Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

ILMU BIOMEDIK KEPERAWATAN


BIOMEKANIK DAN BIOLISTRIK

Dosen Pengampu: 1. Wahyu Widodo,S.Kp., Ns., M.Kep.

Kelompok :
1. Adelia Khansa P (22001)
2. Adi Sulistiyo P (22002)
3. Adrian Aulia R (22003)
4. Adi Sulistiyo P (22002)
5. Aida Komala S (22004)
6. Aida Mardinata (22005)
7. Ainahaq Luisa P (22006)
8. Akhsanu Nadiya N (22007)
9. Alfina Windriani R (22008)
10. Aliyah Nadhira N P (22009)
11. Amanda Dewi K (22010)
12. Arya Deni V (22017)
13. Dwi Wahyu S (22041)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB PURWOREJO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan………………........................................................................................... 1
1.3 Manfaat……………........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penilitian Terdahulu
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Aplikasi materi dalam keperawatan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kehendakn-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Prinsip-prinsip Biomekanika dan Biolistrik
Sebagai Suatu pendekatan Dalam Masalah Keperawatan”
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pengetahuan tentang prinsip-prinsip
biomekanika dan biolistrik sebagai suatu pendekatan dalam masalah keperawatan dan
sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Ilmu
Dasar Keperawatan 1” makalah ini disusun pada tanggal 14 Oktober 2022.
Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan, maupun isi materi makalah ini masih
banyak kekurangan. Sehingga kami sebagai tim penulis mengharapkan bagi setiap pembaca
untuk menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan
makalah kedepannya.
Kaami mengucaapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penulisan makalah ini.

Purworejo, 14 Oktober 2022


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelistrikan sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya kita kurang
memperhatikan hal tersebut. Gaya tarik listrik sudah diamatai pada zaman yunani kuno.
Kelistrikan memegang peranan penting dalam hal kesehatan. Listrik yang ada di tubuh kita
disebut biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang ada dalam tubuh makhluk hidup,
yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik. Pada dasarnya semua
fungsi dan aktivitas tubuh banyak melibatkan listrik. Sistem saraf berperan penting pada
hampir semua fungsi tubuh. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang
terdapat dalamtubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada
ekstrasel lebih banyak ion Na dan Cl2 sedangkan intra sel terdapat ion h dan anion protein.
Beberapa penyelidikan yang telah dilakukan berhubungan dengan biolistrik :
1. Pada tahun 1780, Luigi Galvanic meneliti kelistrikan pada tubuh hewan.
2. Pada tahun 1892, Arons merasakan aliran frekuensi tinggi melalui dirinya dan
asistennya.
3. Pada tahun 1899, Van Seynek meneliti tentang terjadinya panas pada jaringan akibat
aliran frekuensi tinggi.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Mengetahui pengertian atom & ion, muatan listrik, potensial, arus & hambatan listrik.
2. Mengetahui potensial listrik pada berbagai keadaan sel (Transduksi sinyal, potensial
membran istirahat, depolarisasi, hiperpolarisasi, potensial aksi).
3. Mengetahui penghantaran impuls di dalam tubuh & transmisi sinaps : potensial end
plate, pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan Inhibitory PostSynaptic.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Atom, Ion, Muatan Listrik, Potensial, Arus & Hambatan Listrik
a. Atom
Tubuh, layaknya semua materi lain terdiri dari atom. Atom merupakan susunan materi
pembangun. Walaupun awalnya ketika atom berarti suatu partikel yang tidak dapat
dipotong-potong lagi menjadi partikel yang lebih kecil. Dalam terminologi ilmu pengetahuan
modern, atom tersusun atas berbagai partikel sub-atom. Partikel-partikel penyusun atom ini
adalah elektron, proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron.
Demikian pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel sub-atom ini, elektron adalah yang palin ringan dengan masa elektron
sebesar 9,11 × 10-31 kg dan mempunyai muatan negatif .1 Ukuran elektron sangatlah kecil
sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur ukurannya.
Proton memiliki muatan positif dan massa 1.836 kali lebih berat daripada elektron (1,6726 ×
10-27 kg).2 Neutron tidak bermuatan listrik dan bermassa bebas 1.839 kali masa elektron
atau (1,6929 × 10-27 kg).3
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut
nomor atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut
sebagai isotop.
b. Ion
Ion adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik. Ion bermuatan negatif, yang
menangkap satu atau lebih elektron disebut Anion. Disebut anion karena ion tersebut
tertarik menuju anoda.4 Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih elektron,
disebut kation , karena tertarik ke katoda.5 Proses pembemtukan ion disebut ionisasi. Ion
juga merupakan pembawa muatan sehingga mampu menghantarkan listrik. Hal itulah yang
menyebabkan tubuh kita tersengat listrik. Karena arus listrik yang dihantarkan oleh tubuh
kita jauh lebih besar daripada arus listrik yang kita perlukan untuk menjalankan fungsi
normal tubuh di jantung.
c. Muatan Listrik
Muatan Listrik (Q) adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda. Satuan Q adalah coulomb
yang merupakan 6.24 × 1018 muatan dasar.6 Q adalah sifat dasar dimiliki oleh suatu materi,
baik berupa proton (muatan positif) maupun elektron (muatan negatif). Muatan listrik total
suatu atom atau materi ini bisa positif, jika atomnya kekurangan elektron. Sementara atom
yang kelebihan elektron, akan bermuatan negatif. Besarnya muatan suatu atom/materi
bergantung pada jumlah proton dan atau elektron.7 Oleh karena itu, muatan materi/atom
merupakan kelipatan dari satuan Q dasar. Dalam atom yang netral, jumlah proton akan sama
dengan jumlah elektron yang mengelilinginya (membentuk muatan total yang netral atau tak
bermuatan).
Muatan listrik dalam tubuh dibagi menjadi 2:
1) Muatan listrik negatif terdapat di permukaan dalam membran.
2) Muatan listrik negatif terdapat di permukaan luar membran.

d. Arus Listrik
Arus listrik adalah aliran yang terjadi akibat jumlah muatan listrik dari satu titik ke titik lain
dalam suatu rangkaian dalam setiap waktu . Arus listrik juga terjadi akibat adanya beda
potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin besar nilai
tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar pula nilai arus yang mengalir
pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam internasional yaitu A (ampere), yang
dimana dalam penulisan rumus arus listrik ditulis dalam simbol I (current). Contoh arus
listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan
mikroAmpere (μ A) seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200
kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Arus listrik mengalir dari muatan positif
menuju muatan negatif, atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial
tinggi menuju potensial rendah. Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2
(dua) kategori, yakni :
1. Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik berpotensial tinggi
menuju titik berpotensial rendah.
2. Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir secara berubah-
ubah mengikuti garis waktu.
Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan banyaknya muatan listrik
yang mengalir. Kuat arus listrik adalah suatu kecepatan aliran muatan listrik. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan kuat arus listrik ialah jumlah muatan listrik yang melalui
penampang suatu penghantar setiap satuan waktu. Jika jumlah muatan q melalui
penampang penghantar dalam waktu t, maka kuat arus I secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut :

Keterangan :
I : kuat arus listrik (A)
q : muatan listrik yang mengalir (C)
t : waktu yang diperlukan (s)
e. Hambatan Listrik
Hambatan listrik ialah sebuah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponenen
elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Ada dua hukum dalam
hambatan listrik yaitu :
a. Hukum Ohm menyatakan bahwa “Perbedaan potensial antara ujung konduktor
berbanding langsung dengan arus yang melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan
dari konduktor”
Rumusnya yaitu :
R=V/I
keterangan:
R : hambatan (Ω)
V : Tegangan (V)
I : Kuat arus (A)
b. Hukum Joule menyatakan bahwa :
“Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu akan
menimbulkan panas”
Rumusnya yaitu :

Q=V.I.t
Keterangan:
Q : energi panas yang ditimbulkan (joule)
I : kuat arus (ampere)
V :tegangan (Volt)

f. Potensial Listrik
Potensial listrik dapat didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk memindahkan
muatan positif sebesar 1 satuan dari tempat tak terhingga ke suatu titik tertentu. Potensial
listrik dapat pula diartikan sebagai energi potensial listrik per satuan muatan penguji.
Rumusnya yaitu:

Keterangan :

V : potensial listrik (Volt)


Q : muatan listrik (C)
W :usaha (J)
Potensial listrik dalam tubuh sering disebut sebagai potensial saraf. Di permukaan (atau
membran) setiap neuron, terdapat beda potensial listrik (voltase) akibat muatan negatif
neto di permukaan dalam membran dan muatan positif neto di permukaan luar. Muatan
neto adalah hasil dari interaksi rumit antara ion-ion negatif dan positif.

2.2 Potensial Listrik pada Berbagai Keadaan Sel


a. Transduksi sinyal
Transduksi sinyal merupakan pesan. jadi ada pean dari luar sel kemudian di membran sel
bertemu reseptornya dan mengakibatkan ada suatu tanggapan dari dalam sel. Menurut sifat
stimulator/ligand, transduksi signal dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Reseptor Intraseluler
Ligandnya merupakan senyawa yang dapat larut dalam lipid. Oleh karena itu ia bisa langsung
menembus membran sel lalu masuk ke dalam sel menuju reseptornya yang ada di dalam sel.
2. Reseptor di membran sel
Ligandnya ttidak bisa larut dalam lipid, jadi tidak bisa menembus membran sel. Tetapi karena
ada reseptor di membran sel, jadi ia menempel di di reseptor tersebut.

b. Tahapan potensial aksi :


1. Tahap Istirahat
Membran dapat dikatakan terpolarisasi karena selama tahap ini potensial membrannya
bersifat negatif dengan nilai sekitar -90 milivolt.
2. Tahap Depolarisasi
Membran secara tiba-tiba menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium sehingga
sejumlah besar ion natrium yang bermuatan positif berdifusi masuk ke dalam akson. Hal
tersebut mengakibatkan membran menjadi semakin positif.
3. Tahap Repolarisasi
Pada tahap ini, membran menjadi lebih permeabel terhadap ion kalium dikarenakan
tertutupnya kanal ion natrium dan diikuti oleh pembukaan kanal ion kalium.
4. Tahap Hiperpolarisasi
Keadaan ini merupakan kondisi potensial membran yang lebih negatif dari kondisi istirahat.
Hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan penerusan potensial aksi, menghasilkan efek
depresi sistem saraf pusat.
2.3 Penghantaran Impuls di dalam Tubuh & Transmisi Sinaps : Potensial End Plate,
Pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan Inhibitory Postsynaptic
a. Penghantaran Impuls di dalam Tubuh
Penghantaran impuls di dalam tubuh di bagi menjadi 2, yaitu

1. Penghantaran impuls melalui saraf


Saraf dapat dilalui impuls karena memiliki muatan listrik yaitu bermuatan positif pada
permukaan luarnya dan bermuatan negatif pada bagian dalamnya (polarisasi). Keadaan
depolarisasi terjadi apabila saraf mendapat rangsangan sehingga terjadi perubahan muatan.
Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan
menimbulkan arus listrik sehingga impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah
impuls terhantar, bagian yang mengalami depolarisasi akan mengalami fase istirahat
sehingga tidak dapat menghantarkan impuls.
2. Penghantaran impuls melalui sinapsis
Impuls yang tiba diujung akson setelah melewati akson akan diteruskan ke sel saraf lain
melalui sinapsis. Untuk mencapai neuron selanjutnya, vesikula sinapsis akan melepaskan
neurotransmitter yang digunakan untuk menyeberangkan impuls dari neuron pre-sinapsis
menuju neuron post-sinapsis. Setelah impuls berpindah, maka neurotransmitter yang berada
pada celah sinapsis akan diserap kembali vesikula sinapsis untuk disimpan dan akan
digunakan kembali dalam proses penghantaran impuls selanjutnya.
Penerapan penghantaran impuls yang dapat dilakukan seorang perawat adalah dengan
pemberian terapi panas dan dingin (es) pada pasien nyeri. Terapi es yang diberikan pada
pasien nyeri dapat melemahkan sensitivitas reseptor nyeri dengan cara menurunkan
prostaglandin sehingga dapat menimbulkan efek anestesi. Sedangkan penggunaan terapi
panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat menurunkan tingkat nyeri sehingga
mempercepat proses penyembuhan. Untuk mengalihkan rasa nyeri juga dapat dilakukan
dengan melatih ekstremitas alat gerak sehingga rasa nyeri dapat berangsur hilang.
b. Transmisi Sinapsis
Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya adalah substansi kimia yang
dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan substansi transmitter
atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal button dengan membran dari
neuron penerima. Macam substansi transmitter ini akan menentukan efek pembangkitan
(excitatory) atau efek penghambatan (inhibitory).
Mekanisme Transmisi Sinapsis
Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang
berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan large-molecule
neurotransmitters.
a. Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi
kimia didalam cisterna yang akan disimpan didekat membran presinapsis (membran
presinapsis kaya akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kalsium. Bilamendapat stimulasi
dari potensial aksi,saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++ akan masuk kedalam
button. MasuknyaCa++ akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak
dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya kedalam celah sinapsis .Proses itu
disebut denganexocytosi yang berlangsung pada setiap kalistimulasi dari potensial aksi
terjadi langsung menyampaikan pesan kepada reseptor postsinapsis yang ada disekitarnya
(lokal).
b. Large-molecule Neurotransmitters. Prosesexocytosis juga terjadi, namun untuk
largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan akan berkumpul dalam
badan goigi dan dialirkan ke buttons melalui microtubules. Proses exocytosisnya tetap sarna,
namun bilasmall-molecule berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses exocytosis
large-molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya juga tidak
dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan ekstrasel dan pembuluh
darah. Oleh karena itu proseslarge-molecule ini biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya
jauh dari proses exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada neuron
yang ada disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan. Olehkarenaitu
proseslarge-molecule neurotansmitter umumnya lebih berfungsi sebagai neuromodulator.
Proseslarge-molecule diperlancar dengan bantuanproses-proses smallmolecule sebagai
second messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator memiliki peranan yang
besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.
Kenyataan bahwa transmisi pada sebagian besar sinaps bersifat kimiawi, merupakan
hal yang penting di bidang fisiologi dan farmakologi. Ujung-ujung saraf dinamakan
transduser biologis yang mengubah energi listrik menjadi energi kimiawi. Secara umum,
proses pengubahan energi ini meliputi proses sintesis zat-zat transmiter, penyimpanannya di
vesikel-vesikel sinaptik dan pelepasannya oleh implus saraf, ke dalam celah sinaptik.
Transmiter yang dilepaskan ini kemudian bekerja pada reseptor yang sesuai di membran sel
postsinaptik dan dengan cepat disingkirkan celah sinaptik melaui proses difusi, metabolisme,
dan pada bebrapa keadaan, dikembalikan ke neuron presinaptik. Seluruh proses ini, proses-
proses pasca reseptor di neuron postsinaptik, dikendalikan oleh berbagai faktor fisiologis
dan setidaknya secara teori dapat dipengaruhi obat-obatan. Karena itu para ahli farmakologi
seyogyanya dapat membuat obat-obatan yang tidak hanya dapat mengatur kegiatan motorik
sematik maupun viseral, tetapi juga mengatur emosi, perilaku, serta semua fungsi otak yang
kompleks.
c. Potensial End Plate
Di dalam suatu sel saraf terdapat unit motor. Unit motor adalah motoneuron bersama
dengan akson dan seluruh serabut otot dinervasinya. Pada saat sebuah motoneuron beraksi,
seluruh serabut otot yang dinervasinya berkontraksi. Karena satu motoneuron mungkin
menginervasi dari sangat sedikit sampai seribu atau lebih serabut otot, maka ukuran unit
motor sangat bervariasi.
Unit motor yang kecil terdapat pada otot-otot yang kecil, misalnya otot ekstraokuar dan otot
tangan. Demikian juga, unit motor yang kecil terdapat pada otot-otot yang melakkan
berbagai gerak yang halus , misalnya terdapat pada m.tibialis anterior, m. Gastrocnemius.
Serabut saraf yang kecil umumnya juga berdiameter lebih kecil dibandingkan unit yang besar.
Satu serabut saraf dapat menginervasi banyak serabut otot karena akson mempunyai banyak
cabang. Serabut otot yang berasal dari satu unit motor tersebar merata di otot.
Ujung cabang-cabang motoneuron bersama dengan membran otot yang dinervasinya
membentuk motor –end plate (junctio neuromuscularis), terdiri atas dua bagian, yaitu saraf
dan otot yang saling dipisahkan oleh celah. Jadi motor end plate ini dalam beberapa hal
mirip sinapsis di sistem saraf sentral. Bagian ini mengandung beberapa nuklei dan banyak
mitokondria serta miofibril. Bagian otot dilengkapi dengan sejumlah benjolan seperti buah
anggur, sangat mirip benik terminal. Setiap benjolan “melesak” ke dalam serabut otot dan
mengandung vesikel sinapsis dan mitokondria.
Telah diketahui bahwa substransi transmiter di end plate adalah asetilkolin. Ia masuk ke
dalam celah, berikatan dengan membran otot, dan mengakibatkan perubahan permiabilitas
membran tersebut. Satu impuls saraf menghasilkan suatu potensial end plate, dan apabila
potensial ini mencapai ambang maka terjadilah potensial aksi yang disebarkan ke sepanjang
serabut otot dan menimbulkan kontraksi. Asetilkolin yang dilepaskan pada saat datangnya
aksi potensial saraf akan segera dipecah oleh asetilkoliesterase. Transmisi impuls di junctio
neuromuscularis dapat dipengaruhi melalui berbagai cara. Curare, misalnya, mengurangi
potensial end plate, dengan demikian mencegah timbulnya potensial aksi. Akibatnya terjadi
paralisis otot.
Kerusakan yang terjadi pada miastenia gravis adalah kerusakn pada transmisi di end plate.
Potensial yang direkam pada EMG adalah aksi potensial serabut otot tersebut diatas. Apabila
serabut saraf dipotong, maka motor endplate dan serabut saraf mengalami degenerasi. Pada
umumnya satu serabut otot diinervasi oleh satu akson dan mempunyai satu motor end
plate. Setelah lahir ukuran motor unit mengecil, mungkin karena pada mulanya satu serabut
otot diinervasi oleh lebih dari satu motoneuron. Setelah tercapai bentuk dewasa yaitu satu
serabut otot diinervasi oleh satu motoneuron, maka ukuran unit motor menjadi konstan.
d. Pembentukan (Excitarory Post Synaptic Potensial/ EPSP)
Suatu sinaps adalah persambungan diantara neuron. Neuron yang mentransmisikan
informasi adalah neuron prasinaps; neuron yang berada di luar sinaps merupakan neuron
pasca sinaps. Sinaps listrik memungkinkan ion mengalir langsung dari satu neuron ke yang
lain Sinaps kimia adalah situs pelepasan dan pengikatan neurotransmiter. Bila
impuls mencapai ujung (terminal) aksonal prasinaps, saluran Ca2+ terbuka, dan Ca2+
memasuki sel dan memperantarai pelepasan neurotransmiter.
Neurotransmitter kemudian berdifusi melintasi celah sinaps dan berikatan dengan reseptor
pascasinaps, yang akan menyebabkan terbukanya saluran ion. Setelah berikatan,
neurotransmiter dilepaskan dari sinaps dengan pemecahan enzimatik atau pengambilan
kembali (reuptake) ke terminal prasinaps atau astrosit. Pengikatan neurotransmiter pada
sinaps kimia eksitasi menyebabkan depolarisasi bertahap yang disebut EPSP, yang
menyebabkan terbukanya saluran ion dan memungkinkan lewatnya Na + dan K + secara
simultan. Neurotransmiter yang berikatan pada sinaps kimia inhibisi menyebabkan
hiperpolarisasi yang disebut IPSP, yang menyebabkan terbukanya gerbang K + atau Cl - atau
keduanya.
e. Inhibitor Postsinapsis
EPSP dihasilkan oleh perangsangan jenis rangsangan, tetapi perangsangan oleh beberapa
rangsangan lain menghasilkan hiperpolarisasi. Seperti, EPSP, hiperpolarisasi mencapai
puncaknya 1-1,5 mdet setelah perangsangan dan menurun secara eksponensial dengan
konstanta waktu (waktu untuk penurunan potensial sampai 1/e, atau ½, 718 dari
maksimum) sebesar sekitar 3 mdet. Selama berlangsungnya potensial hiperpolarisasi ini,
kepekaan neuron terhadap rangsangan lain, menurun, sehingga dinamakan potensial inhibis
postinaptik (IPSP). Terjadi penjumlahan IPSP, yang tampak dari bertambah besarnya respons
saat kekuatan rangkaian rangsang inhibisi aferen meningkat. Juga terjadi penjumlahan
waktu. Jenis inhibisi ini dinamakan inhibisi postsinaptik atau inhibisi langsung.
Inhibisi di SSP dapat berupa inhibisi postsinaptik atau perisinaptik. Inhibisi postsinaptik
selama berlangsungnya IPSP dinamakan inhibisi langsung, karena bukan merupakan akibat
dari lepas muatan yang terjadi sebelumnya di neuron postsinaptik. Berbagai bentuk inhibisi
tidak langsung, yaitu inhibisi yang disebabkan oleh efek lepas muatan yang terjadi
sebelumnya di neuron postsinaptik, juga terjadi. Misalnya post sinaptik dapat bersifat
refrakter terhadap perangsangan, karena baru saja mencetuskan potensial aksi dan sedang
dalam masa refrakternya. Selama berlangsungnya hiperpolarisasi ikutan, sel juga kurang
dapat dirangsang. Pada neuron spinal, terutama setelah cetusan potensial aksi berulang,
amplitudo hiperpolarisasi ikutan ini dapat besar dan lama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prinsip-prinsip biomekanika dan biolistrik sebagai suatu pendekatan dalam
menyelesaikan masalah keperawatan. Konsep Biolistrik meliputi atom, ion, muatan listrik,
potensial, arus dan hambatan listrik. Ada pula potensial listrik pada berbagai keadaan sel
(Transduksi sinyal, potensial membran istirahat, depolarisasi, hiperpolarisasi, potensial aksi).
Selain itu juga ada enghantaran impuls di dalam tubuh & transmisi sinaps : potensial end
plate, pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan Inhibitory PostSynaptic.
Dari konsep biolistrik tersebut dapat dijadikan dasar dalam menyelesaikan berbagai
masalah dalam keperawatan.

3.2 Saran
Harapan kedepannya prinsip-prinsip biomekanika dan biolistrik tersebut dapat dimanfaatkan
perawat sebagai suatu pendekatan dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Adila hukmu, arina. 2014.Transmisi sinaps. Diambil dari :


https://www.scribd.com/doc/126139342/Penghantar-Impuls-Didalam-Tubuh-Dan-Transmisi-
Sinapsis (17 Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai