KIMIA ANALITIK II
“PERMANGANOMETRI”
DISUSUN OLEH :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan
KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan
dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau
garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya, (Yasinta, 2014).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secara
luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam
kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak
reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan
dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak,
(Underwood, 2002 : 287).
Berdasarkanuraian diatas, maka dilakukan percobaan ini untuk mengetahui
standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan baku asam oksalat dan untuk
menetapkan kadar besi(II) dalam garam ferro.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan baku asam
oksalat.
2. Bagaimana menetapkan kadar besi(II) dalam garam ferro.
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan baku asam
oksalat.
2. Untuk menetapkan kadar besi (II) dalam garam ferro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Waktu Penelitian
Hari/Tanggal : Rabu/16 Mei 2018
Waktu : 15.00-17.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Stikes Mega resky
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat-alat gelas
b. Batang pengaduk
c. Botol semprot
d. Hotplate
e. Neraca analitik
f. Sendok tanduk
g. Statif dan klem
h. Thermometer
2. Bahan
a. Aquades
b. Asam oksalat 0,033 N
c. FeSO4
d. H2SO4 4 N
e. Kertas label
f. Kertas timbang
g. KMnO4 0,1 N
h. Tissue roll
C. Prosedur kerja
1. Standarisasi larutan KMnO4 0,1 N dengan bahan baku asam oksalat
a. Disiapkan larutan asam oksalat 0,1 N.
b. Dibilas buret dengan KMnO4.
c. Diisi buret dengan larutan KMnO4.
d. Dipipet 25 mL larutan asam oksalat 0,01 N ke dalam erlenmeyer.
e. Ditambahkan 10 mL H2SO4 4 N kemudian diencerkan sampai 100 mL dan
diberi label C.
f. Larutan dipanaskan sampai 70 ̊C.
g. Dititrasi larutan C dengan larutan KMnO4 dalam keadaan panas hingga
berubah dari tidak berwarna menjadi ungu.
h. Dicatat volume KMnO4 yang digunakan.
2. Penetapan kadar besi (II) dalam garam ferro
a. Ditimbang ± 500 mg besi (II) sulfat.
b. Dilarutkan dengan aquades dalam erlenmeyer sampai 100 mL.
c. Dipipet 25 mL larutan dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer.
d. Ditambahkan 12,5 mL H2SO4 4 N.
e. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi ungu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Table Hasil Pengamatan
a. Standarisasi larutan KMnO4 0,1 N
No. Berat
H2C2O4.2H2O V KMnO4 Perubahan Warna
1 25 mL 27,5 mL Bening → ungu
2 25 mL 26 mL Bening → ungu
2. Reaksi
a. Pembakuan KMnO4
Oks : C2O42- → 2CO2 + 2e- (x5)
Red : MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O (x2)
5C2O42- → 10CO2 + 10e-
2MnO4- + 16H+ + 10e- → 2Mn2+ + 8H2O
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Reaksi lengkapnya
2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8 H2O
b. Penetapan besi (II) dalam garam ferro
Oks : C2O42- → 2CO2 + e- (x5)
Red : MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O (x1)
5C2O42- → 10CO2 + 5e-
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
5C2O42- + MnO4- + 8H+ → 10CO2 + Mn2+ + 4H2O
Reaksi lengkapnya
10FeSO4 + 2KMnO4 +8H2SO4 → 5Fe(SO4)3 + 2MnSO4 + K2SO4 + 8H2O
3. Perhitungan
a. Standarisasi larutan KMnO4
N KMnO4 = mgH2C2O4.2H2O
FP x V KMnO4 x 63
= 630 mg
20 x 26,75 mL x 63 mg/mek
= 630 mek
33.705 mL
=0,01 mek/mL
=0,01 N
b. Penetapan NaCl dalam garam dapur
% besi (II) = FP x V KMnO4 x N KMnO4 x 56 x 100%
mg sampel
= 2 x 5 mL x 0,02 mek/mL x 56 x 100%
500 mg
= 2,24%
B. Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan standarisasi larutan KMnO4 dengan
larutan baku asam oksalat dan penetapan kadar besi (II) dalam garam ferro
menggunakan titrasi permanganometri. Metode ini adalah titrasi yang didasarkan
dari reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion
MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Titrasi dilakukan
hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya
warna larutan menjadi ungu.
Pada percobaan ini, KMnO4 yang digunakan dibuat sendiri oleh praktikan
dengan melarutkan 6,32 gram KMnO4 dengan akuades hingga volumenya 1000
mL (diencerkan dalam labu ukur 1000 mL).
Pada percobaan penetapan kenormalan KMnO4 digunakan asam oksalat 0,1 N
sebagai larutan baku dan juga sebagai pereduksi dalam larutan. Pada penambahan
asam sulfat 4 N berfungsi, untuk mengasamkan larutan, karena potensial elektroda
KMnO4 sangat tergantung pada pH. Penambahan asam sulfat penting supaya
reaksi berada dalam suasana asam sehingga MnO4- tereduksi menjadi Mn2+. Jika
larutan dalam keadaan netral atau sedikit basa maka KMnO4 akan tereduksi
menjadi MnO2 berupa endapan coklat yang akan mempersulit penentuan titik
akhir titrasi. Setelah larutan menjadi homogen, maka dilakukan pemanasan.
Pemanasan ini hingga mencapai 60°C-70°C, hal ini berfungsi agar KMnO4 dapat
mengoksidasi H2C2O4 (asam oksalat) karena apabila suhu larutan dibawah 60°C-
70°C maka reaksi akan berjalan lambat dan akan mengubah MnO4- menjadi MnO2
yang berupa endapan cokelat sehingga titik akhir titrasi susah untuk dilihat.
Sedangkan apabilasuhu larutan di atas 60°C-70°C maka akan merusak asam
oksalat, dan terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga hasil akhir akan lebih kecil.
Setelah dipanaskan hingga suhunya mencapai 60°C-70°C kemudian dilakukan
titrasi dengan KMnO4. Pada percobaan titrasi pertama, V KMnO4 27,5 mL didapat
perubahan warna dari bening menjadi ungu dan pada percobaan titrasi kedua V
KMnO4 26 mL didapat perubahan warna dari bening menjadi ungu. Perubahan
warna ini merupakan titik akhir titrasi dari volume KMnO4 tersebut dan didapat
konsentrasi dari KMnO4 yaitu 0,01 N.
Penentuan kadar besi (II) dapat diketahui dengan cara permanganometri. Pada
percobaan ini digunakan FeSO4 sebagai larutan cuplikan yang dilarutkan dalam
aquades. Larutan kemudian ditambahkan asam sulfat supaya besi sulfat larut
sempurna dan dapat bereaksi dengan baik. Selain untuk melarutkan besi sulfat,
penambahan asam sulfat juga bertujuan untuk agar KMnO4 tereduksi menjadi
Mn2+. Asam sulfat juga dimaksudkan untuk menghindari oksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+ karena Fe2+ kurang stabil diudara terbuka. Titik akhir titrasi petama ditandai
dengan perubahan warna kuning menjadi ungu pada V KMnO4 5 mL dan titik
akhir titrasi kedua ditandai dengan perubahan warna kuning menjadi ungu pada V
KMnO4 5 mL. Dar hasil tersebut, didapatkan kadar melalui perhitungan yaitu
2,24 %.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa hasil standarisasi
KMnO4 dengan larutan baku asam oksalat adalah 0,01 N, sedangkan hasil dari
penetapan kadar besi (II) dalam larutan garam ferro adalah 2,24 %.
B. Saran
Disarankan agar menjaga ketertiban dalam proses praktikum serta menjaga
kedisiplinan dalam proses praktikum demi kelancaran praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I Edisi
ke Lima. PT.Kalman Media Pusaka. Jakarta.