Reaksi
CHCl3 + H2O
CCl4 + H2O
C12H26 + H2O
C2H5-COOH+ H2O
H2SO4 + C6H12
HCl + C6H12
NaOH + C6H12
CH3OH + C6H12
C6H12O6 + C6H12
H2O + C6H12
c. Reaksi terhadap CHCl3
H2SO4 + CHCl3
HCl + CHCl3
NaOH + CHCl3
H2O + CHCl3
C2H5-COOH + NaOH
CCl4 + NaOH
C12H26 + NaOH
CHCl3 + NaOH
C6H12 + NaOH
H2SO4 + HCl
CH3OH + HCl
C2H5-COOH + HCl
CCl4 + HCl
CHCl3 + H2O
C6H12 + H2O
HCl + H2SO4
CH3OH + H2SO4
C2H5-COOH + H2SO4
CCl4 + H2SO4
CHCl3 + H2O
C6H12 + H2O
C12H26 + H2O
B. Pembahasan
terbanyak (dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan
dalam volume pelarut tertentu pada suhu tertentu. Garam menunjukkan interval
kelarutan yang besar dalam air. Kebanyakan reaksi pelarut untuk zat pada ionik
polar dan non polar, maka digunakan pelarut polar (air) dan pelarut semi polar
(heksana). Selain itu pula, digunakan pelarut NaOH, CHCl3, H2SO4 dan HCl.
Tujuan yang ingin dicapai dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi
Untuk senyawa lain yang larut dalam air meliputi alkohol, ester, aldehid,
keton, asam karboksilat, amida, amina dan nitril. Pada deret homolog yang
dan nitril memiliki nilai batas kelarutan dalam air. Senyawa-senyawa tersebut
yang memiliki jumlah atom sampai dengan empat cenderung lebih mudah larut
dalam air. Sifat mudah larut dalam deret homolog tersebut disebabkan gugus polar
masih dominan.
Senyawa ionik seperti garam tidak dapat larut dalam heksana. Hal ini
disebabkan kelarutan senyawa polar tergantung pada pengaruh gugus polar yang
relatif terhadap gugus non polar. Apabila gugus non polar lebih dominan dari
pada gugus polar, maka sifat non polarnya menjadi lebih kuat. Pada umumnya
senyawa dengan satu gugus polar tiap molekul atau senyawa akan lebih mudah
larut dalam heksana. Banyak senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam heksana. Jika senyawa tersebut dapat larut dalam air dan heksana
organik larut dalam air tetapi tidak larut dalam heksana, maka kemungkinan
senyawa tersebut adalah ionik (garam) atau sernyawa dengan dua atau lebih gugus
polar, tetapi atom karbonnya kurang dari empat per gugus polar.
Jika suatu senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut
dalam larutan NaOH maka dapat dinyatakan bahwa senyawa tersebut lebih asam
dari pada air dan mempunyai gugus fungsional asam. Senyawa yang termasuk
golongan ini, meliputi asam karboksilat, asam sulfonat, fenol, thiornol, amida dan
senyawa enol.
Apabila senyawa yang tidak larut dalam air atau H2O tetapi larut dalam
larutan HCl maka senyawa tersebut memiliki gugus fungsional basa. Gugus
fungsional basa ini meliputi senyawa-senyawa amina dan senyawa oksigen seperti
pyrole, anthocyanidin dari pigmen bunga yang dengan penambahan HCl terbentuk
dapat larut dalam air, heksana, larutan NaOH. Dalam rumus molekul asam asetat
ini mengandung dua buah atom C, sehingga menyebabkan asam asetat ini dapat
mudah larut dalam air atau senyawa uji yang lain karena secara teori, pada suku
pertama sampai suku keempat (C1-C4) mudah larut dalam air, tetapi untuk suku
kelima dan keenam (C5-C6) sedikit larut dalam air sedangkan untuk suku ketujuh
akan lebih tidak larut dalam air. Ketika senyawa asam asetat ini ditambahkan
larutan NaOH sedikit demi sedikit, maka akan timbul panas yang tinggi. Ketika
asam asetat ditambahkan dengahn NaOH, maka asam asetat ini akan berubah
menjadi garamnya yang larut dalam air, dan ion H+ dari asam ini akan mengubah
garam itu menjadi asam asetat kembali. Sedangkan ketika asam asetat
ditambahkan dengan HCl, maka tidak menimbulkan panas. Asam asetat ini
merupakan asam lemah, karena hanya sebagian kecil yang terionisasi apabila
dilarutkan dalam air. Semakin panjang rantai C, maka sifat keasamannya semakin
lemah.
yang ditandai dengan adanya atau tedapatnya bidang batas di dalam larutan,
begitu pula dalam heksana, senyawa ini larut sebagian, tetapi jika direaksikan
dengan NaOH dan HCl senyawa ini tidak larut. Hal ini disebabkan karena alkena
merupakan senyawa non polar sehingga gaya tarik antar molekulnya sangat lemah
karena non polar, maka alkena akan larut dalam pelarut non polar atau sedikit
polar. Kelarutan ini disebabkan oleh gaya tarik Van Der Waals antara pelarut dan
zat terlarut.
Berbeda halnya dengan sifat yang dimiliki etanol, dimana terlihat bahwa
etanol laut dalam air namun tidak larut dalam heksana. Etanol dapat larut dalam
air karena etanol berbobot molekul rendah. Kelarutan dalam air ini disebabkan
oleh ikatan hidrogen antara etanol dan air. Semakin panjang bagian hidrokarbon
dari suatu alkohol, maka makin rendah kelarutannya dalam air. Bila rantai
hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofob (menolak molekul air) ini dapat
disimpulkan bahwa etanol ini bersifat polar karena memiliki gugus OH. Semakin
panjang gugus alkil suatu alkohol, semakin berkurang kepolaran alkohol tersebut.
Kepolaran mempengaruhi kelarutan, sehingga alkohol dengan suku rendah
lebih mudah larut dalam pelarut polar, sebaliknya, alkohol dengan suku tinggi
sukar larut. Etanol memiliki titik didih tinggi, karena memilki gugus OH yang
bersifat sangat polar sehingga gaya tarik-menarik antar molekul alkohol sangat
kuat sampai terbentuk ikatan hidrogen. Ikatan alkohol sangat polar karena
parsial dan kecilnya atom Hidrogen, ia dapat berhubungan dengan dua atom
akan larut. Hal ini disebabkan karena antara heksana dan etanol sama-sama
yang ditandai dengan adanya atau terdapatnya bidang batas di dalam larutan,
begitu pula dalam heksana, senyawa ini larut sebagian, tetapi jika direaksikan
dengan NaOH dan HCl senyawa ini tidak larut. Hal ini disebabkan karena alkena
merupakan senyawa non polar sehingga gaya tarik antar molekulnya sangat lemah
karena non polar, maka alkena akan larut dalam pelarut non polar atau sedikit
polar. Kelarutan ini disebabkan oleh gaya tarik Van Der Waals antara pelarut dan
zat terlarut.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang ada pada percobaan ini,
2. Senyawa organik polar larut dalam pelarut polar seperti air, NaCl dan HCl
Cahyono, A.D., Agung, T.R., 2010, Pemanfaatan Fly Ash Batubara Sebagai
Adsorben Dalam Penyisihan COD Dari Limbah Cair Domestik Rumah
Susun Wonorejo Surabaya, Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 4 (1).
Martin, A., 1993, Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik. Edisi Ketiga 1, Jakarta: UI press.
Munawaroh, S., Handayani, P.A, 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut
(Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana, Jurnal
Kompetensi Teknik, 2 (1).