Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan


suatu unsur kimia dalam suatu cuplikan yang tidak diketahui. Analisis
kualitatif merupakan salah satu cara yang efektif untuk mempelajari unsur-
unsur kimia.Hal ini juga dapat melacak beberapa gugus fungsional organik.
Dalam metode analisis kualitatif gugus fungsional digunakan beberapa
pereaksi diantaranya pereaksi oksidasin yang mengoksidasi suatu gugus
fungsional,seperti alkohol sekunder yang dioksidasi menjadi keton.
Berdasarkan ciri-ciri fisik gugus fungsional yang dibetuk saat uji kualitatif
gugus fungsional dapat ditentukan senyawa yang di uji memiliki gugus fungsi
tertentu.Dengan demikian di dalam makalah ini akan di bahas tetang ciri-ciri
fisik dan cirri-ciri kimia suatu gugus fungsional.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, dapat disusun pertanyaan yang akan menjadi fokus
pembahasan dalam makalah ini, yaitu

Bagaimana cara mengetagui gugus fungsional suatu senyawa organik yang


belum diketahui gugus fungsionalnya ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Organik I


2. Menjelaskan tentang gugus fungsional senyawa organik
3. Mengajak pembaca untuk lebih memahami tentang gugus fungsional
senyawa organik

PEMBAHASAN

1
Gugus Fungsi

1. Alkohol
Berdasarkan jenis atom karbon yang mengikat gugus OH, alkohol dibedakan atas
alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Dalam alkohol primer,
gugus OH terikat pada atom karbon primer, dan seterusnya.

a. Tata Nama Alkohol


Nama IUPAC alkohol diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi ol.
CH3- CH2- CH2- OH 1-Propanol
Selain nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim, yaitu alkil
alkohol.
CH3- CH2- OH etil alkohol
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Alkohol
-Sifat Fisis
Alkohol mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi. Pada suhu kamar,
alkohol suku rendah berbentuk cairan, suku sedang berupa cairan kental,
sedangkan suku tinggi berbentuk padatan.
- Sifat Kimia
Gugus OH merupakan gugus yag cukup reaktif sehingga alkohol mudah terlibat
dalam berbagai jenis reaksi. Reaksi dengan logam aktif misalnya logam natrium
dan kalium membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Alkohol sederhana mudah
terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Jika alcohol dipanaskan
bersama asam sulfat pekat akan mengalami dehidrasi (melepas molekul air)
membentuk eter atau alkena.

2
c. Reaksi-Reaksi Alkohol
- Reaksi dengan logam aktif. Atom H dari gugus H dapat disubtitusi oleh logam
aktif misalnya natrium dan kalium.
- Subtitusi gugus OH oleh halogen. Gugus OH dapat disubtitusi oleh atom
halogen bila direaksikan dengan HX pekat, atau PXs (X = Halogen).
- Oksidasi Alkohol. Dengan zat-zat pengoksidasi sedang seperti larutan K 2Cr2O7
dalam lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut :
alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut
membentuk asam karboksilat
alkohol sekunder membentuk keton
alkohol tersier tidak teroksidasi. Dalam oksidasi alkohol, sebuah atom
oksigen dari oksidator akan menyerang atom H Karbinol
- Pembentukan Ester (Esterifikasi). Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat
membentuk ester dan air.
- Dehidrasi alkohol. Jika dipanaskan bersama asam sulfat pekat akan mengalami
dehidrasi (melepas molekul air) membentuk ester atau alkena.

2. Aldehida
Gugus fungsi aldehida itu disebut juga gugus formil.
a. Tata Nama Aldehida
Nama alkanal diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran
a menjadi al. Tata nama isomer alkanal pada dasarnya sama seperti tatanama
alkanol, tetapi posisi gugus fungsi ( -CHO ) tidak perlu dinyatakan karena selalu
menjadi atom karbon nomor satu.
CH3-CH-CH2-CHO
|
CH3
3-metilbutanal
Nama lazim aldehida diturunkan dari nama lazim asam karboksilat yang sesuai
dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan membuang kata asam.
Misalnya asam format nama lazimnya adalah formaldehida.
Rumus struktur

3
b. Sifat-Sifat Aldehida
- Oksidasi
Pereaksi Tollens adalah suatu larutan basa dari ion kompleks perakamonia.
Pereaksi tollens dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan
amonia, sedit demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut
kembali.Jika aldehid bereaksi dengan pereaksi tollens akan membentuk endapan
Ag berwarna perak.
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A
adalah larutan tembaga sulfat, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan
NaOH dan kalium-natrium tartrat (garam Rochlle). Pereaksi Fehling dibuat
dengan mencampurkan kedua campuran tersebut, dicampurkan dengan larutan
NaOH, membentuk suatu larutan yang berwarna biru tua.Jika pereaksi fehling
bereaksi dengan aldehid akan membentuk endapan CuO yang berwarna merah
- Adisi Hidrogen (Reduksi)
Ikatan rangkap -C=O dari gugus fungsi aldehida dapat diadisi gas hidrogen
membentuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebabkan penurun bilangan
oksidasi atom karbon gugus fungsi. Oleh karena itu adisi hidrogen tergolong
reduksi.

3. Asam Karboksilat (alkanoat)


a. Tata Nama Alkanoat
Nama asam alkanoat diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi oat dan memberi awalan asam. Misalnya alkana menjadi asam
alkanoat.
CH3-CH-CH2-COOH
|

4
CH3
asam 3-metilbutanoat
Nama lazim asam karboksilat. Misalnya asam metanoat nama lazimnya
adalah asam format.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Asam Karboksilat


- Sifat Fisis
Memiliki ikatan hidrogen yang kuat antara molekul-molekul asam karboksilat.
Titik leleh dan titik didih relatif lebih tinggi. Asam-asam yang berbobot-molekul
rendah larut dalam air maupun dalam pelarut organik.
- Sifat Kimia
Semua asam karboksilat tergolong asam lemah, harga tetapan
kesetimbangan 5. Makin bertambah atom karbon, makin lemah asamnya
(Ka), sekitar 1 x 10-5 sifat asamnya.
Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam.
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol, membentuk ester (Reaksi
Esterifikasi).
c. Reaksi-Reaksi Asam Karboksilat
- Reaksi penetralan
Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam dan air. Garam natrium
atau kalium dari asam karboksilat membentuk sabun. Sabun natrium juga dikenal
juga sabun keras, sedangkan sabun kalium disebut juga sabun lunak. Sebagai
contoh adalah natrium stearat dan kalium stearat. Asam alkanoat merupakan asam
lemah. Semakin panjang rantai alkilnya, semakin lemah asamnya. Asam format
adalah yang paling kuat, asam ini mempunyai Ka = 1,8 x 10-4. Oleh karena itu
kalium dan natrium mengalami hidrolisis parsial dan bersifat basa.
- Reaksi pengesteran
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang disebut
Esterifikasi (Pengesteran).

5
4. Eter
a. Tata Nama Eter
Nama lazim dari eter adalah alkil alkil eter, yaitu nama kedua gugus alkil diikuti
kata eter (dalam tiga kata yang terpisah).
CH3- CH2- O - CH3 Metil etil eter
Nama IUPAC adalah alkoksialkana. Dalam hal ini eter dianggap sebgai turunan
alkana yang satu atom H alkana diganti oleh gugus alkoksi (-OR).
Rumus struktur Eter

b. Sifat-Sifat Eter
- Sifat Fisis
Titik cair dan titik didih eter jauh lebih rendah daripada alkohol. Demikian juga
dalam hal kelarutan, eter lebih besar sukar larut dalam air daripada alkohol. Pada
umumnya eter tidak bercampur dengan air. Pada suhu kamar, kelarutan etil eter
dalam air hanya 1,5 %. Hal ini terjadi karena molekul eter kurang polar.
- Sifat Kimia
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Eter tidak
beraksi dengan logam natrium. Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI.
c. Reaksi-Reaksi Eter
- Pembakaran. Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap
air.
- Reaksi logam aktif. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam aktif).
- Reaksi dengan PCLs. Eter bereaksi dengan PCLs, tetapi tidak membebaskan
HCl.
- Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX).

5. Ester
a. Tata Nama Ester

6
Ester turunan alkana diberi nama alkil alkanoat. Yang disebut alkil pada nama itu
adalah gugus karbon yang terikat pada atom O (gugus R'), sedangkan alkanoat
adalah gugus R-COOH-. Atom C gugus fungsi masuk ke dalam bagian alkanoat.
Rumus struktur

b. Sifat- Sifat ester


- Sifat fisis
Walaupun senyawa-senyawa ester berasal dari turunan asam karboksilat namun
sifat-sifatnya sangat berbeda. Titik didih ester jauh lebih rendah daripada asam
karboksilat yang sesuai. Ester yang memiliki sepuluh atom karbon atau kurang
(yaitu ester dari asam karboksilat dan alkohol yang berbobot molekul rendah)
pada suhu kamar berupa zat cair yang mudah menguap dan mempunyai aroma
yang sedap seperti yang terdapat dalam ester buah-buahan.
- Sifat kimia
Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan asam
karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dari pengesteran. Reaksi ester
(khususnya lemak dan minyak) dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau KOH
membentuk garam karboksilat yang disebut sabun. Reaksi ini dikenal dengan
nama saponifikasi. Pada pembuatan sabun juga terbentuk gliserol sebagai hasil
sampingan. Ester dapat direduksi dengan litium aluminium hidrida menjadi
alkohol.
c. Reaksi-Reaksi Ester
- Hidrolisis
Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan asam
karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis
lemak atau minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Contoh
hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam stearat.
- Penyabunan

7
Reaksi ester (khususnya lemak dan minyak) dengan suatu basa kuat seperti NaOH
atau KOH menghasilkan sabun. Oleh karena itu reaksinya disebut reaksi
penyabunan (saponifikasi). Pada pembuatan sabun juga terbentuk gliserol sebagai
hasil sampingan.
Gambar reaksi hidrolisis dan penyabunan

6. Haloalkana
a. Tata Nama Haloalkana
Haloalkana adalah senyawa turunan alkana dengan satu atau lebih atom H
digantikan dengan atom hidrogen, aturan penamaan haloalkana sebagai berikut :
Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung atom halogen
Penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga atom halogen
mendapat nomor terkecil
Nama Halogen ditulis sebagai awalan dengan sebutan bromo, kloro,
fluoro dan iodo
Terdapat lebih dari sejenis halogen maka prioritas penomoran di dasarkan
pada kereaktifan halogen
Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis dinyatakan dengan
awalan di, tri, dan seterusnya
Jika terdapat rantai samping (cabang alkil), maka halogen didahulukan

8
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Haloalkana
- Sifat fisis
Kloroform adalah suatu zat cair mudah menguap, mudah terbakar dan
tidak larut dalam air tapi mudah larut dalam alkohol atau eter, bersifat
toksik karena dapat merusak hati.
Iodoform, suatu zat padat berwarna kuning dan mempunyai bau yang
khas.
Karbon tetra klorida (CCl4), suatu zat cair yang tidak berwarna dengan
massa jenis yang lebih besar dari air.
- Sifat kimia
Senyawa halogen sangat penting karena berbagai sebab, alkil dan aril halide
sederhana, terutama klorida dan bromida adalah cikal bakal sintesis kimia
organik. Melalui reaksi subtitusi halogen dapat digantikan oleh gugus fungsi lain.
Etil bromida bereaksi dengan ion hidroksida menghasilkan etil alkohol dan ion
bromida.
c. Reaksi-Reaksi Haloalkana
Haloalkana dibuat melalui proses subtitusi, dapat dibuat bahan kimia lainnya
melalui berbagai reaksi khususnya subtitusi dan eliminasi.
a. Subtitusi
Atom Halogen dari Haloalkana dapat diganti oleh gugus OH jika Haloalkana
direaksikan dengan suatu larutan basa kuat, misalnya dengan NaOH.
b. Eliminasi Hx.
Haloalkana dapat mengalami eliminasi Hx jika dipanaskan bersama suatu
alkoksida.

7. Keton
a. Tata Nama Keton

9
Nama alkanon diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti
akhiran a menjadi on. Nama lazim keton adalah alkil alkil keton. Kedua gugus
alkil disebut secara terpisah kemudian diakhiri dengan kata keton.
CH3-CO-C2H5 metil etil keton
CH3-CO-CH3 dimetil keton
Rumus struktur Keton

b. Sifat-Sifat Keton
- Oksidasi
Keton adalah reduktor yang lebih lemah daripada aldehida. Zat-zat pengoksidasi
lemah seperti pereaksi Tollens dan Fehling tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh
karena itu aldehida dan keton dapat dibedakan dengan menggunakan peraksi-
peraksi tersebut.
- Reduksi ( Adisi Hidrogen )
Reduksi keton menghasilkan alkohol primer.
8. Amida
Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki dua pengertian.
Jenis pertama adalah gugus fungsional organik yang memiliki gugus karbonil
(C=O) yang berikatan dengan suatu atom nitrogen (N), atau suatu senyawa yang
mengandung gugus fungsional ini. Jenis kedua adalah suatu bentuk anion
nitrogen. Ditinjau dari strukturnya turunan asam karboksilat merupakan senyawa
yang diperoleh dari hasil pergantian gugus -OH dalam rumus struktur R-COOH
oleh gugus X (halogen), -NH2,- OR, atau OORCR. Masing-masing asil
penggantian merupakan kelompok senyawa yang berbeda sifatnya dan berturut-
turut dinamakan kelompok halida asam (R-COX), amida(RCONH2), ester
(RCOOR) dan anhidrida asam karboksilat (RCOOORCR).
a. Tata Nama Amida
Tata nama amida sesuai dengan nama asam asalnya. Amida diberi nama
dengan mengganti akhiran at atau oat dengan akhiran amida.
Rumus struktur

10
b. Sifat-Sifat Amida
- Sifat-sifat Fisis
Kepolaran molekul senyawa turunan asam karboksilat yang disebabkan oleh
adanya gugus karbonil (-C-), sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisiknya (titik
didih, titik lebur dan kelarutan) diketahui bahwa titik didih halida asam, anhidrida
asam karboksilat dan ester hampir sama dengan titik didih aldehid dan keton yang
berat molekulnya sebanding. Perlu diingat bahwa aldehid dan keton adalah
senyawa yang juga mengandung gugus karbonil. Khusus untuk senyawa amida,
ternyata harga titik didihnya cukup tinggi.
- Sifat-sifat Kimia
Ciri-ciri umum reaksinya seperti yang di uraikan di bawah ini :
a. Keberadaan gugus karbonil dalam turunan asam karboksilat sangat menentukan
kereaktifan dalam reaksinya, walaupun gugus karbonil tersebut tidak mengalami
perubahan.
b. Gugus asil (R-C=O) menyebabkan turunan asam karboksilat mudah mengalami
substitusi nukleofilik. Dalam substitusi ini, atom/gugus yang berkaitan dengan
gugus asil digantikan oleh gugus lain yang bersifat basa.
c. Reaksi substitusi nukleofilik pada turunan asam karboksilat berlangsung lebih
cepat dari pada reaksi substitusi nukleofilik pada rantai karbon jenuh (gugus
alkil).
c. Reaksi-Reaksi amida
- Hidrolisis
Hidrolisis suatu amida dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa. Dalam
lingkungan asam, terjadi reaksi antara air dengan amida yang telah terprotonasi
dan menghasilkan asam karboksilat NH3. Dalam lingkungan basa, terjadi
serangan OH- pada amida dan menghasilkan anion asam karboksilat +NH 3.
Amida sangat kuat/tahan terhadap hidrolisis. Tetapi dengan adanya asam atau basa
pekat, hidrolisis dapat terjadi menghasilkan asam karboksilat.

11
- Pembuatan Amida
Suatu anhidrida siklik seperti halnya anhidrida yang lain, dapat bereaksi dengan
amoniak , tetapi hasil reaksinya mengandung dua macam gugus, yaitu gugus
CONH2 dan gugus COOH. Bila hasil reaksi ini dipanaskan, terjadi pelepasan
satu molekul air dan terbentuk suatu Amida.

9. Amina
a. Tata Nama Amina
- Tata Nama IUPAC (Sistematik)
Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti nama
sistematik alkohol, monohidroksi akhiran a dalam nama alkana induknya diganti
oleh kata amina.
Contoh:
CH3- CH-CH3
2-propanamina
NH2
CH3-CH2-CH-CH2-CH3
3-pentanamina
NH3
Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada atom N
tidak sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai amina primer
yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa gugus
subtituen yang lebih besar dianggap sebagai amina induk, sedangkan gugus
subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan cara menggunakan
awalan N (yang berarti terikat pada atom N).
Contoh:
CH3NCH3N3N -dimetilsiklopentamina
- Tata Nama Trivial
Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan menyebutkan gugus-
gugus alkil/aril yang terikat pada atom N dengan ketentuan bahwa urutan
penulisannya harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam nama

12
gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina di belakang nama gugus-gugus
tersebut.
Contoh:
CH3

CH3NH2CH C NH2 Metilamina tersier-butilamina

CH3
b. Sifat-Sifat Amina
- Sifat Kimia
Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa polar yang
mudah larut dalam air.
Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan seiring bertambah
cenderung bertambah panjangnya rantai karbon.
Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air
bersifat basa.
- Sifat Fisis
Suku-suku rendah berbentuk gas.
Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
Mudah larut dalam air
Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya Berat Molekul.
c. Reaksi-Reaksi Amina
- Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
1. Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkan alkohol disertai
pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2 CH3-CH-OH + N2 + H2O

CH3 CH3
Isopropilamina (amina 1) isopropil alkohol (alkohol 2)
2. Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan senyawa
Nnitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O Contoh :
H N=O N + HNO2 N + H2OCH3CH3
n-metilanilina n-metilnitrosoanilina

13
3. Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi yang
ditentukkan oleh jenis amina tersier yang digunakan. Pada amina
alifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO2 mengakibatkan
terjadinya substitusi cincin aromatik oleh gugus NO. Contoh :
CH3 CH2 N + HNO2 N + H2O CH3 CH3
N,N-dietilanilina p-nitroso N,N- dimetilanilina
4. Amina aromatik primer jika direaksikan dengan HNO2 pada suhu 0C
menghasilkan garam diazonium. Contoh:
NH2 + HNO2 + HCl N= :Cl + 2H2O
Anilina benzenadiaazonium klorida
- Reaksi Amina dengan Asam Klorida
Contoh :
(CH3CH2)2NH + HCl (CH3CH2)2NH + Cl-
Dietilamonium klorida

10. Alkana
Aturan-aturan pemberian nama sistematik alkana bercabang menurut IUPAC:
Nama umum ditambah n (normal) untuk alkana yang tidak bercabang.
CH3CH2CH2CH3 n-butana
Untuk alkana yang rantainya bercabang, rantai utamanya adalah rantai
dengan jumlah atom C terpanjang. Gugus yang terikat pada rantai utama
disebut substituen. Substituen yang diturunkan dari suatu alkana dengan
mengurangi satu atom H disebut gugus alkil. Gugus alkil memiliki rumus
umum -CnH2n+1 dan dilambangkan dengan R. Pemberian nama gugus
alkil sesuai dengan nama alkana, tetapi mengganti akhiran -ana pada
alkana asalnya dengan akhiran il.
Rantai terpanjang dinomori dari ujung yang paling dekat dengan
substituent sehingga rantai cabang memberikan nomor yang sekecil
mungkin. Pada pemberian nama, hanya nomor atom karbon rantai utama
yang mengikat substituen dituliskan kemudian diikuti nama substituen.
Jika terdapat lebih dari satu substituen yang sama, maka nomor
masingmasing atom karbon rantai utama yang mengikat substituen
semuanya harus dituliskan. Jumlah substituen ditunjukkan dengan awalan

14
di, tri, tetra, penta, heksa dan seterusnya, yang berturut-turut menyatakan
jumlah substituent sebanyak dua, tiga, empat, lima dan seterusnya.
Penomoran tetap dimulai dari ujung yang paling dekat dengan substituen.
Jika terdapat dua atau lebih substituen yang berbeda, maka dalam
penulisan nama disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama dari nama
substituen. Penomoran rantai utama dimulai dari ujung rantai yang nama
substituent berdasarkan urutan abjad lebih awal. Awalan di, tri, tetra,
penta, heksa dan seterusnya tidak perlu diperhatikan dalam penentuan
urutan abjad.
Awalan-awalan sek-, ters- yang diikuti tanda hubung tidak perlu
diperhatikan dalam penentuan urutan abjad. Sedangkan awalan iso dan neo
tidak perludipisahkan dengan tanda hubung dan diperhatikan dalam
penentuan urutan abjad. Awalan iso menunjukkan adanya gugus
CH(CH3)2 dan awalan neomenunjukkan adanya gugus C(CH3)3.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Alkana
- Sifat Fisis
Merupakan senyawa nonpolar, sehingga tidak larut dalam air.
Pada suhu kamar, alkana dengan atom C1-C4 berfase gas, C5-C17 berfase
cair dan > C18 berfase padat.
Bila rantai C semakin panjang viskositas (kekentalan) semakin tinggi, titik
didih semakin tinggi.
Untuk alkana yang berisomer, dengan atom C sama banyak, semakin
banyak jumlah cabang semakin rendah titik didihnya.
- Sifat Kimia
Dapat mengalami reaksi substitusi/pergantian atom bila direaksikan
dengan halogen (F2, Cl2, Br2, I2). Contoh:

15
Reaksi oksidasi/reaksi pembakaran dengan gas oksigen menghasilkan
energi.Pembakaran sempurna menghasilkan CO2, pembakaran tidak
sempurna menghasilkan gas CO. Reaksi yang terjadi:
CH4(g) + 2O2(g) -----> CO2(g) + 2H2O(g) + energi
CH4(g) + 1/2O2(g) ------> CO(g) + 2H2O(g) + energi
Reaksi eliminasi, penghilangan beberapa atom untuk membentuk zat baru.
Alkana dipanaskan mengalami eliminasi dengan bantuan katalis logam
Pt/Ni akan terbentuk senyawa ikatan rangkap /alkena.
c. Reaksi-Reaksi Alkana
Oksidasi
Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah atau agak kuat seperti KMNO 4,
tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara bila dibakar. Oksidasi yang cepat
dengan oksigen yang akan mengeluarkan panas dan cahaya disebut pembakaran
atau combustion.
Hasil oksidasi sempurna dari alkana adalah gas karbon dioksida dan sejumlah air.
Sebelum terbentuknya produk akhir oksidasi berupa CO 2 dan H2O, terlebih dahulu
terbentuk alkohol, aldehid dan karboksilat. Alkana terbakar dalam keadaan
oksigen berlebihan dan reaksi ini menghasilkan sejumlah kalor (eksoterm).
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2 + 212,8 kkal/mol
C4H10 + 2O2 CO2 + H2O + 688,0 kkal/mol
Reaksi pembakaran ini merupakan dasar penggunaan hidrokarbon sebagai
penghasil kalor (gas alam dan minyak pemanas) dan tenaga (bensin), jika oksigen
tidak mencukupi untuk berlangsungnya reaksi yang sempurna, maka pembakaran
tidak sempurna terjadi. Dalam hal ini, karbon pada hidrokarbon teroksidasi hanya
sampai pada tingkat karbon monoksida atau bahkan hanya sampai karbon saja.
2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O
CH4 + O2 C + 2H2O
Halogenasi
Alkana dapat bereaksi dengan halogen (F2, Cl2, Br2, I2 ) menghasilkan alkil
halida. Reaksi dari alkana dengan unsur-unsur halogen disebut reaksi halogenasi.

16
Reaksi ini akan menghasilkan senyawa alkil halida, dimana atom hidrogen dari
alkana akan disubstitusi oleh halogen sehingga reaksi ini bisa disebut reaksi
substitusi.
Halogenasi biasanya menggunakan klor dan brom sehingga disebut juga klorinasi
dan brominasi. Halogen lain, fluor bereaksi secara eksplosif dengan senyawa
organik sedangkan iodium tak cukup reaktif untuk dapat bereaksi dengan alkana.
Laju pergantian atom H sebagai berikut H3 > H2 > H1. Kereaktifan halogen dalam
mensubtitusi H yakni fluorin > klorin > brom > iodin. Reaksi antara alkana
dengan fluorin menimbulkan ledakan (eksplosif) bahkan pada suhu dingin dan
ruang gelap.
CH4 + 2F2 C + 4CF
Sulfonasi
Sulfonasi merupakan reaksi antara suatu senyawa dengan asam sulfat. Reaksi
antara alkana dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan asam alkana
sulfonat. Dalam reaksi terjadi pergantian satu atom H oleh gugus SO3H. Laju
reaksi sulfonasi H3 > H2 > H1.
Contoh
CH3CH2CH2CH3 + OH-SO3H CH3CH2CHCH3 + H2O

SO3H
Nitrasi
Reaksi nitrasi analog dengan sulfonasi, berjalan dengan mudah jika terdapat
karbon tertier, jika alkananya rantai lurus reaksinya sangat lambat.

CH3 CH3

CH3-C-H + HNO3 CH3-C-NO2 + H2O

CH3 CH3

17
Pirolisis (Cracking)
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000 C tanpa oksigen, akan
dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek. Proses pirolisis dari metana
secara industri dipergunakan dalam pembuatan karbon-black. Proses pirolisis juga
dipergunakan untuk memperbaiki struktur bahan bakar minyak, yaitu berfungsi
untuk menaikkan bilangan oktannya dan mendapatkan senyawa alkena yang
dipergunakan sebagai pembuatan plastik. Cracking biasanya dilakukan pada
tekanan tinggi dengan penambahan suatu katalis (tanah liat aluminium silikat).

11. Alkena
a. Tata Nama Alkena
Pemberian nama untuk senyawa-senyawa alkena berdasarkan sistem IUPAC
mirip pemberian nama pada alkana. Rantai utama alkena merupakan rantai
dengan jumlah atom C terpanjang yang melewati gugus ikatan rangkap dan
atom C yang mengandung ikatan rangkap ditunjukan dengan nomor.
Ikatan rangkap yang dinomori diusahakan memperoleh nomor serendah
mungkin. Pemberian nama pada alkena yaitu mengganti akhiran ana pada
alkana dengan akhiran ena dengan jumlah atom C sama dengan alkana.
Pemberian nama untuk alkena bercabang seperti pemberian nama pada alkana.
Alkena-alkena suku rendah nama umum lebih sering digunakan dibanding
nama sistematik.
Rumus struktur

b. Sifat-Sifat Alkena

18
- Sifat Fisis
Pada suhu kamar, tiga suku yang pertama adalah gas, suku-suku
berikutnya
adalah cair dan suku-suku tinggi berbentuk padat. Jika cairan alkena
dicampur dengan air maka kedua cairan itu akan membentuk lapisan yang
saling tidak bercampur. Karena kerapatan cairan alkena lebih kecil dari 1
maka cairan alkena berada di atas lapisan air.
Dapat terbakar dengan nyala yang berjelaga karena kadar karbon alkena
lebih tinggi daripada alkana yang jumlah atom karbonnya sama.
- Sifat Kimia
Alkena dapat mengalami adisi. Adisi adalah pengubahan ikatan rangkap (tak
jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh) dengan cara menangkap atom/gugus lain.
Pada adisi alkena 2 atom/gugus atom ditambahkan pada ikatan rangkap C=C
sehingga diperoleh ikatan tunggal C-C. Beberapa contoh reaksi adisi pada alkena:

a. Reaksi alkena dengan halogen (halogenisasi)

b. Reaksi alkena dengan hidrogen halida (hidrohalogenasi). Hasil reaksi antara


alkena dengan hidrogen halida dipengaruhi oleh struktur alkena, apakah
alkena simetris atau alkena asimetris.

c. Reaksi alkena dengan hidrogen (hidrogenasi)

19
1. Reaksi ini akan menghasilkan alkana.

2. Alkena dapat mengalami polimerisasi. Polimerisasi adalah penggabungan


molekul-molekul sejenis menjadi molekul-molekul raksasa sehingga rantai
karbon sangat panjang. Molekul yang bergabung disebut monomer,
sedangkan molekul raksasa yang terbentuk disebut polimer.

3. Pembakaran alkena. Pembakaran alkena (reaksi alkena dengan oksigen)


akan menghasilkan CO2 dan H2O.
12. Alkuna
a. Tata Nama Alkuna
- Sistem IUPAC
Pemberian nama pada alkuna menyerupai tata nama alkena yakni
mengganti akhiran ana pada alkana terkait dengan akhiran una.
Rantai atom karbon terpanjang adalah rantai atom karbon yang
mengandung ikatan ganda tiga.
Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai yang memungkinkan
ikatan ganda tiga mempunyai nomor serendah mungkin.
Pada penulisan nama, atom C yang mengandung atom ikatan ganda tiga
ditunjukkan dengan nomor.
- Nama Umum

20
Nama umum digunakan untuk alkuna-alkuna sederhana. Dalam pemberian nama
umum alkuna dianggap sebagai turunan asetilena (C2H2) yang satu atom
hidrogennya diganti oleh gugus akil.
Rumus struktur

b. Reaksi-Reaksi Alkuna
Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan terjadinya reaksi
adisi, polimerisasi, substitusi dan pembakaran
- Reaksi adisi pada alkuna
Reaksi alkuna dengan halogen (halogenisasi)
Reaksi alkuna dengan hidrogen halide
- Polimerisasi alkuna
- Substitusi alkuna. Substitusi (penggantian) pada alkuna dilakukan dengan
menggantikan satu atom H yang terikat pada C=C di ujung rantai dengan
atom lain.
- Pembakaran alkuna. Pembakaran alkuna (reaksi alkuna dengan oksigen)
akan menghasilkan CO2 dan H2O.

PENUTUP

I. KESIMPULAN
Dalam uji kualitatif gugus fungsional biasanya digunakan reaksi-reaksi
yang terjadi pada suatu senyawa dengan gugus fungsi tertentu dan mengetahui
secara pasti hasil yang terlihat secara fisik pada hasil raksi baik warna
larutan,endapan,pH ataupun aroma senyawa produk yang dihasilkan. Berdasarkan
beberapa sumber pada makalah ini menyatakan bahwa reaksi-reaksi yang paling
banyak terjadi pada senyawa alkana,walaupun alkana meupakan senyawa
hidroakrbon jenuh banyak reaksi reaksi yang terjadi pada senyawa alkana yitu
reaksi oksidasi, Halogenasi, Sulfonasi, Nitrasi dan Pirolisis (Cracking) yang pada
dasarnya reaksi tersebut merupan reaksi subtitusi. Dan pada senyawa lainnya pada
umumnya dapat melakukan reaksi oksidasi, hidrolisis atau reduksi, subtitusi,dan
adisi.

21
Dalam makalah ini juga dapat disimpulkan bahwa gugus fungsi Amida
memiliki perbedaan denan gugus fungsi Amina, hal ini di tinjau dari ikatan
tunggal atau ikatan rangkap pada atom C yang berikatan dengan Atom O. Pada
Amida atom C nya berikatan rangkap dengan Atom O (C=O),sedangkan pada
amina atom C berikatan tunggal dengan atom O (C-O) atau tanpa berikatan
dengan Atom O. Tetapi pada kedua gugus fungsi ini atom C juga mengikat Atom
N ( umumnya NH3). Secara sifat juga kedua gugus fungsi ini memiliki
perbedaan, baik di tinjau dari Sifat fisik maupun sifat kimianya.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden,(1986), Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.


Martin, A.,(1993), Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik,Edisi Ketiga Jilid I, UI Press, Jakarta
Sitorus, M, (2010), Kimia Organik Umum, Graha Ilmu, Yogyakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Gugus_fungsional
http://wanibesak.wordpress.com/2010/10/23/tatanama-alkana-alkena-danalkuna/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_organik_dasar/hidrokarbon/
sifat-sifat-alkana/

22

Anda mungkin juga menyukai