TITRASI ARGENTOMETRI
Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Kimia Dasar
Dosen Pengampu :
1A DIII Farmasi
Program Studi DIII Farmasi
STIKes Muhammadiyah Ciamis
2019
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur atas rahmat Allah swt yang pengasih lagi maha penyayang yang telah
memberikan hidayah serta rahmat nya kepada kita semua,sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum kelompok tepat pada waktunya. Laporan ini membahas tentang metode titrasi argentometri.
Dalam menyusun laporan ini kelompok kami banyak dibantu oleh berbagai pihak. Segala upaya kelompok
kami lakukan demi kelengkapan dan kesempurnaan laporan ini. Kelompok kami berharap laporan ini
bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan pemahaman dalam proses titrasi permanganometri,namun
apabila masih ada kekurangan dalam penulisan laporan hasil praktikum ini karena keterbatasan
kemampuan penulis. Maka dari itu selaku penulis mengharapkan kritik dans aran sebagai penyempurnaan
dari laporan.
Penulis
BAB 1
Titrasi Argentometri
A. Pendahuluan
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak.
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasarkan endapan ion Ag+ pada argentometri zat pemeriksaan
yang telah diberikan indikator. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tetap diendapkan. Kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan (Underwood, 1992 : 48).
Salah satu zat yang digunakan pada argentometri adalah K 2CrO4. Metode ini sering
disebut metode Mohr. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl (klorida)
dan Br (brome) dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO 3 dengan indikator K2CrO4
titrasi ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit katalis pH 6,5-9,5. Dalam
suasana asam perak kromat akan larut karena akan terbentuk dikromat, dan dalam suasana
basa akan terbentuk endapan perak hidroksida (Khopkar, 1990 : 37).
Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan ion
kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini
biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam halogen dan siaAnida. Karena kedua
jenis garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag. Sesuai
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN - tercapai untuk
garam kompleks K[Ag(CN)2] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg
(Harizul, 1995 : 28).
Jika ion Cl ditambahkan dengan AgNO3 akan terbentuk endapan perak klorida. AgCl
yang seperti didih dan putih ia tidak larut dalam air dan asam nitrat encer. Tetapi larut dalam
amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan dalam tiosulfat (Vogel, 1985 :
345).
2. Metode Volhard (Penentuan zat warna yang mudah larut) digunakan dalam penentuan
ion Cl-, Br-, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3.
3. Metode Fajans (Indikator absorbsi) sama seperti cara Mohr, hanya terdapat perbedaan
jenis indikator yang digunakan adalah indikator absorbsi seperti Cosine atau Fluones.
1.2 Rumus
m . zat
N=
Be . V titran
2. Rumus menentukan BE
1
BE NaCl =
2. Mr
v titran × N rata−rata× BE
Kadar = × 100 %
gram
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat Bahan
Buret AgNO3
Statif K2CrO4
Erlenmeyer NaCl
1. Pembakuan AgNO3
↓
Hitung Normalitas AgNO3
NaCl (BM : )
ZAT + KERTAS BERAT VOLUME
KERTAS PERKAME ZAT (Mg) TITRAN
PERKAME N + Sisa Zat (A-B) AgNO3 (ml)
N (Mg) A (Mg) B
200 mg - 100 mg 45,5 ml
200 mg - 200 mg 44 ml
200 mg - 200 mg 38 ml
Mr NaCl = 23 + 35,5
= 58,5
1
BE NaCl =
2. Mr
1
=
2. 58,5
= 29,25
m . zat
N=
Be . V titran
200 200
N1 = = =0,149 N
29,25× 45,5 1.342,25
200 200
N2 = = =0,154 N
29,5× 44 1.298
200 200
N3 = = =0,178 N
29 ,.5 ×38 1.121
KBr (BM : )
ZAT + KERTAS BERAT VOLUME
KERTAS PERKAME ZAT (Mg) TITRAN
PERKAME N + Sisa Zat (A-B) AgNO3 (ml)
N (Mg) A (Mg) B
150 mg - 150 mg 14 ml
150 mg - 150 mg 15,5 ml
150 mg - 150 mg 18 ml
Mr KBr = 3 gram + 30
= 119
1
Be KBr =
2× Mr
1
= ×119
2
= 59,5
v titran × N rata−rata× BE
Kadar = × 100 %
gram
14 ml × 0,160× 59,5
K1 = ×100 %=88,9 %
150
2.5 Pembahasan
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu membuat larutan AgNO 3 0,1 N, stndarisasi
larutan AgNO3 dengan NaCl, dan penetapan klorida dalam sampel garam dapur. Sebelum
menentukan kadar NaCl, terlebih dahulu dilakukan standarisasi larutan AgNO 3 dengan NaCl,
untuk memastikan keakuratan normalitas dari AgNO3. Metode yang digunakan pada
standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan indicator K 2CrO4.
Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan
hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan
menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Dipilih indikator K2CrO4
karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana
netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion
bikromat.
Sedangkan dalam suasana basa,ion Ag+ akan bereaksi dengan OH dari basa dan membentuk
endapan AgCOH dan selanjutnya teroksidasi menjadiH2O dengan reaksi:
Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dari AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan
bereaksi membentuk endapan AgCl yang bewarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah
bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang
ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat
AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Kedaan yang demikian dinamakan titik ekuivalen
dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl. Pemilihan indikator
dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl- lebih dulu bereaksi daripada ion CrO42-, kemungkinan
karena perbedaan keelektronegatifan Ag+ dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-.
Selain itu, ion Cl- jika bereaksi dengan Ag+ akan lebih mengendap karena kelarutannya adalah
Ksp AgCl = 1,82x1010, berdasarkan reaksi maka: Ksp AgCl = S2
S = 0,52x10-3
Dalam proses standarisasi AgNO3 dengan NaCl digunakan 25 ml NaCl tiap kali titrasi
dan volume rata-rata AgNO3 yang diperlukan untuk titrasi yaitu 6,7 mL. Dari hasil
perhitungan, dengan menggunakan rumus netralisasi V1.N1=V2.N2 maka normalitas AgNO3
dapat diketahui yaitu N AgNO3 = 0,37 N. AgNO3 perlu distandarisasi agar diharapkan bisa
diperoleh larutan standar AgNO3 0,1 N atau paling tidak mendekati. Namun, dari hasil
perhitungan, nilai N AgNO3 yang didapat, sangat jauh dari N AgNO3 standar.
Percobaan selanjutnya yaitu penetapan kadar NaCl dalam sampel. Dimana, sampel
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu garam dapur. Kadar NaCl murni yang terkandung
dalam 0,45 gram sampel tadi dapat ditentukan dengan menentukan ion Cl- nya menggunakan
titrasi argentometri dan AgNO3 sebagai larutan standar. Dari larutan garam dapur yang telah
dibuat, diambil 25 mL untuk dititrasi. Indikator yang digunakan yaitu kalium kromat
( K2CrO4 ). Pada penambahan indikator K2CrO4 warna larutan yang tadinya bening berubah
menjadi kuning bening. Dan pada saat dilakukan titrasi, ion Cl - dari NaCl yang terkandung
dalam larutan bereaksi dengan ion Ag+ sehingga terbentuk endapan AgCl yang bewarna
putih. Saat terjadi titik ekuivalen yaitu saat ion Cl- tepat bereaksi dengan ion Ag+ yang berarti
ion Cl- habis dalam sistem. Dengan penambahan AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan
ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO42- dalam indikator K2CrO4 membentuk endapan putih
dengan warna merah bata. Reaksi-reaksi yang terjadi yaitu:
• Saat setelah TE :
• Saat setelah TE :
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Percobaan 2
Percobaan 3
B. Penetapan Kadar
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta: PT.
Kalman Pusaka