena
kerangka kovalen protein adalah tetap ada mengenai fungsi karboksilat asam
amino, maka gugus R yang memberi suatu kedudukan bagi sifat-sifat fisika dan
kimia kedalam protein.
Rantai utama yang menghubungkan atom C-C-C disebut rantai kerangka
protein, sedangkan atom atom disebelah kanan disebut gugus R akan
membedakan molekul protein satu sama lain (Suminar, 1990).
2.8 Karbohidrat
Karbohidrat adalah segolongan besar senyawa organik yang paling
melimpah dibumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh mahluk
hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan
(misalnya pati padatumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun
(misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses
fontositesis tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil-keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa senyawa bila
dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida
atau keton) dan banyak gugus hidroksil.
Untuk molekul karbohidrat saling dan paling sederhana terdiri dari satu
molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa
dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul
gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-
cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin dan selulosa. Selain
monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa dan polisakarida,
terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida
(rangkaian beberapa monosakarida (Ratih, 1999).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Tabung reaksi 5 unit
2. Gelas kimia 1 unit
3. Gelas ukur 25 ml 1 unit
4. Pipet volume 1 unit
5. Pipet tetes 1 unit
6. Penangas air 1 unit
7. Rak tabung reaksi 1 unit
8. Erlenmeyer 1 unit

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Minyak
2. Larutan NaOH
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Larutan sabun
5. Larutan NaCl 25%
6. Kertas lakmus
7. Indikator PP
8. Albumen
9. Larutan HNO3 pekat
10. Etanol
11. Larutan HCL pekat
12. Larutan CH3COOH 10 %
13. Larutan fehling
14. Methyl red
15. Madu
16. Susu

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
3.2.1 Minyak dan sabun
a. Safonifikasi minyak
1. Dimasukkan 3 ml minyak, ditambahkan 25 ml etanol, ditambahkan 24 ml
NaOH ke dalam gelas erlemeyer.
2. Campuran dipanaskan, selama 15 menit.
3. Campuran dipanaskan sampai terbentuk larutan dan ditambahkan sedikit
air.
4. Ditambahkan 5 ml H2SO4 dengan hati-hati

b. Uji alkali bebas


1. Dimasukkan 5 ml larutan sabun sunlight, ditambahkan 3 tetes larutan PP
di dalam tabung reaksi dan dicatat hasilnya.
2. Diuji dengan kertas lakmus dan dicatat hasilnya.

c. Efek garam terhadap sabun


1. Didalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan sabun, ditambahkan 2 ml
larutan NaCl 25 %, dikocok dengan baik.
2. Diperhatikan terjadinya efek garam.

d. Pemisahan Asam
1. Didalam tabung reaksi, dimasukkan 2 ml larutan sabun sunligt,
ditambahkan 3 tetes metyl red, ditambahkan 1 ml H2SO4 2 % .
2. Didinginkan campuran tersebut didalam penangas es dan diamti.
e. Daya emulsi sabun
1. Didalam tabung reaksi, dimasukkan 1 tetes minyak, ditambahkan 5 ml air.
2. Didalam tabung reaksi ke-2, dimasukkan 1 tetes minyak, ditambahkan 3
ml larutan sabun

3.2.2 Protein
a. Pengendapan oleh asam mineral
1. Didalam tabung reaksi, ditambahkan 3 ml albumen, ditambahkan 1 ml
HNO3 pekat lalu dikocok.
2. Percobaan tersebut diulangi dengan menggunakan 3 ml albumen dan 1 ml
H2SO4 pekat.
b. Pengendapan dengan pereaksi alkaloid
1. Didalam tabung reaksi, dimasukkan 2 ml albumen lalu dipanaskan dan
catat hasilnya.
2. Percobaan tersebut diulangi dengan menggunakan 3 ml albumen ditambah
1 ml CH3COOH 10%.

3.2.3 Karbohidrat
a. Uji fehling
1. Dimasukkan 5 ml madu, ditambahkan larutan fehling B didalam gelas
kimia, lalu dipanaskan sampai mendidih.
2. Dimasukkan 10 ml susu, ditambahkan 2 ml fehling B didalam gelas kimia.
Lalu dipanaskan sampai mendidih.

b. Membedakan glukosa dan fruktosa


1. Dimasukkan 5 ml madu, ditambahkan 2 ml HCl pekat didalam gelas
kimia, kemudian dididihkan.
2. Dimasukkan 10 ml susu, ditambahkan 2 ml HCl pekat didalam gelas
kimia, kemudian dididihkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Percobaan Analisa Reaksi-Reaksi Umum Senyawa Organik
NO Cara kerja Hasil pengamatan
Minyak dan Sabun
a. Safonifikasi minyak
3 ml minyak 25 ml etanol  Minyak mengapung
kepermukaan
24 ml H2SO4
 Minyak tidak larut diantara ke-2
larutan
 Saat dipanaskan, gelembung
minyak tersebut menepi
kepinggir dan membentuk
gelembung besar.
 Setelah ditambah H2SO4 pekat
terdapat gumpalan tersebut
mulai menyatu pada suhu 55
 Terjadinya letupan pada reaksi
tersebut
 Pada suhu 79 minyak
tersebut menggumpal kembali
1. dan naik kepermukaan.
b. Uji alkali bebas
5 ml larutan sabun 3 tetes  Kertas lakmus merah, tidak
terjadi perubahan warna.
larutan PP kertas lakmus  Kertas lakmus biru, terjadinya
merah dan biru perubahan warna (merah).
 Pada larutan pp warna sabun
sunlight berubah menjadi
bening.
c. Efek garam terhadap sabun
5 ml larutan sabun 2 ml  Terjadinya endapan pada sabun
sunlight.
NaCl 25 %
 Warna endapan putih dan
larutan bening kebiruan.
d. Pemisahan asam
2 ml larutan sabun sunligt  Warna larutan menjadi merah.
 Ketika di tambahkan H2SO4
3 tetes metyl red 1 ml pekat warnanya menjadi merah
H2SO4 kemudian diaduk, pekat.
dinginkan campuran pada  Terbentuknya lemak berwarna
penangas es htam di atas permukaan .
e. Daya emulsi sabun
1. 1 tetes minyak 5 ml air  Minyaknya terpisah dengan
larutan.
 Warnanya berubah menjadi
2. 1 tetes minyak + 3 ml sabun
keruh dan minyakya menyatu
dengan sabun.
Protein
a. Pengendalian oleh asam
mineral
1. 3 ml albumen 1 ml HNO3  Terjadi pemasakan pada
albumen, tedapat cairan yang
pekat menggumpal berwarna kuning.
 Cairannya menggumpal
2. 3 ml albumen 1 ml berwarna putih.
2. H2SO4
 Cairannya bergumpal berwarna
3. 3 ml albumen 1 ml HCl hitam.
pekat
b. Pengendapan dengan
pereaksi alkaloid
1. 2 ml albumen di panaskan  Terjadinya pemisahan antara
larutan.
2. 3 ml albumen 1 ml  Laruta asam asetat menggumpal
kepermukaan.
CH3COOH 10 %
 Terjadinya penggumpalan putih.
Karbohidrat
a. Uji fehling
1. 5 ml madu larutan fehling  Warna berubah menjadi hijau,
ketka dipanaskan cairannya
lalu dipanaskan sampai mengental dan warnanya tetap
mendidih
 Warna berubah menjadi abu-
2. 2 ml larutan fehling + 10 ml
abu, ketika di panaskan tidak
3. susu kemudian di didihkan
ada perubahan (tetap)
b. Membedakan glukosa dan
fruktosa
1. 5 ml madu 2 ml HCl  Madu tidak ada perubahan,
warnanya berubah menjadi
pekat dididihkan.
hitam dan larutannya encer.
2. 10 ml susu 2 ml HCl  Susu tidak ada perubahan,
cairannya lebih pekat dan
pekat, kemudian didihkan. warnanya tetap.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Minyak dan Sabun
a. Safonifikasi minyak
Pada proses safonifikasi minyak, dimana 3 ml minyak direaksikan dengan
25 ml etanol dan 24 ml NaOH 1 N, minyak menggumpal kepermukaan dan

minyak tidak menyatu diantara ke-2 larutan. Pada saat suhu 55 terdapat

gumpalan yang mulai menyatu saat di tambah H2SO4 pekat dan terjadi letupan

pada reaksi tersebut. Kemudian pada suhu 79 terdapat minyak yang

menggumpal kembali dan naik kepermukaan. Hal ini terjadi karena sifat H2SO4
yang tergolong asam kuat dan dan NaOH bersifat basa kuat, dan apabila
dicampur, campuran itu tergolong kedalam suspensi. Dimana sifat suspensi adalah
memiliki dua fase, dapat disaring dan memisah bila didiamkan, karena alasan
inilah campuran dapat terpisah menjadi dua bagian.
b. Uji alkali bebas
Pada proses uji alkali bebas, dimana 5 ml larutan sabun dengan kertas
lakmus dan ditambahkan dengan larutan PP sebanyak 3 tetes, awalnya
menghasilkan kertas lakmus merah dengan warna yang tetap (tidak berubah), dan
pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna menjadi warna biru. Kemudian
ketika penambahan larutan PP sebanyak tiga tetes larutan sabun yang awalnya
berwarna hijau berubah menjadi bening. Hal ini yang menandakan larutan sabun
bersifat basa, karena larutan yang sebelumnya berwarna hijau menjadi warna
bening saat ditetesi larutan PP. Larutan PP adalah sebuah indikator yang
digunakan untuk membuktikan bahwa larutan yang diuji bersifat basa atau tidak.
c. Efek garam terhadap sabun
Berdasarkan percobaan efek garam terhadap sabun. Ketika 5 ml larutan
sabun ditambahkan 2 ml NaCl 25 %, terdapat endapan putih, warna campuran
tersebut berubah menjadi bening kebiruan. Hal ini terjadi karena NaCl adalah
garam jenuh, yang apabila adanya penambahan dengan garan jenuh ini pada
larutan sabun mengakibatkan ternjadinya endapan pada larutan yang berwarna
putih dan warna campuran perlahan berubah menjadi bening kebiruan. Selain itu
penambahan larutan NaCl memberikan efek yang baik pada sunlight karenadapat
meningkatkan busa dan mudah mengikat lemak.
d. Pemisahan asam
Berdasarkan percobaan pemisahan asam, ketika 2 ml larutan sabun
ditambahkan 3 tetes metyl red ditambahkan 1 ml H2SO4 kemudian diaduk dan
didinginkan pada penangas es, warna larutan menjadi merah. Warna merah ini
dihasilkan karena adanya penambahan metyl red pada larutan sabun. ketika
ditambah H2SO4 pekat warnanya menjadi merah pekat dan terbentuknya lemak
berwarna hitam di atas permukaan. Hal ini terjadi karena kelarutan lemak lebih
besar dari pada asam sulfat.
e. Daya emulsi sabun
Pada percobaan daya emulsi sabun terdapat dua rangkai kerja yaitu pada
tabung I langkah kerjanya yaitu dimasukkan 1 tetes minyak ditambah dengan 5 ml
aquades. Sedangkan pada tabung II dimasukkan 3 ml larutan sabun ditambah
dengan 1 tetes minyak. Pada kedua sampel tabung terdapat hasil pengamatan yang
berbeda.
Pada tabung I minyak naik keatas permukaan. Hal ini disebabkan karena
massa jenis minyak lebih kecil dari pada massa jenis air, sehingga air berada
dibagian bawah dan minyak dibagian atas. Selain itu minyak yang merupakan
senyawa nonpolar memang sukar larut dengan air yang mempunyai sifat polar.
Pada tabung II diperoleh hasil pengamatan larutan menyatu dan larutannya
berwarna keruh. Sebelum dibahas terutama kita harus mengetahui apa itu larutan
sabun. Sebun dukenal sebagai bahan pembersih yang dapat mengankat kotoran.
Sabun memiliki struktur yang terbagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan ekor.
Bagian kepala bersifat liofil (hidrofil) dan bersifat polar. Bagian ini lebih suka
berikatan dengan air. Bagian ekor bersifat liofob (bersifat nonpolar). Bagian ekor
ini yang sukar menyatu dengan bahan polar. Sehingga dapat diketahui bahwa
sabun dan minyak dapat bersatu dikarenakan keunikkan dari sifat sabun yang pada
bagian kepalanya ini bersifar polar yang mampu mengikat air ataupun zat yang
bersifat polar dan bagian ekornya dapat mengikat senyawa yang bersifat nonpolar
misalnya pada minyak. Sehingga minyak dan air dapat bersatu (menyatu).

4.2.2 Protein
a. Pengendapan oleh Asam Mineral
Pada percobaan pengendapan oleh asam mineral dari 3 macam percobaan
yaitu :
1. 3 ml albumen + 3 tetes HNO3 pekat
Pada percobaan ini albumen direaksikan dengan asam nitrat (NHO 3) pekat
sehingga menghasilkan reaksi yaitu menggumpalnya albumen yang berwarna
warna kuning dan larutan HNO3 pekat naik keatas permukaan albumen, hal ini
dikarenakan sifat dari asam pekat pada protein dapat menyebabkan terbentuknya
garam dari reaksi asam dengan gugus amino protein. Pengaruh lainnya dapat
terjadi denaturasi irreversible dan diperoleh endapan protein. Hal ini
menyebabkan adanya gumpalan putih.
Selanjutanya ada larutan asam nitrat (HNO 3) pekat yang mengapung
keatas permukaan albumen dikarenakan massa jenis HNO3 pekat lebih kecil dari
pada albumen. Hasil uji adanya pengendapan atau gumpalan atau cincin kuning
menandakan adanya protein yang terdapat pada reaksi albumen dengan HNO3
pekat. Adanya gelembung kecil diatas permukaan dikarenakan albumen yang
direaksikan dengan asam nitrat pekat.
2. 3 ml albumen + 3 tetes HCl pekat
Pada percobaan ini sama dengan percobaan sebelumnya, hanya saja
mengatikan asam pekatnya dengan asam klorida pekat. Hasil yang diperoleh
adalah cairannya menggumpal dengan warna gumpalan putih.
3. 3 ml albumen + 1 ml H2SO4
hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah campurannya menggumpal
dengan warna hitam. Ini dikarenakan adanya pengaruh H2SO4 yang bersifat
asam.
b. Pengendapan dengan reaksi alkaloid
Pada percobaan pengendapan dengan reaksi alkaloid dimana ketika 2 ml
larutan albumen dipanaskan dan 3 ml albumen ditambah dengan 1 ml larutan
CH3COOH 10 % akan terjadi pemisahan antara laruan, asam setat menggumpal
kepermukaan dan terdapat penggumpalan berwarna putih. Terjadinya
penggumpalan dikarenakan adanya denoturasi yang menyebabkan penambahan
senyawa organik yaitu CH3COOH dan gumpalan juga terjadi karena pengaruh
faktor senyawa yang ditambahkan pada albumen.

4.2.3 Karbohidrat
a. Uji fehling
Uji fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula
pereduksi. Karena prinsip kerjanya adalah gravimetri sehingga dengan mudah
dapat ditentukan sampel yang mengandung karbohidrat. Pada percobaan fehling,
ketika 5 ml Madu ditambah 2 ml larutan fehling B, warna berubah menjadi hijau,
ketika dipanaskan cairannya mengental dan warnanya tetap. Hal ini dikarenakan
faktor suhu tidak berpengaruh pada campuran. Sedangkan ketika 10 ml Susu
ditambah dengan 2 ml larutan fehling B warna berubah menjadi abu-abu dan
ketika dipanaskan tidak ada perubahan pada campuran. Hal ini dikarenakan
larutan fehling yang berwarna bening jika dicampurkan dengan susu yang
mengandung fruktosa, yang memiliki gugus aldehida dan keton akan
menghasilkan perubahan warna. Untuk intensitas warna yang dihasilkan pada
fruktosa semakin besar konsentrasi larutan karbohidrat maka warna larutan
semakin pekat dan jumlah endapan semakin banyak. Begitu juga dengan madu
yang mengandung glukosa. Semua monosakarida dan disakarida merupakan gula
pereduksi terhadap fehling. Perubahan warna pada saat dipanaskan yang terjadi
pada glukosa dan fruktosa menjadi merah bata, laktosa merah bata, maltosa merah
bata serta sirup dan madu berwarna merah (Hawab, 2003).
Pada sukrosa larutan berwarna kuning kehijauan dikarenakan pada uji ini
belum terlarut sempurna. Pereaksi fehling ditambahkan karbohidrat pereduksi,
kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan warna dari biru → hijau → kuning
→ kemerah-merahan → dan akhirnya terbentuk endapan merah bata bila jumlah
karbohidrat pereduksinya banyak (sumardjo, 2006).
b. Membedakan glukosa dan fruktosa
pada percobaan membedakan glukosa dan fruktosa, dimana 5 ml Madu di
tambah dengan 2 ml larutan HCl pekat dan kemudian dididihkan. Capuran larutan
ini tidak menunjukkan adanya perubahan pada madu. Setelah dididihkan Madu
yang awalnya kental menjadi cair dan berubah warna menjadi hitam, Hal ini
terjadi dikarenkan fruktosanya terlarut dalam suatu pendispersi HCl, dan
dikarenakan faktor suhu berpengaruh pada campuran antara larutan madu dan
larutan HCl. Sedangkan ketika 10 ml susu ditambah dengan 2 ml HCl pekat dan
kemudian didihkan akan menghasilkan warna yang tidak berubah dan larutan
menjadi lebih pekat. Warna sebelum maupun sesudah dipanaskan tetap bening
dikarenakan faktor HCl yang bersifat asam yang dipadukan dengan susu, sehingga
hasil yang baru tidak diperoleh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Minyak tidak dapat larut dalam air, hal ini dikarenakan perbedaan massa
jenis minyak lebih kecil dari pada massa jenis air. Minyak dapat larut
dengan pelarut organik nonpolar. Sabun merupakan salah satu bersifat
basa. Sabun dapat menjadi larutan yang akan memisahkan keasaman.
2. Albumen (putih telur) akan mengendap dan berubah warna jika
direaksikan dengan larutan yang bersifat asam. Warna putih berasal dari
albumen itu sendiri.
3. Susu mengandung lebih banyak glukosa, hal ini ditandai dengan
bertambah pekatnya larutan susu dan warnanya tidak berubah. Madu
mengandung lebih banyak fruktosa yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi warna kehitaman larutan encer ketika ditambahkan larutan asam.

5.2 Saran
Dalam percobaan protein, larutan H2SO4 pekat dapat diganti dengan
larutan HCl pekat. Sedangkan putih telur dapat diganti dengan kacang almond,
kacang kedela dan tempe.
DAFTAR PUSTAKA

Halim. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif edisi 1. Jakarta: Erlangga.


Keenan. 1992. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Maulydia, N. B. (2016, Desember 4). Laporan Kimia Dasar Reaksi-reaksi Kimia.
Dipetik Juli 03, 2020, from maulydia balqis:
http://maulydiabalqis.blogspot.com/2016/12/laporan-kimia-dasar-reaksi-
reaksi-kimia.html.
Petrucci, H.Ralph. Kimia Dasar, Edisi Keempat, Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Ratih. 1999. Sains XI B. Erlangga: Jakarta.
Respati. 1986. Kimia Organik Jilid 1. Aksara Baru: Jakarta.
Suminar. 1990. Kimia Organik, Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta.
Telaumbanua, G. S. (2016, Desember 27). Laporan Praktikum Kimia Reaksi-
reaksi kimia. Dipetik JULI 3, 2020, dari laporan praktikum kimia:
https://laporanpraktikumkimia-gideon.blogspot.com/2016/12/laporan-
praktikum-kimia-reaksi-reaksi.html.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

NO Cara kerja Hasil pengamatan


Minyak dan Sabun
a. Safonifikasi minyak
3 ml minyak 25 ml etanol  Minyak mengapung
kepermukaan
24 ml H2SO4
 Minyak tidak larut diantara ke-2
larutan
 Saat dipanaskan, gelembung
minyak tersebut menepi
kepinggir dan membentuk
gelembung besar.
 Setelah ditambah H2SO4 pekat
terdapat gumpalan tersebut
mulai menyatu pada suhu 55
 Terjadinya letupan pada reaksi
tersebut
 Pada suhu 79 minyak
tersebut menggumpal kembali
1. dan naik kepermukaan.
b. Uji alkali bebas
5 ml larutan sabun 3 tetes  Kertas lakmus merah, tidak
terjadi perubahan warna.
larutan PP kertas lakmus  Kertas lakmus biru, terjadinya
merah dan biru perubahan warna (merah).
 Pada larutan pp warna sabun
sunlight berubah menjadi
bening.
c. Efek garam terhadap sabun
5 ml larutan sabun 2 ml  Terjadinya endapan pada sabun
sunlight.
NaCl 25 %
 Warna endapan putih dan
larutan bening kebiruan.
d. Pemisahan asam
2 ml larutan sabun sunligt  Warna larutan menjadi merah.
 Ketika di tambahkan H2SO4
3 tetes metyl red 1 ml pekat warnanya menjadi merah
H2SO4 kemudian diaduk, pekat.
dinginkan campuran pada  Terbentuknya lemak berwarna
penangas es htam di atas permukaan .
e. Daya emulsi sabun
3. 1 tetes minyak 5 ml air  Minyaknya terpisah dengan
larutan.
 Warnanya berubah menjadi
4. 1 tetes minyak + 3 ml sabun
keruh dan minyakya menyatu
dengan sabun.
Protein
a. Pengendalian oleh asam
mineral
4. 3 ml albumen 1 ml HNO3  Terjadi pemasakan pada
albumen, tedapat cairan yang
pekat menggumpal berwarna kuning.
 Cairannya menggumpal
5. 3 ml albumen 1 ml berwarna putih.
2. H2SO4
 Cairannya bergumpal berwarna
6. 3 ml albumen 1 ml HCl hitam.
pekat
b. Pengendapan dengan
pereaksi alkaloid
3. 2 ml albumen di panaskan  Terjadinya pemisahan antara
larutan.
4. 3 ml albumen 1 ml  Laruta asam asetat menggumpal
kepermukaan.
CH3COOH 10 %
 Terjadinya penggumpalan putih.
Karbohidrat
a. Uji fehling
3. 5 ml madu larutan fehling  Warna berubah menjadi hijau,
ketka dipanaskan cairannya
lalu dipanaskan sampai mengental dan warnanya tetap
mendidih
 Warna berubah menjai abu-abu,
4. 2 ml larutan fehling + 10 ml
ketika di panaskan tidak ada
3. susu kemudian di didihkan
perubahan (tetap)
b. Membedakan glukosa dan
fruktosa
3. 5 ml madu 2 ml HCl  Madu tidak ada perubahan,
warnanya berubah menjadi
pekat dididihkan. hitam dan larutannya encer.
 Susu tidak ada perubahan,
4. 10 ml susu 2 ml HCl cairannya lebih pekat dan
pekat, kemudian didihkan. warnanya tetap.

LAMPIRAN B
TUGAS DAN PENYELESAIAN

Minyak dan Sabun


1. Apa yang dimaksud dengan salting out?
Jawab:
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tersebut yang mempunyai
kelarutan lebih besar disbanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat-zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia

2. Sebutkan perbedaan minyak dan sabun!


Jawab:
Minyak adalah turunan karboksilat dari ester gliserol yang disebut
gliserida. Sedangkan sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air, karena itu larutan sabun bersifat basa
pada air.

3. Sebutkan contoh gliseraldehid jenuh dan tak jenuh!


Jawab:
Contoh Gliseraldehid jenuh:
a. Laurat
b. Miristat
c. Palmitat
d. Stearat
e. Arakidat
Contoh Gliseraldehid tak jenuh:
a. Oleat
b. Linoleat
c. Linolenat

Protein
1. apa yang dimaksud dengan denatorasi protein?
Jawab:
Denaturasi protein adalah perubahan struktur protein dikarenakan adanya
kerusakan atau putusnya sebagian ikatan ikatan dalam protein yang disebabkan
oleh faktor luar misalnya oleh pemanasan/suhu tinggi, perubahan pH yang
ekstrim, perlakuan mekanik tertentu, atau penambahan zat kimia tertentu, dan
faktor2 lain.

2. Gambarkan struktur protein yang menunjukkan sifat amfoternya.


Jawab:
H O H O
R− C – C R–C–C
H OH NH3+ O-
Ion fitter

Adanya ion fitter menyebabkan asam amino dapat bersifat asam maupun
basa (amfoter).
3. apa dan bagaimana yang disebut dengan endapan reversible?
Jawab:
Endapan reversibel atau mampu balik adalah suatu proses dimana system
dan semua bagian dari sekelilingnya dapat kembali kepada keadaan-keadaannya
yang awal setelah berlangsungnya suatu proses. Yang dikatakan dengan endapan
reversibel adalah suatu endapan yang sudah mengalami proses dapat membalik
atau kembali kepada keadaan semula seutuhnya.
Karbohidrat
1. gambar rumus bangun dari glukosa dan fruktosa
Jawab:

2. Apa yang dimaksut dengan isomer,epimer,dan enantiomer !


Jawab :
Isomer : molekul-molekul dengan rumus kimia sama tapi strukturnya berbeda.
Epimer : Strasiomer yang mempunyai konfigurasi yang berada hanya pada suhu 1
0
C dan banyak pusat.
Enantiomer : salah satu dari strasiomer yang bayangannya cermin satu sama lain
yang non-positif.
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No Nama dan Gambar Alat Fungsi


1. Gelas kimia Mengukur volume larutan.
Wadah untuk menyimpan serta
membuat larutan.

2. Tabung reaksi Tempat mereaksikan zat.

3. Gelas ukur Ukuran mengukur volume


larutan.

4. Pipet volume Untuk memindahkan larutan


secara teratur.
5. Pipet tetes Untuk memindahkan larutan
secara teratur.

6. Rak tabung reaksi Sebagai tempat menyimpan atau


meletakkan tabung reaksi.

7. Erlenmeyer Untuk mengukur, men- campur


dan menyimpan.
8. Penangas  Untuk pemanasan pada suhu
rendah 30 - 100 .
 Menguapkan zat/larutan
dengan suhu tidak terlalu
tinggi.
 Mengingkubasi kultur
mikrologi.
LAPORAN PRATIKUM KIMIA ORGANIK
MENENTUKAN KADAR VITAMIN C

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Organik

Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)

M. Hekal Safarur NIM. 180140200


Khalida Afra NIM. 190140116
Aden Syahrullah Tarigan NIM.190140117
Ika Nurdiah NIM. 190140133

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
ABSTRAK

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang
memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh. Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan
yang larut dalam air (aquades antioxidant). Kadar adalah kandungan, kepekatan,
atau konsentrasi dan umumnya dinyatakan dalam suatu satuan kuantitas per
satuan volume atau bobot.Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar
vitamin C dalam tablet vitamin C, tomat, dan jeruk. Sari jeruk ditambahkan 3 ml
HCl 4N, 10 ml KI 0,1N, dan 3 tetesan indikator PP lalu dititrasi dengan Na2S2O3
0,25 N. Sari tomat 10 ml ditambahkan 3ml HCl 4 N, 10 ml KI 0,1 N, dan 3
tetesan indikator PP lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,25 N. 2,5 gram tablet vitamin
C dihaluskanlaludilarutkan dengan 100 ml aquades kemudian ditambahkan 3 ml
HCl4 N, 10 ml KI 0,1 N dan 3 tetesan indikator PP lalu ditritasi dengan Na2S2O3
0,25 N. Volume titran yang didapat dari sari jeruk, sari tomat, dan tablet vitamin
C adalah 2,1 ml, 1 ml, dan 2 ml. Kadar vitamin C yang diperoleh dalam sari jeruk
yaitu 4,62 %, dalam sari tomat yaitu 2,2 %, dan dalam tablet vitamin C yaitu 4,4
%. Semakintinggi volume titransemakintinggikadar vitamin C yang didapat.

Kata Kunci: Kadar, Titrasi, Vitamin C, dan Volume Titran.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Pratikum : Menentukan Kadar Vitamin C


1.2 Tanggal Pratikum :
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. M. Hekal Safarur NIM. 180140200
2. Khalida Afra NIM. 190140116
3. Aden Syahrullah Tarigan NIM. 190140117
4. Ika Nurdiah NIM. 190140133
1.4 Tujuan Pratikum : Menentukan kadar vitamin C dalam tablet
vitaminC, tomat, dan jeruk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C
Vitamin merupakan mikronutrien organik esensial. Nama vitamin pertama
kali digunakan bagi mikronutrien organik spesifik yang dibutuhkan untuk
mencegah penyakit kekurangan gizi yang di sebut beri-beri, selain itu juga untuk
menjegah terjadi nya sariawan, dan lain sebagainya. Karena faktor ini mempunyai
sifat-sifat suatu arin, maka Casimir Funk,seorang ahli biokimia Polandia
menyebutnya vitamine. Kemudian setelah sejumlah mikronutrien organik esensial
lainnya ditemukan huruf “e”,ditiadakan karena ditemukan bahwa tidak semua
vitamin merupakan amin.
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam
air (aquades antioxidant ). Vitamin C merupakan bagian dari sistem pertahanan
tubuh terhadap senyawa oksigen reaktan dalam plasma dan sel. Vitamin C
berbentuk kristal putih dan rumus molekul C 6H8O6. Vitamin C mudah teroksidasi
secara reversibel membentuk asam dehidro L-asam askorbat dan kehilangan 2
atom hydrogen (Fessenden, 1999).
Vitamin (bahasa inggris : vitamine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin C
dalam keadaan kering cukup stabil tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah
rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas
(oksidasi).
Vitamin C larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk
menjaga kesehatan. Vitamin C juga di kenal dengan nama kimia dari bentuk
utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena
sangat mudah teroksidasi dengan panas, cahaya dan logam. Oleh karena itu
penggunaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai.
Vitamin C atau asam askorbat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang
disebut Vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal
kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan.

2.2 Sejarah Penemuan

Pada 1906, ahli biokimia Inggris, Sir Frederick Gowland Hopkins


melakukan percobaan pada seekor tikus untuk melihat proses pertumbuhannya. Ia
memberi tikus percobaannya makanan yang memiliki “unsur tambahan”, yang
belakangan diketahui sebagai vitamin.
Dalam percobaannya, Hopkins memberi makan dua kelompok tikus
dengan jenis makanan yang terdiri dari garam, gula, zat tepung, lemak babi, dan
protein. Kemudian kelompok pertama diberi tambahan susu, sementara kelompok
kedua tidak.
Hasilnya, kelompok tikus pertama mengalami pertumbuhan yang cukup
cepat, tetapi kelompok tikus kedua pertumbuhannya sangat lambat, bahkan tidak
tumbuh sama sekali.
Hopkins pun akhirnya menyimpulkan bahwa terdapat suatu zat tertentu di dalam
susu yang membantu pertumbuhan kelompok tikus pertama, yang sama sekali
belum diketahui ilmuwan manapun di dunia.
Namun walau Hopkins melanjutkan penelitiannya, ia tidak pernah
menemukan proses pengolahan vitamin di dalam tubuh.
Pentingnya hasil penemuan Hopkins baru disadari masyarakat secara luas
pada 1912 ketika ahli biokimia Polandia-Amerika, Casmir Funk menghebohkan
dunia dengan karya ilmiahnya mengenai penyakit defisiensi vitamin.
Funk menemukan unsur yang diklaim oleh Hopkins sebagai “vitamin”, dan
kemudian membuat teori mengenai unsur vitamin yang terbagi menjadi empat
macam, yaitu B1, B2, C, dan D.
Setelah peneltian Funk dipublikasikan, para ilmuwan mulai melakukan
banyak percobaan mengenai vitamin. Seperti peneliti Amerika, Elmer Verner
McCollum, yang menguraikan vitamin D pada 1922 dan menggunakannya untuk
mengobati riketsia.
Riketsia awalnya dikenal sebagai penyakit infeksi, namun setelah diteliti lebih
lanjut, penyebabnya berasal dari kekurangan vitamin.
Dalam penelitiannya, Elmer menemukan bahwa vitamin D memegang
peranan dalam meningkatkan jumlah kalsium dan fosfat yang disimpan di dalam
tulang.
Tahun 1948, tiga belas vitamin utama, yaitu A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K,
berhasil diidentifikasi.
Dewasa ini, di berbagai negara, vitamin mulai diekstraksi menjadi bentuk
obat-obatan yang digunakan sebagai penyeimbang makanan agar tetap seimbang
untuk masyarakat.
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan
pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat
mencegah sariawan.Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini
vitamin C atau asam askorbat dikenal peranannya dalam menjaga dan
memperkuat imunitas terhadap infeksi. Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata
vitamin C juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja
otak.Dua peneliti di Texas Woman's University menemukan bahwa murid SMTP
yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ
lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah.

2.3 Sumber Vitamin C


Vitamin C memiliki banyak manfaat, mulai dari melindungi tubuh
terhadap serangan penyakit hingga menjaga keremajaan kulit. Namun perlu
diingat, vitamin C alami dari makanan jauh lebih dianjurkan daripada suplemen.
Agar asupannya cukup, perlu mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin
C tinggi, secara rutin.
Mengonsumsi berbagai makanan yang mengandung vitamin C adalah cara
terbaik untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin ini. Pada orang dewasa,
jumlah asupan vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 75-90 mg per hari.
Vitamin C dapat ditemukan pada bahan makanan nabati maupun hewani.
Sumber utama vitamin C adalah buah-buahan dan sayuran seperti melon, jeruk,
tomat, stowberi, aspargus, brokoli, kubis, kembang kol, dan lain-lain, sedangkan
bahan makanan yang berasal dari hewani seperti daging dan susu kandungan
vitamin C lebih sedikit.
Vitamin C sangat mudah rusak selama proses persiapan atau penyajian,
pemasakan dan penyimpanan. Sayur-sayuran segar yang telah dibersihkan atau
disiangi, kemudian disimpan atau didiamkan selama 24 jam, maka sebanyak 45 %
kandungan vitamin C nya berkurang (Isfan, 1999).

2.4 Sifat Vitamin C


Vitamin C dalam keadaan kering stabil tetapi mudah rusak atau
terdegradasi jika vitamin C berada dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat di
udara, logam – logam seperti Cu, Fe, dan cahaya. Vitamin C jika terkena cahaya
berubah menjadi coklat. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah
kemampuan mereduksi kuat dan mudah tereduksi yang dikatalis oleh beberapa
logam terutama Cu. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform, eter dan benzena. Kelarutan dalam air 33
g/100 ml.

2.5 Struktur Vitamin C


Struktur vitamin C terdiri dari beberapa unsur-unsur kimia hidrogen, oksigen dan
asam yang disebut dengan struktur kimia asam askorbat. Vitamin ini juga
merupakan kelompok vitamin antioksidan, yang berkemampuan menangkis
berbagai radikal bebas yang menyerang tubuh Anda.
Asam askorbat (vitamin C) dan asam L-askorbat (vitamin C) mempunyai struktur
yang mirip monosakarida, tetapi struktur ini mempunyai beberapa gambaran yang
tak lazim.
Struktur kimia dari vitamin C dapat dengan mudah terurai oleh paparan cahaya,
tercampur unsur logam dalam pengemasannya ataupun penyimpanannya, dan
teroksidasi oleh panas. Sehingga hal-hal tersebutlah yang patut Anda hindari dan
jaga pada saat menyimpan vitamin C baik dalam bentu tablet/kapsul maupun
vitamin C yang masih terkandung di dalam buah atau sayuran.

2.6 Fungsi Vitamin C Dalam Tubuh


Fungsi dari vitamin C yang paling banyak diketahui orang adalah dalam
menjaga daya tahan tubuh. Padahal, fungsi vitamin C bagi tubuh tidak hanya
dalam menjaga imunitas. Vitamin C memiliki peran dalam menjaga tubuh dari
berbagai macam penyakit, mulai dari diabetes, hipertensi hingga kanker.
1. Meningkatkan Imunitas
Beberapa kondisi tubuh yang melemah seperti batuk, pilek, dan mudah
lelah ternyata bisa dicegah dengan banyak mengonsumsi vitamin C. Hal ini
karena vitamin C berfungsi sebagai antioksidan sehingga vitamin C dapat
membantu meningkatkan daya tahan tubuh dengan menangkal radikal
bebas.Vitamin ini juga dapat memproduksi interferon, yaitu protein yang
melindungi sel dari serangan virus yang masuk ke dalam tubuh.Selain itu, vitamin
C berperan penting dalam penyerapan zat besi dari makanan dan membantu
sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik untuk melindungi tubuh dari berbagai
penyakit serta membantu proses penyembuhan luka.
2. Mencegah Kanker
Fungsi Vitamin C di antaranya, dapat mengurangi kerusakan sel DNA,
yang merupakan langkah awal invasi sel kanker ke dalam tubuh. Vitamin C juga
dapat mengurangi perubahan inflamasi yang memungkinkan sel-sel ganas
berkembang menjadi tumor berbahaya.Tidak hanya itu, vitamin C juga dapat
mengurangi kerusakan organ tubuh akibat efek samping pengobatan kanker
dengan kemoterapi.
3. Membentuk Kolagen
Vitamin C berperan dalam sintesa kolagen, yaitu protein yang banyak
terdapat pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Dengan demikian, vitamin C dapat
membuat kulit lebih elastis, mencegah penuaan dini, dan membuat tulang lebih
kuat.
Selain itu, vitamin C mampu menjaga keremajaan dan mencerahkan kulit.
Oleh karena itulah vitamin C banyak digunakan sebagai salah satu kandungan dari
berbagai produk perawatan kulit bagi wanita
4. Menjaga Kesehatan Jantung
Kesehatan jantung ini ada kaitannya dengan fungsi vitamin C dalam
memproduksi kolagen. Karena vitamin C berfungsi dalam menghasikan kolagen,
maka vitamin ini dapat menjaga kesehatan jantung dengan memperkuat struktur
pembuluh darah dan otot jantung.Di samping itu, vitamin C juga dapat mencegah
perubahan sel-sel yang melapisi pembuluh darah, sehingga mencegah terjadinya
serangan jantung.
5. Mengendalikan Diabetes
Vitamin C turut membantu menurunkan kadar glukosa darah dan
antioksidan yang terkandung di dalamnya dapat mencegah kerusakan organ yang
terjadi pada penderita diabetes.Suplemen vitamin C bermanfaat sebagai obat
untuk diabetes, karena mereka membantu dalam pengolahan insulin dan glukosa.
Menurut hasil penelitian, asupan 1000 mg dalam sehari dapat menurunkan
kadar gula di dalam darah. Sehingga, dengan terpantaunya kadar glukosa di dalam
darah, maka penyakit diabetes dapat dikendalikan.
6. Mengatasi Peradangan Kulit
Selain fungsinya untuk meningkatkan kesehatan kulit dan mencegah
penuaan dini, ternyata vitamin C memiliki fungsi yang lain yaitu untuk perawatan
penyakit kulit. Peradangan pada kulit didasari oleh sejumlah kondisi, seperti
dermatitis atopik, psoriasis dan jerawat, dengan gejala termasuk rasa sakit,
kekeringan, dan gatal.
Oleh karena itu, perawatan untuk peradangan kulit ditargetkan pada
kondisi yang mendasarinya dan pemeliharaan struktur epidermis kulit. Nah,
nutrisi seperti vitamin C memainkan peranan yang sangat penting dalam kedua
aspek tersebut.Vitamin C sering digunakan dalam formulasi anti-inflamasi,
bahkan memiliki khasiat yang jauh melampaui kapasitasnya sebagai antioksidan
inflamasi dalam lingkungan patologis.
7. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi
Fungsi vitamin C juga bisa menurunkan tekanan darah tinggi pada orang
dewasa sehat dan orang dewasa dengan tekanan darah tinggi.Analisis dari 29
penelitian yang dilakukan pada manusia menemukan bahwa dengan mengonsumsi
suplemen vitamin C bisa mengurangi tekanan darah sistolik sebesar 3,84 mmHg
pada orang dewasa sehat. Sedangkan tekanan darah diastolik menurun sebesar
1,48 mmHg pada orang dewasa sehat.
8. Mengurangi Risiko Demensia
Fungsi vitamin C lainnya adalah mengurangi risiko demensia dan menjaga
fungsi otak. Dementia sendiri adalah istilah yang biasa digunakan untuk
mendeskripsikan gejala kesulitan berpikir dan mengingat.
Beberapa studi menemukan bahwa penderita demensia memiliki level
vitamin C yang lebih rendah di darah. Sedangkan asupan vitamin C yang tinggi
dari makanan atau suplemen bisa melindungi kemampuan berpikir dan mengingat
seiring bertambahnya usia.
9. Sebagai Antioksidan
Fungsi vitamin C juga sebagai antioksidan yang membantu melindungi sel
tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh molekul berbahaya yang disebut
radikal bebas, serta bahan kimia beracun dan polutan seperti asap rokok.Radikal
bebas dapat menumpuk yang bisa menimbulkan risiko penuaan dini, penyakit
kanker, dan penyakit jantung.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan gusi berdarah, sariawan, nyeri
otot atau gangguan syaraf. Kekurangan lebih lanjut mengakibatkan anemia, sering
mengalami infeksi dan kulit kasar. Sementara kelebihan vitamin C dapat
menyebabkan diare. Bila kelebihan vitamin C akibat penggunaan suplemen dalam
waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan batu ginjal, sedangkan bila
kelebihan vitamin C yang berasal dari buah-buahan umumnya tidak menimbulkan
efek samping.
BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Labu ukur 100 ml 2 unit
2. Erlemeyer 250 ml 2 unit
3. Gelas ukur 1 unit
4. Buret 1 unit
5. Kertas saring secukupnya
6. Corong 1 unit
7. Cortal 1 unit
8. Spatula 1 unit

3.1.2. Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Tablet vitamin C 1 gr
2. Sari jeruk dan tomat
3. Aquades
4. Larutan N2S203 0,01 N
5. Indikator Amilium 3 tetes
6. HCl 4N
7. KI 2%

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
1. 200 gram bahan ditimbang dan dihancurkan dalam blender sampai diperoleh
slurry. 10 gram slurry ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. Kemudian disaring dengan
kertas saring untuk memisahkan filternya.
2. Diambil 25 ml filtrat dengan gelas ukur dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml, ditambahkan 3 ml HCl 4N, KI 10 ml, dan 3 tetes indikator amilum.
3. Kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O30,01 N.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dan pembahasan dari percobaan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Menentukan Kadar Vitamin C
NO Cara Kerja. Hasil Pengamatan
Sari jeruk
 Sari jeruk 10 ml+Aquadest  Warna kuning

 Sari jeruk 10 ml +Aquadest+KI 10 ml  Warna kuning pudar

 Ditambahkan Amilum 5 tetes  Warnanya berubah


1
menjadi putih keruh

 Setelah itu dititrasi  Volume : 10,7 ml

2 Sari Tomat

 Sari tomat 10 ml + aquadest


 Sari tomat 10 ml + aquadest + 3 ml HCl +  Warna merah
KI 10 ml  Warnanya berubah
menjadi merah muda
 Ditambakan Amilum 5 tetes
 Warnanya berubah
menjadi putih keruh

 Setelah itu dititrasi

 Volume : 16,8

3 Vitamin C

 1 gr vitamin C +aquadest  Warnanya berubah


menjadi orange bening
 1 gr vitamin C + aquadest + 3 ml  Warnanya berubah

HCl +KI 10 ml + 5 tetes amilum menjadi orange keruh

 Setelah titrasi  Volume : 8,7 ml

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sari Jeruk
Pada percobaan dengan sampel sari jeruk, berlangsung dengan baik yang
ditandai dengan hasil titrasi yang berupa perubahan warna pada larutan yang
sebelumnya orange pekat menjadi kuning pucat. Hal ini terjadi karena pengikatan
molekul terhadap sari jeruk. Zat titran yang dihabiskan adalah sebanyak 2,1 ml.
setelah dititrasi dengan Na2S2O3 dengan volume titrasinya 10,5 ml mereduksi
kelebihan iodium pada asam askorbat. Dan volume setelah titrasi 10,7 ml lebih
banyak dari pada tablet vitamin C yang hanya memiliki volume 8,7 ml setelah
dititrasi.

4.2.2 Sari Tomat


Pada percobaan dengan sampel sari tomat ini berlangsung dengan baik dan
ditandai dengan hasil titrasi yang berupa perubahan warna pada larutan yang
sebelumnya berwarna merah memudar menjadi merah keruh. Hal ini terjadi
karena Na2S2O3 telah bereaksi dengan senyawa kalium yang ada di dalam sari
tomat. Zat titrasi yang dihabiskan adalah sebanyak 1 ml. Pada percobaan ini
menggunakan Na2S2O3 sebagai zat penitrasinya. Volume setelah percobaan ini
adalah 16,8 ml.

4.2.3 Tablet Vitamin C


Pada percobaan ini menititrasi 10 ml larutan vitamin C, berlangsung
dengan baik ditandai dengan berubahnya larutan yang sebelumnya berwarna
orange kekuningan menjadi kuning pucat setelah dititrasi. Hal ini terjadi karena
faktor kadar dan sifat-sifat dari senyawa yang dicampur, sehingga menghasilkan
perubahan warna orang kekuningan menjadi kuning pucat. Pada senyawa vitamin
C mempunyai sifat-sifat yang mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, logam. Zat
titran yang dihabiskan sebanyak 2 ml. Pada percobaan ini menggunakan Na2S2O3
sebagai zat penitrasi. Volume setelah percobaan ini adalah 8,7 ml.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sumber vitamin C sangat mempengaruhi penentuan kadar vitamin C
Pada saat titrasi.
2. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air.
3. Sumber vitamin C sangat mempengaruhi penentuan kadar vitamin C
Pada saat titrasi.
4. Semakin tinggi volume titran maka semakin besar kadar vitamin C yang
didapat.
5. Kadar vitamin C dalam tablet vitamin C adalah 0,76%
6. Kadar vitamin C dalam sari jeruk nipis adalah 0,28%
7. Kadar vitamin C dalam sari tomat adalah 0,4 %

5.2 Saran
Praktikan harus melakukan percobaan ini dengan teliti agar mendapatkan
hasil yang akurat dan bimbingan dari asisten sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Basset, 1994. Kimia Analisa Kuantitatif. Anorganik. Edisi 4. Jakarta
Fessenden, 1999. Kimia Organik. Edisi 3. Erlangga : Jakarta
Isfan, Anshary. 1990. Kimia 1. Erlangga : Jakarta
Suminar, Hart. 1990. Kimia organik, Edisi 4. Erlangga : Jakarta
http://bisakimia.com diakses pada tanggal 13 Juni 2020
http://id.m.wikipedia org/wiki/titrasi diakses pada tanggal 13 Juni 2020
http://repository.unimus.ac.id diakses pada tanggal 13 Juni 2020
http://www.chemistrick.com diakses pada tanggal 13 Juni 2020
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

NO Cara Kerja. Hasil Pengamatan


Sari jeruk
 Sari jeruk 10 ml+Aquadest  Warna kuning

 Sari jeruk 10 ml +Aquadest+KI 10 ml  Warna kuning pudar

 Ditambahkan Amilum 5 tetes  Warnanya berubah


1.
menjadi putih keruh

 Setelah itu dititrasi  Volume : 10,7 ml

2. Sari Tomat

 Sari tomat 10 ml + aquadest


 Sari tomat 10 ml + aquadest + 3 ml HCl +  Warna merah
KI 10 ml  Warnanya berubah
menjadi merah muda
 Ditambakan Amilum 5 tetes
 Warnanya berubah
menjadi putih keruh

 Setelah itu dititrasi

 Volume : 16,8

3. Vitamin C

 1 gr vitamin C +aquadest  Warnanya berubah


menjadi orange bening
 1 gr vitamin C + aquadest + 3 ml  Warnanya berubah
HCl +KI 10 ml + 5 tetes amilum menjadi orange keruh
 Setelah titrasi  Volume : 8,7 ml
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Sari Jeruk
Dik : V Na2S2O3 = 10,7 ml = 0,0107 l
N Na2S2O3 = 0,01 N
BE asam askorbat = 88 gr/mol

Bobot awal = 10 ml

= 3,3 gram
Dit : Kadar vitamin C dalam jeruk nipis?
Jawab: Bobot vitamin c = V Na2S2O3 × N Na2S2O3 × BE asam askorbat
= 0,0107 l × 0,01 N× 88gr/mol

= 0,0094 gram

Kadar vitamin c = 100 %

= × 100 %

= 0,28 %
2. Sari Tomat
Dik : V Na2S2O3 = 16,8 ml =0,0168 l
N Na2S2O3 = 0,01N
BE Asam askorbat = 88gr/mol
Bobot berat awal = 10ml
= 10ml× = 3,3gr

Dit : Kadar vitamin C dalam sari tomat?

Jawab: Bobot vitamin c = V Na2S2O3 × N Na2S2O3 × BE asam askorbat


= 0,0147 gram

Kadar vitamin C = × 100 %

= × 100 %

= 0,4 %

3. Tablet Vitamin C
Dik : V Na2S2O3 = 8,7 ml =0,0087 l
N Na2S2O3 = 0,01 N
BE Asam askorbat = 88gr/mol
Bobot berat awal = 10ml

= 10ml× = 3,3gr

Dit : kadar vitamin c dalam tablet vitamin c?


Jawab : Bobot vitamin C = V Na2S2O3× N Na2S2O3 × BE Asam askorbat
= 0,0087 l × 0,01N × 88gr/mol
= 0,0076 gram

Kadar vitamin C = × 100%

= × 100 %

= 0,76 %
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Buat rumus bangun asam askorbat dan sebutkan sifat-sifatnya !


2. Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan asam askorbat !
Jawab :
1. Rumus asam askorbat yaitu

Sifat-sifat asam askorbat yaitu:


a. Bersifat asam proton yang terletak pada gugus hidroksil pada atom nomor 3
dapat disubtitusikan dengan logam.
b. Bersifat sebagai reduktor.
c. Bersifat asam.

2. Mekanisme pembuatan asam askorbat

OH OH OH

H C
OH C OH

LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Nama dan gambar alat Fungsi


1. Corong Gelas Untuk memasukkan larutan air dari
satu tempat ke tempat lain, untuk
proses penyaringan setelah diberikan
kertas saring pada bagian atas.

2. Pipet Tetes Untuk meneteskan atau mengambil


larutan dengan jumlah kecil
3. Mortal Menghaluskan zat yang masing
masih bersifat padat/kristal

4. Spatula Untuk mengambil bahan-bahan


kimia dalam bentuk padatan

5. Labu Ukur Untuk membuat atau mengencerkan


larutan dengan ketelitian yang tinggi
6. Kaca Arloji 1. Sebagai penutup saat melakukan
pemanasan
2. Untuk menimbang bahan-bahan
kimia
3. Untuk mengeringkan suatu bahan
desikator

7. Bola Hisap Untuk menghisap larutan yang akan


diambil dari botol larutan

8. Erlenmeyer Tempat membuat larutan


9. Pipet Ukur Untuk memindahkan larutan atau
cairan ke dalam suatu wadah dengan
berbagai ukuran volume

10. Neraca Digital Untuk menimbang bahan yang


digunakan

11. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan


12. Buret Digunakan untuk titrasi,tetapi pada
keadaan tertentu dapat digunakan
untuk mengukur volume suatu
larutan
Revisi, 09 Juni 2020
Revisi, 21 Juni 2020
Revisi, 22 Juni 2020
Revisi, 25 Juni 2020
Acc, 28 Juni 2020

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


ESTERIFIKASI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Organik

Disusun Oleh :
Kelompok IV (A4)

M.Hekal Safarur NIM. 180140200


Khalida Afra NIM. 190140116
Aden Sahrullah Tarigan NIM. 190140117
Ika Nurdiah NIM. 190140133

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
ABSTRAK
 Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol dengan hasil samping air. Reaksi ini
merupakan reaksi kesetimbangan dinamis. Esterifikasi dapat dikatalisi dengan
kehadiran ion H+ dari suatu asam.Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mensintesa ester dan menentukan sifat-sifatnya. Cara kerja praktikum ini ialah
dengan metode percobaan yang dilakukan dengan mencampur 30 ml etanol, 10 ml
CH3COOH glacial dan 2 ml H2SO4 pekat. kemudian direfluks selama 35 menit,
lalu ditambahkan dengan 10 ml Na2CO3 dan dt dan didiamkan selama 12 jam
sampai terbentuk ester. Ester yang kami dapatkan pada praktikum ini ialah seberat
4,63 gram.

Kata Kunci: Asam Karboksilat,Asam Sulfat,Ester, Esterifikasi,Etanol


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Eterifikasi


1.2 Tanggal Praktikum : 13 Maret 2020
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Aden Syahrullah Tarigan NIM. 190140117
2. Khalida afra NIM. 190140116
3. Ika Nurdiah NIM. 190140133
4. M.Hekal Safarur NIM. 180140200

1.4 Tujuan Praktikum : Mensintesa ester dan menentukan sifat-sifatnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Esterifikasi
Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi untuk menghasilkan ester. Ester
merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah
asam karboksilat mengandung gugus –OOH, dan pada sebuah ester hidrogen
digugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis (Egon
S, 2015).
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus
–CO2R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, suatu
reaksi yang disebut reaksi esterifikasi. Esterifikasi berkatalis asam dan merupakan
reaksi yang reversibel (Carey, 1993).
Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH
yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion H +.Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut
esterifikasi (Setiawan, 2014).
Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering
digunakan sebagai sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala industri,
etil asetat di produksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH 3COOH) dan
etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4) (Setiawan,
2014).
Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus
-COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan
sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil
sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti
fenil (Setiawan, 2014).
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol
danasam karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan
daripengesteran. Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi –COOR adalah
alkilalkanoat . Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester
turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional
digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate (Setiawan, 2014)

2.2 Reaksi ester


Reaksi esterefikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan cara
merefluks semua asam karbosilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam.
Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat. Pembentukan
ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada
esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam (atom
yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelemapan). Kelemahan utama
asilasi langsng adalah konstanta keseimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus
diatasi dengan menambah banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang
menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stak atau
penggunaan saringan molekul.
Senyawa-senyawa alkohol bereaksi dengan asam-asam karboksilat
membentuk ester-ester organik sebagai analog deri ester-ester yang terbentuk dari
senyawa-senyawa alkohol dengan asam oksigen dan organik. Dalam pembuatan
suatu ester dimana asam salisilat dipanaskan dalam metil alkohol bersama
sejumlah kecil asam kuat sebagai katalisator untuk membentuk metil salisilat
gugus hidroksil dalam air yang terjadi berasal dari asam karboksilat. Reaksi ini
bersifat bolak-balik atau reversible, jika dipakai alkohol dalam jumlah berlebihan,
maka kesetimbangan beranjak ke arah pembentukan ester; sebaliknya, jika ester
dipanaskan dengan air yang berlebihan beserta suatu katalisator asam, maka ester
akan dihidrolisis menjadi asam dan alkohol. Senyawa dianggap berasal dari asam
karboksilat menggunakan hidrogen dari gugus hidroksil dengan gugus
hidrokarbon yang disebut ester. Hidroksil ester asam karboksilat dan alkohol,
seperti etil asetat hidrolisis menghasilkan asam asetat dan etanol. Ester sering
digunakan biasanya sebagai pelarut cat atau cat kuku atau lem (Ganiswarna,
1995).
Anhidrida dan ester keduanya merupakan turunan asam, maka namanya
didasarkan pada nama asamnya. Jika menganalisis struktur dalam usaha memberi
nama, carilah karbon yang mengandung gugus karbonil. Pembuatan dan reaksi
anhidrida sama saja. Anhidrida terbentuk karena lepasnya molekul air dan dua
gugus asam karboksilat. Ester terbentuk karena lepasnya molekul air bila alkohol
bereaksi dengan asam karboksilat atau karena reaksi alkohol dengan anhidrida
(Roehayati, 1988).
Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa, walaupun
tidak benar-benar mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam
sifat lebih elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai
produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam
organik) dan suatu alkohol (atau campuran zat asam karbol), walaupun ada cara-
cara lain untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di
mana dua molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil,
dalam hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air
(Pudjaatmaka, 1986).

2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi


1. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak produk yang
dihasilkan, karena ini akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan
satu sama lain. Namun jika kesetimbangan telah tercapai, tambahan waktu reaksi
tidak akan mempengaruhi reaksi (Kirk & Othmerr, 1978)
2. Temperatur
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan hasil persamaan Arhenius, bila suhu naik
maka harga k semakin besar sehingga reaksi berjalan semakin cepat, (Halim,
1990).
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Pada umumnya
reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih etanol (70-80℃) pada
tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan
suhu. Semakin tinggi suhu, berarti semakin banyak energi yang dapat digunakan
oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi. Ini akan menyebabkan tumbukan
terjadi lebih sering diantara molekul molekul reaktan untuk kemudian melakukan
reaksi (Kirk & Othmer, 1978)
3. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul molekul
pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat
berjalan lebih optimal.
Pada reaksi transesterifikasi, reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem
cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diatara fase-fase yang
berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester, ia bertindak sebagai
pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistem dengan fase
tunggal pun terbentuk. Dampak pengadukan ini pun sangat signifikan selama
reaksi sebagaimana sistem tunggal terbentuk, maka pengadukan tidak lagi
mempunyai pengaruh yang signifikan. Pengadukan dilakukan dengan tujuan
mendapat campuran reksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan mengurangi
hambatan antar massa. Untuk reaksi heterogen, ini akan menyebabkan lebih
banyak reaktan mencapai tahap reaksi (Kirk & Othmer, 1978)
4. Konsentrasi
Kecepatan reaksi sebanding dengan besarnya konsentrasi reaktan. Bila
konsentrasi zat pereaksi diperbesar, maka kecepatan reaksi akan meningkat.
Jumlah molekul yang bertumbukan akan bertambah, apabila zat pereaksi yang
digunakan semakin murni, sehingga mempercepat terjadinya reaksi.
5. Perbandingan reaktan
Untuk mendorong reaksi transesterifikasi kearah kanan, perlu
menggunakan alkohol berlebihan atau dengan memindahkan salah satu dari
campuran reaksi. Ester juga dipengaruhi oleh cara mereaksikan suatu klorida asam
dengan alkohol atau fenol, (Alfi, 2013).
6. Katalisator
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan
leih cepat,katalis yang digunakan adalah asam sulfat pekat. Katalis H2SO4 dalam
reaksi esterifikasi adalah katalisator positif karena berfungsi untuk mempercepat
reaksi esterifikasi yang berjalan lambat. H2SO4 juga merupakan katalisator
homogen karena membentuk satu fase dengan pereaksi (fase cair). Pemilihan
penggunaan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalisator dalam reaksi esterifikasi
dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
a. Asam sulfat selain bersifat asam juga merupakan agen pengoksidasi yang
kuat (Hendyana 1986)
b. Asam sulfat dapat larut dalam air pada semua kepekatan
c. Reaksi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat
d. Jika air ditambahkan asam sulfat pekat maka ia mampu mendidih
e. Karena afinitasnya terhadap air, maka asam sulfat dapat menghilangkan
bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti udara
lembab(Sukardjo, drs 1984)
f. Asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis), jadi untuk reaksi
setimbang yang menghasilkan air dapat menggeser arah reaksi ke kanan
(ke arah produk)
Dari faktor-faktor di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan
asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat kecepatan reaksi karena reaksi
antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi menghasilkan etil asetat dan air)
adalah reaksi eksoterm yang kuat. Air yang ditambahkan asam sulfat pekat akan
mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya akan tinggi. Makin tinggi suhu reaksi,
makin banyak molekul yang memiliki tenaga lebih besar atau sama dengan tenaga
aktivasi, hingga makin cepat reaksinya. Katalis akan menyediakan rute agar reaksi
berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah sehingga nilai konstanta
kecepatan reaksi (k) akan semakin besar, sehingga kecepatan reaksinya juga
semakin besar. Selain itu, karena asam sulfat pekat mampu mengikat air
(higroskopis), maka untuk reaksi esterifikasi setimbang yang menghasilkan air,
asam sulfat pekat dapat menggeser arah reaksi ke kanan (ke arah produk),
sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih banyak.

2.5 Pembuatan Senyawa Ester


Ester dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan
alkohol. Adapun reaksi pembuatan ester adalah sebagai berikut:
2.5.1 Mereaksikan Asam Karboksilat dengan Alkohol
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat dan alkohol
melalui reaksi esterifikasi dengan bantuan katalis H2SO4 pekat. Reaksi esterifikasi
merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Pada suhu ruang, reaksi esterifikasi tidak
berlangsung tuntas (berada dalam kesetimbangan) dan jumlah produk reaksi yang
terbentuk sedikit. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah ester
adalah dengan menggeser kesetimbangan ke arah produk atau kanan yaitu dengan:
1. Menggunakan alkohol berlebih untuk mendorong kesetimbangan ke kanan
Mengeluarkan produk reaksi berupa air agar kesetimbangan bergeser ke
kanan membentuk lebih banyak produk reaksi. Menaikkan suhu reaksi. Namun,
karena pereaksi mudah menguap, maka reaksi harus dilakukan dalam alat refluks.
2. Mereaksikan klorida asam dengan alkohol
Ester dapat juga dibuat dari reaksi antara klorida asam dengan alkohol.
senyawa ester dapat juga dibuat dengan mereaksikan senyawa anhidrida asam
dengan alkohol menghasilkan ester dan asam karboksilat.

2.6 Sifat-sifat Ester


Ester pada umumnya bersifat polar. Sifat kimia ini menyebabkan ester
yang jumlah atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester
berkurang dengan bertambahnya atom karbon. Ester merupakan senyawa polar
yang mempunyai dipol-dipol yang saling berinteraksi dimana interaksi ini
menimbulkan gaya antar molekul. Adanya gaya antar molekul menyebabkan ester
memiliki bentuk molekul dan massa atom relatifnya mirip. Namun dibandingkan
dengan senyawa alkohol dan asam karboksilat yang bentuk molekul dan molekul
relatifnya mirip, titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester tidak
memiliki gugus sehingga interaksi antar molekul ester tidak membentuk

ikatan hidrogen, (Hart, 1983).


Sifat fisika ester:
1. Molekul ester bersifat polar.
2. Titik didih ester terletak antara keton dan eter dengam massa molekul
relatif yang hampir sama.
3. Ester dengan massa molekul relatif rendah larut dalam air.
4. Ester dengan sepuluh karbon atau kurang berupa cairan yang mudah
menguap dan baunya enak seperti buah-buahan.
(Fessenden, 1982).
Sifat kimia ester:
1. Mengalami reaksi hidrolisis.
2. Mengalami reaksi reduksi yang menghasilkan alkohol.
3. Merupakan senyawa karbon netral
(Fessenden, 1982).
Senyawa yang dianggap diturunkan dari asam karboksilat dengan
menggunakan hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan suatu gugus hidrokarbon
disebut ester. Ester mengalami hidroksil asam karboksilat dan alkohol, misalnya
hidrolisis etil asetat yang menghasilkan asam asetat dan etanol. Ester yang sering
digunakan adaah etil asetat, biasanya digunakan sebagai pelarut cat atau cat kuku
maupun perekat.
Suatu ester ialah suatu senyawa yang mengandung gugus CO2R dengan R
dapat membentuk alkil. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dan suatu alkohol. Esterifikasi bekaitan dengan reaksi yang
reversible yang berkataliskan asam, (Dirjen POM, 1979).

2.7 Kegunaan Ester


Ada beberapa kegunaan Ester yang dapat kita temui pada kehidupan
sehari-hari kita,yaitu:
1. Sebagai essence pada makanan dan minuman
Beberapa ester mempunyai aroma buah-buahan seperti apel (metil butirat),
aroma pisang (amil asetat), dan aroma nanas (etil butirat).
2. Sebagai cat/pelapis mobil dan mebel
Beeswax, campuran ester seperti C2H15COO-C30H61 dan carnaubawax
digunakan pada cat mobil dan mebel.
3. Digunakan dalam pengobatan
Ester-ester seperti aspirin dan metil salisilat, digunakan dalam pengobatan
sebagai analgesik dan anti peradangan. Metil salisilat, juga disebut minyak
wintergreen, merupakan bahan utama rasa atau bau wintergreen. Etil
asetat digunakan sebagai penghapus cat kuku atau kutek.
4. Sebagai bahan untuk membuat sabun
Salah satu produk dari ester adalah sabun, baik sabun kecantikan ataupun
sabun baik untuk kebersihan tubuh dan alat-alat rumah tangga. Sabun
merupakan pengembangan dari senyawa alkali dan lemak atau minyak,
(Sukmawati, 2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Erlenmayer 1 unit
2. Thermometer 1 unit
3. Corong pemisah 1 unit
4. Pipet volume 1 unit
5. Corong 1 unit
6. Labu leher tiga 1 unit
7. Bola penghisap 1 unit
8. Gelas ukur 1 unit
9. Gelas kimia 1 unit
10. Timbangan 1 unit
11. Refluks 1 unit

3.1. Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Etanol 30 ml
2. H2SO4 Pekat 2 ml
3. Na2CO310% 10 ml
4. CaCl2 anhidrat 3 gram
5. CH3COOH glasial 10 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
1. Dalam labu leher tiga 500ml dicampurkan 30ml etanol, 10 ml CH 3COOH
glasial, dan 2 ml H2SO4 pekat.
2. Direfluks campuran tersebut selama 35 menit dan di destilasi campuran
perlahan- lahan sampai suhu mencapai 91,9⁰C sambil diperhatikan
setiap 10 tetes destilat betul-betul membuat 2 lapisan dengan 1 ml air
3. Bila tidak ada lagi ester yang terdestilat, ditambahkan pada destilat 10 ml
Na2CO3 dan dikocok selama 1 menit dan dibiarkan selama kurang lebih 12
jam.
4. Dipisahkan lapisan atas (ester) dengan lapisan bawah (air).
5. Ditimbang berat destilat yang diperoleh
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari percobaan yang kami lakukan didapatkan hasil yang dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Esterifikasi
No. Cara Kerja Hasil Pengamatan
1. 30 ml Etanol + 10 ml - Warna campuran bening
Asam Asetat + 2 ml Asam - Terasa panas
sulfat
2. Campuran direfluks - Menghasilkan ester
dengan suhua 91,9 ⁰C dan - Warna yang dihasilkan
125 Rpm bening
selama 35 menit - Suhu menjadi 93,8 ⁰C
3. Hasil desilat ditimbang - Berat destilat sebesar 15,99
gram
- Berwarna bening
4. Desilat dimasukkan - Berwarna keruh diatas
kedalam corong pemisah + - Terbentuk 2 lapisan ,alpisan
10 ml Natrium Karbonat atas Natrium Karbonat dan
20% lalu kocok secara lapisan bawah ester
perlahan
5. Pisahkan ester kemudian Massa ester adalah 4,63 gram.
kemudian timbang berat
ester

4.2 Pembahasan
Pembuatan ester dalam percobaan ini mereaksikan etanol dan asam asetat
dengan katalis asam klorida dan asam sulfat dengan wujud berupa cairan tak
berwarna dan memiliki aroma khas seperti balon. Reaksi yang terjadi dapat dilihat
sebagai berikut :

C2H5OH + CH3COOH → C4H8O2 + H2O


Ketika 30 ml larutan etanol, 10 ml larutan CH3COOH glasial dan 2 ml
larutan H2SO4 dimasukkan ke dalam labu leher tiga, labu leher tiga tersebut terasa
panas, hal ini berarti bahwa campuran tersebut sudah bereaksi ditandai dengan
terjadinya perubahan suhu namun tidak terjadi perubahan warna pada saat reaksi
pencampuran berlangsung. Dalam reaksi ini H2SO4 (asam sulfat) berperan sebagai
katalis. campuran direfluks selama 35 menit, dimana refluks adalah teknik
destilasi yang berfungsi untuk mereaksikan campuran dengan sempurna sehingga
campuran dapat bercampur dengan baik.
Pada percobaan esterifikasi, suhu yang digunakan adalah 70⁰C. jika suhu
terlalu tinggi, maka etanol akan mudah menguap  karena titik didih etanol adalah
78,37℃ (Fessenden dan Joan S, 1982). Hasil dari cara kerja ini adalah timbulnya
aroma yang sangat khas dan campuran berwarna keruh.
Setelah direfluks, campuran tersebut dimasukkan ke dalam corong
pemisah dan ditambahkan 10 ml Na2CO3. Tujuan penambahan Na2CO3 adalah
untuk mencuci agar pengotor yang masih ada dalam Etil Asetat dihilangkan. Dari
hasil percobaan terlihat bahwa pengotor dan garam natrium yang larut dalam air
ini berada pada lapisan bawah sedangkan etil asetat berada pada lapisan
atas. Pembentukan dua lapisan ini disebabkan oleh adanya perbedaan massa jenis,
dimana garam natrium yang larut dalam air memiliki massa jenis yang lebih besar
dari pada senyawa organik yang terbentuk, garam natrium memiliki massa jenis

2.16 g/ sedangkan etil asetat 0.902 g/ . Selain itu, kepolaran juga sangat

mempengaruhi terjadinya pemisahan lapisan ini, dimana garam natrium dalam air
ini bersifat polar sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan (etil
asetat) bersifat non polar. Berdasarkan sifat kelarutannya, senyawa polar tidak
akan larut dalam pelarut non polar dan begitu pula sebaliknya..dan tujuan
selanjutnya adalah untuk menetralkan ester dengan cara mengikat ion-ion H+ yang
sebelumnya diperoleh dari katalisnya yang bersifat asam dan juga dari reaktannya
yaitu asam karboksilat. Na2CO3 juga merupakan pelarut ion karena merupakan
elektrolit yang kuat. Hasilnya akan terbentuk dua lapisan yang diakibatkan oleh
perbedaan densitas antara larutan ester dengan lapisan larutan Na2CO3 yang

memiliki massa jenis 2.54g/ . lapisan bawah akan mengandung Na2CO3, zat

pengotor, sisa pengotor, sisa pereaksi dan pembawa asam, sedangkan lapisan atas
merupakan larutan yang lebih kecil densitasnya yaitu ester dan air(Styaningrum,
2013). setelah ester dipisahkan dan ditimbang dan didapat massa ester adalah 4,63
gram.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Berat ester yang didapat sebanyak 4,63 gram.
2. Fungsi penambahan Na2CO3 adalah untuk menetralkan ester.
3. Fungsi H2SO4 adalah sebagai katalis.
4. Ester berwana keruh dan memiliki aroma yang sangat khas.

5.2 Saran
1. Untuk memperoleh hasil yang maksimal,maka akses reaktan perlu
diperbesar. Mol reaktan berlebih dan mol reaktan pembatas diperbesar.
2. Pada pembuatan ester kita harus menjaga suhunya agar konstan, karena
apabila suhu reaktan terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka ester yang ingin
kita buat tidak akan terbentuk dengan sempurna.
3. Lebih memahami lagi berbagai hal tentang proses esterifikasi
4. Dalam pemasangan alat harus dilakukan dengan benar karena pada saat
destilasi apabila pemasangan kondensor tidak rapat, maka etil asetat akan
menguap sehingga hasil yang didapat akan sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Alfi, Muhammad. 2013. Kimia Organik. Jakarta: Bima Sakti.

Dirjen POM. 1972. Farmakope Indonesia edisi 3. Jakarta: Depkes RI.

Fessenden. 1982. Kimia Organik edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Fessenden,Ralph J dan Joan S.  Fessenden. 1982. Kimia Organik.Jakarta:


Erlangga.

Halim. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif edisi 1. Jakarta: Erlangga.

Rachmawati, M, Johari, J, M, C. 2008. Kimia 3. Jakarta: ESIS.


LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

No. Cara Kerja Hasil Pengamatan


1. 30 ml C2H5OH + 10 ml - Warna campuran bening
CH3COOH + 2 ml H2SO4 - Terasa panas
2. Campuran direfluks - Menghasilkan ester
dengan suhua 91,9 ⁰C dan - Warna yang dihasilkan
125 Rpm bening
selama 35 menit - Suhu menjadi 93,8 ⁰C
3. Hasil desilat ditimbang - Berat destilat sebesar 15,99
gram
- Berwarna bening
4. Desilat dimasukkan - Berwarna keruh diatas
kedalam corong pemisah + - Terbentuk 2 lapisan ,alpisan
10 ml Na2CO3 20% lalu atas Na2CO3,lapisan bawah
kocok secara perlahan ester
5. Pisahkan ester kemudian Massa ester adalah 4,63 gram
kemudian timbang berat
ester
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Berikan tahap-tahap dari pembentukan etil nitrit (H3CCH2ONO) dari asam


nitrit dan etanol.
Jawab :

R-OH + R’ – COOH R – COO – R’ + H2O

CH3CH2OH + HCOONO CH3CH2 – COO – NO + H2O

R – OH HCOO – R R – COO – R’ + H2O

etanol asam nitrit etil nitrit air

2. Ramalkan produk esterifikasi dari reduksi berikut :


H3CCH2ONO + CH3OH
Jika 10 gram methanol direaksikan, berapa liter ester yang terbentuk pasa
STP?
Dik: CH3OH = 10 gr

CH3OH = 0,9 gr/l

Dit: V ester pada stp

Jawab: =

V=

=
= 11,1 l
Maka volume pada stp

= 0,49 l
= 490 ml
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No. Nama dan gambar alat Fungsi


1. Erlenmayer Untuk mengukur dan
mencamur bahan-bahan
analisa, menampung larutan,
wadah untuk melakukan titrasi
bahan.

2. Thermometer Untuk mengukur suhu.

3. Corong pemisah Untuk memisahkan 2 cairan,


dan untuk mengencerkan
larutan.

4. Pipet volume Untuk mengambil larutan


dengan volume tertentu.
5. Corong Alat bantu untuk memindahkan
atau memasukkan larutan ke
wadah yang mempunyai
dimensi pemasukkan sampel
bahan kecil.

6. Labu leher tiga Fungsinya digunakan dalam


proses destlasi. Pada masing-
masing leher adalah tempat
untuk memasukkan bahan yang
akan di destilasi.
7. Bola penghisap Untuk membantu proses
pengambilan cairan.

8. Gelas ukur Untuk mengukur volume baik


cair maupun padat pada
berbagai ukuran volume.

9. Gelas kimia Untuk mengaduk, mencampur,


dan sebagai wadah
memanaskan cairan.
10. Neraca digital sebagai alat ukur massa/berat
yang lebih teliti

11. Refluks Untuk mensintesis suatu


senyawa baik organik maupun
anorganik

Anda mungkin juga menyukai