Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

1.ALDEHID
Aldehida merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus
fungsi ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen dan berikatan
rangkap dengan atom oksigen. Golongan aldehid juga dinamakan golongan formil atau
metanoil. Kata aldehida merupakan kependekan dari alcohol dehidrogenasi yang berarti
alkohol yang terdehidrogenasi. Golongan aldehida bersifat polar.
2.1.1 TATA NAMA
Aldehid sudah dikenal sejak lama sehingga penataan nama menggunakan nama
trivial sering dipakai. Menurut sistem IUPAC, nama aldehid diturunkan dari nama
alkana dengan mengganti akhiran –a menjadi –al. Oleh karena itu, aldehid disebut juga
alkanal. Tata nama pada aldehid sama dengan tata nama pada alkohol, rantai terpanjang
harus mengandung gugus aldehid.
1. IUPAC
 Pemberian nama aldehida dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada nama
alkana dengan –al.
 Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang
terdapat gugus karbonil.
Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.
Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karbonil.
 ika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun
berdasarkan urutan abjad huruf pertama nama substituen.
Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan
abjad sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain
: iso-, dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
2. Trivial
 Aldehida tak bercabang
 Aldehida bercabang
2.1.2 RUMUS STRUKTUR

Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung unsur C, H, dan O


dengan rumus R-CHO, dimana :
R : Alkil
-CHO : Gugus fungsi aldehida
Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi –CHO sebesar 120 derajat dan panjang
ikatan rangkap C=O sebesar 0,121 nm.

2.1.4 Sifat Kimia aldehida

 Oksidasi oleh kalium bikromat dan asam sulfat


Oksidasi aldehida dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan asam karboksilat.
 Oksidasi oleh larutan Fehling
Aldehida dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan endapan merah bata dari
senyawa tembaga(I) oksida.
 Oksidasi oleh larutan Tollens
Aldehida dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan cermin perak.

2.1.5 MEKANISME ALDEHID

 Oksidasi alkohol primer


Alkohol primer dapat teroksidasi menghasilkan suatu aldehida dengan katalis
kalium bikromat dan asam sulfat.

 Mengalirkan uap alkohol primer di atas tembaga panas


Uap alkohol primer teroksidasi menghasilkan suatu aldehida dengan katalis
tembaga panas.
 Memanaskan garam kalsium suatu asam monokarboksilat jenuh dengan kalsium
format.
Pemanasam campuran garam kalsium asam monokarboksilat jenuh dengan kalsium
format akan menghasilkan aldehida.

2.1.6 KEGUNAAN ALDEHID

 Formaldehida (metanal) digunakan sebagai pembunuh kuman dan mengawetkan.


 Formaldehida digunakan untuk membuat plastik termoset (plastic tahan panas).
 Paraldehida digunakan sebagai akselerator vulkanisasi karet

2. ALKOHOL·
2.2.1 SIFAT FISIKA
 Titik didih alkohol relatif tinggi.Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik
intermolekuler yang kuat.
 alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat larut dalam.
·
2.2.2 SIFAT KIMIA
 Dehidrasi alkohol.
 Oksidasi alkohol.
 Reaksi alkohol dengan logam Na&K.
 Esterifikasi

2.2.3 REAKSI-REAKSI
Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi
eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang
rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang
sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus
hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air.
1. Reaksi Oksidasi
Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam
karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan
pada alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan asam,
alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi.
 Oksidasi menjadi aldehid
Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer adalah suatu aldehid
(RCH=O). Aldehid, siap dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu,
reaksi antara alkohol primer dengan zat oksidator kuat akan menghasilkan
asam karboksilat, dan bukan intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus
dipakai apabila intermediet aldehid merupakan hasil yang diinginkan.
 Oksidasi menjadi keton.
Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang reaktif kuat menjadi
keton.
 Oksidasi menjadi asam karboksilat.

3. ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus karboksil.
Asam karboksilat merupakan asam Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion asam
karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan senyawa polar, dan
membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Pada fasa gas, Asam karboksilat dalam bentuk
dimer. Dalam larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian molekulnya
terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-. Contoh : pada temperatur kamar, hanya 0,02% dari
molekul asam asetat yang terdisosiasi dalam air. Asam karboksilat alifatik rantai pendek
(atom karbon <18) dibuat dengan karbonilasi alkohol dengan karbon monoksida. Untuk
rantai panjang dibuat dengan hidrolisis trigliserida yang biasa terdapat pada minyak hewan
dan tumbuhan.

2.6.1 STRUKTUR
Rumus umum asam karboksilat adalah R-COOH atau Ar-COOH, dimana :
R : Alkil Ar : Aril
- COOH : Gugus karboksil
Ciri khusus dalam asam karboksilat adalah terdapatnya gugus fungsi karboksil (-
COOH), karboksil diambil dari karbonil (-CO-) dan hidroksil (-OH). Sudut yang
dibentuk oleh gugus fungsi –COOH- sebesar 120 derjat dan panjang ikatan C=O
sebesar 0,121 nm.

2.6.2 TATANAMA
1. IUPAC

 Pemberian nama asam karboksilat dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada


nama alkana dengan –oat.
 Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang
mengandung gugus karboksil).
 Tentukan substituen yang terikat rantai utama.
 Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karboksil.
 Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun
berdasarkan urutan abjad huruf pertama nama substituen.
 Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.
 Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad
sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-,
dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
Contoh : bukan Asam-3-neopentil-2-metilheksanoat tetapi Asam 2-metil-3-
neopentilheksanoat

1. Trivial (Nama Umum)

 Tak bercabang
 Bercabang
a. Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang
terdapat gugus karboksil).
b. Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.
c. Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.
d. Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang mengikat gugus
karboksil dengan huruf α, β, γ.

2.6.3 SIFAT FISIK ASAM KARBOKSILAT

 Asam karboksilat mempunyai titik didih lebih tinggi daripada senyawa organik
golongan lain yang berat molekulnya sebanding.
 Kelarutan asam karboksilat dalam air lebih besar daripada alkohol, eter, aldehida,
dan keton yang berat molekulnya sebanding.
 Kelarutan asam karboksilat dalam air menurun seiring dengan meningkatnya berat
molekul.
 Asam karboksilat dengan 1-4 atom karbon dapat larut sempurna dalam air.

2.6.4 SIFAT KIMIA ASAM KARBOKSILAT

 Reaksi dengan basa


Asam karboksilat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air.
 Reduksi
Reduksi asam karboksilat dengan katalis litium alumunium hidrida menghasilkan
alkohol primer.
 Reaksi dengan tionil diklorida
Asam karboksilat bereaksi dengan tionil diklorida membentuk klorida asam,
hidrogen klorida dan gas belerang dioksida.
 Esterifikasi
Dengan alkohol, asam karboksilat membentuk ester. Reaksi yang terjadi merupakan
reaksi kesetimbangan.
 Reaksi dengan amonia
Dengan amonia, asam karboksilat membentuk amida dan air.
 Dekarboksilasi
Pada suhu tinggi, asam karboksilat terdekarboksilasi membentuk alkana.
 Halogenasi
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis phosfor
membentuk asam trihalida karboksilat dan hidrogen halida.

2.6.5 KEGUNAAN ASAM KARBOKSILAT

 Asam format dipakai untuk menggumpalkan lateks (getah karet).


 Asam asetat digunakan sebagai cuka makan.

4.ETER

2.7.1 TATA NAMA

1. IUPAC, eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan awalan “ alkoksi “ dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi –O– ditetapkan sebagai
gugus fungsi alkoksinya.
 Rantaikarbon yang lebihpanjangdiberinamasesuaisenyawaalkananya

2. Menurut aturan trivial, penamaan eter sebagai berikut :menyebutkan nama kedua
gugus alkil yang mengapit gugus –O– kemudian diberi akhiran eter.
Contoh :
Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial
CH3–CH2–O–CH2–CH3 EtoksietanaDietileter / etiletileter
CH3–O–CH2–CH2–CH3 Metoksi propane Metilpropileter
CH3–CH2–O–CH2–CH2–CH3 Etoksi propane Etilpropileter

2.7.2 SIFAT ETER


1. Titik didih rendah sehingga mudah menguap
2. Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah
3. Sebagai pelarut yang baik senyawa-senyawa organik yang tak larut dalam air
4. Mudah terbakar
5. Pada umumnya bersifat racun
6. Bersifat anastetik (membius)
7. Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asamhalida kuat (HI dan H Br)

2.7.3 REAKSI
1. Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbondioksida dan uap air.
2. ReaksidenganLogamAktif
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logamaktif).
3. Reaksidengan PCl
Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.
4. ReaksidenganHidrogenHalida (HX)
Eter terurai oleh asamhalida, terutama oleh HI. Jika asam halida terbatas:

5.HALOALKANA
Haloalkana disebut juga alkil halida. Haloalkana merupakan senyawa karbon yang
mengandung halogen. Atom halogen ini menggantikan posisi atom hidrogen. Haloalkana
mempunyai rumus struktur yang sama dengan alkana, hanya satu atau lebih atom H-nya
diganti dengan atom halogen (X = F,Cl,Br,I). Haloalkana dapat mengalami reaksi hidrolisis
menjadi alkohol.
2.9.1 STRUKTUR
Struktur umum haloalkana adalah R-X dengan R adalah gugus alkil
(R=CnH2n+1) dan X adalah atom halogen (X=F,Cl,Br,I)
Contoh : CH3 Cl (kloro metana)
CH3 CH2 Cl (kloro etana)
CH3 CH2 Br (bromo etana)
CH2Cl2 (dikloro metana)

2.9.2 SIFAT FISIKA HALOALKANA


1. Senyawa haloalkana tidak membentuk ikatan hidrogen.
2. Sukar larut dalam air dan mudah larut daam oelarut organik.
3. Empunyai titik didih dan titik leleh lebih tinggi dari alkana yang mempunyai jumlah
atom C yang sama. Hal ini disebabkan adanya penggantian atom hidrogen dengan
atom halogen yang mempunyai massa atom lebih besar daripada hidrogen.
4. Suhu rendah berwujud gas, suhu tengah berwujud cair, dan suhu tinggi berwujud
padat.

2.9.3 SIFAT KIMIA HALOALKANA


1. Haloalkana mengalami reaksi substitusi dengan suatu basa membentuk alkohol.
2. Haloalkana mengalami reaksi eliminasi dengan pereaksi basa kuat.
3. Haloalkana bereaksi dengan logam natrium akan menghasilkan alkana. Reaksi ini
disebut Sintesis Wart.
4. Haloalkana + magnesium menghasilkan Pereaksi Grignard.

2.9.3 KEGUNAAN
1. Sebagai pelaru non polar. Banyak senyawa halo alkana yang digunakan sebagai
pelarut nonpolar CCl4, CHCl3, C2H3Cl3. Pelarut ini bersifat racun sehingga jangan
sampai terhirup.
2. Kloroform (CHCl3) digunakan sebagai obat bius atau pemati rasa(anestesi) yang
kuat. Sehingga dapat merusak hati.
3. C2H5Cl(kloroetana) digunakan sebagai anestesi lokal(pemati rasa lokal). Ini
digunakan pada pemain sepak bola dengan cara disemprotkan pada daerah yang
sakit.
4. Feron (dikloro difluoro metana) digunakan sebagai pendorong produksi aerosol.
Feron juga banyak digunakan sebagai gas pendingin AC(air conditioned), lemari es,
dan lain-lain.
5. CH3Cl digunakan sebagai zat fumigant. Feron dan metal klorida dapat merusak ozon
sehingga dapat membahayakan lingkungan.
6. C3H5Br2Cl (1,1-dibromo-1-kloropropana) digunakan sebagai isektisida petani. Hanya
saja zat ini dapat menimbulkan kemandulan pada buruh tani.
7. DDT (dikloro difenil trikloro metana) ini digunakan sebagai insektisida. Akan tetapi
zat ini sukar sekali terurai, sehingga masih ada dalam sayuran dan hewan ternak yang
memakan rumput yang di semprotkan DDT. Akibatnya dapat menimbulkan
keracunan.
8. C2H4Br2 (1,2-dibromo etana) digunakan sebagai aditif pada bensin yang
menggunakan TEL(Tetra Ethyl Lead), Pb(C2H5). Zat ini mengubah timbale menjadi
timbale bromida dan akan menguap keluar dari kenalpot.
9. Iodoform (CHI3). Iodoform berwujud padat pada suhu kamar, berwarna kuning, dan
mempunyai bau yang khas. Iodoform sering digunakan sebagai antiseptik.
10. Tetraklorokarbon (CCl4). Karbon tetraklorida merupakan zat cair yang tidak
berwarna dengan massa jenis lebih besar dari air. Uap CCl4 tidak terbakar sehingga
sering digunakan sebagai pemadam kebakaran. Selain itu, juga digunakan sebagai
pelarut untuk lemak dan minyak.
11. Sebagai pemadam api, alkana terhalogenasi sempurna seperti karbon tetraklorida,
CCl4, bromokloridifluorometana (dikenal dengan nama BCF) dapat memadamkan
api. Akan tetapi pada suhu tinggi CCl4 dapat bereaksi inidengan uap air membentuk
fosgen (COCl2), suatu gas yang sangat beracun. BCF juga dapat merusak ozon
dilapisan stratosfir, sehingga penggunaan bahan-bahan tersebut dilarang.

6.ESTER
1.2. TUJUAN :
1. Mengenal perbedaan golongan senyawa organik berdasarkan gugus fungsinya
2. Membandingkan sifat fisik dan kimia dari golongan senyawa organik yaitu hidrokarbon,
alkohol, fenol asam karboksilat dan senyawa aromatik.
3. Menguji reaksi gugus fungsi yang penting dalam bidang kimia, biokimia dan fisiologi.

Anda mungkin juga menyukai