Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KIMIA KOLOID DAN ANTAR MUKA

MISELISASI DAN ADSORPSI

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka
Dosen Pengampu: Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si

Disusun Oleh
Nila A’yun Nadila (A1C120011)
Ersia Kartika Putri (A1C120023)
Audina Khairani (A1C120047)
Miena Putri Purnama (A1C120077)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami smapaikan kepada Ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si
sebagai dosen pengampu pada mata kuliah kimia koloid dan antar muka yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunna makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Kiranya apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Jambi, 14 Februari 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
KESAN .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Miselisasi ......................................................................... 5
2.2 Pembentukan Misel ......................................................... 6
2.3 Konsentrasi Kritis Micellisasi ......................................... 9
2.4 Struktur Misel .................................................................. 11
2.5 Faktor Konsentrasi Kritis Misel ...................................... 12
2.6 Nomor Agregasi Misel .................................................... 17
2.7 Adsorpsi ........................................................................... 19
2.8 Jenis-Jenis Adsorpsi ........................................................ 22
2.9 Faktor-Faktor Adsorpsi ................................................... 22

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...................................................................... 25
3.2 Saran ................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 27

ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

2.1 Nilai berbagai surfaktan ................................................................. 13


2.2 Nomor agregasi miselisasi ............................................................. 18

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

2.3 Kepala gugus hidrofobik dalam pusat misel .................................. 6


2.4 Perubahan konsentrasi kritis micellisasi ........................................ 9
2.5 bentuk struktur dari Misel.............................................................. 11
2.6 tipe surfaktan non-ionik dan ionik ................................................ 13

iv
KESAN MENGIKUTI PERKULIAHAN

Kesan yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan Kimia Koloid

dan Antar Muka ini sangat senang rasanya, dikarenakan dapat mengikuti

perkuliahan Kimia Koloid dan Antar Muka secara tatap muka langsung atau

Offline dengan ibu Dosen Pengampu mata kuliah Kimia Koloid dan Antar Muka

yaitu ibu Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si selama mengikuti perkuliahan secara tatap

muka langsung penulis merasa sedikit paham dengan materi yang di ajarkan

dibandingkan saat pembelajaran daring, karena pada saat pembelajaran tatap

muka ibu memberikan ulasan terhadap materi yang diberikan sehingga kami dapat

sedikit memahami materi. Dalam mengikuti perkuliahan ini telah banyak ilmu

yang kami terima, banyak pengalaman juga yang menyenangkan dan tak terduga.

Selain itu juga banyak hal lainnya dalam perkuliahan baik dan buruknya itu akan

kami jadikan pembelajaran kedepannya.

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsentrasi surfaktan yang lebih tinggi menyebabkan terbentuknya agregasi

atau asosiasidari ion-ion surfaktan berupa sperikal yang merupakan zat aktif

permukaan yang dikenal dengan misel. Pada konsentrasi surfaktan yang lebih

tinggi akan terbentuk agregasi atau asosiasi dari surfaktan berupa sperikal, yang

dikenal dengan misel (Atkins, 1997). Miselisasi terjadi akibat interaksi hidrofobik.

Interaksi hidrofobik akan menolak atau menjauhkan ekor hidrokarbon dari

surfaktan terhadap air, dan akan menghasilkan agregasi, sedangkan grup kepala

yang hidrofilik akan tetap berkontak langsung dengan air.

Misel merupakan suatu yang dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari

ion-ion surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan. Misel terdiri dari beberapa

jenis. Sabun, alkil sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion, garam amina

termasuk misel kation sedangkan polietilena termasuk misel non ionik. Kenaikan

temperatur dapat menaikkan konsentrasi kritis misel (KKM). Elektrolit dapat

menurunkan konsentrasi kritis misel. Pembentukan misel dapat terjadi pada

konsentrasi diatas KKM. Surfaktan juga banyak digunakan dalam industri sebagai

emulsifier, foamming, dan anti foamming agent. Misel yang terbentuk dapat

mempengaruhi sifat larutan seperti tegangan permukaan, viskositas, daya hantar

listrik sehingga dapat dimanfaatkan dengan maksud penelitian.

Mekanisme surfaktan dalam membersihkan kotoran di kulit adalah dengan

cara pembentukan misel yang bergantung pada konsentrasi surfaktan yang

1
digunakan, proses ini disebut dengan miselisasi. Ketika surfaktan ditambahkan

pada konsentrasi rendah, monomer akan menyebar di permukaan yang lebih

rendah atau pada antarmuka sampai seluruh permukaan jenuh dengan surfaktan.

Ketika dilakukan penambahan surfaktan lebih lanjut, monomer dalam larutan

meningkat dan mulai membentuk misel. Konsentrasi saat terbentuknya misel

disebut dengan KMK (Konsentrasi Misel Kritis) yang hanya terjadi ketika

konsentrasi surfaktan lebih besar dari KMK. Misel akan terbentuk ketika

konsentrasi surfaktan lebih besar dari KMK (Wulandari, 2022).

Proses adsorpsi adalah salah satu proses penyerapan yang banyak digunakan

di bebarapa aspek kehidupan, misalnya dalam berbagai bidang industri atau dalam

masalah lingkungan. Salah satu aspek yang dapat dianalisa misalnya untuk

masalah lingkungan yang merupakan efek samping dari kemajuan zaman di

berbagai belahan dunia. Air yang tercemar oleh surfaktan ini sangat merugikan

bagi lingkungan karena sifat stabilitasnya sebagai non-biodegradasi menyebabkan

tegangan permukaan, tegangan antar permukaan, maupun tegangan dalam air

menjadi rendah. Surfaktan ini juga dapat merangsang zat padat terapung seperti

busa sehingga bakteri atau mikroorganisme yang bemanfaat akan musnah.

Masalah lingkungan yang cukup serius ini memacu banyak kalangan untuk

mengembangkan suatu metode mulai dari sistem adsorpsi sampai fotodegradasi.

Adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut dalam larutan oleh

permukaan zat penyerap yang membuat masuknya bahan dan mengumpul dalam

suatu zat penyerap. Keduanya sering muncul bersamaan dengan suatu proses

maka ada yang menyebutnya adsorpsi. Pada adsorpsi ada yang disebut adsorben

2
dan adsorbat. Adsorben adalah zat penyerap, sedangkan adsorbat adalah zat yang

diserap (Kurniady et al., 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan uraian latar

belakang makalah ini adalah:

1. Apa pengertian misel?

2. Bagaimana pembentukan misel dan konstanta kesetimbangannya?

3. Apa itu konsentrasi kritis miselisasi?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi nilai konsentrasi kritis miselisasi

5. Bagaimana nomor agregasi misel?

6. Bagaimana struktur misel?

7. Untuk mengetahui pengertian dari adsorpsi?

8. Untuk mengetahui jenis-jenis adsorpsi?

9. Untuk mengetahui penyebab yang mempengaruhi besar kecilnya adsorpsi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang dapat diambil sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari misel

2. Untuk mengetahui pembentukan misel dan konstanta kesetimbangannya

3. Untuk mengetahui konsentrasi kritis miselisasi

4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai konsentrasi kritis miselisasi

5. Untuk mengetahui nomor agregasi misel

6. Untuk mengetahui struktur misel

7. Untuk mengetahui pengertian dari adsorpsi

3
8. Untuk mengetahui jenis-jenis adsorpsi

9. Untuk mengetahui penyebab yang mempengaruhi besar kecilnya adsorpsi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Miselisasi

Misel merupakan suatu yang dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari

ion-ion surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan. Misel terdiri dari beberapa

jenis. Sabun, alkil sulfat dan alkil sulfonat termasuk misel anion, garam amina

termasuk misel kation sedangkan polietilena termasuk misel non ionik. Kenaikan

temperatur dapat menaikkan konsentrasi kritis misel (KKM).

Termodinamika pembentukan misel menunjukkan bahwa entalpi

pembentukannya dalam sistem air mungkin positif (endotermik). KKM

menunjukkan bahwa perubahan entropi yang menyertai pembentukan pati positif

pada temperatur kamar. Perubahan entalpi (entropi) yang positif walaupun

molekul itu berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi dan

molekul akan lebih bebas bergerak setelah molekul terlarut terkumpul menjadi

kumpulan kecil.

Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang

mendadak pada daerah konsentrasi tertentu. Ketika surfaktan berada diatas KKM,

surfaktan dapat berfungsi sebagai pengemulsi yang akan melarutkan senyawa

secara normal tidak larut dalam pelarut yang digunakan. Hal ini terjadi karena

spesies yang tidak mudah larut dapat dimasukkan kedalam inti misel dimana

spesies tersebut terlarut didalam sebagian besar pelarut oleh kebalikan kepala

gugus yang berinteraksi dengan baik pada spesies pelarut. Penambahan surfaktan

secara kontinyu akan menyebabkan suatu keadaan dimana larutan menjadi jenuh

5
atau tertutupi oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan ke permukaan tidak terjadi

lagi. Misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus

hidrofilik bersinggungan dengan pelarut yang mengelilinginya, menjauhkan ekor

gugus hidrofobik di dalam pusat misel (Atkins, 1997).

Gambar 2.1. Kepala gugus hidrofobik dalam pusat misel.

Misel tersusun atas surfaktan ionik yang dikelilingi oleh awan ion-ion. Ion-

ion inti memiliki muatan berlawanan dengan muatan ionik surfaktan disebut ion

berlawanan. Ikatan ion berlawanan menetralisir muatan misel (hampir 90%), efek

dari muatan misel dapat mempengaruhi struktur pelarut yang mengelilinginya

pada jarak tertentu dari misel. Misel hanya terbentuk apabila konsentrasi surfaktan

lebih besar daripada KKM dan temperatur sistem lebih besar daripada temperatur

kritis misel.

Konsentrasi Misel Kritik (KMK) adalah konsentrasi surfaktan dimana

surfaktan tersebut membentuk misel secara spontan. Misel adalah gabungan

molekul-molekul surfaktan yang membentuk agregat. Surfaktan yang memiliki

nilai KMK rendah, memiliki arti bahwa surfaktan tersebut mudah membentuk

misel. Semakin rendah nilai KMK maka surfaktan digolongkan sebagai surfaktan

yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi atau dikatakan memiliki kualitas

yang baik (Eva Vaulina, et.al., 2020).

2.2 Pembentukan Misel dan Konstanta Kesetimbangannya

6
Pembentukan misel merupakan salah satu dari sejumlah fenomena

karakteristik agregasi. Miselisasi terjadi akibat interaksi hidrofobik. Interaksi

hidrofobik akan menolak atau menjauhkan ekor hidrokarbon darisurfaktan

terhadap air, dan akan menghasilkan agregasi, sedangkan grup kepala yang

hidrofilik akan tetap berkontak langsung dengan air. Konsentrasi setimbang

dimana monomer surfaktan membentuk misel disebut konsentrasi kritis misel.

Satu misel umumnya akan berisi 50-100 monomer. Terbentuknya misel membuat

larutan akan berubah secara mendadak seperti tegangan permukaan"antar

mukanya, viskositasnya, daya hantar listriknya dan lain-lain. Penambahan

surfaktan secara kontinyu akan menyebabkan suatu keadaan dimana larutan

menjadi jenuh atau tertutupi oleh surfaktan dan adsorbsi surfaktan ke permukaan

tidak terjadi lagi. Misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan

kepala gugus hidrofilik bersinggungan dengan pelarut yang mengelilinginya,

menjauhkan ekor gugus hidrofobik di dalam pusat misel.

Menurut Tanford (1977) telah menunjukkan, pembentukan misel dapat

diperlakukan secara formal yang ketat dalam hal semua kesetimbangan mungkin :

(2.2.1)

Dengan keseimbangan konstanta Kn untuk n = 2-∞. Berbagai parameter

termodinamika (ΔGᶿ, ΔHᶿ, ΔSᶿ) untuk proses agregasi kemudian dapat dinyatakan

dalam hal Kn.

1. Model asosiasi tertutup

7
Pengamatan dari ukuran kurang lebih misel bola di lingkungan cmc yang

(seperti yang natrium dodesil sulfat (SDS)) menunjukkan bahwa berbagai ukuran

sangat terbatas. Asumsi sederhana untuk membuat dalam perlakuan persamaan

(10.3.1) oleh karena itu, bahwa hanya satu dari nilai-nilai Kn penting. (Untuk SDS

itu akan menjadi sekitar K60 pada 25 c.) Dalam kasus pembentukan misel

direpresentasikan sebagai:

Untuk konstanta kesetimbangan, K adalah

[𝑚𝑖𝑠𝑒𝑙] 𝐶𝑚
K= =
[𝑚𝑜𝑛𝑜𝑚𝑒𝑟]𝑛 𝐶𝑠𝑛

2. Model kesetimbangan multiple

Model asosiasi tertutup (bagian 10.3.1) secara fisika tidak menarik. jika,

misalnya, n = 50, sulit untuk melihat mengapa penambahan satu monomer

tambahan untuk agregat 49 harus secara drastis mengurangi energi bebas dari

agregat. dan mengapa itu harus sulit, atau tidak mungkin, untuk menambahkan

monomer tambahan? dapat dikatakan bahwa sejumlah monomer diperlukan untuk

membangun struktur lengkap dan tentu saja salah satu dapat melihat bahwa

beberapa jumlah minimal diperlukan untuk menghasilkan structur di mana

kelompok kepala secara efektif dapat melindungi residu hidrokarbon dari air. jika

agregat yang kristal mungkin ada alasan geometris untuk beberapa nomor

agregasi lebih erat ditentukan, tetapi ada banyak bukti (lihat misalnya phillips

1955; fisher dan oakenfull 1977) bahwa misel paling interior (setidaknya mereka

terbentuk dari surfaktan rantai panjang) adalah seperti cairan. untuk mendapatkan

8
dasar fisik yang wajar untuk mendefinisikan harus memprediksi fakta-fakta yang

diamati ukuran misel (atau distribusi ukuran) dan parameter termodinamika,

sementara hanya memiliki sejumlah kecil parameter yang disesuaikan. perawatan

sini mengikuti dari mukerjee (1975) dengan beberapa modifikasi.

2.3 Konsentrasi Kritis Micellisasi

Konsentrasi kritis miselisasi (critical micellization concentration, cmc)

adalah Konsentrasi setimbang di mana monomer surfaktan membentuk misel.

Konsentrasi misel kritis yang dilabel cmc (critical micellar concentration) adalah

suatu parameter standard dalam karatekterisasi larutan sufaktan, karena umumnya

ia memperlihatkan konsentrasi minimum tercapainya struktur asosiasi surfaktan.

Pada bagian 1.5.3 telah dijelaskan bahwa molekul tertentu (disebut

amphiphiles) mampu membentuk agregat disebut misel dalam larutan air,

konsentrasi misel ini cukup tinggi. Konsentrasi di mana terjadi pembentukan

misel ini biasanya ditentukan cukup tajam dan dapat diidentifikasi dengan

mengamati salah satu perilaku sejumlah keseimbangan atau sifat transportasi dari

larutan.

9
Gambar 2.2 yang masing-masing mengalami perubahan mendadak dalam

ketergantungan konsentrasi pada banyak titik yang sama (disebut konsentrasi

kritis micellisasi atau cmc ) .

Pemeriksaan mengungkapkan bahwa , dalam beberapa kasus , metode

pengukuran yang berbeda akan menghasilkan nilai-nilai cmc yang berbeda-beda,

hampir 50 persen (Kresheck 1975, gbr. 1) dan metode yang sama dalam perlakuan

yang berbeda dapat menghasilkan spread yang sama . Beberapa variasi mungkin

karena adanya sejumlah kecil pengotor , yang diketahui memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap cmc.

Beberapa variasi dapat ditelusuri untuk ketidakpastian dalam prosedur

ekstrapolasi yang digunakan untuk menentukan cmc ( Nilai yang diperoleh dari

data konduktansi yang sama dapat bervariasi secara signifikan , tergantung pada

apakah plot terbuat dari konduktansi molar terhadap C1/2 atau konduktivitas

spesifik ( konduktansi ) terhadap log C ) . Meskipun keterbatasan konsep,

konsentrasi kritis micellisasi ini tetap penting. Hal ini dapat didefinisikan pada

satu atau sifat lain yg disarankan oleh Gambar 2.1 namun definisi yang lebih

umum ( Philips 1955) :

Dimana Ø adalah salah satu dari sifat surfaktan dan CT adalah konsentrasi total

amphiphile atau surfaktan.

10
2.4 Struktur Misel

Tanfort (1980) dalam tinjauan yang luas dari mekanisme pembentukan

misel yang lebih disukai deskripsi 'disc-like' karena bukti dari transportasi dan

keseimbangan sifat menunjukkan bahwa struktur yang lebih baik digambarkan

sebagai spheroids oblate.

(Gambar 2.3) Beberapa bentuk struktur dari Misel

Surfaktan juga diklasifikasikan lagi dalam beberapa bagian, yaitu:

1. Surfaktan Anionik

Surfaktan Anionik (negatif) Surfaktan ini memiliki bagian hidrofobik yang

memiliki ion negatif. Dalam medium air berpisah dengan kation positif menjadi

ion negatif. Contoh : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) ABS merupakan surfaktan

yang lebih efektifkarena memberikan busa yang banyak, harga murah, dan

kualitas yang baik. contohlainnya: Alkohol sulfat dan Ester Sulfonat.

2. Surfaktan Kationik

11
Surfaktan Kation (positif) Sama halnya dengan surfaktan anion, surfaktan

kation juga memisahkan diri dalam medium air. Kepala (bagian hidrofilik)

sebagai kation yang mana memiliki sifat surface active. Contoh: Senyawa-

senyawa Ammonium

3. Surfaktan Nonionik

Surfaktan Non ionik (tak bermuatan) Surfaktan non ionik tidak memisahkan

diri pada medium air. Surfaktan ini memiliki kutub polar seperpolyglycol eter atau

sebuah polyol. Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun asam

lemak), garam asam alkilsulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil

benzene sulfonat (LAS) lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau

deterjen netral) dan lain-lain.

4. Surfaktan Amfoterik

Surfaktan Amfoterik (positif atau negatif) Surfaktan ini memiliki ion positif

dan negatif. Rantai hidrofobik mengikat rantai hidrofilik sehingga tersusun dari

ion positif dan negatif. Perlakuannya tergantung pada kondisi medium atau nilai

pH. Contoh: Alkil betains

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kritis Misel

1. Efek Kepala Gugus dan Panjang Rantai

Untuk surfaktan dengan rantai hidrokarbon tunggal lurus, cmc berkaitan

dengan jumlah atom karbon dalam rantai (mc) oleh :

12
Di mana b0 dan b1 adalah konstanta. Gambar 10.2.1 menggambarkan

sejumlah tipe surfaktan non-ionik dan ionik. Beberapa alasan untuk perbedaan

dalam nilai-nilai b0 dan b1 diungkapkan oleh gambar dan Tabel 10.1, akan

dibahas di bawah (bagian 10.4.2). itu tidak mengherankan bahwa sifat kepala

gugus mempengaruhi nilai b0, tetapi juga jelas bahwa itu sangat mempengaruhi

b1 juga.

Gambar 2.4 menggambarkan sejumlah tipe surfaktan non-ionik dan


ionik.

13
Tabel 2.1 Nilai berbagai surfaktan

Hal ini juga harus dicatat bahwa non-Ionics biasanya memiliki cmc jauh

lebih rendah daripada Ionics meskipun nilai b0 pd non-ionik secara umum lebih

besar.

Modifikasi rantai hidrokarbon (seperti memperkenalkan percabangan, atau ikatan

ganda, atau kelompok fungsional polar sepanjang rantai) biasanya menyebabkan

peningkatan dalam cmc, tapi pengenalan cincin benzena setara dengan

menambahkan gugus 3,5 metilen dengan panjang rantai.

2. Efek ion lawan

Seharusnya tidak mengejutkan untuk mempelajari bahwa ion lawan valensi

memiliki efek yang kuat pada cmc. Untuk berbagai ion dari valensi yang sama,

seri lyotropic (bagian 7.7.4) memiliki peran untuk menjelasan variasi yang lebih

kecil. Nilai untuk b0 dan b1 dikutip dalam tabel 10.1. Dengan kata lain,

Penurunan cmc hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar

konsentrasinya makin turun konsentasi kritis miselisasi-nya.

14
3. Pengaruh Suhu dan Tekanan

Salah satu hal yang paling mengejutkan tentang micellization adalah

temperature yang sangat lemah dan ketergantungan tekanan dari cmc, mengingat

bahwa itu adalah proses asosiasi (Lindman dan Wennerström 1980). Ini adalah

refleksi, tentu saja, perubahan yang sangat halus dalam ikatan, kapasitas panas,

dan volume yang menyertai proses micellization. Tampaknya mungkin bahwa jika

rentang suhu yang cukup lebar yang dapat diakses, semua sistem amphiphile akan

menunjukkan suhu di mana cmc yang adalah minimum (krescheck 1975).

Kenaikkan suhu memiliki efek yang sangat berbeda pada surfaktan ionik dan

non-ionik. Untuk Ionics, terdapat suhu (disebut titik Krafft) jika suhu di bawah

titik krafft kelarutan yang terjadi cukup rendah dan larutan tampaknya tidak

mengandung misel. Diatas suhu Krafft, pembentukan misel jelas menjadi

mungkin dan ada kelarutan peningkatan pesat dari surfaktan. Hal ini penting

bahwa surfaktan biasanya jauh kurang efektif (seperti, misalnya, deterjen) di

bawah titik Krafft. Surfaktan non-ionik cenderung berperilaku dengan cara yang

berlawanan. karena suhu dinaikkan, titik dapat dihubungi di mana agregat besar

dari non-ionik memisahkan ke dalam fase yang berbeda dan suhu di mana hal ini

terjadi disebut sebagai titik awan.

4. Efek garam ditambahkan

Penambahan indeffrent electrolyte (bagian 2.5) ke sistem amphiphile / air

memiliki efek pada cmc, terutama untuk Ionics. Untuk non-Ionics efeknya lebih

kecil tapi masih signifikan Perbedaan antara kedua secara dramatis ditunjukkan

oleh perbedaan dalam ketergantungan fungsional cmc konsentrasi garam, C:

15
Secara umum Adanya garam menurunkan nilai cmc surfaktan ion. Penurunan

cmc hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar

konsentrasinya makin turun cmc-nya.

5. Efek dari molekul organik

Jumlah yang sangat rendah dari zat organic dapat memberikan perubahan

yang nyata pada nilai cmc dalam air, oleh karena sebagian dari zat organik ini

sebagai pengobatan atau hasil samping dari pembuatan surfaktan , maka adanya

zat tersebut bisa menyebabkan perbedaan yang berarti terhadap nilai cMc dari

surfaktan.Oleh karena itu pengetahuan mengenai pengaruh organik terhadap nilai

cmc surfaktan sangat penting sekali.Untuk memahami pengaruh yang ditimbulkan

perlu dibedakan dalam goiongan zat organic yang dapat mempengaruhi nilai cMc

dalam larutan air.

Secara umum bahan organik ini terbagi atas dua :

Kelompok A, terdiri dari molekul (seperti alkohol dengan moderat untuk rantai

hidrokarbon panjang) selain itu biasanya senyawa organik ini merupakan senyawa

organik polar seperti amida. Dalam hal ini, akan menurunkan energi bebas dari

micellization untuk nilai lebih negatif dan mengurangi cmc tersebut; molekul

tersebut juga dapat mempengaruhi bentuk misel.

Kelompok B, bahan B untuk mengubah c.m.c yang pada konsentrasi massal yang

jauh lebih tinggi dan mungkin menggunakan pengaruh bahan B melalui

16
modifikasi struktur air. Efeknya biasanya dibahas dalam hal apakah aditif adalah

(air) pembuat struktur atau perusak struktur.

 Pembuat struktur adalah xilosa dan fruktosa

 Pemutus struktur adalah urea dan formamida

2.6 Nomor Agregasi Misel

Beberapa referensi telah dibuat untuk jumlah monomer surfaktan yang

membentuk agregat untuk membentuk nomor agregasi misel-n. Metode klasik

untuk menentukan n adalah menggunakan hamburan cahaya elastis. Hal tersebut

bertujuan untuk menentukan berat molekul rata-rata (Mw) untuk larutan micel,

jumlah rata-rata molekul surfaktan dalam struktur, dari intensitas cahaya yang

tersebar pada sudut tertentu pada konsentrasi surfaktan di atas cmc relatif terhadap

misel. Dari pelarut murni (atau pelarut plus surfaktan di bawah cmc). Teknik-

teknik baru seperti penghamburan sinar laser dan pendinginan fluoresensi

menghasilkan data yang memungkinkan penentuan jumlah agregasi dan distribusi

ukuran mikellar, serta memberikan beberapa gagasan tentang bentuk perkiraan

mereka. Nomor agregasi umum untuk berbagai jenis surfaktan diberikan pada

table 2.2

17
Distribusi ukuran misel sensitif terhadap banyak facto, yaitu faktor dari

dalam (struktur hidrofobik, tipe kelompok kepala, dll.) Dan dari luar (suhu,

tekanan, pH, elektrolit konten, dll.), kadang-kadang sulit untuk menempatkan

terlalu banyak sig-nificance pada nilai-nilai yang dilaporkan n. Namun, beberapa

generalisasi dapat dibuat dan ditemukan, sebagai berikut:

1. Dalam larutan berair, umumnya diamati bahwa semakin besar panjang

rantai hidrofobik dari serangkaian surfaktan homolog, semakin besar jumlah

agregasi, n.

2. Peningkatan serupa n terlihat ketika ada penurunan '‘hydr o- philicity’ dari

philicity’ dari grup kepala grup kepala misalnya, tingkat ion yang lebih tinggi

yang mengikat untuk surfaktan ionik atau rantai polioksietilena yang lebih pendek

dalam bahan nonionik yang khas.

18
3. Faktor eksternal yang menyebabkan berkurangnya 'hidrofilisitas' dari

kelompok kepala seperti konsentrasi elektrolit yang tinggi juga akan

menyebabkan peningkatan jumlah agregasi.

4. Perubahan suh Perubahan suhu akan mempengaruhi akan mempengaruhi

surfaktan nonionik surfaktan nonionik dan ionik dan ionik secara berbeda. secara

berbeda. Secara umum, suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan penurunan

kecil dalam jumlah agregasi untuk surfaktan surfaktan ionik tetapi secara

signifikan signifikan meningkatkan meningkatkan besar untuk bahan nonionik.

5. Penambahan sejumlah kecil bahan organik nonsurfactant dari kelarutan air

rendah sering menghasilkan peningkatan ny menghasilkan peningkatan nyata

dalam ukuran ata dalam ukuran misel, meskipun itu misel, meskipun itu mungkin

mungkin merupakan efek dari solubilisasi daripada peningkatan aktual dalam

jumlah molekul surfaktan yang ada di dalam misel.

2.7 Pengertian Adsorbsi

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan

maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film

(lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana

fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi

secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada

dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu

ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Adsorpsi adalah

pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben, sedang absorpsi adalah

penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana disebut dengan fenomena

19
sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut adsorbat, sedang bahan

yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.

Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam

suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan

mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k

(berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi

dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan

sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar

kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: macam adsorben,

macam zat yang diadsorpsi (adsorbate), luas permukaan adsorben, konsentrasi zat

yang diadsorpsi (adsorbate), temperature.

Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik

cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik,

hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,

disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang

paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Tiap

partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi

tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat

warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut

atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. Beberapa jenis

adsorben yang biasa digunakan yaitu:

a. Karbon aktif (arang aktif)

20
Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing

berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus

melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian

mempunyai daya serap yang besar terhadap zatzat lainnya, baik dalam fase cair

maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non-

polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana semakin kecil

pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan

demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi,

dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini

cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik.

Arang aktif mempunyai warna hitam, tidak berasa dan tidak berbau,

berbentuk bubuk dan granular, mempunyai daya serap yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan arang yang belum mengalami proses aktifasi, mempunyai

bentuk amorf yang terdiri dari plat-plat dasar dan disusun oleh atom-atom karbon

C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi yang heksagon. Plat-plat ini

bertumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa-sisa hidrokarbon

yang tertinggal pada permukaan. Dengan menghilangkan hidrokarbon tersebut

melalui proses aktifasi, akan didapatkan suatu arang atau karbon yang membentuk

struktur jaringan yang sangat halus atau porous sehingga permukaan adsorpsi atau

penyerapan yang besar dimana luas permukaan adsorpsi dapat mencapai 300-

3500 cm2/gram.

Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan gas, cairan dan zat padat dari

larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan pelepasan tergantung pada

21
pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat molekul dan struktur molekul.

Penyerapan terbesar adalah pada pH rendah. Dalam Laboratorium disebutkan

bahwa pada umumnya kapasitas penyerapan arang aktif akan meningkat dengan

turunnya pH dan suhu air. Pada pH rendah aktifitas dari bahan larut dengan

larutan meningkat sehingga bahan-bahan larut untuk tertahan pada arang aktif

lebih rendah.

2.8 Jenis-Jenis Adsorpsi

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan

oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk

cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi

antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi

tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan

suhu).

Adsorpsi fisika berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya

tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik

menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan

diadsorpsi pada permukaan adsorben. Sedangkan adsorpsi Kimia yaitu reaksi

yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini

bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada Adsorpsi

fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia.

2.9 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Adsorpsi

Beberapa factor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi yaitu:

• Sifat serapan

22
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi

kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa.

Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul

serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga

dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, dan struktur

rantai dari senyawa serapan.

• Temperature

Pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat

berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi

adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan tidak

mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna

maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk

senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila

memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.

• PH (derajat keasaman)

Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan,

yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan

asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya

apabila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan penambahan alkali, adsorpsi

akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

• Waktu singgung

Jika arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk

mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan

23
jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif,

pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan

untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan

senyawa serapan.

24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Misel atau micella adalah suatu agregat (atau susuna suatu agregat (atau

susunan supramolekul) dari mole n supramolekul) dari molekul surfaktan surfaktan

yang terdispersi dalam suatu yang terdispersi dalam suatu koloid koloid cair. Jika

konsentrasi surfaktan total dinaikkan maka jika konsentrasi surfaktan total

dinaikkan maka konsentrasi surfaktan (sabun) yang nsentrasi surfaktan (sabun)

yang mengalami adsorpsi pada antarmuka akan bertambah

Konsentrasi kritis miselisasi (critical micellization concentration, cmc)

adalah Konsentrasi setimbang di mana monomer surfaktan membentuk misel.

Konsentrasi misel kritis yang dilabel cmc (critical micellar concentration) adalah

suatu parameter standard dalam karatekterisasi larutan sufaktan, karena umumnya

ia memperlihatkan konsentrasi minimum tercapainya struktur asosiasi surfaktan.

Faktor faktor yang mempengaruhi nilaikonsentrasi kritis miselisasi yaitu Efek

kepala gugus dan panjang rantai, Efek Counterion, Pengaruh suhu dan tekanan ,

Efek garam yang ditambahkan dan Efek dari molekul organik.

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan

maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film

(lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana

fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.

25
Berisi simpulan dari seluruh pembahasan yang dipaparkan di BAB II.

Dalam kesimpulan tidak perlu memasukkan kutipan apapun. Seluruh isi BAB III

ditulis dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 pt dengan 2 spasi.

Judul BAB dan setiap sub-judul yang ada wajib diketik cetak tebal (bold).

3.2 Saran

Sebelum membaca makalah ini, ada baiknya pembaca memahami konsep

miselisasi dan adsorpsi. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa

penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena

itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis dalam upaya evaluasi diri.

Diharapkan penulisan dan penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat

dan hikmah baik bagi penulis maupun pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika 2. Jakarta : Erlangga Co, Easton.


Lindman, B, and Stilbs, P., (1984),Surfactants in Solution, vol.III (ed. K. L. Mittal
and B. Lidman), Plenum Press, New York,p. 1651
Reeves, L. R., Harkaway, S. A., (1977), Micellization, Solubilition and
Microemulsion, Vol. 2, editor K. L. Mital, Plenum Press, New York,
Delsy, E. V. Y., Iswanto, P., & Winaryo, S. (2017). Quantitative Analysis of
Relationship Structure and Anionic Surfactant Micelle Concentration Critic
With Semiempiris AM1. Molekul, 12(1), 53.
https://doi.org/10.20884/1.jm.2017.12.1.245

Inayah Fitri Wulandari, Fitrianti Darusman, & Mentari Luthfika Dewi. (2022).
Kajian Pustaka Surfaktan dalam Sediaan Pembersih. Bandung Conference
Series: Pharmacy, 2(2), 374–378. https://doi.org/10.29313/bcsp.v2i2.4203

27

Anda mungkin juga menyukai