Oleh:
KELOMPOK I
Anggota :
1.Ulmiza Putri Mutia (1908109010001)
2. Maulidaini (1908109010002)
3. Amanda Salsabila (1908109010003)
4. Zaid Zafril Alif (1908109010004)
5. Qurrata Ayuni (1908109010005)
6. Husna Ath Thaariq (1908109010006)
7. Cut Sara Salsabila (1908109010007)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA
ACEH 2020
ABSTRAK
Senyawa organik hanya mewakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang
mengandung satu atom karbon atau lebih. Kimia organik barangkali lebih baik
didefinisikan sebagai kimia senyawa yang mengandung karbon. Meskipun
penggolongan seperti ini agak terbatas, fakta menunjukkan bahwa senyawa yang
mengandung atom karbonlah yang banyak terdapat di muka bumi ini. Fakta ini
adalah akibat dari kemampuan atom karbon membentuk ikatan dengan atom
karbon lain. Jika sifat khas ini dibarengi dengan kemampuan atom karbon
membentuk empat ikatan dalam ruang tiga dimensi, maka berbagai susunan atom
dapat terjadi (Michael, 2007).
Reaksi adisi adalah penambahan senyawa tertentu pada senyawa tak jenuh. Reaksi
ini lebih mudah berlangsung dari pada reaksi-reaksi substitusi pada senyawa tak jenuh
terdapat ikatan yang tidak stabil, maka mudah mengikat atom yang lain. Reaksi
polimerisasi adalah proses pembentukan molekul polimer dari molekul yang
sederhana. Reaksi substitusi khas untuk golongan alkana. Gugus fungsi menggantikan
atau H pada reaksi rantai atau cincin. Reaksi ini merupakan reaksi karakteristik dari
senyawa tak jenuh seperti alkena dan alkuna. Setelah mengalami reaksi adisi,
alkena akan berubah menjadi senyawa jenuh alkana. (Keenan, 1987).
Polimer sintetik diciptakan dengan menggabungkan monomer, satu demi satu.
Reaksi ini berlangsung melalui reaksi adisi. Reaksi adisi melibatkan senyawa tak
jenuh yang mengandung ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Ikatan rangkap
tersebut akan diputuskan menjadi ikatan tunggal. Hidrogenasi dan reaksi-reaksi
hirdogen halida dan halogen dengan alkena dan alkuna adalah contoh dari reaksi
adisi. (Chang, 2005).
Suatu karbon kation adalah suatu zat antara yang tidak stabil dan berenergi
tinggi yang dengan segera bereaksi lebih lanjut. Salah satu karbon kation
mencapai produk yang stabil adalah dengan bereaksi dengan sebuah nukleofil.
Karbon kation dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa dengan suatu
reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi alkil halida ion halida yaitu ion yang
paling mudah menggantikan baru ion bromida dan kemudian klorida karena
merupakan baja yang lebih kuat dari pada klorida yang lain. Hal ini disebabkan
karena ikatan C-F lebih kuat dari pada ikatan C-X lain (Fessenden, 1982).
Reaksi kimia organik dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu macam
reaksinya dan bagaimana reaksi dapat terjadi. Terdapat empat tipe reaksi organik,
yaitu reaksi adisi, eliminasi, substitusi, dan penataan ulang. Reaksi adisi yaitu
reaksi penggabungan dua atau lebih molekul membentuk suatu produk tunggal
yang ditandai dengan hilangnya ikatan rangkap. Reaksi ini merupakan reaksi
karakteristik dari senyawa tak jenuh seperti alkena dan alkuna. Setelah mengalami
reaksi adisi, alkena akan berubah menjadi senyawa jenuh alkana (John, 2012).
Secara umum, reaksi adisi pada alkena dapat diilustrasikan seperti berikut :
R−Q + PX → R−X + PQ
a. Uji brom
Warna orange.
Heksana + air brom (di tempat gelap)
4.2. Pembahasan
Reaksi-reaksi organik dapat terjadi pada alkana, alkena, dan alkuna. Reaksi-
reaksi senyawa organik juga dapat digolongkan beberapa tipe, yaitu reaksi
subtitusi, reaksi adisi, reaksi eliminasi, dan reaksi oksidasi. Namun dalam
percobaan kali ini reaksi-reaksi organik yang di uji hanya reaksi-reaksi senyawa
organik alkena dan alkuna, dan yang di uji hanya meliputi dua jenis reaksi, yaitu
reaksi adisi dan reaksi subtitusi. Reaksi adisi merupakan reaksi pemutusan ikatan
rangkap menjadi ikatan tunggal. Sedangkan reaksi subtitusi adalah reaksi
penggantian suatu atom atau gugus atom menjadi atom atau gugus atom yang lain.
Minyak merupakan senyawa organik yang tak jenuh, yaitu senyawa yang
memiliki ikatan rangkap. Komponen penyusun utama minyak kelapa sawit adalah
trigliserida. Minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida yang merupakan ester
dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa minyak
merupakan ester yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gliserol. Minyak
kelapa sawit merupakan asam lemak berupa asam palmitat atau asam
heksadekanoat dengan rumus molekul C16H32O2..
Uji brom pada reaksi adisi menggunakan minyak makan yang ditambahkan
air brom. Uji brom ini bertujuan untuk memutuskan ikatan rangkap yang ada pada
minyak. Saat minyak ditambah dengan beberapa tetes air brom, warna minyak
akan berubah menjad lebih pudar. Setelah ditambahkan beberapa tetes air brom
dan di diamkan 10 menit, warna minyak berubah menjadi warna kuning pudar.
Fungsi air brom adalah sebagai oksidator terhadap minyak. Sehingga minyak
teroksidasi dan putusnya ikatan rangkap pada minyak menyebabkan warna
minyak memudar. Memudarnya warna minyak menandakan bahwa ikatan
rangkap pada minyak telah putus. Akan tetapi, tidak seluruhnya putus, artinya
minyak masih tak jenuh.
Uji brom pada reaksi adisi ini ingin melihat minyak yang tak jenuh berubah
menjadi jenuh, yaitu dengan memutuskan ikatan rangkap pada minyak, dengan
penambahan air brom terus-menerus membuat warna minyak berubah menjadi
warna air brom. Saat dilakukan percobaan, air brom yang ditambahkan terus
menerus sampai beberapa tetes tidak mengubah warna minyak menjadi warna air
brom, diperlukan lebih banyak tetes air brom untuk membuat minyak menjadi
jenuh atau menjadi warna air brom. Namun beberapa tetes air brom yang
ditambahkan terus menerus juga memperlihatkan sedikit adanya perubahan pada
warna minyak. Warna minyak menjadi kuning keemasan.
Uji Baeyer pada reaksi adisi menggunakan minyak kelapa yang ditambahkan
dengan etil alkohol. Penambahan etil alkohol pada minyak menghasilkan dua
lapisan zat yang tidak saling larut. Larutan ini tidak saling larut disebabkan oleh
perbedaan kepolaran. Minyak bersifat nonpolar, sedangkan etil alkohol bersifat
polar. Lapisan atas adalah etil alkohol dan lapisan bawah adalah minyak.
Perbedaan fase ini disebabkan oleh massa jenis kedua larutan. Massa jenis etil
alkohol lebih kecil daripada massa jenis minyak. Setelah ditambahkan larutan
KMnO4 maka larutan yang tidak saling larut tersebut menjadi larut dan memilki
warna ungu pekat.
Uji Baeyer yang dilakukan pada minyak untuk mengetahui adanya suatu
ikatan rangkap atau tidak atau untuk mengetahui minyak tersebut jenuh atau tidak.
Larutan KMnO4 yang ditambahkan pada uji Baeyer berfungsi sebagai oksidator
terhadap minyak. Saat terbentuk larutan berwarna ungu, ikatan rangkap pada
minyak berikatan dengan larutan KMnO4 dimana ikatan rangkap pada minyak
terputus dan mengikat atom O. Warna ungu pekat yang terbentuk setelah
ditambahkan KMnO4 memudar setelah ditambahkan lagi beberapa tetes larutan
KMnO4 pergesaran warna ini menandakan adanya reaksi antara larutan. Ketika
dilakukan penambahan KMnO4 terus menerus, warnanya berubah menjadi warna
coklat. Warna coklat ini muncul karena adanya reaksi ion MnO 4- dengan alkena
atau alkuna. Saat reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat diganti
oleh warna coklat dari mangan dioksidasi.
Reaksi subtitusi yang dilakukan saat percobaan menggunakan larutan
benzena yang ditambahkan dengan air brom. Larutan ini dibuat menjadi dua
bagian. Bagian pertama diletakkan dibagian panas matahari, bagian kedua
diletakkan di ruang gelap. Hasil yang didapatkan dari percobaan ini adalah, bagian
pertama pertama menghasilkan warna merah hati pudar. Sedangkan warna larutan
bagian kedua menghasilkan warna yang lebih gelap (merah gelap). Perbedaan
warna ini terjadi karena peletakan pada tempat yang berbeda. Cahaya matahari
yang digunakan berfungsi sebagai katalis (mempercepat reaksi). Cahaya matahari
membuat benzena lebih mudah teroksidasi sehingga Br2 lebih mudah untuk
berikatan dengan benzena.
Reaksi subtitusi pada benzena termasuk reaksi subtitusi elektrofil. Benzena
merupakan senyawa tak jenuh. Namun senyawa benzena memiliki sifat yang
berbeda dengan senyawa hidrokarbon tak jenuh, yaitu benzena tidak mengalami
reaksi adisi melainkan reaksi subtitusi. Hal ini disebabkan oleh sifat resonansi
pada benzena. Benzena yang bereaksi dengan bromin akan membentuk radikal
bebas dari halogen pada reaksi subtitusi atom H digantikan oleh atom Br.
Subtituen yang digunakan pada reaksi subtitusi selain Br adalah Cl dan I.
Percobaan reaksi subtitusi ini juga dilakukan dengan menggunakan larutan n-
heptana yang ditambahkan dengan larutan bromin, larutan ini menghasilkan
warna yang berbeda. Bagian pertama menghasilkan larutan bening, karena
diletakkan di cahaya matahari. Hasil bagian kedua adalah yang berwarna merah
kecoklatan seperti warna air brom, karena diletakkan di ruang gelap.
Larutan n-heptana merupakan senyawa alkana yang nonpolar sehingga sukar
larut dalam air tetapi cenderung larut dalam pelarut-pelarut yang non polar seperti
eter, CCl4. Alkana adalah senyawa yang stabil (tidak reaktif), maka alkana dapat
digunakan sebagai pelarut. Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah maupun
kuat, akan tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara bila dibakar. Alkana
dapat mengalami reaksi subtitusi dengan menghasilkan senyawa alkil halida,
dimana atom hidrogen dari alkana akan disubtitusi oleh hidrogen. Dalam
percobaan ini alkana disubtitusi oleh bromin sehingga disebut brominasi. Dalam
proses reaksi subtitusi molekul halogen (Br) terbelah menjadi dua partikel netral
yang dinamakan radikal bebas. Suatu radikal adalah atom yang mengandung satu
atau lebih elektron yang tidak mempunyai pasangan. Saat proses penggadaan
molekul dimana radikal brom bertumbukan dengan molekul metana, radikal ini
akan memindahkan atom halogen (H) kemudian menghasilkan H-Br.
BAB V
KESIMPULAN
Keenan, Donald dan Kleinfelter, Wook, Jesse H., 1987. Ilmu Kimia untuk
Universitas. Terjemahan dari General College Chemistry oleh Aloysius
Hadyana Pujatmaka. Erlangga, Jakarta.