1
larutan elektrolit, adalah oleh ion-ion yang bergerak dari elektrode satu ke
elektrode lainnya, dan di dalam larutan tidak terdapat elektron bebas.
Daya hantar merupakan tolak ukur mudah-sukarnya arus listrik mengalir,
yang ditentukan oleh mudah-sukarnya pembawa-pembawa muatan listrik, yakni
elektron-elektron ataupun ion-ion yang bergerak didalam medium. Untuk beda
potensial yang sama tidak selalu menghasilkan kuat arus lirtrik yang sama,
melainkan tergantung pada dasarnya tahanan penghantar yang dipakai. ” makin
besar tahanan pengantar, makin kecil yang mengalir melalui penghantar tersebut,
atau dengan perkataan lain makin besar tahanan ( R ) makin sedikit muatan listrik
yang dihantarkan. ” Kamampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan
liatrik dikenal sebagai ” daya hantar listrik ” yang besarnya berbanding terbalik
dengan tahanan R.
2.2 Hantaran Listrik
Sebagaimana yang telah diamati oleh Faraday, bahwa ketika arus listrik
sesuai dengan jumlah arus listrik yang dialirkan. Dengan demikian, maka
dilewatkan pada suatu larutan, ternyata akan didapati sejumlah massa pada
elektroda yang dalam gejala kelistrikan, akan terdapat proses pengaliran energi.
Sebagaimana dalam hukum kekekalan energi, yaitu energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, namun energi dapat mengalir dari satu bentuk ke bentuk lain.
Oleh karena itu kita akan dapati fenomena konduktivitas dalam gejala kelistrikan,
yaitu daya atau kemampuan suatu bahan dalam menghantarkan energi. Hantaran
listrik sebenarnya adalah fenomena yang sangat jamak kita lihat dalam kehidupan,
apalagi dengan teknologi yang semakin maju, kita semakin akrab dengan
perangkat elektronik, contohnya saja ketika kita mengecas smartphone atau laptop
kita, maka arus listrik mengalir melalui kabel menuju baterai agar baterai dapat
kembali mengalami reaksi reversibel sehingga reaksi berikutnya dapat
dimanfaatkan energinya berupa listrik.
Sebagaimana yang telah diketahui dari dahulu, bahwa terdapat dua jenis
bahan di dunia ini, yaitu konduktor dan isolator. Pada energi kalor atau energi
panas, bahan-bahan logam merupakan konduktor panas yang baik, sedangkan
2
kain dan kayu adalah isolator panas. Oleh Lavoiser, kalor didefinisikan sebagai
zat alir. Hal ini kemudian dibantah oleh penemuan berikutnya yang menunjukkan
bahwa kalor adalah bentuk energi dan bukan partikel. Selanjutnya pada listrik, ada
bahan yang bersifat konduktor dan isolator. Misalnya air garam (NaCl) adalah
konduktor listrik. Namun di sini timbul keanehan, mengapa justru pada padatan
NaCl tidak dapat menghantarkan listrik? padahal jika kita tinjau pada logam, ia
dapat menghantarkan listrik pada wujud padat maupun cair. Hal ini kemudian
dijelaskan oleh Arhenius melalui disertasi doktoralnya pada tahun 1883, yaitu
partikel-partikel elektrolit tersebut pada lelehan dan larutannya akan terpecah
menjadi partikel positif (kation) dan partikel negatif (anion), seperti NaCl akan
terurai menjadi Na+ dan Cl-. Dengan demikian partikel inilah yang
bertanggungjawab dalam proses penghantaran listrik. Meskipun demikian, teori
ini tidak terlalu diterima, baik di kalangan kimiawan, apalagi fisikawan yang
menganggap teori ini terlalu rendah. Baru kemudian, setelah adanya teori
Dualisme Cahaya oleh de Broglie yang menyatakan bahwa cahaya dapat
berperilaku sebagai partikel dan gelombang, ditambah lagi dengan penemuan
partikel-partikel penyusun atom, dan alat-alat instrumen untuk menguji partikel
tingkat atomik, maka teori ini dapat diterima kebenarannya. Pada saat sekarang
ini, kita mengetahui bahwa elektron yaitu partikel bermuatan negatif yang
bertanggungjawab pada proses hantaran listrik.
3
2.2.3 Hantaran Listrik Sebagai Fungsi Kecepatan
konduktansi listrik dapat dianggap sebagai fungsi kecepatan, yakni semakin besar
konduktansi suatu bahan, maka semakin cepat pula elektron mengalir dalam
bahan tersebut
Semakin tinggi konsentrasi zat elektrolit, maka jumlah partikel akan sangat
banyak sehingga jarak antar muatan menjadi lebih kecil, sehingga gaya
elektrostatik akan semakin kuat.
Dengan demikian, pada konsentrasi tinggi, konduktansi listrik akan semakin kecil
karena sulitnya elektron untuk bergerak akibat kuatnya gaya elektrostatik antar
partikel.
4
konduktivitas sama dengan jumlah konduktivitas ion-ionnya. Hukum ini dikenal
dengan hukum Kohlrausch yang dapat ditulis dengan
5
pada pengenceran tak terhingga. Dan yang ke dua yaitu kecepatan dari ion pada
beda potensial antara kedua elektroda.
Pada daya hantar listrik kecepatan ion beda potensial antara kedua elektroda
yang ada. Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda potensia
anatara satu tempat terhadap tempat yang lain, dan arus listrik akan mengalir dari
tempat yang memiliki potensial tinggi ketempat potensial yang rendah. Didalam
suatu larutan, terjadi arus listrik dikarenakan adanya ion-ion yang bergerak.
Contohnya yaitu terdapat pada larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Bila zat
terlarutnya berupa zat elektrolit maka zat terlarutnya sangat mudah terionisasi,
larutan juga dapat menghantar listrik, larutan itu meliputi asam, basa, dan garam.
6
Dalam larutan elektrolit jumlah kation tidak selalu sama dengan jumlan anion,
tetapi jumlah muatan positif selalu sama dengan muatan negatif sehingga larutan
elektrolit secara keseluruhan netral secara listrik.
Jika larutan non elektrolit maka zat terlarut tidak terionisasi, larutannya
tidak menghantar arus listrik., dan juga meliputi zat selain asam, basa, garam
(misalnya: gula, alkohol, urea dan lain-lain). Contoh dari larutan non elektrolit
yaitu Hidrokarbon Klorida yaitu senyawa kovalen sehingga pada keadaan murni
tidak dapat menghantar listrik, tetapi karena ikatan kovalennya polar, maka
mudah larut dan terionisasi sempurna dalam air sehingga larutannya dapat
menghantar aliran listrik.
Daya hantar listrik juga banyak dijumpai dalam larutan asam dan basa,
asam dan basa ini memiliki dua sifat yaitu asam basa lemah dan juga asam basa
kuat. Asam atau basa dikatakan kuat apabila terionisasi semua dalam larutan.
7
jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat
molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl2
adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram
ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1
gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm. Daya
hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk
setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan
sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik)
untuk mengukur tahanan larutan.
1. Sumber listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan
merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda.
Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda-
elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses faradai.
Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran
konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC.
2. Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk
pengukuran daya hantar.
3. Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam
yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.
Titrasi Konduktometri Metode konduktometri dapat digunakan untuk menentukan
titik ekivalen suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi konduktometri dibahas
berikut, Titrasi asam kuat- basa kuat Sebagai contoh lrutan HCl dititrasi ole
NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. daya hantar H+ turun sampai titik ekivalen
tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam larutan, sedangkan
daya hantar OH- berrtambah setelah titik ekivalen (Te) tercapai karena jumlah
OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak berubah,
8
karena itu daya hantar konstan dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+
bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ion Na+.
9
Berdasarkan konduktivitasnya, titrasi konduktometri terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Titrasi Konduktometri Frekuensi Rendah
Penambahan suatu elektolit ke elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada
perubahan volum yang begitu besar akan mempengaruhi konduktovitas larutan
terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika tidak terjadi reaksi ionic, maka perubahan
konduktovitas sedikit sekali atau hampir tidak ada. Bila terjadi reaksi ionic, maka
perubahan konduktivitas yang relative cukup besar sehingga dapat di amati,
seperti pada titrasi basa kuat oleh asam kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena terjadi penggantian ion hydrogen, yang mempunyai
konduktovitas tinggi, dengan kation lain yang mempunyai konduktovitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan dll, penentuan titik ahir titrasi titrasi
ditentukan berdasarkan perubahan koduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia yang
terjadi. Hantaran di ukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik
pengukuran tersebut bila di alurkan memberikan 2 garis lurus yang saling
berpotongan dinamakan titik ekivalen titrasi. Ketepatan metode ini bergantung
pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran. Secara praktik
konsentrasi penitran 20-100 kali lebih kali pekat dari larutan yang di titrasi, Pada
metode ini larutan yang dihasilkan harus seencer ungkin namun suatu hal yang
perlu ditinjau lagi untuk efek keenceran harus dibuat dengan mengalikan nilai-
nilai konduktifitas dengan faktor (V+v)/V, dimana V adalah volume asli dari
larutan dan v adalah volume reagensia yang ditambahkan. Kelebihan titrasi ini,
baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang secara
potensiometri tidak dapat di lakukan. Selain itu, titrasi konduktometri
tidak perlukan kontrol suhu. Selain itu hendaknya diperhatikan pengendalian
temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktansi. Sementara penggunaan
termostat tidaklah penting dalam titrasi konduktometri karena kekonstanan
temperatur lebih diperhatikan, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel
konduktivitas itu dalam bejana berisi air pada temperatur laboratorium.
Perubahan relatif dari konduktivitas larutan selama reaksi dan pada
penambahan reagensia berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi. Elektrolit
10
asing yang mengganggu proses reaksi ini tidak boleh ada karena zat-zat ini
mempunyai efek yang besar pada ketepatan hasil titrasi.
2. Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi
Dalam metode titrasi frekuensi tinggi sebuah sel yang sesuai yang
mengandung sistem kimia itu dijadikan bagian dari atau dirangkaikan kesebuah
rangkaian osilator yang beresonansi pada suatu frekuensi dari beberapa
megahertz. Selain komposisi kimia itu berubah resistansi atau kapasitansi
rangkaian tersebut juga berubah dan terjadilah perubahan karakteristik osilator.
Setiap kuantitas ini dapat dimbil dan diukur sebagai indikasi dari perubahan
dalam komposisi sistem kimia itu yaitu selagi suatu larutan dititrasi dengan suatu
reagensia yang sesuai umumnya dapat diperoleh kurva-kurva yang menunjukan
infleksi atau pematahan pada titik valen. Sifat fundamental dari sistem kimia yang
mempengaruhi karakteristik osilator ialah tetapan dielektrik dan konduktifitasnya.
Suatu keuntungan penting dari metode frekuensi tinggi ini adalah elektrode dapat
ditaruh diluar sel dan elektrode tersebut tidak bisa berkontak langsung dengan
larutan uji. Karenanya pengukuran-pengukuran dapat dibuat tanpa bahaya
elektrolisis atau polarisasi elektrode sedangkan kekurangann frekuensi tinggi ini
adalah respon dari suatu titrimetri frekuensi tinggi ialah non spesifik karena
bergantung hanya pada konduktivitas dan tetapan dielektrik sistem itu serta tidak
bergantung pada identitas kimiawi dari komponen-komponen sistem itu.
Setiap ion atau molekul dipolar cendrung bergerak atau menjuruskan dirinya
sendiri dalam arah elektrode yang polaritasnya berlawanan. Polaritas elektrode
berubah satu kali setiap daur, dan ion atau dipol itu harus membalikan gerakan
atau orientasinya. Konduktan larutan ialah hasil dari gerakan ion-ion negatif dan
positif relatif terhadap ion-ion tersebut dan terhadap molekul-molekul terlarut.
Setiap ion cendrung unutk bergerak mendahului atmosfer ioniknya dan akibatnya
terbentuk distribusi muatan yang tidak simetris disetiap ion pusat serta terjadinya
suatu gaya hambat atas ion dalam arah yang berlawanan dengan gerakannya. Pada
frekuensi bolak balik yang lebih besar dari suatu megaherzt, ion pusat merubah
geraknya begitu cepat dengan setiap daur dari medan yang dikenakan, sehingga
tak banyak kesempatan untuk timbulnya asimetri drai atmosfer ionik dan akhirnya
konduktanpun naik. Pada frekuensi-frekuensi tinggi, ion-ion mengalami oksidasi
11
yang lebih kecil sehingga atmosfer ionik yang bermuatan berlawanan mengadaan
gaya hambatan yang relatif lebih kecil ketimbang pada frekuensi rendah. Teknik
ferkuensi tinggi ini adalah paling peka dalam titrasi-titrasi dimana konsentrasi
total ion yang terlarut berubah, misalnya dalam reaksi pengendapan dan
pembentukan kompleks. Teknik ini juga dapat diaplikasikan pada sebuah ion yang
bergerak cepat digantikan oleh sebuah ion yang bergerak lambat misalnya dalam
titrasi asam basa. Sebuah sel sederhana yang digunakan untuk titrasi frekuensi
tinggi terdiri dari dua lempeng logam yang terpasang tetap pada dinding sebuah
wadah kaca.
Contoh Titrasi Frekuensi Tinggi
Suatu larutan yang akan dititrasi harus diencerkan lebih lanjut dalam sel
sampai volume total menjadi kira-kira 35 sehingga permukaan cairan berada
lebih dari 1 cm diatas elektrode atas sel itu dan akhirnya akan memberikan
konsentrasi yang terletak dalam jangkauan operasi optimum dari titrimeter yang
digunakan. Selain itu titran harus mempunyai konsentrasi lima sampai sepuluh
kali konsentrasi larutan uji, dan setelah penambahan reagensia titrimeter
disesuaikan kembali. Dan terakhir kita harus melakukan pembacaan hasil
instrumen pada grafik terhadap volume titran yang ditambahkan.
2.8.2 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Konduktometri
Kelebihan titrasi konduktometer
a. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah
dapat ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
b. Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
c. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
d. Lebih praktis
e. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
12
e. Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
f. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan
meleleh.
13
kali. Dalam penelitian ini, metode imobilisasi OPH adalah adsorpsi. Metode ini
sederhana dan tidak secara signifikan mengubah aktivitas OPH.
Suhu, pH, dan jumlah enzim mempengaruhi aktivitas enzim. Oleh karena
itu, mereka juga mempengaruhi Kinerja biosensor. Suhu optimum mencapai50-
55°C dan pH untuk OPH adalah 9. Dalam penelitian ini, suhu dibuat konstan
pada suhu kamar untuk menghindari penguapan selama percobaan dan
memudahkan operasi. Tujuan utama dari ini penelitian adalah untuk mempelajari
pengaruh Ph dan jumlah enzim pada kinerja biosensor serta menganalisis
biosensor pada kondisi optimum. Jumlah enzim pada tahap biosensor membangun
sedangkan pH dipelajari selama karakterisasi biosensor. Tujuan kedua dari
penelitian ini adalah untuk melihat apakah perangkat ini dapat diterapkan dalam
sampel sayuran.
14
lebih sensitif. Biosensor diharapkan dapat mendeteksi kadar residu pestisida
secara lebih sensitif karena kerja biosensor lebih selektif. Biosensor untuk
mendeteksi pestisida telah dikembangkan secara konduktometri dan amperometri.
Daya hantar yang terbaca berbanding lurus dengan luas elektroda dan masa
enzim yang digunakan. Jadi pada penelitian ini, menggunakan variasi pada massa
enzim dan luas elektroda. Elektroda yang digunakan adalah SPCE ( Elektroda
Screen-Printed Carbon) yang dilapisi dengan OPH dengan bantuan membran
kitosan dan larutan glutaraldehid. Jarak antar elektroda diatur sedemikian rupa
hingga nilainya konstan.
Ketika suatu zat dilarutkan dalam air, maka terdapat 3 kemungkinan yang
terjadi yakni zat tersebut larut secara sempurna, larut sebagian dan tidak larut
dalam air. Banyaknya spesi yang terionisasi dalam air dapat diketahui
menggunakan derajat disosiasi atau derajat ionisasi (α).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibahas diatas maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa secara umum, daya hantar listrik merupakan gejala transfer
energy sekaligus transport partikel, mengingat sifat electron yang mengikuti asas
dualism partikel. Elektron adalah partikel yang bertanggungjawab dalam
pengahantaran arus listrik atau konduktivitas. Konduktivitas jenis berbeda pada
setiap bahan namun tidak bergantung pada konsentrasinya, sedangkan
konduktivitas molar adalah konduktivitas jenis pada setiap konsentrasi dalam
ukuran molaritas.
Konduktansi listrik bergantung pada konsentrasi. Hal ini dapat
dimanfaatkan untuk titrasi konduktometri, dimana semakin pekat suatu larutan,
maka daya hantarnya akan semakin lemah. Pada daya hantar listrik, gaya
elektrostatik juga turut mempengaruhi, sehingga daya hantar listrik juga
dipengaruhi oleh derajat ionisasi. Dengan demikian, kita dapat mengukur derajat
ionisasi suatu larutan elektrolit yang sangat lemah sekalipun menggunakan daya
hantar listrik. Oleh karena itu, daya hantar listrik mempunyai aplikasi yang sangat
luas terutama di bidang kimia analitik, apalagi pengukuran daya hantar listrik
tidak memerlukan instrument yang mahal, sehingga sangat mudah dan murah dan
dapat digunakan secara luas. Dengan demikian, daya hantar listrik dapat
digunakan pada laboratorium sederhana sekalipun namun hasilnya tidak jauh
berbeda dengan laboratorium yang menggunakan instrumen canggih seperti
spektrofotometer.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony., (1987), Kimia Fisika untuk Universita, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Dogra dan Dogra., (1990), Kimia Fisik Dan Soal-Soal, UI-Press, Jakarta
Sugiyono, K.H, Suyanti, R.D., (2014), Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu,
Yogyakarta
17
18