Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ISOLASI KAFEIN DARI TEH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Organik

Disusun Oleh:

Kelompok VII (A2)

Zetira Sri Ulina NIM. 210140034


Ulfa Firjatillah NIM. 210140041
Khanisya Ratu A.D NIM. 210140051
Merry Angelyka NIM. 210140059
Utiya Sari NIM. 210140133

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
ABSTRAK

Percobaan mengenai Alkohol dan Asam Karboksilat dilakukan untuk


menentukan
sifat-sifat dari masing-masing alkohol dan asam karboksilat. Alkohol adalah
senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (-OH) yang terikat pada atom
karbon jenuh. Asam karboksilat adalah senyawa organik yang mengandung
sebuah gugus karboksil (-COOH). Dalam menentukan sifat dari alkohol dan asam
karboksilat dilakukan metode pencampuran, pengadukan dan pengocokan dengan
menggunakan etanol, methanol, asam sulfat, kristal Na2CO3 dan larutan FeCl2.
Dari percobaan ini didapat methanol dan etanol larut dalam air, kristal Na2CO3
lebih larut dalam larutan metanol dari pada larutan etanol. Metanol dan etanol
yang dicampurkan H2SO4 menghasilkan panas. Asam sitrat dan aquades yang
masing-masing ditambahkan larutan FeCl2 menghasilkan warna kuning pekat dan
kuning bening. Dimana alkohol bersifat polar, campuran alkohol dengan H 2SO4
menghasilkan reaksi eksoterm dan warna yang lebih pekat.

Kata Kunci : Alkohol, Asam karboksilat, Asam sulfat, Etanol, Methanol.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Isolasi Kafein dari Teh


1.2 Tanggal Praktikum : 19 april 2022
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Zetira Sri Ulina NIM. 210140034
2. Ulfa Firjatillah NIM. 210140041
3. Khanisya Ratu A.D NIM. 210140051
4. Merry Angelyka NIM. 210140059
5. Utiya Sari NIM. 210140133
1.4 Tujuan Praktikum : Menentukan kadar kafein dari teh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alkohol
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (-OH)
yang terikat pada atom karbon jenuh. Rumus umum alkohol adalah R-OH, dimana
R adalah alkil, alkil tersubstitusi atau hidrokarbon siklik (Riswiyanto, 2009).
Gugus –OH merupakan gugus yang polar dimana atom hidrogen berikatan dengan
atom oksigen yang lebih elektronegatif (Basri, 2003). Alkohol yang paling
sederhana adalah metanol (CH3OH) yang dibuat dari gas sintesis. Alkohol yang
lebih tinggi berikutnya adalah etanol (C2H5OH) yang dapat dibuat dari fermentasi
glukosa (Oxtoby, 2003).
Hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofobik (sukar larut dalam air)
semakin panjang bagian hidrokarbon ini maka kelarutannya semakin rendah
didalam air. Bila rantai karbon cukup panjang, sifat hidrofobik ini akan
mengalahkan sifat hidrofil gugus hidroksil. Kelarutan dalam air disebabkan oleh
ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Alkohol yang mempunyai massa molekul
rendah dapat larut dalam air, sedangkan alkil halida padanannya tidak larut
(Fessenden & Fessenden, 1994).
Alkohol-alkohol rendah (metanol dan etanol) dapat larut dalam air dengan
tidak terbatas. Alkohol mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari titik didih
alkana tetapi masih lebih rendah dari pada air. Titik didih alkohol jenuh lebih
tinggi dari titik didih alkana yang mempunyai atom C yang sama (Fessenden &
Fessenden, 1982).

2.2 Penamaan alkohol mengikuti aturan IUPAC


Rantai karbon terpanjang yang paling tidak mengikat satu gugus -OH, ini
adalah rantai utamanya. Jika ada lebih satu gugus -OH, maka cari rantai
terpanjang yang paling banyak mengandung gugus -OH-nya termasuk alkohol,
alkana diol, triol.Berikan nomor pada gugus -OH, usahakan agar gugus -OH
mendapatkan nomor terkecil prioritaskan gugus alkohol diatas gugus fungsi
lainnya (karena gugus alkohol/hidroksil adalah gugus yang mendapat prioritas
tertinggi dalam penamaan).

2.3 Sifat-sifat alkohol


a. Titik didih alkohol lebih besar dari titik didih alkena dengan jumlah unsur
C yang sama (etanol = 78C, etena = -88,6C)
b. Umumnya membentuk ikatan hidrogen
c. Berat jenis alkohol lebih besar dari berat jenis alkena
d. Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut dalam air (polar)
e. Struktur Alkohol : R - OH
R-CH2-OH (R)2CH-OH (R)3C-OH
Primer Sekunder Tersier

2.4 Oksidasi jenis-jenis alkohol (primer, sekunder dan tersier)


Agen pengoksidasi yang digunakan pada reaksi-reaksi ini biasanya adalah
sebuah larutan natrium atau kalium dikromat yang diasamkan dengan asam sulfat
encer. Jika oksidasi terjadi, larutan orange yang mengandung ion-ion dikromat
direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung ion-ion kromium.
Persamaan setengah-reaksi untuk reaksi ini adalah
Cr2O2-7 + 14H❑+ + 6e -  2Cr 3+ + 7H2O....................................................(2.1)
2.4.1 Alkohol Primer
Alkohol primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun asam
karboksilat tergantung pada kondisi-kondisi reaksi. Untuk pembentukan asam
karboksisat, alkohol pertama-tama dioksidasi menjadi sebuah aldehid yang
selanjutnya dioksidasi lebih lanjut menjadi asam.
2.4.2 Alkohol Sekunder
Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Sebagai contoh, jika alkohol
sekunder, propan-2-ol, dipanaskan dengan larutan natrium atau kalium dikromat
(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer, maka akan terbentuk propanon.
Perubahan-perubahan pada kondisi reaksi tidak akan dapat merubah produk yang
terbentuk.
2.4.3 Alkohol Tersier
Alkohol-alkohol tersier tidak dapat dioksidasi oleh natrium atau kalium
dikromat (VI). Bahkan tidak ada reaksi yang terjadi. Jika kita memperhatikan apa
yang terjadi dengan alkohol primer dan sekunder, anda akan melibat bahwa agen
pengoksidasi melepaskan hidrogen dari gugus -OH, dan sebuah atom hidrogen
dari atom karbon terikat pada gugus -OH. Alkohol tersier tidak memiliki sebuah
atom hidrogen yang terikat pada atom karbon tersebut (Underwood,1986).
2.5 Aldehid dan Keton
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung
sebuah gugus hidroksil. Sebuah ikatan rangkap C = O. Aldehid dan keton
termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus
reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di
gugus karbonil. Seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam
karboksilat yang mengandung gugus -COOH.

2.6 Asam Karboksilat


Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung
gugus karboksil, - CO2H. Gugus hidroksil mengandung sebuah gugus karboksil
antara reaksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang
unik untuk asam karboksilat (Fessenden dan Joan, 1994).
Nama IUPAC suatu asam karboksilat alifatik adalah nama alkana
induknya dengan huruf akhir - A diubah dengan imbuhan asam - oat. Karbon
karboksilat diberi No. 1 seperti pada aldehida. Untuk empat asam karboksilat
pertama, nama trivialnya lebih sering digunakan daripada nama IUPAC. Nama
asam format, berasal dari fomica, dalam abad pertengahan ahli kimia memperoleh
asam format dengan menyuling semut merah. Asam asetat berasal dari bahasa
latin acetum (cuka). Dalam keadaan murni disebut asam asetat glasial, kata glasial
timbul dari sifat kentalnya asam itu yang membeku menjadi zat padat mirip es.
Nama asam propionate berarti lemak pertama, asam propionate merupakan asam
karboksilat yang menunjukkan beberapa sifat asam lemak, yakni asam karboksilat
yang diperoleh dari hidrolisis lemak. Asam butirat dijumpai dalam mentega tengik
(Fessenden dan Joan, 1994).
2.7 Sifat-sifat Asam Karboksilat
Secara umum senyawa-senyawa asam alkanoat atau asam karboksilat
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Asam alkanoat yang mengandung C1 sampai C4 berbentuk cairan encer
dan larut sempurna dalam air.
b. Asam alkanoat dengan atom C5 sampai C9 berbentuk cairan kental dan
sedikit larut dalam air.
c. Asam alkanoat suku tinggi dengan C10 atau lebih berbentuk padatan yang
sukar larut dalam air.
d. Titik didih asam alkanoat lebih tinggi dibandingkan titik didih alkohol
yang memiliki jumlah atom.
e. Asam alkanoat pada umumnya merupakan asam lemah. Semakin panjang
rantai karbonnya semakin lemah sifat asamnya.
f. Asam alkanoat dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam. Reaksi
ini disebut reaksi penetralan.
g. Asam alkanoat dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa
ester.

2.8 Kegunaan Asam Karboksilat


Penggunaan asam karboksilat dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asam semut merupakan
cairan tak berwarna dengan bau yang merangsang. Biasanya digunakan
untuk obat pembasmi hama.
2. Asam asetat atau asam etanoat yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal
dengan nama asam cuka. Asam cuka banyak digunakan sebagai pengawet
makanan, dan penambah rasa makanan (bakso dan soto).
3. Asam sitrat biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam kaleng.
4. Asam asetat, asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan
sehari-hari terutama digunakan untuk membuat lilin(Respati,1986).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang diguanakan sebagai berikut :
3.1.1 Alat-Alat
Adapun alat-alat yang diguanakan sebagai berikut :
1. Beaker glass 1000 ml 2 buah
2. Penyaring buncher 1 buah
3. Corong pemisah 1 buah
4. Kertas saring secukupnya
5. Hot plate 1 buah
6. Erlenmeyer 2 buah
7. Cawan porselin 1 buah
8. Spatula 1 buah
9. Pipet volume 1 buah
10. Bola penghisap 1 buah
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Teh hijau 25 gram
2. Timbal nitrat (Pb(NO3)2) 10% 10 ml
3. Natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) 1 gram
4. Kloroform 25 ml
5. Aquades 250 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
1. Sediakan beaker glass 1000 ml yang telah diisi 250 ml aquades
2. Panaskan beaker glass yang berisi 250 ml aquades sampai mendidih, lalu
tambahkan 25 gram the hijau dan biarkan selama 10 menit.
3. Disaring panas-panas untuk mendapatkan filtratnya, kedalam filtratnya
ditambahkan 10 ml timbal nitrat 10% sambal diaduk pelan-pelan
kemudian disaring dengan penyaring buncher.
4. Filtratnya diuapkan hingga volume 50 ml.
5. Setelah didinginkan tambahkan 25 ml kloroform maka akan terbentuk 2
lapisan.
6. Dipisahkan lapisan bawah kloroform dengan corong pemisah. Lalu,
larutan kloroform dikeringkan dengan natrium sulfat anhidrat sebanyak 1
gram diamkan 15 menit kemudian diuapkan sampai terbentuk serbuk
putih.
7. Timbang hasil berat kasar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil percobaan isolasi kafein dari teh
4.2 Pembahasan
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Warna
1. Didihkan 250 ml  Terjadi  Bening
aquades, masukkan 25 perubahan menjadi hijau
gram serbuk teh warna
2. Saring larutan lalu  Terjadi  Warnanya
tambahkan dalam perubahan hijau pekat
filtrat 10 ml timbal warna dan ada
nitrat endapan
3. Larutan diuapkan  Terjadi  Warna hijau
hingga 50 ml perubahan pekat menjadi
warna kecoklatan
4. Masukkan larutan  Terbentuk 2  Lapisan atas
tersebut kedalam lapisan air berwarna
corong pemisah dan coklat tua
tambahkan 25 ml  Lapisan bawah
kloroform kloroform
5. Ambil larutan pada  Bening pada
lapisan bawah dan bagian bawah
dimasukkan kedalam
cawan porselin
6. Masukkan Na2SO4  Tidak terjadi  Serbuk
sebanyak 1 gram perubahan berwarna putih
kemudian dikeringkan warna
menggunakan hot plate
(Sumber: Praktikum Isolasi Kafein dari Teh, 2022)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini 250 ml aquades yang telah dididihkan menggunakan
hot plate yang kemudian dimasukkan teh hijau dan larutan teh hijau yang telah
dididihkan kemudian disaring dengan berwarna hijau kehitaman, karena di dalam
teh tersebut terdapat karbon yang berwarna kehitaman ini digunakan the, karena
teh mengandung lebih banyak kafein dibandingkan biji kopi dan coklat.
Kandungan kafein dalam daun teh dipengaruhi beberapa faktor antara lain jenis
daun teh, tempat tumbuhnya tanaman teh, ukuran partikel teh, serta metode dan
lamanya waktu penyeduhan (Artanti, dkk, 2016). Selain jenis teh dan waktu
penyeduhan, suhu penyuluhan juga berpengaruh terhadap kadar kafein dalam
sampel teh hijau, teh hitam, dan teh putih. Sampel teh hijau, teh hitam, dan teh
putih yang diseduh pada suhu 95˚C memiliki kadar kafein yang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu penyuluhan 70°C. Hal tersebut dikarenakan suhu
penyuluhan teh yang tinggi dapat memperlebar jarak antar molekul dalam daun
teh, mempermudah molekul air untuk menembus kepadatan daun teh sehingga
kafein mudah terekstrak dalam pelarut air (Putri dan Ulfin, 2015).
Kemudian pada langkah kedua larutan yang sudah disaring dan
mendapatkan filtratnya ditambahkan 10 ml timbal nitrat fungsinya untuk
mengikat zat-zat kotor di dalam filtrat tersebut dengan adanya endapan. Lalu
larutan diuapkan sehingga volume 50 ml. Setelah diuapkan larutan didinginkan
dan ditambahkan 25 ml kloroform. Pemisahan kafein dalam larutan teh dilakukan
dengan menggunakan kloroform. Pada proses ini terbentuk dua lapisan, dimana
lapisan atas merupakan lapisan fase air berwarna coklat tua dan lapisan bawah
merupakan lapisan yang mengandung kafein dalam kloroform. Terbentuknya dua
lapisan disebabkan karena berat jenis antara kedua larutan tersebut berbeda
(Raharjo, 2010). Menurut Mc murry (2004) kafein lebih larut dalam air jika
dibandingkan etanol. Namun kelarutan kafein lebih besar di dalam kloroform jika
dibandingkan dengan air.
Pada langkah selanjutnya, larutan bawah diambil dan dimasukkan kedalam
cawan porselin ditambahkan Na2SO4 sebanyak 1 gram lalu ditutup menggunakan
aluminium foil dan diuapkan menggunakan hot plate. Setelah dikeringkan
didapatkan kafein berwarna putih dan berbentuk kristal dan hasil yang didapat
sebanyak 0,948 gram.
Persen kadar kafein yang didapat dari percobaan ini yaitu:
Berat kafein
% kadar kafein = x 100 % ...................................................
Berat sampel
(4.1)
Jadi, presentase kafein yang diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan adalah
3,79%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kadar kafein dalam 25 gram sampel the hijau adalah 3,79% dan massa
kafein yang didapat adalah 0,948 gram.
2. Fungsi kloroform dalam penambahannya pada larutan the adalah
sebagai pengikat kafein.
3. Fungsi timbal nitrat sebagai pengikat zat kotor dalam kafein.
4. Fungsi natrium sulfat anhidrat (Na2SO4).

5.2 Saran
Dalam percobaan isolasi kafein dari teh, perhitungan waktu harus teliti,
agar tidak mempengaruhi hasil akhir, dan selalu berhati-hati ketika menyaring,
memanaskan, dan memisahkan larutan, mengingat banyak alat yang butuh
ketelitian agar tidak berefek buruk pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Bherghius, N. T. 2015. Modul Praktikum Kimia Organik I. Universita Islam
Negeri Sunan Gunung Jati. Bandung.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Menghitung presentae kafein dari 25 gram sampel teh cap mawar yang
digunakan dan 1,10 gram kafein yang diperoleh dari hasil percobaan.
Dik : Massa yang didapat : 0, 948 gr
Berat sampel : 25 gr
Dit : % kadar kafein…?
masa yang didapat
Jawab :% kafein= ×100 %
Berat sampel
0,948 gram
= x 100%
25 gram
= 3, 79 %
Jadi, presentase kafein yang diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan
adalah 3,79 %
LAMPIRAN C

TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Gambarkan rumus bangun dari kafein?


2. Apa fungsi penambahan kloroform pada prosedur kerja?
3. Sebutkan sifat fisik dan kimia dari kafein!
4. Sebutkan sifat fisik dan kimia dari cloroform!

Penyelesaian :

1.

2. Fungsinya adalah untuk meningkatkan peningkatan kafein yang terdapat


didalam teh.

3. * Sifat fisik kafein :


a. Larut dalam air
b. Larut dalam alkohol. Ester dan kloroform
c. Titik leleh 234⁰C
d. Berbentuk kristal putih
 Sifat kimia kafein :
Mudah larut dalam pelarut organik
4. * Sifat fisik kloroform :
a. Masa molar 119,38 gr/mol.
b. Cairan tidak berwarna.
 Sifat kimia kloroform :
a. Tidak bercampur dengan air.
b. Tidak mudah terbakar.
c. Larut dalam ester dan alkohol.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Gambar Alat Fungsi


1. Beaker glass Untuk menyimpan larutan dan
membuat larutan

2. Penyaring buncher Untuk memasukkan larutan ke


tempat yang mempunyai dimensi
pemasukan sampel bahan kecil

3. Corong pemisah Untuk memisahkan 2 larutan yang


tidak bercampur karena adanya
perbedaan massa jenis

4. Kertas saring Untuk menyaring larutan


5. Hot plate

Anda mungkin juga menyukai