Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kehidupan manusia sering terhubung dengan listrik. Dapatkah anda
bayangkan, bagaimana kehidupan di bumi jika tidak ada listrik? Dari manakah listrik ini
berasal? Listrik yang kita gunakan sehari-hari adalah listrik yang mengalir (dinamis).
Ledakan petir merupakan contohnyata keberadaan listrik. Petir merupakan hasil
pelepasan muatan listrik di awan. Energi yang dilepaskan petir sangat besar sehingga
menimbulkan cahaya panas dan bunyi gelegar yang sangat keras. Tahukah anda bahwa
besarnya tegangan listrik yang berasal dari petir dapat menghidupkan jutaan
kendaraan? Listrik statis (electrostatic) membahas muatan listrik yang berada dalam
keadaandiam (statis).
Listrik statis dapat menjelaskan bagaimana sebuah penggaris yangtelah digosok-
gosokkan ke rambut dapat menarik potongan-potongan kecil kertas. Gejala tarik menarik
antara dua buah benda seperti penggaris plastik dan potongan kecil kertas dapat
dijelaskan menggunakan konsep muatan listrik. Berdasarkan konsep muatan listrik, ada
dua macam muatan listrik, yaitu muatan positif dan muatan negatif. Muatan listrik timbul
karena adanya elektron yang dapat berpindah dari satu benda ke benda yang lain.
Benda yang kekurangan elektron dikatakan bermuatan positif, sedangkan benda
yang kelebihan electron dikatakan bermuatan negatif. Elektron merupakan muatan dasar
yang menentukan sifat listrik suatu benda. Dua buah benda yang memiliki muatan
sejenis akan saling tolak menolak ketika didekatkan satu sama lain. Adapun dua buah
benda dengan muatan yang berbeda (tidak sejenis) akan saling tarik menarik saat
didekatkan satu sama lain. Tarik menarik atau tolak menolak antara dua buah benda
bermuatan listrik adalah bentuk dari gaya listrik yang dikenal juga sebagai gaya
coulomb.
Listrik dinamis adalah listrik yang dapat bergerak, cara mengukur kuat arus pada
listrik dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah
coulumb dan satuan waktu adalah detik. Kuat arus pada rangkaian bercabang atau paralel
sama dengan kuat arus yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar, sedangkan pada
rangkaian seri kuat arustetap sama disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya
tegangan berbeda pada hambatan. Pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada
hambatan, tetapi pada rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan.
1
Semua itu telah dikemukakan oleh hukum Kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus
listrik yang masuk sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar". Berdasarkan
hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur tegangan listrik adalah kuatarus ×
hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena tegangan sebanding dengan kuat arus.
Tegangan memiliki satuan volt (V) dan kuat arus adalah ampere (A) serta hambatan
adalah ohm.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan listrik statis?
2. Apa yang dimaksud dengan listrik dinamis?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam listrik statis?
4. Apa saja yang termasuk ke dalam listrik dinamis?

C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi listrik statis.
2. Untuk memahami definisi listrik statis.
3. Untuk mengetahui apa sajakah yang termasuk ke dalam listrik statis.
4. Untuk mengetahui apa sajakah yang termasuk ke dalam listrik dinamis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Listrik Statis
Dalam ilmu fisika, listrik dibedakan menjadi dua macam, yaitu listrik statis dan
listrik dinamis. Listrik statis mempelajari sifat kelistrikan suatu benda tanpa
memperhatikan gerakan atau aliran muatan listrik. Dalam ilmu fisika disebut
elektrostatika. Sebaliknya, jika memperhatikan adanya muatan listrik yang bergerak atau
mengalir, maka disebut listrik dinamis atau elektrodinamika.
Listrik statis (electrostatic) membahas muatan listrik yang berada dalam keadaan
diam (statis). Listrik statis dapat menjelaskan bagaimana sebuah penggaris yang telah
digosok-gosokkan ke rambut dapat menarik potongan-potongan kecil kertas. Gejala tarik
menarik antara dua buah benda seperti penggaris plastik dan potongan kecil kertas dapat
dijelaskan menggunakan konsep muatan listrik.
Berdasarkan konsep muatan listrik, ada dua macam muatan listrik, yaitu muatan
positif dan muatan negatif. Muatan listrik timbul karena adanya elektron yang dapat
berpindah dari satu benda ke benda yang lain. Benda yang kekurangan elektron
dikatakan bermuatan positif, sedangkan benda yang kelebihan electron dikatakan
bermuatan negatif. Elektron merupakan muatan dasar yang menentukan sifat listrik suatu
benda.
1. Muatan Listrik
Thales dari Milete (540 – 546 SM) adalah ahli
pikir Yunani purba, yang menurut sejarahnya bahwa
gejala listrik statis terjadi pada batu ambar yang
digosok dengan bulu. Ternyata batu ambar tersebut
dapat menarik benda-benda ringan yang lain
misalnya bulu ayam. Dalam bahasa Yunani batu ambar sering disebut elektron. Sesuai
dengan pengamatan pada kegiatan di atas ternyata benda-benda tertentu yang telah
digosok dapat menarik benda-benda kecil yang ada di sekitarnya. Benda-benda yang
telah digosok dan dapat menarik benda kecil yang ada di sekitarnya ini disebut benda
yang telah bermuatan listrik. Dari kegiatan di atas yang telah kalian lakukan dapat
disimpulkan bahwa:
- Plastik yang telah digosokkan pada rambut kering akan bermuatan listrik negatif.
- Kaca yang telah digosok dengan bulu akan bermuatan listrik positif.
3
- Dua buah benda yang bermuatan listrik sejenis akan tolak-menolak dan jika muatan
listriknya berbeda akan tarikmenarik. Untuk menerangkan pengertian adanya sifat
kelistrikan pada suatu benda, perlu dipahami adanya konsep atom yang dimunculkan
oleh para ahli di antaranya, teori atom Dalton, Thompson, Rutherford dan Bohr.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa:
- Benda terdiri atas atom-atom sejenis.
- Setiap atom terdiri atas sebuah inti yang dikelilingi oleh satu atau lebih elektron.
- Inti atom bermuatan positif, elektron bermuatan negatif.
- Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif dan netron yang tidak bermuatan
listrik.
Benda atau materi pada umumnya mempunyai jumlah proton sama dengan jumlah
elektron benda disebut dalam keadaan netral. Jika keseimbangan antara jumlah proton
dan jumlah elektron terusik yaitu adanya pengurangan atau penambahan muatan
elektron, maka benda tersebut dikatakan bermuatan listrik. Benda akan bermuatan listrik
positif bila kekurangan elektron dan benda bermuatan negatif apabila kelebihan elektron.
Cara tradisional untuk memperoleh benda bermuatan listrik bisa dilakukan dengan
gosokan. Jika dua benda saling digosokkan, maka elektron dari benda yang satu akan
pindah ke benda yang lain, sehingga benda yang kehilangan elektron akan bermuatan
positif dan benda yang menerima pindahan elektron akan bermuatan negatif.
Benda bermuatan listrik ialah benda yang mempunyai kelebihan sejumlah elektron
atau proton. Benda yang kelebihan sejumlah elektron akan bermuatan negatif dan yang
kelebihan sejumlah proton dikatakan bermuatan positif. Sekelompok partikel bermuatan,
misalnya atom-atom, atau elektronelektron, selalu menempati suatu volume tertentu. Jika
ukuran volume yang ditempati partikel-partikel bermuatan tersebut sedemikian kecilnya
dibandingkan dengan jarak-jarak lain dalam persoalan yang dibicarakan, maka partikel
bermuatan tersebut dikatakan muatan titik.
Dalam literatur -biasa digunakan huruf q atau Q untuk menyatakan jumlah kelebihan
muatan positif atau negatif pada suatu benda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap muatan Q besar atau kecil, positif atau negatif adalah merupakan kelipatan dari:
e =1,602 X 10-19C
Di sini -e adalah muatan untuk satu elektron dan Coulomb (C) adalah satuan muatan
listrik.

4
2. Kuat Medan
Daerah di sekitar benda yang bermuatan listrik disebut medan listrik. Benda-benda
yang bermuatan listrik mempunyai garis-garis gaya listrik. Garis gaya listrik pada
muatan positif bergerak keluar, sedangkan pada muatan negative bergerak menuju ke
pusat. Garis gaya listrik bergerak dari muatan listrik positif menuju muatan negative.
Medan listrik dapat dinyatakan dengan kerapatan garis-garis gaya listrik. Medan listrik
yang terjadi antara muatan negative dan muatan positif sangat besar karena adanya
kerapatan garis-garis gaya listrik. Sedangkan medan listrik yang terjadi antara muatan
positif dengan muatan sangat kecil karena tidak adanya kerapatan garis-garis gaya listrik.
Makin besar kerapatan garis-garis gaya listrik di suatu tempat antara 2 muatan, makin
besar pula medan listriknya.
Kuat medan listrik dapat ditentukan dengan persamaan :

Keterangan :
E : Medan Listrik ( N/C )
k : Bilangan Konstanta ( Nm2 /C2)
q,Q : Muatan Listrk ( C )
r : Jarak antara muatan ( m )

3. Potensial Listrik
Potensial listrik dapat didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk
memindahkan muatan positif sebesar 1 satuan dari tempat tak terhingga ke suatu titik
tertentu. Potensial listrik dapat pula diartikan sebagai energi potensial listrik per satuan
muatan penguji. Rumus potensial listrik sebagai berikut : V = Ep /q’ atau seperti pada
gambar berikut

Potensial listrik di titik P dirumuskan :


V = k Q/r
5
Keterangan :
V = Potensial Listrik (Volt)
k = Konstanta Listrik = 9.109 Nm2C-2
Q = Muatan sumber (Coulomb)
r = jarak dari muatan sampai titik P

4. Hambatan Listrik
Hambatan listrik merupakan besaran yang menghalangi arus yang mengalir dalam
suatu penghantar listrik. Dalam fisika hambatan listrik ini pertama kali diamati oleh
George Simon Ohm. Pada 1927, seorang fisikawan Jerman bernama George Simon Ohm
melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara beda potensial dan kuat arus
listrik. Hambatan listrik dapat dirumuskan dengan persamaan :

dengan:
V = beda potensial (volt, V)
I = kuat arus listrik (ampere, A)
R = hambatan (Ohm, Ω)
Persamaan ini menunjukkan bahwa hambatan listrik (R) berbanding lurus dengan
tegangan listrik (V) dan berbanding terbalik dengan arus listrik (I). Jika tegangan listrik
semakin besar maka hambatan listrik semakin besar, sebaliknya apabila kuat arus listrik
semakin besar maka hambatan listrik semakin besar. Persamaan ini menjelaskan hukum
Ohm hanya ketika hambatan listrik (R) bernilai konstan. Jika hambatan listrik tidak
konstan maka persamaan ini tidak menjelaskan hukum Ohm tetapi menjelaskan
hambatan suatu konduktor.
Telah dijelaskan juga keterkaitan antara hambatan listrik konduktor (R), hambatan
jenis atau resistivitas konduktor (ρ), panjang konduktor (l) dan luas penampang
konduktor (A). Secara matematis dinyatakan dalam persamaan :

Berdasarkan persamaan ini disimpulkan bahwa hambatan listrik berbanding lurus


dengan hambatan jenis dan panjang konduktor, tetapi berbanding terbalik dengan luas
penampang konduktor. Dengan kata lain, hambatan listrik bertambah apabila hambatan

6
jenis dan/atau panjang konduktor bertambah, sebaliknya hambatan listrik berkurang jika
luas penampang konduktor bertambah.
Jika panjang konduktor (l) dan luas penampang (A) bernilai konstan maka hambatan
listrik (R) bergantung hanya pada hambatan jenis (ρ). Jika hambatan jenis bertambah
maka hambatan listrik bertambah, sebaliknya apabila hambatan jenis berkurang maka
hambatan listrik berkurang. Nilai hambatan jenis masing-masing konduktor berbanding
lurus dengan suhu, bila suhu semakin tinggi maka hambatan jenis semakin besar atau
sebaliknya jika suhu semakin rendah maka hambatan jenis semakin kecil.

5. Hukum Coulomb
Tahun 1785 seorang fisikawan Prancis yang bernama Charles Agustin Coulomb
menyelidiki besarnya gaya yang terjadi pada dua benda yang bermuatan listrik. Alat
yang digunakannya adalah neraca punter (torsion balance). Hasil investigasinya
menemukan hubungan bahwa “besarnya gaya listrik sebanding dengan besarnya muatan
listrik dua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak pisah antara dua buah
benda yang bermuatan listrik”. Pernyataan ini dikenal dengan nama Hukum Coulomb .
Sebagai penghargaan atas jasanya, nama coulomb digunakan sebagai satuan muatan
listrik.
Hukum Coulomb secara matematis dapat dituliskan :

F = Gaya listrik (newton)


Q1 = Muatan listrik benda 1 (coulomb)
Q2 = Muatan listrik benda 2 (coulomb)
r = Jarak pisah antara dua benda bermuatan listrik (meter)
k = Tetapan (9 x 109 N m2 C-2)
Dua muatan listrik sejenis tolak-menolak dan dua muatan listrik tidak sejenis tarik-
menarik. Ini berarti antara dua muatan listrik timbul gaya listrik (tolak-menolak atau
tarikmanarik). Hubungan gaya tarik atau tolak antara dua bola bermuatan dengan jarak
kedua muatan diteliti oleh seorang pakar fisika berkebangsaan Prancis bernama Charles
Coulomb, pada 1785. Peralatan yang digunakan pada eksperimennya adalah neraca
puntir yang mirip dengan neraca puntir yang digunakan oleh Cavendish pada percobaan
gravitasi. Bedanya, pada neraca puntir Coulomb massa benda digantikan oleh bola kecil
bermuatan.

7
Semakin besar jarak antara kedua partikel tersebut maka semakin kecil gaya
Coulombnya. Sehingga jarak kedua partikel menjadi berbanding terbalik dengan F ( gaya
Coulomb).Gaya Coulomb sebanding dengan kedua muatannya.
Gaya Coulomb termasuk besaran vektor. Apabila pada sebuah benda bermuatan
dipengaruhi oleh benda bermuatan listrik lebih dari satu, maka
besarnya gaya Coulomb yang bekerja pada benda itu sama dengan jumlah vektor dari
masing-masing gaya coulomb yang ditimbulkan oleh masing-masing benda bermuatan
tersebut.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya gaya coulomb merupakan gaya interaksi
pada dua partikel yang memiliki jarak. Bagaimana dengan interaksi dengan tiga partikel
muatan listrik yang saling berinteraksi ? Kita dapat mencari gaya coulomb dengan cara
menjumlahkan vektor dari gaya yang dihasilkan tiap partikel yang menjadi acuannya.
Ada beberapa keadaan yang dapat kita hitung dengan gaya rersultannya.

6. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan “ Kuat arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar,
sebanding dengan beda potensial antara kedua ujung penghantar itu, asal suhunya tidak
berubah”
Dari pernyataan yang disampaikan oleh George Simon Ohm ini, berarti semakin
besar beda potensial antara ujung-ujung suatu penghantar, semakin besar pula kuat arus
listrik yang mengalir.
Dalam penyelidikannya George Simon Ohm (ahli ilmu fisika dari Jerman)
menemukan bahwa arus listrik yang mengalir dalam hambatan akan bertambah besar jika
tegangan dinaikkan, sementara nilai hambatannya tetap. Dari uraian diatas dapat
dituliskan rumus hukum Ohm, yaitu:
V = I.R
dimana:
V = tegangan dalam satuan volt
I = arus dalam satuan amper
R = hambatan dalam satuan Ohm
Jadi bila kita ingin menambah kuat arus yang ada pada suatu penghantar, kita bisa
menaikkan beda potensial antara ujung-ujung penghantar tersebut. Tetapi untuk
menaikkan kuat arus pada suatu penghantar, tidak hanya dengan cara menaikkan beda
8
potensial ini saja. Ada cara lain, yaitu dengan mengurangi nilai hambatan yang terdapat
pada penghantar tersebut.
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan
dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan beda potensial
1 Volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu
perbandingan antara beda potensial dan kuat arus. Semakin besar sumber tegangan maka
semakin besar arus yang dihasilkan. Jadi, besar kecilnya hambatan listrik tidak
dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang
penampang, luas penampang dan jenis bahan. Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan berbading lurus dengan panjang benda,
semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu benda. Hambatan juga berbading
terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas penampangnya maka semakin kecil
hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel yang ada pada tiang listrik dibuat besar-besar,
tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan
mudah. Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin
besar hambatan jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu.
Kalau antara dua kutub positif dan kutub negatif dari sebuah sumber tegangan kita
hubungkan dengan sepotong kawat penghantar, maka akan mengalir arus listrik dari
kutub positip ke kutub negatip. Arus ini mendapat hambatan dalam penghantar itu. Dari
peristiwa di atas dapat diketahui bahwa ada hubungan antara arus yang mengalir dalam
hambatan kawat dan adanya sumber tegangan. Besarnya arus listrik yang mengalir
tergantung dari besarnya hambatan kawat. Semakin besar hambatan kawat, maka
semakin kecil arus yang mengalir. Apabila sumber listrik bertegangan 1 volt
dihubungkan dengan hambatan sebesar 1 Ohm, maka arus yang mengalir sebesar 1
ampere.

B. Listrik Dinamis
Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. Cara mengukur kuat arus pada
listrik dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah
coulumb dan satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian bercabang sama
dengan kuata arus yang masuk sama dengan kuat arus yang keluar. sedangkan pada
rangkaian seri kuat arus tetap sama disetiap ujung-ujung hambatan. Sebaliknya tegangan
berbeda pada hambatan.

9
Pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada
rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. semua itu telah
dikemukakan oleh hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus listrik yang masuk
sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar". berdasarkan hukum ohm dapat
disimpulkan cara mengukur tegangan listrik adalah kuat arus × hambatan. Hambatan
nilainya selalu sama karena tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki
satuan volt(V) dan kuat arus adalah ampere (A) serta hambatan adalah Ohm.
1. Hukum Kirchoff 1 dan 2
Hukum Kirchhoff merupakan salah satu hukum dalam ilmu Elektronika yang
berfungsi untuk menganalisis arus dan tegangan dalam rangkaian. Hukum Kirchoff
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845. Hukum Kirchhoff terdiri dari 2 bagian yaitu
Hukum Kirchhoff 1 dan Hukum Kirchhoft 2
- Hukum I Kirchoff
Dengan menggunakan hukum Ohm kita dapat menemukan besarnya arus yang
mengalir pada suatu rangkaian gabungan seri-paralel. Meskipun demikian, kadang-
kadang kita menjumpai rangkaian yang sulit untuk dianalisis. Sebagai suatu contoh,
kita tidak dapat menemukan aliran arus pada setiap bagian rangkaian sederhana
dengan kombinasi hambatan seri dan paralel. Menghadapi rangkaian yang sulit
seperti ini, kita menggunakan hukum-hukum yang ditemukan oleh G. R. Kirchoff
(1824-1887) pada pertengahan abad 19. Terdapat dua hukum Kirchoff, dan hukum-
hukum ini adalah aplikasi sederhana yang baik sekali dari hukum-hukum kekekalan
muatan dan energi. Hukum pertama Kirchoff atau hukum persambungan (junction
rule) didasarkan atas hukum kekekalan muatan, dan kita telah menggunakannya
pada kaidah untukhambatanhambatan paralel.
Hukum I Khircoff berbunyi: Pada suatu titik cabang, jumlah kuat arus yang masuk
sama dengan jumlah kuat arus yang keluar.

Misalkan pada titik cabang P

10
Maka sesuai dengan Hk I Khircoff adalah:

I1 + I2 = I3 + I4

- Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff atau kaedah loop (loop rule) didasarkan atas kekekalan energi.
Hukum II Khircoff berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik ( ) dengan
penurunan tegangan (IR) adalah sama dengan nol.
Secara matematis:

Perjanjian tenda untuk ggl ε dan kuat arus I dalam persamaan di atas adalah :
 pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dg arah tertentu, namun jika
memungkinkan usahakan searah arah arus.
 Kuat arus bertanda positif jika searah dengan arah loop dan negatif jika
berlawanan arah dengan arah loop.
 Bila ketika mengikuti loop sesuai dengan arah loop, kutub positif dijumpai lebih
dulu dari kutub negatifnya, maka ggl bertanda positif, dan negatif jika sebaliknya.
Beda potensial (tegangan jepit) antara dua titik pada suatu cabang, misalnya antara
titik a dan b, dihitung dengan persamaan:

2. Rangkaian Listrik
Ada dua jenis rangkaian listrik. Jenis rangkaian tersebut bergantung pada bagaimana
bagian-bagian rangkaian (sumber tegangan, kawat penghubung, dan hambatan-
hambatan) disusun. Rangkaian tersebut adalah rangkaian seri dan paralel.
- Rangkaian seri
Mungkin kamu pernah memasang lampu dekorasi untuk penjor peringatan hari
kemerdekaan. Jika salah satu lampu tersebut putus, semua lampu mati, dan biasanya
kamu kesulitan mencari lampu mana yang putus. Lampu-lampu tersebut dirangkai

11
secara seri. Rangkaian Seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara
sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian seri.
Pada rangkaian seri, hanya terdapat satu lintasan arus listrik. Bagian rangkaian
dipasang secara berurutan, tanpa ada percabangan. Kita dapat mengganti beberapa
hambatan yang dirangkai secara seri dengan sebuah hambatan. Sebagai contoh, R1,
R2, dan R3 dalam Gambar dibawah . dapat kita ganti dengan Rs. Kita akan mencari
besar Rs.

Secara umum, jika terdapat rangkaian seri dengan n buah hambatan yang
besarnya R1, R2, R3, … Rn, maka hambatan penggantinya adalah:

- Rangkaian paralel
Apa yang terjadi jika lampu-lampu di rumahmu dirangkaikan seri? , begitu salah
satu lampu mati, maka lampu yang lain juga akan padam. Rangkaian paralel terdiri
atas beberapa cabang arus.

Perhatikan rangkaian paralel pada Gambar di atas. Arus listrik terpisah menjadi tiga,
mengalir pada tiap cabang.
Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input
komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain tersusun
paralel.
Jika kuat arus pada tiap cabang dijumlahkan, maka besarnya sama dengan kuat arus
sebelum memasuki cabang. Ini merupakan bunyi dari Hukum I Khirrchoff,
persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut.

12
Beberapa hambatan yang dirangkaikan secara paralel dapat kita ganti dengan satu
hambatan pengganti. Sesuai dengan Hukum Ohm, maka total hambatan resistor pada
rangkaian paralel merupakan jumlah dari kebalikan hambatan tiap-tiap komponen
dan dirumuskan dengan:

dengan Rp = hambatan pengganti paralel …………………… Ω

3. Tegangan Listrik
Tegangan Listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan unit
muatan listrik dari satu tempat ke tempat lainnya. Tegangan listrik yang dinyatakan
dengan satuan Volt ini juga sering disebut dengan beda potensial listrik karena pada
dasarnya tegangan listrik adalah ukuran perbedaan potensial antara dua titik dalam
rangkaian listrik. Suatu benda dikatakan memiliki potensial listrik lebih tinggi daripada
benda lain karena benda tersebut memiliki jumlah muatan positif yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah muatan positif pada benda lainnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan Potensial listrik itu sendiri adalah banyaknya muatan yang terdapat
dalam suatu benda.
Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya yang mendorong perpindahan
elektron melalui konduktor dan semakin tinggi tegangannya semakin besar pula
kemampuannya untuk mendorong elektron melalui rangkaian yang diberikan. Semakin
tinggi tegangan listriknya maka semakin besar energi potensial yang dikarenakan
semakin banyak elektron yang dilepaskan.
Sebuah sumber tegangan listrik yang konstan biasanya disebut dengan tegangan DC
(tegangan searah) sedangkan sumber tegangan listrik yang bervariasi secara berkala
dengan waktu disebut dengan tegangan AC (tegangan bolak balik). Tegangan listrik
diukur dengan satuan Volt yang dilambangkan dengan simbol huruf “V”. 1 Volt (satu
Volt) dapat didefinisikan sebagai tekanan listrik yang dibutuhkan untuk menggerakan 1
Ampere arus listrik melalui konduktor yang beresistansi 1 Ohm. Istilah “VOLT” ini
diambil dari nama fisikawan Italia yang menemukan baterai volta (Voltaic Pile) yaitu
Alessandro Volta (1745-1827).

13
Didalam pelajaran fisika sederhana rumus umum yang berlaku untuk menghitung
tegangan listrik yaitu arus dikali tahanan. Atau bisa juga didapat dari daya (P) dibagi arus
(I). Jika Seringkali anda mendengar orang PLN bilang daya listrik rumah anda 1300
watt, maka dapat disimpulkan bahwa arus yang bisa mengalir di rumah kita maksimal
sebesar 5,9A atau bulatnya 6A. Makanya pada rumah yang dayanya 1300 watt dipasang
MCB nya yang 6A sama pihak PLN, jadi pada saat pemakaian arus yang lebih dari 6A
maka MCB akan turun dan memutuskan sumber arus listrik.
V=P/I
atau
V = I. R
Keterangan :
V : Tegangan listrik (Volt)
I : Arus listrik (Ampere)
P : Daya listrik (Watt)
R : Hambatan (Ohm)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tinjauan mengenai konsep kelistrikan dilandasi dari pembicaraan mengenai listrik
statis dan listrik dinamis. Sesuai dengan namanya, listrik statik merupakan kajian
mengenai kelistrikan yang mempelajari muatan listrik yang dalam keadaan diam. Telah
lama orang memperhatikan fenomena sebuah benda yang dapat menarik benda-benda
tertentu. Listrik dinamis adalah listrik yang dapat bergerak, cara mengukur kuat arus
pada listrik dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik
adalah coulumb dan satuan waktu adalah detik.
Keajaiban yang semula dianggap sebagai sihir ini kemudian terbukti bahwa ada
suatu kejadian fisis yang berkaitan dengan adanya gejala kelistrikan. Gejala kelistrikan
statik baru dipelajari secara intensif oleh Dufay (pada tahun 1700-an) dimana ia berhasil
menunjukkan ada dua jenis gejala,yaitu gejala listrik dapat menimbulkan efek tarik-
menarik pada benda tertentu dan gejala listrik dapat menimbulkan efek tolak-menolak.
Pada perkembangan selanjutnya didefinisikan bahwa ada dua jenis muatan listrik:
muatan positif dan muatan negatif. Charles Augustin de Coulomb menemukan bahwa
muatan-muatan sejenis akan menimbulkan efek tolak-menolak sedangkan muatan-
muatan tidak sejenis akan menimbulkan efek tarik-menarik. Gaya tarik atau gaya tolak
ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara benda/muatan dan sebanding dengan
besarnya muatan benda tersebut. Cara lain dalam menjelaskan gejala kelistrikan adalah
dengan konsep medan listrik.
Medan listrik adalah daerah di sekitar muatan dimana pengaruh listrik masih
berpengaruh pada muatan lain. Kuat medan listrik termasuk besaran vektor. Oleh karena itu kuat
medan listrik di suatu titik akibat adanya beberapa muatan sumber merupakan jumlah
vektor (resultan) dari vektor-vektor kuat medan listrik yang dihasilkan oleh masing-masing muatan
sumber. Konsep energi juga berguna dalam kelistrikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli. D. C. 2001. FisikaEdisiKelimaJilid 1. Jakarta : Elangga.


Halliday, Resnick. 1998. Fisika Edisi Ke 3. Jakarta: Erlangga
Kanginan, marthen. 2006. Fisika Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: PusatPerbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Supramono, Eddy.2005. Fisika dasar II. Malang: UM Press.
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta : Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai