TITRASI REDOKS
Disusun oleh :
NIM : 4171131025
JURUSAN KIMIA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Atas berkat dan Rahmat Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Criticcal
Book Report Materi “Titrasi Redoks”. Tujuan dalam Tugas Critical Book Report ini yaitu
untuk mendalami Materi tentang Titrasi Redoks dan sekaligus melengkapi tugas Mata Kuliah
“Kimia Analitik”.
Dalam penyusuna buku ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan, dengan
demikian saya membutuhkan bimbingan dari Dosen Pengampu Mata Kuliah apabila ada
kekurangan dalam penyusunan, saya mohon maaf.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi banyak orang
didalam dunia pendidikan dan dalam kehidupan sehari - hari. Dan semoga kita semua
nantinya dapat menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh peserta didik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENGANTAR ........................................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................... 1
1.3. Identitas Buku .............................................................................................................................. 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
RINGKASAN ISI BUKU ....................................................................................................................... 3
2.1. Buku Utama ................................................................................................................................. 3
2.2. Buku Pembanding ...................................................................................................................... 21
BAB III ................................................................................................................................................. 30
KEUNGGULAN BUKU ...................................................................................................................... 30
3.1. Keunggulan Buku 1 ................................................................................................................... 30
3.2. Keunggulan Buku 2 ................................................................................................................... 30
BAB IV ................................................................................................................................................. 31
KELEMAHAN BUKU ......................................................................................................................... 31
4.1. Kelemahan Buku 1 ..................................................................................................................... 31
4.2. Kelemahan Buku 2 ..................................................................................................................... 31
BAB V .................................................................................................................................................. 32
PENUTUP ............................................................................................................................................ 32
ii
BAB I
PENGANTAR
1
1.3. Identitas Buku
Buku Utama
2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
3
Kalium permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat
diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator
terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganate
memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini digunakanuntuk
mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Kelemahannya adalah dalam
medium HCL. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, memiliki
kestabilan yang terbatas.
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam
keadaan netral. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik
akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan
sejumlah mno2. Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya berjalan
lambat, mno2 tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi-titrasi
permanganat.
4
Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-larutan encer
pada suhu ruangan. Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-
basa, ion Mn(II) dan mno2. Namun demikian, jangan pernah
menambahkan permanganat berlebih ke dalam sebuah unsur reduksi dan
kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi
yang nantinya muncul akan berlangsung dengan laju yang rendah.
a. Natrium Oksalat
5
disarankan oleh mcbride, yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung
perlahan pada suhu yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat.
Kemudian, Fowler dan Bright melakukan suatu penelitian yang sangat
mendalam terhadap kesalahan- kesalahan yang mungkin di dalam titrasi.
Mereka menemukan beberapa bukti dari pembentukan peroksida
6
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan
sebagai standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan
semua besi (III) yang diproduksi selama proses pelarutan direduksi
menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh permanganat berjalan
lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi,
oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen
pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan
disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam
ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam
larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam
fosfat, disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt,
dapat ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum
dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari
ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa
reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning
yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini
tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.
7
pada sistem iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau dengan
kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang
cukup kuat seperti vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida, sulfit,
Stibium(III), timah(II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai
macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya
dengan penyesuaian ph dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi
dengan iodium secara kuantitatif.
Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada
iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Reaksi
yang terjadi:
OH O
OH O
+ I2 + 2HI
H2 H2
HO C HC HO C HC
O O O O
OH OH
8
Dalam iodometri I- dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika
oksidatornya kuat tidak apa – apa, tetapi jika oksidatornya lemah maka
oksidasinya berlangsung sangat lambat dan mungkin tidak sempurna, ini
harus dihindari. Cara menghindarinya :
- Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau
menurunkan ph.
- Memperbesar [I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
- Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi :
misalnya dikocok dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida,
maka I2 akan masuk dalam pelarut organik ini, sebab I2 lebih mudah larut
dalam senyawa solven organic daripada dalam air.
Titrasi Bromometri
Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapam
kadar suatu zat dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah
suatu proses yang mengakibatkan hilangnya aatu elektron atau lebih dari
9
dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan
oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi
adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut
direduksi.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh satu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang
positif), jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron,
dalam proses itu zat ini dioksidasi.
10
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini,
karena suatu reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit
dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6
elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal.
Titrasi Serimetri
Larutan serium(IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan zat
pengoksidasi yang kuat dan lebih stabil daripada larutan kalium
permanganat, dengan suatu syarat bahwa asam sulfat cukup mampu
menghindari hidrolisis dan pengendapan garam basanya. Kalau larutan
kalium permanganate dapat direduksi menjadi beberapa macam keadaan
hasil reduksi, maka reduksi larutan serium(III), menurut reaksi:
Ce4+ + e- Ce3+
11
Dengan demikian maka dianggap bobot ekivalennya adalah 1 mol atau 1
Mr .
5. Ion serium (IV) tidak berwarna (dibandingkan ion Mn (II) yang btidak
berwarna dari kmno4 , dan ion serium (III) yang hijau dari kalium
dikhromat).
6. Serium (IV)sulfat adalah zat pengoksid yang serba guna . Ia dapat
digunakan dalam banyak titrasi yang sama permangganat telah digunakan
,dan juga untuk penetapan - penetapan lainnya .
7. Larutan serium (IV) sulfat paling baik distandarisasikan dengan arsen
(III)oksida atau natrium oksalat .
Larutan serium(IV)sulfat dalam larutan asam sulfat encer adalah
stabil, bahkan pada temperature – temperature didih .larutan dalam hcl
dari garam ini tidak stabil , karena reduksi menjadi Ce (III) oleh asam
tersebut dengna dibarengi pembebasan klor. Reaksinya:
2Ce4++2Cl-↔ 2Ce3++Cl2
1. Titrasi permanganatometri
a. Preparasi larutan kalium permanganat
Larutan Baku Kalium Permanganat dibuat dengan melarutkan
sejumlah Kalium Permanganat P dan melarutkannya dalam air
secukupnya sesuai dengan normalitas yang dikehendaki. Meskipun
demikian, karena mengingat sifat dari Kalium Permanganat dan kenyataan
bahwa Kalium Permanganat sulit diperoleh dalam kemurnian yang tinggi
12
maka faktor- faktor di atas perlu diperhatikan. Caranya antara lain setelah
dilarutkan didiamkan selama 24 jam sehingga reaksi peruraiannya selesai
kemudian disaring melalui asbes untuk menghilangkan semua
mangandioksida yang terjadi karena adanya mangan dioksida merupakan
katalisator terbentuknya mangan dioksida lebih lanjut serta cepat. Sangat
dianjurkan untuk seringkali membakukan larutan kalium permanganat.
C2O42- 2 CO2 + 2 e-
Untuk memperoleh kesetimbangan maka reaksi pada permanganat
dikalikan dua sedangkan untuk oksalat dikalikan lima, sehingga reaksi
oksidasi reduksinya adalah sebagai berikut:
13
Dari persamaan di atas terlihat bahwa 5 mol natrium oksalat
kehilangan 10 elektron pada oksidasi dengan kalium permanganat dengan
demikian berat ekivalen (BE) dari natrium oksalat adalah separo berat
molekulnya (BM/2) atau tiap 1000 ml kalium permanganat 1 N setara
dengan 134/2= 67,00 mg. Dengan demikian tiap ml kalium permanganat
0,1 N setara dengan 6,7 mg natrium oksalat. Misalkan kita tadi
menimbang natrium oksalat 200 mg dan memerlukan volume titran
sebanyak 28,36 ml larutan baku kalium permanganat maka normalitas dari
kalium permanganat adalah:
𝑚𝑔 𝑁𝑎2𝐶2 𝑂4
N kmno4 = 𝑚𝑙 𝐾𝑀𝑛𝑂 X valensi
4 𝑥 𝐵𝑀 𝑁𝑎2𝐶2 𝑂4
200
N kmno4 =28,36 𝑋 134 X 2 = 0,1047 N
a. Preparasi larutan
1. Preparasi larutan Iodium
Pembuatan larutan baku iodium 0,1 N dilakukan dengan cara:
Larutkan 12,7 gram iodium dalam 100 ml larutan air yang mengandung
36 gram kalium iodide dalam labu bertutup, tambah 3 tetes asam klorida,
tambahkan air hingga 100 ml.
Iodium sukar larut dalam air (0,035 gram/ liter) maka dilarutkan
dalam larutan KI yang mana iodium mudah larut di dalamnya dengan
membentuk ion kompleks menurut reaksi:
I2 + I- I3-
14
2. Preparasi larutan tiosulfat
Larutan baku tiosulfat 0,1 N dibuat dengan cara sebagai berikut:
Larutkan kira-kira 25 gram natrium tiosulfat pentahidrat dan 200 mg
natrium karbonat dalam air yang telah didihkan sampai 1000 ml.
15
reaksi berjalan ke kanan secara semourna. Reaksi secara lengkap pada
pembakuan iodium dengan trioksid sebagai berikut:
𝑚𝑔 𝐴𝑠2𝑂3 𝑋 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
N I2 = 𝐵𝑀 𝐴𝑠2𝑂3 𝑋 𝑚𝑙 𝐼2
16
Pada reaksi di atas valensinya adalah 6 karena 1 mol KIO3 setara
dengan 3 mol I2, sedangkan 1 mol I2 setara denga 2e, Sehingga 1 mol
KIO3 setara dengan 6 e akibatnya BE KIO3 sama dengan BM/6
Perhitungan normalitas dari natrium tiosulfat:
N Na2S2O3 = 𝐵𝑀𝑚𝑔KIO3
KIO3 x Valensi
x ml Na2S2O3
17
Kbro3 + 5 kbr + 6 hcl 3 Br2 + 6 kcl + 3 H2O
Br2 + 2 KI I2 + 2 kbr
18
semua tambah 100 ml air, dan 10 ml asam sulfat (1 dalam 3). Tambahkan
2 tetes orto fenantrolin dan larutan osmium tetraoksida (1 dalam 400 ml
0,1 N asam sulfat). Titrasi perlahan-lahan dengan laruta baku serium (IV)
sulfat sehingga warna merah jambu menjadi biru pucat. Tiap ml larutan
serium(IV) sulfat setara dengan 4,946 mg As2O3.
As2O3 + 6 OH - 2 aso33-
𝑚𝑔 𝐴𝑠2𝑂3
N Ce4+ = X4
𝑚𝑙 𝐶𝑒 4+ 𝐵𝑀 𝐴𝑠2𝑂3
19
Pada Hidrogen perioksida. Peroksida bertindak sebagai zat
pereduksi
Aplikasi lain dari titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara
Karl Fischer. Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan
methanol. Iod dan belerang dioksida membentuk kompleks dengan
piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks ini dengan kelebihan
piridin beraksi dengan air.
A. Titrasi permanganometri
Metode permanganometri ini digunakan untuk menentukan antimony
(III), arsen (III), bromine , hydrogen peroksida, besi (II), molybdenum
(III), nitrit,oksalat, timah (II), titanium (III), tungsten (III), uranium(IV),
Vanadium(IV).
20
c. Titrasi bromometri dan titrasi bromatomatri
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk
tribrom substitusi. Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan
senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun tercampur
dengan stanum valensi empat
.
d. Titrasi serimetri
Metode serimetri digunakan dalam penentuan besi, arsenic, antimon,
oksalat-oksalat, ferosianida , titanium, kromium, vanadium, molibdenium,
uranium dan oksida-oksida dari timbale dan mangan.
sulfat encer:
+ (1), dan elektroda ion Ce4 + / Ce3 + (2). Untuk (1) pada 25 OC:
21
Konstanta kesetimbangan dari reaksi diberikan oleh (Bagian 2.33):
Oleh karena itu reaksi ini hampir lengkap. Selama penambahan larutan
cerium (1V) hingga titik ekivalen, satu-satunya efeknya adalah mengoksidasi besi (I1)
(karena K besar) dan akibatnya mengubah rasio [Fe3 +] / [Fe2 +]. Ketika 10 mL zat
22
Gambar 10.14 Titrasi 10OOmL besi 0,1M (I1) dengan 0,1M cerium (1V) sulfat
(dihitung).
Sangat menarik untuk menghitung konsentrasi besi (I1) di sekitar titik ekivalen.
Ketika 99,9 mL larutan cerium (1V) telah ditambahkan, [Fe2 +] = 0,1 x 0,11199,9 = 5 x
orpFe2 + = 4,3. Konsentrasi pada titik ekivalen diberikan oleh (Bagian 2.33):
23
Perubahan potensial redoks untuk sejumlah sistem reduksi oksidasi yang khas
ditunjukkan secara grafik pada Gambar 10.15. Untuk MnO4, sistem Mn2 + dan
lainnya yang bergantung pada pH
Gambar 10.15 Variasi potensi redoks dengan rasio oksidanlreduktan.
24
diandalkan. Juga, spesies aktif aktual yang ada (lihat contoh di bawah) mungkin
berbeda dari spesies yang menjadi standar potensial ideal. Untuk alasan ini 'potensi
forma1' telah diusulkan untuk melengkapi potensi standar. Potensi forma1 adalah
potensi yang diamati secara eksperimental dalam larutan yang mengandung satu mol
masing-masing zat teroksidasi dan tereduksi bersama dengan zat khusus lainnya pada
konsentrasi yang ditentukan. Ditemukan bahwa forma1 potensial bervariasi, misalnya,
dengan sifat dan konsentrasi asam yang ada. Potensi forma1 menggabungkan dalam
satu nilai efek yang dihasilkan dari variasi koefisien aktivitas dengan kekuatan ionik,
disosiasi asam-basa, kompleksasi, potensi sambungan-cair, dll., Dan dengan demikian
memiliki nilai praktis nyata. Potensi forma1 tidak memiliki signifikansi teoritis dari
Faktanya [Fe (CN), ion I4- mengoksidasi ion iodida secara kuantitatif
dalam media yang mengandung 1 M asam klorida, sulfur, atau asam perklorat. Ini
25
karena dalam larutan pH rendah, protonasi terjadi dan spesies yang berasal dari H, Fe
(CN), lebih lemah daripada yang berasal dari H, Fe (CN),; aktivitas ion [Fe (CN), I4-
menurun lebih besar dari pada ion [Fe (CN), I3-, dan karenanya potensi reduksi
ditingkatkan. Potensi redoks aktual dari suatu larutan yang mengandung konsentrasi
yang sama dari kedua sianoferrat dalam 1 M HCl, H2S04 atau HClO, adalah +0,71
volt, nilai yang lebih besar daripada potensi pasangan iodin-iodida. Beberapa hasil
pengukuran potensial forma1 sekarang dapat disebutkan. Jika tidak ada perbedaan
besar dalam kompleksasi baik oksidan atau reduktor konjugatnya dalam berbagai
asam, potensi forma1 saling berdekatan dalam asam-asam ini. Jadi untuk sistem Fe
(I1) -Fe (II1) Ee = +0.77 volt, Ee '= +0.73 volt dalam 1 M HCIO ,, +0.70 volt dalam 1
M HCl, +0.68 volt dalam 1 M H2S04, dan +0.61 volt dalam 0,5 MH, PO, + 1 MH,
SO ,. Tampaknya kompleksasi paling sedikit dalam asam perklorat dan terbesar dalam
asam fosfat (V). Untuk sistem Ce (II1) -Ce (1V) Ee '= + 1,44 volt dalam 1 M H, SO ,,
+ 1,61 volt dalam 1 M HNO ,, dan + 1,70 volt dalam 1 M HCIO ,. Larutan asam
perklorat dari serium (1V) perklorat, meskipun tidak stabil saat berdiri, bereaksi
dengan cepat dan kuantitatif dengan banyak senyawa anorganik dan memiliki
kekuatan oksidasi yang lebih besar daripada larutan asam sulfat-sulfat atau serium
(1V) asam nitrat-nitrat asam sulfat.
26
Oksidasi dan reduksi harus dapat dibalik. Pada E potensial, rasio konsentrasi kedua
bentuk diberikan oleh persamaan Nernst:
di mana EE adalah standar (hanya formal) potensi indikator. Jika intensitas warna dari
kedua bentuk tersebut sebanding, estimasi praktis dari interval perubahan warna
sesuai dengan perubahan dalam rasio [Inox] / [InRed] dari 10 ke &, ini mengarah ke
interval potensi:
Jika intensitas warna dari kedua bentuk sangat berbeda, maka warna
antara diperoleh pada tingkat yang agak mungkin dihilangkan dari EE, tetapi
kesalahannya tidak mungkin melebihi 0,06 volt. Untuk perubahan warna yang tajam
pada titik akhir, EE harus berbeda setidaknya sekitar 0,15 volt dari potensial standar
(formal) dari sistem lain yang terlibat dalam reaksi. Salah satu indikator reduksi
oksidasi terbaik adalah kompleks 1, l-fenantrolin (I1). Basa 1, l-fenantrolin
menggabungkan larutan dalam larutan dengan garam besi (I1) dalam perbandingan
molekul 3 basa: l besi (I1) yang membentuk ion kompleks merah 1, l-fenantrolin-besi
(I1); dengan zat pengoksidasi kuat, ion kompleks besi (II1) terbentuk, yang memiliki
warna biru pucat. Perubahan warna sangat mencolok:
Potensi redoks standar adalah 1,14 volt; potensi forma1 adalah 1,06 volt
dalam larutan asam klorida 1M. Namun, perubahan warna terjadi pada sekitar 1,12
volt, karena warna bentuk tereduksi (merah tua) jauh lebih kuat daripada warna
bentuk teroksidasi (biru pucat). Indikator ini sangat bernilai dalam titrasi garam besi
(I1) dan zat lain dengan larutan serium (1V) sulfat. Ini dibuat dengan melarutkan 1, l-
fenantrolin hidrat (massa molekul relatif = 198,1) dalam jumlah yang dihitung dari
0,02 M besi bebas asam (I1) sulfat, dan karenanya 1, l-fenantrolin-besi (I1) kompleks
sulfat ( dikenal sebagai ferroin). Satu tetes biasanya cukup dalam titrasi: ini setara
27
dengan kurang dari 0,01 mL zat pengoksidasi 0,05M, dan karenanya indikator kosong
dapat diabaikan pada konsentrasi ini atau lebih tinggi.
Potensi standar atau forma1 ferroin dapat dimodifikasi secara signifikan
dengan diperkenalkannya berbagai substituen dalam nukleus lO-phenanthroline 1.
Ferro tersubstitusi yang paling penting adalah 5-nitro-1, lO-phenanthroline iron (I1)
sulphate (nitroferroin) dan 4,7-dimethyl-1, lO-phenanthroline iron (I1) sulphate
(dimethylferroin). Yang pertama (Ee = 1,25 volt) sangat cocok untuk titrasi
menggunakan Ce (1V) dalam larutan nitrat atau asam perklorat di mana potensi
forma1 dari oksidan tinggi. The 4,7-dimethylferroin memiliki potensi forma1 yang
cukup rendah (E ~ = 0,88 volt) untuk membuatnya berguna untuk titrasi Fe (I1)
dengan dikromat dalam asam sulfat 0,5 M. Sebutkan harus dibuat salah satu indikator
internasional paling awal. Ini adalah larutan 1 persen difenilamin dalam asam sulfat
pekat, dan diperkenalkan untuk titrasi besi (I1) dengan larutan kalium dikromat.
Warna biru-ungu yang kuat diproduksi pada titik akhir. Penambahan asam fosfat (V)
diinginkan, karena asam ini menurunkan potensi forma1 sistem Fe (II1) -Fe (I1)
sehingga potensial titik ekivalensi lebih mirip dengan indikator. Tindakan
diphenylamine (1) sebagai indikator tergantung pada oksidasi pertama menjadi
diphenylbenzidine tidak berwarna (II), yang merupakan indikator nyata dan
selanjutnya dioksidasi lebih lanjut menjadi diphenylbenzidine violet (III).
Diphenylbenzidine violet mengalami oksidasi lebih lanjut jika dibiarkan berdiri
dengan kelebihan larutan dikromat; oksidasi lebih lanjut ini bersifat ireversibel, dan
produk merah atau kuning dari komposisi yang tidak diketahui diproduksi.
Suatu larutan diphenylbenzidine dalam asam sulfat pekat bekerja sama
dengan diphenylamine. Potensi reduksi sistem II, III adalah 0,76 volt dalam asam
sulfat 0,5-1 M. Oleh karena itu jelas bahwa penurunan potensi sistem Fe (II1) -Fe (I1)
diinginkan, seperti yang telah disebutkan, untuk mendapatkan perubahan warna yang
tajam. Kerugian dari difenilamin dan difenilbenzidin adalah sedikit kelarutannya
dalam air. Hal ini telah diatasi dengan penggunaan barium terlarut atau natrium
difenilamina sulfonat, yang digunakan dalam larutan 0,2 persen. Potensi redoks (Ez)
sedikit lebih tinggi (0,85 volt dalam asam sulfat 0,5M), dan bentuk teroksidasi
memiliki warna kemerahan-violet menyerupai kalium permanganat, tetapi warnanya
perlahan menghilang saat berdiri; Kehadiran asam fosfat (V) diinginkan untuk
menurunkan potensi redoks sistem.
28
B. Reagen yang menunjukkan sendiri.
Ini diilustrasikan dengan baik oleh kalium permanganat, satu tetes yang
akan memberikan warna merah muda yang terlihat ke beberapa ratus mililiter larutan,
bahkan di hadapan ion yang sedikit berwarna, seperti besi (II1). Warna cerium (1V)
sulfat dan larutan yodium juga telah digunakan dalam mendeteksi titik akhir, tetapi
perubahan warna tidak begitu ditandai untuk kalium permanganat; di sini,
bagaimanapun, interna1 sensitif Indikator (1, 10-fenantroline-besi (I1) ion atau asam
N-phenylanthranilic dan pati masing-masing) tersedia. Metode ini memiliki
kekurangan bahwa kelebihan zat pengoksidasi selalu ada pada titik akhir. Untuk
pekerjaan dengan akurasi tertinggi, indikator kosong dapat ditentukan dan diizinkan,
atau kesalahan dapat dikurangi dengan melakukan standarisasi dan penentuan dalam
kondisi percobaan yang sama.
C. Metode potensiometri.
Ini adalah prosedur yang tergantung pada pengukuran e.m.f. antara
elektroda referensi dan elektroda indikator (redoks) pada interval yang sesuai selama
titrasi, yaitu titrasi potensiometri dilakukan. Prosedur ini dibahas sepenuhnya dalam
Bab 15; biarkan cukup pada tahap ini untuk menunjukkan bahwa prosedur ini berlaku
tidak hanya untuk kasus-kasus di mana indikator yang sesuai tersedia, tetapi juga
untuk kasus-kasus itu, mis. solusi berwarna atau sangat encer, di mana metode
indikator tidak dapat diterapkan, atau akurasi terbatas.
29
BAB III
KEUNGGULAN BUKU
30
BAB IV
KELEMAHAN BUKU
31
BAB V
PENUTUP
32