Alkena merupakan suatu senyawa hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap
dua atau antara dua atom C yang berurutan. Alkena disebut hidrokarbon tidak jenuh karena tidak
mempunyai jumlah maksimum atom yang dapat ditampung oleh setiap atom karbon. Alkena
mempunyai ikatan sigma dan ikatan phi antara dua atom karbon yang berhadapan. Alkena merupakan
senyawa yang relatif stabil, akan tetapi lebih reaktif dari alkana karena terdapatnya ikatan rangkap
karbon-karbon (C=C). Ikatan rangkap ini lebih kuat dari ikatan tunggal alkana akan tetapi sebagian
besar reaksi alkena terjadi pada ikatan rangkap yang menghasilkan dua ikatan tunggal (Wade, 2006).
Sintesis alkena dengan beberapa metode, diantaranya yaitu dehidrohalogenasi alkil halida baik
secara E1 maupun E2, dehalogenasi dihalida visinal seperti dibrominasi dari dibromida visinal, dehidrasi
alkohol, dehidrohalogenasi alkana, reaksi eliminasi Hoffman and Cope, redukksi alkuna, reaksi Witting
dan Cracking. Metode yang akan dilakukan pada percobaan ini adalah metode dehidrasi alkohol.
Dehidrasi alkohol merupakan metode paling umum untuk membuat alkena. Kata dehidrasi secara garis
besar berarti penghilangan air. Hilangnya air (H2O) diikiti dengan hilangnya proton sehingga akan
menghasilkan alkena. Dehidrasi merupakan reaksi reversibel dan dalam kebanyakan kasus, konstanta
kesetimbangan tidak besar. Dehidrasi dapat dipaksa selesai dalam menghilangkan produk sampingan
dari reaksi campuran ketika terbentuk (Wade, 2006).
Reaksi dehidrasi didefinisikan sebagai reaksi yang melibatkan pelepasan air dari molekul yang
bereaksi. Reaksi dehidrasi merupakan subset dari reaksi eliminasi karena gugus hidroksil (-OH) adalah
gugus lepas yang buruk, pemberian katalis asam Brønsted sering kali membantu protonasi gugus
hidroksil, menjadikannya gugus lepas yang baik, H2O. Dehidrasi alkohol merupakan rute sintesis yang
bermanfaat pada alkena. Agen dehidrasi yang umum meliputi asam sulfat pekat, asam fosfat pekat,
aluminium oksida panas, keramik panas (Hoffman, 2004).
Reaksi eliminasi alkohol menjadi alkena dapat juga disebut dehidrasi, karena adanya pelepasan
H2O. Dehidrasi alkohol sekunder dan alkohol tersier adalah reaksi E1 (eliminasi 1) yang melibatkan
pembentukan karbokation, sedangkan dehidrasi alkohol primer adalah reaksi E2 (eliminasi 2) dimana
hanya terjadi satu tahap, yaitu tahap pertama asam akan memprotonasi oksigen dari alkohol, proton
diserang oleh basa dan membentuk ikatan rangkap karbon-karbon (C=C) melalui lepasnya molekul air.
Perbedaan mekanisme reaksi tersebut disebabkan oleh mudah tidaknya pelepasan H2O setelah
diprotonasi, dengan kata lain tergantung pada kestabilan ion karbokation yang terbentuk. Kestabilan
kerbokation dapat digambarkan sebagai berikut: tersier > sekunder > primer > metil (Matsjeh, 1993).
Reagen dehidrasi
Alkohol pada umumnya menjalani reaksi eliminasi jika dipanaskan dengan katalis asam kuat,
misal H2SO4 atau asam fosfat (H3PO4) untuk menghasilkan alkena dan air. Asam sulfat pekat akan
menimbulkan banyak reaksi sampingan. Katalis ini tidak hanya bersifat asam, tetapi juga merupakan
agen pengoksidasi kuat. Katalis ini mengoksidasi beberapa alkohol menjadi karbon dioksida dan disaat
yang sama tereduksi dengan sendirinya menjadi sulfur oksida. Kedua gas ini (karbon dioksida dan
sulfur oksida) harus dikeluarkan dari alkena (Wade, 2006).
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-
OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-OH. Alkohol
merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan ke banyak
tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksinya dapat
menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa
mengandung ikatan O-H (Fessenden, 1998).
Asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ) atau asam fosfat pekat (H3PO4) sering digunakan sebagai
reagen untuk dehidrasi karena asam ini bertindak baik sebagai katalis asam dan sebagai agen dehidrasi.
Alkohol dicampurkan dengan asam sebagai agen dehidrasi, kemudian dididihkan. Alkena mendidih
pada suhu yang lebih rendah daripada alkohol karena adanya ikatan hidrogen pada alkohol. Alkena
adalah hasil dari destilasi. Hidrasi asam ini sangat eksotermik. Gugus hidroksil dari alkohol adalah
gugus pergi yang jelek (-OH), tetapi protonasi oleh katalis asam mengkonversinya menjadi gugus pergi
yang baik (H2O). Langkah kedua, hilangnya air dari alkohol terprotonasi membentuk karbokation,
karbokation merupakan asam yang sangat kuat. Setiap basa lemah seperti H2O atau H 2 SO 4
memindahkan satu proton dari karbon β (karbon yang berdekatan dengan karbokation) membentuk
alkena dan katalis asam terbentuk kembali (Bruice, 2011).
Gugus hidroksil bukan merupakan leaving group (gugus pergi) yang baik, akan tetapi di bawah
kondisi asam, gugus hidroksil dapat diprotonasi. Ionisasi akan menghasilkan suatu molekul air dan
kation, yang selanjutnya dapat mengalami deprotonasi untuk memberikan alkena. Dehidrasi alkohol 2°
dan alkohol 3° adalah reaksi E1 (eliminasi 1) yang melibatkan pembentukan karbokation, sedangkan
dehidrasi alkohol 1° adalah reaksi E2 (eliminasi 2). Suatu reaksi E2 terjadi pada satu tahap, yaitu tahap
pertama asam akan memprotonasi oksigen dari alkohol, proton diambil oleh basa (H2SO4-) dan secara
simultan membentuk ikatan rangkap karbon-karbon (C=C) melalui hilangnya molekul air. Apabila
reaksi dehidrasi alkohol menghasilkan lebih dari satu produk, maka hasil utama dapat diramalkan
berdasarkan kaidah Zaitsev yaitu alkena yang lebih tersubstitusi dihasilkan lebih banyak daripada
alkena yang kurang tersubstitusi (Hoffman, 2004).