Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Kimia Dasar

SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK

KEZIA OCTALINE ABBAS


H041221059

KELOMPOK VIII

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lebih dari satu juta senyawa terdiri dari gabungan karbon, hidrogen,

oksigen, nitrogen atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan senyawa tersebut

merupakan bagian dari kimia organic. Unsur karbon sangat istimewa karena

memiliki kemampuan untuk mengadakan ikatan kovalen yang kuat dengan

sesamanya. Atom-atom karbon dapat membentuk rantai lurus, bercabang atau atau

bentuk cincin. Kemungkinan penyusun ikatan yang tak terbatas antar atom karbon

tersebut menyebabkan tingginya keragaman senyawa karbon (Aisyia, 2013).

Sejak awal studi kimia pada pertengahan 1700-an, orang memperhatikan

bahwa zat yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan berbeda dengan yang diperoleh

dari mineral. Mereka tidak hanya memiliki titik lebur yang lebih rendah, mereka

juga cenderung membusuk saat dipanaskan dan pada umumnya lebih sulit untuk

dikerjakan dan dimurnikan. Istilah kimia organik digunakan untuk mempelajari

senyawa dari sumber yang tidak hidup (Aisyah, 2013).

Hari ini kita tahu bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara senyawa

organik dan anorganik, prinsip yang sama berlaku untuk keduanya. Satu-satunya

ciri umum senyawa dari sumber hidup adalah semua mengandung unsur

karbohidrat. Dengan demikian, kimia organik sekarang didefinisikan sebagai studi

senyawa karbon. Berdasarkan uraian diatas maka alasan dilakukannya percobaan

ini adalah untuk mengetahui kelarutan berapa suatu senyawa organik dan

mempelajari beberapa macam reaksi senyawa organik (Aisyah, 2013).


1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kelarutan beberapa

senyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu :

1. mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik.

2. mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah penentuan kelarutan senyawa organik dengan

cara mencampurkan senyawa organik dengan air dan dietil eter dan reaksi-reaksi

senyawa organik dengan perubahan yang terjadi setelah ditambahkan dengan

zat-zat pengoksidasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelarutan Senyawa Organik

Kelarutan adalah sifat dimana zat padat, cair atau gas dapat melarut pada

pelarutnya dan membentuk larutan yang homogen. Istilah senyawa organik untuk

pertama kalinya dipergunakan pada tahun 1777 untuk satu golongan senyawa-

senyawa yang terdapat secara langsung atau tidak langsung dati tumbuh-tumbuhan

dan hewan ialah organism (jasad hidup). Tingkat kelarutan didefinisikan dengan

seberapa banyak zat terlarut yang larut hingga keadaan jenuh. Kesetimbangan

larutan terjadi pada saat jenuh, karena kecepatan reaksi telah konstan. Satuan dari

kelarutan dapat berupa konsentrasi, molaritas, fraksi mol, rasio mol, dan unit

lainnya (Apsari, 2020).

Kelarutan dipengaruhi oleh suhu, pada suhu tinggi umumnya kelarutannya

makin tinggi, kecuali CaSO4, sedangkan tekanan hampir tidak berpengaruh. Selain

itu, kelarutan akan menurun dengan adanya ion senama, tetapi adanya ion asing

kelarutannya akan sedikit meningkat. Hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan yang

menggambarkan kelarutan suatu ion zat padat dan memberikan harga hasil kali

konsentrasi ionnya (aktivitas ion) dalam larutan jenuh (Yusuf, 2019).

2.2 Reaksi Senyawa Organik

Reksi senyawa melibatkan konversi satu atau lebih lebih zat menjadi satu

atau zat yang berbeda. Dengan kata lain, reaksi kimia akan menghasilkan

pengaturan ulang susunan atom atau ion untuk membentuk zat lain. reaksi kimia

pada senyawa-senyawa organik biasanya terjadi dalam bentuk zat lain. reaksi kimia

pada senyawa organik melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kovalen


yang baru. Pemutusan ikatan kovalen yang terjadi pada reaksi senyawa organik

dapat berupa pemutusan homolitik ataupun heterolitik (Clayden, 2012).

Pemutusan homolitik terjadi apabila setiap spesi hasil pemutusan ikatan

masing-masing membawa satu elektron ikatannya. Proses ini menghasilkan spasi

yang mengikat satu elektron tidak berpasangan yang dikenal juga sebagai radikal

bebas. Pemutusan heterolitik terjadi apabila salah satu spesi hasil pemutusan

menghasilkan dua ikatan membawa kedua elektron ikatan, sedangkan spesi lainnya

kekurangan elektron dan memiliki orbital kosong. Spesi yang kelebihan elektron

dikenal sebagai anion, sedangkan spesi yang kekurangan elektron dikenal sebagai

kation (Clayden, 2012).

Reaksi organik dapat dikelompokkan menjadi reaksi reduksi oksidasi dan

nonreaksi reduksi oksidasi. Pertama adalah reaksi substitusi, melibatkan

penggantian satu kelompok gugus fungsional dalam suatu molekul oleh suatu gugus

fungsional yang lain. reaksi substitusi dalam kimia organik dapat diklasifikasikan

sebagai reaksi substitusi elektrofilik atau nukleofilik, tergantung pada reagen yang

terlibat. Reaksi substitusi nukleofilik biasanya terjadi pada senyawa jenuh, seperti

alkana dan turunannya, semisal alkil halida, sedangkan substitusi elektrofilik sering

terjadi pada senyawa aromatik (Marzuki, 2021).

reaksi adisi melibatkan penggabungan dua atau lebih molekul untuk

membentuk satu molekul lain. reaksi ini dibatasi oleh senyawa tidak jenuh, seperti

molekul yang memiliki ikatan rangkap dua karbon-karbon (alkena) dan ikatan

rangkap tiga karbon-karbon (alkuna). Elektron dalam ikatan ini dapat bereaksi

dengan suatu elektrofil sehingga disebut sebagai adisi elektrofilik. Ikatan rangkap
dua pada karbon heterotom, seperti karbonil atau imin, menyebabkan atom karbon

bermuatan parsial positif sehingga mudah diserang nukleofil. Adisi pada ikatan

rangkap dua pada karbon heteroatom merupakan adisi nukleofilik (Marzuki, 2021).

Reaksi eliminasi adalah reaksi organik ketika dua substituen dilepaskan dari

suatu molekul substrat membentuk ikatan rangkap. Pada sebagian besar reaksi

eliminasi organik, setidaknya satu hidrogen hilang membentuk ikatan rangkap.

Reaksi eliminasi dapat dianggap sebagai kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi

eliminasi adalah reaksi yang sangat penting dalam sintesis alkena. Beberapa reaksi

eliminasi yang digunakan dalam sintesis alkena, yaitu dehidrohalogenasi alkil

halida dan dehidrasi alkohol (Marzuki, 2021).

Reaksi penataan ulang adalah kelas reaksi organik yang luas ketika

kerangka karbon suatu molekul disusun ulang untuk menghasilkan isomer

struktural dari molekul asli. Reaksi ini melibatkan perpindahan atom atau gugus

dalam suatu molekul dari satu atom ke atom lain. Atom atau gugus fungsdi yang

berpindah disebut sebagai gugus yang berimigrasi, atom pertama yang mengikat

gugus yang berimigrasi disebut sebagai asal migrasi, sedangkan atom yang

ditempati gugus yang berimigrasi disebut sebagai migrasi akhir (Marzuki, 2021).

Reaksi oksidasi dilakukan dengan adanya oksigen, contohnya senyawa

ozon. Reagen ini biasa digunakan untuk mengoksidasi ikatan rangkap karbon-

karbon seperti pada senyawa alkena atau alkuna membentuk karbonil. Reagen ini

juga dapat digunakan untuk mengoksidasi ikatan rangkap nitrogen-nitrogen seperti

senyawa Aazo yang membentuk nitrosamin.Reaksi reduksi dari suatu senyawa

dapat dilihat dari perubahan dalam jumlah ikatan terhadap hidrogen dan jumlah

ikatan terhadap atom yang lebih elektronegatif (Marzuki, 2021).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dari percobaan sifat-sifat senyawa organik

adalah dietil eter, n-heksana, etanol, etil asetat, akuades, glukosa, kalium

permanganat, dan Fehling A+B.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan reaksi ini adalah tabung reaksi,

pipet tetes berskala, rak tabung reaksi, kaki tiga, pembakar spiritus, kawat kasa,

gelas kimia, gegep

3.3 Prosedur

3.3.1 Kelarutan n-heksana

Pertama, dimasukkan akuades ke dalam empat tabung reaksi sebanyak 0,5

mL. Lalu, dietil eter dimasukkan ke dalam empat tabung reaksi lainnya sebanyak

0,5 mL. Kemudian, ditambahkan masing-masing 10 tetes n-heksana pada tabung

pertama akuades dan dietil eter, kemudian dihomogenkan. Lalu, diamati dan dicatat

perubahan yang terjadi. Selanjutnya, ditambahkan masing-masing 10 tetes etanol

pada tabung kedua akuades dan dietil eter, kemudian dihomogenkan. Setelah itu,

diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Selanjutnya, ditambahkan masing-

masing 10 tetes etanol pada tabung ketiga akuades dan dietil eter, kemudian

dihomogenkan. Lalu, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Terakhir,

ditambahkan masing-masing 10 tetes asetaldehida pada tabung keempat akuades


dan dietil eter, kemudian dihomogenkan. Setelah itu, diamati dan dicatat perubahan

yang terjadi.

3.3.2 Prosedur Reaksi-reaksi Senyawa Organik

Pertama, n-heksana, etanol, dan aseton, dimasukkan ke dalam tiga tabung

reaksi yang berbeda sebanyak 1 mL. Lalu, kalium permanganat (KMnO4)

ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam tabung yang berisikan n-heksana, etanol,

dan aseton, lalu dihomogenkan. Setelah itu, diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi. Bila tidak terjadi perubahan, tabung dipanaskan di atas penangas air,

kemudian diamati dan dicatat kembali perubahan yang terjadi. Kedua, kloroform

dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL. Setelah itu, ditambahkan 5

tetes aseton ke dalam tabung yang berisikan kloroform, kemudian dihomogenkan.

Selanjutnya, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Ketiga, dimasukkan 1 mL

larutan glukosa ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5 tetes fehling

A+B ke dalam tabung reaksi yang berisikan larutan glukosa. Lalu, dilakukan

pemanasan agar reaksi pada larutan cepat berlangsung. Terakhir, diamati dan

dicatat perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

4.1.1 Tabel Kelarutan Senyawa Organik

Tabel 1. Kelarutan Senyawa Organik


Jumlah Fase
Jumlah Fase
Zat dalam
dalam Keterangan
terlarut Campuran Dietil
Campuran Air
Eter

n-heksana 2 fase 1 fase Non polar

Kloroform 2 fase 1 fase Non polar

Etanol 1 fase 1 fase Semi polar

Etil Asetat 1 fase 1 fase Semi polar

4.1.2 Tabel Reaksi Senyawa Organik

Tabel 2. Reaksi Senyawa Organik


Perubahan yang Terjadi

Zat Fehling Keterangan


KMnO4 Aseton
A+B

Baik sebelum dan


Tidak
n-heksana sesudah dipanaskan x x
bereaksi
membentuk 2 fase

Sebelum dipanaskan
Etanol x x Bereaksi
terbentuk 1 fase dan
endapan coklat.

Setelah dipanaskan

terbentuk endapan

coklat.

Tidak bereaksi, baik


Tidak
Aseton sebelum atau sesudah x x
bereaksi
dipanaskan.

Membentuk

Kloroform x campuran 1 x

fase.

Terbentuk

Glukosa x x endapan Bereaksi

merah bata

4.2 Pembahasan

Pada percobaan pertama, digunakan akuades, dan dietil eter, kemudian

masing-masing ditambahkan dengan 10 tetes n-heksana, etanol, kloroform, dan etil

asetat, yang nantinya akan menghasilkan campuran yang memiliki satu atau dua

fase. Berdasarkan tabel pertama, dilihat bahwa n-heksana dan kloroform ketika

dicampurkan dengan akuades dan dietil eter. Didapatkan hasil, bahwa campuran

akuades dengan n-heksana atau kloroform akan membentuk 2 fase. Akan tetapi,

campuran dietil eter dengan n-heksana dan kloroform menghasilkan campuran

dengan 1 fase. Hal ini menjadikan kloroform adalah senyawa yang non-polar,

karena tidak dapat larut dalam pelarut yang polar seperti air. Untuk Senyawa etanol
dan etil asetat, berdasarkan tabel, bila dicampurkan dengan akuades dan dietil eter,

akan menghasilkan campuran masing-masing 1 fase. Hal ini menjadikan alkohol

adalah senyawa yang semi polar, karena dapat larut dalam pelarut polar seperti air

dan senyawa non polar seperti dietil eter.

Pada percobaan kedua, digunakan n-heksana, aseton, dan etanol, yang

nantinya akan ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4. Kedua, digunakan senyawa

kloroform yang akan ditambahkan dengan 5 tetes larutan aseton. Terakhir,

digunakan senyawa glukosa yang akan ditambahkan 5 tetes larutan Fehling A+B,

dan dipanaskan di penangas air. Berdasarkan tabel 2. yang membahas mengenai

hasil pengamatan reaksi senyawa organik. Didapatkan bahwa n-heksana yang

ditambahkan 5 tetes KMnO4 menghasilkan campuran dengan 2 fase dan tidak

mengalami perubahan warna ataupun adanya endapan, baik itu sebelum atau

sesudah di panaskan. Hal ini membuktikan bahwa n-heksana tidak akan bereaksi

dengan KMnO4. Selanjutnya, berdasarkan tabel, didapatkan bahwa etanol yang

ditambahkan 5 tetes KMnO4, akan menghasilkan campuran 1 fase dan adanya

endapan coklat di dasar tabung. Setelah di panaskan, akan menghasilkan endapan

coklat yang lebih banyak. Hal ini membuktikan bahwa etanol yang ditambahkan

KMnO4 akan bereaksi. Terakhir, berdasarkan tabel, didapatkan bahwa aseton akan

yang ditambahkan KMnO4 akan menghasilkan campuran dengan 2 fase, baik

sebelum maupun setelah dipanaskan. Hal ini membuktikan bahwa aseton yang

ditambahkan dengan KMnO4 tidak akan bereaksi. Setelah itu, dilakukan percobaan

dengan digunakannya kloroform 1 mL yang ditambahkan dengan 5 tetes aseton.

Berdasarkan tabel, didapatkan hasil berupa campuran dengan 1 fase. Hal ini
membuktikan bahwa kloroform yang ditambahkan aseton dapat beraksi. Terakhir,

dilakukan reaksi dan digunakan 1 mL glukosa yang diberikan dengan 5 tetes larutan

Fehling A+B, lalu dipanaskan agar terjadi reaksi yang lebih cepat. Berdasarkan

tabel, didapatkan bahwa campuran antara glukosa dan larutan Fehling A+B yang

telah dipanaskan terdapat endapan yang berwarna merah bata di bahwa tabung

reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa yang ditambahkan dengan larutan

Fehling A+B bereaksi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Senyawa organik hanya dapat larut pada pelarut yang memiliki sifat yang sama

dengannya, yaitu senyawa polar hanya larut dalam pelarut yang polar, begitu

pula sebaliknya, senyawa non polar yang hanya larut dalam pelarut yang non

polar. Kloroform dan n-heksana termasuk ke dalam senyawa non-polar

dikarenakan kedua senyawa ini terlarut di dalam pelarut yang non polar, seperti

dietil eter, dan tidak akan larut dalam pelarut polar, seperti akuades. Sedangkan

untuk senyawa etanol dan etil asetat, kedua senyawa ini larut ke dalam pelarut

polar, seperti akuades, dan pelarut non polar, seperti dietil eter. Etanol dan etil

asetat termasuk ke dalam kelompok senyawa semi polar dikarenakan dapat larut

pada dua jenis pelarut, yaitu pelarut polar dan pelarut non polar.

2. Gugus fungsi pada suatu senyawa organik akan menentukan reaksi yang dapat

atau tidak dapat terjadi bila diberikan sebuah senyawa tertentu pada suatu

senyawa organik. Etanol dapat mengalami reaksi dan menghasilkan endapan

coklat di bagian dasar tabung reaksi, sedangkan kloroform dan aseton tidak

mengalami reaksi apa pun. Kloroform dapat bereaksi dengan aseton

dikarenakan terbentuknya campuran 1 fase. Terakhir, glukosa dapat beraksi

dengan Fehling A+B dan menyebabkan adanya endapan merah bata di bagian

dasar tabung setelah dipanaskan di dalam penangas air.


5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah sebaiknya alat-alat laboratorium

dilengkapi dan diperbanyak, agar semua praktikan bisa melakukan semua

percobaan, dan juga agar media yang rusak dalam laboratorium segera diperbaiki

supaya setiap percobaan dapat berjalan dengan baik.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten adalah sebaiknya jika memaparkan materi khususnya

saat praktikum daring lebih memperjelas suaranya, agar setiap materi yang

disampaikan bisa diterima dengan baik oleh praktikan.


DAFTAR PUSTAKA

Apsari, K., dan Chaerunisa A.Y., 2020, Upaya Peningkatan Kelarutan Obat, Jurnal
Farmaka, 18(2), 57-58.

Clayden, J., 2012, Organic Chemistry. Oxford University Press; Oxford.

Marzuki, I., 2019, Pengantar Kimia Organik Fisis. CV. Tohar Media; Makassar.

Yusuf, Y., 2019, Kimia Analisis. EduCenter Indonesia; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai