Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka
Dosen Pengampu: Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si
Disusun Oleh
Nila A’yun Nadila (A1C120011)
Ersia Kartika Putri (A1C120023)
Audina Khairani (A1C120047)
Miena Putri Purnama (A1C120077)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami smapaikan kepada Ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si
sebagai dosen pengampu pada mata kuliah kimia koloid dan antar muka yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunna makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Kiranya apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
KESAN .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Miselisasi ......................................................................... 5
2.2 Pembentukan Misel ......................................................... 6
2.3 Konsentrasi Kritis Micellisasi ......................................... 9
2.4 Struktur Misel .................................................................. 11
2.5 Faktor Konsentrasi Kritis Misel ...................................... 12
2.6 Nomor Agregasi Misel .................................................... 17
2.7 Adsorpsi ........................................................................... 19
2.8 Jenis-Jenis Adsorpsi ........................................................ 22
2.9 Faktor-Faktor Adsorpsi ................................................... 22
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
KESAN MENGIKUTI PERKULIAHAN
dan Antar Muka ini sangat senang rasanya, dikarenakan dapat mengikuti
perkuliahan Kimia Koloid dan Antar Muka secara tatap muka langsung atau
Offline dengan ibu Dosen Pengampu mata kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka
yaitu ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si selama mengikuti perkuliahan secara tatap
muka langsung penulis merasa sedikit paham dengan materi yang di ajarkan
muka ibu memberikan ulasan terhadap materi yang diberikan sehingga kami dapat
sedikit memahami materi. Dalam mengikuti perkuliahan ini telah banyak ilmu
yang kami terima, banyak pengalaman juga yang menyenangkan dan tak terduga.
Selain itu juga banyak hal lainnya dalam perkuliahan baik dan buruknya itu akan
v
BAB I
PENDAHULUAN
atau asosiasidari ion-ion surfaktan berupa sperikal yang merupakan zat aktif
permukaan yang dikenal dengan misel. Pada konsentrasi surfaktan yang lebih
tinggi akan terbentuk agregasi atau asosiasi dari surfaktan berupa sperikal, yang
dikenal dengan misel (Atkins, 1997). Miselisasi terjadi akibat interaksi hidrofobik.
surfaktan terhadap air, dan akan menghasilkan agregasi, sedangkan grup kepala
ion-ion surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan. Misel terdiri dari beberapa
jenis. Sabun, alkil sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion, garam amina
termasuk misel kation sedangkan polietilena termasuk misel non ionik. Kenaikan
konsentrasi diatas KKM. Surfaktan juga banyak digunakan dalam industri sebagai
emulsifier, foamming, dan anti foamming agent. Misel yang terbentuk dapat
1
digunakan, proses ini disebut dengan miselisasi. Ketika surfaktan ditambahkan
rendah atau pada antarmuka sampai seluruh permukaan jenuh dengan surfaktan.
disebut dengan KMK (Konsentrasi Misel Kritis) yang hanya terjadi ketika
konsentrasi surfaktan lebih besar dari KMK. Misel akan terbentuk ketika
Proses adsorpsi adalah salah satu proses penyerapan yang banyak digunakan
di bebarapa aspek kehidupan, misalnya dalam berbagai bidang industri atau dalam
masalah lingkungan. Salah satu aspek yang dapat dianalisa misalnya untuk
berbagai belahan dunia. Air yang tercemar oleh surfaktan ini sangat merugikan
menjadi rendah. Surfaktan ini juga dapat merangsang zat padat terapung seperti
Masalah lingkungan yang cukup serius ini memacu banyak kalangan untuk
permukaan zat penyerap yang membuat masuknya bahan dan mengumpul dalam
suatu zat penyerap. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu proses
maka ada yang menyebutnya adsorpsi. Pada adsorpsi ada yang disebut adsorben
2
dan adsorbat. Adsorben adalah zat penyerap, sedangkan adsorbat adalah zat yang
3
8. Untuk mengetahui jenis-jenis adsorpsi
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Miselisasi
ion-ion surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan. Misel terdiri dari beberapa
jenis. Sabun, alkil sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion, garam amina
termasuk misel kation sedangkan polietilena termasuk misel non ionik. Kenaikan
molekul itu berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi dan
molekul akan lebih bebas bergerak setelah molekul terlarut terkumpul menjadi
kumpulan kecil.
mendadak pada daerah konsentrasi tertentu. Ketika surfaktan berada diatas KKM,
secara normal tidak larut dalam pelarut yang digunakan. Hal ini terjadi karena
spesies yang tidak mudah larut dapat dimasukkan kedalam inti misel dimana
spesies tersebut terlarut didalam sebagian besar pelarut oleh kebalikan kepala
gugus yang berinteraksi dengan baik pada spesies pelarut. Penambahan surfaktan
secara kontinyu akan menyebabkan suatu keadaan dimana larutan menjadi jenuh
5
atau tertutupi oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan ke permukaan tidak terjadi
lagi. Misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus
Misel tersusun atas surfaktan ionik yang dikelilingi oleh awan ion-ion. Ion-
ion inti memiliki muatan berlawanan dengan muatan ionik surfaktan disebut ion
berlawanan. Ikatan ion berlawanan menetralisir muatan misel (hampir 90%), efek
pada jarak tertentu dari misel. Misel hanya terbentuk apabila konsentrasi surfaktan
lebih besar daripada KKM dan temperatur sistem lebih besar daripada temperatur
kritis misel.
nilai KMK rendah, memiliki arti bahwa surfaktan tersebut mudah membentuk
misel. Semakin rendah nilai KMK maka surfaktan digolongkan sebagai surfaktan
yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi atau dikatakan memiliki kualitas
6
Pembentukan misel merupakan salah satu dari sejumlah fenomena
terhadap air, dan akan menghasilkan agregasi, sedangkan grup kepala yang
Satu misel umumnya akan berisi 50-100 monomer. Terbentuknya misel membuat
menjadi jenuh atau tertutupi oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan ke permukaan
tidak terjadi lagi. Misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan
diperlakukan secara formal yang ketat dalam hal semua kesetimbangan mungkin :
(2.2.1)
termodinamika (ΔGᶿ, ΔHᶿ, ΔSᶿ) untuk proses agregasi kemudian dapat dinyatakan
7
Pengamatan dari ukuran kurang lebih misel bola di lingkungan cmc yang
(seperti yang natrium dodesil sulfat (SDS)) menunjukkan bahwa berbagai ukuran
(10.3.1) oleh karena itu, bahwa hanya satu dari nilai-nilai Kn penting. (Untuk SDS
itu akan menjadi sekitar K60 pada 25 c.) Dalam kasus pembentukan misel
direpresentasikan sebagai:
[𝑚𝑖𝑠𝑒𝑙] 𝐶𝑚
K= =
[𝑚𝑜𝑛𝑜𝑚𝑒𝑟]𝑛 𝐶𝑠𝑛
Model asosiasi tertutup (bagian 10.3.1) secara fisika tidak menarik. jika,
tambahan untuk agregat 49 harus secara drastis mengurangi energi bebas dari
agregat. dan mengapa itu harus sulit, atau tidak mungkin, untuk menambahkan
membangun struktur lengkap dan tentu saja salah satu dapat melihat bahwa
kelompok kepala secara efektif dapat melindungi residu hidrokarbon dari air. jika
agregat yang kristal mungkin ada alasan geometris untuk beberapa nomor
agregasi lebih erat ditentukan, tetapi ada banyak bukti (lihat misalnya phillips
1955; fisher dan oakenfull 1977) bahwa misel paling interior (setidaknya mereka
terbentuk dari surfaktan rantai panjang) adalah seperti cairan. untuk mendapatkan
8
dasar fisik yang wajar untuk mendefinisikan harus memprediksi fakta-fakta yang
Konsentrasi misel kritis yang dilabel cmc (critical micellar concentration) adalah
misel ini biasanya ditentukan cukup tajam dan dapat diidentifikasi dengan
mengamati salah satu perilaku sejumlah keseimbangan atau sifat transportasi dari
larutan.
9
Gambar 2.2 yang masing-masing mengalami perubahan mendadak dalam
hampir 50 persen (Kresheck 1975, gbr. 1) dan metode yang sama dalam perlakuan
yang berbeda dapat menghasilkan spread yang sama . Beberapa variasi mungkin
karena adanya sejumlah kecil pengotor , yang diketahui memiliki pengaruh yang
ekstrapolasi yang digunakan untuk menentukan cmc ( Nilai yang diperoleh dari
data konduktansi yang sama dapat bervariasi secara signifikan , tergantung pada
apakah plot terbuat dari konduktansi molar terhadap C1/2 atau konduktivitas
konsentrasi kritis micellisasi ini tetap penting. Hal ini dapat didefinisikan pada
satu atau sifat lain yg disarankan oleh Gambar 2.1 namun definisi yang lebih
Dimana Ø adalah salah satu dari sifat surfaktan dan CT adalah konsentrasi total
10
2.4 Struktur Misel
misel yang lebih disukai deskripsi 'disc-like' karena bukti dari transportasi dan
1. Surfaktan Anionik
memiliki ion negatif. Dalam medium air berpisah dengan kation positif menjadi
ion negatif. Contoh : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) ABS merupakan surfaktan
yang lebih efektifkarena memberikan busa yang banyak, harga murah, dan
2. Surfaktan Kationik
11
Surfaktan Kation (positif) Sama halnya dengan surfaktan anion, surfaktan
kation juga memisahkan diri dalam medium air. Kepala (bagian hidrofilik)
sebagai kation yang mana memiliki sifat surface active. Contoh: Senyawa-
senyawa Ammonium
3. Surfaktan Nonionik
Surfaktan Non ionik (tak bermuatan) Surfaktan non ionik tidak memisahkan
diri pada medium air. Surfaktan ini memiliki kutub polar seperpolyglycol eter atau
sebuah polyol. Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun asam
lemak), garam asam alkilsulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil
benzene sulfonat (LAS) lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau
4. Surfaktan Amfoterik
Surfaktan Amfoterik (positif atau negatif) Surfaktan ini memiliki ion positif
dan negatif. Rantai hidrofobik mengikat rantai hidrofilik sehingga tersusun dari
ion positif dan negatif. Perlakuannya tergantung pada kondisi medium atau nilai
12
Di mana b0 dan b1 adalah konstanta. Gambar 10.2.1 menggambarkan
sejumlah tipe surfaktan non-ionik dan ionik. Beberapa alasan untuk perbedaan
dalam nilai-nilai b0 dan b1 diungkapkan oleh gambar dan Tabel 10.1, akan
dibahas di bawah (bagian 10.4.2). itu tidak mengherankan bahwa sifat kepala
gugus mempengaruhi nilai b0, tetapi juga jelas bahwa itu sangat mempengaruhi
b1 juga.
13
Tabel 2.1 Nilai berbagai surfaktan
Hal ini juga harus dicatat bahwa non-Ionics biasanya memiliki cmc jauh
lebih rendah daripada Ionics meskipun nilai b0 pd non-ionik secara umum lebih
besar.
memiliki efek yang kuat pada cmc. Untuk berbagai ion dari valensi yang sama,
seri lyotropic (bagian 7.7.4) memiliki peran untuk menjelasan variasi yang lebih
kecil. Nilai untuk b0 dan b1 dikutip dalam tabel 10.1. Dengan kata lain,
Penurunan cmc hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar
14
3. Pengaruh Suhu dan Tekanan
temperature yang sangat lemah dan ketergantungan tekanan dari cmc, mengingat
bahwa itu adalah proses asosiasi (Lindman dan Wennerström 1980). Ini adalah
refleksi, tentu saja, perubahan yang sangat halus dalam ikatan, kapasitas panas,
dan volume yang menyertai proses micellization. Tampaknya mungkin bahwa jika
rentang suhu yang cukup lebar yang dapat diakses, semua sistem amphiphile akan
Kenaikkan suhu memiliki efek yang sangat berbeda pada surfaktan ionik dan
non-ionik. Untuk Ionics, terdapat suhu (disebut titik Krafft) jika suhu di bawah
titik krafft kelarutan yang terjadi cukup rendah dan larutan tampaknya tidak
mungkin dan ada kelarutan peningkatan pesat dari surfaktan. Hal ini penting
bawah titik Krafft. Surfaktan non-ionik cenderung berperilaku dengan cara yang
berlawanan. karena suhu dinaikkan, titik dapat dihubungi di mana agregat besar
dari non-ionik memisahkan ke dalam fase yang berbeda dan suhu di mana hal ini
memiliki efek pada cmc, terutama untuk Ionics. Untuk non-Ionics efeknya lebih
kecil tapi masih signifikan Perbedaan antara kedua secara dramatis ditunjukkan
15
Secara umum Adanya garam menurunkan nilai cmc surfaktan ion. Penurunan
cmc hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar
Jumlah yang sangat rendah dari zat organic dapat memberikan perubahan
yang nyata pada nilai cmc dalam air, oleh karena sebagian dari zat organik ini
sebagai pengobatan atau hasil samping dari pembuatan surfaktan , maka adanya
zat tersebut bisa menyebabkan perbedaan yang berarti terhadap nilai cMc dari
perlu dibedakan dalam goiongan zat organic yang dapat mempengaruhi nilai cMc
Kelompok A, terdiri dari molekul (seperti alkohol dengan moderat untuk rantai
hidrokarbon panjang) selain itu biasanya senyawa organik ini merupakan senyawa
organik polar seperti amida. Dalam hal ini, akan menurunkan energi bebas dari
micellization untuk nilai lebih negatif dan mengurangi cmc tersebut; molekul
Kelompok B, bahan B untuk mengubah c.m.c yang pada konsentrasi massal yang
16
modifikasi struktur air. Efeknya biasanya dibahas dalam hal apakah aditif adalah
bertujuan untuk menentukan berat molekul rata-rata (Mw) untuk larutan micel,
jumlah rata-rata molekul surfaktan dalam struktur, dari intensitas cahaya yang
tersebar pada sudut tertentu pada konsentrasi surfaktan di atas cmc relatif terhadap
misel. Dari pelarut murni (atau pelarut plus surfaktan di bawah cmc). Teknik-
mereka. Nomor agregasi umum untuk berbagai jenis surfaktan diberikan pada
table 2.2
17
Distribusi ukuran misel sensitif terhadap banyak facto, yaitu faktor dari
dalam (struktur hidrofobik, tipe kelompok kepala, dll.) Dan dari luar (suhu,
agregasi, n.
philicity’ dari grup kepala grup kepala misalnya, tingkat ion yang lebih tinggi
yang mengikat untuk surfaktan ionik atau rantai polioksietilena yang lebih pendek
18
3. Faktor eksternal yang menyebabkan berkurangnya 'hidrofilisitas' dari
surfaktan nonionik surfaktan nonionik dan ionik dan ionik secara berbeda. secara
berbeda. Secara umum, suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan penurunan
kecil dalam jumlah agregasi untuk surfaktan surfaktan ionik tetapi secara
dalam ukuran ata dalam ukuran misel, meskipun itu misel, meskipun itu mungkin
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film
(lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana
fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi
secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu
19
sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut adsorbat, sedang bahan
Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam
suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan
sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar
macam zat yang diadsorpsi (adsorbate), luas permukaan adsorben, konsentrasi zat
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik
cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik,
hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,
disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang
paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Tiap
partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi
tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat
warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut
atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Beberapa jenis
20
Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing
berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus
mempunyai daya serap yang besar terhadap zatzat lainnya, baik dalam fase cair
maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non-
polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil
dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini
Arang aktif mempunyai warna hitam, tidak berasa dan tidak berbau,
berbentuk bubuk dan granular, mempunyai daya serap yang jauh lebih besar
bentuk amorf yang terdiri dari plat-plat dasar dan disusun oleh atom-atom karbon
C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi yang heksagon. Plat-plat ini
melalui proses aktifasi, akan didapatkan suatu arang atau karbon yang membentuk
struktur jaringan yang sangat halus atau porous sehingga permukaan adsorpsi atau
penyerapan yang besar dimana luas permukaan adsorpsi dapat mencapai 300-
3500 cm2/gram.
Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari
21
pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul.
bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan
turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan
larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif
lebih rendah.
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan
suhu).
Adsorpsi fisika berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya
tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan
yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini
bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi
fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia.
• Sifat serapan
22
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga
dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, dan struktur
• Temperature
• PH (derajat keasaman)
• Waktu singgung
Jika arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
23
jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif,
untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan
senyawa serapan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Misel atau micella adalah suatu agregat (atau susuna suatu agregat (atau
yang terdispersi dalam suatu yang terdispersi dalam suatu koloid koloid cair. Jika
Konsentrasi misel kritis yang dilabel cmc (critical micellar concentration) adalah
kepala gugus dan panjang rantai, Efek Counterion, Pengaruh suhu dan tekanan ,
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film
(lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana
25
Berisi simpulan dari seluruh pembahasan yang dipaparkan di BAB II.
Dalam kesimpulan tidak perlu memasukkan kutipan apapun. Seluruh isi BAB III
ditulis dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 pt dengan 2 spasi.
Judul BAB dan setiap sub-judul yang ada wajib diketik cetak tebal (bold).
3.2 Saran
miselisasi dan adsorpsi. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis dalam upaya evaluasi diri.
26
DAFTAR PUSTAKA
Inayah Fitri Wulandari, Fitrianti Darusman, & Mentari Luthfika Dewi. (2022).
Kajian Pustaka Surfaktan dalam Sediaan Pembersih. Bandung Conference
Series: Pharmacy, 2(2), 374–378. https://doi.org/10.29313/bcsp.v2i2.4203
27