Anda di halaman 1dari 14

ACC NILAI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


PEMBUATAN ALKENA
Tujuan
1. Mempelajari reaksi dehidrasi suatu alkohol untuk menghasilkan senyawa alkena (memiliki
ikatan rangkap).
2. Mengidentifikasi senyawa dengan ikatan rangkap.

Pendahuluan
Alkena merupakan suatu hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap dua atau lebih
antara dua atom C yang berurutan. Alkena disebut juga hidrokarbon tidak jenuh karena tidak
mempunyai jumlah maksimum atom yang ditampung oleh setiap atom karbon. Alkena mempunya i
ikatan sigma dan ikatan phi antara dua atom yang karbon yang berhadapan. Alkena merupakan
senyawa yang relatif stabil, akan tetapi lebih reaktif dari alkana karena terdapatnya ikatan rangkap
karbon-karbon (C=C). Ikatan rangkap ini lebih kuat dari ikatan tunggal alkana akan tetapi sebagian
besar reaksi alkena terjadi pada ikatan rangkap yang menghasilkan dua ikatann tunggal (Wade,
2006).
Menurut Solomons (2011), Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai
ikatan rangkap dua pada rantai karbonnya. Rumus umum alkena adalah CnH2n.sifat-sifat dari
alkena adalah :
1. Alkena memiliki titik didih yang sedikit lebih rendah dibanding titik didih alkana yang sama
jumlah atom karbonnya. Etena, propena dan butena berwujud gas pada suhu kamar, selainnya
adalah cairan.
2. Satu-satunya gaya tarik yang terlibat dalam ikatan alkena adalah gaya dispersi Van der Waals.
Gaya ini tergantung pada bentuk molekul dan jumlah elektron yang dikandungnya.
3. Kelarutan Alkena hampir tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam pelarut-pelarut organik,
seperti lemak dan minyak.
4. Semakin banyak atom C maka massa molekul relatif dan titik didihnya akan semakin tinggi
apabila semakin banyak atom C sedangkan pada isomer, maka semakin panjang rantai atom C
maka semakin tinggi titik didihnya.
5. Alkena memiliki sifat fisis yang hampir sama dengan alkana seperti kerapatannya kecil dan
tidak larut dalam pelarut polar seperti air.
Menurut Wade (2006), sifat-sifat dari alkena yaitu terdiri dari sifat fisis dan sifat kimia,
seperti :
1. Sifat Fisis
Semakin panjang rantai karbon, semakin besar massa molekul relatif (Mr), semakin besar
pula titik didihnya atau lelehnya. Alkena dapat berwjud gas saat berada pada suhu yang rendah
sedangkan dapat berwujud padat saat berada pada suhu tinggi. Alkena mudah larut dalam pelarut
organik tetapi sukar larut dalam air.
2. Sifat Kimia, terdiri dari
a. Adisi adalah reaksi pengubahan ikatan rangkap (tak jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh)
dengan cara mengikat atom atau gugus atom dari luar.
b. Pembakaran alkena menghasilkan banyak jelaga. Jelaga adalah atom-atom karbon yang
tidak terbakar. Sebagian atom karbon tidak terbakar karena alkena mengandung kadar karbon
yang tinggi, sehingga memerlukan banyak oksigen. Oksigen dari udara tidak cukup, maka
sebagian atom karbon tidak terbakar. Pembakaran sempurna alkena menghasilkan uap air dan gas
karbon dioksida.
c. Polimerisasi adalah penggabungan molekul-molekul sederhana menjadi molekul besar.
Molekul-molekul yang bergabung itu disebut monomer, sedangkan hasil penggabungannya
disebut polimer. Contoh: polimer polietena, karet, dan plastik.
Alkohol adalah sekelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi
hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-OH.
Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan
ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa.
Reaksinya dapat menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga
menghasilkan senyawa mengandung ikatan O-H (Fessenden, 1998).
Reaksi dehidrasi biasanya didefinisikan sebagai reaksi yang melibatkan pelepasan air dari
molekul yang bereaksi. Reaksi dehidrasi merupakan subset dari reaksi eliminasi, karena gugus
hidroksil (-OH) adalah gugus lepas yang buruk. Pemberian katalis asam Brønsted sering
kalimembantu protonasi gugus hidroksil, menjadikannya gugus lepas yang baik, H2O. Dehidrasi
alkohol merupakan rute sintesis yang bermanfaat pada alkena. Agen dehidrasi yang umum meliputi
asam sulfat pekat, asam fosfat pekat, alumunium oksida panas, keramik panas (Hoffman, 2004).
Alkohol pada umumnya menjalani reaksi eliminasi jika dipanaskan dengan katalis asam
kuat, misal H2SO4 atau asam fosfat (H3PO4) untuk menghasilkan alkena dan air. Asam sulfat pekat
akan menimbulkan banyak reaksi sampingan. Katalis ini tidak hanya bersifat asam., tetapi juga
merupakan agen pengoksidasi kuat. Katalis ini mengoksidasi beberapa alkohol menjadi karbon
dioksida dan disaat yang sama terekdusi dengan sendirinya menjadi sulfur oksida. Kedua gas ini
(karbon dioksida dan sulfur oksida) harus dikeluarkan dari alkena (Wade, 2006).
Gugus hidroksil bukan merupakan leaving group (gugus pergi) yang baik, akan tetapi di
bawah kondisi asam, gugus hidroksil dapat diprotonasi. Ionisasi akan menghasilkan suatu molekul
air dan kation, yang selanjutnya dapat mengalami deprotonasi untuk memberikan alkena. Dehidrasi
alkohol 2o dan alkohol 3o adalah reaksi E1 (eliminasi 1) yang melibatkan pembentukan karbokation,
sedangkan dehidrasi alkohol 1 o adalah reaksi E2 (eliminasi 2). Suatu reaksi E2 terdjadi pada satu
tahap, yaitu tahap pertama asam akan memprotonasi oksigen dan alkohol, proton diambil oleh basa
(H2SO4-) dan secara simultan membentuk ikatan rangkap karbon-karbon (C=C) melalui hilangnya
molekul air. Apabila reaksi dehidrasi alkohol menghasilkan lebih dari satu produk, maka hasil
utama dapat diramalkan berdasarkan kaidah Zaitsev yaitu alkena yang lebih tersubtitusi dihasilkan
lebih banyak daripada alkena yang kurang tersubtitusi (Hoffman, 2004).
Asam sulfat pekat (H2SO4) atau asam fosfat (H3PO4) sering digunakan sebagai reagen untuk
dehidrasi karena asam ini bertindak baik sebagai katalis asam dan sebagai agen dehidrasi. Alkohol
dicampurkan dengan asam sebagai agen dehidrasi, kemudian dididihkan. Alkena mendidih pada
suhu yang lebih rendah daripada alkohol karena adanya ikatan hidrogen pada alkohol. Alkena
adalah hasil dari destilasi, hidrasi asam ini sangat eksotermik. Gugus hidroksil dari alkohol adalah
gugus pergi yang jelek (-OH), tetapi protonasi oleh katalis asam mengkonversinya menjadi gugus
pergi yang baik (H2O). Langkah kedua, hilangnya air dari alkohol terprotonasi membentuk
karbokation. Karbokation yang merupakan asam yang sangat kuat. Setiap basa lemah seperti H 2O
atau H2SO4- memindahkan satu proton dari karbon β (karbon yang berdekatan dengan karbokation,
membentuk alkena dan katalis asam terbentuk kembali) (Bruice, 2011).
Alkohol primer bereaksi eliminasi dengan lambat yaitu E2. Alkena yang terbentuk dalam
H2SO4 pekat dan panas dapat mengalami isomerisasi danreaksi-reaksi lain. Oleh karena itu,
biasanya alkohol primer tidak berguna dalam pembuatan alkena. Alkohol sekunder menjalani
eliminasi lewat jalan E1 dipanasi bersama asam suatu asam kuat, dan dapat terjadi penataan-ulang
karbokation sebagai zat antara, kecuali dalam kasus-kasus sederhana. Alkohol tersier mengalami
eliminasi dengan cepat melalui karbokation (E1) bila diolah dengan suatu asam kuat (Fessenden,
1989).
H2SO4 pekat
Primer : CH3CH2OH CH2=CH2 + H2O
etanol 180o etena
suatu alkohol primer (etilena)
H2SO4 pekat
Sekunder : (CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
2-propanol 100o Propena
Suatu alkohol sekunder (etilena)
H2SO4 pekat
Tersier : (CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
t-butil alkohol 60o metil propena
suatu alkohol tersier (isobutilena)
(Fessenden, 1989).

Material Safety Data Sheet (MSDS)


Akuades (H2 O)
Akuades memiliki rumus molekul H2 O. Akuades didapatkan memalui proses penyulingan
sehingga tidak mengandung mineral. Akuades berfase cair, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Bahan ini tergolong bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan penyimpanan khusus.
Akuades tidak menyebabkan korosi pada mata, kulit, dan tidak berbahaya apabila terhirup maupun
tertelan. Tindakan pertolongan pertama yang perlu dilakukan apabila terjadi tumpahan kecil
maupun besar yaitu, dengan mengepel tumpahan dengan lap kering yang mudah menyerap
(Sciencelab, 2018).
Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat memiliki rumus molekul H2SO4. Asam sulfat merupakan bahan yang tidak
mudah terbakar. Asam sulfat berwujud cairan, yidak berbau tetapi memiliki bau tersedak ketika
panas. Memiliki berat molekul 98,08 g/mol. Asam sulfat memiliki titik didih 270 oC (518 ° F) - 340
derajat. Tidak tersedia suhu kritis dalam asam sulfat. Kondisi yang harus dihindari; bahan yang
tidak kompatibel, kelebihan panas, bahan material yang mudah terbakar, bahan organik, paparan
lembab udara atau air, oksidasi, amina, basa. Asam sulfat reaktif dengan oksidator, reduktor, bahan
mudah terbakar, bahan organik, logam, asam, alkali, kelembaban. Tindakan pertolongan pertama
yang perlu dilakukan apabila terjadi tumpahan kecil maupun besar yaitu, dengan mengepel
tumpahan dengan lap kering yang mudah menyerap (Sciencelab, 2018).
1-propanol (CH3 CH2 CH2 OH)
1- propanol memiliki rumus molekul CH3 CH2 CH2 OH. Bahan ini berwujud cair dan mudah
terbakar. Berbau alkohol namun tidak berasa, memiliki berat molekul 60,1 g/mol. Bahan ini
memiliki titik didih 97,22oC dan titik lebur -126,2oC namun tidak memiliki suhu kritis. Tekanan uap
sebesar 14,9 mmHg, serta kepadatan uap mencapai 2,07 (Air = 1). Bahan ini berbahaya pada kasus
kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan
apabila terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir minimal selama 15 menit (Sciencelab,
2018).
Etanol (C2H5OH)
Etanol memiliki wujud cairan, berbau seperti alcohol, tidak berwarna. Titik didih etanol
78ᵒC sedangkan titik lelehnya -177ᵒC. Etanol larut dalm air panas dan air dingin. Identifikasi
bahaya dari etanol yaitu berbahaya dalam kasus kontak mata, kulit, menelan dan inhalasi. Tindakan
pertolongan pertama saat terjadi kontak dengan mata segera periksa dan lepaskan kontak serta
basuh dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Sciencelab, 2018).
2-butanol (C4 H9 OH)
2-butanol memiliki rumus molekul C4 H9 OH. Bahan ini berbentuk cair, tidak berwarna, tidak
berbau, memiliki titik didih 99,5℃, titik lebur sebesar -114,7oC , dan berat molekul 74,12 g/mol.
Bahan ini Mudah larut dalam metanol, dietil eter, namun Sebagian larut dalam air dingin, air panas,
n-oktanol. Bahan ini berbahaya pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup.
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir
minimal selama 15 menit (Sciencelab, 2018).
Kloroform (CHCl3)
Kloroform memiliki rumus kimia CHCl3. Kloroform berwujud caira, memiliki bau etheric
dan tidak menyebabkan iritasi, memiliki berat molekul sebesar 119,38 g/mol. Tidak berwarna serta
memiliki titidk didih 61 oC dan titik lebur -63,5oC, suhu kritinya sebesar 263,33oC, tekanan uapnya
21,1 kPa. Bahan ini berbahaya pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup.
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir
minimal selama 15 menit (Sciencelab, 2018).
7. Air Brom (Br2)
Air Brom merupakan bahan yang berwujud cair. Bahan ini tidak tersedia bau, rasa, berat
molekul, serta warna. pH bahan ini netral, memiliki titik didih 58,85 oC, titik lebur sebesar -7,3o.
Tekanan uap sebesar 23,3 kPa serta densitas uapnya sebesar 5,5. Jaga wadah tetap kering. Jangan
menghirup gas / asap / uap / semprotan. Jangan pernah menambahkan air ke produk ini. Jika
ventilasi tidak mencukupi, memakai peralatan pernapasan yang sesuai. Jika anda merasa tidak
sehat, cari bantuan medis dan tunjukkan label jika memungkinkan. Menghindari kontak dengan
kulit dan mata. Jauhkan dari yang tidak kompatibel seperti reduktor, bahan mudah terbakar, bahan
organik (Sciencelab, 2018).

Prinsip Kerja
Pembuatan alkena pada percobaan ini menggunakan metode dehidrasi alkohol. Reaksi
dehidrasi merupakan lepasnya molekul air dapat dilakukakan dengan senyawa yang dapat mengikat
air dengan kuat, misalnya H2SO4 pekat. Dehidrasi alkohol dengan H2SO4 pekat harus dilakukan
dengan pemanasan. Disamping itu senyawa dengan ikatan rangkap yang dihasilkan selama
dehidrasi alcohol berlangsung diperlukan H2SO4 pekat sebagai katalis. Percobaan ini akan
dilakukan secara sederhana dalam skala kecil yaitu dehidrasi alcohol primer propanol dan alcohol
sekunder 2-butanol menggunakan katalis H2SO4 pekat. Hasil yang didapat dilakukan identifikasi
secara kimia (menggunakan air brom).

Alat
Tabung reaksi, lampu spirtus, pipet mohr, gelas ukur, penjepit besi, corong pisah, kertas lakmus.

Bahan
Akuades, H2SO4, propanol, etanol, 2-butanol, kloroform, air brom.

Prosedur Kerja
Sampel di preparasi, dimasukkan 3 mL sampel (2-butanol) kedalam tabung reaksi dan 1
tetes H2SO4 pekat. Dipanaskan dengan penangas air selama 10 menit. Didinginkan selama 15 menit.
Dimasukkan kedalam corong pisah ditambahkan akuades 100 mL dan di tambahkan 10 mL
kloroform sambil dikocok dan didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Ditampung pada bagian
atas (berisi senyawa alkena/senyawa organik). Dibuang bagian lapisan bawah (pada bak B3).
Ditampunng pada botol kecil untuk dilakukan pengujian menggunakan air brom. Diidentifikasi
senyawa alkena dengan air brom yaitu ; dimasukkan 1 mL senyawa alkena kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan setetes-tetes sampai warna konstan (warna air brom). Dicatat jumlah tetesan air brom
yang digunakan. Dimasukkan 1 mL senyawa organik mula-mula kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan setetes-tetes sampai warna konstan (warna air brom). Dicatat jumlah tetesan air brom
yang digunakan. Dibandingkan dengan senyawa alkena yang telah dibuat. Diulangi untuk
pembuatan alkena menggunakan bahan lainnya (propanol) dengan prosedur diatas.

Waktu yang Dibutuhkan

Perlakuan Waktu

Preparasi set alat 10 menit


Penambahan H2SO4 pekat dalam 2-butanol 30 menit
Penambahan akuades dan kloroform 15 menit
Pengujian senyawa alkena menggunakan air 10 menit
Brom
Identifikasi senyawa alkena dengan air Brom 30 menit
Pengulangan pembuatan alkena menggunakan
30 menit
Propanol
Total 2 jam 5 menit
Hasil
Hasil dari praktikum pembuatan alkena ini adalah sebagai berikut :
Perlakuan Hasil Gambar
3 mL 2-butanol + 1 Bereaksi ditandai
tetes H2SO4 pekat dengan dihasilkannya
yang telah dipanaskan gas CO₂. Hasil akhir
dengan penangas yaitu terbentuk 2
listrik selama 10 lapisan larutan pada
menit. Dimasukkan corong pisah. Lapisan
kedalam corong pisah, atas merupakan
ditambahkan 100 mL senyawa alkena yang
akuades dan 10 mL terbentuk yaitu butena.
kloroform, dan
dikocok.
Diuji perbandingan Tabung reaksi kanan
senyawa alkena adalah alkena menjadi
(butena) dengan air tidak berwarna dan
brom dan 2-butanol tercampur, tabung
dengan air brom. reaksi kiri adalah 2-
butanol dan tidak
tercampur terjadi 2 fase,
air brom berwarna
kuning berada di
lapisan bawah.
3 mL propanol + 1 Bereaksi ditandai
tetes H2SO4 pekat dengan dihasilkannya
yang telah dipanaskan gas CO₂. Hasil akhir
dengan penangas yaitu terbentuk 2
listrik selama 10 lapisan larutan pada
menit. Dimasukkan corong pisah. Lapisan
kedalam corong pisah, atas merupakan
ditambahkan 100 mL senyawa alkena yang
akuades dan 10 mL terbentuk yaitu
kloroform, dan propena.
dikocok.
Diuji perbandingan Tabung reaksi kiri
senyawa alkena adalah propanol
(propena) dengan air menunjukkan larutan
brom dan propanol berwarna pekat kuning
dengan air brom. setelah ditetesi air
brom. Tabung reaksi
kanan adalah propena
menunjukkan larutan
berwarna kuning jernih
setelah ditetesi air brom
sebanyak 10 tetes.

Pembahasan
Pembuatan alkena dapat dilakukan dengan cara reaksi dehidrasi. Reaksi dehidrasi merupakan
salah satu metode pembuatan alkena dimana proses lepasnya molekul air yang dapat dilakukan
dengan menggunakan senyawa yang dapat mengikat air dengan kuat seperti H2SO4 pekat
(Fessenden, 1998). Praktikum pembuatan alkena dilakukan dengan menggunakan prinsip ekstraksi
cair-cair. Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase
pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan
sebagian larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu
didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen
kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan
perbandingan konsentrasi yang tetap. Praktikum pembuatan alkena dilakukan dengan menggunakan
dua sampel, yaitu 2-butanol dan propanol. Percobaan pertama yaitu pembuatan butena dari senyawa
2-butanol, dilakukan dengan cara meneteskan 1 tetes asam sulfat pekat kedalam sampel. Hasil dari
penetesan asam sulfat pekat tersebut yaitu larutan tidak berwarna dan suhu naik karena terasa panas
pada saat asam sulfat diteteskan. Penetesan asam sulfat pekat kedalam 2-butanol bertujuan sebagai
katalis asam yang akan mengoksidasi alkohol menjadi karbon dioksida dan akan tereduksi sendiri
menjadi sulfur oksida pada saat yang sama. Reaksi dari asam sulfat dan 2-butanol menghasilkan
senyawa alkena. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
C4H9OH (aq) + H2SO4 (aq) C4H8 (l) + H2O (l)
(2-butanol) (asam sulfat) (butena) (air)
Perlakuan selanjutnya setelah mereaksikan asam sulfat dengan 2-butanol yaitu dilakukan
pemanasan pada larutan menggunakan penangas air selama 10 menit. Pemanasan ini berfungsi
untuk mempercepat terjadinya proses reaksi dalam larutan tersebut. Larutan sampel yang telah
dipanaskan kemudian didinginkan. Larutan sampel yang telah didinginkan kemudian dimasukkan
kedalam corong pisah, lalu ditambahkan akuades sebanyak 100 mL dan kloroform sebanyak 10 mL.
Penambahan akuades berfungsi sebagai pelarut senyawa polar dalam larutan sampel, sedangkan
penambahan kloroform bertujuan untuk memisahkan antara senyawa polar dan non polar. Akuades
tidak akan bisa bergabung dengan kloroform sedangkan alkena akan bergabung dengan kloroform
karena sama-sama bersifat non polar. Penambahan kloroform inilah yang akan mengidentifikasi
senyawa alkena dalam suatu sampel. Reaksi yang terjadi saat penambahan 100 mL akuades
kedalam larutan sampel adalah terlepasnya molekul air oleh katalis asam sulfat. Molekul akuades
yang lepas berubah menjadi senyawa alkena karena protonnya hilang. Campuran larutan didalam
corong pisah tersebut kemudian dikocok perlahan agar reaksi terjadi sampai terbentuk gas, lalu gas
dikeluarkan dengan cara membuka kran dari corong pisah. Gas yang dihasilkan dari campuran
lartan ini adalah gas CO2. Pengocokan dan pengeluaran gas dilakukan beberapa kali sampai gas
yang dihasilkan habis dan terbentuk 2 fase atau 2 lapisan yang berbeda atas dan bawah dalam
corong pisah tersebut. Lapisan atas ini merupakan senyawa alkena yang dihasilkan, sedangkan
lapisan bawahnya merupakan limbah. Lapisan bawah yang merupakan limbah tersebut tidak
digunakan dan dibuang, sedangkan lapisan atas diambil sebanyak 1 mL menggunakan pipet tetes
dan ditempatkan dalam tabung reaksi. Lapisan atas yang merupakan senyawa alkena dilakukan
pengujian lebih lanjut menggunakan air brom. Penetesan air brom dilakukan untuk reaksi adisi. Air
brom bertindak sebagai indikator ketidakjenuhan dari suatu larutan. Larutan yang akan diuji jika
bersifat jenuh, maka tidak terjadi perubahan warna ataupun bila terjadi perubahan warna maka
warnanya pudar, sedangkan jika larutan yang diuji tidak jenuh maka akan terjadi perubahan warna.
Senyawa alkena yang dihasilkan tersebut diambil sebanyak 1 mL dan langsung dimasukkan
kedalam tabung reaksi, kemudian ditetesi air brom sampai warna larutan tersebut konstan/tetap.
Larutan senyawa alkena tersebut memiliki warna konstan berupa warna kuning yaitu setelah
dilakukan penetesan air brom sebanyak 10 kali, hal ini membuktikan bahwa larutan yang dihasilkan
memanglah senyawa alkena yang bersifat tidak jenuh. Reaksi yang terjadi antara larutan senyawa
alkena dengan air brom merupakan reaksi adisi atau reaksi pemutusan ikatan rangkap. Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut :

Persamaan reaksi diatas menunjukkan bahwa senyawa alkena yang berupa butena bereaksi dengan
air brom maka akan menghasilkan senyawa alkana yang berupa 1,2-dibromobutana, pemutusan
ikatan terjadi karena penetesan air brom. Reaksi antara butena dengan air brom tersebut
membuktikan bahwa senyawa lapisan atas yang dihasilkan pada corong pisah memanglah senyawa
alkena.
Percobaan selanjutnya yaitu uji air brom terhadap senyawa organik murni yang berupa 2-
butanol. Uji air brom terhadap 2-butanol ini bertujuan untuk membandingkan dengan senyawa 2-
butanol pada percobaan sebelumnya yang sudah diubah menjadi senyawa alkena. Percobaan
dilakukan dengan memasukkan 1 mL senyawa 2-butanol kedalam tabung reaksi, lalu ditetesi air
brom. Warna konstan yang terbentuk yaitu lebih pudar dibandingkan dengan percobaan
sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa 2-butanol merupakan senyawa yang bersifat jenuh / tidak
memiliki ikatan rangkap. Warna larutan yang dihasilkan menjadi tidak tercampur atau tidak
menyatu, air brom berada di lapisan bawah sedangkan 2-butanol berada di lapisan atas dan larutan
2-butanol tersebut memiliki warna yang konstan ketika dilakukan penetesan air brom sebanyak 10
tetes. Hasil dari perlakuan ini mengindikasikan bahwa 2-butanol saat diberi air brom tidak
mengalami reaksi adisi. Reaksi adisi dapat diartikan sebagai reaksi pemutusan ikatan rangkap yang
bersifat tidak jenuh menjadi ikatan tunggal yang bersifat jenuh dan reaksi ini terjadi pada senyawa
tidak jenuh atau senyawa yang mempunyai ikatan rangkap. Larutan 2-butanol bukan merupakan
senyawa yang memiliki ikatan rangkap melainkan senyawa yang mengikat alkohol dan 2-butanol
bersifat jenuh sehingga tidak dapat bereaksi dengan air brom berbeda dengan butena yang dapat
direaksikan dengan air brom karena butena merupakan senyawa yang tidak jenuh dan memiliki
ikatan rangkap.
Percobaan pembuatan senyawa alkena yang kedua yaitu menggunakan sampel propanol,
dilakukan dengan cara meneteskan 1 tetes asam sulfat pekat kedalam sampel. Hasil dari penetesan
asam sulfat pekat tersebut yaitu larutan tidak berwarna dan suhu nak karena terasa panas. Penetesan
asam sulfat pekat kedalam propanol bertujuan sebagai katalis asam yang akan mengoksidasi alkohol
menjadi karbon dioksida dan akan tereduksi sendiri menjadi sulfur oksida pada saat yang sama.
Reaksi dari asam sulfat dan propanol menghasilkan senyawa alkena. Persamaan reaksinya adalah
sebagai berikut :
C3H7OH (aq) + H2SO4 (aq) C3H6 (l) + H2O (l)
(propanol ) (asam sulfat) (propena) (air)
Perlakuan selanjutnya setelah mereaksikan asam sulfat dengan propanol yaitu dilakukan pemanasan
pada larutan menggunakan penangas air selama 10 menit. Pemanasan ini berfungsi untuk
mempercepat terjadinya proses reaksi dalam larutan tersebut. Larutan sampel yang telah dipanaskan
kemudian didinginkan. Larutan sampel yang telah didinginkan kemudian dimasukkan kedalam
corong pisah, lalu ditambahkan akuades sebanyak 100 mL dan kloroform sebanyak 10 mL.
Penambahan akuades berfungsi sebagai pelarut senyawa polar dalam larutan sampel, sedangkan
penambahan kloroform bertujuan untuk memisahkan antara senyawa polar dan non polar. Akuades
tidak akan bisa bergabung dengan kloroform sedangkan alkena akan bergabung dengan kloroform
karena sama-sama bersifat non polar. Penambahan kloroform inilah yang akan mengidentifikasi
senyawa alkena dalam suatu sampel. Reaksi yang terjadi saat penambahan 100 mL akuades
kedalam larutan sampel adalah terlepasnya molekul air oleh katalis asam sulfat. Molekul akuades
yang lepas berubah menjadi senyawa alkena karena protonnya hilang. Campuran larutan didalam
corong pisah tersebut kemudian dikocok perlahan agar reaksi terjadi sampai terbentuk gas, lalu gas
dikeluarkan dengan cara membuka kran dari corong pisah. Gas yang dihasilkan dari campuran
lartan ini adalah gas CO2. Pengocokan dan pengeluaran gas dilakukan beberapa kali sampai gas
yang dihasilkan habis dan terbentuk 2 fase atau 2 lapisan yang berbeda atas dan bawah. Lapisan
atas ini merupakan senyawa alkena yang dihasilkan, sedangkan lapisan bawahnya merupakan
limbah dan terdapat gelembung. Lapisan bawah yang merupakan limbah tersebut tidak digunakan
dan dibuang, sedangkan lapisan atas diambil sebanyak 1 mL menggunakan pipet tetes dan
ditempatkan dalam tabung reaksi. Lapisan atas yang merupakan senyawa alkena dilakukan
pengujian lebih lanjut menggunakan air brom. Penetesan air brom dilakukan untuk reaksi adisi. Air
brom bertindak sebagai indikator ketidakjenuhan dari suatu larutan. Larutan yang akan diuji jika
bersifat jenuh maka tidak terjadi perubahan warna ataupun bila terjadi perubahan warna maka
warnanya pudar, sedangkan jika larutan yang diuji tidak jenuh maka akan terjadi perubahan warna.
Senyawa alkena yang dihasilkan tersebut langsung dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
ditetesi air brom sampai warna larutan tersebut konstan/tetap. Larutan senyawa alkena tersebut
memiliki warna konstan berupa warna kuning yaitu setelah dilakukan penetesan air brom sebanyak
10 kali, hal ini membuktikan bahwa larutan yang dihasilkan memanglah senyawa alkena yang
bersifat tidak jenuh. Reaksi yang terjadi antara larutan senyawa alkena dengan air brom merupakan
reaksi adisi atau reaksi pemutusan ikatan rangkap. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
Br
CH3
H2C CH3 + Br Br
prop-1-ene bromine Br
1,2-dibromopropane
Persamaan reaksi diatas menunjukkan bahwa senyawa alkena yang berupa propena bereaksi dengan
air brom maka akan menghasilkan senyawa alkana yang berupa 1,2-dibromopropana, pemutusan
ikatan terjadi karena penetesan air brom. Reaksi antara propana dengan air brom tersebut
membuktikan bahwa senyawa lapisan atas yang dihasilkan pada corong pisah memanglah senyawa
alkena.
Percobaan selanjutnya yaitu uji air brom terhadap senyawa organik murni yang berupa propanol.
Uji air brom terhadap propanol ini bertujuan untuk membandingkan dengan senyawa propanol pada
percobaan sebelumnya yang sudah diubah menjadi senyawa alkena. Percobaan dilakukan dengan
memasukkan propanol kedalam tabung reaksi, lalu ditetesi air brom. Warna konstan yang terbentuk
yaitu kuning lebih pekat dibandingkan dengan percobaan sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa
propanol merupakan senyawa yang bersifat jenuh / tidak memiliki ikatan rangkap. Larutan propanol
tersebut memiliki warna yang konstan ketika dilakukan penetesan air brom sebanyak 10 tetes. Hasil
dari perlakuan ini mengindikasikan bahwa propanol saat diberi air brom tidak mengalami reaksi
adisi. Reaksi adisi dapat diartikan sebagai reaksi pemutusan ikatan rangkap yang bersifat tidak
jenuh menjadi ikatan tunggal yang bersifat jenuh dan reaksi ini terjadi pada senyawa tidak jenuh
atau senyawa yang mempunyai ikatan rangkap. Larutan propanol bukan merupakan senyawa yang
memiliki ikatan rangkap melainkan senyawa yang mengikat alkohol dan propanol bersifat jenuh
sehingga tidak dapat bereaksi dengan air brom berbeda dengan propena yang dapat direaksikan
dengan air brom karena butena merupakan senyawa yang tidak jenuh dan memiliki ikatan rangkap.

Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan alkena ini adalah senyawa alkena dapat dibuat dengan
reaksi dehidrasi senyawa alkohol. Reaksi dehidrasi yaitu lepasnya molekul air yang dapat dilakukan
dengan cara mengikat air dengan kuat menggunakan asam sulfat pekat. Proses terlepasnya molekul
air inilah yang diikuti dengan hilangnya proton yang kemudian akan dihasilkan senyawa alkena.
Senyawa alkena yang berhasil dibuat yaitu butena dan propena. Kedua senyawa ini diuji dengan air
brom untuk memastikan bahwa senyawa tersebut benar-benar merupakan senyawa tidak jenuh atau
senyawa alkena. Senyawa organik berupa 2-butanol dan propanol diuji dengan air brom juga
sebagai perbandingannya.

Saran
Saran yang untuk praktikum pembuatan alekana ini yaitu praktikan harus lebih menguasai teori
tentang percobaan yang akan dilakukan agar tidak kebingungan pada saat melakukan praktikum
didalam laboratorium. Praktikan harus teliti dan hati-hati dalam melakukan setiap pengujian.
Praktikan juga harus teliti dalam menggunakan setiap alat yang ada, alat yang akan digunakan pada
percobaan harus bersih dan steril agar hasil percobaan yang akan dilakukan pun sesuai dengan teori-
teori yang ada. Praktikan sebaiknya lebih berhati-hat dalam pencucian alat terutama pada corong
pisah agar tidak terjadi kerusakan alat akibat pencucian alat yang selesai digunakan.

Referensi
Bruice. P. Y. 2011. Organic Chemistry 4th Edition. London: Prentice-Hall, Inc.
Fessenden, J. Ralph. 1998. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara.
Hoffman, Robert, V. 2004. Organic Chemistry Second Edition. New Jersey : John Wiley & Sons.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Akuades. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9927321. [13 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Sulfuric Acid. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9925146. [13 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of n-Propyl Alcohol. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9924736. [13 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Chloroform. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9927133. [13 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Ethyl Alcohol. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9923956. [13 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Bromine. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9927659. [13 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of 1-Butanol. [Serial Online].
www.sciencelab.com/msds.php?msdsId= 9927115. [13 Oktober 2018].
Suminar, A. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi keempat Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Tim Penyusun. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Organic 1. Jember: Universitas Jember.
Wade, L.G, Jr. 2006. Organic Chemistry Sixth Edition. California : Pearson Prentice Hall.

Nama Praktikan
Leyla Novita Brigiyanti (171810301037)

Anda mungkin juga menyukai