Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RUTIN

“TELAAH KURIKULUM”

Dosen Pengampu: Dr. Simson Tarigan, M. Pd.

OLEH:

NAMA : HARYATI NABABAN

NIM : 4193131041

KELAS : KIMIA DIK C 2019

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2020
BAB I

PENDAHULUAN

PRELIMINARY

Anggapan dasar tentang masa yang datang banyak mempengaruhi sikap dan minat kalangan
pendidik terhadap perencanaan dan pengembangan kurikulum. Sering kali dikatakan bahwa
“merenanakan” adalah membawa konteks masa depan kea rah sekarang atau mengambil
keputusan tentang masa depan tersebut pada masa kini. Mereka yang menganggap keadaan atau
tuntutan masa depan sebagai kepastian yang tak terhindarkan, akan cenderung bersikap reaktif
dengan segala tindakan yang mungkin diambil berdasarkan sikap ini, yaitu interaksi terhadap
keadaan yang mungkin berupa kritis atau berwujud krisis pada suatu saat tertentu, tanpa
memikirkan konteks permasalahan yang luas. Sebaliknya mereka yang memandang keadaan
masa mendatang sebagai hal yang masih dapat direncanakan dan diatur, akan berusaha
membentuk atau menciptakan kondisi masa depan tersebut. Dengan menggunakan sebaik-
baiknya informasi, sumber daya dan bahan pemikiran yang dapat dikumpulkan saat sekarang
akan terbuka peluang lebih luas untuk menghasilkan program yang lebih relevan dengan
kebutuhan namun tidak terlepas dari konteks masa depan tersebut.

The basic assumptions about the future influence the attitudes and interests of educators
towards curriculum planning and development. It is often said that "to plan" is to bring the future
context into the present or make decisions about the future in the present. Those who consider
the situation or future demands as an inevitable certainty, will tend to be reactive with all actions
that might be taken based on this attitude, namely the interaction of circumstances that may be
critical or tangible crisis at a certain time, without thinking about the context of a broad problem
. Instead those who view the future state as things that can still be planned and regulated, will try
to shape or create the conditions of the future. By making the best use of information, resources
and thought materials that can be gathered now will open wider opportunities to produce
programs that are more relevant to needs but are inseparable from the future context.

Meskipun kedua strategi tersebut secara sendiri-sendiri tidak mampu menjamin kriteria
relevansi antara program pendidikan dan kebutuhan masyarakat pada suatu saat tertentu, namun
jelas bahwa membuat program didasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan yang antisipatif
mampu mencakup dimensi dan aspirasi yang lebih luas dibandingkan dengan membuat program
yang sekedar menghindari suatu krisis atau kritik yang terlontar secara sesaat.

Even though the two strategies alone are unable to guarantee the criteria of relevance
between education programs and community needs at any given moment, it is clear that making
a program based on anticipatory planning principles is able to cover a wider dimension and
aspirations compared to making a program that is just avoid a crisis or criticism that was ejected
for a moment.

Kajian tentang perencanaan dan pengembangan kurikulum sebenarnya adalah suatu bidang
kajian yang relative baru berembang pada abad kedua puluh ini. Melalui masa pertumbuhan yang
panjang pengertian, danisi kurikulum telah berkembang dari arah sempit, yaitu kumpulan mata
pelajaran yang diberikan kepada anak didik sampai arti yang sangan komprehensip yang dikenal
sekarang. Sistimatisasi dalam upaya perencanaan kurikulum rupangan bukan merupakan suatu
hal yang mudah dilakukan, karena banyaknyapihak yang langsung atau tdiak langsung terlibat
dalam proses tersebut. Jika ditinjau dari misalnya kritik tajam yang melanda dunia pendidikan
pada umumnya dalam tahun-tahun terakhir ini, maka dapat diamati dengan jelas bahwa banyak
kebijaksanaan tentang kurikulum yang memberi kesan lebih sebagai respons terhadap kritik dari
pada sebagai produk perencanaan yang matang.

The study of curriculum planning and development is actually a field of study which has
only relatively developed in the twentieth century. Through a long period of growth
understanding, and curriculum content has evolved from a narrow direction, namely a collection
of subjects given to students to the meaning of a very comprehensive understanding that is
known now. Systematization in planning curriculum planning is not an easy thing to do, because
there are many parties who are directly or indirectly involved in the process. If viewed from for
example the sharp criticism that has plagued the world of education in general in recent years, it
can be clearly observed that much of the wisdom about the curriculum gives an impression more
in response to criticism than as a product of careful planning.

Menyadari adanya kemungkinan –kemungkinan yang menyangkut prospek pendidikan dalam


masyarakat di masa mendatang. Para ahli dan praktiktisi pendidikan tidak cukup hanya membuat
ramalan atau prediksi yang positif dan mengurangi terjadinya prediksi yang negative. Disinilah
terletak posisi dan alas an strategis dari proses perencanaan pada umumnya dan perencanaan
kurikulum sekolah pada khususnya.

Be aware of the possibilities regarding the prospects of education in society in the future.
Educational experts and practices are not enough just to make positive predictions or predictions
and reduce the occurrence of negative predictions. Herein lies the strategic position and reasons
for the planning process in general and school curriculum planning in particular.

Pentingnya proses perencanaan kurikulum ini lebih terasa lagi pada system pendidikan
kejuruan dan teknologi yang mempunyai karakteristik berbeda dengan pendidikan umum. Secara
umum diketahui bahwa pendidikan kejuan dan teknologi diharapkan untuk dapat membekali
para lulusannya sehingga mampu memasuki dunia kerja dengan kompetensi dasar yang
memadai. Dalam hal ini didunia tuntutan kerja yang erat sekali dengan perkembangan sains dan
teknologi yang cepat berubah mengharuskan system perencanaam yang sistematis, menyeluruh,
dan selalu berorientasi futuristic atau memandang jauh kedepan. Hal ini sangat diperlukan agar
pendidikan kejuruan dan teknologi yang seharusnya menekankan pada relevansi antara dunia
pendidikan dan dunia kerja dapat mempertahankan dan semakin dapat memantapkan
eksistensinya.

The importance of the curriculum planning process is even more pronounced in


the vocational education and technology systems which have different characteristics from
general education. It is generally known that vocational education and technology are expected
to be able to equip its graduates so that they are able to enter the workforce with adequate basic
competencies. In this case the world of work demands that are very close to the development of
science and technology that is rapidly changing requires planning systems that are systematic,
comprehensive, and always futuristic oriented or looking far ahead. This is very necessary so that
vocational education and technology which should emphasize the relevance of the world of
education and the world of work can maintain and further strengthen its existence.

Untuk dapat menyelami teori dan praktek perencanaan dan perkembangan kurikulum
pendidikan (khususnya dalam bidang pendidikan) dengan baim, perlu diketengahkan terlebih
dahulu beberapa konsep dasar kurikulum, perbedaan kurikulum dan pendidikan, serta
pengertiandan konsep dasar perencanaan dan pendekatan kurikulum secara umum.
To be able to delve into the theory and practice of education curriculum planning and
development (especially in the field of education) with baim, it is necessary to put forward some
basic concepts of the curriculum, differences in curriculum and education, as well as
understanding and basic concepts of planning and curriculum approaches in general.

PENGERTIAN DASAR TENTANG KURIKULUM

UNDERSTANDING ABOUT CURRICULUM

Semenjak perkataan “kurikulum” masuk dalam perbendaharaan kata kalangan


pendidikan, segera dirasakan perlunya pemberian batasan yang jelas, karena istilah tersebut
ternyata banyak mengandung arti dan mengundang berbagai interpretasi. Semua pihak sepakat
bahwa kurikulum merupakan kunci pokok atau komponen utama dalam usaha mengembangkan
potensi anak didik melalui program pendidikan. Meskipun demikian kesamaan pendapat sulit
diperoleh dalam memberikan batasan yang tegas tentang istilah kurikulum.

Since the words "curriculum" are included in the vocabulary of the education
community, it is immediately felt the need to provide clear boundaries, because the term
apparently has a lot of meanings and invites various interpretations. All parties agree that the
curriculum is the main key or main component in efforts to develop the potential of students
through educational programs. Nevertheless the similarity of opinions is difficult to obtain in
providing strict limits on the term curriculum.

Dalam buku ini akan dipaparkan secara kronologis perkembangan secara evolusi konsep
dan pengertian kurikulum dari batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan.
Meskipun paparan itu tidak secara tuntas membentuk semua defenisi yang pernah ada dalam
khasanah pustaka pendidikan, setidak-tidaknya akan mampu memberikan gambaran dimensi
yang terkait dalam konsep kurikulum sehingga akan memberikan kawasan yang cukup sebagai
bekal lebih lanjut tentang perencanaan dan pengembangan kurikulum.

In this book will be explained in chronological development of the evolution of


the concept and understanding of the curriculum from the constraints put forward by educational
experts. Although the explanation does not completely shape all the definitions that have existed
in the repertoire of educational literature, at least it will be able to provide an overview of the
dimensions related to the curriculum concept so that it will provide sufficient area as further
provisions on curriculum planning and development.

Beberapa batasan tentang kurikulum terpenting dikemukakan sebagai berikut :

Some of the most important curriculum restrictions are stated as follows:

Franklin Bobbit

Kurikulum adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan atau dialami oleh anak-anak atau
anak muda dengan maksud mengembangkan kemampuan mengerjakan sesuatu yang termasuk
dalam kehidupan orang dewasa dengan sebaik-baiknya, dan agar memiliki sifat yang seharusnya
dimiliki oleh seorang dewasa dalam segala aspeknya.

The curriculum is a series of activities that must be done or experienced by children or young
people with the aim of developing the ability to do something that is included in the lives of
adults as well as possible, and in order to have the traits that should be possessed by an adult in
all its aspects.

Hass, Curriculum Planning ; A New Approach

Kurikulum adalah semua pengalaman yang dialami pribadi-pribadi anak didik dalam suatu
program pendidikan yang bermaksud untuk mencapai tujuan-tujuan umum dan tujuan khusus
yang relevan, yang direncanakan berdasarkan kerangka teoritis dan praktek-praktek professional
masa lalu dan masa sekarang.

The curriculum is all experiences experienced by students in an educational program that aims to
achieve general goals and relevant specific objectives, which are planned based on the theoretical
framework and professional practices of the past and present.

Caswell dan Campbeli, Curriculum Development

Kurikulum adalah semua pengalaman yang dialami anak-anak dibawah bimbingan para guru.
The curriculum is all experiences experienced by children under the guidance of the teachers.

Krug, Curriculum Planning

Kurikulum adalah serangkaian strategi yang dipergunakan di sekolah untuk menyediakan


kesempatan terwujudnya pengalaman belajar bagi anak didik untuk mencapai hasil belajar yang
diinginkan.

The curriculum is a series of strategies used in schools to provide opportunities for the
realization of learning experiences for students to achieve the desired learning outcomes.

Taba, Curriculum Development ; Theory and Practice

Suatu kurikulum adalah rencana untuk belajar.

A curriculum is a plan for learning.

Oliver, Curriculum Development

Kurikulum adalah program pendidikan disekolah dengan focus pada (1) elemen program studi
(2) elemen pengalaman (3) elemen penyalaan dan (4) elemen kurikulum tersembunyi.

The curriculum is a school education program with a focus on (1) elements of the study program
(2) elements of experience (3) ignition elements and (4) hidden curriculum elements.

Finch & Crunkilton Curriculum Development in Vocational and Technical Education

Kurikulum adalah sejumlah kegiatan dan pengalaman yang dialami oleh anak didik dibawah
pengarahan dan tanggung jawab sekolah.

The curriculum is a number of activities and experiences experienced by students under the
direction and responsibility of the school.

Beane, ET, Curriculum Planning and Development

Batasan tentang kurikulum dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu (1) kurikulum
sebagai produk (2) kurikulum sebagai program (3) kurikulum sebagai belajar yang direncanakan,
dan (4) kurikulum sebagai pengelaman anak didik.
The limits on the curriculum can be classified into four categories, namely (1) curriculum as a
product (2) curriculum as a program (3) curriculum as planned learning, and (4) curriculum as a
student experience.

Beberapa diantara batasan yang dikemukakan diatas memang memerlukan pengkajian


lebih lanjut. Pada perkembangan awal Nampak sekali adanya kecenderungan untuk
menempatkan kurikulum sekolah sebagai wahana untuk mengembangkan anak didik menjadi
orang dewasa dalam artian tingkah laku dan peranan yang diharapkan. Penekanan utama
ditempatkan pada mengajarkan perikalu kemampuan dan peran yang sudah dimiliki orang
dewasa kepada anak didik, yang ini memang masih memberi indikasi pengaruh model
pendidikan yang berlangsung dalam keluarga atau dalam bentuk magang (apprenticeship) yang
mewarnai pertumbuhan awal sistim pengembangan sumber daya manusia. Pada kedua system ini
memang seorang anak belajar langsung dari bapaknya yang mewarisi kemampuan tertentu dari
orang tuanya juga, atau dalam bentuk yang agak lebih formal seorang anak didik dimagangkan
untuk mengamati dan kemudian mempelajari kemampuan seorang ahli ukir sampai si anak didik
tersebut dapat mengajarkan hal yang sama baiknya dengan sang ahli. Dengan jelas nampak
masih kurangnya perhatian terhadap potensi anak didik dan kegiatan belajarnya, sebab focus
utama masih diletakkan pada aspek mengajar dan mengubah seorang anak didik menjadi orang
dewasa.

Some of the limitations stated above do require further study. In the early development,
there was a tendency to place the school curriculum as a vehicle for developing students into
adults in terms of expected behavior and roles. The main emphasis is placed on teaching the
abilities and roles that adults already have to students, which is indeed still giving an indication
of the influence of the educational model that takes place in the family or in the form of an
apprenticeship that colors the initial growth of the human resource development system. In both
of these systems a child learns directly from his father who inherits certain abilities from his
parents as well, or in a rather more formal form a student is trafficked to observe and then learn
the ability of a carving expert until the student can teach the same thing it's good with the expert.
It clearly appears that there is still a lack of attention to the potential of students and their
learning activities, because the main focus is still placed on aspects of teaching and turning a
student into an adult.

Dalam batasan batasan yang lebih kemudian sudah Nampak adanya penekanan pada
aspek belajar dengan segala perangkatnya seperti pelayanan bimbingan dan pengarahan yang
dianggap sebagai tanggung jawab sekolah. Juga lebih ditonjolkan komponen proses belajar
mengajar dan kemungkinan perkembangan anak didik yang lain daripada target yang diharapkan.
Adanya unsur kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dalam batasan Oliver misalnya,
menunjukkan pemahaman yang lebih dinamis dan interaksi antara anak didik dan kurikulum.

Within the later boundaries it seems that there is an emphasis on aspects of learning with
all its tools such as guidance and direction services which are considered to be the responsibility
of the school. Also more highlighted components of the learning process and the possibility of
the development of other students than the expected target. The existence of hidden curriculum
elements within Oliver's boundary, for example, shows a more dynamic understanding and
interaction between students and the curriculum.

Dalam batasan-batasan yang lebih mutahkir sangat eksplisit adanya penekanan pada
unsure anak didik dan pengembangan potensinya. Juga makin didasari pentingnya unsur
perencanaan dan profesionalisasi dalam pengembangan kurikulum yang ini merupakan
kelanjutan dari dinamisasi pengertian kurikulum yang sudah Nampak sebelumnya. Dua aspek
yang menonjol ini, yaitu aspek anak didik sebagai pusat permasalahan dan asepek dinamika
proses belajar juga Nampak dengan nyata pada batasan yang dikemukakan oleh Finch dan
Crunkilton.

Within more advanced limits, there is a very explicit emphasis on students' elements and
potential development. Also increasingly based on the importance of the elements of planning
and professionalization in curriculum development which is a continuation of the dynamics of
curriculum understanding that had already appeared before. Two aspects that stand out, namely
aspects of students as the center of problems and aspects of the dynamics of the learning process
are also clearly visible on the boundaries raised by Finch and Crunkilton.
Agak lebih menarik adalah klasifikasi oleh Beane yang memandang kurikulum sebagai
produk, sebagai proses, sebagai rencana belajar dan juga sebagai hasil kegiatan atau pengalaman
belajar. Secara konsepsional sebenarnya keempat klasifikasi tersebut menggambarkan
pergeseran orientasi kurikulum dari satu kutub (orientasi pada sekolah) ke kutub lain (orientasi
pada anak didik). Konsep ini sangat membantu dalam proses perencanaan dan pengembangan
kurikulum, sebab memang pada kenyataannya kedua kepentingan itulah yang nentinya akan
menentukan corak, warna dan efektifitas suatu kurikulum.

Somewhat more interesting is Beane's classification which views the curriculum as a


product, as a process, as a learning plan and also as a result of activities or learning experiences.
Conceptually, the four classifications illustrate the shift in curriculum orientation from one pole
(orientation to school) to another pole (orientation to students). This concept is very helpful in
the process of curriculum planning and development, because in reality these two interests are
what will determine the style, color and effectiveness of a curriculum.

KURIKULUM DALAM PENGAJARAN

Ada baiknya mungkin untuk membedakan secara tegas antara pengertian kurikulum dan
pengajaran yang nantinya akan membawa konsekensi langsung pada perbedaan antara pengertian
perencanaan kurikulum dan perancanaan kegiatan pengajaran. Dapat dikatakan bahwa kurikulum
mencakup semua pengajlaman belajar anak didik dosekolah, sedangkan pengajaran menyangkut
strategi menyampaikan berbgai pengalaman belajar tersebut. Atau dalam pembedaan yang lebih
spesifik lagi, pengajaran bersangkut paut dengan interaksi yang terencana antara anak didik dan
guru agar terwujud pengalman yang dapat menghasilkan proses belajar yang diinginkan. Dengan
demikian hubungan antara kurikulum dan pengajaran sangatlah erat, karna aspek tersebut sangat
tidak dapat dipisahkan satu Sama lain dalam prosese perencanaan. Perencanaan kurikulum tidak
dapat dilakukan tanpa memperhatikan prinp prinsip belajar yang ada, sebaliknya perencanaan
kegiatan pengajaran tidak dapat di abaikan ga,naran menyeluruh tentang apa yang harus dicakup
dalam suatu program. Mungkin tidak terlalu salah jika dikatan bahwa kegiatan perencanaan
kurikulumdan pengajaran adalah dua tingkat yang berbeda dari kegiatan yang sama. Perencanaan
kurikulum berada pada tinhkat yang lebih tinggi, seddangkan perencanaan kegiatan berada pada
tingkat yang lebih rendah. Keduanya akan bertemu dan akan saling brkaitan erat manakala
keberhasilan belajar tiba saatnya evaluasi, karna pada saat ini baik isi maupun kurikulum serta
proses dan bahan pengajaran akan diniliai dengan kritera yang sam, yaitu sejauh mana keduanya
dapat membantu anak didik mengembangkan potensinya secara optimal.

It might be possible to distinguish clearly between the notion of curriculum and teaching
which would later bring direct consequences to the difference between the notion of curriculum
planning and the planning of teaching activities. It can be said that the curriculum includes all the
learning experiences of students of dosekchool, while teaching involves strategies to share these
learning experiences. Or in a more specific distinction, teaching has to do with planned
interactions between students and teachers in order to realize experiences that can produce the
desired learning process. Thus the relationship between curriculum and teaching is very close,
because these aspects are inseparable from one another in the planning process. Curriculum
planning cannot be done without regard to the principles of existing learning, on the contrary the
planning of teaching activities cannot be ignored ga, the overall understanding of what should be
included in a program. It might not be too wrong to say that curriculum planning and teaching
activities are two different levels of the same activity. Curriculum planning is at a higher level,
while planning activities are at a lower level. Both of them will meet and will be closely
interrelated when the success of learning comes the time for evaluation, because at this time both
the contents and curriculum and teaching processes and materials will be assessed with the same
criteria, namely the extent to which both can help students develop their potential optimally.

Dilihat dari perspektif sejarah, usaha perencanaan dan pengembangan sudah dimulai dari
jaman mesir kuno sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Program program magang yang
terorganisir (apprenticeship), pada pokoknya mencakup belajar kemampuan membaca dan
menulis karya sastra serta mempelajari keterampilan tertentu dari seorang sugan yang dipandang
ahli berpemandangan ini tercatat dalam usaha kerja awal pergabungan belajar langsung ditempat
kerja. Untuk hal hal yamng bersifat keterampilan terapan pada kenekanan metode menemukan
bekerja para ahli yang sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar kebagian ke
dunia lain sampai sekitar abad ke sembiln belas.

Seen from a historical perspective, the planning and development effort began in ancient
Egypt around 2000 BC. Organized apprenticeship programs, in essence, include learning the
ability to read and write literary works as well as learning certain skills from a teacher who is
considered an expert viewer noted in the initial work effort of direct learning union in the
workplace. For things that are applied skills in emphasis on the method of finding work experts
who are already established in their work. This method had spread to other parts of the world
until around the nineteenth century.

Sebenarnya ada pula usaha usaha lain yang mencoba memberi alternative selain program
magang, baik yang berupa pemikiran ataupn bertindak nyata berupa pendirian lembaga
pendidikan yang bersifat agak normal. Pemikiran kependidikan yang di pelopori oleh filsafat
seperti jhon locke, Comenius, pesatalozzi dan rouseau memberi inspirasi kuat terhadap bentuk
persekolah kuno yang mulai meninggalkan praktik magang dan beralih kebentk yang lebih
formal seperti memasukan aspek pendidikan mental seperti filsafat dan logika pendidikan.
Ketika revokusi industry pecah ketika awal abad ke Sembilan belas terjadi permintaan tenaga
terllatih yang murah dalam jumlah sangat besar sehingga tidak mungkin lagi dipenuhi dalam
system yang pemdidikan magang yang biasanya memakan waktu lama dan memakai biaya yang
relatif mahal.

Actually there are also other businesses that try to provide alternatives to the
apprenticeship program, both in the form of thinking or acting in the form of the establishment of
educational institutions that are rather normal. Educational thoughts pioneered by philosophy
such as jhon locke, Comenius, pesatalozzi and rouseau gave strong inspiration to ancient forms
of schooling that began to leave apprenticeship practices and switch to more formal forms such
as incorporating aspects of mental education such as philosophy and logic of education. When
the industry revocution broke out when the beginning of the nineteenth century there was a
demand for cheap trained labor in such a large amount that it was no longer possible to be
fulfilled in an apprenticeship education system which usually takes a long time and uses
relatively expensive costs.

Sejak itulah kemudian muncul banyak pemikiran pemikiran u tk mengusahakan


perencanaan dan pengenmbangan kurikulum sekolah secara sistemaris. Beberapa diantaranya
nanti akan di kaji lrbih lanjjt pada uraian tentang kerangka teoritik perencanaan dan
pengembangan kurikulum, termaksud pemikiran victor della vos, ralph taylor, hilda taba dan
William alexander, disamping konsep konsep yang muncul lewat lembaga yang berkecimpung
dalam dunia pendidikan seperti unesco; V-TECS dan banyak lainnya, semua akan diperoleh
dalam rangaka memperoleh suatu model konseptual yang diaplikasikan dalam konteks
Indonesia.

Since then, a lot of thought has arisen to try to plan and develop a systemic school
curriculum. Some of them will be further examined in the description of the theoretical
framework of planning and curriculum development, including the thoughts of victor della vos,
ralph taylor, hilda taba and William alexander, in addition to the concepts that emerge through
institutions involved in the world of education such as Unesco; V-TECS and many others, all
will be obtained in order to obtain a conceptual model that is applied in the Indonesian context.

Diantara banyak pengertian tentang perencanan kurikulum, mungkin yang paling


komprehansif adlah pengertian yang dikemukan oleh hass dalam bukunya yang berjudul
curriculum planning, a new approach third edition (1980): curriculum planning is the process of
gathering sorting, selecting, balancing and synthesizing that will assist learners in attaining the
goal of curriculum.

Among the many notions of curriculum planning, perhaps the most comprehensive is the
understanding raised by hass in his book titled curriculum planning, a new approach third edition
(1980): curriculum planning is the process of gathering sorting, selecting, balancing and
synthesizing that will assist learners in attaining the goal of curriculum.

Dalam batasan yang diekmukakan di atas itu sudah terkandung prinsip prinsip dasar proses
perencanaan dan pengembangan kurikulum yang terpenting, antara lain

Within the limitations stated above, the basic principles of the planning process and
curriculum development are most important, among others

1. Perencanaan kurikulum pada hekatnya adlah suatu upaya untuk membantu anak didik,
atau dengan kata lain focus upaya perencanaan kurikulum tidak lain adalah siswa dan
pengalaman belajar yang akan diperolehnya.
Curriculum planning is basically an effort to help students, or in other words the focus of
curriculum planning efforts is none other than students and the learning experience that
they will get.
2. Dalam prosesnya perencanaan kurikulum melibatkan banyak pihak, dan dilakukan dalam
berbgai tingkat atau hirearki vertical, sesuai dengan jenisdan kuantitas yang didalamnya.
In the process curriculum planning involves many parties, and is carried out in various
vertical levels or hierarchies, according to the type and quantity within it.
3. Karna luasnya dimesni kurikulum sekolah, perencanaan kurikulum harus mengkaji bnyak
aspek dan persolan, dismaping yang terutama tentang isi dan proses belajar mengajar.
Because of the vast dimensions of the school curriculum, curriculum planning must
examine many aspects and issues, especially those concerning the content and teaching
and learning process.
4. Dengan banyaknya tahapan dan dinamika pendidikan dalam masyarakt yang harus
dipertimbangkan dalam proses perencanaan, maka proses perencanaan dan
pengembangan kurikulum harus dipandang suatu proses yang berkesinambungan dan
berjalan terus tanpa mengenal ujung pemberhentian, dan bukan usaha dalam yang selesai
dalam satu tindakan.
With the many stages and dynamics of education in society that must be considered in
the planning process, the curriculum planning and development process must be viewed
as a continuous process and go on without recognizing termination, and not effort in
completing one action.

sebagai sekedar ilustrasi dapat dikemukakan disini dapat bahwa untk mmpersiapkan
suatu kurikulum yang mantap diperlukan untuk perencanaan tingkat makro sampai ke tingkat
mikro. Informasi harus dikumpulkan menyagkut demogfis, aspek sosiologis dan aspek
ekonomis. Demikian pula untuk menyusun urutan dan struktur kurikulum untuk diperlukan
para ahli kependidikan. Dalam fase evaluasi, tidak ketinggalan dilibatkan pihak masyarakt
luas dismaping kelomp0k spesifik seperti pemakai lulusan dri pelulus itu sendiri, dan
pelaksana seperti guru dan administrator. Pendek kata meskipun secara professional sikenal
adanya perencana kurikulum (curriculum planner) yang bahkan akhir-akhir ini sudah
mengembangkan keahliannya sebagai suatu cabang ilmu kependidikan tersendiri lengkap
dengan pendidikan profesionalnya, permasalahan dan proses pelaksanaan perencanaan
kurikulum tidaklah mungkin menjadi monopoli suatu profesi tertentu.
as an illustration, it can be stated here that to prepare a solid curriculum is needed for
planning at the macro level to the micro level. Information must be collected regarding
demographic, sociological and economic aspects. Similarly, to arrange the sequence and
structure of the curriculum for educational experts needed. In the evaluation phase, it is not
left behind to involve the wider community to deal with specific groups such as the users of
the graduates themselves, and implementers such as teachers and administrators. In short,
although professionally known that there is a curriculum planner (curriculum planner) who
even lately has developed his expertise as a separate branch of education complete with his
professional education, problems and the process of implementing curriculum planning may
not be the monopoly of a particular profession.

Ada suatu permasalahan mendasar yang sering dikemuakan dalam kaitan dengan proses
perencanaan dan pengembangan kurikulum ini, yaitu sejauh mana kelompok professional
dan kelompok awam dapat saling bekerjasama dalam proses tersebut? Haruslah disadari
betul, bahwa sekolah atau pendidikan secara luas adalah milik masyarakat dan keberhasilan
ataupun kegagalan nanti akan langsung dirasakan ole masyarakat. Dengan demikian adalah
logis jika masyarakat ikut menentukan keputusan dalam proses perbuatan kurikulum.

There is a fundamental problem that is often encountered in relation to the planning and
development process of this curriculum, namely the extent to which professional groups and
lay groups can cooperate with each other in the process? It must be realized very well, that
school or education is broadly the property of the community and success or failure will be
immediately felt by the community. Thus it is logical if the community participates in
making decisions in the process of curriculum action.

Pada umumnya proses pembuatan kurikulum yang melibatkan masyarakat sebagai


pengguna kurikulum dapat dilakukan dengan memilih responden tertentu dari masyarakat
dan menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan kurikulum. Misalnya, dengan menanyakan
hal-hal yang mereka harapkan dari suatu kurikulum. Menjelaskan pengertian dasar tentang
kurikulum, konsep dasar ilmu kimia, batasan kurikulum, prinsip perencanaan kurikulum;
menjelaskan rancangan (disain) kurikulum, sekuens bahan ajaran, strategi dan media
mengajar dan hubungannya dengan kurikulum; menjelaskan jenis-jenis disain kurikulum,;
menjelaskan materi dan proses pembelajaran dalam kurikulum, dan sebagainya, sehingga
makna kurikulum yang akan dibuat menjadi jelas bagi mereka.

In general, the process of making a curriculum that involves the community as a


curriculum user can be done by selecting certain respondents from the community and asking
questions relating to the curriculum. For example, by asking things that they expect from a
curriculum. Explain the basic understanding of the curriculum, basic concepts of chemistry,
curriculum constraints, curriculum planning principles; explain the curriculum design
(design), the sequence of teaching materials, teaching strategies and media and their
relationship to the curriculum; explain the types of curriculum design ,; explain the material
and learning process in the curriculum, and so on, so that the meaning of the curriculum to be
made becomes clear to them.

Yang tidak kalah pentingnya ialah keterlibatan guru/ pendidik dalam mendiskusikan
tentang kurikulum. Misalnya, guru/ pendidik menjadi moderator dan narasumber dalam
diskusi guru/ pendidik tentang rancangan (disain) kurikulum; melibatkan guru/ pendidik
menjadi moderator dan narasumber dalam diskusi guru/ pendidik tentang materi dan proses
pembelajaran, dan sebagainya. Selain itu, guru/ pendidik juga bias menjadi narasumber
dalam diskusi tentang rancangan (disain) kurikulum. Melibatkan guru/ pendidik menjadi
sebagai moderator atau narasumber dalam diskusi tentang rancangan (disain) kurikulum
ataupun dalam materi dan proses pembelajaran, dan sebagainya akan memberikan warna
baru dalam pembuatan kurikulum.

No less important is the involvement of the teacher / educator in discussing the


curriculum. For example, the teacher / educator becomes the moderator and resource person
in the teacher / educator discussion about curriculum design (design); involving the teacher /
educator to be the moderator and resource person in the teacher / educator discussion about
the material and learning process, and so on. In addition, the teacher / educator can also be a
resource in discussions about curriculum design (design). Involving the teacher / educator as
a moderator or resource person in discussions about curriculum design (design) or in the
material and learning process, and so on will give a new color in making the curriculum.
Menjelaskan pengertian dasar tentang kurikulum, konsep dasar kurikulum, batasan
kurikulum, prinsip perencanaan kurikulum; menjelaskan rancangan (disain) kurikulum,
sekuens bahan ajaran, strategi dan media mengajar dan hubungannya dengan kurikulum akan
membawa pencerahan memberikan konstribusi jika kita berbicara/ mendiskusikan tentang
kurikulum pendidikan. Di lain pihak, kelompok profession yang sudah menjadikan bidang
ini keahlian mereka dengan latihan atau pendidikan yang khusus disiapkan untuk itu, sudah
tentu mempunyai pengetahuan, pengalaman dan kepekaan yang lebih daripada anggota
masyarakat lain. Sejauh manakah dan dalam bentuk yang bagaimanakah anggota masyarakat
dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan kurikulum sekolah? Pertanyaan ini sudah
didengungkan oleh Edward Krugg sejak tahun 1950 tetapi masih relevan untuk dijawab saat
sekarang, terutama mengingat adanya suara-suara tajam yang menyoroti dunia pendidikan
dan hasil-hasilnya, termasuk kritik tentang kurikulum, guru dan pengelolaan proses belajar
mengajar disekolah. Sudah wajarkah misalnya masyarakat melalui artikel disurat kabar
“mencampuri” masalah bagaimana mendidik guru sekolah lanjutan sehingga lulusannya
sesuai dengan aspirasi masyarakat luas untuk konteks tertentu? Ini adalah masalah yang peka
dan sulit dicari jawabannya. Sebaliknya, berhakkah kelompok professional membuat suatu
asumsi bahwa seluk-beluk persekolahan adalah semata-mata ditangan mereka dengan segala
keahlian dan kewenangannya dan kemudian menepis begitu saja masukan atau sumbangsaran
masyarakat yang begitu beragam kehendak dan cara menyampaikannya? Bagaimanakah
interaksi keduanya dapat dimanfaatkan dan dituangkan dalan suatu bentuk kerja sama yang
efektif sehingga memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses perencanaan kurikulum?
Masalah ini akan komplek lagi jika sudah dikombinasikan dengan factor kekuasaan dan liku-
liku politik dalam suatu kehidupan masyarakat, karena seringkali permasalahan yang
sebenarnya menjadi bergeser akibat terselubung oleh persoalan yang lebih sekunder.

Explain the basic understanding of the curriculum, basic curriculum concepts, curriculum
constraints, curriculum planning principles; explaining curriculum design (design), sequence
of teaching materials, teaching strategies and media and its relationship with the curriculum
will bring enlightenment to contribute if we talk / discuss about the education curriculum. On
the other hand, professional groups that have made this field their expertise with training or
education specifically prepared for it, of course have more knowledge, experience and
sensitivity than other community members. To what extent and in what form can community
members participate in the school curriculum planning process? This question has been
echoed by Edward Krugg since 1950 but it is still relevant to be answered today, especially
given the sharp voices that highlight the world of education and its results, including
criticism of the curriculum, teachers and management of teaching and learning in schools. Is
it natural, for example, that the community through the news article "interferes" with the
problem of how to educate secondary school teachers so that graduates are in accordance
with the aspirations of the wider community for a particular context? This is a sensitive
problem and difficult to find answers. On the other hand, is it right for the professional group
to make an assumption that the intricacies of schooling are solely in their hands with all their
expertise and authority and then simply dismiss the input or contribution of the people who
are so diverse in their desires and ways to convey it? How can the interaction between the
two be utilized and set forth in an effective form of collaboration so as to facilitate and
improve results for the curriculum planning process? This problem will be complex again if
it has been combined with the factors of power and political twists and turns in a
community's life, because often the real problem is shifted due to being veiled by a more
secondary problem.

Model yang divisualisasikan dalam gambar dibawah adalah salah satu saja dari sekian
banyak cara untuk memahami secara konsepsional bentuk kerja sama yang efektif antara
kelompok professional dengan masyarakat luas dalam proses perencanaan dan
pengembangan kurikulum maupun masalah kependidikan pada umumnya.

The model visualized in the picture below is just one of the many ways to conceptually
understand the form of effective collaboration between professional groups and the wider
community in the planning process and curriculum development and educational issues in
general.

Dalam model ini kecuali disadari adanya ranah-ranah eksklusif yang sebaiknya hanya
ditangani oleh kelompok professional dengan masyarakat, dilukiskan pula adanya dimensi-
dimensi yang memang sebaiknya ditangani oleh kedua belah pihak secara bekerja sama, baik
dalam bentuk partisipasi langsung ataupun tidak langsung, seperti dalam wujud sumbang
suara atau konsultasi intensif.
In this model, unless it is realized that there are exclusive domains which should only be
handled by professional groups with the community, it is also illustrated that there are
dimensions that should be handled by both parties in collaboration, both in the form of direct
or indirect participation, as in the form of brainstorming or intensive consultation.

Hal ini sangat penting implikasinya dalam perencanaan dan pengambangan kurikulum
atau pendidikan kejuruan, termasuk bidang kejuruan teknologi yang memang menjadi pokok
bahasan utama buku ini. Suatu keadaan yang kurang menguntungkan timbul manakala
dikalangan masyarakat timbul rasa apatis atau masa bodoh dalam hal penyelenggaraan
pendidikan kejuruan ini, yang ini seringkali timbul kerena kurangnya pengertian atau
pengenalan masyarakat terhadap misi dan karakteristik pendidikan kejuruan. Untuk itu
partisipasi masyarakat yang optimal dalam proses perencanaan kurikulum ini harus diawali
dengan penegasan dan penyebarluasan pengertian, tugas atau misi, dan prinsip-prinsip
penyelenggaraan yang menyangkut pendidikan kejuruan dan teknologi itu sendiri. Hal ini
merupakan konsep yang akan dibahas selanjutnya di bab kedua bagian pendahuluan buku ini.

This implication is very important in planning and floating curriculum or vocational


education, including the field of vocational technology which is indeed the main subject of
this book. An unfavorable situation arises when the community arises apathy or ignorance
when it comes to organizing vocational education, which often arises because of a lack of
understanding or introduction of the community to the mission and characteristics of
vocational education. For this reason, optimal community participation in the curriculum
planning process must begin with affirmation and dissemination of understanding, tasks or
missions, and organizing principles concerning vocational education and technology itself.
This is a concept that will be discussed later in the second chapter of the introduction to this
book.

PRINSIP PERENCANAAN KURIKULUM

Kelompok komponen yang pertama menjadi dasar atau landasan pokok keputusan
tentang kurikulum karena berdasarkan komponen-komponen itu dapat dijawab pertanyaan-
pertanyaan mendasar seperti (1) tujuan hidup manusia, (2) hal-hal apakah yang harus diajarkan
kepada generasi muda agar dapat membimbing mereka ke kehidupan yang baik, (3) seberapa
jauh peranan dan tanggung jawab sekolah dalam hal ini, (4) relevansi pendidikan umum dan
kejuruan terhadap kebutuhan dan struktur masyarakat, (5) peranan teknologi dan struktur
keluarga terhadap praktek kependidikan di sekolah, (6) pemenuhan kebutuhan dasar manusia
lewat jalur pendidikan, (7) relevansi struktur kurikulum dengan tahap-tahap perkembangan
kedewasaan anak didik, dan masih banyak lagi pertanyaan yang relevan. Melalui kajian filosofi,
kajian kajian sosiologis dan kajian psikologis dan hal-hal yang bersifat normative dan ideal yang
menjadi tumpuan tujuan penyelenggaraan pendidikan dapat dianalisi, dan ini sangat bermanfaat
untuk mencegah agar program pendidikan yang lahir tidak mudah goygah dan berubah-ubah
karena rapuhnya fondasi yang mendasarinya.

The first group of components becomes the basis or the basic foundation of decisions
about the curriculum because based on these components can be answered fundamental
questions such as (1) the purpose of human life, (2) what things should be taught to young people
in order to guide them to a good life, (3) how far the role and responsibility of schools in this
case, (4) the relevance of general and vocational education to the needs and structure of society,
(5) the role of technology and family structure to educational practices in schools, (6) fulfillment
basic human needs through education, (7) the relevance of curriculum structure to the stages of
development of student maturity, and many more relevant questions. Through philosophical
studies, sociological studies and psychological studies and things that are normative and ideal
which are the basis of the objectives of the implementation of education can be analyzed, and
this is very useful to prevent education programs that are born are not easily shaken and change
because of the fragile foundation the underlying.

Sejalan dengan luasnya lingkup dan banyaknya dimensi persoalan dalam perencanaan
dan pengembangan kurikulum, banyak komponen-komponen yang terkait satu sama lain dan
harus selalu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kurikulum
sekolah. Komponen-komponen ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
komponen landasan (termasuk filosofi, sosiologi dan psikologi); komponen konteks (falsafah
Negara, struktur social ekonomi, politik, dan budaya); dan komponen penyaring (termasuk
sarana/prasarana, prinsip-prinsip belajar, dan karakteristik anak didik.
In line with the broad scope and many dimensions of issues in curriculum planning and
development, many components are related to each other and must always be considered in the
decision-making process concerning the school curriculum. These components can be classified
into three broad groups, namely the foundation component (including philosophy, sociology and
psychology); context components (state philosophy, socioeconomic structure, politics, and
culture); and filter components (including facilities / infrastructure, learning principles, and
characteristics of students.

Disamping Komponen yang termasuk kelompok pertama di atas yang sifatnya relatif
universal perencanaan kurikulum dalam dunia pendidikan Harusnya juga memperhatikan faktor-
faktor yang sifatnya kontekstual yang khususnya menyangkut suatu lingkungan tertentu. Ini
falsafah dan ideologi negara seperti bangsa Jepang untuk Indonesia adalah salah satu contoh
faktor kontes yang jelas-jelas akan ikut menentukan warna corak dan tujuan dari setiap
kurikulum sekolah yang direncanakan. Bikin pula situasi ekonomi struktur sosial kemajuan
teknologi Kondisi kehidupan politik dan lingkungan budaya semuanya merupakan faktor konteks
yang akan mempengaruhi proses dan hasil perencanaan dan pengembangan kurikulum.

Components that belong to the first group above which are relatively universal in
curriculum planning in the world of education Should also pay attention to contextual factors that
specifically concern a particular environment. This philosophy and ideology of a country such as
Japan for Indonesia is one example of a contest factor which will clearly determine the color and
purpose of each planned school curriculum. Also make economic situation social structure
technological progress Conditions of political life and cultural environment are all contextual
factors that will influence the process and results of curriculum planning and development.

Tidak kalah dominan pula adanya faktor penyaring yang ada airnya akan menentukan
tanggal pelaksanaan atau implementasi sebagai langkah lanjut perencanaan 1 kurikulum dalam
kategori ini mencakup prinsip-prinsip belajar yang mengatur interaksi edukatif di kelas
Karakteristik pukulan serangan dan prasarana serta karakteristik suatu bidang studi tertentu.
No less dominant also the presence of filtering factors that have water will determine the
date of implementation or implementation as a next step planning curriculum 1 in this category
includes the principles of learning that regulate educational interactions in class Characteristics
of attack and infrastructure blows and characteristics of a particular field of study.

Sudah barang tentu pengklasifikasian ke-3 kelompok komponen seperti diatas dapat
mengundang diskusi lebih lanjut. misalnya dapat dipertanyakan Apakah Pancasila itu lebih
merupakan kontes atau bahkan juga sebagai penyaring masukan-masukan untuk perencanaan
kurikulum. Dapat dipersoalkan pula adanya tahap-tahap penyaringan mulai dari awal proses
penentuan tujuan pendidikan pemilihan program studi sampai nanti pada penentuan karakteristik
interaksi belajar mengajar yang terjadi. Itu semua lebih memperkaya dinamika perencanaan dan
pengembangan kurikulum, dan apabila sifat dinamis ini telah dihayati benar oleh para perencana
dan pelaksana kurikulum segala bentuk klasifikasi akan menjadi kurang relevan untuk dipegang
sebagai suatu sesuatu yang pasti pemikiran-pemikiran itu akan tetap bermanfaat dalam
membentuk peta kognitif tentang perencanaan kurikulum. Dengan demikian jelaslah bahwa
perubahan dan penyempurnaan kurikulum sekolah dan program pendidikan pada umumnya
bukanlah hal yang berkonotasi negatif seperti yang selama ini yang menjadi lontaran kritik dan
kritik para pengamat pendidikan demikian pula perlu disadari bahwa upaya penyempurnaan yang
terus-menerus seolah tidak pernah selesai itu tidak selayaknya dipandang sebagai suatu
pemborosan dan penggunaan sumber daya yang terbuang percuma.

sebaliknya, kegiatan perencanaan pengembangan kurikulum secara wajar adalah suatu


konsekuensi logis dari dinamika kehidupan di dunia dimana manusia dan pendidikan menjadi
salah satu komponennya dan menghadapi perkembangan dan perubahan yang cepat itu tidak ada
proses perencanaan yang lebih mahal daripada tidak membuat rencana

Of course the classification of the 3 component groups as above can invite further
discussion. For example, it can be questioned whether Pancasila is more a contest or even as a
filter of inputs for curriculum planning, it can also be questioned about the screening stages
starting from the beginning of the determination process educational objectives selection of study
programs until later on determining the characteristics of teaching and learning interactions that
occur. It all further enriches the dynamics of curriculum planning and development and if this
dynamic nature has been lived out correctly by curriculum planners and implementers all forms
of classification will become less relevant to be held as something that is certain those thoughts
will still be useful in forming cognitive maps about planning curriculum. Thus it is clear that
changes and improvements in school curricula and educational programs in general are not
negative connotations as has been the subject of criticism and criticism of educational observers
as well as it is important to realize that efforts to continually improve as if they were never
completed were not appropriate seen as a waste and use of wasted resources. on the contrary,
curriculum development planning activities are naturally a logical consequence of the dynamics
of life in a world where humans and education are one component and face rapid development
and change that there is no more expensive planning process than not making plans.

Ditinjau dari segi filosofi, maka peri kehidupan yang selalu berubah ini jelas mengubah
perspektif Global masyarakat dunia dan pribadi manusianya. pengetahuan manusia tentang
"benar-salah", "baik-buruk", dan "cocok tidak cocok" senantiasa berubah sejalan dengan
ledakan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula persepsi tentang hakikat
manusia, masyarakat dan sekolah serta sistem pendidikan secara luas akan selalu terpengaruh
karenanya.

From a philosophical point of view, the ever-changing life fairy clearly changes the
global perspective of the world community and its human personality. human knowledge about
"right-wrong", "good-bad", and "unsuitable fit" always changes in line with the explosion of
information science and technology. Similarly, perceptions about the nature of human beings,
society and schools and the education system at large will always be affected by it.

Dari segi sosiologis kehidupan modern telah mengubah sistem tanggung jawab individual
menjadi semakin besar menyusul perubahan struktur keluarga dan meningkatnya mobilitas
populasi dan semakin tingginya produktivitas serta tingkat industrialisasi di suatu masyarakat
akan membawa pola perubahan tentang struktur kerja konsep pemanfaatan waktu luang dan
konsep diri manusia itu sendiri.
Ini menyebabkan semakin rumitnya pengertian relevansi antara pendidikan di sekolah dan
kehidupan di luar sekolah, belum lagi di perhitungan tentang konsep keseimbangan antara
Kebutuhan individu di masyarakat yang selalu menarik ditinjau dari segi psikologi.
From a sociological point of view, modern life has changed the system of individual
responsibility to become even greater following changes in family structure and increased
population mobility and the higher productivity and level of industrialization in a society will
bring about changes in the work structure of the concept of leisure and human self-concept. This
causes increasingly complex understanding of the relevance of education in schools and life
outside of school, not to mention the calculation of the concept of balance between the needs of
individuals in society which is always interesting in terms of psychology.

Ditambah dengan makin banyaknya penemuan-penemuan baru di bidang teknologi


pendidikan dan inovasi inovasi dalam pola kurikuler serta pola interaksi belajar mengajar maka
langkah plus Sudah jaringan mata rantai faktor-faktor yang memberi justifikasi untuk perubahan
dan penyempurnaan kurikulum dari masa kemasa menjadi kewajiban bagi para perencana
kurikulum dan perencanaan pendidikan pada umumnya untuk secara sadar terencana dan terarah
merangkai komponen-komponen atau mata rantai yang banyak tersebut menjadi suatu
mekanisme yang tidak saja mampu memanfaatkan dan merefleksikan keadaan masa kini tetapi
juga mampu ikut memberi andil yang positif bagi penentuan keadaan masa mendatang.
coupled with the increasing number of new discoveries in the field of educational
technology and innovation innovation in curricular patterns and patterns of teaching and learning
interactions, the steps plus Already a network of factors that provide justification for changes and
improvements in the curriculum of the future becomes an obligation for curriculum planners and
education planning in general to consciously plan and focus on assembling the components or
many links into a mechanism that is not only able to utilize and reflect current conditions but is
also able to contribute positively to the determinationof future conditions.

Pendekatan proaktif pandangan futuristik dan kewajiban perdata si dengan perubahan


lingkungan atau konteks merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh lembaga maupun
individu yang terkait dengan usaha perencanaan dan pengembangan kurikulum.
A proactive approach to futuristic views and civil obligations with changes in the
environment or context is the basic capital that must be owned by institutions and individuals
related to curriculum planning and development efforts.

Anda mungkin juga menyukai