Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN SIFAT KIMIA FISIKA BAHAN

KINETIKA REAKSI SAPONIFIKASI ETIL ASETAT

Dosen Pengampu :
Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T., M.T.
Endang Ciptawati, S.Si., M.Si.

Oleh Kelompok 8 Offering I :

1. Wildan Tri Wahyudi (200332618096)


2. Wiwid Dwi Eri (200332618075)
3. Yunita Dwi Larasati (200332618002)

4. Yunita Wulandari (200332618101)

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

APRIL 2022
A. Tujuan
Dapat menunjukan reaksi penyabunan etil asetat ion hidroksida adalah reaksi orde
dua, dan menentukan konstanta kecepatan pada reaksi tersebut.

B. Dasar Teori
Reaksi penyabunan atau saponifikasi adalah proses hidrolisis basa kuat seperti
KOH dan NaOH terhadap lemak (lipid). Dimana reaksinya akan menghasilkan gliserol
sebagai hasil sampingan. Dengan reaksi sebagai berikut:
C3H5(OOCR)3 + 3NaOH → C3H5(OH)3 + 3NaOOCR
Menurut Keenan (1980), sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk
mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran.
Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu kimia fisika yang mempelajari
tentang kecepatan ataupun laju reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi yang
terlibat didalamnya. Kecepatan reaksi atau laju reaksi adalah kecepatan perubahan
konsentrasi terhadap waktu, jadi tanda negatif hanya menunjukkan bahwa konsentrasi
berkurang bila waktu bertambah.
Laju reaksi dapat pula digunakan untuk memprediksi kebutuhan bahan pereaksi
tiap satuan waktu dan dapat juga digunakan untuk menghitung kebutuhan energi untuk
produksi hydrogen. Seiring bertambahnya waktu dalam suatu reaksi, mka jumlah zat
pereaksi akan menjadi produk, dan sebaliknya jumlah zat hasil reaksi (produk) akan
semakin bertambah. Satuan laju reaksi adalah mol/L det atau M det -1. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi adalah:
1. Temperatur, semakin tinggi suhu dalam sistem maka reaksi dalam sistem akan
semakin cepat pula.
2. Katalis, keberadaan katalis dalam suatu reakasi ini akan memperepat jalannya
suatu reaksi dalam sistem tanpa merubah komposisi.
3. Konsentrasi reaktan, semakin tinggi konsentrasi reaktan maka semakin
cepatreaksi yang terjadi.
4. Tekanan, tekanan yang dimaksud adalah tekanan gas, semakin tinggi tekanan
reaktan maka reaksi akan semakin cepat berlangsung.
5. Luas permukaan, semakin luas permukaan suatu partikel maka reaksi akan
semakin cepat berlangsung.
Selain penentuan laju reaksi, percobaan juga dapat menunjukkan orde suatureaksi.
Orde reaksi merupakan jumlah pangkat dari faktor konsentrasi dalam hukum laju
bentuk deferensial. Umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tidak sama dengan
koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi.
Reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat merupakan salah satu reaksi
berorde dua, meskipun reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat bukan reaksi
sederhana. Sehingga hukum hukum laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dapat
dinyatakan sebagai:

−𝑑[𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟]
= k1 [𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟][𝐾𝑂𝐻] (a)
𝑑𝑡
Atau
𝑑𝑥
= k1 (a-x) (b-x) (b)
𝑑𝑡
Yang diintegrasikan dan disusun ulang menjadi
𝑏(𝑎−𝑥)
ln = k1( a – b )t
𝑎(𝑏−𝑥)

Dengan :
a : konsentrasi awal ester dalam mol/liter
b : konsentrasi awal ion OH‾ dalam mol/liter
x : jumlah mol/liter ester atau basa yang telah bereaksi pada waktu t
k1 : tetapan laju reaksi

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Kaca arloji 7. Beaker glass
2. Labu ukur 8. Stopwatch
3. Erlenmeyer 9. Pipet gondok
4. Buret 10. Botol semprot
5. Statif dan klem 11. Thermometer
6. Corong

Bahan :
1. Aquades
2. Etil asetat
3. NaOH
4. HCl
5. Indicator fenolftalein
6. Asam oksalat

D. Prosedur Percobaan
1. Pengukuran Titik Beku

Etil Asetat

Disiapkan 50 mL dengan konsentrasi 0,02 N

Disiapkan larutan 50 mL larutan NaOH 0,02 N

Dimasukan larutan NaOh dan etil asetat dengan jumlah tertentu


kedalam Erlenmeyer, kedua labu Erlenmeyer diletakan thermostat
untuk mencapai suhu yang sama. Kemudian diletakan pada 7 labu
Erlenmeyer berbeda dan ditetesi HCl 0,02 N

Bila larutan NaOH dan etil asetat mencapai suhu thermostat maka
etil asetat harus cepat dicampurkan larutan NaOH dan dikocok

3 menit setelah reaksi dimulai pipet 10 mL dari campuran reaksi


dan masukan Erlenmeyer berisi 20 mL larutan HCl kemudian
kelebihan HCl dititrasi dengan NaOH 0,02 N

Dilakukan percobaan ke 5 dengan menit ke 8, 15, 25, 40, 65

Sisa campuran didiamkan 2 hari atau dilakukan pemanasan


kemudian diulangi percobaan 5

Hasil

2. Data Pengamatan
Menit Ke- Volume HCl N HCl N NaOH V NaOH
(mL) Titrasi (mL)
3 20 mL 0,02 N 0,02 N 16,3
8 20 mL 0,02 N 0,02 N 16,6
15 20 mL 0,02 N 0,02 N 17,1
25 20 mL 0,02 N 0,02 N 18,2
40 20 mL 0,02 N 0,02 N 18,3
65 20 mL 0,02 N 0,02 N 18,5
3. Perhitungan
a. Menentukan jumlah mmol HCl awal
Mmol HCl awal = NHCl x V HCl awal
= 0,02 N x 20 mL
= 0,4 mmol
b. Menentukan jumlah mmol HCl sisa, jumlah mmol HCl yang bereaksi,
serta orde 2
1 1
= + 𝑘𝑡
(𝑎 − 𝑥) 𝑎

 Pada saat t = 3 menit (180 sekon)


Mmol HCl sisa = N x VNaOH titrasi
= 0,02 N x 16,3 mL
= 0,326 mmol
mmol HCl yang beraksi = mmol HClawal - mmol HClsisa
= 0,4 mmol – 0,326 mmol
= 0,074 mmol
Mmol HCl yang bereaksi = mmol NaOH sisa (dari etil asetat)
 Menghitung jumlah mmol NaOH yang bereaksi
N x Vawal = mmol NaOHsisa + mmol NaOHbereaksi
0,02 N x 10 mL = 0,074 mmol + mmol NaOHbereaksi
Mmol NaOHbereaksi = 0,126 mmol (dalam 10 mL campuran
etil asetat + NaOH)

Dalam 50 mL campuran
50
Mmol NaOHbereaksi = 10 𝑥 0,126 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 0,63 𝑚𝑚𝑜𝑙

a = 0,02 M
0,63 𝑚𝑚𝑜𝑙
X1 = = 0,0126 M
50 𝑚𝐿

(a-x1) = 0,02 M – 0,0126 M


(a-x1) = 0,0074 M
Orde 2 :
1 1
= + 𝑘𝑡
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
1 1
=
(𝑎 − 𝑥) 0,0074
1
= 135,135
(𝑎 − 𝑥)

 Pada saat t = 8 menit (480 sekon)


Mmol HCl sisa = N x VNaOH titrasi
= 0,02 N x 16,6 mL
= 0,332 mmol
mmol HCl yang beraksi = mmol HClawal - mmol HClsisa
= 0,4 mmol – 0,332 mmol
= 0,068 mmol
Mmol HCl yang bereaksi = mmol NaOH sisa (dari etil asetat)
 Menghitung jumlah mmol NaOH yang bereaksi
N x Vawal = mmol NaOHsisa + mmol NaOHbereaksi
0,02 N x 10 mL = 0,068 mmol + mmol NaOHbereaksi
Mmol NaOHbereaksi = 0,132 mmol (dalam 10 mL campuran
etil asetat + NaOH)

Dalam 50 mL campuran
50
Mmol NaOHbereaksi = 10 𝑥 0,132 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 0,66 𝑚𝑚𝑜𝑙
a = 0,02 M
0,66 𝑚𝑚𝑜𝑙
X1 = = 0,0132 M
50 𝑚𝐿

(a-x1) = 0,02 M – 0,0132 M


(a-x1) = 0,0068 M

Orde 2 :
1 1
= + 𝑘𝑡
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
1 1
=
(𝑎 − 𝑥) 0,0068
1
= 147,059
(𝑎 − 𝑥)

 Pada saat t = 15 menit (900 sekon)


Mmol HCl sisa = N x VNaOH titrasi
= 0,02 N x 17,1 mL
= 0,342 mmol
mmol HCl yang beraksi = mmol HClawal - mmol HClsisa
= 0,4 mmol – 0,342 mmol
= 0,058 mmol
Mmol HCl yang bereaksi = mmol NaOH sisa (dari etil asetat)
 Menghitung jumlah mmol NaOH yang bereaksi
N x Vawal = mmol NaOHsisa + mmol NaOHbereaksi
0,02 N x 10 mL = 0,058 mmol + mmol NaOHbereaksi
Mmol NaOHbereaksi = 0,142 mmol (dalam 10 mL campuran
etil asetat + NaOH)

Dalam 50 mL campuran
50
Mmol NaOHbereaksi = 10 𝑥 0,142 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 0,71 𝑚𝑚𝑜𝑙

a = 0,02 M
0,71 𝑚𝑚𝑜𝑙
X1 = = 0,0142 M
50 𝑚𝐿

(a-x1) = 0,02 M – 0,0142 M


(a-x1) = 0,0058 M

Orde 2 :
1 1
= + 𝑘𝑡
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
1 1
=
(𝑎 − 𝑥) 0,0058
1
= 172,414
(𝑎 − 𝑥)
 Pada saat t = 25 menit (1500 sekon)
Mmol HCl sisa = N x VNaOH titrasi
= 0,02 N x 18,2 mL
= 0,364 mmol
mmol HCl yang beraksi = mmol HClawal - mmol HClsisa
= 0,4 mmol – 0,364 mmol
= 0,036 mmol
Mmol HCl yang bereaksi = mmol NaOH sisa (dari etil asetat)
 Menghitung jumlah mmol NaOH yang bereaksi
N x Vawal = mmol NaOHsisa + mmol NaOHbereaksi
0,02 N x 10 mL = 0,036 mmol + mmol NaOHbereaksi
Mmol NaOHbereaksi = 0,164 mmol (dalam 10 mL campuran
etil asetat + NaOH)

Dalam 50 mL campuran
50
Mmol NaOHbereaksi = 10 𝑥 0,164 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 0,82 𝑚𝑚𝑜𝑙

a = 0,02 M
0,82 𝑚𝑚𝑜𝑙
X1 = = 0,0164 M
50 𝑚𝐿

(a-x1) = 0,02 M – 0,0164 M


(a-x1) = 0,0036 M

Orde 2 :
1 1
= + 𝑘𝑡
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
1 1
=
(𝑎 − 𝑥) 0,0036
1
= 277,778
(𝑎 − 𝑥)

 Pada saat t = 40 menit (2400 sekon)


Mmol HCl sisa = N x VNaOH titrasi
= 0,02 N x 18,3 mL
= 0,366 mmol
mmol HCl yang beraksi = mmol HClawal - mmol HClsisa
= 0,4 mmol – 0,366 mmol
= 0,034 mmol
Mmol HCl yang bereaksi = mmol NaOH sisa (dari etil asetat)
 Menghitung jumlah mmol NaOH yang bereaksi
N x Vawal = mmol NaOHsisa + mmol NaOHbereaksi
0,02 N x 10 mL = 0,034 mmol + mmol NaOHbereaksi
Mmol NaOHbereaksi = 0,166 mmol (dalam 10 mL campuran
etil asetat + NaOH)

Dalam 50 mL campuran
50
Mmol NaOHbereaksi = 10 𝑥 0,166 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 0,83 𝑚𝑚𝑜𝑙

a = 0,02 M
0,83 𝑚𝑚𝑜𝑙
X1 = = 0,0166 M
50 𝑚𝐿

(a-x1) = 0,02 M – 0,0166 M


(a-x1) = 0,0034 M

Orde 2 :
1 1
= + 𝑘𝑡
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
1 1
=
(𝑎 − 𝑥) 0,0034
1
= 294,118
(𝑎 − 𝑥)

 Pada saat t = 65 menit (3900 sekon)


Mmol HCl sisa = N x VNaOH titrasi
= 0,02 N x 18,5 mL
= 0,37 mmol
mmol HCl yang beraksi = mmol HClawal - mmol HClsisa
= 0,4 mmol – 0,37 mmol
= 0,03 mmol
Mmol HCl yang bereaksi = mmol NaOH sisa (dari etil asetat)
 Menghitung jumlah mmol NaOH yang bereaksi
N x Vawal = mmol NaOHsisa + mmol NaOHbereaksi
0,02 N x 10 mL = 0,03 mmol + mmol NaOHbereaksi
Mmol NaOHbereaksi = 0,17 mmol (dalam 10 mL campuran
etil asetat + NaOH)

Dalam 50 mL campuran
50
Mmol NaOHbereaksi = 10 𝑥 0,17 𝑚𝑚𝑜𝑙 = 0,85 𝑚𝑚𝑜𝑙
a = 0,02 M
0,85 𝑚𝑚𝑜𝑙
X1 = = 0,017 M
50 𝑚𝐿

(a-x1) = 0,02 M – 0,017 M


(a-x1) = 0,003 M

Orde 2 :
1 1
= + 𝑘𝑡
(𝑎 − 𝑥) 𝑎
1 1
=
(𝑎 − 𝑥) 0,003
1
= 333,333
(𝑎 − 𝑥)
Grafik 1/(a-x) terhadap t (s)
400
y = 0.0569x + 137.9
350 R² = 0.8663

300

250
1/(a-x)

200

150

100

50

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
t (s)

E. Pembahasan
Percobaan kinetikaa reaksi saponifikasi etil asetat bertujuan untuk
memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan hidrokssi adalah reaksi orde
2 dengan menentukan konstanta kecepatan reaksi. Dalam percobaan ini
dilakukan waktu pencampuran etil asetat dengan NaOH yang berbeda, yakni
dibuat dalam 3 menit, 8 menit, 15 menit, 25 menit, 40 menit, dan 65 menit.
Langkah pertama yang dilakuakn yaitu dengan menyiapkan 2 buah Erlenmeyer.
Erlenmeyer yang pertama diisi dengan etil asetat 0,02 N sebanyak 50 mL dan
Erlenmeyer yang ke dua diisi dengan larutan NaOH 0,02 N sebanyak 50 mL.
Kemudian pada kedua Erlenmeyer tersebut diukur suhunya ini bertujuan untuk
suhu kedua Erlenmeyer sama. Setelah suhunya sama maka dilakukan
pencampuran dan pengocokan pada kedua Erlenmeyer tersebut dengan
dinyalakan stopwatch.
Campuran tersebut dibiarkan selama 3 menit. Kemudian diambil 10 mL
campuran tersebut dengan pipet dan dimasukkan dalam Erlenmeyer yang berisi
HCl 0,02 N sebanyak 20 mL. Penambahan HCl ini bertujuan untuk memberikan
suasana asam pada campuran. Kemudian juga ditambahkan indicator pp 3 tetes,
penambahan ini bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi dari larutan.
Campuran yang telah ditambahkan HCl dan indicator pp dititrasi dengan
menggunakan larutan standar NaOH. Setelah mencapai titik ekuivalen dengan
berubahnya campuran menjadi merah muda dan didapatkan volume NaOH yang
diperlukan adalah 16,3 mL. Kemudian dibiarkan sisa campuran etil asetat dengan
NaOH bereaksi hingga menit ke-8. Setelah mencapai menit ke-8, diambil 10 mL
campuran menggunakan pipet dan dimasukkan ke Erlenmeyer yang lain yang
telah berisi HCl 0,02 N sebanyak 20 mL dan ditambahkan indicator pp 3 tetes.
Dilakukan titrasi pada campuran tersebut dengan larutan standar NaOH. Setelah
mencapai titik ekuivalen dengan berubah warna menjadi merah muda dan
didapatkan volume NaOH sebesar 16,6 mL.
Dilakukan perlakuan yang sama pada menit ke 15, 25, 40, dan 65.
Didapatkan hasil akhir volume pada menit ke 15 adalah 17,1 mL. Pada campuran
yang didiamkan selama 25 menit dihasilkan volume NaOH adalah 18,2 mL. Pada
campuran yang didiamkan selama 40 menit dihasilkan volume NaOH adalah 18,3
mL. Pada campuran yang didiamkan selama 65 menit dihasilkan volume NaOH
adalah 18,5 mL.
Pada penentuan orde reaksi penyabunan etil asetat, digunakan kurva
untuk membuktikan orde reaksi yang terjadi. Kurva yang digunakan pada orde
reaksi adalah kurva yang menunjukkan linearitas yang terbesar.

Grafik 1/(a-x) terhadap t (s)


400
y = 0.0569x + 137.9
350 R² = 0.8663

300

250
1/(a-x)

200

150

100

50

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
t (s)

Dari grafik tersebut diperoleh bahwa R2 dari kurva sebesar 0,8663 yang
artinya mendekati nilai 1. Nilai yang mendekati 1 tersebut menunjukkan ahwa
variable 1/(a-x) memiliki kelinearan yang cukup signifikan. Persamaan linear
pada kurva tersebut adalah y = 0,0569x + 137,9. Persamaan linear tersebut
membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat merupakan reaksi orde dua.
Dimana persamaan yang didapat sebanding dengan persamaan garis linier
y=bx+a, nilai b yang di dapat adalah 0,0569. Nilai b ini menujukkan konstanta laju
reaksi. Sehingga, konstanta laju reaksi dari reaksi sapnifikasi etil asetat adalah
0,0569.

F. Lampiran

Dititrasi dengan NaOH 0,02 N

Hasil Setelah reaksi dari menit ke 3 sampai menit ke 15


Hasil Setelah reaksi dari menit ke 25 sampai menit ke 65

Daftar Pustaka
KBK Kimia Fisik. 2018. Kimia Fisika. Malang
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Yogyakarta; Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai