Dosen Pengampu :
Dr. Hanhan Dianhar, M.Si
NRM : 1303619064
I. TUJUAN
Reaksi substitusi nukleofilik adalah sejenis reaksi penggantian asam atau gugus lain
dalam suatu senyawa oleh nukleofil. Nukleofil adalah ion/molekul yang dapat mendermakan
elektronnya, sering merupakan bahan pengoksidasi dan basa lewis, dapat berupa ion
negative/molekul yang memiliki PEB , cenderung menyerang bagian molekul yang bermuatan
positif (Daintith, 1997).
Senyawa alifatik adalah senyawa organic yang rangkaian atom-atom karbonnya terbuka
atau tidak membentuk lingkaran. Rantai karbon senyawa alifatik ada yang mempunyai ikatan
rangkap dan ada pula yang tidak memiliki ikatanrangkap. Jika dibuat berdasarkan radikal atau
gugus fungsi yang dimilikinya, rnatai karbon senyawa alifatik ada yang bercabang dan ada
yang tidak bercabang (Sumardjo, 2008).
Alkil halide sekunder dapat bereaksi SN2, tetapi lakil halide tersier tidak dapat bereaksi
dengan SN2. Metil halide dan alkil halide primer juga bereaksi dengan nukleofil lemah, seperti
H2O, tetapi reaksi-reaksi ini terlalu lambat, sehingga tidak bermanfaat (Fessenden, 1982).
Alat:
Bahan :
- Air
- 10 mL ters-butil alkohol
- 30 mL HCl pekat
- 10 mL larutan NaHCO 35%
- 10 mL larutan NaCl Jenuh
- CaCl2
- 5 sampel alkil halide : 1-klorobutana, 2-klorobutana, ters-butil klorida, klorobenzena,
benzil klorida, atau alkil halida lain
- AgNO 31%
- NaOH 0,5 M
- Etanol
- Metanol
- Aseton
- Indikator Fenolftalein
IV. MSDS
1. Aquades/Air (H2O)
- Sifat Fisik : Cair, tidak berwarna, tidak berasa, tidak bau, tidak ada sifat
oksidator & peledak.
- Sifat Kimia : pH 7, bersifat polar, momen dipol 1.83 debyes, terdiri dari satu atom
oksigen dan dua atom hydrogen
2. Etanol (C2H5OH)
- Sifat Kimia : bersifat volatile, pelarut yang baik, , terdiri dari dua atom karbon,
satu atom oksigen, dan enam atom hydrogen
- Sifat Fisik : Cair, tak berwarna, tak berbau, korosif terhadap logam, menyebabkan
iritasi kulit dan mata
- Sifat Kimia : pH diambang 13,8 pada 20oC, terdiri dari satu atom natrium, satu
atom oksigen dan satu atom hydrogen.
4. Aseton ((CH3)2CO)
- Sifat Kimia : pH diambang 5-6 pada 20oC, terdiri dari tiga atom karbon, enam ato
hydrogen dan satu atom oksigen.
5. Metanol (CH3OH)
- Sifat Fisik : Cair, tak berwarna, bau khas, cairan mudah terbakar, toksisitas akut
- Sifat Kimia : Terdiri dari satu atom karbon, empat atom hydrogen dan satu atom
oksigen
- Nama Senyawa : Kalsium (II) klorida, chloro calcium, kalsium klorida anhidrat
- Sifat Kimia : terdiri dari satu atom kalium dan dua atom klor
Ters-butil alkohol
- Dimasukkan ke dalam corong pisah
125 mL dan ditambahkan 30 mL HCl
pekat kemudian dikocok selama 20
menit
- Kran dibuka sesekali dan gas dibuang
dalam corong pisah untuk
mengurangi tekanan.
- Lalu corong pisah didiamkan agar
terjadi pemisahan fasa.
- Fasa air dikeluarkan, kemudian fasa
organic dicuci dengan 10 mL larutan
NaHCO 35% dan 10 mL larutan NaCl
jenuh secara berurutan.
(Pastikan tidak terjadi kesalahan
penentuan fasa organik dan fasa
air!)
- Fasa organik diambil kembali dan
disaring.
- Dikeringkan dengan penambahan
CaCl2 kemudian didekantasi.
- Ditimbang fasa organik yang
diperoleh kemudian gunakan sedikit
untuk pengukuran indeks bias.
- Fasa organik (ters-butil klorida) akan
digunakan pada percobaan
berikutnya.
𝜌𝑥𝑉 1,109 𝑥 85
Mol HCl = = = 2,585 mol
𝑀𝑟 36,46
𝜌𝑥𝑉 0,775 𝑥 32
Mol ters-butil klorida = = = 0,33 mol
𝑀𝑟 74,12
Massa ters-butil klorida teoritis = mol teoritis x Mr = (0,33 mol) x (92,57 g/mol)
= 30,55 gram
VII. PEMBAHASAN
Reaksi Substitusi adalah suatu reaksi adalah suatu reaksi penggantian gugus fungsional pada
senyawa kimia tertentu dengan gugus fungsional yang lain. Dalam kimia organik, terdapat
dua reaksi substitusi yang banyak digunakan. Bila reaksi substitusi melibatkan nukleofilik,
maka reaksi disebut dengan substitusi nukleofilik (𝑆𝑁), di mana S menyatakan substitusi dan
N menyatakan nukleofilik.
Substitusi nukleofilik terjadi ketika reagen yang berperan adalah suatu nukleofil. Nukleofil
merupakan molekul yang dapat menyumbangkan sepasang elektron membentuk ikatan kimia
dalam reaksi Substitusi nukleofilik terjadi ketika reagen yang berperan adalah suatu nukelofil.
Nukleofil adalah molekul yang dapat mendonor pasangan elektron untuk berikatan dengan
nukleus (atom C pusat). Pada percobaan ini, reagen yang digunakan adalah t-butanol dan hcl.
t-butanol merupakan alkohol tersier yang reaktif dalam melakukan reaksi substitusi
nukleofilik. Hal ini berkaitan dengan pembentukan karbokation pada bentuk ion dari t-butil
alkohol saat direaksikan dengan hidrogen halida. Dalam suasana asam, alkohol dapat
mengalami reaksi substitusi dengan hidrogen halida dengan sebelumnya membentuk
karbokation. Karbokation yang stabil adalah karbokation tersier daripada karbokation primer
dan sekunder. Hal ini dikarenakan adanya efek induktif yang membuat karbokation tersier
lebih stabil. Efek induktif adalah peningkatan stabilitas karena sumbangan elektron dari
sekitar gugus alkil. Dalam reaksi tertentu, mekanisme SN1 kemungkinan besar terjadi sebagai
efek induktif (alkohol tersier, tiga alkil terikat pada atom karbon pusat) sehingga
menghasilkan karbokation stabil menengah. Dalam SN1 mekanisme, langkah yang
menentukan adalah alkohol akan terprotonasi dsertai dengan kehilangan air.
Pada percobaan ini larutan HCl digunakan karena ion Cl di dalamnya termasuk ke dalam jenis
nukleofil kuat untuk menyerang daripada ion OH-. Hal ini dipengaruhi oleh keelektronegatifan
unsur Cl yang terbilang sangat tinggi sehingga substratnya reaktif untuk menyerang dan dapat
menjadi gugus datang yang baik, sedangkan ion OH- dapat bertindak sebagai gugus pergi yang
jelek (kurang baik). Dari pernyataan ini, sehingga jelas bahwa HCl adalah nukleofil dan ters
butanol adalah elektrofilnya. Gugus pergi (leaving group) adalah gugus yang mudah putus
apabila terjadi reaksi substitusi, dan kemudian digantikan oleh gugus dari senyawa lain
(seperti nukleofil). Gugus pergi yang baik biasanya adalah basa lemah, seperti Ion halida (F-,
I-, Cl-, Br). Dalam hal ini HCl digunakan karena mengandung ion halida Cl-. Kecenderungan laju
reaksi di antara halogen sebagai gugus pergi adalah sama pada reaksi SN1 dan SN2: R - I> R -
Br> R – Cl.
Ion klorida yang merupakan sumber nukleofil yang akan menyerang kation t-butanol dan
menggantikan molekul air sehingga akan terbentuk produk akhir t-butil klorida. selain itu
gugus hidroksil dari t-butanol berada pada posisi tersier, yang mana pada posisi tersebut lebih
mudah tersubstitusi oleh hcl jika dibandingkan dengan garam atau alkhohol primer maupun
sekunder. Karena ters butanol melepaskan OH- sedangkan HCl melepaskan H+, sehingga akan
membentuk molekul air. Selain itu, dalam mekanisme reaksi SN 1. Menambah konsentrasi
tert-butil klorida menjadi dua kali lipatnya akan mempercepat laju reaksinya menjadi dua kali
lebih cepat. Akan tetapi, saat konsentrasi ion hidroksida yang dilipatgandakan, tidak
dihasilkan efek yang cukup untuk menggandakan laju reaksi yang terjadi. Fenomena ini
menggambarkan bahwa ion hidroksida tidak berpartisipasi dalam keadaan transisi yang
mengontrol laju reaksi, tetapi hanya molekul tert-butil klorida (substrat) yang terlibat dalam
keadaan transisi tersebut. Oleh sebab itu, reaksi ini disebut sebagai reaksi substitusi
unimolekular. Digunakan HCl, karena ters-Butil alkohol melepaskan ion OH- yang kemudian
berikatan dengan ion H+ dari HCl membentuk molekul air. Hal ini menyebabkan terbentuknya
ion karbokation atau muatan parsial positif Pada atom karbon dan ion Cl- menjadi bebas
akibat substitusi nukleofilik. Ion Cl- sebagai gugus serang yang reaktif dan memiliki
keelektronegatifan tinggi berikatan dengan ion karbokation yang memiliki keelektropositifan
tinggi, sehingga terbentuklah senyawa ters-Butil klorida.
Jadi pada reaksi ini perlu digunakan HCl agar gugus -OH pada t-butil klorida dapat membentuk
H2O+ yang bersifat gugus pergi yang baik. Karena itu karbokation dapat terbentuk dan
berikatan dengan Cl-. Sebaliknya jika menggunakan NaCl, Cl- yang dihasilkan tidak dapat
menggantikan gugus -OH pada t-butil alkohol. Hal ini disebabkan gugus -OH merupakan gugus
pergi yang buruk dan karbokation tidak dapat terbentuk.
VIII. KESIMPULAN
- Reaksi substitusi nukleofilik adalah reaksi yang melibatkan suatu reagen nukleofil dengan
suatu substrat yang memiliki bagian molekul bermuatan positif atau parsial positif (elektrofil).
- Larutan HCl digunakan karena ion Cl di dalamnya termasuk ke dalam jenis nukleofil kuat
untuk menyerang daripada ion OH-. Hal ini dipengaruhi oleh keelektronegatifan unsur Cl yang
terbilang sangat tinggi sehingga substratnya reaktif untuk menyerang dan dapat menjadi
gugus datang yang baik, sedangkan ion OH- dapat bertindak sebagai gugus pergi yang jelek
(kurang baik). Dari pernyataan ini, sehingga jelas bahwa HCl adalah nukleofil dan ters butanol
adalah elektrofilnya.
- Digunakan HCl, karena ters-Butil alkohol melepaskan ion OH- yang kemudian berikatan
dengan ion H+ dari HCl membentuk molekul air. Hal ini menyebabkan terbentuknya ion
karbokation atau muatan parsial positif Pada atom karbon dan ion Cl- menjadi bebas akibat
substitusi nukleofilik.
- Ion Cl- sebagai gugus serang yang reaktif dan memiliki keelektronegatifan tinggi berikatan
dengan ion karbokation yang memiliki keelektropositifan tinggi, sehingga terbentuklah
senyawa ters-Butil klorida.
- Untuk memisahkan t-butil klorida dari reaktan dan pengotornya dengan melakukan distilasi
untuk diambil fraksi didihnya saja dan memastikan distilat yang didapat adalah murni t-butil
klorida tanpa mengandung zat pengotornya.
- Untuk dapat menentukan kemurnian dari produk t-butil klorida yang sudah diperoleh dapat
dilakukan dengan mengukur indeks biasnya menggunakan refraktometer, dimana nilai indeks
bias yang semakin besar menandakan bahwa produk hasil sintesis semakin murni.
DAFTAR PUSTAKA
Daintith. 1997. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga: Jakarta.
Fessenden, R.J. 1982. Kimia Organik Edisi III Jilid I. Erlangga: Jakarta.