Anda di halaman 1dari 11

Tanggal Percobaan Tanggal Pengumpulan

20 April 2021 20 April 2021

PRAKTIKUM KINETIKA KIMIA


PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI DENGAN
CARA TITRASI

NAMA ANGGOTA : 1. Agnes Putri Khairani (1303619057)


2. Muhammad Rifad Khoiran (1303619064)
3. Putri Nur Affriliani (1303619039)
4. Rezti Wahyu Noviyanti (1303619016)
5. Silva Nur Rahmah (1303619029)
6. Zarna Nurul Zahraini (1303619009)
KELOMPOK :4
DOSEN PENGAMPU : Dr. Afrizal, S.Si., M.Si
ASISTEN LAB : 1. Endri Rianti (1307618009)
2. Ghinna Restiani Tauji H (1303617065)
3. Shafarani Silalahi (1303617045)

Nilai

Pendidikan Kimia A 2019

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

2021
Percobaan II
Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi dengan Cara Titrasi

A. Tujuan Percobaan
1. Dapat membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida,
menurut reaksi,
CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH adalah reaksi orde
kedua.
2.Dapat menentukan tetapan laju reaksi dengan cara titrasi
3.Mengidentifikasi hubungan antara konsentasi larutan elektrolit dengan nilai
hantarannya
4.Dapat menentukan nilai x yaitu jumlah mol/liter Etil asetat atau ion OH
5.Dapat menentukan nilai konsentrasi awal dari larutan Etil asetat
6.Dapat menentukan nilai slope pada grafik
7.Dapat menentukan nilai k1 rata-rata
8.Dapat menentukan nilai normalitas dari hasil standarisasi

B. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah proses penentuan orde reaksi dan harga tetapan laju reaksi
penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dapat dilakukan dengan metode titrasi.
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara
mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar
titrasi ini berdasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Penentuan reaksi seperti ini didasarkan
pada jalanya reaksi yang diikuti dengan proses penentuan konsentrasi ion –OH pada waktu
tertentu dengan cara mengambil sejumlah tertentu larutan, kemudian ke dalam larutan yang
ada mengandung asam berlebih atau dapat di lakukan dengan cara mencampurkan larutan
NaOH dengan etil asetat lalu larutan yang sudah tercampur tersebut dicampurkan lagi dengan
asam klorida dan bagian yang berlebih dengan HCl akan dititrasi dengan larutan standar NaOH.
(Edi Siswanto.2013)
Ester umumnya dihidrolisis dengan larutan basa, sehingga reaksi tersebut disebut
penyabunan. Alasan lain disebut penyabunan, karena reaksi tersebut digunakan untuk membuat
sabun dari lemak. Salah satu bentuk contoh dari subtitusi nukleofilik (Soekardjo.2002)

Saponifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan sabun dan gliserol melalui
penghidrolisaan dengan basa, lemak atau minyak(Keenan,dkk,1990). Reaksi penyabunan
(saponifikasi) antara etil asetat dengan NaOH berdasarkan reaksi berikut:

Standarisasi NaOH
H2C2O4.2H2O H2C2O4 + 2H2O
H2C2O4 + 2 NaOH H2C2O4 + 2H2O
Reaksi penetapan : CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
(Wibowo Agus, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga laju reaksi sangat beragam, tergantung reaksi yang
berlangsung. Faktor-faktor tersebut dapat membuat nilai laju reaksi menjadi tinggi atau rendah.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : (Petrucci,1993).
1. Konsentrasi pereaksi
2. Suhu
3. Tekanan
4. Katalis

C. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1. Buret 1. 0,01 M KMnO4
2. Erlenmeyer 2. 0,2 M H2O2
3. Pipet 3. 2M NaOH
4. Stopwatch 4. 1M H2SO4
5. Pompa pipet 5. 1M FeCl3
D. Bagan Kerja
- Dibilas buret dengan air suling untuk memastikan semua kotoran di buret dibersihkan
dengan air suling
- Setelah dibilas dengan aquades, dibilas lagi dengan cairan yang akan kita titrasi dalam hal
ini yaitu larutan 0,01 KMNO4.
- Disimpan limbah di dalam gelas kimia limbah
- Selanjutnya 10 mL larutan hidrogen peroksida 0,2 M diukur dengan menggunakan pipet
- Dengan menggunakan pipet ukur 0,5 mL larutan NaOH 2M dan 1 mL FeCl 3 diukur
- Kedua bahan kimia ini kemudian akan dipindahkan ke dalam erlenmeyer pada waktu
bersamaan
- Dibiarkan reaksi ini terjadi selama 3 menit
- Tepat 3 menit tambahkan 20 mL 1M H2SO4 ke dalam campuran untuk menghentikan reaksi
disosiasi hidrogen peroksida.
- Dilakukan titrasi KMnO4 dan larutan hidrogen peroksida hingga warnanya berubah menjadi
merah muda terang dan dilakukan setetes demi setetes agar tidak melewati reaksi perubahan
warna titrasi
- Diulangi langkah 2-5, setiap kali tambah waktu reaksi (6,9,12,15, dan 18 menit) sebelum
ditambahkan H2SO4 untuk dihentikan reaksi disasosiasi.

E. Pertanyaan Awal
1. Apa yang dimaksud dengan orde reaksi?
Jawab:
Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi yang menunjukkan tingkat reaksi suatu zat yang
biasanya ditentukan dari data eksperimen.

2. Jelaskanlah prinsip penentuan orde dan tetapan laju reaksi dengan cara titrasi.
Jawab:
Prinsip penentuan orde dan tetapan laju reaksi dengan cara titrasi ini didasarkan pada jalannya
reaksi yaitu dimana titrat ditambahkan titran sedikit demi sedikit hingga mencapai keadaan
ekuivalen, dimana pada saat titik ekuivalen proses titrasi di hentikan. Pada percobaan ini
KMnO4 berperan sebagai titran dan yang berperan sebagai titrat yaitu NaOH dan H2O2 dengan
FeCl3 sebagai katalis

F. Analisa Data
Percobaan “Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju dengan Cara Titrasi” bertujuan
untuk menentukan orde dalam suatu reaksi dan menghitung tetapan lajunya melalui metode
titrasi. Prinsip percobaan ini adalah titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai
mencapai keaadaan ekuivalen, pada saat titik ekuivalen maka proses titrasi dihentikan.
Pada video praktikum yang kami tonton, tidak diberikan data pengamatannya, sehingga
kami mencari data lain dengan sumber referensi lain.
Data Pengamatan
Waktu (menit) [KMnO4] (M) Volume awal Volume akhir Hasil
KMnO4sebelum KMnO4setelah
titrasi (mL) titrasi (mL)
3 17.3 17.3
6 15.3 8.0 Larutan merah
9 0.01 M 6.1 6.1 muda
12 4.5 4.5
15 7.3 2.8
18 18.7 3.4

Perhitungan
- Menit ke 3

Diketahui : M KMnO4 = 0.01 M


V awalKMnO4 = 17.3 mL
V akhir KMnO4 = 17.3 mL
t = 3 menit = 180 sekon
Ditanya : k?
Jawab : mmol KMnO4 = M KMnO4 x V akhir KMnO4
= 0.01 M x 17.3 mL
= 0.173 mmol
0.173 𝑚𝑚𝑜𝑙
x= = 0.01 M
17.3 𝑚𝐿
1 𝑥 1 0.01 𝑀
k=𝑡 𝑥 = 𝑥
𝑎(𝑎−𝑥) 180 𝑠 0.01 𝑀(0.01−0.01)𝑀
1 0.01
= 0.005 𝑠 x 0.01(0)𝑀

k = 0 M-1s-1
- Menit ke 6
Diketahui: M KMnO4 = 0.01 M
V awal KMnO4 = 15.3 mL
V akhir KMnO4 = 8.0 mL
t = 6 menit = 360 sekon
Ditanya: k?
Jawab: mmol KMnO4 = M KMnO4 x V akhir KMnO4
= 0.01 M x 8.0 mL
= 0.08 mmol
0.08 𝑚𝑚𝑜𝑙
x= = 0.005 M
15.3 𝑚𝐿
1 𝑥 1 0.01 𝑀
k=𝑡 𝑥 = 𝑥 0.01 𝑀(0.01−0.005)𝑀
𝑎(𝑎−𝑥) 360 𝑠
1 0.01
= 0.0027 x
𝑠 0.01(0.005)𝑀

k = 0.0027 s-1 x 200 M = 0.54 M-1s-1


- Menit ke 9

Diketahui: M KMnO4 = 0.01 M


V awal KMnO4 = 6.1 mL
V akhir KMnO4 = 6.1 mL
t = 9 menit = 540 sekon
Ditanya: k?
Jawab: mmol KMnO4 = M KMnO4 x V akhir KMnO4
= 0.01 M x 6.1 mL
= 0.061 mmol
0.061 𝑚𝑚𝑜𝑙
x= = 0.01 M
6.1 𝑚𝐿
1 𝑥 1 0.01 𝑀
k=𝑡 𝑥 𝑎(𝑎−𝑥)
= 540 𝑠
𝑥 0.01 𝑀(0.01−0.01)𝑀
1 0.01
= 0.0018 x
𝑠 0.01(0)𝑀

k = 0 M-1s-1
- Menit ke 12

Diketahui: M KMnO4 = 0.01 M


V awal KMnO4 = 4.5 mL
V akhir KMnO4 = 4.5 mL
t = 12 menit = 720 sekon
Ditanya: k?
Jawab: mmol KMnO4 = M KMnO4 x V akhir KMnO4
= 0.01 M x 4.5 mL
= 0.045 mmol
0.045 𝑚𝑚𝑜𝑙
x= = 0.01 M
4.5 𝑚𝐿
1 𝑥 1 0.01 𝑀
k=𝑡 𝑥 = 𝑥 0.01 𝑀(0.01−0.01)𝑀
𝑎(𝑎−𝑥) 720 𝑠
1 0.01
= 0.0014 𝑠 x 0.01(0)𝑀

k = 0 M-1s-1
- Menitke 15

Diketahui: M KMnO4 = 0.01 M


V awal KMnO4 = 7.3 mL
V akhir KMnO4 = 2.8 mL
t = 15 menit = 900 sekon
Ditanya: k
Jawab : mmol KMnO4 = M KMnO4 x V akhir KMnO4
= 0.01 M x 2.8 mL
= 0.028 mmol
0.028 𝑚𝑚𝑜𝑙
x= = 0.01 M
2.8 𝑚𝐿
1 𝑥 1 0.01 𝑀
k= 𝑥 = 𝑥
𝑡 𝑎(𝑎−𝑥) 900 𝑠 0.01 𝑀(0.01−0.01)𝑀
1 0.01
= 0.0011 𝑠 x 0.01(0)𝑀

k = 0 M-1s-1
- Menitke 18

Diketahui: M KMnO4 = 0.01 M


V awal KMnO4 = 18.7 mL
V akhir KMnO4 = 3.4 mL
t = 18 menit = 1080 sekon
Ditanya: k
Jawab : mmol KMnO4 = M KMnO4 x V akhir KMnO4
= 0.01 M x 3.4 mL
= 0.034mmol
0.0034 𝑚𝑚𝑜𝑙
x= = 0.0018 M
18.7 𝑚𝐿
1 𝑥 1 0.01 𝑀
k=𝑡 𝑥 = 𝑥 0.01 𝑀(0.01−0.0018)𝑀
𝑎(𝑎−𝑥) 1080 𝑠
1 0.01
= 0.0009 𝑠 x 0.01(0.0082)𝑀

k = 0.0009 s-1 x 122 M = 0.1098 M-1s-1


Grafik

Grafik Hubungan Nilai k dengan Waktu


0,6
0,5
0,4
k (M-1s-1)

0,3
0,2
0,1
0
0 5 10 15 20
-0,1
Waktu (Menit)

Pada praktikum ini larutan campuran (H2O2 dan NaOH) dititrasi menggunakan KMNO4
dengan penambahan larutan H2SO4 1M sebanyak 20 ml. Langkah pertama yaitu cuci buret
dengan menggunakan air, lalu larutan yang akan menjadi titran (KMnO4). Selanjutnya
masukkan 10 ml H2O2 kedalam erlemenyer menggunakan pipet gondok dan tambahkan 0,5 ml
NaOH 2M dan 1 ml FeCl3 1 M pada waktu bersamaan. FeCl3 berfungsi sebagai katalis. Katalis
adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada akhir reaksi dapat
diperoleh kembali dengan cara menurunkan energi aktivasinya (Watoni, 2014). Setelah
penambahan NaOH dan FeCl3, larutan didiamkan selama 3 menit. Setelah itu, tambahkan 20
ml H2SO4 ke dalam larutan campuran tersebut untuk menghentikan reaksi disosiasi pada H2O2.
Disosiasi adalah reaksi penguraian suatu senyawa menjadi zat-zat yang lebih sederhana (Purba,
2017).
Setelah itu dilakukan titrasi dengan KMNO4 sampai berubah warna menjadi pink seulas
yang menandakan titik akhir titrasi. Pada titrasi tidak dibutuhkan indicator, karena KMnO4
sendiri sudah berperan sebagai autoindikator. KMnO4 disebut autoindikator karena sudah
mampu memberikan perubahan warna saat titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya
warna merah muda. Titrasi dilakukan tetes demi tetes agar tidak terjadi kesalahan saat
mengamati warna yang menandakan titik akhir titrasi. Setelah itu, lakukan pengulangan untuk
waktu 6 menit, 9 menit, 12 menit, 15 menit, dan 18 menit.
Data pengamatan pada praktikum ini tidak ditampilkan dalam video, sehingga kami
mengambilnya dari video lain. Berdasarkan data praktikum, diperoleh nilai k yaitu k = 0 M-1s-
1
, k = 0.54 M-1s-1 , k = 0 M-1s-1 , k = 0 M-1s-1 , k = 0 M-1s-1 , dan 0.1098 M-1s-1 . Dari data tersebut
terlihat bahwa nilai k tidak konstan dan relative memiliki perbedaan yang cukup besar dan
grafik yang terbentuk tidak memiliki keteraturan, sehingga tidak dapat ditentukan orde
reaksinya. Hal ini dikarenakan pada data praktikum tidak dijelaskan volume awal yang
digunakan. Selain itu, perbedaan bahan yang terdapat pada video yang digunakan juga
mempengaruhi hasil perhitungan dari data pengamatan.

G. Pertanyaan Akhir
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat adalah
reaksi orde kedua?
Jawab:
Kenyataan yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat adalah reaksi orde dua
dapat dilihat dari nilai k yang secara konstan menurun berdasarkan grafiknya dan kurvanya
yang paling linear dibanding dengan kurva orde satu ataupun tiga.

2. Apakah fungsi pemanasan pada campuran yang dilakukan ketika percobaan?


Jawab:
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi, hal tersebut dikarenakan apabila suhu
dinaikkan maka akan menyebabkan partikel semakin aktif bergerak sehingga tumbukan yang
terjadi semakin sering dan reaksi akan semakin cepat.

3. Apakah akibatnya bila titrasi dari HCl tidak dapat segera dilakukan? Seandainya titrasi
ini harus ditunda (umpamanya sampai seluruh percobaan selesai) apakah yang harus
dikerjakan?
Jawab:
Apabila titrasi dari HCl tidak dapat segera dilakukan maka akan mengakibatkan sisa HCl yang
tidak bereaksi dengan NaOH (dari campuran) atau kelebihan HCl semakin besar seiring dengan
bertambahnya waktu penundaan sehingga saat proses titrasi akan diperlukan NaOH lebih
banyak untuk bereaksi dengan HCl sisa tersebut. Apabila titrasi harus ditunda sampai seluruh
percobaan selesai yang harus dilakukan adalah jangan mencampurkan terlebih dahulu
campuran etil asetat dan NaOH dengan HCl, tetapi tunggu sampai proses titrasi siap dilakukan
baru mencampur campuran tersebut dengan HCl.

H. Kesimpulan
1. Data hasil pengamatan pada percobaan adalah
Waktu (menit) [KMnO4] (M) Volume awal Volume akhir Hasil
KMnO4sebelum KMnO4setelah
titrasi (mL) titrasi (mL)
3 17.3 17.3
6 15.3 8.0 Larutan merah
9 0.01 M 6.1 6.1 muda
12 4.5 4.5
15 7.3 2.8
18 18.7 3.4

2. - Nilai k pada menit ke-3 sebesar 0 M-1s-1


- Nilai k pada menit ke-6 sebesar 0.54 M-1s-1
- Nilai k pada menit ke-9 sebesar 0 M-1s-1
- Nilai k pada menit ke-12 sebesar 0 M-1s-1
- Nilai k pada menit ke-15 sebesar 0 M-1s-1
- Nilai k pada menit ke-18 sebesar 0.1098 M-1s-1
3. Pada percobaan, FeCl3 berperan sebagai katalis yang berfungsi mempercepat
terjadinya reaksi
4. Penambahan 20 ml H2SO4 kedalam larutan campuran tersebut berfungsi untuk
menghentikan reaksi disosiasi pada H2O2
5. Warna hasil titrasi dengan KMNO4 adalah pink seulas yang menandakan titik akhir
titrasi.
6. Pada titrasi tidak dibutuhkan indicator, karena KMnO4 sendiri sudah berperan sebagai
Autoindikator
7. Titrasi dilakukan tetes demi tetes agar tidak terjadi kesalahan saat mengamati warna
yang menandakan titik akhir titrasi
8. Akibat k tidak konstan dan relative memiliki perbedaan yang cukup besar dan grafik
yang terbentuk tidak memiliki keteraturan maka orde reaksi tidak dapat ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo. 2010. Laju Reaksi Pencampuran Minyak Jarak Dan Air Pada Hydrogen
Reformer Menggunakan Pemanas Dan Katalis. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi 2010. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim: Semarang.
Edi Siswanto. 2013.Penentuan Laju dan Tetapan Laju Reaksi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tanjung Pura: Pontianak
Keenan,C.W.1990. Kimia Untuk Universitas. Jilid 1: Edisi 6. A.H Pudjaatmaka. Erlangga:
Jakarta.
Petrucci. 1993. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga: Jakarta.
Purba, Mitchel dan Eti Sarwiyati. 2017. Kimia Peminatan. Jakarta : Erlangga.

Soekardjo. 2002. Kimia Dasar. UGM Press: Yogyakarta.


Watoni, Haris. 2014. Kimia. Bandung : Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai