Anda di halaman 1dari 292

DAFTAR ISI

Judul Buku : C2. DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA (KELAS X)

Daftar Isi
Kata Pengantar

BAB I . KONSEP ARUS LISTRIK DAN POTENSIAL LISTRIK


A. Arus Listrik
B. Beda Potensial Listrik

BAB II . BAHAN-BAHAN KOMPONEN KELISTRIKAN


A. Bahan Konduktor
B. Bahan Isolator
C. Bahan Semikonduktor

BAB III . KOMPONEN PASIF DAN AKTIF RANGKAIAN ELEKTRONIKA (kd 3 dan 5)
A. Komponen Pasif
B. Komponen Aktif

BAB IV . ANALISIS RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH


A. Hukum Ohm
B. Hukum Kirchoff
C. Teorema Analisis Rangkaian Listrik Arus Searah

BAB V. ENERGI DAYA LISTRIK


A. Energi Listrik
B. Daya Listrik
C. Konsumsi Energi Listrik

BAB VI . ALAT UKUR LISTRIK


A. Mengenal Alat Ukur Listrik
B. Pengukuran Tahanan
C. Pengukuran Arus dan Tegangan Listrik
D. Pengukuran Daya Listrik, Energi Listrik dan Faktor Daya
E. Pengukuran Besaran Listrik Menggunakan Osiloskop

BAB VII. HUKUM-HUKUM DAN FENOMENA KEMAGNITAN


A. Medan Magnet
B. Gaya Magnetik (Gaya Lorentz)
C. Sifat Bahan Magnet
D. Penerapan Gaya Magnetik
E. GGL Induksi

BAB VIII. RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK


A. Pembangkitan Tegangan Listrik AC
B. Hukum-hukum pada Rangkaian Listrik Arus AC
C. Perbedaan Arus AC dengan Arus DC

BAB IX. ELEKTRONIKA DAYA


A. Komponen Elektronika Daya
B. Konversi Daya
C. Simulasi Elektronika Daya Menggunakan Fluidsim 5.0

Glosarium
Indeks
Daftar Pustaka
Daftar Gambar
Daftar Tabel
KONSEP ARUS LISTRIK DAN BEDA POTENSIAL LISTRIK
BAB I

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang konsep arus listrik dan potensial listrik, peserta didik mampu menerap

PETA KONSEP

Kata kunci : Atom – Muatan Listrik – Hukum Coulomb – Gaya Coulomb – Medan Listrik –
Potensial Listrik – Energi - Usaha

Dasar Listrik dan Elektronika 1


PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang namanya listrik. Dengan
adanya listrik dapat mempermudah manusia dalam melakukan berbagai kegiatan, misalnya
penggunaan lampu untuk menerangi ruangan, komputer untuk melakukan pekerjaan kantor,
handphone yang memudahkan komunikasi, dan lain-lain. Selain fenomena listrik yang dapat
kita temukan pada peralatan elektronik sekitar kita adapula fenomena listrik yang dihasilkan
oleh alam yang sering kita lihat ketika mendung atau hujan, yaitu petir. Ketika di bangku SD
atau SMP pernahkah melakukan percobaan menggosok-gosokkan penggaris ke rambut
kemudian penggaris yang sudah digosokkan didekatkan ke kertas yang dipotong kecil-kecil,
kemudian kertas-kertas kecil akan menempel pada penggaris. Petir dan percobaan penggaris
dan kertas tersebut merupakan contoh dari fenomena listrik statis. Listrik statis adalah gejala
tentang interaksi muatan listrik yang tidak bergerak atau tidak bergerak secara permanen.

Sumber: phys.org dan dailystar.co.uk


Gambar 1.1. Contoh Fenomena Listrik
Statis
Jika fenomena listrik yang ditunjukkan Gambar 1.1 merupakan contoh fenomena listrik
statis, bagaimana dengan fenomena listrik yang ditemukan pada perangkat elektronik yang
sering kita gunakan? TV, lampu, handphone, dan sebagainya merupakan contoh dari
pemanfaatan dari fenomena listrik dinamis. Listrik dinamis adalah listrik yang bisa bergerak,
yang bergerak disini berupa elektron yang mengalir terus menerus dari kutub negatif menuju
kutub positif, dari potensial tinggi ke potensial rendah yang berasal dari sumber beda
potensial atau sumber tegangan.
Nah, dari berbagai fenomena tersebut, bagaimana listrik bisa terbentuk? Bedakah listrik
pada peralatan elektronik dan listrik yang dihasilkan oleh petir?
Untuk mempelajari lebih jauh mengenai konsep listrik dan listrik pada peralatan
elektronik, mari kita pelajari uraian materi di bawah ini!

Dasar Listrik dan Elektronika 2


A. ARUS LISTRIK

Untuk memahami konsep listrik salah satu hal yang harus kita pahami adalah arus
listrik. Nah, apa itu arus listrik? Bagaimana bisa ada arus listrik? Sebelum mengetahui apa
itu arus listrik, marilah kita pelajari bebeberapa materi di bawah ini terlebih dahulu.
1. Atom
Semua benda baik padat, gas, dan cair, terdiri dari partikel-partikel kecil yang
disebut molekul-molekul. Molekul-molekul sendiri terbentuk oleh partikel-partikel yang
lebih kecil lagi yang disebut atom-atom.
Atom berasal dari kata atomos, yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Tetapi,
dalam perkembangannya ternyata atom ini masih dapat diuraikan lagi. Atom terdiri atas
dua bagian, yaitu inti atom dan kulit atom. Inti atom bermuatan positif, sedangkan kulit
atom terdiri atas partikel-partikel bermuatan negatif yang disebut elektron. Inti atom
tersusun dari dua macam partikel, yaitu proton yang bermuatan positif dan netron yang
tidak bermuatan (netral).
Nukleus terletak pada pusat atom, oleh karena itu sering disebut sebagi inti atom.
Nukleus terdiri dari proton dan neutron. Muatan listrik yang dimiliki oleh proton sama
dengan muatan yang dimiliki oleh elektron tetapi berbeda polaritas. Elektron bermuatan
negatif, sedang proton bermuatan positif. Jumlah proton pada nukleus yang
membedakan unsur satu dengan unsur lainnya.
Suatu atom terdiri atas:
a. Nukleus atau inti atom. Nuklues terdiri dari dua partikel yang berkaitan dengan erat,
yaitu proton yang berluatan positif dan neutron yang tidak bermuatan.
b. Elektron yang bermatan negatif, elektron bergerak mengitari inti atom pada
lintasannya yang berbentuk elip. Elektron yang terletak pada lintasan paling luar
disebut elektron bebas.

Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014

Dasar Listrik dan Elektronika 3


Gambar 1.2. Atom
Suatu atom dikatakan netral jika jumlah proton (muatan negatif) sama dengan
jumlah elektron (muatan negatif). Atom dikatakan bermuatan positif jika jumlah proton
lebih banyak dari jumlah elektron, sedangkan atom akan dikatan bermuatan negatif jika
elektron lebih banyak dari jmlah proton.

Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014


Gambar 1.3. Atom Netral, Positif dan Negatif
2. Muatan Listrik dan Gaya Listrik
Sebelum menuju materi muatan listrik, mari kita melakukan percobaan dengan
mempraktikkan kegiatan di bawah ini.
Praktikum
Muatan Listrik Statis
Tujuan
Mengamati sifat muatan listrik statis
Alat dan Bahan
Batang kaca (2 buah)
Bulu atau kain wol (1 helai)
Kain sutra (1 potong)
Statif (1 buah)
Benang (±50 cm)
Petunjuk Praktik
Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3!
Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik!
Setelah selesai, kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi!
Langkah Percobaan
Gantungkan batang kaca pertama pada statif!
Gosok masing-masing batang kaca dengan kain wol!

Dasar Listrik dan Elektronika 4


3. Dekatkan batang kaca kedua dengan batang kaca pertama! Amati apa yang
terjadi!
4. Gosok masing-masing batang kaca dengan kain sutra!
5. Dekatkanlah batang kaca kedua dengan batang kaca pertama! Amati apa yang
terjadi!
6. Gosok batang kaca pertama dengan kain wol dan batang kaca kedua dengan
kain sutra, kemudian dekatkan batang kaca kedua dengan batang kaca
pertama! Amati apa yang terjadi!
7. Isikan hasil pengamatan pada tabel seperti berikut!
Tabel 1. Data Pengamatan Muatan Listrik
Batang 1 Batang 2 Keterangan
No.
Wol Sutra Wol Sutra Tarik Tolak
1
2
3
8. Diskusikan dengan kelompok hasil pengamatan yang telah dilakukan!
9. Buatlah laporan dan kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan!

Sumber: Siswanto Sukaryadi, 2009

Bagaimana kesimpulan hasil percobaanmu? Jika kamu melakukan percobaan


dengan benar, maka kamu akan mengetahui bahwa dua batang kaca yang diberi muatan
yang sama akan tolak-menolak, sedangkan dua batang kaca yang berbeda muatan akan
tarik-menarik.
Muatan listrik merupakan istilah yang cukup penting dalam dunia kelistrikan.
Muatan listrik merupakan sifat fisik dari setiap benda. Menurut Benyamin Franklin,
muatan listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu muatan positif dan muatan negatif.
Muatan listrik merupakan sifat alami yang dimiliki oleh beberapa partikel sub
atom, yang akan menetukan interaksi elektromagnetiknya. Muatan listrik suatu benda
dapat dipengaruhi dan menghasilkan medan elektromagnet. Interaksi antara pergerakan
muatan listrik dan medan elektromagnetik merupakan sumber gaya elektromagnetik.
Atom yang kehilangan atau mendapat tambahan elektron dianggap tidak stabil.
Kelebihan elektron pada suatu atom menghasilkan muatan negatif. Kekurangan elektron
pada suatu atom akan menghasilkan muatan positif. Muatan listrik yang berbeda
akan bereaksi dalam

Dasar Listrik dan Elektronika 5


berbagai cara. Dua partikel yang bermuatan negatif akan saling tolak menolak,
demikian juga dua partikel yang bemuatan positif.
Muatan listrik dapat dikuantifikasi, yakni nilai satu elektron sebesar 1,602x10 -19.
Karena bermuatan negatif maka dapat disingkat –e dan untuk proton disingkat menjadi
+e karena bermuatan positif. Istilah ion dikenakan pada pada suatu atom atau kelompok
atom yang kehilangan satu atau lebih elektron, sehingga menghasilkan muatan positif
(lazim disebut sebagai kation) pada atomnya.Sebaliknya suatu atom atau kelompok
atom yang mendapatkan tambahan elektron sehingga bermuatan negatif (lazim disebut
sebagai anion).
Alat untuk menguji suatu benda bermuatan atau tidak adalah elektroskop.
Elektroskop memanfaatkan prinsip tolak-menolak antara muatan yang sejenis dan
tarikmenarik antarmuatan yang tidak sejenis. Bagian-bagian elektroskop dapat dilihat
pada Gambar 1.

Sumber: Siswanto Sukaryadi,


2009 Gambar 1.4.
Elektroskop
Tarik menarik atau tolak menolak dari muatan listrik disebabkan oleh gaya listrik.
Gaya listrik yang dimaksudkan di sini adalah gaya tolak dan gaya tarik yang timbul
pada suatu atom tunggal atau kelompok atom. Gaya tersebut dapat timbul karena
adanya kelebihan atau kekurangan jumlah elektron pada atom tersebut. Bila salah satu
atom bermuatan positif dan ada atom lain yang bermuatan negatif maka terjadi gaya
tarik antar keduanya. Sebaliknya bila kedua atom bermuatan sama maka terjadi gaya
tolak antar keduanya.

Cakrawala

Dasar Listrik dan Elektronika 6


Mesin Fotokopi

nnya difokuskan ke tabung yang dimuati listrik statis. Muatan statis tersebar dan melekat pada tabung dengan menyesuaikan

3. Hukum Coulomb
Dua muatan yang sejenis yang didekatkan akan tolak menolak, namun seberapa
besar gaya tolak menolak tersebut?
Besarnya gaya oleh suatu muatan terhadap muatan lain telah dipelajari oleh
Charles Augustin Coulomb. Peralatan yang digunakan pada eksperimennya adalah
neraca puntir yang mirip dengan neraca puntir yang digunakan oleh Cavendish pada
percobaan gravitasi. Bedanya, pada neraca puntir Coulomb massa benda digantikan oleh
bola kecil bermuatan. Hasil eksperimen Coulomb tersebut kemudian dinyatakan sebagai
hukum Coulomb dan dirumuskan sebagai berikut.
1
𝑞1𝑞2
𝑘 = 4𝜋Ɛ0
𝐹 = 𝑘 𝑟2
Keterangan: Keterangan:
F : gaya Coulomb Ɛ0 : permisivitas ruang hampa yang
q1 dan q2 (N) besarnya 8,854.10-12 C2/N.m2
: muatan (C)

Dasar Listrik dan Elektronika 7


r : jarak (m)
k : konstanta yang besarnya
9.109 N.m2/C2

Jika terdapat dua muatan yang sejenis maka gaya bekerja bersifat tolak-menolak.
Sedangkan jika kedua muatan tidak sejenis (berlawanan jenis) maka gaya yang bekerja
akan bersifat tarik-menarik. Perhatikan kedua gambar di bawah untuk lebih jelasnya.

Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014


Gambar 1.5. Tolak-menolak dan Tarik Menarik Muatan
Hukum Coulomb mempunyai kesamaan dengan hukum gravitasi Newton.
Persamaannya terletak pada perbandingan kuadrat yang terbalik dalam hukum gravitasi
Newton. Perbedaannya adalah gaya gravitasi selalu tarik-menarik, sedangkan gaya
listrik dapat bersifat tarik-menarik maupun tolak-menolak.

Contoh Soal
Dua buah muatan titik masing-masing bermuatan +4 μC dan -6 μC terpisah 12 cm satu sama lain. T
Penyelesaian:
Diketahui: q1= +4 μC q2= -6 μC
r = 12 cm
Ditanyakan: F = ... ?
Jawaban:
𝑞1𝑞2

𝐹=𝑘
𝑟2
−6−6
𝐹 = 9. 109 4.10. 6.10
(12.10−2)2
24.10−12
𝐹 = 9. 109
12.10−4
𝐹 = 9. 109. 2.10−8
𝐹 = 180 N

Dasar Listrik dan Elektronika 8


4. Medan Listrik
Suatu muatan selalu menghasilkan gaya ke segala arah dalam ruangan. Ruang
yang masih mendapat pengaruh sistem muatan disebut medan listrik.
Medan listrik di sekitar muatan listrik dapat digambarkan dengan garisgaris yang
menunjukkan arah medan listrik pada setiap titik. Garis medan listrik disebut juga
sebagai garis gaya listrik, karena garis tersebut menunjukkan arah gaya pada suatu
muatan. Pada setiap titik di sekitar muatan positif, medan listrik mengarah secara radial
menjauhi muatan. Sebaliknya, pada muatan negatif arah medan listrik menuju muatan.

Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014


Gambar 1.6. Garis Gaya Listrik di Sekitar Muatan
Terdapat hubungan antara kerapatan garis dengan kuat medan listrik, dimana
semakin rapat garis-garis gaya berarti kuat medannya semakin besar. Perhatikan
ilustrasi garis gaya listrik pada Gambar 1.7.

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 1.7. Garis Gaya Listrik yang Diakibatkan Dua Muatan
Setelah mempelajari mengenai muatan listrik, selanjutnya apakah yang dimaksud
arus listrik?
Arus listrik adalah aliran muatan listrik setiap satuan waktu tertentu. Dalam suatu
penghantar, muatan yang mengalir adalah elektron-elektron yang bebas bergerak. Proses
aliran arus listrik mirip dengan aliran panas dari suatu benda bersuhu tinggi ke benda
bersuhu lebih rendah. Aliran panas akan berhenti setelah kedua suhu benda tersebut
sama. Begitu

Dasar Listrik dan Elektronika 9


pula dalam aliran listrik, jika kedua titik telah memiliki tegangan sama, aliran muatan akan
berhenti. Beda potensial inilah yang menyebabkan muatan listrik mengalir (terjadi arus
listrik).
Arah pergerakan elektron berlawanan dengan arah arus listrik, perhatikan Gambar 1.
Dalam sebuah penghantar, sebenarnya yang membawa muatan listrik adalah elektron.
Walau demikian telah disepakati bahwa arah arus listrik berlawanan dengan arah gerak
elektron. Muatan listrik hanya akan mengalir dalam rangkaian tertutup, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 1.8. Arah Arus Listrik (I) dan Arah Arus Elektron (e)

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 1.9. Rangkaian Tertutup
Kuat arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang mengalir dalam
suatu penghantar setiap satuan waktu. Secara matematis, ditulisan sebagai berikut.
𝑞
𝐼=𝑡
Keterangan:
I : kuat arus (A)
q : muatan (C)
t : waktu (s)

Contoh Soal
Pada suatu penghantar mengalir muatan listrik sebesar 60 Coulomb selama 2 menit. Tentukan besar k
Penyelesaian:
Diketahui:
q = 60 C
t = 2 menit = 120 detik

Dasar Listrik dan Elektronika 10


Ditanyakan: I = ... ?
Jawaban:
𝑞
𝐼=
𝑡
60
𝐼 = 120

𝐼 = 0,5 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒

Arus listrik yang mengalir di dalam suatu bahan listrik dapat menimbulkan suatu
usaha atau energi sebagai berikut.
a. menimbulkan energi panas
b. menimbulkan energi magnet
c. menimbulkan energi cahaya, dan
d. menimbulkan reaksi kimia.
Ada dua jenis arus listrik, yaitu arus searah (direct current) dan arus bolak- balik
(alternating current). Arus searah mengalir dalam satu arah. Arus searah meruakan arus
listrik yang dihasilkan oleh batere kering dan batere akumulator.
Arus bolak-balik selalu berbalik arah pada setiap interval tertentu. Arus bolak-balik
merupakan jenis arus yang banyak digunakan untuk mengoperasikan peralatan listrik baik
untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan komersial dan industri.
B. ENERGI POTENSIAL LISTRIK DAN POTENSIAL LISTRIK
Potensial listrik lazim juga disebut sebagai tegangan listrik. Akan mudah
menganalogikan aliran listrik dengan aliran air. Misalkan kita mempunyai dua tabung yang
dihubungkan dengan pipa seperti pada gambar. Jika kedua tabung ditaruh di atas meja
maka permukaan air pada kedua tabung akan sama dan dalam hal ini tidak ada aliran air
dalam pipa. Jika salah satu tabung diangkat maka dengan sendirinya air akan mengalir dari
tabung tersebut ke tabung yang lebih rendah. Makin tinggi tabung diangkat makin deras
aliran air yang melalui pipa.

Dasar Listrik dan Elektronika 11


Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014
Gambar 1.10. Analogi Potensial Listrik Menggunakan Air
Terjadinya aliran tersebut dapat dipahami dengan konsep energi potensial. Tingginya
tabung menunjukkan besarnya energi potensial yang dimiliki. Yang paling penting dalam
hal ini adalah perbedaan tinggi kedua tabung yang sekaligus menentukan besarnya
perbedaan potensial. Jadi semakin besar perbedaan potensialnya semakin deras aliran air
dalam pipa. Konsep yang sama akan berlaku untuk aliran elektron pada suatu penghantar.
Yang menentukan seberapa besar arus yang mengalir adalah besarnya beda potensial
(dinyatakan dengan satuan volt). Jadi untuk sebuah konduktor semakin besar beda
potensial akan semakin besar pula arus yang mengalir.
Setelah memahami analogi mengenai potensial listrik yang dipaparkan di atas,
selanjutnya kita akan mempelajari secara teoritis mengenai energi potensial listrik,
potensial listrik, dan hubungan usaha dan beda potensial listrik.
1. Energi Potensial Listrik

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 1.11. Interaksi Antara Muatan q1 dan q2
Perhatikan Gambar 1.11. Sebuah muatan uji q1 didekatkan dengan muatan q2.
Akibatnya, terjadi interaksi antara muatan q1 dan q2 berupa gaya coulomb yang arahya
tolak-menolak. Untuk berpindah dari posisi r1 ke posisi r2, muatan q1 harus melakukan

Dasar Listrik dan Elektronika 12


usaha. Besarnya usaha yang harus dilakukan adalah sebanding dengan besarnya gaya
coulomb dan perpindahannya.
∆𝑊 = −𝐹∆𝑇
Tanda negatif menunjukkan usaha melawan gaya coulomb. Jika usaha yang dilakukan
q1 melalui perpindahan yang sangat kecil maka usaha q1 dapat diperoleh dengan cara:
11
𝑊12 = 𝑘. 𝑞1. 𝑞2 [−]
𝑟2𝑟1
Sesuai dengan definisinya, usaha adalah proses transfer energi atau besarnya perubahan
energi atau secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
𝑊 = ∆𝐸𝑝 = 𝐸𝑝2 − 𝐸𝑝1
Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan energi potensial di suatu titik adalah
𝑘. 𝑞1. 𝑞2
𝐸𝑝 =
𝑟
Keterangan:
W : usaha listrik (joule)
F : gaya coulomb (N)
k : konstanta coulomb = 9.109 Nm/C2
q1 : muatan uji (C)
q2 : muatan sumber (C)
r : jarak antara q1 dan q2 (m)
2. Potensial Listrik
Potensial listrik adalah besarnya energi potensial listrik per satuan muatan.
Perhatikan Gambar 1.11. pada Gambar 1.11 besar potensial listrik yang dimiliki oleh q 1
adalah sebagai berikut.
𝐸𝑝1 𝑞1. 𝑘. 𝑞2
𝑞2
𝑉= =𝑘 =
𝑞 1 𝑟1
. 𝑟1
1 𝑞
Secara umum, persamaan potensial listri di suatu titik yang berjarak r dari muatan
sumber Q adalah:

𝑞𝑛
𝑉𝑝 = ∑ 𝑉𝑛 = 𝑘 ∑ 𝑟
𝑛

Dasar Listrik dan Elektronika 13


Sumber: Dudi Indrajit, 2009
Gambar 1.12. Potensial listrik oleh 3 muatan q1,q2,q3 di titik P
Pada Gambar 1.12, jika hanya ada 3 muatan, potensial listri di titik P adalah:
𝑞1 𝑞2 𝑞3
𝑉𝑝 = 𝑘 [𝑟 − 𝑟 + 𝑟 ]
1 2 3

3. Hubungan Usaha dan Beda Potensial Listrik

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 1.13. Muatan q yang begerak dari titik 1 ke titik 2 dipengaruhi muatan Q
Perhatikan Gambar 1.13. Usaha yang dilakukan untuk memindahkan muatan q1 dari
posisi r1 ke posisi r2 dari arah muatan adalah:

𝑊12 = 𝑞(𝑉2 − 𝑉1)


dengan (V2-V1) adalah beda potensial antara titik 1 dan titik 2.
Contoh Soal
Tentukan potensial listrik pada suatu titik berjarak 2 cm dari muatan q = 6 μC. Konstanta Coulom
Penyelesaian:
Diketahui:

Dasar Listrik dan Elektronika 14


r = 2 cm = 2.10-2 m q = 6 μC = 6.10-6 C
Ditanyakan: V = ... ?
Jawaban:
𝑞

𝑉=𝑘
𝑟
6.10−6C
𝑉 = 9.109
2.10−2
𝑉 = 9.109. 3. 10−4
𝑉 = 27.105 𝑉𝑜𝑙𝑡

Jelajah Internet
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai konsep arus dan potensial listrik kalian juga dapat me
atau dengan menggunakan QR code di atas.

Rangkuman
Atom tersusun atas elektron yang bermuatan negatif dan nukleus (inti atom) yang terdiri dari neutron yan
Jika dua buah muatan yang sama jenisnya didekatkan akan terjadi gaya tolak- menolak, sedangkan jia dua
Hukum Coulomb menyatakan bahwa gaya tarik atau tolak antara dua muatan
berbanding terbalik dengan besar muatan dan berbanding lurus dengan kuadrat jarak kedua muatan.

𝑞1𝑞2
𝐹 = 𝑘 𝑟2
4. Medan listrik adalah ruang yang masih mendapat pengaruh sistem muatan.

Dasar Listrik dan Elektronika 15


Arus listrik adalah aliran muatan listrik setiap satuan waktu tertentu.
𝑞
𝐼=𝑡
Potensial listrik adalah besarnya energi potensial listrik per satuan muatan.

𝑞1 𝑞2 𝑞3
𝑉𝑝 = 𝑘 [𝑟 − 𝑟 + 𝑟 ]
1 2 3

Tugas Mandiri
Salah satu alat yang dapat menghasilkan muatan sejenis dalam jumlah besar adalah generator van der Gra

Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan perbedaan antara arus listrik dengan potensial listrik!
Tentukan banyaknya muatan listrik yang dipindahkan jika sebuah aki memberikan arus 2 A ke sebuah mot
Muatan listrik q1 = +5 μC dan muatan listrik q2 = +12 μC terpisah 10 cm. Tentukan besar gaya Coulomb y
Sebutkan minimal 3 contoh penerapan dari pemanfaatan muatan listrik!
Sebuah muatan q (q=2.10-6 C) digerakkan menuju sebuah inti atom yang bermuatan
Q. Jarak awal kedua partikel tersebut adalah 4.10-9 m dan jarak akhirnya adalah 2.10-9 m. Jika usaha yang

Dasar Listrik dan Elektronika 16


Refleksi
Setelah mempelajari bab pertama ini, Anda tentu menjadi paham tentang konsep dasar tentang arus listri

Dasar Listrik dan Elektronika 17


BAB II BAHAN-BAHAN KOMPONEN KELISTRIKAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang bahan-bahan komponen kelistrikan, peserta didik mampu memahami b

PETA KONSEP

Kata kunci : Konduktor – Isolator – Semikonduktor – Konduktivitas – Resistivitas –


Superkonduktor – Koefisien Muai – Hambatan Jenis

Dasar Listrik dan 1


PENDAHULUAN

Sumber: bisnisukm.com
Gambar 2.1 Benda-benda di Lingkungan Sekitar
Perhatikan benda-benda di sekitar kalian, mulai dari cincin, gelas, pot bunga, sendok
dan sebagainya. Terbuat dari apakah benda-benda tersebut? Dari berbagai benda-benda di
sekitar kalian tersebut manakah yang dapat dialiri listrik dan yang tidak dapat dialiri listrik?
Kemudian bahan-bahan penyusun benda di sekitar kalian tersebut adakah yang dimanfaatkan
untuk bidang kelistrikan atau komponen elektronika?
Berdasarkan materi BAB I yang telah kalian pelajari, elektron yang tidak terikat atau
disebut dengan elektron bebas dapat bergerak meninggalkan atom dan mengambang dalam
vakum maupun benda-benda di sekitar kita. Benda-benda di sekitar kita tersebut dapat terbuat
dari bahan konduktor, isolator, dan semikonduktor. Dari bahan-bahan tersebut manakah yang
paling mudah dilalui elektron bebas? Sehingga dari penerapan antara bahan-bahan tersebut
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan komponen elektronika. Maka dari itu pada BAB II ini
kita akan mempelajari lebih lanjut tentang bahan-bahan konduktor, isolator, dan
semikonduktor yang dimanfaatkan pada komponen-komponen kelistrikan atau elektronika.

A. KONDUKTOR

Kemampuan suatu benda untuk menghantarkan arus listrik berbeda-beda baik benda
padat, cair, maupun gas. Hal terebut dipengaruhi oleh jenis bahan pembentuk benda tersebut,
dilihat dari kemampuannya menghantarkan arus listrik bahan-bahan kelistrikan dibedakan
menjadi konduktor, isolator atau penyekat, dan semikonduktor. Mari pelajari materi di bawah
untuk mengetahui lebih detail ketiga jenis bahan tersebut.

Dasar Listrik dan 1


Secara harfiah konduktor atau penghantar listrik adalah material yang dapat
menghantarkan arus listrik dengan mudah. Mudahnya konduktor dilalui oleh arus listrik
dipengaruhi oleh banyaknya elektron bebas yang terdapat pada bahan tersebut sehingga
memiliki konduktivitas yang tinggi. Konduktivitas listrik adalah mobilitas elektron-
elektron dalah suatu bahan. Konduktivitas dinyatakan dengan konduktansi yang memiliki
satuan mho. Kebalikan dari konduktivitas adalah resistivitas. Arus yang mengalir dalam
suatu penghantar selalu mengalami hambatan dari penghantar itu sendiri. Besar hambatan
tersebut tergantung dari jenis bahan penghantar yang digunakan. Besar hambatan tiap
meternya dengan luas penampang 1 mm2 pada temperatur 2000C dinamakan hambatan
jenis atau resistivitas.
Apabila ditinjau dari susunan atomnya, atom tembaga (Cu) memiliki 29 elektron.
Sebanyak 28 elektron menempati orbit-orbit bagian dalam dan terikat kuat oleh inti atom.
Satu buah elektron lagi yaitu elektron yang ke-29 berada di orbit paling luar sebagai
elektron valensi. Oleh karena hanya ada satu elektron dan jaraknya jauh dari inti,
ikatannya tidaklah terlalu kuat. Dengan energi yang sedikit saja elektron terluar ini mudah
terlepas dari ikatannya.

Sumber: Wardoyo dkk, 2018


Gambar 2.2 Susunan Atom Tembaga
Pada suhu kamar, elektron bebas bergerak atau berpindah-pindah dari satu atom ke
atom lainnya. Apabila pada bahan diberi tegangan listrik, elektron-elektron tersebut dengan
mudah berpindah ke arah potensial yang berlawanan. Pada saat terjadi perpindahan
elektron disertai dengan perpindahan hole sehingga saat terjadi aliran elektron juga terjadi
aliran hole. Aliran hole inilah yang disebut arus listrik. Dalam hal ini berarti bahan
tembaga tersebut mudah dialiri arus listrik.

Dasar Listrik dan 2


Untuk pilihan kedua bahan yang digunakan sebagai konduktor yaitu aluminium.
Bahan ini memiliki tahanan jenis tidak sebaik tembaga. Akan tetapi, bahan ini memiliki
kelebihan yaitu lebih ringan dan lebih kuat sehingga sangat cocok digunakan sebagai
kawat penghantar atau kabel listrik saluran udara.

Sumber: Wardoyo dkk, 2018


Gambar 2.3 Kawat Aluminium Digunakan sebagai Konduktor
1. Syarat dan Asal Bahan untuk Konduktor
Bahan-bahan yang digunakan untuk konduktor harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut.
a. Konduktifitasnya cukup baik.
b. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.
c. Koefisien muai panjangnya kecil.
d. Modulus kenyalnya (modulus elastisitas) cukup besar.
e. Nilai resistansi bahan konduktor harus kecil agar rugi tegangan yang ditimbulkan
kecil. Secara fisik nilai resistansi suatu bahan konduktor tergantung pada:
1) panjang konduktor yang digunakan dalam (m)
2) luas penampang konduktor yang digunakan dalam (m2)
3) jenis bahan konduktor yang digunakan, diwakili oleh suatu besaran hambatan
jenis (ρ) dan mempunyai satuan ohm meter (Ω.m)
Secara matematis durumuskan:
𝜌. 𝑙
𝑅= 𝐴

Dasar Listrik dan 2


Nilai hambatan jenis beberapa bahan ditampilkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nilai Hambatan Jenis pada 20oC (Sumber: Physics, 2000)
Bahan ρ (Ω meter)
Aluminium 2,65 x 10-8
Besi 9,71 x 10-8
Emas 2,44 x 10-8
Perak 1,59 x 10-8
Platina 10,6 x 10-8
Tembaga 1,68 x 10-8
Tungsten 5,6 x 10-8
Nikrom 100 x 10-8
Karbon (3-60) x 10-5
Germanium (0,01-5) x 10-1
Silikon 0,1 x 60
Kaca 109-1012

Hambatan jenis suatu penghantar bergantung pada suhu penghantar tersebut.


Secara, matematis hubungan antara hambatan jenis dan suhu:
𝜌𝑡 = 𝜌0(1 + 𝛼∆𝑇)
Keterangan:
𝜌𝑡 : hambatan jenis akhir (Ω.m); α : koefisian suhu hambatan
𝜌0 : hambatan jenis mula-mula (Ω.m); ∆T : pertambahan suhu (oC)
Karena hambatan juga sebanding dengan hambatan jenis, maka pengaruh suhu
terhadap hambatan juga dapat dirumuskan:
𝑅𝑡 = 𝑅0(1 + 𝛼∆𝑇)
Keterangan:
𝑅𝑡 : hambatan akhir (Ω)
𝑅0 : hambatan mula-mula (Ω)

Contoh Soal
1. Tentukan hambatan sebuah penghantar aluminium yang panjangnya 20 meter dan luas penampangny

Dasar Listrik dan 2


Contoh Soal
Penyelesaian:
 Diketahui:
𝑙 = 20 m
A = 0,4 cm2 = 4 x 10-5 m2
𝜌 = 2,75 x 10-8 Ω.m
 Ditanyakan:
R = ... ?
 Dijawab:
𝜌. 𝑙
𝑅=
𝐴
2,75.10−8. 20
𝑅=
4.10−5
𝑅 = 13,75.10−3 Ω
Jadi nilai hambatan penghantar aluminium tersebut adalah 13,75.10-3 Ω.
2. Suatu penghantar yang terbuat dari aluminium pada suhu 20oC memiliki tahanan
40 Ω, penghantar tersebut dipanaskan hingga 90oC. Berapakah nilai tahanan
penghantar ketika suhunya mencapai 90oC? (koefisisien suhu hambatan = 0,004)
Penyelesaian:
 Diketahui:
T0 =
20oC Tt =
90oC α =
0,004 R0
= 40 Ω
 Ditanya:
Rt = ... ?
 Dijawab:
∆T = Tt - T0
∆T = 90 - 20
∆T = 70oC
𝑅𝑡 = 𝑅0(1 + 𝛼∆𝑇)
𝑅𝑡 = 40(1 + 0,004.70)
𝑅𝑡 = 40(1 + 0,28)

Dasar Listrik dan 2


Contoh Soal
𝑅𝑡 = 40(1,28)
𝑅𝑡 = 51,2 Ω
Jadi, hambatan penghantar aluminium saat suhunya mencapai 90oC adalah 51,2 Ω.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai konduktor antara lain:


a. Logam biasa, seperti: tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya.
b. Logam campuran (alloy), yaitu sebuah logam dari tembaga atau aluminium yang
diberi dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain, yang gunanya untuk menaikkan
kekuatan mekanisnya.
c. Logam paduan (composite), yaitu dua jenis logam atau lebih yang dipadukan dengan
cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding).

2. Klasifikasi Penghantar
Konduktor/penghantar dapat dibedakan menurut berbagai klasifikasinya.
Diantaranya sebagai berikut.
a. Klasifikasi penghantar padat menurut bahannya adalah sebagai berikut.
1) Kawat logam biasa, contoh: BBC (bare copper conductor) dan AAC (all aluminium
conductor)
2) Kawat logam campuran (alloy), contoh : AAAC (all aluminium alloy conductor).

Sumber: indiamart.com
Gambar 2.4 All Aluminium Alloy Conductor
3) Kawat logam paduan (composite), contoh: kawat baja berlapis tembaga (copper clad
steel).

Dasar Listrik dan 2


Sumber: indiamart.com
Gambar 2.5 Copper Clad Steel Conductor
4) Kawat lilit campuran (alloy), yaitu kawatyang lilitnya terdiri dari dua jenis logam
atau lebih, contoh: ACSR (aluminium conductor steel reinforced)

Sumber: deangeliprodotti.com
Gambar 2.6 Kabel ACSR
b. Klasifikasi konduktor menurut konstruksinya:
1) Kawat pada (solid wire) berpenampang bulat.
2) Kawat berlilit (stranded wire) terdiri dari 7 sampai 61 kawat padat yang dililit
menjadi satu.
3) Kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat untuk
mendapatkan diameter yang besar.

Dasar Listrik dan 2


Sumber: lumpi-berndorf.at
Gambar 2.7 Hollow Conductor
c. Klasifikasi konduktor menurut bentuk fisiknya dapat dibedakan menjadi:
1) Kawat telanjang

Sumber: bronmetal.com
Gambar 2.8 Kabel Telanjang (Bare Cable)
2) Kawat berisolasi, yang merupakan kawat telanjang dan pada bagian luarnya diisolasi
sesuai dengan peruntukan tegangan kerja, diantaranya:
a) Kabel twisted

Sumber: en.wikipedia.org
Gambar 2.9 Kabel Twisted
b) Kabel NYY

Dasar Listrik dan 2


Sumber: halleycables.com
Gambar 2.10 Kabel NYY
c) Kabel NYCY

Sumber: globalcablesupplay.com
Gambar 2.11 Kabel NYCY
d) Kabel NYFGBY

Sumber: monotaro.id
Gambar 2.12 Kabel NYFGBY

3. Penamaan Konduktor
Dalam memberikan nama pada sebuah konduktor atau penghantar memiliki
standar yang digunakan, diantaranya sebagai berikut.
a. Penghantar
N : tembaga
NA : alumunium
b. Isolasi
Y : isolasi PVC
2Y : isolasi XLPE

Dasar Listrik dan 2


c. Selubung Dalam
G : karet
2G : karet
butyl K : timah
KL : alumunium dengan permukaan licin
KWK: selubung dar i XLPE
Y : selubung dar i PVC
2Y : selubung dar i politilen
Z : selubung dari pita seng
d. Perisai
B : pita baja
F : baja pipih
L : Jalinan Kawat baja
Q : Kawat baja berlapis seng
R : Kawat baja bulat satu lapis
RR : kawat baja bulat dua lapis
Z : kawat baja berbentuk huruf Z
e. Spiral
D : spiral anti tekan
Gb : spiral dari pita baja
f. Selubung Luar
A : selubung dar i yute
Y : selubung dar i PVC
g. Bentuk Penghantar Kabel
Se : sektor pejal
Sm : sektor
serabut Re :
bulat pejal Rm :
bulat serabut
B. ISOLATOR
Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan muatan
listrik. Isolator juga disebut dengan penyekat, karena bertujuan untuk memisahkan bagian-
bagian yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan untuk alasan keamanan. Dalam
bahan isolator, valensi elektronnya terikat kuat pada atom-atomnya. Sehingga untuk

Dasar Listrik dan 2


bahan

Dasar Listrik dan 2


penyekat ini perlu diperhatikan mengenai sifat-sifat dari bahan tersebut, sepeti: sifat listrik,
sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia, dan lain-lain.
1. Sifat Bahan untuk Isolator
a. Sifat Listrik
Suatu bahan yang mempunyai tahanan jenis listrik yang besar harus dapat
mencegah terjadinya rambatan atau kebocoran arus antara hantaran yang berbeda
tegangan atau dengan tanah. Kebocoran arus tersebut harus dibatasi sampai sekecil-
kecilnya supaya tidak terjadi kebocoran dimana tidak boleh melebihi batas yang
ditentukan oleh peraturan yang berlaku.
b. Sifat Mekanis
Mengingat sangat luasnya pemakaian bahan penyekat, maka perlu
dipertimbangkan kekuatannya supaya dapat dibatasi hal-hal penyebab kerusakan
karena akibat salah pemakaian. Misal memer lukan bahan yang tahan terhadap
tarikan, maka dipilih bahan dari kain bukan dari kertas karena lain lebih kuat
daripada kertas.
c. Sifat Termis
Panas yang timbul pada bahan akibat arus listrik atau arus gaya magnet
berpengaruh kepada penyekat termasuk pengaruh panas dari sekitarnya. Apabila
panas yang terjadi cukup tinggi, maka diperlukan pemakaian penyekat yang tepat
agar panas tersebut tidak merusak penyekatnya.
d. Sifat Kimia
Akibat panas cukup tinggi dapat mengubah susunan kimianya, begitu pula
kelembaban udara atau basah disekitarnya. Apabila kelembaban dan keadaan basah
tidak dapat dihindari, maka harus memilih bahan penyekat yang tahan air, termasuk
juga kemungkinan adanya pengaruh zat-zat yang merusak seperti: gas, asam, garam,
alkali dan sebagainya.

2. Macam-macam Bentuk Isolator


Isolator atau penyekat yang digunakan pada umumnya memiliki berbagai bentuk,
yaitu bentuk padat, cair, dan gas.
a. Bentuk Padat
Beberapa macam penyekat bentuk padat sesuai dengan asalnya, diantaranya:
1) Bahan tambang, seperti: batu pualam, asbes, mika mekanit, mikafolium, mikalek
dan sebagainya.

Dasar Listrik dan 3


2) Bahan berserat, seperti: benang, kain (tekstil), kertas, prespan, kayu, dan lain-lain.
3) Gelas dan keramik.
4) Plastik.
5) Karet, bakelit, ebonit, dan sebagainya.
b. Bentuk Cair
Penyekat dalam bentuk cair yang paling banyak digunakan adalah minyak
transformator dan macam-macam minyak hasil bumi.

Sumber: kritilims.com
Gambar 2.13 Minyak Transformator
c. Bentuk Gas
Penyekat dalam bentuk gas ini dapat dikelompokkan dalam bentuk udara dan gas-
gas lain, seperti nitrogen, hidrogen dan karbondioksida (CO2), dan lain-lain.

Sumber: china-power-transformer.com
Gambar 2.14 Instalasi Isolasi Gas pada GIS (Gas Insulated Switchgear)

3. Contoh Penggunaan Bahan Isolator/Penyekat


Contoh penggunaan bahan isolator atau penyekat diantaranya sebagai berikut.
a. Plastik/PVC dan karet untuk membungkus (menyelubungi) kawat penghantar (kabel).

Dasar Listrik dan 3


b. Plastik keras dipakai sebagai rumah kapasitor (kondensator).
c. Mika dipakai sebagai penyekat tahan panas, dipasang antara elemen pemanas pada
alat-alat pemanas (misal: setrika listrik) atau komponen elektronika (misal:
transistor) dengan bodi peralatan.
d. Keramik dipakai sebagai bahan dielektrikum kapasitor, isolator tegangan tinggi, dan
sebagai pembungkus/rumah resistor.
e. Kertas dipakai sebagai bahan dielektrikum kapasitor, kertas prespan dipakai sebagai
lapisan penyekat pada lilitan motor listrik, dan kertas minyak dipakai sebagai lapisan
penyekat pada lilitan transformator (trafo).

4. Pembagian Kelas Bahan Penyekat


Berdasarkan suhu maksimum yang diizinkannya, maka bahan penyekat listrik dapat
dibagi menjadi beberapa kelas yang ditampilkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pembagian Kelas Penyekat Berdasarkan Suhu Maksimum
Maksimum
Kelas
Temperatur (oC)
Y 90
A 150
E 120
B 130
F 155
H 180
C 180 ke atas
a. Kelas Y
Yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan berserat organis (seperti kertas,
karton, katun, sutera, dan sebagainya) yang tidak dicelup dalam bahan pernis atau
bahan pencelup laiinya. Termasuk juga bahan termoplastik yang dapat lunak pada
suhu rendah.
b. Kelas A
Yaitu bahan berserat dari kelas Y yang telah dicelup dalam pernis atau kompon
atau yang terendam dalam cair an dielektrikum (seperti penyekat fiber pada
transformator yang terendam minyak). Bahan -bahan ini adalah katun, sutera, dan
kertas yang telah dicelum, termasuk kawat email (enamel) yang terlapis damar-oleo
dan daman polyamide.
c. Kelas E

Dasar Listrik dan 3


Yaitu bahan penyekat kawat enamel yang memakai bahan pengikat
polyvinylformal, polyurethene dan damar epoxy dan bahan pengikat lain sejenis
dengan bahan selulosa, pertinaks dan tekstolit, film triacetate, film dan serat
polyethylene terephthalate.
d. Kelas B
Yaitu bahan bukan or ganik (seperti : mika, gelas, f iber, asbes) yang dicelup atau
direkat menjadi satu dengan pernis atau kompon, dan biasanya tahan panas (dengan
dasar minyak pengering, bitumin sirlak, bakelit, dan sebagainya).
e. Kelas F
Yaitu bahan bukan or ganik yang dicelup atau direkat menjadi satu dengan
eposide, polyurethane atau pernis lain yang tahan panas tinggi.
f. Kelas H
Yaitu semua bahan komposisi bahan dasar mika, asbes dan gelas fiber dicelup
dalam silikon dan tidak mengandung sesuatu bahan or ganis seperti kertas, katun dan
lain-lain.
g. Kelas C
Yaitu bahan bukan or ganik yang tidak dicelup dan tidak terikat dengan zat-zat
organik, seperti: mika, mikanit, yang tahan panas (menggunakan bahan pengikat
bukan organik), mikalek, gelas dan bahan ker amik. Hanya satu bahan or ganis saja
yang termasuk kelas C yaitu polytetrafluoroethylene (teflon).
Praktikum
Bahan-bahan Isolator dan Konduktor
Tujuan
Memeriksa alat dan bahan di sekitar dan mengklasifikasikannya.
Alat dan Bahan
Multi meter atau ohm meter
Kabel penghubung
Alat dan/atau bahan di sekitar
Petunjuk Praktik
Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3!
Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik!
Setelah selesai, kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi!
Langkah Percobaan

Dasar Listrik dan 3


1. Mintalah guru kalian terlebih dahulu untuk mengajari cara menggunakan ohm meter!
2. Kumpulkan alat-alat yang ada di sekitar (seperti pensil, penghapus, penggaris, kursi,
dan lain-lain)!
3. Hubungkan kabel penghubung ke port ohm meter!
4. Hubungkan kabel ke masing-masing ujung alat yang diperika seperti gambar di
bawah!

Sumber: Gambar diadaptasi dari jebbush.co


Gambar 2.15 Pemasangan Pengujian Benda Konduktor dan Isolator
5. Isikan hasil pemeriksaan pada tabel berikut!
Tabel 2.3 Data Pemeriksaan Benda di Lingkungan Sekitar
No. Alat/Bahan Bahan Konduktor Isolator
Pembuat
1 Pensil Kayu 🗸
2
3
4
5
6
7
8
9
10

6. Diskusikan dengan kelompok mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan!


7. Buatlah laporan dan kesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaan!

Dasar Listrik dan 3


C. SEMIKONDUKTOR

Berdasarkan penelitian, sifat listrik beberapa bahan dapat berubah tergantung pada
kondisi. Gelas sebagai contoh adalah isolator yang baik pada suhu ruangan, tetapi akan
menjadi konduktor ketika dipanaskan pada suhu yang tinggi. Gas-gas dalam udara, secara
normal merupakan bahan isolasi juga akan menjadi konduktif jika dipanaskan pada suhu
yang tinggi. Beberapa logam menjadi konduktor yang buruk ketika dipanaskan, dan
menjadi konduktor yang baik ketika didinginkan. Banyak bahan konduktif menjadi
konduktif sempurna dan disebut superkonduktivitas pada suhu yang sangat rendah.
Selain konduktor dan isolator seperti yang telah diuraikan di atas, dikenal pula satu
jenis bahan listrik yang memiliki sifat unik yaitu semi konduktor. Nilai resistansi bahan
semikonduktor adalah di atas nilai resistansi bahan konduktor tetapi di bawah nilai
resistansi bahan isolator. Itulah sebabnya mengapa bahan ini disebut sebagai bahan
semikonduktor.

Sumber: electronics.howstuffworks.com
Gambar 2.16 Contoh Komponen Elektronika yang Terbuat dari Bahan Semikonduktor
Semikonduktor juga merupakan bahan dasar dari komponen elektronika seperti
dioda,
transistor, IC (Integrated Circuit), solar sel, dan komponen-komponen lain. Bahan yang
biasa dipakai sebagai semikonduktor yaitu silikon (Si) dan germanium (Ge). Tahanan jenis
semikonduktor tergantung dari jenis bahan dan suhunya. Apabila nilai tahanannya
bertambah ketika suhunya naik, bahan semikonduktor seperti ini memiliki koefisien suhu
positif. Apabila nilai tahanannya berkurang ketika suhunya naik, bahan semikonduktor
seperti ini memiliki koefisien suhu negatif.
Untuk memproses bahan-bahan semikonduktor tersebut menjadi komponen
elektronika, perlu dilakukan proses “Doping” yaitu proses untuk menambahkan
ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni (semikonduktor intrinsik)
sehingga dapat merubah sifat atau karakteristik kelistrikannya. Beberapa bahan yang

Dasar Listrik dan 3


digunakan untuk menambahkan ketidakmurnian semikonduktor antara lain adalah Arsenic,

Dasar Listrik dan 3


Indium dan Antimony. Bahan-bahan tersebut sering disebut dengan “Dopant”, sedangkan
Semikonduktor yang telah melalui proses “Doping” disebut dengan semikonduktor
ekstrinsik.
Semikonduktor yang telah dilalui proses Doping yaitu semikonduktor yang impurity
(tidak murni) atau semikonduktor Ekstrinsik yang siap menjadi Komponen Elektronika
yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, semikonduktor tipe N dan semikonduktor
tipe P. Untuk penjelasan lebih rinci, perhatikan pembahasan di bawah ini.
1. Semikonduktor Intrinsik
Bila suatu bahan didinginkan hingga mencapai suhu -273oC (0oK), bahan
semikonduktor ini tidak akan dapat menghantarkan arus listrik, hal ini disebabkan tidak
adanya elektron bebas yang dikandung oleh bahan tersebut. Jadi pada suhu -273oC,
bahan semikonduktor menjadi isolator.
Bila suatu bahan semionduktor dengan suhu -273 oC dipanaskan hingga mencapai
suhu 0oC, maka bahan semikonduktor tersebut mulai dapat menghantarkan arus listrik.
Daya hantar jenis (ρ) bahan semikonduktor naik secara eksponensial (kuadratis)
dengan kenaikan suhu. Mengapa dengan pemanasan (heating) dapat membuat bahan
semikonduktor menjadi konduktif?
Bila suatu kristal dipanaskan, maka atom-atom kristal tidak akan tinggal diam,
tetapi bergerak ke segala penjuru. Akibatnya ikatan atom terhadap elektron terikat
(elektron valensi) terlepas, sehingga berubah menjadi elektron bebas. Elektron bebas
menjadi semakin banyak, sehingga daya hantar bahan semikondukor juga menjadi naik.
Dari fenomena tersebut dapat diatakan bahwa daya hantar bahan semikonduktor
berubah tergantung pada suhu.
2. Semikonduktor Ekstrinsik
Komponen elekronik seperti diode dan transistor dibuat dari bahan semikonduktor.
Misalnya dioda terbuat dari dua jenis bahan semikonduktor tipe P dan tipe N.

Dasar Listrik dan 3


Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014
Gambar 2.17 Struktur Kristal Atom Silikon
Agar konduktivitas bahan semikonduktor untuk komponen elektronik ini tidak
tergantung suhu (konduksi instrinsik) maka ditempuh cara lain, yaitu mencampurkan
suatu kristal atom lain ke kristal atom bahan semikonduktor atau disebut dopping.
Misalnya kristal atom silikon yang memiliki 4 elektron valensi di-dopping dengan
kristal atom arsenik yang memiliki lima elektron valensi, akibatnya campuran ini akan
kelebihan elektron, dan disebut sebagai bahan semikonduktor tipe N.

Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014


Gambar 2.18 Bahan Semikonduktor Tipe N
Sebaliknya bila kristal atom silikon di–dopping dengan kristal atom indium yang
hanya memiliki tiga elektron valensi, maka campuran ini akan kekurangan elektron,
sehingga menghasilkan bahan semikonduktor tipe P.

Dasar Listrik dan 3


Sumber: BSE Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1, 2014
Gambar 2.19 Bahan Semikonduktor Tipe P
Komponen elektronik seperti diode, transistor dan SCR, terbuat dari gabungan
bahan semikonduktor type P dan tipe N. Pembahasan lebih lanjut tentang komponen
elektronik tersebut akan dibahas di dalam bab selanjutnya (bab III).

Cakrawala

Superkonduktor

Superkonduktor adalah suatu material yang tidak


memiliki hambatan dibawah suatu nilai suhu tertentu. Suatu
superkonduktor dapat saja berupa suatu konduktor,
semikonduktor ataupun suatu insulator pada keadaan ruang.
Suhu dimana terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi
superkonduktor disebut dengan temperatur kritis (Tc).
Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang
Sumber: aps.org fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas
Gambar 2.20 Heike
Kamerlingh Onnes. Leiden pada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli 1908, Onnes
berhasil mencairkan helium dengan cara mendinginkan hingga
4 K atau -269oC. Kemudian pada tahun 1911, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik
dari logam pada suhu yang sangat dingin. Pada waktu itu telah diketahui bahwa hambatan
suatu logam akan turun ketika didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang
dapat

Dasar Listrik dan 3


mengetahui berapa batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperatur logam
mendekati
0 K atau nol mutlak. Beberapa ahli ilmuwan pada waktu itu seperti William Kelvin
memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti ketika suhu
mencapai nol mutlak. Dilain pihak, ilmuwan yang lain termasuk Onnes memperkirakan
bahwa hambatan akan menghilang pada keadaan tersebut. Untuk mengetahui yang
sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada kawat merkuri yang sangat murni
dan kemudian mengukur hambatannya sambil menurunkan suhunya. Pada suhu 4,2 K,
Onnes terkejut ketika mendapatkan bahwa hambatannya tiba-tiba menjadi hilang.
Dengan tidak adanya hambatan, maka arus dapat mengalir tanpa kehilangan energi.
Percobaan Onnes dengan mengalirkan arus pada suatu kumparan superkonduktor dalam
suatu rangkaian tertutup dan kemudian mencabut sumber arusnya lalu mengukur arusnya satu
tahun kemudian ternyata arus masih tetap mengalir. Fenomena ini kemudian oleh Onnes
diberi nama superkondutivitas. Atas penemuannya itu, Onnes dianugerahi Nobel Fisika
pada tahun 1913.

Jelajah Internet
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai bahan konduktor, isolator, semikonduktor maupun sup

Tugas Mandiri
Transistor merupakan salah satu komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor. Bersama k

Dasar Listrik dan 4


Rangkuman
1. .Konduktor atau penghantar adalah material yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik.
2. Syarat suatu bahan dikatakan konduktor yang baik apabila (a) konduktivitasnya cukup
baik, (b) kekuatan mekanisnya cukup tinggi, (c) koefisien muai panjangnya kecil, (d)
modulus elastisitas cukup besar dan (e) nilai resistansi kecil.
3. Konduktor dapat dibedakan menjadi berbagai klasifikasi, antara lain (a) menurut
bahannya, (b) menurut konstruksinya, dan (c) bentuk fisiknya.
4. Penamaan kabel penghantar listrik memiliki standar yang sudah penamaan.
5. Isolator atau penyekat adalah material yang tidak bisa atau sulit melakukan
perpindahan muatan listrik.
6. Pemilihan bahan penyekat yang akan digunakan untuk bidang kelistrikan perlu
diperhatikan sifat listrik, mekanis, termis, dan kimia.
7. Penyekat yang digunakan pada umumnya memiliki berbagai bentuk, yaitu bentuk
padat, cair, dan gas.
8. Berdasarkan suhu maksimum yang diizinkan bahan penyekat listrik dibedakan menjadi
kelas Y, kelas A, kelas E, kelas B, kelas F, kelas H, dan kelas C.
9. Semikonduktor adalah bahan yang memiliki sifat atau tahanan jenis di antara
konduktor dan isolator, sering juga disebut sebagai bahan setengah penghantar.
10. Semikonduktor yang masih murni disebut semikonduktor instrinsik, sedangkan
semikonduktor yang telah dilalui proses Doping yaitu semikonduktor yang impurity
(tidak murni) atau semikonduktor Ekstrinsik.
11. Semikonduktor ekstrinsik dibedakan menjadi dua, yaitu semikonduktor tipe N dan tipe
P.

Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan perbedaan konduktor, isolator, dan semikonduktor!
Sebutkan contoh komponen elektronik yang terbuat dari bahan semikonduktor!
Diketahui sebuah penghantar tembaga memiliki panjang 15 meter dengan luas penampang 0,5 cm2. Tentu

Dasar Listrik dan 4


4. Jelaskan mengapa sebuah bahan konduktor dapat menghantar arus listrik
sedangkan bahan isolator tidak dapat menghantarkan!
5. Sebutkan contoh bahan isolator baik yang berwujud cair, padat, dan gas yang
dimanfaatkan di bidang kelistrikan!

Refleksi
Setelah mempelajari bab kedua ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang bahan pembentuk benda-bend

Dasar Listrik dan 4


BAB IIIKOMPONEN PASIF DAN AKTIF RANGKAIAN ELEKTRONIKA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menerima penjelasan materi, praktik, dan diskusi, peserta didik:


Mampu menganalisis sifat elemen pasif dan elemen aktif benar dan mandiri.
Mampu memeriksa elemen pasif dan elemen aktif dengan benar dan penuh tanggung jawab.

PETA KONSEP

Kata kunci : Komponen Aktif – Komponen Pasif – Resistor – Kapasitor – Induktor –


Reaktansi – Sumber Tegangan – Sumber Arus

Dasar Listrik dan 4


PENDAHULUAN

Ketika kalian mendengar kata elektronik dan elektronika, apa yang kalian tangkap?
Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan
dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti
komputer, peralatan elektronik, termokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Sedangkan
elektronik adalah alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika. Contoh peralatan
elektronik tersebut adalah TV, kipas angin, handphone, DVD player, dan sebagainya.

Sumber: solarmio.com
Gambar 3.1 Peralatan Elektronik Rumah Tangga
Pernahkan kalian membongkar atau melihat isi dari TV, DVD player, kipas angin, dan
peralatan elektronik lainnya? Jika pernah, ada apa di dalamnya? Pasti banyak komponen-
komponen elektronika bukan? Peralatan elektronik di rumah kalian tersusun dari berbagai
komponen elektronika yang menjadi satu kesatuan sehingga peralatan elektronik tersebut
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ketika kalian membongkar peralatan elektronik kalian
akan menemui berbagai komponen yang ditunjukkan Gambar 3.

Sumber: thebetterindia.com
Gambar 3.2 Komponen Elektronika

Dasar Listrik dan 4


Nah, pada bab III ini kalian akan mempelajari komponen elektronika yang dibedakan
menjadi komponen pasif dan komponen aktif serta perhitungan ketika komponen tersebut
dihubungkan seri, paralel, maupun campuran.

A. KOMPONEN PASIF

Komponen yang akan dibahas pada materi ini terbatas pada elemen atau komponen yang
memiliki dua buah terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Komponen pasif adalah
komponen yang tidak dapat menghasilkan energi. Komponen pasif dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu komponen yang hanya dapat menyerap energi dan komponen yang dapat
menyimpan energi.
Elemen yang hanya menyerap energi adalah resistor atau lazim juga disebut sebagai
tahanan atau hambatan dengan simbol R. Komponen pasif yang dapat menyimpan energi juga
diklasifikasikan menjadi dua yaitu komponen atau elemen yang menyerap energi dalam
bentuk medan magnet dalam hal ini induktor atau sering juga disebut sebagai lilitan, belitan
atau kumparan dengan simbol L, dan komponen pasif yang menyerap energi dalam bentuk
medan listrik dalam hal ini adalah kapasitor atau sering juga disebut dengan kondensator
dengan simbol C.
Pada suatu peralatan elektronik, komponen pasif tersebut terhubung antara satu
komponen ke komponen lain dalam suatu rangkaian tertutup. Yang dimaksud rangkaian
tertutup merupakan satu lintasan saat kita mulai dari titik yang dimaksud akan kembali lagi
ketitik tersebut tanpa terputus dan tidak memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang
kita tempuh.

Sumber: fisikazone.com
Gambar 3.3 Rangkaian Tertutup
Berikut ini dijelaskan mengenai resistor, induktor, kapasitor secara lebih rinci.
1. Resistor

Dasar Listrik dan 4


Sumber: endlessgyaan.org
Gambar 3.4 Macam-macam resistor
Resistor atau tahanan adalah bahan listrik yang mempunyai daya hantar listrik rendah
atau mempunyai resistansi tinggi. Karena nilai resitansinya tinggi maka resistor sering
digunakan sebagai pembatas arus listrik. Bahan listrik yang sering digunakan sebagai
resitor adalah arang atau karbon, dan nichrom. Dalam prakteknya untuk keperluan
pengontrolan arus listrik digunakan resistor-resistor praktis yang didesain dalam berbagai
harga. Satuan praktis dari resistor adalah Ohm (Ω). Resistor tidak memiliki elektron bebas
atau sangat sedikit elektron bebas pada atomnya. Jadi sangat sulit bagi elektron bebas
tersebut bergerak melewati ataom lainnya. Beban listrik yang hanya memiliki resistansi
murni (R) disebut beban resistif. Contoh beban resistif di antaranya lampu pijar, solder
listrik, dan alat-alat pemanas lainnya.

Sumber: istockphoto
Gambar 3.5 Lampu Pijar
a. Karakteristik Resistor

Dalam ilmu elektronika, beban resistif dapat diwakili oleh resistor murni yang
memiliki karakteristik sebagai berikut. Pada umumnya, resistor tidak mempunyai

Dasar Listrik dan 4


polaritas, sehingga pemasangannya pada sumber tegangan dapat diboak-balik baik
sumber tegangan DC maupun AC.

Gambar 3.6 Pemasangan Resistor pada Sumber Tegangan DC dan AC


Pada Gambar 3.6 berlaku Hukum Ohm, yaitu besarnya arus yang mengalir (I)
adalah tegangan (V) dibagi hambatan (R) dan dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut.
𝑉
𝐼= 𝑉 = 𝐼. 𝑅 𝑅=
𝑉 𝐼

Keterangan: 𝑅

I : kuat arus listrik (ampere)


V : tegangan listrik (volt)
R : tahanan listri (ohm)

b. Konstruksi Resistor
1) Komposisi Karbon
Resistor komposisi karbon terdiri dari sebuah unsur resistif berbentuk tabung
dengan kawat atau tutup logam pada kedua ujungnya. Badan resistor dilindungi
dengan cat atau plastik. Resistor komposisi karbon lawas mempunyai badan yang
tidak terisolasi, kawat penghubung dililitkan disekitar ujung unsur resistif dan
kemudian disolder. Resistor yang sudah jadi dicat dengan kode warna sesuai dengan
nilai resistansinya.
Unsur resistif dibuat dari campuran serbuk karbon dan bahan isolator (biasanya
keramik). Resin digunakan untuk melekatkan campuran. Resistansinya ditentukan
oleh perbandingan dari serbuk karbon dengan bahan isolator. Resistor komposisi
karbon sering digunakan sebelum tahun 1970-an, tetapi sekarang tidak terlalu
populer karena resistor jenis lain mempunyai karakteristik yang lebih baik, seperti
toleransi, kemandirian terhadap tegangan (resistor komposisi karbon berubah
resistansinya jika dikenai tegangan lebih), dan kemandirian terhadap
tekanan/regangan. Selain itu, jika

Dasar Listrik dan 4


resistor menjadi lembab, panas solder dapat mengakibatkan perubahan resistansi dan
resistor jadi rusak.
Walaupun begitu, resistor ini sangat reliabel jika tidak pernah diberikan tegangan
lebih ataupun panas lebih.
Resistor ini masih diproduksi, tetapi relatif cukup mahal. Resistansinya berkisar
antara beberapa miliohm hingga 22 MOhm.
2) Film Karbon
Selapis film karbon diendapkan pada selapis substrat isolator, dan potongan
memilin dibuat untuk membentuk jalur resistif panjang dan sempit. Dengan
mengubah lebar potongan jalur, ditambah dengan resistivitas karbon (antara 9 hingga
40 µΩ-cm) dapat memberikan resistansi yang lebar. Resistor film karbon
memberikan rating daya antara 1/6 W hingga 5 W pada 70 °C. Resistansi tersedia
antara 1 ohm hingga 10 MOhm. Resistor film karbon dapat bekerja pada suhu di
antara -55 °C hingga 155 °C. Ini mempunyai tegangan kerja maksimum 200 hingga
600 V.
3) Film Logam
Unsur resistif utama dari resistor foil adalah sebuah foil logam paduan khusus
setebal beberapa mikrometer.
Resistor foil merupakan resistor dengan presisi dan stabilitas terbaik. Salah satu
parameter penting yang memengaruhi stabilitas adalah koefisien temperatur dari
resistansi (TCR). TCR dari resistor foil sangat rendah. Resistor foil ultra presisi
mempunyai TCR sebesar 0.14ppm/°C, toleransi ±0.005%, stabilitas jangka panjang
25ppm/tahun, 50ppm/3 tahun, stabilitas beban 0.03%/2000 jam, EMF kalor
0.1μvolt/°C, desah -42 dB, koefisien tegangan 0.1ppm/V, induktansi 0.08μH,
kapasitansi 0.5pF.
c. Macam-macam Resistor
1) Jenis Resistor Berdasarkan Perubahan Nilai Hambatannya
Berdasarkan perubahan nilai hambatannya, resistor dibagi menjadi dua jenis
sebagai berikut.
a) Resistor Tetap (Fixed Resistor)
Resistor tetap yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap. Bahan
hambatannya terbuat dari karbon, kawat, atau paduan logam. Bahan hambatan
karbon ditempelkan pada pipa keramik dengan cara diuapkan. Pada kedua ujung
pipa (tempat kawat-kawat penghubung resistor dikaitkan) dipasangi tutup. Nilai
hambatan resistor tergantung dari tebal dan panjangnya lintasan karbon pada kisar

Dasar Listrik dan 4


alur yang berbentuk spiral. Nilai resistansi resistor tetap dinyatakan dengan kode-
kode warna atau dengan angka dan huruf.

Sumber: efxkits.co.uk
Gambar 3.7 Simbol dan Wujud Resistor Tetap
(1) Kode Warna Resistor
Untuk menyatakan nilai resistansi dan toleransi resistor tetap pada
kemasannya dibubuhi gelang-gelang warna. Tiap-tiap gelang warna memiliki
harga sesuai dengan warna seperti yang ditentukan dalam tabel kode warna
resistor. Pada resistor tetap ada yang menggunakan empat gelang warna, lima
gelang warna, dan bahkan enam gelang warna. Adapun arti dari kode warna
pada resistor empat gelang warna sebagai berikut.
Gelang 1 menyatakan angka pertama.
Gelang 2 menyatakan angka kedua.
Gelang 3 menyatakan faktor pengali.
Gelang 4 menyatakan toleransi.
Tabel 3.1 Kode Warna Resistor Empat Gelang Warna

Dasar Listrik dan 4


Sumber: skemaku.com
Resistor yang mempunyai gelang warna, selain terdapat empat gelang
terdapat juga yang lima gelang warna dan enam gelang warna. Arti dari kode
warna pada resistor lima gelang warna adalah sebagai berikut.
Gelang 1 menyatakan angka pertama.
Gelang 2 menyatakan angka kedua.
Gelang 3 menyatakan angka ketiga.
Gelang 4 menyatakan faktor pengali.
Gelang 5 menyatakan toleransi.
Tabel 3. Kode Warna Resistor Lima Gelang Warna

Sumber: menghitung.com
Arti dari kode warna pada resistor lima gelang warna adalah sebagai berikut.
Gelang 1 menyatakan angka pertama.
Gelang 2 menyatakan angka kedua.
Gelang 3 menyatakan angka ketiga.
Gelang 4 menyatakan faktor pengali.
Gelang 5 menyatakan toleransi.
Gelang 6 menyatakan koefisien suhu.
Tabel 3. Kode Warna Resistor Enam Gelang Warna

Dasar Listrik dan 5


Sumber: divaiz.com
Resistor yang memiliki angka toleransi semakin kecil akan semakin baik
karena nilai sebenarnya adalah nilai yang tertera dan nilai toleransinya. Misal
nilai yang tertera pada resistor = 100 Ω dan toleransinya 5%, maka nilai yang
sebenarnya sebagai berikut.
Nilai resistansi = 100 Ω - (5% x 100 Ω) s/d 100 Ω - (5% x 100 Ω)
= 95 Ω s/d 105 Ω
Sehingga, jika suatu resistor dengan toleransi 5% ketika diukur rentang
nilainya berada pada 95 Ω s.d 105 Ω masih dianggab normal atau baik.
(2) Kode Huruf Resistor
Resistor yang menggunakan kode angka dan huruf biasanya resistor lilitan
kawat (wire wound resistor). Bahan hambatannya dikemas atau dibungkus
dengan bahan keramik atau porselen seperti yang terlihat dalam gambar
berikut.

Sumber: m.inkuiri.com
Gambar 3.8 Resistor dengan Kode Angka dan Huruf

Dasar Listrik dan 5


Contoh Soal
1. Tentukan nilai resistor yang mempunyai gelang warna merah, coklat, hitam, dan emas!
Penyelesain
Merah (gelang pertama) = 2
Coklat (gelang kedua) = 1
Hitam (gelang ketiga) = x1
Emas (gelang keempat) = ±5%
Jadi, nilai resistor tersebut adalah 21 Ω dengan toleransi ±5%.
2. Tentukan nilai resistor dengan kode huruf: 10W39ΩJ, 82 k Ω 5% 9132 W, 5W22RJ,
5WR1k, RSN 2 P 22 kk, dan 1k5!
Penyelesaian
a. 10W39ΩJ
10 W menyatakan kemampuan daya resistor besarnya 10 watt.
39 Ω menyatakan besarnya resistansi 39 Ω.
J menyatakan besarnya toleransi 5%.
b. 82 k Ω 5% 9132 W
82 kΩ menyatakan besarnya resistansi 82 kΩ (kilo ohm).
5% menyatakan besarnya toleransi 5%.
9132 W menyatakan nomor serinya.
c. 5W22RJ
5 W menyatakan kemampuan daya resistor besarnya 5 watt.
22 R menyatakan besarnya resistansi 22 Ω.
J menyatakan besarnya toleransi 5%.
d. 5WR1k
5 W menyatakan kemampuan daya resistor sebesar 5 watt.
R 1 k menyatakan besarnya resistansi 1 k Ω.
e. RSN 2 P 22 kk
RSN 2 P menyatakan nomor seri resistor.
22 k menyatakan besarnya resistansi 22 k Ω.
k menyatakan besarnya toleransi 10%.
f. 1k5
1k5 menyatakan nilai hambatan 1500 Ω atau 1,5 k Ω.

Arti kode angka dan huruf pada resistor sebagai berikut.

Dasar Listrik dan 5


Kode huruf untuk toleransi nilai hambatan antara lain:
F=±1% G=±2% J=±5%
K = ± 10 % M = ± 20 %
b) Resistor Variabel
Resistor variabel yaitu resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah.
Yang termasuk resistor variabel di antaranya potensiometer dan trimpot.
Potensiometer dan trimpot mempunyai tiga kaki sambungan, dua buah untuk
ujung-ujungnya dan sebuah untuk pejalan.

Sumber: niguru.com
Gambar 3.9 Simbol dan Contoh Resistor Variabel
Gambar di atas memperlihatkan bentuk fisik potensiometer dan trimpot yang
bahan hambatannya terbuat dari karbon. Dari gambar tersebut dapat dilihat jika
tuas pemutar diputar, nilai resistansi antara kaki tengah dengan kaki-kaki ujung
akan berubah sesuai dengan gerakan kontak putar. Untuk memutarkan kontak
putar pada trimpot dapat dilakukan dengan menggunakan obeng kecil (obeng
trimer). Resistor variabel disimbolkan seperti pada gambar berikut.

Dasar Listrik dan 5


Sumber: conceptdraw.com
Gambar 3.10 Simbol Resistor
Variabel
2) Jenis Resistor Berdasarkan Bahan Hambatannya
Berdasarkan bahan hambatannya, resistor terdiri atas beberapa jenis, antara lain
sebagai berikut.
a) Resistor karbon (carbon film resistor), yaitu resistor yang bahan hambatannya
terbuat dari karbon. Resistor karbon mempunyai nilai resistansi antara 1 ohm–10
mega ohm dengan toleransi ±5–20%, tegangan maksimum 500 volt, dan daya
maksimal antara 0,25–1 watt.
b) Resistor metal oxide (metal oxide film resistor), yaitu resistor yang bahan
hambatannya dari logam oxida, mempunyai nilai resistansi antara 1 ohm–1 mega
ohm dengan toleransi ±5–10%, tegangan maksimum 750 volt, dan daya maksimal
antara 1–6 watt.
c) Resistor metal film (metal film resistor), yaitu resistor yang bahan hambatannya
dari logam, mempunyai nilai resistansi antara 1ohm–10 mega ohm dengan
toleransi
±1– 5% , tegangan maksimum 300 volt, dan daya maksimal antara 0.5–1 watt.
d) Resistor nol ohm (zero-ohmic resistor), yaitu resistor yang bahan hambatannya
dari logam, mempunyai nilai resistansi antara 0 (nol) ohm hingga 10 × 10 ohm,
tegangan maksimum 300 volt dengan arus maksimum 3 ampere.
e) Resistor ohm rendah (low-ohmic resistor), yaitu resistor yang bahan hambatannya
dari logam, mempunyai nilai resistansi antara 0,1 ohm–2,2 ohm dengan toleransi

Dasar Listrik dan 5


±5–20%, tegangan maksimum 300 volt, dan daya maksimal antara 1–2 watt.

Dasar Listrik dan 5


f) Resistor ohm tinggi (high-ohmic resistor), yaitu resistor yang memiliki nilai
hambatan antara 1 mega ohm–10 giga ohm dengan toleransi ± 2–20%, tegangan
maksimum 3 kilo volt, dan daya maksimal antara 1–6 watt.
g) Resistor lilitan kawat (wire-wound resistor), yaitu resistor yang bahan
resistansinya dari lilitan kawat, memiliki nilai resistansi 1 ohm–56 kilo ohm
dengan toleransi ± 5–10%, tegangan maksimum 500 volt, dan daya maksimal
antara 1–15 watt.
h) Resistor lilitan kawat kemasan keramik (ceramic wire-wound resistor), yaitu
resistor yang bahan resistansinya dari lilitan kawat yang terbungkus dalam
kemasan dari bahan keramik baik dengan bentuk vertikal maupun horizontal,
memiliki nilai resistansi 0,1 ohm–56 kilo ohm dengan toleransi ± 5–10%,
tegangan maksimum
1.000 volt, dan daya maksimal antara 5–20 watt.
i) Resistor daya (wire-wound power resistor), yaitu resistor yang bahan
hambatannya dari lilitan kawat, biasanya digunakan pada industri listrik, memiliki
nilai resistansi 1 ohm–39 kilo ohm, toleransi ± 5–10%, tegangan maksimum 2.000
volt, dan daya maksimal 20–100 watt.
j) Resistor SMD (Surface Mount Device), yaitu resistor yang cara pemasangannya
dengan ditempelkan di permukaan PCB, memiliki nilai hambatan 0 ohm–1 mega
ohm dengan toleransi ± 1–20%, dan tegangan maksimum 100 volt.
k) Resistor SMD Jaringan (Surface Mount Device Network), yaitu resistor yang
dalam satu kemasan terdapat beberapa resistor dan cara pemasangannya dengan
ditempelkan di permukaan PCB, memiliki nilai hambatan 0 ohm–1 mega ohm
dengan toleransi ±1–20%, dan tegangan maksimum 100 volt.
l) Resistor jaringan (network resistor), yaitu resistor yang dalam satu kemasan
terdapat beberapa resistor, memiliki nilai resistansi antara 0 ohm–1 mega ohm
dengan toleransi ± 1–20%, dan tegangan maksimum 100 volt.
3) Resistor Khusus
a) Resistor KSN/NTC dan KSP/PTC
Resistor KSN atau NTC (Negative Temperature Coefficient) adalah resistor
yang nilai hambatannya akan mengecil jika suhunya bertambah tinggi. Resistor ini
sering juga disebut thermistor ataupun thernewid. Koefisien suhu dari resistor
KSN terletak antara -2% dan -5% tiap derajat Celcius. Resistor KSN pada suhu
25oC memiliki nilai hambatan 50 ohm dan koefisien suhu -5% tiap derajat Celcius
akan mempunyai nilai hambatan 47,5 ohm pada suhu 26oC. Nilai hambatan pada

Dasar Listrik dan 5


suhu

Dasar Listrik dan 5


27º C ialah 90% dari 45 ohm dan seterusnya. Selain NTC, juga dikenal resistor
jenis PTC (Positif Temperature Coefficient). Resistor ini memiliki sifat kebalikan
dari NTC. Gambar berikut ini menunjukkan simbol dan contoh dari resistor PTC
dan NTC.
b) LDR (Light Dependent Resistor)
Apabila cahaya dikenakan pada LDR atau resistor peka cahaya, nilai hambatan
pada LDR akan mengecil. Oleh karena itu, LDR dapat dipakai sebagai sensor
cahaya untuk mengendalikan rangkaian yang bekerja berdasarkan perubahan
kekuatan cahaya. Gambar berikut menunjukkan simbol dan bentuk fisik dari LDR.
c) VDR (Voltage Dependent Resistor)
VDR adalah resistor yang nilai resistansinya tergantung pada besarnya
tegangan yang jika tegangannya naik, nilai resistansinya akan turun. VDR biasa
digunakan pada pesawat televisi.

2. Induktor
Induktor adalah sebuah elemen pasif rangkaian yang dapat menyimpan energi.
Induktor berbentuk sebuah lilitan yang terbuat dari bahan konduktor (tembaga) yang
dililitkan pada suatu bahan fero magnetik. Sebagai contoh belitan transformator, belitan
motor dan alat-alat lain yang serupa.
a. Karakteristik Induktor
Sebuah induktor (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi
pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan
induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya (L), yang
diukur dalam satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar
yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat
di dalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah salah satu
komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan
tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor untuk memproses arus
bolak-balik.
Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi,
dan hanya menyerap daya disipatif relatif kecil. Beban listrik yang hanya memiliki
induktansi murni tersebut disebut dengan beban induktif. Sebuah induktor pada
kenyataanya memiliki induktansi dan resistansi. Contoh beban induktif antara lain
motor listrik, relay, transformator, speaker, dan alat lainnya yang menggunakan belitan
kawat.

Dasar Listrik dan 5


Pada suatu frekuensi, induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas
parasitnya. Selain menyerap daya disipatif pada resistansi kawat, induktor berinti
magnet juga menyerap daya di dalam inti karena efek histeresis, dan pada arus tinggi
mungkin mengalami nonlinearitas karena adanya kejenuhan magnetik.
Contoh beban induktif diatas diwakili oleh induktor yang dianggap sebagai
induktor murni dan nilai resistansinya dianggap nol. Oleh karena itu, nilai reaktansi
induktifnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
XL = 2πfL
Keterangan:
XL : reaktansi induktif (ohm)
f : frekuensi (hertz)
L : induktansi pada induktor (henry)
π : 3,14
Fungsi induktor antara lain sebagai:
a. pembangkit ggl induksi,
b. pelipat tegangan, dan
c. pembangkit getaran.
Untuk pemasangan pada sumber tegangan, sama halnya dengan resistor, induktor
pada umumnya tidak memiliki polaritas. Berikut diperlihatkan pemasangan induktor
pada sumber tegangan.

Gambar 3.11 Pemasangan Induktor pada Sumber Tegangan DC dan AC

Nilai resistansi dari induktor yang dipasang pada tegangan searah ditentukan oleh
panjang kawat, luas penampang kawat, dan tahanan jenis kawat seperti yang telah
dibahas sebelumnya tentang tahanan listrik.
a. Konstruksi Induktor

Dasar Listrik dan 5


Sebuah induktor biasanya dikonstruksi sebagai sebuah lilitan dari bahan
penghantar, biasanya kawat tembaga, digulung pada inti magnet berupa udara atau
bahan feromagnetik. Bahan inti yang mempunyai permeabilitas magnet yang lebih
tinggi dari udara meningkatkan medan magnet dan menjaganya tetap dekat pada
induktor, sehingga meningkatkan induktansi induktor. Induktor frekuensi rendah dibuat
dengan menggunakan baja laminasi untuk menekan arus eddy. Ferit lunak biasanya
digunakan sebagai inti pada induktor frekuensi tingi, dikarenakan ferit tidak
menyebabkan kerugian daya pada frekuensi tinggi seperti pada inti besi. Ini dikarenakan
ferit mempunyai lengkung histeresis yang sempit dan resistivitasnya yang tinggi
mencegah arus eddy.
Induktor dibuat dengan berbagai bentuk. Sebagian besar dikonstruksi dengan
menggulung kawat tembaga email disekitar bahan inti dengan kaki-kaki atau terminal
kawat keluar. Beberapa jenis menutup penuh gulungan kawat di dalam material inti,
dinamakan induktor terselubungi. Beberapa induktor mempunyai inti yang dapat diubah
letaknya, yang memungkinkan pengubahan induktansi. Induktor yang digunakan untuk
menahan frekuensi sangat tinggi biasanya dibuat dengan melilitkan tabung atau manik-
manik ferit pada kabel transmisi. Induktor kecil dapat dicetak langsung pada papan
rangkaian cetak dengan membuat jalur tembaga berbentuk spiral. Beberapa induktor
dapat dibentuk pada rangkaian terintegrasi menhan menggunakan inti planar. Tetapi
bentuknya yang kecil membatasi induktansi. Dan girator dapat menjadi pilihan
alternatif.
b. Jenis-jenis Induktor
1) Berdasarkan Bahan Intinya
Tabel 3. Jenis Induktor Berdasarkan Bahan Intinya
Nama Simbol Bentuk Fisik
Induktor dengan inti
udara (air core)

Induktor dengan inti besi

Dasar Listrik dan 6


Induktor dengan inti ferit

Induktor dengan
perubahan inti

Sumber: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/macamind.html
2) Berdasarkan Frekuensinya
Jenis-jenis induktor berdasarkan frekuensinya sebagai berikut.
a) Pada frekuensi tinggi: spul antena, spul osilator.
b) Pada frekuensi menengah: spul MF (Middle Frequency).
c) Pada frekuensi rendah: trafo input (IT), trafo output (OT), spul speaker, trafo
tenaga (step up/step down), motor listrik, spul relay, dan spul penyaring (filter).
d. Komponen Listrik yang Menggunakan Induktor sebagai Bagian Utamanya
Tabel 3. Komponen Listrik yang Menggunakan Induktor sebagai Bagian Utamanya
Nama Simbol Bentuk Fisik Kegunaan
Relay Untuk
menghubungkan/
memutuskan
kontak-kontak
sakelar secara
elektromagnetik.
Transformator Untuk menaikkan
atau menurunkan
tegangan listrik.

Bel listrik Untuk mengubah


tegangan listrik
menjadi getaran
suara.

Dasar Listrik dan 6


Nama Simbol Bentuk Fisik Kegunaan
Speaker Untuk mengubah
tegangan listrik
menjadi getaran
suara.

Motor listrik Untuk mengubah


tegangan listrik
menjadi gerak
putar.
Spul antena Untuk mentransfer
gelombang radio.

Trafo Untuk mentransfer


input/output tegangan listrik.

Spul osilator Untuk


membangkitkan
getaran/gelombang
listrik.

Spul IF Untuk mentransfer


(Intermediate gelombang listrik.
Frequency) &
spul MF
(Medium
Frequency)
Sumber: Wardoyo, dkk, 2018
3. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen listrik/elektronika yang digunakan untuk menyimpan
muatan listrik, dan secara sederhana terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan
penyekat (bahan dielektrik). Kapasitor atau disebut juga kondensator adalah alat
(komponen) listrik yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan muatan
listrik untuk sementara waktu.
a. Karakteristik
Kapasitor disimbolkan dengan huruf C. Satuan kapasitas dinyatakan dalam farad.
Simbol farad adalah huruf F kapital. Satu farad dapat dinyatakan sebagai pengisian
listrik

Dasar Listrik dan 6


Dasar Listrik dan 6
(charge) sebesar satu Coulomb pada permukaan kapasitor dengan perbedaan potensial
sebesar satu volt antara kedua pelat.
Satuan Farad merupakan satuan yang agak besar jika diterapkan pada suatu unit
kapasitor. Biasanya kapasitor yang digunakan di berbagai peralatan listrik dan refrijerasi
dinilaikan dalam ukuran mikrofarad (μF). Setiap perangkat yang memiliki kapasitan
(menyimpan elekron bebas) disebut kapasitor.
Kapasitor yang terhubung secara seri dengan beban listrik dalam suatu rangkaian
listrik, dapat merubah gelombang sinusoida dan membuat gelombang arus listrik
mendahului gelombang tegangan listrik. Kapasitor digunakan untuk meningkatkan torsi
motor satu fasa, meningkatkan efisiensi, dan perbaikan faktor kerja. Selain itu karena
sifatnya yang dapat menyimpan energi, maka kapasitor lazim digunakan sebagai
cadangan energi ketika sikuit elektronika terputus secara tiba-tiba. Hal ini karena
adanya arus transien pada kapasitor. Pada alat penerima radio, kapasitor bersama
komponen elektronika lain dapat digunakan sebagai penyaring frekuensi dan filter
gelombang, selain dapat juga sebagai komponen pada sirkuit penyearah arus/tegangan
AC menjadi DC atau disebut dengan penghalus riak sehingga alat-alat elektronik bisa
digunakan dengan tegangan bolak-balik (PLN) tanpa baterai. Kapasitor juga dapat
digunakan sebagai komponen pemberi cahaya singkat pada blitz kamera.
Beban listrik yang hanya memiliki kapasitansi murni disebut dengan beban
kapasitif. Komponen listrik atau elektronika yang berfungsi sebagai beban kapasitif
adalah kondensator.
a. Konstruksi Kondensator
Kapasitor yang paling sederhana adalah kapasitor yang dibentuk oleh dua pelat
konduktor.Pada prinsipnya sebuah kapasitor terdiri atas dua konduktor (lempeng logam)
yang dipisahkan oleh bahan penyekat (isolator). Isolator penyekat ini sering disebut
bahan (zat) dielektrik. Zat dielektrik yang digunakan untuk menyekat kedua penghantar
dapat digunakan untuk membedakan jenis kapasitor. Beberapa kapasitor menggunakan
bahan dielektrik berupa kertas, mika, plastik cairan, udara, oli, keramik, dan elektrolid.
b. Karakteristik Kondensator
Ada kapasitor polar dan non-polar, sehingga perhatikan dengan baik ketika akan
melakukan pemasangan kapasitor ke sumber tegangan.

Dasar Listrik dan 6


Gambar 3.12 Pemasangan Kapasitor Non-Polar pada Sumber Tegangan DC dan AC
1) Kondensator pada Tegangan Searah
Untuk memudahkan pemahaman, kondensator bisa diumpamakan seperti kolam
ikan yang diberi saluran air ke sungai. Jika permukaan air sungai lebih tinggi
daripada permukaan air kolam, aliran air akan terjadi dari sungai ke kolam
(pengisian) sampai permukaan air menjadi sama tinggi. Jika permukaan air sungai
lebih rendah daripada permukaan air kolam, aliran air akan terjadi dari kolam ke
sungai (pengosongan) sampai permukaan air menjadi sama tinggi.
Jika tegangan listrik (Vs) yang dipasang pada kondensator lebih tinggi dari
tegangan kondensator (Vc), aliran arus listrik akan terjadi dari sumber tegangan (Vs)
ke kondensator (pengisian) sampai tegangan pada kondensator sama tingginya
dengan tegangan sumber (Vc = Us). Jika sebuah beban (R) dipasang pada
kondensator yang sudah bermuatan akan terjadi aliran arus listrik dari kondensator
ke beban (pengosongan) sampai muatan pada kondensator habis.
Nilai kapasitansi dari sebuah kondensator dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝑄
𝐶=
𝑉
𝜇𝑟𝐴
𝐶=
𝑑
Keterangan:
C : kapasitansi (Farad)
Q : muatan pada salah satu elektroda (Coulomb)
V : beda potensial antara kedua elektroda (Volt)
μr : permitivitas relatif bahan dielektrik
A : luas penampang pelat (m2)
d : jarak antara kedua pelat (m)
Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian atau pengosongan kondensator
dirumuskan sebagai berikut.

Dasar Listrik dan 6


𝑡 = 𝑅. 𝐶
Keterangan:
t : konstanta waktu (detik)
R : resistansi dari resistor (ohm)
C : kapasitansi kondensator (farad)
2) Kondensator pada Tegangan Bolak-balik
Apabila sebuah kondensator disambungkan pada sumber tegangan bolak- balik
(AC), proses pengisian dan pengosongan pada kondensator akan terjadi saling
bergantian (bolak-balik) sesuai dengan perubahan polaritas sumber tegangan.
Apabila di antara sumber tegangan bolak-balik dengan kondensator dipasang lampu,
lampu akan menyala. Arus listrik (I) yang mengalir pada rangkaian tersebut
mendahului 90o terhadap tegangannya (V), seperti grafik sinusoida.
Kondensator memiliki sifat dapat dilewati arus bolak-balik (AC), tidak dapat
dilewati arus searah (DC), dan tidak menyerap daya listrik. Karakteristik tegangan
dan arus dari beban resistif (R), beban induktif (L), dan beban kapasitif (C) dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
3) Tegangan Kerja Kondensator
Tegangan kerja kondensator (Working Voltage) adalah tegangan maksimum yang
diizinkan bekerja pada sebuah kondensator. Tegangan ini dinyatakan dengan satuan
volt. Tegangan kerja (AC) untuk kondensator nonpolar: 25V, 50V, 100V, 250V, dan
500V. Tegangan kerja (DC) untuk kondensator polar: 10V, 16V, 25V, 35V, 50V,
100V, dan 250 V.
4) Fungsi Kondensator
Fungsi kondensator di antaranya:
a) penyimpan muatan listrik,
b) penghubung (coupling),
c) penyimpang arus (by pass),
d) penerus arus bolak-balik (AC),
e) pemblokir arus searah (DC), serta
f) filter (penyaring).
c. Jenis-jenis Kondensator
1) Menurut Polaritasnya
Tabel 3. Jenis Kondensator Menurut Polaritasnya

Dasar Listrik dan 6


Nama dan
Bentuk Fisik Keterangan
Simbol
Kondensator Kaki-kaki kondensator ini tidak
non-polar memiliki polaritas sehingga bisa
dipasang secara acak, tidak perlu
mempertimbangkan polaritasnya.
Contoh: kondensator keramik,
kondensator mika, kondensator kertas,
dan kondensator milar.
Kondensator Kaki-kaki kondensator ini memiliki
polar polaritas, yaitu positif dan negatif
sehingga pemasangannya harus sesuai
dengan polaritasnya dan tidak boleh
terbalik. Contoh: kondensator
elektrolit
(elco).
Sumber: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/macamind.html
2) Menurut Dielektrikumnya
Tabel 3. Jenis Kondensator Menurut Dielektrumnya
Nama dan
Bentuk Fisik Keterangan
Simbol
Kondensator Dielektrikum pada kondensator ini
keramik dibuat dari bahan keramik.
Kondensator ini biasanya digunakan
sebagai filter, kopling dan blok
tegangan DC.
Kondensator Dielektrikum pada kondensator ini
mika/millar/ dibuat dari bahan poliester, milar, dan
poliester teflon setebal 0,0064 mm. Biasanya
digunakan sebagai filter, kopling, dan
blok tegangan DC.
Kondensator Dielektrikum pada kondensator ini
film dibuat dari bahan film (metalized
film). Biasanya digunakan sebagai
filter,
kopling, dan blok tegangan DC.
Kondensator Dielektrikum pada kondensator ini
kertas dibuat dari bahan kertas setebal 0,05–
0,02 mm yang dicelup minyak mineral
untuk memperbesar kapasitas dan
kekuatan dielektrikumnya.

Dasar Listrik dan 6


Kondensator Kondensator jenis ini merupakan
tantalum kondensator polar yang kuat dengan
ukuran fisik kecil. Dielektrikum pada

Dasar Listrik dan 6


Nama dan
Bentuk Fisik Keterangan
Simbol
kondensator ini dibuat dari bahan
tantalum. Kondensator ini biasanya
banyak dipakai pada rangkaian
Mother
Board komputer.
Kondensator Dielektrikum pada kondensator ini
elektrolit dibuat dari bahan oksida aluminium
(elco) setebal 0,0001 mm. Elektroda positif
terbuat dari logam seperti aluminium
dan tantalum. Elektroda negatif
terbuat dari elektrolit. Kondensator ini
digunakan sebagai perata denyut arus
listrik.
Kondensator Dielektrikum pada kondensator ini
variabel/inti adalah udara.Konstruksi dari varco
udara terdiri atas pelat-pelat yang stasioner
(stator) dan pelat-pelat yang dapat
digerakkan (rotor), mbiasanya terbuat
dari aluminium. Kapasitas varco dapat
diatur dengan cara memutar sumbu
rotor sehingga terjadi perubahan luas
pelat-pelat rotor dan pelatpelat stator
yang saling berhadapan. Biasanya
dipakai untuk mengatur frekuensi
gelombang radio.
Kondensator Kondensator ini mirip dengan varco.
variabel/inti Untuk mengubah kapasitasnya dapat
udara/trimer dilakukan dengan cara memutar
sumbu rotor yang ada di badan
komponen dengan menggunakan
obeng.
Sumber: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/macamkap.html

d. Kode Warna pada Kondensator


Jenis kondensator tertentu juga memiliki kode warna sama halnya dengan resistor,
tabel warna kapasitor ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kode Warna Kondensator

Dasar Listrik dan 6


Sumber: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/kodenikap.html
Contoh pembacaan:

Sumber: m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/kodenikap.html
Gambar 3.13 Kondensator dengan Kode Warna
Kondensator dengan kode warna: cokelat, hitam, kuning, putih, merah.
Cokelat menyatakan angka ke-1 =1
Hitam menyatakan angka ke-2 =0
Kuning menyatakan pengali = 104
Putih menyatakan toleransi = 10 %
Merah menyatakan tegangan kerja = 250 V
Jadi, C = 10 x 104, toleransi 10 %, tegangan kerja 250 V
C = 100.000 pF, 10 %, 250 V
C = 100 nF, 10 %, 250 V
e. Kode Angka dan Huruf pada Kondnsator
Tabel 3. Kode Angka dan Huruf pada Kondensator

Dasar Listrik dan 7


Sumber: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/kodenikap.html
Contoh pembacaan kode angka dan huruf kondensator:

Sumber: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/kodenikap.html
Gambar 3.14 Kondensator dengan kode angka dan huruf
Kode terbaca: 150 J
1 menyatakan karakter 1 = angka 1
5 menyatakan karakter 2 = angka 2
0 menyatakan karakter 3 = pengali 100
J menyatakan karakter 4 = toleransi 5%
Jadi, kondensator tersebut memiliki kapasitas:
C = 15 x 100 toleransi 5%
C = 15 pF 5%
Contoh lain pembacaan kode kondensator:

Sumber: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/online/2008/kapasitor/kodenikap.html
Gambar 3.15 Kondensator dengan nilai ditulis langsung
Kode terbaca: 4.700, 250 V artinya kondensator tersebut memiliki kapasitas:
C = 4.700 pf, tegangan kerja 250 V

Dasar Listrik dan 7


C = 4,7 nF 0% 250 V

B. KOMPONEN AKTIF
Setelah kalian mengetahui tentang komponen pasif, ada komponen elektronika yang
dikategorikan sebagai komponen aktif. Komponen aktif merupakan sumber tegangan atau
arus yang mampu menyalurkan energi ke rangkaian listrik.
1. Sumber Tegangan (Voltage Source)
Sumber tegangan ideal adalah suatu sumber yang menghasilkan tegangan yang tetap,
tidak tergantung pada arus yang mengalir pada sumber tersebut. Nilai hambatan dalam (Rd)
sumber tegangan idealnya bernilai 0.
b. Sumber Tegangan Bebas/Independent Voltage Source
Sumber yang menghasilkan tegangan tetap tetapi mempunyai sifat khusus yaitu
harga tegangannya tidak bergantung pada harga tegangan atau arus lainnya, artinya nilai
tersebut berasal dari sumber tegangan dia sendiri.

Sumber: Mohammad Ramdhani, 2005


Gambar 3.16 Simbol Tegangan Bebas
c. Sumber Tegangan Tidak Bebas/Dependent Voltage Source
Mempunyai sifat khusus yaitu harga tegangan bergantung pada harga tegangan atau
arus lainnya.

Sumber: Mohammad Ramdhani, 2005


Gambar 3.17 Sumber Tegangan Tidak Bebas
2. Sumber Arus (Current Source)

Dasar Listrik dan 7


Sumber arus ideal adalah sumber yang menghasilkan arus yang tetap, tidak bergantung
pada tegangan dari sumber arus tersebut. Nilai hambatan dalam (Rd) arus idealnya bernilai
tak terhingga ().
a. Sumber Arus Bebas/Independent Current Source
Mempunyai sifat khusus yaitu harga arus tidak bergantung pada harga tegangan atau
arus lainnya.

Sumber: Mohammad Ramdhani, 2005


Gambar 3.18 Sumber Arus Bebas
b. Sumber Arus Tidak Bebas/Dependent Current Source
Mempunyai sifat khusus yaitu harga arus bergantung pada harga tegangan atau arus
lainnya.

Sumber: Mohammad Ramdhani, 2005


Gambar 3.19 Sumber Arus Tidak
Bebas
3. Contoh Sumber Tegangan Listrik
Pergerakan elektron yang terus-menerus mengakibatkan terjadinya arus listrik.
Elektron membutuhkan energi untuk bergerak yang di antaranya diperoleh dari adanya
perbedaan muatan listrik antara satu kutub dengan kutub lainnya. Perbedaan muatan ini
disebut beda potensial atau tegangan listrik. Dengan kata lain tegangan listrik adalah salah
satu energi yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan listrik dari satu kutub ke kutub
lainnya, baik muatan negatif maupun muatan positif.
Tegangan listrik dihasilkan oleh sumber tegangan listrik. Menurut jenisnya ada dua
macam sumber tegangan listrik sebagai berikut.
a. Sumber tegangan listrik searah/DC (Direct Current)

Dasar Listrik dan 7


Sumber tegangan listrik searah/DC di antaranya elemen kering/baterai,
aki/akumulator, dan generator DC.

Sumber: hardware-pro.com
Gambar 3.20 Aki
b. Sumber tegangan listrik bolak-balik/AC (Alternating Current)
Sumber tegangan listrik bolak-balik/AC di antaranya generator AC dan jaringan PLN.

Sumber: karatec.co.au
Gambar 3.21 Generator AC

Praktikum
Pengisian dan Pengosongan Kapasitor

Tujuan
Melakukan pengisian dan pengosongan kapasitor secara sederhana.
Alat dan Bahan
Multimeter analog
Kapasitor

Dasar Listrik dan 7


C. Petunjuk Praktik
1. Lakukan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3
2. Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik.
3. Bertanyalah pada guru jika ada hal yang tidak dimengerti.
4. Setelah selesai, kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi.
D. Langkah Praktik
1. Set multimeter pada posisi 100 x Ω dan isilah kapasitor dengan menghubungkan
test lead hitam (terminal (-) pada terminal positif kapasitor, sedang test lead merah
(+) dihubungkan dengan terminal (-) seperti gambar di bawah.

Sumber: teknikelektronika.com
2. Tunggu kapasitor dalam waktu beberapa detik sampai jarum diam. Catat berapa
lama waktu yang dibutuhkan sampai jarum diam.
3. Perhatikan “pukulan” jarum ketika pengisian dimulai. Dan lepaskan hubungan kaki
kapasitor dengan alat.
4. Set multimeter ke 10 VDC. Hubungkan kapasitor yang terisi itu ke multimeter
(voltmeter) dengan menghubungkan test lead hitam (terminal (-) pada terminal
negatif kapasitor, sedang test lead merah (+) dihubungkan dengan terminal positif
kapasitor dan lihatlah penunjuk tegangan dari beberapa volt turun ke nol.
5. Catat berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai jarum diam.
6. Diskusikan dengan kelompokmu mengenai hasil praktikum yang telah dilaksanakan.
7. Buatlah laporan dan kesimpulan, kemudian kumpulkan pada guru pengampumu.

Cakrawala
Baterai

Dasar Listrik dan 7


Baterai listrik adalah alat yang terdiri dari 2 atau
lebih sel elektrokimia yang mengubah energi kimia yang
tersimpan menjadi energi listrik. Tiap sel memiliki
kutub positif (katoda) dan kutub negatif (anoda). Kutub
yang bertanda positif menandakan bahwa memiliki
energi potensial yang lebih tinggi daripada kutub
bertanda negatif. Kutub bertanda negatif adalah sumber Gambar 3.22 Macam-macam Baterai

elektron
yang ketika disambungkan dengan rangkaian eksternal akan mengalir dan memberikan
energi ke peralatan eksternal. Ketika baterai dihubungkan dengan rangkaian eksternal,
elektrolit dapat berpindah sebagai ion didalamnya, sehingga terjadi reaksi kimia pada kedua
kutubnya. Perpindahan ion dalam baterai akan mengalirkan arus listrik keluar dari baterai
sehingga menghasilkan kerja. Meski sebutan baterai secara teknis adalah alat dengan
beberapa sel, sel tunggal juga umumnya disebut baterai.
Baterai primer (satu kali penggunaan) hanya digunakan sekali dan dibuang; material
elektrodanya tidak dapat berkebalikan arah ketika dilepaskan. Pengunaannya umumnya
adalah baterai alkaline digunakan untuk senter dan berbagai alat portabel lainnya. Baterai
sekunder (Baterai dapat diisi ulang) dapat digunakan dan diisi ulang beberapa kali;
komposisi awal elektroda dapat dikembalikan dengan arus berkebalikan. Contohnya adalah
baterai timbal-asam pada kendaraan dan baterai ion litium pada elektronik portabel.
Baterai terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran, dari sel berukuran mini untuk alat
bantu pendengaran dan jam tangan hingga bank baterai seukuran ruangan yang bisa
memberikan tenaga untuk pertukaran telepon dan pusat data komputer.
Baterai memiliki energi spesifik (energi per satuan massa) yang jauh lebih rendah
daripada bahan bakar biasa seperti bensin. Namun, biasanya hal ini ditutup dengan efisiensi
motor listrik yang lebih tinggi daripada motor bakar dalam menghasilkan kerja mekanik.
https://id.wikipedia.org/wiki/Baterai

Jelajah Internet

Dasar Listrik dan 7


Ayo manfaatkan smartphone kalian untuk mencari referensi lebih banyak lagi, berupa materi yang disert
Di samping disajikan QR code yang memuat salah satu materi yang telah kita pelajari, yaitu induktansi. M

https://physicsranggaagung.wordpress.com/2017/06/26/induktansi/

Tugas Mandiri
Pada bab ini kalian sudah mengetahui tentang komponen pasif, yaitu resistor (R), induktor (L), dan kapasit

Rangkuman
Komponen pasif adalah komponen yang tidak dapat menghasilkan energi.
Komponen pasif dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu komponen yang hanya dapat menyerap energi d
Resistor atau tahanan adalah bahan listrik yang mempunyai daya hantar listrik rendah atau mempunyai res
Induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat m
Kapasitor adalah komponen listrik/elektronika yang digunakan untuk menyimpan muatan listrik, dan secar
Komponen aktif merupakan sumber tegangan atau arus yang mampu menyalurkan energi ke rangkaian list
Contoh komponen aktif adalah suber tegangan dan sumber arus.

Dasar Listrik dan 7


Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan sifat-sifat dari resistor, induktor, dan kapasitor!
Tentukan nilai resistor yang memiliki gelang warna bertutur-turut biru, ungu, merah, orange, dan perak!
Diketahui suatu induktor memiliki induktansi 450 mH dan frekuensi 50 Hz. Tentukan reaktansi induktif
Terdapat sebuah Kapasitor dengan mempunyai besaran kapasitas sebesar 0.6 μF yang dimuati oleh sebua
Jelaskan cara pengisian dan pengosongan kapasitor!

Refleksi
Setelah mempelajari bab ketiga ini, semestinya kalian sudah mulai paham mengenai komponen aktif dan p

Dasar Listrik dan 7


BAB ANALISIS RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH
IV
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menerima penjelasan materi, praktik, dan diskusi, peserta didik:


Mampu menganalisis rangkaian arus searah menggunakan teorema yang ada dengan benar dan mandir
Mampu memeriksa rangkaian arus searah dengan benar dan mandiri.

PETA KONSEP

Kata kunci : Hukum Ohm – hukum I Kirchoff – Hukum II Kirchoff – Jembatan Wheatstone
– Transformasi Star-Delta

Dasar Listrik dan 74


PENDAHULUAN

Sumber: autodesk.com
Gambar 4.1 Rangkaian Elektronika pada PCB
Pada bab-bab sebelumnya kalian sudah mempelajari tentang tegangan, arus, dan
hambatan atau resistansi, namun kalian belum menggunakan pemahaman tentang tegangan,
arus, hambatan untuk meyelesaikan masalah pada suatu rangkaian elektronika. Nah, pada bab
IV ini kalian akan belajar menerapkan pengetahuan-pengetahuan dari bab-bab sebelumnya
untuk menyelesaikan suatu permasalahan pada rangkaian listrik. Mulai dari hukum ohm,
hukum kirchoff arus dan tegangan, dan teorama-teorema lainnya dalam menganalisis
rangkaian listrik arus searah.

A. HUKUM OHM

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan George Simon Ohm (1787-1854) didapatkan


kesimpulan bahwa kuat arus yang mengalir melalui penghantar sebanding dengan tegangan
atau beda potensial suatu penghantar listrik tersebut, perbandingannya selalu konstan yang
disebut sebagai hambatan. Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Ohm.
Karakteristik hambatan yang terbuat dari logam dan memenuhi Hukum Ohm
(R=konstan) disebut ohmik atau linier. Pernyataan Hukum Ohm secara matematis dapat
dituliskan:
𝑉
𝑅= 𝐼=𝑉 ` 𝑉 = 𝐼.
𝐼 𝑅
Keterangan:
V = beda potensial
(V) R = hambatan (Ω)

Dasar Listrik dan 75


I = kuat arus (A)
Dapat dinyatakan bahwa 1 ohm besarnya sama dengan 1 volt per ampere (V/A).

Contoh Soal
Sebuah lampu diberi tegangan 24 V sehingga mengalir arus listrik sebesar 0,3 Ampere. Tentukan bes
Penyelesaian:

 Diketahui: V = 24 V I = 0,3 A
Ditanyakan: R = ... ?
Dijawab:
𝑉

𝑅=
𝐼
𝑅= 24 = 80 Ω
0,3
Jadi, hambatan lampu tersebut adalah 80 Ω.

B. HUKUM KIRCHOFF

Pada subbab ini, kalian akan mempelajari rangkaian seri, paralel maupun campuran
komponen elektronika. Peralatan listrik di rumah kalian dirangkai sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu rangkaian tertutup yang disuplai oleh suatu sumber tegangan (PLN).
Peralatan-peralatan listrik tersebut dapat dirangkai seri, paralel, maupun campuran. Nah,
bagaimana perilaku tegangan dan arus pada rangkaian listrik tersebut? Untuk mempelajari
hal- hal tersebut mari kita pelajari hukum Kirchoff lebih lanjut. Terdapat dua hukum Kirchoff
yang akan kita pelajari, yaitu hukum Kirchoff I tentang arus dan hukum Kirchoff II tentang
tegangan. Supaya mudah dalam mempelajari materi ada batasan beban listrik yang akan
digunakan, yaitu menggunakan resistor sebagai beban listriknya.
1. Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff berbunyi jumlah arus listrik yang masuk pada suatu titik
percabangan sama dengan jumlah arus listrik yang keluar dari titik cabang tersebut. Hukum
ini merupakan pernyataan lain dari hukum kekekalan muatan yang menyatakan bahwa

Dasar Listrik dan 76


jumlah muatan yang mengalir tidak berubah. Hukum I Kirchoff juga disebut dengan
hukum Arus Kirchoff (Kirchoff Current Law/KCL).
Perhatikan Gambar 4.2 yang menunjukkan arus listrik masuk menuju titik
percabangan dan keluar dari titik percabangan.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.2 Gambar Arus Listrik yang Masuk dan Keluar Titik Percabangan
Sesuai dengan hukum I Kirchoff jumlah arus yang masuk dan keluar akan sama,
karena berlaku:
∑𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Dengan demikian, pada Gambar 4.2 berlaku:
I1+I2+I3=I4+I5
Contoh Soal
Perhatikan gambar berikut.

Sumber: Dokumen pribadi penulis Gambar 4.3 Contoh Hukum I KIrchoff


Tentukan kuat arus I4 jika diketahui kuat arus I1=4 A, I2=6 A, I3=3 A, dan I5=5 A!
Penyelesaian:
Berdasarkan hukum I Kirchoff:
∑𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼3 + 𝐼4 + 𝐼5
4 𝐴 + 6 𝐴 = 3 𝐴 + 𝐼4 + 5 𝐴
10 𝐴 = 8 𝐴 + 𝐼4
𝐼4 = 2 𝐴

Dasar Listrik dan 77


Contoh Soal
Jadi, kuat arus I4 adalah 2 A.

2. Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff atau disebut juga aturan loop didasarkan pada hukum kekekalan
energi. Energi pada suatu rangkaian tertutup adalah kekal. Hukum II Kirchoff menyatakan
bahwa jumlah aljabar perubahan tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup
(loop) sama dengan nol. Hukum II Kirchoff juga disebut dengan hukum Tegangan
Kirchoff (Kirchoff Voltage Law/KVL).Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
∑𝑉 = 0

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 4.4 Rangkaian Listrik
Perhatikan Gambar 4.4 Gaya gerak listrik Ɛ dari sumber tegangan menyebabkan arus
listrik mengalir sepanjang loop. Arus listrik di dalam loop mendapat hambatan sehingga
mengalami penurunan tegangan. Berdasarkan Gambar 4.4 dan persamaan hukum II
Kirchoff dapat dirumuskan:
∑Ɛ + ∑𝐼𝑅 = 0
a. Rangkaian dengan Satu
Loop

Dasar Listrik dan 78


Sumber: Dudi Indrajit, 2009
Gambar 4.5 Rangkaian dengan Satu Loop
Gambar 4.5 menunjukkan rangkaian sederhana dengan satu loop. Pada rangkaian
tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I. Misalkan, kalian mengambil
arah lop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a. Selanjutnya, kuat arus I dapat dihitung
dengan hukum II Kirchoff sebagai berikut.
∑Ɛ + ∑𝐼𝑅 = 0
Maka pada Gambar 4.5
berlaku:
−Ɛ1 + Ɛ2 + 𝐼(𝑟1 + 𝑟2 + 𝑅) = 0
b. Rangkaian dengan Dua Loop atau Lebih
Rangkaian yang memiliki dua loop atau lebih disebut juga rangkaian majemuk.
Langkah-langkah dalam menyelesaikan rangkaian majemuk adalah sebagai berikut.
a. Gambarlah rangkaian listri majemuk tersebut.
b. Tetapkan arah arus untuk setiap cabang.
c. Tuliskan persamaan-persamaan arus untuk tiap titik cabang menggunakan hukum I
Kirchoff.
d. Tetapkan loop beserta arahnya pada setiap rangkaian tertutup.
e. Tulislah persamaan-persamaan untuk setiap loop menggunakan hukum II Kirchoff.
f. Hitung besaran-besaran yang ditanyakan menggunakan persamaan-persamaan pada
langkah ‘e’.
Contoh Soal
Perhatian gambar rangkaian listrik berikut!

Sumber: Dokumen pribadi penulis Gambar 4.6 Contoh Hukum II Kirchoff Dua Loop
Tentukan kuat arus yang mengalir dalam hambatan 1 Ω, 2,5 Ω, dan 6 Ω!
Penyelesaian:
Diketahui:

Dasar Listrik dan 79


Contoh Soal
Rangkaian pada soal dapat diberi tambahan keterangan seperti gambar berikut.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.7 Arah Arus Rangkaian Dua Loop
Ditanyakan:
I1Ω, I2,5Ω, dan I6Ω
Dijawab:

Berdasarkan hukum I Kirchoff


I1+I3=I2 atau I1=I2-I3...............................(1)
Berdasarkan hukum II Kirchoff, untuk loop I diperoleh
∑Ɛ + ∑𝐼𝑅 = 0
−4 + (0,5 + 0,5 + 1)𝐼1 + 6𝐼2 = 0
−4 + (2)𝐼1 + 6𝐼2 = 0
𝐼1 + 3𝐼2 = 2 ....................(2)
Berdasarkan hukum Kirchoff II, loop II diperoleh
∑Ɛ + ∑𝐼𝑅 = 0
−2 + (2,5 + 0,5)𝐼3 + 6𝐼2 = 0
−2 + 3𝐼3 + 6𝐼2 = 0
3𝐼3 + 6𝐼2 = 2 ....................(3)
Dengan mensubstitusikan persamaan (1) ke dalam persamaan (2) maka diperoleh
𝐼1 + 3𝐼2 = 2
𝐼2 − 𝐼3 + 3𝐼2 = 2
−𝐼3 + 4𝐼2 = 2
𝐼3 = 4𝐼2 − 2 ....................(4)
Selanjutnya substitusikan persamaan (4) ke persamaan (3), maka diperoleh nilai I2:
3𝐼3 + 6𝐼2 = 2

Dasar Listrik dan 80


Contoh Soal
3(4𝐼2 − 2 ) + 6𝐼2 = 2
12𝐼2 − 6 + 6𝐼2 = 2
18𝐼2 = 8
𝐼2 = 0,44 𝐴
Berdasarkan persamaan (4) diperoleh nilai I3:
𝐼3 = 4(0,44) − 2
𝐼3 = 1,76 − 2
𝐼3 = −0,24 𝐴 (Tanda negatif menunjukkan bahwa arah arus berlawanan dengan arah loop.) Dari persam
𝐼1 = 𝐼2 − 𝐼3
𝐼1 = 0,44 − (−0,24)
𝐼1 = 0,44 − (−0,24)
𝐼1 = 0,68 𝐴
Jadi besarnya kuat yang mengalir pada I1Ω, I2,5Ω, dan I6Ω berturut-turut adalah 0,68 A, 0,44 A, dan -0,24

C. TEOREMA ANALISIS RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

1. Rangkaian Seri, Paralel, dan Gabungan Resistor


a. Rangkaian Seri Resistor
Sebuah rangkaian listrik disebut rangkaian seri jika dalam rangkaian tersebut hanya
ada satu lintasan yang dilalui arus listrik. Pada rangkaian seri, kuat arus listrik yang
melalui setiap komponen sama besar walaupun nilai hambatan setiap komponen
berbeda- beda. Gambar 4. menunjukkan tiga buah resistor disusun seri.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.8 Resistor Disusun Seri
Untuk menghitung hambatan total (Rtot) resistor yang dihubung seri, berlaku:
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ + 𝑅𝑛

Dasar Listrik dan 81


Rn = untuk n buah resistor
Pada rangkaian seri, nilai tegangan dari setiap resistor bisa berbeda-beda, karena
rangkaian seri berfungsi sebagai pembagi tegangan. Perhatikan Gambar 4. Jika tegangan
pada ujung-ujung R1, R2, dan R3 berturut-turut adalah V1,V2, dan V3, sedangkan tegangan
total antara titik a dan b adalah Vab, maka:
𝑉𝑎𝑏 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
Oleh karena V1=IR1; V2=IR2; V3=IR3, maka:
𝑉𝑎𝑏 = 𝐼𝑅𝑡𝑜𝑡

b. Rangkaian Paralel Resistor


Dinamakan rangkaian paralel jika suatu rangkaian listrik memberikan lebih dari satu
lintasan aliran arus listriknya. Pada rangkaian paralel tegangan pada setiap kompnen
sama besar walaupun nilai hambatan setiap komponen berbeda-beda. Gambar 4.
menunjukkan tiga buah resistor disusun paralel.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.9 Resistor Disusun
Paralel
Untuk menghitung hambatan total (Rtot) resistor yang dihubung paralel, berlaku:

1 = 1+ 1+ 1+ ⋯ + 1
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅1 𝑅2 𝑅3 𝑅𝑛
Rn = untuk n buah resistor
Seperti yang sudah kalian pelajari pada hukum I Kirchoff, pada Gambar 4. jika kuat
arus yang mengalir pada R1, R2, R3 adalah I1, I2, dan I3, maka kuat arus yang masuk ke
dalam tiga resistor sama dengan yang keluar. Sehingga kuat arus antara titik a dan b (I)
adalah penjumlahan dari I1, I2, dan I3. Maka dapat dikatakan bahwa rangkaian paralel
adalah pembagi arus.
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
Oleh karena 𝑉𝑎𝑏 𝑉𝑎𝑏 𝑉𝑎𝑏
𝐼 = ; = ; dan 𝐼 = ; maka:
𝐼
1

Dasar Listrik dan 82


2 𝑅 3 𝑅3
𝑅1
2
𝑉𝑎𝑏
𝐼=
𝑅𝑡𝑜𝑡

Dasar Listrik dan 83


c. Rangkaian Gabungan Resistor
Selain resistor dapat disusun seri dan paralel, resistor juga dapat disusun secara
gabungan, yaitu pada satu rangkaian terdapat resistor yang disusun secara seri dan
paralel. Sehingga untuk menyelesaikan persoalan rangkaian yang disusun secara
gabungan dapat menggunakan kedua rumus yang sudah dibahas sebelumnya. Gambar
4.10 menunjukkan rangkaian resistor yang disusun secara gabungan (seri dan paralel)

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.10 Resistor Disusun secara Seri dan Paralel
Contoh Soal
1. Perhatikan rangkaian resistor di bawah ini!

Sumber: Dokumen pribadi penulis


r 4.11 Contoh Soal Rangkaian Resistor Disusun Seri
lai hambatan R1 = 10 Ω, R2 = 6 Ω, dan R3 = 8 Ω, sedangkan tegangan VS = 12 V, tentukan kuat arus yang mengalir pada ran
esaian
ah 1: Menentukan nilai hambatan total. Rangkaian merupakan rangkaian seri, maka
𝑅 1 + 𝑅2 + 𝑅3
10 + 6 + 8 = 24 Ω
ah 2: Hitung nilai kuat arus menggunakan hukum ohm.

𝑉𝑆12
𝐼= == 0,5 𝐴
𝑅𝑡𝑜𝑡 24

Dasar Listrik dan 84


Contoh Soal
Jadi, kuat arus yang mengalir pada rangkaian resistor yang disusun seri di atas adalah 0,5
Ampere.
2. Perhatikan rangkaian resistor di bawah ini!

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.12 Contoh Soal Rangkaian Resistor Disusun Paralel
Jika nilai hambatan R1 = 4 Ω, R2 = 6 Ω, dan R3 = 4 Ω, sedangkan tegangan VS = 24 V,
tentukan kuat arus total yang mengalir pada rangkaian tersebut!
Penyelesaian
Langkah 1: Menentukan nilai hambatan total. Rangkaian merupakan rangkaian paralel,
maka
1 1 1 1 1 1 1
= + + = + +
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅 𝑅 𝑅 4 6 4
1 2 3
1 3 2 3 8
= + + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 12 12 12 12
𝑅𝑡𝑜𝑡 12
= = 1,5 Ω
1 8
Langkah 2: Hitung nilai kuat arus total menggunakan hukum ohm.
𝑉𝑆 24
𝐼𝑡𝑜𝑡 =
= = 16 𝐴
�𝑡𝑜𝑡 1,5
Jadi, kuat arus total yang mengalir pada rangkaian paralel tersebut adalah 16 Ampere.
3. Perhatikan rangkaian resistor di bawah ini!

Dasar Listrik dan 85


Contoh Soal

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.13 Contoh Soal Rangkaian Resistor Disusun Kombinasi
Jika nilai hambatan R1 = 10 Ω, R2 = 5 Ω, R3 = 2 Ω, dan R4 = 8 Ω, sedangkan tegangan VS
= 24 V, tentukan kuat arus total yang mengalir pada rangkaian tersebut!
Penyelesaian
Langkah 1: Menentukan hambatan total. Karena merupakan rangkaian kombinasi, maka
resistor yang disusun seri dijumlahkan dengan resistor yang dihubung seri dan resistor
yang dihubung paralel dengan paralel. Pada rangkaian di atas, R 1 seri dengan R2 dan R3
paralel dengan R4, maka R3 dan R4 dapat disederhanakan dahulu kemudian diseri dengan
R1 dan R2.
1 1 1 1 1 5
= + = + =
𝑅𝑝 𝑅 3 𝑅 2 8 8
𝑅𝑝 8 4
= = 1,6 Ω
1 5
Maka hambatan total:
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅𝑝
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 10 + 5 + 1,6 = 16,6 Ω
Langkah 2: Hitung nilai kuat arus total menggunakan hukum ohm.
𝑉𝑆
𝐼𝑡𝑜𝑡 =
�𝑡𝑜𝑡
24
𝐼𝑡𝑜𝑡 = = 1,44 𝐴
16,6
Jadi, kuat arus total yang mengalir pada rangkaian kombinasi di atas adalah 1,44 Ampere.

2. Transformasi Star-Delta dan Delta-Star

Dasar Listrik dan 86


Jika sebuah rangkaian listrik ternyata buka rangkaian seri atau paralel yang telah
dipelajari sebelumnya dan jika rangkaian tersebut membentuk hubungan star atau bintang
(Y) maupun delta atau segita (∆), maka kita perlu mentransformasikan rangkaian terlebih
dahulu dari star ke delta atau sebaliknya. Transformasi star-delta atau sebaliknya delta-star
memiliki tujuan untuk menyederhanakan rangkaian kompleks yang tidak dapat
diselesaikan dengan cara perhitungan seri, paralel maupun gabungan, yaitu dengan cara
mengganti cabang-cabang yang tersambung segitiga dengan rangkaian yang tersambung
dalam bentuk bintang yang ekivalen dengan rangkaian segitiganya atau sebaliknya.
Ketika suatu rangkaian ditransformasikan nilai hambatan dari setiap resistor juga
akan berubah. Perhatikan penjelasan rumusan di bawah ini untuk mentransformasian dari
star ke delta dan delta ke star.
a. Transformasi Star-Delta

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.14 Transformasi Star ke Delta
Gambar 4.14 menunjukkan rangkaian star atau bintang yang ditransformasikan
menjadi rangkaian delta atau segitiga. Untuk mengetahui nilai hambatan RA, RB, dan RC
berlaku:
𝑅2𝑅3 + 𝑅1𝑅2 + 𝑅1𝑅3
𝑅𝐴 = 𝑅 2
𝑅2𝑅3 + 𝑅1𝑅2 + 𝑅1𝑅3
𝑅𝐵 = 𝑅 3
𝑅2𝑅3 + 𝑅1𝑅2 + 𝑅1𝑅3
𝑅𝐶 = 𝑅 1

b. Transformasi Delta-Star

Dasar Listrik dan 87


Sumber: Dokumen pribadi penulis
Gambar 4.15 Transformasi Delta ke Star
Gambar 4.15 menunjukkan rangkaian delta atau segitiga yang ditransformasikan
menjadi rangkaian star atau bintang. Untuk mengetahui nilai hambatan RA, RB, dan RC
berlaku:
𝑅1𝑅2
𝑅𝐴 =
𝑅123
+𝑅 +𝑅
𝑅2𝑅3
𝑅𝐵 = 𝑅
+𝑅 +𝑅
123
𝑅1𝑅3
𝑅𝐶 =
𝑅123+ 𝑅 + 𝑅
Contoh Soal
Perhatikan gambar
berikut.
Diketahui R1 = 12 Ω, R2 = 6 Ω, R3 = 18 Ω, R4 = 18 Ω, dan R5 =
12 Ω. Dengan menggunakan transformasi delta-star, tentukan
nilai hambatan total dari rangkaian resistor di atas!

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.16 Contoh Soal Trasformasi Delta-Star
Penyelesaian
Langkah 1: Mentansformasikan rangkaian resistor yang berbentuk delta menjadi bentuk star
seperti di gambar di bawah.

Dasar Listrik dan 88


Contoh Soal

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.17 Langkah Transformasi Delta ke
Star
Langkah 2: Menentukan nilai RA, RB dan RC.
𝑅1𝑅3 12 𝑥 18 216
= =6𝛺
𝑅𝐴 = + 𝑅2 + 𝑅3 36
𝑅 1 =
12 + 6 + 18
𝑅1𝑅2 12 𝑥 6 72
= = =2𝛺
𝑅𝐵 = + 𝑅2 + 𝑅3 12 + 6 + 18 36
𝑅1
𝑅2𝑅3 6 𝑥 18 108
= = =3𝛺
𝑅𝐶 = + 𝑅2 + 𝑅3 12 + 6 + 18 36
𝑅1
Langkah 3: Setelah mentransformasikan rangkaian ke star dan menentukan nilai hambatan
yang ekivalen, maka nilai hambatan total dapat dihitung.
RB seri dengan R4 dan RC seri dengan R5, maka
𝑅𝑆1 = 𝑅𝐵 + 𝑅4 = 2 + 18 = 20 𝛺
𝑅𝑆2 = 𝑅𝐶 + 𝑅5 = 3 + 15 = 18 𝛺
Selanjutnya, RS1 diparalel dengan RS2, maka
1 1 1 1 1 9 10 19
=
𝑅𝑝 𝑅 + = + = + =
𝑆1 𝑅𝑆2 20 18 180 180 180
𝑅 180
𝑝 = = 9,47 𝛺
19
1

Dasar Listrik dan 89


Sumber: Dokumen pribadi penulis

Dasar Listrik dan 90


Contoh Soal
Gambar 4.18 Hasil Transformasi Delta-Star
Maka, nilai hambatan total adalah
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅𝐴 + 𝑅𝑝 = 6 + 9,47 = 15,47 𝛺

3. Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengukur
hambatan yang belum diketahui. Selain itu, jembatan wheatstone digunakan untuk
mengoreksi kesalahan yang dapat terjadi dalam pengukuran hambatan menggunakan
hukum Ohm. Susunan rangkaian jembatan ditunjukkan pada Gambar 4.19

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 4.19 Rangkaian Jembatan Wheatstone
Jika jarum galvanometer G menunjukkan angka nol (setimbang), berarti pada
galvanometer tidak ada arus listrik yang mengalir. Akibatnya, pada keadaan ini tegangan di
R1 (VPQ) sama dengan tegangan di R4 (VPS) dan tegangan di R2 (VQR) sama dengan di R3
(VSR) sehingga jika G=0, berlaku:
𝑅1 𝑥 𝑅3 = 𝑅2 𝑥 𝑅4
Persamaan di atas dikenal dengan prinsip jembatan Wheatstone.

Dasar Listrik dan 91


Sumber: Dudi Indrajit, 2009
Gambar 4.20 Rangkaian Sederhana Jembatan Wheatstone
Bentuk sederhana sebuah jembatan Wheatstone ditunjukkan seperti pada Gambar
4.20 Ketika saklar S dihubungkan, arus mengalir melalui susunan rangkaian, sedangkan
jarum galvanometer menyimpang ke kiri atau ke kanan. Jembatan dalam keadaan
setimbang akan diperoleh dengan menggeser-geser kontak sepanjang kawat l. Pada
keadaan setimbang, jarum galvanometer akan menunjukkan angka nol sehingga diperoleh:
𝑙2
𝑅𝑥𝑙1 = 𝑅𝑙2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑥 = 𝑙 𝑅
1
Rx adalah hambatan yang hendak diukur, sedangkan R hambatan standar yang sudah
diketahui. Panjang kawat l1 dan l2 dapat terbaca melalui skala panjang pada kawat tersebut.
Contoh Soal
Perhatian gambar berikut!

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 4.21 Contoh Soal Jembatan Wheatstone
Panjang AC=80 cm. Jarum galvanometer akan setimbang ketika kontak D berada 60 cm dari ujung A. T
Penyelesaian:
CD=80 cm – 60 cm = 20 cm
Syarat jembatan dalam keadaan setimbang adalah (x)(AD) = (120 Ω)(CD)
x (60 cm) = (120 Ω) (20 cm)
x = 40 Ω
Jadi, nilai hambatan x adalah 40 Ω.

Dasar Listrik dan 92


4. Rangkaian Seri dan Paralel Sumber Tegangan
Sebelum membahas susunan seri-paralel sumber tegangan, terlebih dahulu mari kita
pahami perbedaan mengenai gaya gerak listrik dengan tegangan listrik.
Gaya gerak listrik (ggl) adalah beda potensial antara ujung-ujung kutub sumber arus
listrik ketika sumber arus listrik tersebut tidak mengalirkan arus listrik. Tegangan jepit
adalah beda potensial antara ujung-ujung sumber arus listrik ketika sumber arus listrik
tersebut terbebani atau mengalirkan arus listrik. Hubungan antara ggl dan tegangan jepit
adalah
𝑉𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 = Ɛ − 𝐼𝑅
a. Sumber Tegangan Disusun
Seri
Untuk mendapatkan suber tegangan yang lebih besar daripada tegangan setiap suber
tegangan, beberapa sumber tegangan harus disusun secara seri. Gambar 4.21
menunjukkan tiga buah baterai disusun secara seri. Ketiga baterai tersebut disusun
berderet di mana kutub kedua baterai yang berdekatan selalu berlawanan tanda.

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 4.21 Rangkaian Seri Tiga Sumber Tegangan atau
Baterai Sejumlah baterai yang disusun secara seri seperti Gambar 4.
berlaku:
Ɛ𝑡𝑜𝑡 = Ɛ1 + Ɛ2 + Ɛ3 + ⋯ + Ɛ𝑛
dengan hambatan di dalamnya:
𝑟𝑡𝑜𝑡 = 𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3 + ⋯ + 𝑟𝑛
Kuat arus yang megalir pada rangkaian Gambar 4. memenuhi persamaan:
Ɛ1 + Ɛ2 + Ɛ3
𝐼=
𝑟 1+ 𝑟2 + 𝑟3
Untuk n buah sumber tegangan yang disusun seri, berlaku:
𝑛Ɛ
𝐼=
𝑛𝑟 + 𝑅

b. Sumber Tegangan Disusun Paralel

Dasar Listrik dan 93


Jika sejumlah sumber tegangan yang memilii ggl sama disusun secara paralel maka
berlaku:
Ɛ𝑡𝑜𝑡 = Ɛ1
Hambatan dalamnya
dirumuskan:
1111 1
=+++ ⋯ + 𝑟𝑛
𝑟𝑡𝑜𝑡 𝑟1𝑟2𝑟3

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 4.22 Tiga Sumber Tegangan Disusun Paralel
Gambar 4.22 menunjukkan tiga buah suber tegangan yang disusun paralel. Kuat arus
yang mengalir pada rangkaian tersebut adalah:
𝛴Ɛ𝑡𝑜𝑡
𝐼= 111
𝑅 + (𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3)
untuk n buah sumber tegangan dengan ggl = Ɛ dan hambatan dalam r yang disusun
paralel berlaku:
Ɛ
𝐼= 𝑟
𝑅+𝑛
Contoh Soal
1. Tiga buah baterai disusun secara seri seperti gambar berikut.

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 4.23 Contoh Soal Baterai Disusun Seri

Dasar Listrik dan 94


Contoh Soal
Setiap baterai memiliki ggl 1,5 V dan hambatan dalam 0,2 Ω. Jika ketiga buah baterai
tersebut dihubungkan dengan sebuah resistor dengan nilai hambatan 4,4 Ω, tentukan
kuat arus yang mengalir melalui hambatan R!
Penyelesaian
Diketahui:
Ɛ = 1,5 V
r = 0,2 Ω
n=3
R = 4,4 Ω
Ditanyakan:
Kuat arus yang mengalir pada resistor R?
Dijawab:
𝑛Ɛ
𝐼=
𝑛𝑟 + 𝑅
3 𝑥 1,5
𝐼= = 0,9 𝐴
3 𝑥 0,2 + 4,4
Jadi, kuat arus yang mengalir adalah 0,9 A.
2. Perhatikan rangkaian dua buah baterai yang disusun paralel berikut.

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 4.24 Contoh Soal Baterai Disusun Paralel
Jika setiap baterai memiliki ggl 1,5 V dan hambatan dalamnya 1 Ω, kemudian ujung-
ujung baterai dihubungkan dengan lampu pijar yang memiliki hambatan 2 Ω, tentukan:
a. kuat arus yang mengalir melalui lampu pijar
b. tegangan jepit setiap baterai
Penyelesaian
Diketahui:

Dasar Listrik dan 95


Contoh Soal
Ɛ = 1,5 V r = 1 Ω
n=2
R=2Ω
Dijawab:
a. Kuat arus yang mengalir melalui lampu pijar:

Ɛ 1,5
𝐼 = 𝑅𝑡𝑜𝑡 + 𝑟𝑡𝑜𝑡 = = 0,6 𝐴
(2 + 1)
2
Jadi, kuat arus yang mengalir adalah 0,6 A
b. Tegangan jepit setiap baterai
1
𝐼1 = 𝐼2 = 2 𝐼 = 0,3 𝐴
𝑉𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 = Ɛ − 𝐼𝑟 = 1,5 − (0,3 𝑥 1) = 1,2 𝑉
Jadi, tegangan jepit setiap baterai adalah 1,2 V.

Praktikum
Hukum I Kirchoff

A. Tujuan
Membuktikan hukum I Kirchoff tentang arus.
B. Alat dan Bahan
1. Amperemeter DC
2. Kabel penghubung
3. Resistor
4. Baterai atau suber tegangan DC lainnya
C. Petunjuk Praktik
1. Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3!
2. Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik!
3. Bertanyalah pada guru jika ada hal yang tidak dimengerti!
4. Setelah selesai, kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi!
D. Langkah Percobaan

Dasar Listrik dan 96


1. Pertama mintalah guru kalian untuk mengajari cara penggunaan amperemeter DC
dengan benar.
2. Menyiapkan kebutuhan alat dan bahan di meja praktik bersama kelompok.
3. Perhatikan gambar resistor yang disusun paralel berikut.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.25 Pembuktian Hukum I Kirchoff dengan Resistor Disusun Paralel
Berdasarkan gambar di atas arus yang masuk (Imasuk) terbagi menjadi I1, I2, dan I3,
setelah melewati R1, R2, dan R3 arus keluar (Ikeluar). Untuk nilai resistor dan baterai
bisa menggunakan sesuai keinginan dengan bimbingan guru.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai arus, rangkailah resistor, baterai dan amperemeter DC
seperti berikut. Periksakan kepada guru terlebih dahulu sebelum dihubungkan ke
sumber tegangan.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 4.26 Pemasangan Amperemeter
5. Setelah dirangkai dengan benar dan dihubungkan dengan sumber, amatilah jarum
penunjuk pada amperemeter DC, kemudian catat nilai-nilai arus pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Data Pengukuran Arus
R1 R2 R3 Imasuk I1 I2 I3 Ikeluar

Dasar Listrik dan 97


Percobaan I
Percobaan II
...
...
6. Setelah mengetahui nilai arus menggunakan amperemeter DC, amati apakah arus
yang masuk sama dengan arus yang keluar dan penjumlahan I1, I2, I3 sama dengan
Imasuk dan Ikeluar.
7. Lakukan percobaan lain dengan mengganti nilai resistor atau baterai atau rangkaian,
kemudian amatilah lagi.
8. Diskusikan dengan kelompok mengenai hasil percobaan yang telah dilakukan!
9. Buatlah laporan dan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan!

Cakrawala

Georg Simon Ohm

Georg Simon Ohm (16 Maret 1789–6 Juli 1854) adalah


seorang fisikawan Jerman yang banyak mengemukakan teori di
bidang elektrisitas. Karyanya yang paling dikenal adalah teori
mengenai hubungan antara aliran listrik, tegangan, dan tahanan
konduktor di dalam sirkuit, yang umum disebut Hukum Ohm.
Sumber: Naskah ilmiah yang pertama kali dipublikasikan oleh
id.wikipedia.org
Gambar 4.27 Georg Ohm berisi tentang pemeriksaan penurunan gaya
Gambar 4.26 Georg Simon elektromagnetik yang dihasilkan oleh suatu kawat yang
Ohm
diperpanjang ukurannya. Naskah tersebut memperlihatkan
hubungan matematis yang
murni berdasarkan pada eksperimen yang dilakukannya. Setahun kemudian, pada 1826,
Ohm mempublikasikan dua naskah ilmiah yang memberikan gambaran tentang konduksi
model sirkuit yang didasarkan oleh studi Fourier tentang konduksi panas. Di dalamnya, dia
juga mengajukan suatu teori untuk menerangkan tentang elektrisitas galvanik. Naskah
kedua yang ditulisnya pada tahun tersebut memuat langkah awal dari teori komprehensif
yang berperan untuk mendukung penerbitan bukunya yang terkenal berisi hukum Ohm
(1827).
Ketika sel elektrokimia baru ditemukan oleh Alessandro Volta, Ohm
menggunakannya untuk eksperimennya hingga menghasilkan hukum Ohm. Dengan

Dasar Listrik dan 98


bantuan peralatan yang dibuat sendiri, Ohm mengemukakan bahwa arus listrik yang
mengalir melalui kawat

Dasar Listrik dan 99


sebanding dengan luas penampang dan berbanding terbalik dengan panjang kawat
tersebut. Hukum Ohm tersebut dituliskannya dalam buku berjudul Die galvanische Kette,
mathematisch bearbeitet (1827).
Sumber:

Jelajah Internet
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai teorema- teorema rangkaian listrik arus searah dan contoh
https://fisikakontekstual.com/materi-rangkaian-arus-searah/

Tugas Mandiri
Kalian sudah mempelajari tentang bagaimana menyelesaikan rangkaian yang kompleks seperti star, delta,

Rangkuman
Hukum Ohm berbunyi kuat arus yang mengalir melalui penghantar sebanding dengan tegangan atau beda p
Hukum I Kirchoff berbunyi jumlah arus listrik yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jum
Hukum II Kirchoff menyatakan bahwa jumlah aljabar perubahan tegangan yang mengelilingi suatu rangka
Disebut rangkaian seri jika dalam rangkaian tersebut hanya ada satu lintasan yang dilalui arus listrik.
Rangkaian seri merupakan rangkaian embagi tegangan.

Dasar Listrik dan 10


6. Dinamakan rangkaian paralel jika suatu rangkaian listrik memberikan lebih dari satu
lintasan aliran arus listriknya.
7. Rangkaian paralel merupakan rangkaian pembagi arus.
8. Transformasi star-delta atau sebaliknya delta-star memiliki tujuan untuk
menyederhanakan rangkaian kompleks yang tidak dapat diselesaikan dengan cara
perhitungan seri, paralel maupun gabungan, yaitu dengan cara mengganti cabang-
cabang yang tersambung segitiga dengan rangkaian yang tersambung dalam bentuk
bintang yang ekivalen dengan rangkaian segitiganya atau sebaliknya.
9. Jembatan Wheatstone merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengukur
hambatan yang belum diketahui.

Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan perbedaan hukum I Kirchoff dan hukum II Kirchoff!
Diketahui nilai hambatan R1=5 Ω, R2=10 Ω, R3=20 Ω, dan VS=24 V. Tentukan nilai tegangan pada m

Sumber: Dokumen pribadi penulis


3. Diketahui nilai hambatan R1=6 Ω, R2=20 Ω, R3=10 Ω, dan VS=3 V. Tentukan kuat arus yang mengal

Sumber: Dokumen pribadi penulis


4. Perhatikan rangkaian resistor di bawah ini!

Dasar Listrik dan 10


Refleksi
Setelah mempelajari bab keempat ini, semestinya kalian sudah paham bagaimana menyelesaian suatu pers

Dasar Listrik dan 10


dipahami. Sampaikan juga kekurangan atau kelebihan kegiatan pembelajaran pada bab
ini kepada guru.

Dasar Listrik dan 10


BAB ENERGI DAN DAYA LISTRIK
V
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menerima penjelasan materi, praktik, dan diskusi, peserta didik:


Mampu menganalisis suatu permasalahan mengenai energi dan daya listrik dalam kehidupan sehari-hari d
Mampu mengaplikasikan enegi dan daya listrik untuk menghitung penggunaan energi listrik yang digun

PETA KONSEP

Kata kunci : Energi listrik – daya listrik - daya aktif – daya semu – daya reaktif – konsumsi
energi

Dasar Listrik dan 10


PENDAHULUAN

Sumber: plcdroid.com
Gambar 5.1 Nameplate Motor
Listrik
Tahukah berapa daya TV, kulkas, pompa air, dan lampu yang ada di rumah? Pernahkan
kalian melihat nameplate suatu peralatan listrik yang tertulis keterangan daya-nya seperti
Gambar 5.1? Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari yang namanya
peralatan elektronik. Mulai dari sekedar untuk penerangan, untuk transportasi, sampai
melakukan pekerjaan kantor maupun di sekolah. Peralatan-peralatan elektronik tersebut dapat
bekerja karena adanya energi listrik. Nah, apa yang kalian ketahui tentang energi listrik? Dan
apa hubungannya dengan peralatan listrik tersebut dan nominal daya yang sering tertulis di
peralatan listrik? Pada bab ini kalian akan mempelajari tentang energi listrik, daya listrik.
sampai mempelajari perhitungan tentang biaya tagihan listrik di rumah kalian.

A. ENERGI LISTRIK

Energi listrik berguna untuk kita karena dapat diubah menjadi bentuk energi lain. Pada
alat-alat listrik seperti pemanas listrik, kompor listrik, dan pengering rambut, energi listrik
diubah menjadi energi panas pada hambatan kawat yang dikenal dengan nama “elemen
pemanas”.
Kalian telah mengetahui bahwa arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial
rendah. Selain itu, elektron sebagai pembawa muatan listrik memerlukan energi untuk
berpindah, yakni energi potensial yang besarnya muatan dikali potensial listriknya.
𝐸𝑝 = 𝑞. 𝑉

Dasar Listrik dan 10


Oleh karena itu, energi listrik adalah usaha untuk memindahkan muatan listrik tersebut.
Energi listrik (W) memiliki satuan Joule (J). Besarnya energi listrik tersebut adalah:
𝑊 = 𝐸𝑝2 − 𝐸𝑝1
𝑊 = 𝑞𝑉2 − 𝑞𝑉1
𝑉 = 𝑉2 − 𝑉1
𝑊 = 𝑞𝑉
𝑊 = 𝑉𝐼𝑡
Keterangan:
W = energi listrik (Joule)
V = beda potensial (Volt)
I = kuat arus (Ampere)
t = selang waktu (detik)
Jika mensubstitusikan V = IR, persamaan di atas menjadi:
𝑉2
𝑊 = 𝐼2𝑅𝑡 atau 𝑊= 𝑡
𝑅

Contoh Soal
Sebuah peralatan listrik dipasang pada sumber tegangan 24 Volt dan arus yang mengalir adalah 250 mA. T
Penyelesaian
Diketahui:
V = 24 V
I = 250 mA = 0,25 A
T = 2 menit = 120 detik Ditanyakan:
W = ... ?
Jawab:
W = V.I.t
= 24.0,25.120
= 720 Joule
Jadi, energi yang dibutuhkan peralatan listrik tersebut selama 2 menit adalah 720 Joule.

Dasar Listrik dan 10


B. DAYA LISTRIK

Ketika elektron bergerak dari suatu ujung bermuatan negatif ke ujung bermuatan positif
pada suatu konduktor, berarti telah dilakukan suatu usaha listrik. Daya listrik merupakan laju
dari elektron mengerjakan suatu usaha listrik. Ini berarti, daya listrik merupakan kapasitas di
mana suatu usaha listrik digunakan. Daya listrik (P) diukur dalam satuan Watt (W). Berkaitan
dengan hubungan daya listrik dengan energi listrik, daya listrik merupakan jumlah energi per
satuan waktu. Secara matematis dituliskan sebagai berikut.
𝑊
𝑃=
Atau di mana daya listrik sebesar satu 𝑡watt listrik diperlukan untuk menyalurkan arus
sebesar satu amper pada tekanan listrik sebesar satu volt. Atau secara matematik
pesrsamannya dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑃 = 𝑉. 𝐼
Pada rangkaian arus bolak-balik, tegangan dan arus tidak sefasa. Maka untuk
memperoleh daya listrik yang sebenarnya (daya aktif) dalam suatu rangkaian arus bolak-balik,
perkalian tegangan dan arus masih harus dikalikan dengan nilai faktor daya. Di mana faktor
daya merupakan perbandingan antara daya aktif (diukur dengan wattmeter) dan perkalian
antara tegangan dan arus (daya semu). Lazimnya faktor daya atau cos phi (cos φ) dinyatakan
dalam persentase. Secara matematis, faktor daya dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑦𝑎 (cos 𝜑) = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢 𝑥100%

Oleh karena itu, daya listrik pada arus bolak-balik dibedakan menjadi tiga, yaitu daya
semu, daya aktif atau nyata, dan daya reaktif. Perhatikan Gambar 5.2 tentang segitiga daya di
bawah.

Gambar 5.2 Segitiga Daya


1. Daya Aktif (P)
Daya aktif (active power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Misalnya energi panas, cahaya, mekanik dan

Dasar Listrik dan 10


lain–lain. Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam
bentuk kerja. Secara matematis daya aktif dituliskan:
𝑃 = 𝑉. 𝐼 cos 𝜑
2. Daya Reaktif (Q)
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet.
Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya
yang menimbulkan daya reaktif adalah transformator, motor, lampu pijar dan lain–lain.
Satuan daya reaktif adalah Var. Secara matematis daya reaktif dituliskan:
𝑄 = 𝑉. 𝐼 sin 𝜑
Q = daya reaktif (Var)
3. Daya Semu (S)
Daya semu adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan rms dan arus
rms dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri daya
aktif dan daya reaktif. Maka secara matematis daya semu berlaku:
𝑆 = 𝑉. 𝐼
S = daya semu (VA)

Pada rangkaian arus searah, perkalian antara tegangan dan arus memberikan nilai daya
listrik yang diperlukan oleh rangkaian tersebut, di mana faktor daya tidak diperlukan dalam
rangkaian ini.

Contoh Soal
Sebuah motor listrik dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik 220 V, jika arus yang mengalir ada
Penyelesaian
Diketahui: V = 220 V I = 2 A
cos φ = 0,7 Ditanya:
P = ... ?
Dijawab:
P = V.I.cos φ

Dasar Listrik dan 10


Contoh Soal
= 220.2.0,7
= 308 Watt
Jadi, besar daya aktif adalah 308 watt.

C. KONSUMSI ENERGI LISTRIK

1. Daya pada Peralatan Listrik Rumah Tangga


Kawat dalam bentuk kabel listrik yang mengalirkan arus listrik ke komponen atau
peralatan listrik memiliki hambatan, meskipun biasanya relatif sangat kecil. Akan tetapi,
jika arus cukup besar maka kawat akan menjadi panas dan menghasilkan energi panas
dengan kecepatan yang sama dengan I2.R, dimana R adalah hambatan kawat. Risiko yang
mungkin terjadi adalah kawat pembawa arus menjadi sedemikian panas sehingga
menyebabkan terjadinya kebakaran. Kawat penghantar yang lebih tebal tentu memiliki
hambatan yang lebih kecil, sehingga membawa arus yang lebih besar tanpa menjadi terlalu
panas. Apabila kawat penghantar membawa arus yang melebihi batas keamanan dikatakan
terjadi “kelebihan beban”.
Untuk mencegah kelebihan beban, biasanya dipasang sekring (sakelar pemutus arus)
pada rangkaian. Sekring (Gambar 5.3), sebenarnya merupakan sakelar pemutus arus yang
membuka rangkaian ketika arus melampaui suatu nilai tertentu. Misalnya, sekring atau
sakelar pemutus 20 A, akan membuka rangkaian ketika arus yang melewatinya melampaui
20 A. Hubungan pendek terjadi apabila dua kawat bersilangan sehingga jalur arus
keduanya terhubung. Hal ini menyebabkan hambatan pada rangkaian sangat kecil,
sehingga arus akan sangat besar.

Sumber: Joko Sumarsono, 2009


Gambar 5.3 Sekring Rumah
Rangkaian listrik rumah tangga dirancang dengan berbagai peralatan yang terhubung
sehingga masing-masing menerima tegangan standar dari perusahan listrik. Gambar 5.4
menunjukkan peralatan listrik dalam rumah tangga yang dirangkai secara paralel. Bila

Dasar Listrik dan 10


sebuah sekring terputus atau sakelar pemutus terbuka, arus yang mengalir pada rangkaian
tersebut harus diperiksa.

Sumber: Joko Sumarsono, 2009


Gambar 5.4 Rangkaian Paralel Peralatan Listrik Rumah Tangga
2. Biaya Penggunaan Energi Listrik
Pernahkah kalian melihat tagihan rekening listrik di rumah kalian? Bagaimana asal
perhitungan biaya listrik tersebut? Selanjutnya yang akan kalian pelajari adalah tentang
perhitungan konsumsi energi listrik yang berada di rumah tangga.
Peralatan listrik seperti TV, kulkas, kipas angin, dan sebagainya membutuhkan
energi listrik untuk dapat bekerja, untuk mendapatkan tegangan yang sama dari sumber
listrik (PLN) peralatan listrik dirangkai secara paralel. Peralatan listrik tersebut mempunyai
nilai daya berbeda-beda yang dapat kalian lihat di nameplate-nya yang diwujudkan dalam
satuan watt (W). Untuk menghitung besar energi listrik yang digunakan pada suatu rumah,
PLN memasang alat yang disebut kWh (kilowatt hours) meter (meteran listrik). 1 kWh
didefinisikan sebagai daya sebesar 1.000 watt yang digunakan selama 1 jam. Jadi,
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑘𝑊ℎ) = 𝑑𝑎𝑦𝑎(𝑘𝑊)𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)
Sedangkan biaya yang harus dibayar adalah sebagai berikut.

Dasar Listrik dan 11


𝑅𝑝
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑅𝑝) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑘𝑊ℎ)𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎()
𝑘𝑊ℎ

Contoh Soal
Sebuah rumah mempunyai 6 lampu dengan daya masing-masing 40 watt, sebuah TV 150
watt, dan sebuah kulkas 170 watt. Jika kulkas dinyalakan sehari penuh, lampu dinyalakan
12 jam per hari dan TV 5 jam per hari, tentukan berapa besar biaya listrik dalam sebulan
pada ruah tersebut! Di mana biaya per kWh adalah Rp 1.200,00.
Penyelesaian
Diketahui:
Pemakaian Energi (W) dalam satu hari:
6 lampu x 40 watt x 12 jam
= 2880 Wh
1 TV x 150 watt x 5 jam
= 750 Wh
1 kulkas x 170 watt x 24
= 4080 Wh +
jam
Jumlah = 7710 Wh
= 7,71 kWh

Maka, pemakaian energi listrik dalam satu bulan:


Energi yang digunakan = 7,71 kWh x 30
= 231,3 kWh
Jadi, biaya listrik yang dikeluarkan dalam sebulan adalah
231,3 kWh x Rp 1.200,00/kWh = Rp 277.560,00

3. Pengehematan Energi Listrik


Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah
penggunaan energi. Menghemat energi berarti tidak menggunakan energi listrik untuk
suatu hal yang tidak berguna. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan
energi secara efisien di mana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi
lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan
energi.
a. Menggunakan Lampu Hemat Energi

Dasar Listrik dan 11


Sumber: blog.ravelware.com
Gambar 5.5 Lampu Hemat
Energi
Peralatan rumah tangga yang paling sering digunakan adalah lampu penerangan.
Banyak jenis lampu hemat energi yang sekarang ini digunakan oleh rumah tangga,
namun tak jarang kita masih menemui rumah tangga yang menggunakan lampu pijar
sebagai penerangan, padahal lampu pijar menghasilkan cahaya yang kurang terang. Hal
ini disebabkan karena energi listrik pada lampu pijar selain diubah menjadi cahaya juga
diubah menjadi energi kalor. Cahaya pada lampu pijar dihasilkan oleh elemen lampu
(kawat wolfram/tungsten) yang berpijar karena panas. Suhunya dapat mencapai 5000°
C, sehingga bila lampu pijar dinyalakan di dalam kamar, maka kamar akan terasa panas.
Jadi, untuk sarana penerangan, lampu pijar banyak membuang energi listrik dalam
bentuk panas.
Berbeda dengan lampu pijar. Lampu neon salah satu jenis lampu hemat energi
yang banyak digunakan, dapat menghasilkan cahaya yang terang, meskipun daya lampu
rendah. Hampir seluruh energi listrik pada lampu neon diubah menjadi cahaya dan
sedikit yang diubah menjadi energi kalor. Cahaya yang dihasilkan lampu neon terjadi
karena atom-atom gas neon yang diisikan di dalam tabung diberi tegangan listrik yang
sangat tinggi sehingga atom-atom gas neon tersebut akan berpendar sehingga
menghasilkan cahaya. Karena gas-gas neon di dalam tabung bersifat isolator, maka
meskipun tegangannya sangat tinggi, tetapi arus yang mengalir sangat kecil, sehingga
daya listriknya juga rendah. Jadi, lampu neon lebih hemat daripada lampu pijar.
b. Menggunakan Peralatan Listrik Berdaya Rendah
Pernahkah Anda menggunakan alat-alat listrik secara bersamaan sehingga
melebihi batas daya maksimum yang diberikan PLN di rumah Anda? Apa yang terjadi?
Tentu listrik di rumah Anda tidak akan kuat sehingga sakelar otomatis yang terpasang
pada CB akan putus.

Dasar Listrik dan 11


Jika Anda menggunakan alat-alat listrik yang berdaya tinggi, maka energi yang
terserap juga akan besar, tetapi tidak semua energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan
dengan baik. Ada sebagian energi listrik yang terbuang sia-sia. Sebagai contoh, untuk
penerangan kamar jangan menggunakan lampu pijar yang berdaya 100 watt. Misalnya
Anda dapat menggantikannya dengan lampu hemat energi yang berdaya lebih rendah
untuk memperoleh penerangan yang sama.
c. Mengatur Waktu Pemakaian
Ada sebagian masyarakat Anda yang belum dapat menggunakan energi listrik
secara efisien. Seperti menggunakan lampu, radio, televisi tetapi malah ditinggal pergi.
Hal ini merupakan tindakan pemborosan. Jadi, gunakan peralatan listrik seefisien
mungkin. Nyalakan alat-alat listrik bila benar-benar ingin digunakan. Karena
menghemat energi listrik berarti menghemat pula biaya pengeluaran kita.

Supaya lebih memahami perhitungan biaya energi listrik yang digunakan di rumah
kalian, selama satu bulan cobalah menghitung energi listrik yang digunakan di ruah kalian
kemudian bandingkan dengan tagihan bulanan dari PLN.
Praktikum
Menghitung Biaya Penggunaan Energi Listrik

A. Tujuan
Memeriksa penggunaan energi listrik di rumah tangga
B. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Peralatan listrik rumah tangga
C. Petunjuk Percobaan
1. Lakukan percobaan dengan hati-hati dan memperhatikan K3
2. Saat mencari tahu nilai daya yang digunakan peralatan listrik pastikan tidak
terhubung ke kotak kontak.
3. Bertanyalah pada guru pengampu jika ada hal yang kurang dimengerti.
D. Langkah Percobaan
1. Catat peralatan-peralatan listrik yang di rumah Anda, kemudian masukkan data yang
diminta pada tabel di bawah.
2. Catat daya peralatan-peralatan listrik.

Dasar Listrik dan 11


Catat penggunaan rata-rata harian dan bulanan peralatan-peralatan listrik.
Masukkan data yang sudah didapat pada tabel di bawah. Tentukan terlebih dahulu daya yang dipakai d
Biaya per kWh : ....
Tabel 5.1 Data Penggunaan Energi Listrik

Nama Peralatan Daya Rata-rata pemakaian Pemakaian


No. Biaya (Rp)
Listrik (kW) Harian (Jam) Energi (kWh)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah =
Pemakaian Energi Listrik Satu Bulan =

** jika baris tabel kurang, gunakan kertas kosong.


Bandingkan dengan tagihan bulanan dari PLN.
Diskusikan dengan teman-teman Anda, apakah selisihnya sedikit? Jika selisihnya banyak, apa yan
Buatlah laporan dan kesimpulan dari hasil percobaan.

Cakrawala
James Watt
James Watt (lahir di Greenock, Skotlandia, 19 Januari 1736-meninggal di Birmingham, Inggris, 19 Agust
yang mendorong terjadinya Revolusi Industri, khususnya di

Gambar 5.6 James Watt

Dasar Listrik dan 11


Britania dan Eropa pada umumnya. Untuk menghargai jasanya, nama belakangnya yaitu
watt digunakan sebagai nama satuan daya, misalnya daya mesin dan daya listrik.
Sumber:

Jelajah Internet
Kalian dapat menambah referensi belajar kalian melalui internet. Salah satu situs web yang dapat kalian k
Daya-Listrik-Pelajaran-IPA-SMP-MTs-Kelas- IX.html#Daya%20Listrik
Manfaatkan smartphone kalian untuk mencari referensi lebih banyak lagi, berupa video dan animasi agar l

Tugas Mandiri
Di setiap rumah terpasang daya listrik dari PLN, daya listrik yang terpasang pada masing-masing rumah be

Rangkuman
Energi listrik adalah usaha untuk memindahkan muatan listrik.
Daya listrik merupakan laju dari elektron mengerjakan suatu usaha listrik.
Daya listrik pada arus bolak-balik dibedakan menjadi tiga, yaitu daya semu, daya aktif atau nyata, dan day
Pada rangkaian arus searah, perkalian antara tegangan dan arus memberikan nilai daya listrik yang diperlu

Dasar Listrik dan 11


5. Energi yang digunakan dalam suatu rumah dapat dihitung dengan mengalikan daya
(kW) dengan lama pemakaian (jam). Sedangkan untuk mengetahui biaya dengan cara
mengalikan energi yang digunakan dengan biaya per kWh.
6. Penghematan energi listrik dapat ditempuh dengan beberapa cara:
a. Menggunakan Lampu Hemat Energi
b. Menggunakan Peralatan Listrik Berdaya Rendah
c. Mengatur Waktu Pemakaian

Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan hubungan energi listri dengan daya listrik!
Jelaskan perbedaan daya semu, daya aktif, dan daya reaktif!
Sebuah peralatan listrik dipasang pada sumber tegangan 220 Volt dan menyerap energi sebesar 800 Joule.
Lampu TL 40 W dipasang pada sumber tegangan yang bernilai 110 V dan mengalirkan arus listrik 40 mA.
Pada suatu rumah terdapat 3 lampu 20 Watt yang dinyalakan rata-rata 8 jam perhari dan 3 lampu 30 Watt y

Refleksi
Setelah mempelajari bab kelima ini, semestinya kalian sudah mulai paham mengenai energi listrik, daya lis

Dasar Listrik dan 11


PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

A. PILIHAN GANDA
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (x)!
1. Tarik menarik atau tolak menolak dari muatan listrik disebabkan oleh....
a. gaya magnetik
b. gaya listrik
c. gaya pegas
d. gaya gravitasi
e. gaya gesek
2. Jika dua muatan dengan jenis yang sama didekatkan, maka akan terjadi...
a. saling dorong
b. tolak-menolak
c. tarik menarik
d. diam
e. tidak bereaksi
3. Suatu muatan selalu menghasilkan gaya ke segala arah dalam ruangan. Ruang yang
masih mendapat pengaruh sistem muatan disebut....
a. medan listrik
b. medan magnet
c. ggl induksi
d. ruang vakum
e. ruang gerak
4. Nama lain inti atom adalah....
a. elektron bebas
b. neutron
c. nukleus
d. elektron
e. proton
5. Pada suatu penghantar mengalir muatan listrik sebesar 30 Coulomb selama 1 menit, maka
kuat arus yang mengalir adalah....
a. 2 A
b. 180 A

Dasar Listrik dan 11


c. 0,3 A
d. 0,5 A
e. 30 A
6. Hukum yang menjelaskan hubungan antara gaya yang timbul antara dua titik muatan,
yang terpisahkan jarak tertentu, dengan nilai muatan dan jarak pisah keduanya, disebut
hukum....
a. Coulomb
b. Lenz
c. Faraday
d. Gravitas
e. Ohm
7. Perhatikan pernyataan berikut ini!
(i) koefisien muai panjang kecil
(ii) konduktivitasnya buruk
(iii) resistansi kecil
(iv) resistansi besar
Yang merupakan syarat kondukto yang baik adalah....
a. (i) dan (ii)
b. (ii) dan (iv)
c. (i) dan (iv)
d. (i), (ii), dan (iii)
e. (i) dan (iii)
8. Tentukan hambatan sebuah penghantar aluminium yang panjangnya 16 meter dan luas
penampangnya 0,2 cm2. (Hambatan jenis aluminium 2,75 x 10-8 Ω.m).
a. 21.10-3 Ω
b. 20.10-3 Ω
c. 22.10-4 Ω
d. 20.10-4 Ω
e. 22.10-3 Ω
9. Pada sebuah kabel penghantar, huruf “N” mempunyai makna....
a. besi
b. emas
c. perak
d. tembaga

Dasar Listrik dan 11


e. alumunium
10. Contoh isolator dalam bentuk cair adalah....
a. bahan bakar
b. hidrogen
c. minyak trafo
d. air
e. ebonit
11. Suhu maksimum yang diizinkan untuk bahan penyekat kelas A adalah....
a. 155o C
b. 130o C
c. 120o C
d. 180o C
e. 90o C
12. Di bawah ini yang mempunyai nilai hambatan jenis paling kecil adalah....
a. alumunium
b. emas
c. besi
d. platina
e. nikrom
13. Komponen pasif yang dapat menyerap energi dalam bentuk medan magnet adalah....
a. transistor
b. dioda
c. induktor
d. kapasitor
e. resistor
14. Komponen listrik yang mempunyai daya hantar listrik rendah atau mempunyai resistansi
tinggi adalah....
a. induktor
b. dioda
c. transistor
d. resistor
e. kapasitor
15. Beban listrik yang hanya memiliki induktansi murni tersebut disebut dengan....

Dasar Listrik dan 11


a. beban induktif
b. beban kapasitif
c. beban resistif
d. beban RLC
e. beban kosong
16. Contoh komponen aktif yang dapat membangkitkan tegangan bolak-balik adalah....
a. generator AC
b. baterai
c. aki
d. generator DC
e. kapasitor
17. Yang dimaksud dengan resistor variable adalah....
a. resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap
b. resistor yang nilai hambatannya akan mengecil jika suhunya bertambah tinggi
c. resistor yang nilai hambatannya bergantung pada cahaya
d. resistor yang nilai hambatannya bergantung pada besarnya tegangan
e. resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah
18. Suatu resistor 4 gelang warna memiliki warna ungu, merah, hitam, dan emas, maka nilai
hamabtan resistor tersebut adalah....
a. 720 ± 5% Ω
b. 72 ± 5% Ω
c. 73 ± 10% Ω
d. 730 ± 10% Ω
e. 73 ± 5% Ω
19. besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus
dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya, bunyi dari hukum...
a. Lenz
b. Coulomb
c. Gravitasi
d. Ohm
e. Faraday
20. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika I1=4 Ω, I3=7 Ω, I4=8 Ω, dan I5=10 Ω, maka kuat arus I2 adalah....

Dasar Listrik dan 12


a. 8 Ω
b. 6 Ω
c. 7 Ω
d. 9 Ω
e. 5 Ω
21. Jumlah aljabar perubahan tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop)
sama dengan nol, merupakan bunyi hukum....
a. Faraday
b. Coulomb
c. Ohm
d. Kirchoff I
e. Kirchoff II
22. Perhatikan rangkaian resistor di bawah ini!

R1=6 Ω dan R2=8 Ω disuplai tegangan VS = 4 V. Maka kuat arus yang mengalir pada R1
adalah....
a. 2 A
b. 0,67 A
c. 0,5 A
d. 1,5 A
e. 24 V
23. Metode yang digunakan untuk mengukur hambatan yang belum diketahui adalah....
a. menghubungkan seri
b. menghubungkan paralel
c. jembatan wheatstone
d. transformasi star-delta
e. transformasi delta-star
24. Berdasarkan gambar pada nomor 22, hambatan total yang resistor adalah....
a. 3,43 Ω

Dasar Listrik dan 12


b. 3 Ω
c. 2,4 Ω
d. 4,33 Ω
e. 5,2 Ω
25. Diketahui tegangan suatu peralatan listrik 120 V dan mengalir arus 40 mA, maka daya
peralatan listrik tersebut....
a. 3,6 W
b. 4,8 W
c. 5 W
d. 3 W
e. 48 W
26. Perhatikan segitiga daya berikut.

Yang diberi tanda x merupakan daya....


a. tidak nyata
b. nyata
c. aktif
d. reaktif
e. semu
27. Di bawah ini yang bukan termasuk kegiatan dalam rangka menghemat energi listrik
adalah....
a. mengatur waktu pemakaian peralatan listrik
b. menggunakan peralatan listrik berdaya rendah
c. menggunakan lampu LED
d. mematikan peralatan listrik ketika selesei digunakan
e. menggunakan pompa air berdaya besar
28. Satuan dari daya semu adalah....
a. VAr
b. VA
c. Watt

Dasar Listrik dan 12


d. Hertz
e. Farad
29. Generator merupakan peralatan listrik yang mengubah energi....
a. listrik menjadi energi gerak
b. listrik menjadi energi panas
c. gerak menjadi energi panas
d. listrik menjadi energi cahaya
e. gerak menjadi energi listrik
30. Sebuah peralatan listrik dipasang pada sumber tegangan 240 Volt dan arus yang mengalir
adalah 500 mA. Energi yang dibutuhkan peralatan listrik tersebut dalam jangka waktu 4
menit adalah....
a. 28,8 kJ
b. 30 kJ
c. 26,6 kJ
d. 25 kJ
e. 27 kJ

B. URAIAN
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1. Jelaskan pengertian arus listrik dan tegangan listrik!
2. Sebutkan contoh bahan yang termasuk konduktor dan isolator, masing-masing 5!
3. Jelaskan perbedaan antara resistor, induktor, dan kapasitor!
4. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini!

Jika nilai hambatan R1 = 20 Ω, R2 = 25 Ω, dan R3 = 100 Ω, sedangkan tegangan VS = 9 V,


tentukan kuat arus yang mengalir pada R1 dan R2!
5. Pada suatu rumah terdapat 3 lampu 20 Watt yang dinyalakan rata-rata 8 jam perhari dan 3
lampu 30 Watt yang dinyalakan rata-rata 3 jam per hari. Pompa air 350 Watt selama 1,5
jam per hari. Kulkas 80 Watt digunakan sebulan penuh tanpa dimatikan. TV 90 Watt
dinyalakan

Dasar Listrik dan 12


5 jam rata-rata per hari. Berdasarkan beban listrik tersebut hitunglah biaya listrik yang
harus dibayar selama satu bulan jika harga listrik per kWh=Rp 1.000,- Watt!

Dasar Listrik dan 12


Refleksi
Setelah mempelajari bab kesatu sampai kelima ini dan mengerjakan evaluasi semester ganjil, cobalah ref

Dasar Listrik dan 12


BAB ALAT UKUR LISTRIK
VI
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menerima penjelasan materi, praktik, dan diskusi, peserta didik:


Menentukan penggunaan peralatan ukur listrik untuk mengukur besaran listrik dengan tepat dan penuh ta
Menerapkan pengukuran tahanan (resistansi) listrik dengan benar dan penuh tanggung jawab.
Menerapkan pengukuran arus dan tegangan listrik dengan benar dan penuh tanggung jawab.
Menerapkan pengukuran daya, energi, dan faktor daya dengan benar dan penuh tanggung jawab.
Menerapkan pengukuran besaran listrik menggunakan osiloskop dengan benar dan penuh tanggung jawab.

PETA KONSEP

Dasar Listrik dan 12


Kata kunci : Alat Ukur Listrik – Galvanometer – Multimeter – Amperemeter – Voltmeter –
Ohmmeter – Wattmeter – Cosphimeter – KWh meter - Osiloskop

PENDAHULUAN

Sumber: videoblocks.com dan physioneeds.biz


Gambar 6.1 Timbangan Badan
Berapa massa badan kalian? Berapa tinggi badan kalian? Pasti kalian pernah melakukan
pengukuran besaran yang ada pada tubuh kalian untuk mengetahui nilai besaran besaran
tersebut, misalnya besaran massa badan Budi adalah 60 kg. Kita dapat mengetahui nilai 60 kg
dengan cara menimbang massa bedan mengugunakan timbangan tubuh, timbangan
merupakan salah satu contoh alat ukur. Massa badan Budi dapat diubah menjadi besaran
mekanik sehingga jarum pada timbangan dapat bergerak dan menunjuk pada angka 60 kg,
sehingga dihasilkanlah massa badan Budi adalah 60 kg. Nah, Bagaimana dengan listrik?
Sama halnya dengan tubuh kta yang yang diukur, listrik mempunyai besaran-besaran yang
dapat diukur.
Besaran listrik seperti arus, tegangan, hambatan, daya, dan sebagainya tentunya tidak
dapat ditanggapai secara langsung oleh panca indra kita. Agar kita dapat mengetahu besaran-
besaran listrik tersebut, besaran listrik ditransformasikan melalui fenomena fisis yang akan
memungkinkan untuk diamati oleh panca indera kita. Misalnya arus listrik ditransformasikan
melalui fenomena fisis ke dalam besaran mekanis. Alat yang dapat mentrasformasikan
besaran- besaran tersebut menjadi besaran mekanik sehingga dapat dibaca oleh indera kita
dinamakan alat ukur listrik. Pada bab ini kalian akan mempelajari lebih lanjut mengenai
berbagai alat ukur listrik dan cara penggunaannya.
A. MENGENAL ALAT UKUR LISTRIK

Alat ukur umumnya dibuat dengan dasar sebuah ‟meter‟. Meter didefinisikan sebagai

Dasar Listrik dan 12


alat yang menterjemahkan besaran listrik tertentu menjadi sebuah indikasi atau penunjukan

Dasar Listrik dan 12


secara akurat. Penunjukan ini dapat diartikan secara visual, biasanya dalam bentuk simpangan
jarum atau petunjuk di atas skala yang telah dikalibrasikan. Dalam era digital ini simpangan
jarum dan skala telah diganti dengan tampilan angka/numerik pada layar. Dalam analisa dan
pengukuran rangkaian, meter didesain secara akurat mengukur besaran dasar dari tegangan,
arus dan tahanan.
Banyak alat ukur listrik menggunakan jarum penunjuk yang bergerak jika dialiri arus
listrik. Alat ukur listrik ini termasuk alat ukur analog, karena hasil pengukurannya dinyatakan
oleh besar tanggapan alat ukur, dalam hal ini besar simpangan. Alat ukur modern banyak
menggunakan penunjuk berupa angka (tanpa jarum); alat ukur semacam ini disebut alat ukur
digital.
Pada alat ukur analog, secara umum ‟simpangan‟ berdasarkan prinsip elektromagnetik:
dimana arus listrik mengalir pada konduktor menghasilkan medan magnet yang arahnya tegak
lurus terhadap arah arus. Arus yang besar akan menghasilkan medan magnet yang besar pula,
begitu sebaliknya. Jika medan magnet yang dihasilkan oleh konduktor berinteraksi dengan
medan magnet lainnya, maka gaya interaksi akan muncul antara dua sumber medan tersebut.
Jika salah satu sumber bebas bergerak terhadap yang satunya, seperti halnya arus yang
mengalir pada konduktor, maka pergerakan (biasanya identik dengan resistansi pegas) akan
sebanding dengan besarnya arus.
Nah, sebelum kita mempelajari alat ukur dan pengukuran besaran listrik, ada beberapa
istilah yang harus perlu dipahami berkaitan dengan alat ukur.
1. Kesalahan Ukur
Saat melakukan pengukuran besaran listrik tidak ada yang menghasilkan ketelitian
dengan sempurna. Perlu diketahui ketelitian yang sebenarnya dan sebab terjadinya
kesalahan pengukuran. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran dapat digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Kesalahan Umum
Kesalahan ini kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia. Diantaranya
adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian
instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran. Kesalahan ini tidak dapat
dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu perbaikan. Ini terjadi karena keteledoran atau
kebiasaan- kebiasaan yang buruk, seperti: pembacaan yang tidak teliti, pencatatan yang
berbeda dari pembacaannya, penyetelan instrumen yang tidak tepat. Agar mendapatkan
hasil yang optimal, maka diperlukan pembacaan lebih dari satu kali. Bisa dilakukan tiga
kali, kemudian dirata-rata. Jika mungkin dengan pengamat yang berbeda.

Dasar Listrik dan 12


b. Kesalahan Sistematis
Kesalahan ini disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri.
Seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan
terhadap peralatan atau pemakai. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang tidak dapat
dihindari dari instrumen, karena struktur mekanisnya. Contoh: gesekan beberapa
komponen yang bergerak terhadap bantalan dapat menimbulkan pembacaan yang
tidak tepat. Tarikan pegas (hairspring) yang tidak teratur, perpendekan pegas,
berkurangnya tarikan karena penanganan yang tidak tepat atau pembebanan instrumen
yang berlebihan. Ini semua akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan. Selain dari
beberapa hal yang sudah disinggung di atas masih ada lagi yaitu kesalahan kalibrasi
yang bisa mengakibatkan pembacaan instrumen terlalu tinggi atau terlalu rendah dari
yang seharusnya. Cara yang paling tepat untuk mengetahui instrumen tersebut
mempunyai kesalahan atau tidak yaitu dengan membandingkan dengan instrumen
lain yang memiliki karakteristik yang sama atau terhadap instrumen lain yang
akurasinya lebih tinggi. Untuk menghindari kesalahan- kesalahan tersebut dengan
cara: (1) memilih instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu; (2) menggunakan
faktor-faktor koreksi setelah mengetahui banyaknya kesalahan; (3) mengkalibrasi
instrumen tersebut terhadap instrumen standar. Pada kesalahan-kesalahan yang
disebabkan lingkungan, seperti: efek perubahan temperatur, kelembaban, tahanan
udara luar, medan-medan maknetik, dan sebagainya dapat dihindari dengan
membuat pengkondisian udara (AC), penyegelan komponen-komponen
instrumen tertentu dengan rapat, pemakaian pelindung maknetik dan sebagainya.
c. Kesalahan Tidak Sengaja
Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak dapat langsung diketahui.
Antara lain sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara
acak. Pada pengukuran yang sudah direncanakan kesalahan kesalahan ini biasanya
hanya kecil. Tetapi untuk pekerjaan pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi akan
berpengaruh. Contoh misal suatu tegangan diukur dengan voltmeter dibaca setiap jam,
walaupun instrumen yang digunakan sudah dikalibrasi dan kondisi lingkungan sudah
diset sedemikian rupa, tetapi hasil pembacaan akan terjadi perbedaan selama periode
pengamatan. Untuk mengatasi kesalahan ini dengan menambah jumlah pembacaan dan
menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan hasil yang akurat. Alat ukur listrik
sebelum digunakan untuk mengukur perlu diperhatikan penempatannya/peletakannya.
Ini penting karena posisi pada bagian yang bergerak yang menunjukkan besarannya
akan dipengaruhi oleh titik berat bagian yang bergerak dari suatu alat ukur tersebut.

Dasar Listrik dan 13


2. Klasifikasi Kelas Meter
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang mendekati dengan harga sebenarnya.
Perlu memperhatikan batas kesalahan yang tertera pada alat ukur tersebut. Klasifikasi alat
ukur listrik menurut Standar IEC no. 13B-23 menspesifikasikan bahwa ketelitian alat ukur
dibagi menjadi 8 kelas, yaitu: 0,05; 0,1; 0,2; 0,5; 1,0; 1,5; 2,5; dan 5. Kelas-kelas tersebut
artinya bahwa besarnya kesalalahan dari alat ukur pada batas-batas ukur masing-masing
kali ± 0,05%, ± 0,1%, ± 0,2%, ± 0,5 %, ± 1,0%, ± 1,5%, ±2,5%, ±5 % dari relatif
harga
maksimum. Dari 8 kelas alat ukur tersebut digolongkan menjadi 4 golongan sesuai dengan
daerah pemakaiannya, yaitu :
a. Golongan dari kelas 0,05, 0,1, 0,2 termasuk alat ukur presisi yang tertinggi. Biasa
digunakan di laboratorium yang standar.
b. Golongan alat ukur dari kelas 0,5 mempunyai ketelitian dan presisi tingkat berikutnya
dari kelas 0,2 alat ukur ini biasa digunakan untuk pengukuran-pengukuran presisi. Alat
ukur ini biasanya portebel.
c. Golongan dari kelas 1,0 mempunyai ketelitian dan presisi pada tingkat lebih rendah dari
alat ukur kelas 0,5. Alat ini biasa digunakan pada alat ukur portabel yang kecil atau alat-
alat ukur pada panel.
d. Golongan dari kelas 1,5, 2,5, dan 5 alat ukur ini dipergunakan pada panel-panel yang
tidak begitu memperhatikan presisi dan ketelitian.
3. Kalibrasi
Setiap sistem pengukuran harus dapat dibuktikan keandalannya dalam mengukur,
prosedur pembuktian ini disebut kalibrasi. Kalibrasi atau peneraan bagi pemakai alat ukur
sangat penting. Kalibrasi dapat mengurangi kesalahan meningkatkan ketelitian
pengukuran. Langkah prosedur kalibrasi menggunakan perbandingan instrumen yang akan
dikalibrasi dengan instrumen standar. Setiap alat dan besaran mempunyai cara kalibrasi
yang berbeda- beda.
4. Jenis-jenis Alat Ukur Penunjuk Listrik
a. Alat Ukur Kumparan Putar
Konstruksi alat ukur kumparan putar terdiri dari permanen magnet, kumparan putar
dengan inti besi bulat, jarum penunjuk terikat dengan poros dan inti besi putar, skala
linear, dan pegas spiral rambut, serta pengatur posisi nol Gambar 6.2.

Dasar Listrik dan 13


Sumber: Siswoyo, 2008
Gambar 6.2 Konstruksi Alat Ukur Kumparan Putar
b. Alat Ukur Besi Putar

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.3 Konstruksi Alat Besi Putar
Alat ukur besi putar memiliki anatomi yang berbeda dengan kumparan putar. Sebuah
belitan kawat dengan rongga tabung untuk menghasilkan medan elektromagnetik.

Dasar Listrik dan 13


Didalam rongga tabung dipasang sirip besi yang dihubungkan dengan poros dan
jarum penunjuk skala meter. Jika arus melalui belitan kawat, timbul elektromag netik
dan sirip besi akan bergerak mengikuti hukum tarik menarik medan magnet.
Besarnya simpangan jarum sebanding dengan kuadrat arus yang melewati belitan.
skala meter bukan linear tetapi jaraknya angka non-linier. Alat ukur besi putar
sederhana bentuknya dan cukup handal.
c. Alat Ukur Elektrodinamik
Alat ukur elektrodinamik memiliki dua jenis belitan kawat, yaitu belitan kawat arus
yang dipasang diam dua buah pada magnet permanen, dan belitan kawat tegangan
sebagai kumparan putar terhubung dengan poros dan jarum penunjuk Gambar 6.4.

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.4 Konstruksi Alat Ukur Elektrodinamik
Interaksi medan magnet belitan arus dan belitan tegangan menghasilkan sudut
penyimpangan jarum penunjuk sebanding dengan daya yang dipakai beban.
Pemakaian alat ukur elektrodinamik adalah sebagai pengukur daya listrik atau
Wattmeter.
d. Alat Ukur Piringan Putar
Alat ukur piringan putar tidak menggunakan jarum penunjuk. Konstruksi meter
piringan putar memiliki dua inti besi Gambar 6.5. Inti besi U dipasang dua buah belitan
arus pada masing-masing kaki inti, menggunakan kawat berpenampang besar. Inti besi

Dasar Listrik dan 13


berbentuk E-I dengan satu belitan tegangan, dipasang pada kaki tengah inti besi, jumlah
belitan tegangan lebih banyak dengan penampang kawat halus.

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.5 Konstruksi Alat Ukur Piringan Putar
Piringan putar aluminium ditempatkan diantara dua inti besi U dan E-I. Akibat efek
elektromagnetis kedua inti besi tersebut, pada piringan aluminium timbul arus eddy
yang menyebabkan torsi putar pada piringan.
Piringan alumunium berputar bertumpu pada poros, kecepatan putaran sebanding
dengan daya dari beban. Jumlah putaran sebanding dengan energi yang dipakai beban
dalam rentang waktu tertentu. Meter piringan putar disebut kilowatthours (kWh) meter.
5. Galvanometer
Alat ukur analog dengan jarum petunjuk yang dibuat pertama kali dikenal sebagai
’Galvanometer’ dan biasanya didesain dengan sensitivitas maksimum sesuai dengan
kemampuan pola pikir saat itu. Galvanometer yang sederhana dibuat dari jarum
termagnetisasi (seperti jarum kompas) yang terikat pada kawat/senar dan diletakkan di
tengahtengah kumparan. Arus mengalir dalam kumparan akan menghasilkan medan
magnet sehingga jarum akan bergerak dari posisi awalnya yang menunjukkan arah medan
magnet bumi. Salah satu contoh galvanometer yang dibuat pada tahun 1910 dapat dilihat
pada Gambar 6.6 berikut.

Dasar Listrik dan 13


Sumber: ibiblio.org
Gambar 6.6 Model Galvanometer Awal
Alat ukur seperti Gambar 6.6 ini, banyak digunakan pada jamannya tetapi sekarang
tidak terpakai lagi dan hanya dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dalam
menjelaskan konsep dari galvanometer. Alat tersebut sangat mudah mengalami guncangan
dari luar dan gangguan dari medan magnet bumi. Sekarang istilah „galvanometer‟ dipakai
untuk alat ukur yang menggunakan prinsip elektromagnetik dengan jarum penunjuk,
dengan sensivitas dan kepraktisan lebih tinggi. Alat ukur sekarang dibuat dari jarum yang
diikatkan pada kumparan yang berada dalam medan magnet besar, dan terlindungi dari
pengaruh gangguan luar. Prinsip ini juga dikenal sebagai Permanent Magnet – Moving
Coil atau PMMC.
Meter kumparan putar ini banyak digunakan pada amperemeter, voltmeter,
ohmmeter, dan lain-lain. Dalam sesi ini akan kita pelajari prinsip kerja Galvanometer dan
penerapannya sebagai amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter khususnya pada arus listrik
searah (DC).
Prinsip dari suatu galvanometer adalah adanya simpangan kumparan yang dilalui
arus listrik dalam medan magnet, seperti yang terlihat pada Gambar 6.7.

Dasar Listrik dan 13


Sumber: Purwanto Fadjar, Modul Ajar
Gambar 6.7 Prinsip Galvanometer
Pada Gambar 6.7 di atas, ”jarum penunjuk” menunjukkan titik tertentu sekitar 35%
dari skala penuh, dimana nol penuh berada di sebelah kiri busur dan skala penuh berada di
sebelah kanan. Kenaikan arus yang diukur akan menyebabkan jarum bergerak ke kanan
dan penurunan arus menyebabkan jarum akan bergerak kembali ke kiri. Busur pada skala
tampilan diberi label dengan angka untuk menunjukkan besaran kuantitas yang akan
diukur, apapun besaran tersebut. Dengan kata lain, jika dibutuhkan arus sebesar 50 μA
untuk menggerakkan jarum ke arah kanan dengan skala penuh maka angka 0 ditulis pada
ujung sebelah kiri, 50 μA di ujung sebelah kanan dan 25 μA berada ditengah-tengah skala.
Demikian seterusnya, skala kita buat semakin kecil (misalkan tiap 5 μA atau 1 μA) untuk
memudahkan pengamatan dan ketelitian dari pergerakan atau posisi jarum.
Seperti yang terlihat pada Gambar 6.7, galvanometer mempunyai sepasang meter
koneksi untuk arus masuk dan arus keluar. Kebanyakan galvanometer sensitif terhadap
polaritas (pengkutuban) sehingga arus yang masuk ke meter koneksi bisa membuat jarum
bergerak ke kanan ataupun sebaliknya jarum bergerak ke kiri. Mungkin Anda bertanya
bagaimana jarum bisa bergerak ke kanan atau ke kiri dan tergantung pada polaritas arus
yang mengalir? Perhatikan Gambar 6.8.

Dasar Listrik dan 13


Sumber: Purwanto Fadjar, Modul Ajar
Gambar 6.8 Konstruksi Galvanometer
Seperti yang telah dijelaskan di muka, prinsip kerja yang digunakan adalah
elektromagnetik. Arus listrik yang akan diukur dilewati kumparan dimana kumparan
sendiri berada dalam medan magnet (terinduksi magnet). Induksi magnet yang ditimbulkan
oleh medan permanen memiliki arah induksi magnet dari kutub U ke kutub S. Akibatnya
pada kumparan terdapat dua buah gaya yang sama besar tetapi arahnya berlawanan dan
tidak dalam satu garis kerja, sehingga membentuk suatu momen kopel yang akan memutar
kumparan
6. Simbol dan Keterangan pada Alat Ukur Listrik
Berikut simbol-simbol yang sering dijumpai pada alat ukur listrik beserta maknanya.
Tabel 6.1 Simbol yang Terdapat pada Alat Ukur Listrik

Simbol Keterangan Simbol Keterangan

Alat ukur kumparan putar Alat ukur dengan pelindung


dengan magnet besi
Alat ukur kumparan putar Alat ukur dengan pelindung
dengan kumparan silang elektrostatis
Alat ukur magnet putar ast. Alat ukur tidak statis

Alat ukur besi putar Instrumen dengan arus


searah
Alat ukur elektrodinamis Instrumen dengan arus bolak
- balik
Alat ukur elektrodinamis Instrumen dengan arus
dengan pelindung besi searah dan arus bolak –
balik
Alat ukur elektrodinamis Instrumen arus putar dengan
kumparan silang satu alat ukur

Dasar Listrik dan 13


Simbol Keterangan Simbol Keterangan

Alat ukur elektrodinamis Instrumen arus putar dengan


kumparan silang dengan dua alat ukur
pelindung besi
Alat ukur dengan induksi Instrumen arus putar dengan
tiga alat ukur
Alat ukur dengan bimental Kedudukan pemakaian alat
ukur harus tegak lurus
Alat ukur elektrostatis Kedudukan pemakaian alat
ukur horizontal/mendatar
Alat ukur dengan vibrasi Kedudukan pemakaian
miring sebesar sudut yang
ditunjukkan
Alat ukur dengan termokopel Pengatur kedudukan jarum
pada nol
Alat ukur kumparan putar Tegangan uji
dengan termokopel Angka di dalam bintang
berarti tegangan uji dalam
kV (tanpa angka berarti
tegangan ujinya 500 V)
Alat ukur termokopel yang Awas perhatian (perhatikan
diisolasi petunjuk pemakaian)
Alat ukur dilengkapi dengan Alat ukur kumparan putar
penyearah dengan penyearah

Sumber: studylibid.com
7. Multimeter
Multimeter adalah alat ukur listrik yang dapat mengukur lebih dari satu besaran listrik,
multimeter setidaknya mempunyai tiga fungsi pengukuran, yaitu voltmeter, amperemeter,
dan ohmmeter. Oleh karena itu, multimeter sering disebut juga dengan AVO meter.
Multimeter tediri dari multimeter analog dan digital yang ditunjukkan pada Gambar 6.9.

Sumber: multimeterexpert.com

Dasar Listrik dan 13


Gambar 6.9 Multimeter Analog dan Digital
Alat ukur digital saat ini banyak dipakai dengan berbagai kelebihannya, murah, mudah
dioperaikan dan praktis. Multimeter digital mampu menampilkan beberapa pengukuran
untuk arus miliAmper, temperatur 0 C, tegangan miliVolt, resistansi Ohm, frekuensi Hz,
daya listrik mW sampai kapasitansi nF. Fungsi-fungsi tersebut tergantung multimeter
digital yang digunakan, masing-masing merk dan tipe berbeda-beda.
Pada dasarnya data /informasi yang akan diukur bersifat analog. Blok diagram alat ukur
digital terdiri komponen sensor, penguat sinyal analog, Analog to Digital converter ,
mikroprosesor, alat cetak dan display digital. Oleh karena itu, apda pembahasan kali ini
yang akan kita bahas adalah multimeter analog yang lebih sulit pengoperasiannya
dibanding multimeter digital.
a. Bagian-bagian Multimeter Analog

Sumber: otospeedcar.com
Gambar 6.10 Bagian-bagian Multimeter
Keterangan label pada gambar dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Keterangan Label Multimeter Analog
Label Keterangan Label Keterangan
1 Skala 6 Zero ohm adjusment
2 Pointer/jarum penunjuk 7 Selector range
3 Skrup kalibrasi pointer 8 Terminal positif

Dasar Listrik dan 13


Label Keterangan Label Keterangan
4 Terminal positif DCA 20 A 9 Kabel penghubung hitam untuk
terminal negatif
5 Terminal negatif 10 Kabel penghubung merah untuk
terminal positif
Yang perlu diperhatikan adalah bagian-bagian yang diperlihatkan diatas hanya secara
umum, tiap-tiap multimeter bisa mempunyai perbedaan keterangan pada bagian-bagian
tertentu.
b. Cara Pembacaan Multimeter Analog
1) Pembacaan Pengukuran Tahanan
Ketika melakukan pengukuran tahanan, hasil nilai pengukuran tahanan dari
komponen tersebut adalah dengan mengalikan penunjukkan jarum dengan posisi
selector pada multimeter.
2) Pembacaan Pengukuran Arus dan Tegangan
Untuk mengetahui nilai arus atau tegangan menggunakan multimeter, maka
berlaku:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑟𝑢𝑚


𝑥 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Dasar Listrik dan 14


Contoh Soal

Sumber: bjgp-rizal.com Sumber: otospeedcar.com


Gambar 6.11 Contoh Pembacaan Pengukuran Tahanan
1. Ketika melakukan pengukuran tahanan suatu komponen, didapatkan penunjukkan jarum seperti Gam
Penyelesaian

Dasar Listrik dan 14


Contoh Soal
Nilai tahanan = penunjukkan jarum x selector pengali ohm
= 50 x 100
= 5000 Ω
Jadi, nilai tahanan komponen yang diukur adalah 5000 Ω.
2. Pada pengukuran suatu tegangan DC pada resistor, didapatkan penunjukkan jarum dan
selektor seperti Gambar 6.12 Tentukan nilai hasil pengukuran tegangan DC resistor tersebut!

Sumber: alatuji.com Sumber: otospeedcar.com


Gambar 6.12 Contoh Pembacaan Pengukuran Tegangan DC
Penyelesaian
Terdapat tiga skala maksimal, yaitu 10, 50, dan 250. Gunakan salah satu, misal dalam pembacaan
𝑃𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑟𝑢𝑚

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟


𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
22
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =𝑥 25 = 11 𝑉𝑜𝑙𝑡
50
Jadi, nilai tegangan DC resistor adalah 11 Volt.

B. PENGUKURAN TAHANAN LISTRIK

Dalam melakukan pengukuran tahanan atau hambatan peralatan ukur yang digunakan
adalah ohmmeter. Ohmmeter digunakan untuk memeriksa nilai resistan listrik. Tetapi karena
karakteristiknya yang khusus, maka ohmmeter dapat digunakan juga untuk memeriksa adanya
elemen yang putus dalam suatu rangkaian listrik atau adanya hubungan elemen rangkaian
dengan tanah (ground).

Dasar Listrik dan 14


Sumber: jebbush.co
Gambar 6.13 Ohmmeter Analog
Satuan hambatan listrik dalam satuan SI adalah ohm atau diberi simbol Ω. Pada
pengukuran suatu hambatan listrik dilakukan dengan menghubungkan sebuah sumber
tegangan yang sudah diketahui tegangannya secara seri dengan sebuah amperemeter dan
hambatan yang akan diukur, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.14.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 6.14 Rangkaian Pengukuran
Tahanan
Pengukuran tahanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengukur langsung nilai
tahanan dan pengukuran tidak langsung dengan metode jembatan. Pengukuran tahanan secara
langsung bisa menggunakan ohmmeter atau multimeter dengan menempatkan selektor
pemilih mode pada pengukuran tahanan. Resistor yang diukur dihubungkan dengan kedua
kabel meter dan nilai tahanan terbaca pada skala meter. Pengukuran tidak langsung,
menggunakan alat meter tahanan khusus dengan prinsip kerja seperti jembatan Wheatstone
yang sudah kalian pelajari pada bab IV.

C. PENGUKURAN ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK


1. Amperemeter

Dasar Listrik dan 14


Sumber: wim-jie.blogspot.com
Gambar 6.15 Amperemeter AC/DC Analog
Amperemeter adalah alat ukur arus listrik. Amperemeter sering dicirikan dengan
simbol A pada setiap rangkaian listrik. Satuan arus listrik dalam satuan SI adalah ampere
atau diberi simbol A. Amperemeter harus dipasang seri dalam suatu rangkaian, arus listrik
yang melewati hambatan R adalah sama dengan arus listrik yang melewati amperemeter
tersebut. Pada pengukuran arus searah perlu diperhatikan terminal positif dan negatif
supaya tidak terbalik. Berikut rangkaian pengukuran arus.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 6.16 Rangkaian Pengukuran
Arus
Amperemeter juga mempunyai hambatan sehingga dengan disisipkannya ampere-
meter tersebut menyebabkan arus listrik dalam rangkaian sedikit berkurang. Idealnya,
suatu amperemeter harus memiliki hambatan yang sangat kecil agar berkurangnya arus
listrik dalam rangkaian juga sangat kecil. Amperemeter mempunyai skala penuh atau batas
ukur maksimum. Dalam kenyataannya kita harus mengukur arus listrik yang nilai arusnya
jauh lebih besar dari batas ukur maksimumnya.
2. Voltmeter

Dasar Listrik dan 14


Sumber: onlinesciencmall.com
Gambar 6.17 Voltmeter Analog DC
Voltmeter adalah alat ukur tegangan listrik. Voltmeter sering dicirikan dengan
simbol V pada setiap rangkaian listrik. Voltmeter harus dipasang paralel dengan ujung-
ujung hambatan yang akan diukur beda potensialnya. Penggunaan voltmeter untuk
mengukur beda potensial listrik ditunjukkan pada Gambar 6.18 Perlu diperhatikan bahwa
untuk pengukuran tegangan DC terminal positif dan negatif tidak boleh terbalik.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 6.18 Rangkaian Pengukuran
Tegangan
Satuan beda potensial listrik dalam satuan SI adalah volt atau diberi simbol V.
Voltmeter sendiri mempunyai hambatan sehingga dengan disisipkannya voltmeter tersebut
menyebabkan arus listrik yang melewati hambatan R sedikit berkurang. Idealnya, suatu
voltmeter harus memiliki hambatan yang sangat besar agar berkurangnya arus listrik yang
melewati hambatan R juga sangat kecil.

Dasar Listrik dan 14


Voltmeter mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum. Dalam kenyataannya
sering kita harus mengukur tegangan listrik yang nilai tegangannya jauh lebih besar dari
batas ukur maksimumnya.

D. PENGUKURAN DAYA, ENERGI, DAN FAKTOR DAYA

Berikut penjelasan masing-masing alat pengukur daya, energi, dan faktor daya.
1. Wattmeter

Sumber: adinstruments.es
Gambar 6.19 Wattmeter Analog
Alat yang digunakan untuk mengukur daya listrik adalah wattmeter. Pengukuran
daya pada sistem arus balik dibedakan menjadi tiga janis daya, yaitu
a. Daya semu ( S ) yang diukur dalam satuan VA atau kVA
b. Daya Aktif ( P ) yang diukur dalam satuan watt atau kW
c. Daya Reaktif ( Q ) yang diukur dalam satuan VAR atau kVAR
Susunan wattmeter untuk mengukur daya yang dikeluarkan oleh suatu hambatan R
ditunjukkan pada Gambar 6.20 Gambar 6.20 merupakan pengukuran daya semu.

Sumber: Dokumen pribadi penulis

Dasar Listrik dan 14


Gambar 6.20 Rangkaian Pengukuran Daya Semu
Konsep wattmeter adalah kumparan arus disusun seri dengan beban dan kumparan
tegangan disusun paralel dengan beban. Wattmeter pada rangkaian disimbolkan dengan
huruf “W” seperti rangkaian pemasangan wattmeter pada Gambar 6.21 berikut.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 6.21 Rangkaian Pengukuran Daya
Aktif
Pemasangan Wattmeter dengan notasi terminal 1,2,3 dan 5. Terminal 1-3 terhubung ke
belitan arus Wattmeter, terhubung seri dengan beban. Terminal 2-5 terhubung ke belitan
tegangan Wattmeter. Terminal 1-2 dikopel untuk mendapatkan catu tegangan supply.

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.22 Pengawatan Dalam Wattmeter
Pemasangan terminal meter tidak boleh tertukar, karena akibatnya meter tidak berfungsi.
Untuk pengukuran daya besar, dimana arus beban besar dapat digunakan trafo CT untuk
menurunkan arus yang mengalir belitan arus Wattmeter.
Misalkan daya motor 3 phasa 55 kW dengan tegangan 400V akan menarik arus jala-
jala 100A. Kemampuan kWH meter maksimal dilalui arus hanya 10 A, maka digunakan
trafo arus CT dengan rating 100/5A agar pengukuran daya motor dapat dilaksanakan.

Dasar Listrik dan 14


Sumber: Siswoyo, 2008
Gambar 6.23 Pengawatan Wattmeter Analog dengan Beban Satu Fase
Wattmeter portabel pengawatan dengan beban Gambar 6.23. Ada tiga buah selektor
switch, untuk pengaturan amper, pengaturan tegangan dan pemilihan skala batas ukur.
Untuk keamanan tempatkan selektor amper dan selektor tegangan pada batas ukur
tertinggi. Jika jarum penunjuk sudut simpangannya masih kecil baru selektor switch arus
atau tegangan diturunkan satu tahap.
2. KWh Meter
Alat yang digunakan untuk menghitung pemakaian energi listrik adalah kWh meter.
Bentuk fisik kWhmeter kita lihat disetiap rumah tinggal dengan instalasi dari PLN.

Dasar Listrik dan 14


Sumber: lampung.tribunnews.com
Gambar 6.24 KWh Meter
Pengawatan kWhmeter satu phasa belitan arus dihubungkan ke terminal 1-3, belitan
tegangan disambungkan terminal 2-6, Terminal 1-2 dikopel dan terminal 4-6 juga dikopel
langsung. Pengawatan kWh meter tiga phasa dengan empat kawat gambar-8.21 L1, L2, L3
dan N memiliki tiga belitan arus dan tiga belitan tegangan.

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.25 Pengawatan KWh Satu Fase dan Tiga Fase
a. Jala-jala L1, terminal-1 kebelitan arus-1 terminal-3 ke beban, terminal 1-2 dikopel untuk
suply ke belitan tegangan-1.
b. Jala-jala L2, terminal-4 ke belitan arus-2 terminal 6 langsung beban, terminal 4-5
dikopel suply ke belitan tegangan-2.
c. Jala-jala L3, terminal-7 ke belitan arus-3 ke terminal 9 langsung beban, terminal 7-8
dikopel untuk suply ke belitan tegangan-3.
d. Terminal 10 dan 12, untuk penyambungan kawat netral N dan penyambungan dari
ketiga belitan tegangan phasa 1,2 dan 3.

Dasar Listrik dan 14


Sebagai pengukur energi listrik kWh meter mengukur daya pada interval waktu
tertentu dalam konversi waktu jam. Setiap kWhmeter memiliki angka konstanta jumlah
putaran per kWh.
3. Cosphimeter
Cos-Phi meter adalah alat ukur faktor kerja daya untuk jaringan AC yang akan
mengukur suatu pergeseran phasa antara tegangan dan arus pada suatu beban listrik. Dalam
hal ini alat ukur cos-phi meter termasuk suatu alat ukur tipe elektrodinamis kumparan

silang.

Sumber: alatsmk.com
Gambar 6.26 Cosphimeter Analog
Untuk pemasangan cosphimeter ke beban adalah sebagai berikut.

Sumber: Dokumen pribadi penulis


Gambar 6.27 Rangkaian Pengukuran Faktor
Daya
Alat ukur faktor daya kumparan bersilang (crossed-coil power faktor meter) seperti
terlihat pada Gambar 6.28 Instrumen ini mempunyai sebuah coil diam, yang terdiri dari F1
dan F2. Dengan dihubungkan seri dengan line supply maka akan dialiri arus. Jelaslah
bahwa medan yang merata akan dihasilkan oleh F1 dan F2, yang sebanding dengan arus
line. Pada medan ini diletakkan moving coil C1 dan C2 yang dipasang pada tangkai atau

Dasar Listrik dan 15


spindle yang sama. Kedua moving coil ini adalah coil tegangan C1 yang mempunyai
tahanan seri R,

Dasar Listrik dan 15


sedangkan coil C2 mempunyai induktansi L. Harga R dan L seperti halnya lilitan C1 dan
C2, diatur sedemikian hingga ampereturn pada C1 dan C2 sama besar. Arus I1 sefasa
dengan tegangan supply V, sedangkan I2 lagging (tertinggal) 90° (atau mendekati 90°)
dibelakang V.

Sumber: elektronika-dasar.web.id
Gambar 6.28 Pengawatan Cosphimeter Satu Fase dan Tiga Fase

E. PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MENGUNAKAN OSILOSKOP

Osiloskop merupakan alat ukur, dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur,
tergambar pada layar tabung sinar katoda (cathode ray tube). Osiloskop selanjutnya disebut
CRO (cathode ray oscilloscope) adalah instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat untuk
pengukuran, analisa bentuk-bentuk gelombang, dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian
listrik/elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik X-Y yang sangat cepat
berupa tampilan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap waktu. Tampilan
tersebut adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak di permukaan layar sebagai respon
terhadap tegangantegangan masukan.
1. Bagian-bagian Osiloskop
Osiloskop merupakan alat ukur kelistrik yang kompleks, banyak parameter-
parameter yang perlu diperhatikan ketika akan menggunakan. Sebelum belajar cara
penggunaan, perhatikan gambar di bawah ini untuk mengenal bagian-bagian pada
osiloskop.

Dasar Listrik dan 15


Sumber: upload.wikimedia.org
Gambar 6.29 Bagian-bagian Osiloskop
Keterangan label angka dan huruf dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 6.3 Nama dan Keterangan Osiloskop
Label Nama Keterangan
1 Tombol power Berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan
Osiloskop
2 Lampu indikator Berfungsi sebagai Indikasi Osiloskop dalam
keadaan ON (lampu Hidup) atau OFF (Lampu
Mati)
3 Rotation Berfungsi untuk mengatur posisi tampilan garis
pada layar agar tetap berada pada posisi
horizontal. Untuk mengatur rotation ini,
biasanya
harus menggunakan obeng untuk memutarnya.
4 Intensity Digunakan untuk mengatur kecerahan tampilan
bentuk gelombang agar mudah dilihat.
5 Focus Mengatur penampilan bentuk gelombang
sehingga tidak kabur
6 CAL Digunakan untuk Kalibrasi tegangan peak to peak
(VP-P) atau Tegangan puncak ke puncak.
7 Position Mengatur posisi Vertikal (masing-masing
Saluran/Channel memiliki pengatur POSITION).
8 Inv (Invert) Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang
bersangkutan akan dibalikan.

Dasar Listrik dan 15


Label Nama Keterangan
9 Sakelar Volt/div Digunakan untuk memilih besarnya tegangan
per sentimeter (Volt/Div) pada layar Osiloskop.
Umumnya, Osiloskop memiliki dua saluran
(dual channel) dengan dua Sakelar VOLT/DIV.
Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div hingga
20V/Div.
10 Variable Untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) arah
vertikal pada saluran atau Channel yang
bersangkutan. Putaran Maksimum Variable
adalah CAL yang berfungsi untuk melakukan
kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat pada 1cm di
Layar Osiloskop.
11 AC-DC Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal
AC, sinyal input yang mengandung DC akan
ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor.
Sedangkan pada pilihan posisi DC maka Input
Terminal akan terhubung langsung dengan
Penguat yang ada di dalam Osiloskop dan
seluruh sinyal input akan ditampilkan pada
layar
Osiloskop.
12 GND Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal
INPUT akan terbuka, Input yang bersumber dari
Penguatan Internal Osiloskop akan ditanahkan
(Grounded).
13 Vertial input CH-1 Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 1
(Channel 1)
14 Vertial input CH-2 Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 2
(Channel 2)
15 Sakelar mode Sakelar MODE pada umumnya terdiri dari 4
pilihan yaitu CH1, CH2, DUAL dan ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk gelombang
Saluran 1 (Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk gelombang
Saluran 2 (Channel 2).
DUAL = Untuk menampilkan bentuk
gelombang Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2
(CH2) secara bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan
saluran/saluran secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu gambar
bentuk gelombang pada layar.

Dasar Listrik dan 15


Label Nama Keterangan
16 X10 MAG Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi
hingga 10 kali lipat.
17 Position Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
18 XY Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1
akan menjadi Axis X dan Input Saluran 2 akan
menjadi Axis Y.
19 Saklar time/div Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1
akan menjadi Axis X dan Input Saluran 2 akan
menjadi Axis Y.
20 Tombo CAL time/div Untuk kalibrasi TIME/DIV
21 Variable Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah
untuk mengatur kepekaan (sensitivitas)
TIME/DIV.
22 GND Konektor yang dihubungkan ke Ground (Tanah).
23 Tombol CHOP dan ALT CHOP adalah menggunakan potongan dari
saluran 1 dan saluran 2.
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran
1 dan saluran 2 secara bergantian.
24 Hold Off Untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.
25 Level LEVEL atau TRIGGER LEVEL digunakan
untuk mengatur gambar yang diperoleh menjadi
diam atau tidak bergerak.
26 Tombol NORM dan AUTO
27 Tombol lock
28 Saklar coupling Menunjukan hubungan dengan sinyal searah
(DC) atau bolak balik (AC).
29 Saklar source Penyesuai pemilihan sinyal.
30 Trigger ALT
31 Slope
32 EXT Penyesuai pemilihan sinyal.
A Layar Osiloskop Ini bisa berupa layar fosfor atau LCD, dan
biasanya sekitar 100 mm sudut ke sudut.
B Trace Garis yang digambar oleh Osiloskop yang
mewakili sinyal
C Garis Grid Horizontal -
D Garis Grid Vertical -
E Garis Tengah Horizontal dan Biasanya lebih tebal daripada yang lain dan
Vertikal dibagi menjadi 'divisi kecil', biasanya lima divisi
utama.

2. Operasi Dasar Osiloskop Sinar Katoda

Dasar Listrik dan 15


Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu X atau input horisontal adalah tegangan
ramp linier yang dibangkitkan secara internal, berbasis waktu yang secara periodik
menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui permukaan layar. Tegangan yang
akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau input vertikal CRO, menggerakkan bintik ke
atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya bintik
tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada layar yang menunjukkan variasi tegangan
masukan sebagai fungsi dari waktu. Jika tegangan masukan berulang dengan laju yang
cukup cepat, gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan
demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu.
Disamping tegangan, CRO dapat menyajikan gambaran visual dari berbagai
fenomena dinamik melalui pemakaian tranducer yang mengubah arus, tekanan, regangan,
suhu, akselerasi, dan banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan.
Subsistem utama dari sebuah CRO terdiri dari (1) Tabung Sinar Katoda (CRT); (2)
Penguat Vertikal; (3) Saluran Tunda; (4) Generator Basisi waktu; (5) Penguat horisontal;
(6) Rangkaian Pemicu; dan (7) Sumber Daya.
Osiloskop termasuk alat ukur elektronik, digunakan untuk melihat bentuk
gelombang, menganalisis gelombang, dan fenomena lain dalam rangkaian listrik dan
elektronika. Dengan osiloskop dapat melihat amplitudo tegangan dan bentuk gelombang,
sehingga harga rata-rata,puncak, RMS (root mean square), maupun harga puncak ke
puncak atau Vp-p dari tegangan dapat kita ukur. Selain itu, juga hubungan antara frekuensi
dan fasa antara dua gelombang juga dapat dibandingkan.

3. Pengukuran Tegangan DC

Sumber: Siswoyo, 2008

Dasar Listrik dan 15


Gambar 6.30 Mengukur Tegangan DC dengan Osiloskop
Tahanan R1 dan R2 berfungsi sebagai pembagi tegangan. Ground osiloskop
dihubung kan ke negatif catu daya DC. Probe kanal 1 dihubungkan ujung sambungan R1
dengan R2. Tegangan searah diukur pada mode DC.
Misal:
VDC = 5 V/div.3 div
= 15 V
Bentuk tegangan DC merupa kan garis tebal lurus pada layar CRT. Tegangan terukur
diukur dari garis nol ke garis horizontal DC.
4. Pengukuran Tegangan AC, Periode dan Frekuensi

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.31 Mengukur Tegangan AC dengan Osiloskop
Trafo digunakan untuk mengisolasi antara listrik yang diukur dengan listrik pada
osiloskop. Jika menggunakan listrik PLN maka frekuensinya 50 Hz.
Misal:
Vp = 2V/div.3div
=6V

Vrms = 6 V/√2
= 4,2 V
T = 2 ms/div.10 div
= 20 ms
f = 1/T
= 50 Hz

Dasar Listrik dan 15


Tegangan AC berbentuk sinusoida dengan tinggi U dan lebar periodenya T. Besarnya
tegangan 6 V dan periodenya 20 milidetik dan frekuensinya 50 Hz.
5. Pengukuran Arus
Pada dasarnya osiloskop hanya mengukur tegangan. untuk mengukur arus dilakukan
secara tidak langsung dengan R = 1 untuk mengukur drop tegangan. Bentuk sinyal arus
yang melalui resistor R adalah sinusoida menyerupai tegangan. Pada beban resistor sinyal
tegangan dan sinyal arus akan sephasa. Perhatikan Gambar 6.32 berikut.

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.32 Mengukur Arus AC dengan Osiloskop
Misal:
Vp = 50 mV/div.3 div
= 150 mV
= 0,15 V

Vrms = 0,15 V/√2


= 0,1 V
I = Vrms/R
= 0,1/1
= 0,1 A
6. Mengukur Beda Fase Tegangan dengan Arus AC
Beda fase dapat diukur dengan rangkaian C1 dan R1. Tegangan U1 menampakkan
tegangan catu dari generator AC. tegangan U2 dibagi dengan nilai resistor R1 representasi
dari arus listrik AC. Pergeseran fase U1 dengan U2 sebesar ∆x.

Dasar Listrik dan 15


Sumber: Siswoyo, 2008
Gambar 6.33 Mengukur Beda Fase dengan Osiloskop
Misal
φ = ∆x.360o/XT
= 2 div. 360o/8 div
= 90o
Tampilan sinyal sinusoida tegangan U1 (tegangan catu daya) dan tegangan U2 (jika
dibagi dengan R1, representasi dari arus AC). Pergesaran fase antara tegangan dan arus
sebesar φ = 90o.
7. Mengukur Sudut Penyalaan TRIAC

Sumber: Siswoyo, 2008


Gambar 6.34 Mengukur Sudut Penyalaan TRIAC dengan Osiloskop
Triac merupakan komponen elektronika daya yang dapat memotong sinyal sinusoida
pada sisi positip dan negatif. Trafo digunakan untuk isolasi tegangan Triac dengan
tegangan

Dasar Listrik dan 15


catu daya osiloskop. Dengan mengatur sudut penyalaan α triger maka nyala lampu
dimmer dapat diatur dari paling terang menjadi redup.
Misal:
α = ∆x.360o/XT
= (1 div.360%):7
=5V

Praktikum
Menggunakan Peralatan Ukur Listrik

A. Tujuan
Peserta didik mampu menggunakan berbagai alat ukur untuk mengukur besaran listrik.
B. Alat dan Bahan
1. Ohmmeter
2. Voltmeter AC
3. Amperemeter AC
4. Wattmeter AC
5. Kabel penghubung
6. Lampu pijar (4 buah dengan daya yang berbeda-beda)
7. Power supply AC
C. Petunjuk Praktik
1. Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3.
2. Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik.
3. Bertanyalah pada guru jika ada hal yang tidak dimengerti.
4. Sebelum dihubungkan dengan tegangan mintalah guru untuk memeriksa rangkaian.
5. Setelah selesai, kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi.
D. Rangkaian Prercobaan
Pada praktikum kali ini, kalian akan melakukan pengukuran besaran listrik
berdasarkan rangkaian pada Gambar 6.35.

Dasar Listrik dan 16


Sumber: Dokumen pribadi penulis
Gambar 6.35 Rangkaian Percobaan Pengukuran Besaran Listrik
E. Langkah Praktik
1. Siapkan alat dan bahan praktik.
2. Sebelum dirangkai, ukurlah tahanan lampu menggunakan ohmmeter, masukkan
hasilnya pada tabel pengamatan.
3. Gambarlah rangkaian pemasangan alat ukur untuk mengukur besaran listrik
tegangan, arus, dan daya. Periksakan pada gurumu.
4. Rangkailah lampu seperti gambar yang telah kalian kerjakan pada poin 3.
5. Mintalah guru untuk memeriksa rangkaian Anda sebelum dihubungkan ke sumber
tegangan.
6. Bacalah hasil pengukuran alat-alat ukur tersebut, kemudian catat pada tabel
pengukuran.
Tabel 6.4 Data Pengukuran Besaran Listrik
Tegangan Sumber: ....
Beban Tahanan Tegangan Arus Daya Keterangan
(Ω) (Volt) (Ampere) (Watt)
Lampu 1
Lampu 2
Lampu 3
Lampu 4
7. Diskusikan dengan kelompokkmu mengenai hasil praktikum.
8. Buatlah laporan hasil praktikum.

Cakrawala
Hans Christian Oersted

Dasar Listrik dan 16


Hans Christian Oersted (lahir di Rudkøbing, Denmark, 14
Agustus 1777 – meninggal di Kopenhagen, Denmark, 9 Maret
1851 pada umur 73 tahun) adalah seorang ahli fisika dan kimia
Denmark, yang dipengaruhi pemikiran Immanuel Kant. Pada
1820 ia menemukan hubungan antara listrik dan magnetisme
dalam eksperimen yang sangat sederhana. Ia menunjukkan
bahwa kawat yang dialiri arus listrik dapat menolak jarum
magnet kompas. Oersted tidak menawarkan penjelasan yang
memuaskan untuk fenomena ini. Ia pun tidak mencoba Gambar 6.36 Hans Christian
Oersted
menghadirkan fenomena tersebut dalam kerangka matematis.
Oersted bukanlah orang pertama yang menemukan bahwa listrik dan magnetisme itu
berkaitan. Ia didahului delapan belas tahun sebelumnya oleh Gian Domenico Romagnosi,
seorang cendekia hukum Italia. Catatan tentang penemuan Romagnosi diterbitkan pada
1802 di koran Italia, tetapi tak teperhatikan oleh masyarakat ilmiah.
Pada 1825 Oersted memberi sumbangan penting bagi kimia dengan memproduksi
aluminium untuk pertama kali. Unit magnetisme Oersted dinamai menurut namanya.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hans_Christian_%C3%98rsted

Jelajah Internet
Untuk mempelajari lebih jauh mengenai cara penggunaan alat ukur listrik kalian dapat mengunjungi link d
https:/- instruments

Tugas Mandiri
Carilah informasi di berbagai sumber belajar mengenai pengukuran kapasitansi dan induktansi. Adakah ala

Dasar Listrik dan 16


Rangkuman
Alat ukur listrik adalah alat yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran listrik.
Jenis-jenis alat ukur penunjuk listrik, yaitu alat ukur kumparan putar, alat ukur besi putar, alat ukur e
Multimeter adalah alat ukur listrik yang dapat mengukur lebih dari satu besaran listrik
Ohmmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur hambatan suatu komponen listrik.
Amperemeter adalah alat ukur arus listrik.
Voltmeter adalah alat ukur tegangan listrik.
Wattmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya listrik
KWh meter adalah alat yang digunakan untuk menghitung pemakaian energi listrik
Cos-Phi meter adalah alat ukur faktor kerja daya untuk jaringan AC yang akan mengukur suatu pergesera
Osiloskop merupakan alat ukur, dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur, tergambar pada lay

Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jika ketika mengukur suatu arus listrik ditampilkan penunjukkan jarum dan selector seperti pada g

Sumber: bjgp-rizal.com Sumber: otospeedcar.com


Gambar 6.37 Soal Pengukuran Arus Listrik
2. Gambarlah rangkaian pemasangan wattmeter untuk mengukur daya listrik pada lampu!

Dasar Listrik dan 16


Gambarlah pengawatan kWh meter satu fase yang dipasang pada rumah tinggal!
Jelaskan bagaimana cara melakukan kalibrasi awal pada osiloskop!
Pada suatu pengukuran hambatan beban listrik, jarum penunjuk dan selector berada pada posisi sepert p

Sumber: alatuji.com Sumber: otospeedcar.com


Gambar 6.38 Soal Pengukuran Hambatan

Refleksi
Setelah mempelajari bab keenam ini, Anda sekarang sudah lebih mengetahu dan memahami bagaimana m

Dasar Listrik dan 16


BAB HUKUM-HUKUM DAN FENOMENA KEMAGNITAN
VII
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menerima penjelasan materi, praktik, dan diskusi, peserta didik:


Menerapkan hukum-hukum dan fenomena rangkaian kemagnitan pada kehidupan sehari- hari dengan bena
Menggunakan hukum-hukum dan fenomena rangkaian kemagnitan untuk menyelesaikan suatu permasalah

PETA KONSEP

Kata kunci : Medan Magnetik – Induksi Magnetik – Gaya Magnetik –Gaya Lorentz – Hukum
Faraday – Hukum Lenz

Dasar Listrik dan 16


PENDAHULUAN

Sumber: directindustry.de
Gambar 7.1 Alat Penarik Magnetik
Pernahkah kalian melihat alat pemisah besi di tempat pembuangan akhir atau di tempat
lain seperti yang diperlihatkan gambar di atas? Magnet pada alat di atas dapat diaktifkan dan
dinonaktifkan untuk dapat menarik logam-logam besi untuk dipindahkan ke tempat terpisah
dari sampah non logam. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Bagaimana prinsip alat
tersebut? Apa hubungan magnet dengan listrik? Untuk memahami pertanyaan-pertanyaan
tersebut mari kita pelajari materi tentang kemagnitan pada bab 7 ini.

A. MEDAN MAGNET

Medan magnetik didefinisikan sebagai ruangan di sekitar magnet yang masih terpengaruh
gaya magnetik. Seperti pada gaya listrik, kita menganggap gaya magnetik tersebut
dipindahkan oleh sesuatu, yaitu medan magnetik. Muatan yang bergerak menghasilkan medan
magnetik dan medan ini selanjutnya, memberikan suatu gaya pada muatan bergerak lainnya.
Karena muatan bergerak menghasilkan arus listrik, interaksi magnetik dapat juga dianggap
sebagai interaksi di antara dua arus. Kuat dan arah medan magnetik dapat juga dinyatakan
oleh garis gaya magnetik. Jumlah garis gaya per satuan penampang melintang adalah ukuran
kuat medan magnetik.
1. Medan Magnetik di Sekitar Magnet Permanen
Di sekitar magnet permanen terdapat medan magnetik yang dapat digambarkan
dengan garis-garis gaya magnetik. Garis-garis gaya magneti selalu keluar dari kutub utara
magnet dan masuk ke kutub selatan magnet. Di dalam magnet, garis-garis gaya magnetik
memiliki arah dari selatan ke utara. Daerah yang memiliki medan magnetik kuat
digambarkan dengan garis-garis gaya yang rapat, sedangkan daerah yang mean

Dasar Listrik dan 16


magnetiknya

Dasar Listrik dan 16


lemah digambarkan dengan garis-garis gaya magnetik yang renggang. Pola-pola garis gaya
magnetik magnet U dan magnet batang ditunjkkan pada Gambar 7.2.

Sumber: bolvan.ph.utexas.edu dan scitechdaily.com


Gambar 7.2 Pola Garis Gaya Magnetik pada (a) Magnet U dan (b) Magnet batang
Daerah atau tempat medan magnetik yang memiliki kuat medan magnetik paling
besar
disebut kutub magnet. Setiap magnet alam, apapun bentuknya, selalu memiliki dua kutub
yaitu kutub utara dan kutub selatan.
Michael Faraday menggambarkan medan magnetik sebagai garis-garis gaya. Garis
gaya yang semakin rapat menunjukkan medan magnetik yang semakin kuat. Kuat medan
magnetik menunjukkan besarnya induksi magnetik. Perhatikan Gambar 7.3.

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 7.3 Garis Gaya Magnetik
Gambar 7.3 (a) Garis gaya magnetik tegak lurus menembus bidang A (fluks magnetik)
Gambar 7.3 (b) Medan magnetik B menembus bidan A dengan membentuk sudut θ
terhadap garis normal
Fluks magnetik (ф) adalah banyaknya garis medan magnetik yang dilingkupi medan
oleh suatu luas daerah tertentu (A) dalam arah tegak lurus. Secara matematis, dapat ditulis
bahwa B konstan dan A konstan (θ = konstan) persamaannya adalah
ф = 𝐵 𝑛 𝐴𝜃
ф = 𝐵 𝐴 cos 𝜃

Dasar Listrik dan 16


Jika sudut θ = 0 atau B tegak lurus terhadap bidang A, persamaan menjadi:
ф=𝐵𝐴
Keterangan:
n = vektor satuan searah garis normal
ф = fluks magneti (Wb)
A = luas bidang yang melingkupi oleh B (m2)
B = medan magnetik (Wb/m2)
θ = sudut antara B dan n

Contoh Soal
Tentukan kuat medan magnetik yang dihasilkan oleh fluks magnetik 90 weber yang menembus bidang s
Penyelesaian
Diketahui: Ф = 90 Wb A = 0,5 m2
Ditanya: B = ... ?
Dijawab:
ф

𝐵=
𝐴
90
𝐵 == 180 𝑊𝑏/𝑚2
0,5
Jadi, kuat medan magnetik yang dihasilkan adalah 180 Wb/m2

2. Medan Magnetik di Sekitar Arus Listrik

Sumber: Joko Budiyanto, 2009

Dasar Listrik dan 16


Gambar 7.4 Peyimpangan Jarum Kompas di Dekat Kawat Berarus Listrik
Pada tahun 1820, seorang ilmuwan berkebangsaan Denmark, Hans Christian Oersted
(1777-1851) menemukan bahwa terjadi penyimpangan pada jarum kompas ketika
didekatkan pada kawat berarus listrik. Hal ini menunjukkan, arus di dalam sebuah kawat
dapat menghasilkan efek-efek magnetik. Dapat disimpulkan, bahwa di sekitar arus listrik
terdapat medan magnetik.

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.5 Kaidah Tangan
Kanan
Garis-garis medan magnetik yang dihasilkan oleh arus pada kawat lurus membentuk
lingkaran dengan kawat pada pusatnya. Untuk mengetahui arah garis-garis medan
magnetik dapat menggunakan suatu metode yaitu dengan kaidah tangan kanan, seperti
yang terlihat pada Gambar 7.5. Ibu jari menunjukkan arah arus konvensional, sedangkan
keempat jari lain yang melingkari kawat menunjukkan arah medan magnetik.
Pemagnetan suatu bahan oleh medan magnet luar disebut induksi. Induksi magnetik
sering didefinisikan sebagai timbulnya medan magnetik akibat arus listrik yang mengalir
dalam suatu penghantar. Oersted menemukan bahwa arus listrik menghasilkan medan
magnetik. Selanjutnya, secara teoritis Laplace (1749-1827) menyatakan bahwa kuat medan
magnetik atau induksi magnetik di sekitar arus listrik:
a. berbanding lurus dengan kuat arus listrik,
b. berbanding lurus dengan panjang kawat penghantar,
c. berbanding terbalik dengan kuadrat jarak suatu titik dari kawat penghantar tersebut,
d. arah induksi magnet tersebut tegak lurus dengan bidang yang dilalui arus listrik.

Dasar Listrik dan 17


Pada tahun 1820 oleh Biot (1774-1862) teori tersebut disempurnakan dengan
perhitungan yang didasarkan pada rumus Ampere (1775-1836) yang dinyatakan dalam
persamaan:

𝑑𝐵 = 𝑘 𝐼. 𝑑𝑙 sin 𝜃
𝑟2
dengan I menyatakan kuat arus listrik yang mengalir dalam kawat (A), dl menyatakan
elemen kawat penghantar, r adalah jarak titik terhadap kawat (m), dB menyatakan kuat
medan magnetik (Wb/m2), dan k adalah suatu konstanta yang memenuhi hubungan:
𝜇0
𝑘=
4𝜋 udara yang besarnya 4π x 10-7 Wb/A.m.
dengan μ0 menyatakan permeabilitas hampa

Praktikum
Medan Magnetik di Sekitar Kawat Berarus

A. Tujuan Percobaan
Mengamati medan magnet yang disebabkan oleh kawat atau penghantar berarus listrik.
B. Alat dan Bahan
1. Baterai atau power supply DC lainya
2. Kabel penghubung
3. Saklar
4. Kawat penghantar
5. Kompas kecil
C. Petunjuk Praktik
1. Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3.
2. Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik.
3. Bertanyalah pada guru jika ada hal yang tidak dimengerti.
4. Setelah selesai, kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi.
D. Langkah Praktik
1. Susunlah peralatan sehingga terlihat seperti Gambar 7.6.a. Dalam keadaan saklar S
terbuka, letakkan kawat penghantar di atas kompas dengan arah memanjang sejajar
dengan jarum kompas.
2. Perhatikan arah penunjukkan jarum kompas.

Dasar Listrik dan 17


Kemudian tutuplah saklar S seperti Gambar 7.6.b. Amati jaru kompas, catat apa yang terjadi.
Baliklah polaritas baterai seperti Gambar 7.6.c. Lakukanlah pengamatan seperti langkah 2 dan 4. Catat

Gambar 7.6 Rangkaian Pengamatan Medan Magnet


Diskusikan hasil praktikum dengan kelompok kalian, kemudian buatlah laporan disertai kesimpulan dan
Sumber: Dudi Indrajit, 2009

3. Induksi Magnetik di Sekitar Kawat Lurus

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.7 Kuat Medan Magnetik di Titik P
Besar induksi magnetik di sekitar kawat penghantar lurus berarus yang berjarak a
dari kawat berarus listrik I dinyatakan dalam persamaan:
𝜇 0. 𝐼
𝐵=
Keterangan: 2𝜋𝑎
B = kuat medan magnetik (Wb/m2 = tesla)
a = jarak titik dari penghantar (m)

Dasar Listrik dan 17


I = kuat arus listrik (A)
μ0 = permeabilitas vakum

Sumber: Dudi Indrajit


Gambar 7.8 Arah Induksi Magnetik di Sekitar Kawat Berarus
4. Induksi Magnetik di Sekitar Kawat Melingkar
Jika seutas kawat yang melingkar dialiri arus listrik, di sekitar kawat tersebut akan
timbul induksi magnetik yang besarnya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
Biot-Savart. Untuk meghitung besar induksi magnetik di sekitar kawat melingkar berarus,
yaitu dengan menghitung besar induksi magnetik di pusat lingkaran tersebut. Sebuah kawat
yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari a dan dialiri arus listrik I, ditunjukkan pada
Gambar 7.9.

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.9 Penghantar Berbentuk Lingkaran
Induksi magnetik akan bernilai maksimum ketika x = 0 atau titik terletak di pusat
lingkaran, maka akan berlaku:

Dasar Listrik dan 17


𝜇 0. 𝐼
𝐵𝑥 = 2𝑎
Untuk penghantar melingkar yang terdiri atas N lilitan, maka induksi magnetik yang terjadi
di pusat lingkaran adalah:
𝜇0. 𝐼. 𝑁
𝐵𝑥 =2𝑎
Keterangan:
Bx = induksi magnetik (Wb/m2)
I = kuat arus listrik (A)
a = jari-jari lingkaran (m)
N = jumlah lilitan
5. Induksi Magnetik di Pusat dan Ujung Solenoida

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 7.10 Induksi Magetik di Solenoida
Gambar 7.a Solenoida yang dialiri arus listrik
Gambar 7.b Penampang irisan membujur solenoida
Selenoida adalah suatu lilitan kawat penghantar yang panjang atau kumparan rapat
yang menyerupai lilitan pegas, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.10 (a). Jika

Dasar Listrik dan 17


kumparan penghantar diiris secara membujur (melintang), akan didapat irisan penampang
seperti pada Gambar 7.10 (b).
Kumparan penghantar yang berarus listrik akan menghasilkan garis medan magnetik
dengan pola sama dengan yang dihasilkan oleh magnet batang.
Jika panjang selenoida (l) dan terdiri atas N buah lilitan, jumlah lilitan untuk setiap
𝑁
satuan panjang menjadi 𝑛 = dan jari-jari kumparannya a. Induksi magnetik di titik P yang
𝑙

terletak pada sumbu solenoida dan disebabkan oleh elemen solenoida sepanjang dx adalah:
𝜇0. 𝑛. 𝐼. 𝑎
𝑑𝐵 = 2𝑟2 sin 𝑎. 𝑑. 𝑎
a adalah sudut antara r dan x.
Besarnya induksi magnetik di P oleh seluruh panjang kawat solenoida:
𝜇0. 𝑛. 𝐼
𝐵= 2 (cos 𝑎2 − cos 𝑎1)
Jika solenoida tersebut sangat panjang sehingga a1 = 0o dan a2 = 180o, besar
induksi magnetik di pusat solenoida adalah:
𝜇0. 𝐼. 𝑁
𝐵 = 𝜇0. 𝐼. 𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 =𝑙
Besar induksi magnetik di ujung solenoida dengan a1 = 0o dan a2 = 90o, adalah
𝜇0. 𝐼. 𝑛𝜇0. 𝐼. 𝑁
𝐵 =𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 =
22𝑙
6. Induksi Magnetik di Sumbu Toroida

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.11 Toroida
Solenoida panjang yang dilengkungkan sehingga berbentuk lingkaran dinamakan
toroida, seperti yang terlihat pada Gambar 7.11. Induksi magnetik tetap berada di dalam
toroida, dan besarnya dapat diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dasar Listrik dan 17


𝜇0𝐼𝑁
𝐵=
2𝜋𝑑
Perbandingan antara jumlah lilitan N dan keliling lingkaran 2πd merupakan jumlah
lilitan per satuan panjang n, sehingga:
𝐵 = 𝜇0𝐼𝑛

B. GAYA MAGNETIK (GAYA LORENTZ)

Gaya Lorentz merupakan gaya yang bekerja pada sebuah penghantar berarus listrik dalam
medan magnet.
1. Gaya Lorentz pada Penghantar Berarus di Medan Magnet
Arus merupakan kumpulan muatan-muatan yang bergerak. Kita telah mengetahui
bahwa arus listrik memberikan gaya pada magnet, seperti pada jarum kompas. Eksperimen
yang dilakukan Oersted membuktikan bahwa magnet juga akan memberikan gaya pada
kawat pembawa arus.

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.12 Kawat yang Membawa Arus I pada Medan Magnetik
Gambar 7.12 memperlihatkan sebuah kawat dengan panjang l yang mengangkut arus
I yang berada di dalam medan magnet B. Ketika arus mengalir pada kawat, gaya diberikan
pada kawat. Arah gaya selalu tegak lurus terhadap arah arus dan juga tegak lurus terhadap
arah medan magnetik. Besar gaya yang terjadi adalah:
a. berbanding lurus dengan arus I pada kawat,
b. berbanding lurus dengan panjang kawat l pada medan magnetik,
c. berbanding lurus dengan medan magnetik B,
d. berbanding lurus sudut θ antara arah arus dan medan magnetik.
Secara matematis besarnya gaya Lorentz dapat dituliskan dalam persamaan:
𝐹 = 𝐼. 𝑙. 𝐵 sin 𝜃
Apabila arah arus yang terjadi tegak lusur terhadap medan magnet (θ = 90o), maka diperoleh:
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐼. 𝑙. 𝐵

Dasar Listrik dan 17


Tetapi, jika arusnya paralel dengan medan magnet (θ = 0o), maka tidak ada gaya sama
sekali (F = 0)
Arah gerakan kawat menunjukkan arah gaya magnetik/ gaya Lorentz. Untuk
mengetahui arah gaya Lorentz dapat digunakan kaidah tangan kanan (Gambar 7.13)
sebagai berikut.

Sumber: Suharyanto dkk, 2009


Gambar 7.13 Arah Gaya Lorentz Berdasarkan Kaidah Tangan Kanan
Kaidah tangan kanan menyatakan bahwa arah medan magnetik di sekitar kawat
adalah sedemikan sehingga bila tangan kanan dibuka dengan ibu jari menunjukkan arah v,
keempat jari lain menunjukkan arah induksi magnetik B, dan arah telapak tangan
menunjukkan arah gaya Lorentz F.
Aturan/Kaidah Tangan Kanan
Apabila tangan kanan dalam keadaan terbuka (jari-jari dan ibu jari diluruskan). Arah dari
pergelangan tangan menuju jari-jari menyatakan arah induksi magnet dan arah ibu jari
menyatakan arah arus listrik, maka arah gaya magnetiknya dinyatakan dengan arah telapak
tangan menghadap.
Atau dapat juga ditentukan dengan aturan tangan kiri, yaitu sebagai berikut.
Aturan/Kaidah Tangan Kiri
Apabila antara ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah pada tangan kiri direntangkan saling
membentuk 90o, maka di sini arah jari telunjuk menyatakan arah induksi magnet, arah jari
tengah menunjukkan arah arus, dan arah ibu jari menyatakan arah gaya Lorentz.

2. Gaya Magnetik di Antara Dua Kawat Sejajar Berarus


Gaya magnet juga dialami oleh dua buah kawat sejajar yang saling berdekatan yang
beraliran arus listrik. Timbulnya gaya pada masing-masing kawat dapat dianggap bahwa
kawat pertama berada dalam medan magnetik yang ditimbulkan oleh kawat kedua dan

Dasar Listrik dan 17


sebaliknya kawat kedua berada dalam medan magnetik yang ditimbulkan oleh kawat
pertama.

Sumber: Suharyanto dkk, 2009


Gambar 7.14 Arah Gaya Magnetik di Antara Dua Kawat Sejajar Berarus
Arah gaya magnetik yang terjadi pada kedua kawat dapat dilihat pada Gambar (7.14).
Apabila arah arus pada kawat itu searah maka pada kedua kawat akan terjadi gaya tarik-
menarik dan sebaliknya jika arah arus pada kedua kawat berlawanan, maka akan tolak-
menolak. Gaya tarik-menarik atau gaya tolakmenolak pada kedua kawat merupakan akibat
adanya gaya magnet pada kedua kawat tersebut. Besarnya gaya magnet pada masing-
masing kawat dapat dinyatakan
𝐹 = 𝐵1𝐼2𝑙 sin 𝜃 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 = 𝐵2𝐼1𝑙 sin 𝜃
Karena arah B dan I saling tegak lurus atau θ = 90o maka
𝐹 = 𝐵1𝐼2𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 = 𝐵2𝐼1𝑙
Keterangan:
F = gaya magnet pada kawat
I1 = arus listrik pada kawat 1
I2 = arus listrik pada kawat 2
B1 = induksi magnet yang ditimbulkan oleh kawat 1
B2 = induksi magnet yang ditimbulkan oleh kawat 2
l = panjang kawat penghantar
Pada sub bab sebelumnya telah dipelajari besarnya induksi magnet di sekitar kawat lurus
berarus listrik. Sehingga, Gaya magnetik di antara kedua kawat sejajar sering dinyatakan
sebagai gaya per satuan panjang yaitu:
𝐹 𝜇0𝐼1𝐼2
=
𝑙 2𝜋𝑎

Dasar Listrik dan 17


dengan a adalah jarak antara kedua kawat tersebut.
3. Gaya Lorentz pada Muatan Listrik yang Bergerak dalam Medan Magnetik
Kawat penghantar yang membawa arus akan mengalami gaya ketika diletakkan
dalam suatu medan magnetik. Karena arus pada kawat terdiri atas muatan listrik yang
bergerak, maka berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa partikel bermuatan yang
bergerak bebas (tidak pada kawat) juga akan mengalami gaya ketika melewati medan
magnetik.
Persamaan di bawah ini menunjukkan besar gaya pada sebuah partikel bermuatan q
yang bergerak dengan kecepatan v pada kuat medan magnetik B, dengan θ adalah sudut
yang dibentuk oleh v dan B.
𝐹 = 𝑞𝑣𝐵 sin 𝜃
Arah gaya tegak lurus terhadap medan magnet B dan terhadap partikel v, dan dapat
diketahui dengan kaidah tangan kanan. Lintasan yang ditempuh oleh partikel bermuatan
dalam medan magnetik tergantung pada sudut yang dibentuk oleh arah kecepatan dengan
arah medan magnetik.
a. Garis Lurus (Tidak Dibelokkan)
Lintasan berupa garis lurus terbentuk jika arah kecepatan partikel bermuatan
sejajar baik searah maupun berlawanan arah dengan medan magnetik. Hal ini
menyebabkan tidak ada gaya Lorentz yang terjadi, sehingga gerak partikel tidak
dipengaruhi oleh gaya Lorentz. Lintasan gerak terlihat seperti pada Gambar 7.15.

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.15 Lintasan Gerak Partikel
Gambar 7.15 (a) Lintasan partikel yang bergerak sejajar dengan garis medan magnetik
searah.
Gambar 7.15 (b) Lintasan partikel yang bergerak sejajar dengan garis medan magnetik
berlawan arah.
b. Lingkaran

Dasar Listrik dan 17


Sumber: Joko Budiyanto, 2009
Gambar 7.16 Lintasan Melingkar yang Dialami Muatan -q
Gambar di atas memperlihatkan lintasan yang ditempuh partikel bermuatan
negatif yang bergerak dengan kecepatan v ke dalam medan magnet seragam B adalah
berupa lingkaran. Kita anggap v tegak lurus terhadap B, yang berarti bahwa v
seluruhnya terletak di dalam bidang gambar, sebagaimana ditunjukkan oleh tanda x.
Dari perumusan matematis tentang muatan listrik yang bergerak dalam medan
magnetik lingkaran, diperoleh:
𝑚. 𝑣
𝑅=
𝑞. 𝐵
Persamaan di atas untuk menentukan jari-jari lintasan (R), dengan m adalah massa
partikel, v adalah kecepatan partikel, B menyatakan induksi magnetik, dan q adalah
muatan partikel.
c. Spiral
Lintasan melingkar terjadi apabila kecepatan gerak muatan tegak lurus terhadap
medan magnetik. Tetapi, jika v tidak tegak lurus terhadap B, maka yang terjadi adalah
lintasan spiral. Vektor kecepatan dapat dibagi menjadi komponen-komponen sejajar dan
tegak lurus terhadap medan. Komponen yang sejajar terhadap garis-garis medan tidak
mengalami gaya, sehingga tetap konstan. Sementara itu, komponen yang tegak lurus
dengan medan menghasilkan gerak melingkar di sekitar garis-garis medan.
Penggabungan kedua gerakan tersebut menghasilkan gerak spiral (heliks) di sekitar
garis- garis medan, seperti yang terlihat pada Gambar 7.17.

Sumber: Joko Budiyanto, 2009

Dasar Listrik dan 18


Gambar 7.17 Lintasan Spiral
4. Gaya Magnetik pada Dua Penghantar Sejajar

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.18 Dua Kawat Sejajar yang Mengangkut Arus-arus Sejajar
Dua penghantar lurus panjang yang terpisah pada jarak d satu sama lain, dan
membawa arus I1 dan I2. diperlihatkan Gambar 7.18. Berdasarkan eksperimen, Ampere
menyatakan bahwa masing-masing arus pada kawat penghantar menghasilkan medan
magnet, sehingga masing-masing memberikan gaya pada yang lain, yang menyebabkan
dua penghantar itu saling tarik-menarik. Persamaan untuk gaya magnetik pada dua
penghantar sejajar berlaku:
𝐹 𝜇0𝐼1𝐼2
𝑙 = 2𝜋𝑑
Contoh Soal
1. Suatu kawat berarus listrik 8 A dengan arah ke atas berada dalam medan magnetik 1 T dengan membent
Penyelesain
Diketahui:
I=8A
B=1T
α = 30o
l = 4 m Ditanya: F = ... ?
Dijawab:

Dasar Listrik dan 18


Contoh Soal

F = 𝐵. 𝐼. 𝑙 sin 𝛼
= 1.8.4 sin 300
1
= 24 ( ) = 12,5 𝑛𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
2
Jadi, besarnya gaya Lorentz yang dialami kawat adalah 12,5 N.
2. Suatu muatan bermassa 8 x 10-38 kg bergerak memotong secara tegak lurus medan magnetik 4 T. Jik
Penyelesaian
Diketahui:
m = 8 x 10-38
B=4T
q = 2 x 10-9 C
R = 2 cm = 2 x 10-2 cm Ditanya:
v = ... ?
Dijawab:
𝑚. 𝑣

𝑅=
𝑞. 𝐵
𝑣= 𝑅. 𝑞. 𝐵
𝑚
=(2.10−2)(2.10−9)(4)
(8.10−38) 16.10−11
= 8.10−38 = 2.1027𝑚/𝑠

Jadi, kecepatan muatan tersebut adalah 2.1027 m/s

C. SIFAT BAHAN MAGNET


Pada bab-bab awal kalian sudah mempelajari tentang bahan-bahan kelistrikan, sedikit
mengulang mengenai bahan. Bahan merupakan kumpulan atom atau molekul. Di dalam atom
atau molekul terdapat elektron bermuatan negatif. Elektron mengelilingi inti atom sehingga
merupakan arus listrik yang bergerak melingkar. Elektron-elektron juga melakukan gerak
rotasi yang dinamakan spin elektron. Pada atom, spin elektron ada yang berpasangan dan ada
juga yang tidak berpasangan. Perhatikan gambar berikut.

Dasar Listrik dan 18


Sumber: Dudi Indrajit,
2009 Gambar 7.19 Spin
Elektron
Gambar 7. 19 (a) Gerak melingkar elektron mengelilingi
inti Gambar 7. 19 (b) Spin elektron tidak berpasangan
Gambar 7. 19 (c) Spin elektron berpasangan
Kemagnetan bahan ditentukan oleh spin elektron dan gerak elektron mengelilingi inti.
Spin elektron tidak berpasangan bersifat sebagai magnet kecil, sedangkan spin elektron yang
berpasangan tidak menimbulkan sifat kemagnetan.
Berdasarkan tanggapan bahan terhadap suatu magnet, bahan magnet dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu bahan ferromagnetik, bahan paramagnetik, dan diamagnetik.
1. Bahan Ferromagnetik

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 7.20 Bahan Ferromagnetik dalam Solenoida
Bahan ini jika didekati magnet akan tertarik dengan kuat. Begitu juga jika berada
dalam medan magnetik akan menimbulkan kuat medan yang besar. Dengan demikian,
dikatakan bahwa bahan ferromagnetik memiliki suseptibilitas positif (kecenderungan untuk
mudah menjadi magnet), dan permeabilitas bahan lebih bahan lebih besar dari udara (μ >
μ0). Atom di dalam bahan ferromagnetik mengandung banyak elektron dengan spin tidak

Dasar Listrik dan 18


berpasangan sehingga mudah untuk mengumpulkan garis-garis medan magnet seperti
Gambar 7.20.
Bahan ferromagnetik sering digunakan untuk membuat magnet tetap, seperti besi,
niel, kobalt, dan baja. Jika suhu bahan dinaikkan bahkan dapat sampai 770 oC (suhu Curie),
sifat ferromagnetiknya akan berubah atau bahkan dapat hilang.
2. Bahan Paramagnetik

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 7.21 Bahan Paramagnetik dalam Solenoida
Bahan yang sedikit menarik garis-garis medan magnetik dinamakan bahan
paramagnetik.Perhatikan Gambar 7.21. Di dalam atomnya, terdapat sedikit elektron dengan
spin tidak berpasangan sehingga bahan ini memiliki suseptibilitas positif kecil, tetapi
memiliki permeabilitas di atas permeabilitas udara (μ > μ0). Contoh bahan ini adalah
alumunium, magnesium, wolfram, platinum, dan tembaga (II) sulfida.
3. Bahan Diamagnetik

Sumber: Dudi Indrajit, 2009


Gambar 7.22 Bahan Diamagnetik dalam Solenoida

Dasar Listrik dan 18


Bahan diamagnetik memiliki suseptibilitas negatif. Elektron-elektron dalam atomnya
hampir semuanya berpasangan sehingga medan magnetiknya saling meniadakan.
Akibatnya, bahan diamagnetik sukar menarik garis-garis gaya magnetik dari luar seperti
ditunjukkan pada Gambar 7.22. Bahan ini memiliki permeabilitas lebih kecil dari
permeabilitas udara (μ< μ0). Contohnya seng, perak emas, bismut, dan perak.
4. Suhu Curie
Sifat kemagnetan bahan bahan ferromagnetik dapat berubah. Jika dipanaskan sifat
ferromagnetik suatu bahan akan hilang dan berubah menjadi bahan paramagnetik, jika
suhu bahan dinaikkan melebihi suatu nilai tertentu disebut suhu Curie. Berikut ini disajikan
suhu Curie dari beberapa bahan ferromagnetik.
Tabel. 7.1 Suhu Curie Beberapa Bahan Ferromagnetik
No. Bahan Suhu Curie (oC)
1 Gadolinium 116
2 Nikel 358
3 Besi 770
4 Kobalt 113

D. PENERAPAN GAYA MAGNETIK

1. Galvanometer

Sumber: fisikazone.com
Gambar 7.23 Galvanometer
Tangen
Galvanometer berperan sebagai komponen dasar pada beberapa alat ukur, antara lain
amperemeter, voltmeter, serta ohmmeter. Peralatan ini digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur arus listrik lemah. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.23, galvanometer

Dasar Listrik dan 18


berupa kumparan bergerak, terdiri atas sebuah kumparan terbuat dari kawat tembaga
isolasi halus dan dapat berputar pada sumbunya yang mengelilingi sebuah inti besi lunak
tetap yang berada di antara kutub-kutub suatu magnet permanen. Interaksi antara medan
magnetik B permanen dengan sisi-sisi kumparan akan dihasilkan bila arus I mengalir
melaluinya, sehingga akan mengakibatkan torka pada kumparan. Kumparan bergerak
memiliki tongkat penunjuk atau cermin yang membelokkan berkas cahaya ketika bergerak,
dimana tingkat pembelokan tersebut merupakan ukuran kekuatan arus.
2. Motor Listrik

Sumber: rundles.co.uk
Gambar 7.24 Motor Listrik
Sebuah motor listrik merupakan alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Mesin ini tidak bising, bersih, dan memiliki efisiensi tinggi. Alat ini bekerja
dengan prinsip bahwa arus yang mengalir melalui kumparan di dalam medan magnet akan
mengalami gaya yang digunakan untuk memutar kumparan. Pada motor induksi, arus
bolak- balik diberikan pada kumparan tetap (stator), yang menimbulkan medan magnetik
sekaligus menghasilkan arus di dalam kumparan berputar (rotor) yang mengelilinginya.
Keuntungan motor jenis ini adalah arus tidak harus diumpankan melalui komutator ke
bagian mesin yang bergerak. Pada motor serempak (synchronous motor), arus bolak-balik
yang hanya diumpankan pada stator akan menghasilkan medan magnet yang berputar dan
terkunci dengan medan rotor. Dalam hal ini magnet bebas, sehingga menyebabkan rotor
berputar dengan kelajuan yang sama dengan putaran medan stator. Rotor dapat berupa
magnet permanen atau magnet listrik yang diumpani arus searah melalui cincin geser.
3. Relai

Dasar Listrik dan 18


Sumber: timesoftrade.com
Gambar 7.25 Relai
Relai merupakan suatu alat dengan sebuah sakelar, untuk menutup relai digunakan
magnet listrik. Arus yang relatif kecil dalam kumparan magnet listrik dapat digunakan
untuk menghidupkan arus yang besar tanpa terjadi hubungan listrik antara kedua
rangkaian.
4. Kereta Maglev

Sumber: phys.org
Gambar 7.26 Kereta Maglev
Maglev merupakan kereta api yang menerapkan konsep magnet listrik untuk
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Kata “Maglev” berasal dari magnetic
levitation. Kereta api ini dipasangi magnet listrik di bawahnya yang bergerak pada jalur
bermagnet listrik. Magnet tolak-menolak sehingga kereta api melayang tepat di atas jalur
lintasan. Gesekan kereta api dengan jalur lintasan berkurang sehingga kereta api bergerak
lebih cepat.

Dasar Listrik dan 18


Praktikum
Pembuatan Magnet dengan Dialiri Arus Listrik

A. Tujuan Percobaan
Menciptakan magnet sederhana dengan dialiri arus listrik.
B. Alat dan Bahan
1. Baterai atau power supply DC lainya
2. Kawat penghantar
3. Paku
4. Logam kecil (penjepit kertas logam)
C. Petunjuk Praktik
1. Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3.
2. Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik.
3. Bertanyalah pada guru jika ada hal yang tidak dimengerti.
4. Setelah selesai, kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi.
D. Langkah Praktik
1. Lilitkan kawat penghantar pada paku seperti gambar di bawah ini.

Sumber: berpendidikan.com
Gambar 7.27 Percobaan Pembuatan Magnet Sederhana
2. Hubungkan kedua ujung kawat penghantar dengan baterai atau power supply DC lain.
3. Dekatkan logam kecil diujung-ujung paku.
4. Amati dan catat apa yang terjadi pada logam kecil tersebut.
5. Diskusikan hasil praktikum dengan kelompok kalian, kemudian buatlah laporan
disertai kesimpulan dan dikumpulkan kepada guru pengampu.

Dasar Listrik dan 18


E. GGL INDUKSI

Gaya gerak listrik induksi adalah timbulnya gaya gerak listrik di dalam kumparan yang
mencakup sejumlah fluks garis gaya medan magnetik, bilamana banyaknya fluks garis gaya
itu divariasi. Dengan kata lain, akan timbul gaya gerak listrik di dalam kumparan apabila
kumparan itu berada di dalam medan magnetik yang kuat medannya berubah-ubah terhadap
waktu.
1. Hukum Faraday

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.28 Garis Medan Magnetik yang Menembus Luas Permukaan A.
Konsep gaya gerak listrik pertama kali dikemukakan oleh Michael Faraday, yang
melakukan penelitian untuk menentukan faktor yang memengaruhi besarnya ggl yang
diinduksi. Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada waktu, yaitu semakin
cepat terjadinya perubahan medan magnetik, ggl yang diinduksi semakin besar. Di sisi lain,
ggl tidak sebanding dengan laju perubahan medan magnetik B, tetapi sebanding dengan
laju erubahan medan magnetik B, tetapi sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik,
фB, yang bergerak melintasi loop seluas A, yang secara matematis fluks magnetik tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
ф = 𝐵. 𝐴 cos 𝜃
Dengan B sama dengan rapat fluks magnetik, yaitu banyaknya fluks garis gaya
magnetik per satuan luas penampang yang ditembus garis gaya fluks magnetik tegak lurus,
dan θ adalah sudut antara B dengan garis yang tegak lurus permukaan kumparan. Jika
permukaan kumparan tegak lurus B, θ = 90o dan фB = 0, tetapi jika B sejajar terhadap
kumparan, θ – 0o, sehingga:
ф = 𝐵. 𝐴
Hal ini terlihat pada Gambar 7.28, di mana kumparan berupa bujur sangkar bersisi i
seluas A = i2. Garis B dapat digambarkan sedemikian rupa sehingga jumlah garis per satuan

Dasar Listrik dan 18


luas sebanding dengan kuat medan. Jadi, fluks dapat dianggap sebanding dengan jumlah
garis yang melewati kumparan. Besarnya fluks magnetik dinyatakan dalam satuan weber
(Wb) yang setara dengan tesla.meter2 (1 Wb = 1 T.m2).
Dari definisi fluks tersebut, dapat dinyatakan bahwa jika fluks yang melalui loop
kawat penghantar dengan N lilitan berubah sebesar ΔΦ dalam waktu Δt, maka besarnya
ggl induksi adalah:

Ɛ = −𝑁 ∆ф𝐵
∆𝑡
Yang dikenal dengan Hukum Induksi Faraday, yang berbunyi: “gaya gerak listrik
(ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar berbanding lurus
dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar tersebut”.
Keterangan:
Ɛ = ggl induksi (volt)
N = banyaknya lilitan kumparan
∆фB = perubahan fluks magnetik (weber)
∆t = selang waktu (s)
2. Hukum Lenz
Apabila ggl induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup dengan hambatan
tertentu, maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dinamakan dengan arus induksi. Arus
induksi dan ggl induksi hanya ada selama perubahan fluks magnetik terjadi. Hukum Lenz
menjelaskan mengenai arus induksi, yang berarti bahwa hukum tersebut berlaku hanya
kepada rangkaian penghantar yang tertutup. Hukum ini dinyatakan oleh Heinrich Friedrich
Lenz (1804 - 1865), yang sebenarnya merupakan suatu bentuk hukum kekekalan energi.
Hukum Lenz menyatakan bahwa:“ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan
magnetnya berlawanan dengan asal perubahan fluks”.
Perubahan fluks akan menginduksi ggl yang menimbulkan arus di dalam kumparan,
dan arus induksi ini membangkitkan medan magnetnya sendiri.

Dasar Listrik dan 19


Sumber: Joko Budiyanto, 2009
Gambar 7.29 Penerapan Hukum Lenz pada Arah Arus Induksi
Gambar 7.29 menunjukkan penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi. Pada
Gambar 7.29 (a) dan 7.29 (d), magnet diam sehingga tidak ada perubahan fluks magnetik
yang dilingkupi oleh kumparan. Pada Gambar 7.29 (b) menunjukkan fluks magnetik utama
yang menembus kumparan dengan arah ke bawah akan bertambah pada saat kutub utara
magnet didekatkan kumparan. Arah induksi pada Gambar 7.29 (c), 7.29 (e), dan 7.29 (f ),
juga dapat diketahui dengan menerapkan Hukum Lenz.
3. Faktor Penyebab Timbulnya GGL Induksi
Penyebab utama timbulnya ggl induksi adalah terjadinya perubahan fluks magnetik
yang dilingkupi oleh suatu loop kawat. Dengan demikian, ada tiga faktor penyebab
timbulnya ggl pada suatu kumparan, yaitu:
a. perubahan luas bidang kumparan (A),
b. perubahan orientasi sudut kumparan θ terhadap medan,
c. perubahan induksi magnetik.
4. Aplikasi Induksi Elektromagnetik
a. Generator

Dasar Listrik dan 19


Generator adalah alat yang digunakan utuk mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Prinsip kerjanya adalah peristiwa induksi elektromagnetik. Jika kumparan
penghantar digerakkan di dalam medan magnetik dan memotong medan magnetik,
maka pada kumparan terjadi ggl induksi. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar
kawat di dalam medan magnet homogen.
1) Generator AC

(a) (b)
Sumber: Joko Budiyanto, 2009
Gambar 7.30 (a) Generator AC (b) GGL Diinduksi pada Potongan a – b dan c - d
Gambar 7.30 (a) menunjukkan skema sebuah generator AC, yang memiliki
beberapa kumparan yang dililitkan pada angker yang dapat bergerak dalam medan
magnetik. Sumber diputar secara mekanis dan ggl diinduksi pada kumparan yang
berputar. Keluaran dari generator tersebut berupa arus listrik, yaitu arus bolak-balik.
Skema induksi gaya gerak listrik dapat diamati pada Gambar 7.30 (b), yang
menunjukkan kecepatan sesaat sisi a - b dan c - d, ketika loop diputar searah jarum
jam di dalam medan magnet seragam B. Ggl hanya dibangkitkan oleh gaya-gaya
yang bekerja pada bagian a - b dan c - d. Dengan menggunakan kaidah tangan kanan,
dapat ditentukan bahwa arah arus induksi pada a - b mengalir dari a ke b. Sementara
itu, pada sisi c - d, aliran dari c ke d, sehingga aliran menjadi kontinu dalam loop.
Besarnya ggl yang ditimbulkan d alam a - b adalah:
Ɛ = 𝐵. 𝑙. 𝑣
Persamaan tersebut berlaku jika komponen v tegak lurus terhadap B. Panjang a -
b dinyatakan oleh l. Dari gambar diperoleh v = v sin θ, dengan θ merupakan sudut
antara

Dasar Listrik dan 19


permukaan kumparan dengan garis vertikal. Resultan ggl yang terjadi merupakan
jumlah ggl terinduksi di a - b dan c - d, yang memiliki besar dan arah yang sama,
sehingga diperoleh:
Ɛ = 2𝑁𝐵. 𝑙. 𝑣 sin 𝜃
Dengan N merupakan jumlah loop dalam kumparan. Apabila kumparan berputar
dengan kecepatan anguler konstan ω, maka besar sudutnya adalah θ = ωt.
Ɛ = 𝑁. 𝐵. 𝐴. 𝜔 sin 𝜔𝑡
Dengan A menyatakan luas loop yang nilainya setara dengan lb. Harga Ɛ
maksimum bila ωt = 90o, sehingga sin ωt = 1. Jadi,
Ɛ𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑁. 𝐵. 𝐴. 𝜔

2) Generator DC

Sumber: Joko Budiyanto, 2009


Gambar 7.31 Generator DC
Gambar 7.31 (a) dengan satu set komutator
Gambar 7.31 (b) dengan banyak komutator
Generator DC hampir sama seperti generator AC. Perbedaannya terletak pada
cincin komutator yang digunakannya, yang ditunjukkan pada Gambar 7.31 (a).
Keluaran generator dapat ditunjukkan oleh grafik hubungan V terhadap t, dan dapat
diperhalus dengan memasang kapasitor secara paralel pada keluarannya. Atau
dengan menggunakan beberapa kumparan pada angker, sehingga dihasilkan keluaran
yang lebih halus Gambar 7.31 (b).
Generator elektromagnetik merupakan sumber utama listrik dan dapat digerakkan
oleh turbin uap, turbin air, mesin pembakaran dalam, kincir angin, atau bagian dari

Dasar Listrik dan 19


mesin lain yang bergerak. Pada pembangkit tenaga listrik, generator menghasilkan
arus bolak-balik dan sering disebut alternator.
b. Transformator

Sumber: solar.pl
Gambar 7.32 Transformator
Transformator merupakan alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan AC. Piranti ini memindahkan energi listrik dari suatu rangkaian arus listrik
bolak-balik ke rangkaian lain diikuti dengan perubahan tegangan, arus, fase, atau
impedansi. Transformator terdiri atas dua kumparan kawat yang membungkus inti besi,
yaitu kumparan primer dan sekunder. Transformator dirancang sedemikian rupa
sehingga hampir seluruh fluks magnet yang dihasilkan arus pada kumparan primer
dapat masuk ke kumparan sekunder.
Ada dua macam transformator, yaitu transformator step-up dan transformator step-
down. Transformator step-up digunakan untuk memperbesar tegangan arus bolak-balik.
Pada transformator ini jumlah lilitan sekunder (N S) lebih banyak daripada jumlah lilitan
primer (NP). Transformator step-down digunakan untuk menurunkan tegangan listrik
arus bolak-balik, dengan jumlah lilitan primer (NP) lebih banyak daripada jumlah lilitan
sekunder (NS).
Apabila tegangan bolak-balik diberikan pada kumparan primer, perubahan medan
magnetik yang dihasilkan akan menginduksi tegangan bolak-balik berfrekuensi sama
pada kumparan sekunder. Tetapi, tegangan yang timbul berbeda, sesuai dengan jumlah
lilitan pada tiap kumparan. Dengan menganggap tidak ada kerugian daya di dalam inti,
maka diperoleh:
𝑉𝑆𝑁𝑆
=
𝑉𝑃𝑁𝑃

Dasar Listrik dan 19


Persamaan di atas adalah persamaan umum transformator, yang menunjukkan bahwa
tegangan sekunder berhubungan dengan tegangan primer.
Hukum Kekekalan Energi menyatakan bahwa daya keluaran tidak bisa lebih besar
dari daya masukan. Daya masukan pada dasarnya sama dengan daya keluaran. Daya P =
V. I, sehingga diperoleh:

𝑉𝑆= 𝑁𝑆= 𝐼𝑆
𝑉𝑃 𝑁𝑃 𝐼𝑃
Transformator ideal (efisiensi η = 100%) adalah transformator yang dapat
memindahkan energi listrik dari kumparan primer ke kumparan sekunder dengan tidak
ada energi yang hilang. Namun, pada kenyataannya, terdapat hubungan magnetik yang
tidak lengkap antarkumparan, dan terjadi kerugian pemanasan di dalam kumparan itu
sendiri, sehingga menyebabkan daya output lebih kecil dari daya input. Perbandingan
antara daya output dan input dinyatakan dalam konsep efisiensi, yang dirumuskan:
𝑃𝑆 𝑉𝑆. 𝐼𝑆
ƞ =𝑥100% = 𝑥100%
𝑃𝑃
𝑉𝑃. 𝐼𝑃 listrik. Listrik yang dihasilkan
Transformator berperan penting dalam transmisi
generator di dalam pembangkit mencapai rumah-rumah melalui suatu jaringan kabel
atau “jaringan listrik”. Hambatan menyebabkan sebagian daya hilang menjadi panas.
Untuk menghindari hal tersebut, listrik didistribusikan pada tegangan tinggi dan arus
yang rendah untuk memperkecil hilangnya daya. Pusat pembangkit mengirim listrik ke
gardu- gardu induk, di mana transformator step-up menaikkan tegangan untuk
distribusi. Sementara itu, pada gardu-gardu step-down, tegangan dikurangi oleh
transformator untuk memasok tegangan yang sesuai baik untuk industri maupun
perumahan.

Contoh Soal
1. Sebuah generator armaturnya berbentuk bujur sangkar dengan sisi 8 cm dan terdiri atas 100 lilitan. Jika
Penyelesaian
Diketahui:
A = 8 cm x 8 cm = 64 cm2 = 64.10-4 m2 B = 0,5 T
N = 100 lilitan

Dasar Listrik dan 19


Contoh Soal
Ɛm = 20 volt

Ditanya:
f = ... ?
Dijawab:
Ɛ𝑚 = 𝑁. 𝐵. 𝐴. 𝜔 = 𝑁. 𝐵. 𝐴. 2𝜋𝑓
Ɛ𝑚
𝑓=
𝑁. 𝐵. 𝐴. 2𝜋
= 20
100.0,5. 64.10−4. 2.3,14
20
=
20096.10−4
= 9,95 𝐻𝑧
Jadi, fekuensi putarnya supaya menimbulkan tegangan maksimum 20 volt adalah 9,95 Hz.
2. Sebuah transformator dapat digunakan untuk menghubungkan radio transistor 9 volt
AC, dari tegangan sumber 120 volt. Kumparan sekunder transistor terdiri atas 30 lilitan.
Jika kuat arus yang diperlukan oleh radio transistor 400 mA, tentukan:
a. jumlah lilitan primer
b. kuat arus primer
Penyelesaian
Diketahui:
VP = 120 V
VS = 9 V
NS = 30
IS = 400 mA = 0,4 A
Ditanya:
a. NP = ... ?
b. IP = ... ?
Dijawab:
a. Jumlah lilitan primer
𝑉𝑆 𝑁𝑆
𝑉𝑃 =
𝑁𝑃

Dasar Listrik dan 19


Contoh Soal
𝑉𝑃 120
𝑁𝑃 = 𝑁𝑆 . () = 30. () = 400 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
𝑉𝑆 9
b. Kuat arus primer
𝐼𝑆
𝑁𝑆
=
𝐼𝑃𝑁𝑃
𝑁𝑃 400
𝐼𝑃𝑆= 𝐼 . () = 0,4. () = 5,33 𝐴
𝑁𝑆 30
Jadi, jumlah lilitan primer dan kuat arus primer berturut-turut adalah 400 lilitan dan 5,33 A.

Cakrawala
Hendrik Antoon Lorentz

Hendrik Antoon Lorentz (1853-1928) ialah fisikawan


Belanda yang memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika
bersama dengan Pieter Zeeman pada 1902.
Dilahirkan di Arnhem, Belanda. Ia belajar di Universitas
Leiden. Pada usia 19 tahun ia kembali ke Arnhem dan mengajar
di salah satu SMA di sana. Sambil mengajar, ia menyiapkan tesis
doktoral yang memperluas teori James Clerk Maxwell mengenai
elektromagnet yang meliputi rincian dari pemantulan dan
pembiasan cahaya.
Gambar 7.33 Hendrik Antoon
Pada 1878 ia menjadi guru besar fisika teoretis di Leyden Lorentz
yang merupakan tempat kerja pertamanya. Ia tinggal di sana selama 34 tahun, lalu pindah
ke Haarlem. Lorentz meneruskan pekerjaannya untuk menyederhanakan teori Maxwell dan
memperkenalkan gagasan bahwa medan elektromagnetik ditimbulkan oleh muatan listrik
pada tingkat atom. Ia mengemukakan bahwa pemancaran cahaya oleh atom dan berbagai
gejala optik dapat dirunut ke gerak dan interaksi energi atom.
Pada 1896, salah satu mahasiswanya Pieter Zeeman menemukan bahwa garis spektral
atom dalam medan magnet akan terpecah menjadi beberapa komponen yang frekuensinya
agak berbeda. Hal tersebut membenarkan pekerjaan Lorentz, sehingga mereka berdua
dianugerahi Hadiah Nobel pada 1902.

Dasar Listrik dan 19


Pada 1895, Lorentz mendapatkan seperangkat persamaan yang mentransformasikan
kuantitas elektromagnetik dari suatu kerangka acuan ke kerangka acuan lain yang
bergerak relatif terhadap yang pertama meski pentingnya penemuan itu baru disadari 10
tahun kemudian saat Albert Einstein mengemukakan teori relativitas khususnya.
Lorentz (dan fisikawan Irlandia G.F. Fitzgerald secara independen) mengusulkan
bahwa hasil negatif eksperimen Michelson-Morley bisa dipahami jika panjang dalam arah
gerak relatif terhadap pengamat mengerut. Eksperimen selanjutnya memperlihatkan
bahwa meski terjadi pengerutan, hal itu bukan karena penyebab yang nyata dari hasil
Michelson dan Edward Morley. Penyebabnya ialah karena tiadanya 'eter' yang berlaku
sebagai kerangka acuan universal.
https://id.wikipedia.org/wiki/

Jelajah Internet
Kalian dapat menambah referensi belajar kalian melalui internet. Salah satu situs web yang dapat kalian k
Kalianpun dapat mencari referensi lain tentang dijelaskan lebih detail dan rinci mengenai cara kerja masing

Tugas Mandiri
Kalian sudah mengetahui tentang penerapan alat-alat di sekitar kita yang menerapkan hukum-hukum kema

Rangkuman
1. Medan magnetik adalah ruangan di sekitar magnet yang masih terpengaruh gaya magnetik.

Dasar Listrik dan 19


2. Sumber medan magnetik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu magnet permanen dan
magnet induksi.
3. Daerah atau tempat medan magnetik yang memiliki kuat medan magnetik paling besar
disebut kutub magnet.
4. Fluks magnetik (ф) adalah banyaknya garis medan magnetik yang dilingkupi medan
oleh suatu luas daerah tertentu (A) dalam arah tegak lurus.
5. Kuat medan magnetik atau induksi magnetik di sekitar arus listrik:
a. berbanding lurus dengan kuat arus listrik,
b. berbanding lurus dengan panjang kawat penghantar,
c. berbanding terbalik dengan kuadrat jarak suatu titik dari kawat penghantar tersebut,
d. arah induksi magnet tersebut tegak lurus dengan bidang yang dilalui arus listrik.
6. Gaya Lorentz merupakan gaya yang bekerja pada sebuah penghantar berarus listrik
dalam medan magnet.
7. Besar gaya Lorentz yang terjadi adalah:
a. berbanding lurus dengan arus I pada kawat,
b. berbanding lurus dengan panjang kawat l pada medan magnetik,
c. berbanding lurus dengan medan magnetik B,
d. berbanding lurus sudut θ antara arah arus dan medan magnetik.
8. Berdasarkan tanggapan bahan terhadap suatu magnet, bahan magnet dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu bahan ferromagnetik, bahan paramagnetik, dan diamagnetik.
9. Gaya gerak listrik induksi adalah timbulnya gaya gerak listrik di dalam kumparan yang
mencakup sejumlah fluks garis gaya medan magnetik, bilamana banyaknya fluks garis
gaya itu divariasi.
10.Hukum Induksi Faraday berbunyi “gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara
ujung-ujung suatu loop penghantar berbanding lurus dengan laju perubahan fluks
magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar tersebut”.
11.Hukum Lenz menyatakan bahwa “ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan
magnetnya berlawanan dengan asal perubahan fluks”.
12.Faktor penyebab timbulnya ggl pada suatu kumparan, yaitu:
a. perubahan luas bidang kumparan (A),
b. perubahan orientasi sudut kumparan θ terhadap medan,
c. perubahan induksi magnetik.

Dasar Listrik dan 19


Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan hubungan antara kelistrikan dengan kemagnitan!
Tentukan fluks magnetik jika kuat medan magnetik yang dihasilkan 200 Wb/m2 dan menembus bidang s
Sebutkan dan jelaskan penerapan dari gaya magnetik selain yang sudah disebutkan pada bab ini!
Suatu kawat berarus listrik 2 A dengan arah ke atas berada dalam medan magnetik 3 T dengan membentu
Pada sebuah transformator terdapat kumparan primer yang mempunyai 1500 lilitan dan kumparan sekun

Refleksi
Setelah mempelajari bab ketujuh ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang hukum- hukum kemagnitan,

Dasar Listrik dan 20


BAB RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK BALIK ( AC )
VIII
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang rangkaian listrik arus bolak-balik, peserta didik mampu memahami prin

PETA KONSEP

Kata kunci : Alternating Current – Direct Current – Sinusoida – Alternator –Reaktansi


Kapasitif – Reaktansi Induktif – Impedansi – Resonansi

PENDAHULUAN

Dasar Listrik dan 20


Berdasarkan materi yang telah kalian pelajari tentang arus DC, dimana kita bisa melihat
pada battery maupun Accu yang sering digunakan untuk mengoperasikan alat elektronik
seperti hanphone, remote, dan mainana. Dari hal-hal tersebut kita ketahui seperti battery
contohnya tidak bisa bertahan lama mungkin jika digunakan di Hanphone dalam waktu 8 jam
harus diisi ulang. Sedangkan kita membutuhkan listrik hamper setiap waktu lantas bagaimana
jika semua listrik menggunakan battery berapa bannyak yang akan digunakan ?

Gambar 8. 1 Contoh Penggunaan Listrik AC yang dirubah ke DC


(https://www.arah.com/article/43438/tips-charge-hp-yang-benar-agar-baterai-lebih-
awet.html )
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka pada bab ini akan diperkenalkan listrik AC
yang memiliki kelebihan dan keunggulan sehingga listrik di rumah, sekolah, rumah sakit,
kantor dan di jalan bisa selalu menyala. Sekarang dipikiran kalian akan terbesit dari mana
listrik AC itu berasal ?, seperti apa bentuknya ?, seberapa besar arusnya dan tegangannya ?,
dan apa kelebihannya ?, apa bedanya dengan listrik DC ?. Untuk menjawab semua pertanyaan
tersebut mari kita pelajari materi berikut ini.

A. PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK AC

Energi listrik adalah sebuah asset yang sangat berharga dan dibutuhkan oleh semua
orang pembangkitan dan penggunaan energi listrik menjadi ilmu penting untuk dipelajari.
Pembangkitan listrik ada disebuah bendungan yang jauh iutara dapat disalurkan kesebuah
desa terpencil disebelah selatan dengan mentranfer energi listrik dalam bentuk AC. Sesampai
di desa itu energy listrik AC dirubah menjadi cahaya melalui media lampu, menjadi sumber
informasi melalui media TV dan radio, serta dapat digunakan untuk menjalankan alat-alat

Dasar Listrik dan 20


pertanian seperti alat perontok jagung, pencacah kelapa dan memompa air untuk perikanan.
Mari kita pelajari sistem kelistrikan AC dimulai dari pembangkitan sampai pemakaian.

Gambar 8.2. Proses distribusi listrik


(https://www.warriornux.com/pembagian-sistem-penyaluran-tenaga-listrik/ )

Pembangkitan tenaga listrik arus bolak-balik adalah yang paling banyak digunakan
dalam proses pembangkitan energy listrik, prinsip ini dilakukan dengan cara memutar
generator sinkron sehingga didapatkan tenaga listrik arus bolak-balik. Teanaga untuk
menggerakan generator banyak didapat dari Air, batubara, udara, panas bumi, uap, cahaya
matahari dan minyak bumi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bagian berikut ini.
1. Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik
Untuk membangkitkan listrik AC memiliki berbagai cara dan metode pada umumnya
metode dan cara yang dipilh adalah yang paling sesuai dengan lingkungan dan
perhitungan teknis lainnya. Setiap pembangkitan memiliki karakteristik yang berbeda
dan untuk lebih jelasnya mari kita pelajari materi berikut ini.
a. Pusat Listrik Tenaga Thermo
Pusat pembangkit listrik tenaga thermo menggunakan bahan bakar yang berbentuk
padat, cair, dan gas. Pusat pembangkit listrik thermo terdiri dari :
1) Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU )
Pada PLTU bahan bakar yang digunakan adalah batu bara,minyak, atau gas
sebagai sumber energy primer. Setelah itu bahan bakar tersebut diggunakan untuk
memanaskan ketel uap dan uap yang dihasilkan digunakan untuk memutar
generator.

Dasar Listrik dan 20


Gambar 8.3 Prinsip Kerja PLTU
(https://neuhauslabs.com/jenis-pembangkit-listrik/ )
2) Pusat Listrik Tenaga Gas ( PLTG )
Pada PLTG energy primer yang digunakan adalah Gas atau Minyak Bumi. Untuk
memutar generator pembangkit listrik menggunakan tenaga penggerak turbin gas
atau motor gas. Untuk memutar turbin gas atau motor gas menggunakan tenaga
gas. Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.

Gambar 8.4 Prinsip Kerja PLTG


(https://neuhauslabs.com/jenis-pembangkit-listrik/ )

Dasar Listrik dan 20


3) Pusat Listrik Tenaga Disel ( PLTD )
Pada PLTD energy primer dari minyak atau gas untuk memutar generator
pembangkit listrik menggunakan tenaga pemutar yang berasal dari putaran disel.

Gambar 8.5 Prinsip Kerja PLTD


(https://neuhauslabs.com/jenis-pembangkit-listrik/ )

4) Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap ( PLTGU )


Pada PLTGU adalah kombinsi dari PLTG dengan PLTU. Gas buang dari PLTG
dimanfaatkan untuk menghasilkan uap oleh ketel uap dan menghasilkan uap
senagai penggerak turbin uap. Turbin uap selanjutnya memutar generator listrik.

Gambar 8.16. Prinsip Kerja PLTGU


(https://neuhauslabs.com/jenis-pembangkit-listrik/ )

Dasar Listrik dan 20


5) Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi ( PLTP )
Pada PLTP dimana tidak menggunakan ketel uap. Uap langsung didapatkan dari
panas bumi yang disambung dengan pipa dan menggerkan generator.

Gambar 8.17. Prinsip Kerja PLTP


(https://neuhauslabs.com/jenis-pembangkit-listrik/ )

b. Pusat listrik tenaga Hydro


Pusat listrik ini menggunakan tenaga air atau sering disebut Pusat Listrik Tenaga Air
( PLTA ). Pada pusat listrik tenaga air memanfaatkan pergerakan air untuk
menggerakan turbin.

Gambar 8.18. Prinsip Kerja PLTA


(https://neuhauslabs.com/jenis-pembangkit-listrik/ )

Dasar Listrik dan 20


c. Pusat Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN )
Pada PLTN tenaga nuklir diubah menjadi tenaga listrik. PLTN merupakan PLTU
yang menggunakan uranium sebagai bahan bakar dan menjadi energy primer.

Gambar 8.19. Prinsip Kerja PLTN


(https://neuhauslabs.com/jenis-pembangkit-listrik/ )

2. Pengertian Arus AC
Arus bolak balik adalah GGL (Gaya Gerak Listrik) yang dibangkitkan oleh
kumparan berputar dalam suatu medan mangnet yang serupa dengan yang tampak pada
gambar berikut ini.

Gambar 8.20 Prinsip pembangkitan arus Bolak Balik ( AC )


(Sadiku Alexsander, 20010.Fundamental of Electric Circuits)
Bentuk gelombang diatas disebut tegangan arus bolak-balik karena terdapat
pembalikan polaritas ( yaitu tegangan berubah tanda ) dan tegangan arus bolak-balik
tidak harus benar-benar sinusoidal. Jika kumparan berputar dengan frekuensi f putaran

Dasar Listrik dan 20


Per detik, maka GGL memiliki frekuensi f dalam hertz( putaran per detik ). Dan akan
menimbulkan tegangan sesaat yang memiliki bentuk

𝑣 = 𝑣0 sin 𝜔𝑡 = 𝑣0 sin 2𝜋𝑓𝑡


Dimana
𝑣0 = adalah amplitude ( atau nilai maksimum ) satuan volt
𝜔 = adalah kecepatan sudut dalam rad/detik dan memiliki nilai yang sama dengan 2𝜋𝑓.
𝑓 = adalah symbol dari frekuensi yang berkaitan dengan periode T dan memliki
persamaan sebagai berikut.
1
𝑇=
𝑓
Periode (T) adalah waktu yang diperlukan oleh arus dan tegangan untuk
membentuk satu bagian positif dan satu bagian negatif dari siklusnya. Dengan kata lain
periode adalah waktu untuk menimbulkan satu gelombang penuh.

Gambar 8.21 Bentuk Gelombang dalam periode


((https://trafoinstrumen.wordpress.com/2015/04/08/mengenal-gelombang-sinusoida/ ))
Suatu arus bolak-balik yang dihasilkan oleh sebuah generator akan menghasilkan
sebuah grafik atau gelombang berbentuk sinusoida yang memiliki polaritas positif dan
polaritas negative seperti berikut ini dan alat yang digunakan untuk melihat grafik
tersebut bernama osciloskope.

Dasar Listrik dan 20


Gambar 8.22 Bentuk arus bolak-balik 1 fasa Gambar 8.23 Bentuk arus bolak-balik 1 fasa
(https://trafoinstrumen.wordpress.com/2015/04/08/menge pada CRO ( Dokumen Pribadi )
nal-gelombang-sinusoida/ )

Gambar 8.24. Osciloscope ( CRO )


( Dokumen Pribadi )
Yang penting dan perlu diperhatikan bahwa ketika alat ukur menunjukan suatu nilai
dari sebuah rangkaian AC itu adalah nilai efektif atau Root Mean Square (rms ) dari arus
dan tegangan. Nilai nilai ini akan selalu positif dan berkaitan dengan amplitudo dari nilai-
nilai sinusoida sesaatnya melalui.
FYI
𝑣0
𝑉= = = 0,707 𝑣0 Didalam banyak buku dan sudah menjadi kebiasaan untu
𝑉𝑟𝑚𝑠 √2

𝑖0
𝐼 = 𝐼𝑟𝑚𝑠 = = 0,707 𝑖0
√2

𝑉 = Tegangan Maksimum ( Volt ) 𝐼 = Arus maksimum ( Ampere )

Dasar Listrik dan 20


Apabila ditinjau dari susunan atomnya, atom tembaga (Cu) memiliki 29 elektron.
Sebanyak 28 elektron menempati orbit-orbit bagian dalam dan terikat kuat oleh inti atom.
Satu buah elektron lagi yaitu elektron yang ke-29 berada di orbit paling luar sebagai
elektron valensi. Oleh karena hanya ada satu elektron dan jaraknya jauh dari inti,
ikatannya tidaklah terlalu kuat. Dengan energi yang sedikit saja elektron terluar ini mudah
terlepas dari ikatannya.

Praktikum
Mengidentifikasi Bentuk Gelombang AC
Tujuan
Mengukur besaran tegangan AC dengan CRO.
Alat dan Bahan
CRO
Kabel penghubung
Volt meter
Alat dan/atau bahan di sekitar
Petunjuk Praktik
Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3!
Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik!
Kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi!
Langkah Percobaan
Rangkailah seperti gambar berikut ini ( Power supply pada posisi Nol )!

(Dokumentasi Pribadi )

Periksa rangkaian dan mintalah persetujuan guru sebelum menghubungkan ke sumber!


Atur besar tegangan output sehingga voltmeter menunjuk besar tegangan seperti

Dasar Listrik dan 21


tertera pada tabel!
Ukurlah dengan CRO seperti langkah berikut :
a) Tekan tombol GND pada channel yang digunakan
b) Tepatkan garis horisontal yang muncul pada garis tertentu, garis digunakan
untuk menentukan titik awalnya
c) Lepas/tekan kembali saklar GND, maka garis pada layar akan berpindah,
perpindahan ini menunjukkan besarnya tegangan yang sedang diukur
d) Masukkan hasilnya dan gambarlah betuk gelombang nya !

B. HUKUM-HUKUM PADA RANGKAIAN LISTRIK ARUS AC

Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan muatan
listrik. Isolator juga disebut dengan penyekat, karena bertujuan untuk memisahkan bagian-
bagian yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan untuk alasan keamanan. Dalam
bahan isolator, valensi elektronnya terikat kuat pada atom-atomnya. Sehingga untuk bahan
penyekat ini perlu diperhatikan mengenai sifat-sifat dari bahan tersebut, sepeti: sifat listrik,
sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia, dan lain-lain.
1. Hukum Ohm pada rangkaian AC
Jika sebuah penghantar/hambatan/resistansi dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua
ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensial ( Tegangan ). Atau huku Ohm
menyatakan bahwa tegangan yang melintasi berbagai jenis bahan penghantar adalah
berbanding lurus dengan arus yang mengalir melalui bahan tersebut. Secara matematis :

V = I. R
Gambar 8.25. Beda potensial pada resistor
Ramdhani, Mohammad. 2008. Rangkaian Listrik. Jakarta :
Erlangga

2. Hukum Kirchof Tentang Arus / Kirchof Current Law ( KCL )


Jumlah arus yang memasuki suatu percabangan/node/simpul sama dengan arus yang
meninggalkan percabangan/node/simpul. Dengan kata lain, jumlah aljabar semua arus
yang memasuki sebuah percabangan/node/simpul sama dengan nol.
Secara matematis
∑ Arus pada satu titik percabangan = 0

Dasar Listrik dan 21


∑ Arus yang masuk percabangan = ∑ Arus yang keluar percabangan
Dapat diilustrasikan bahwa arus yang mengalir sama dengan aliran sungai, dimana saat
menemui percabangan, aliran sungai tersebut akan terbagi sesuai hambatan
dipercabangan tersebut. Artinya bahwa aliran sungai akan terbagi sesuai dengan jumlah
percabangan yang ada, di mana tentunya jumlah debit air yang masuk akan sama
dengan jumlah debit air yang keluar.
∑𝑖 = 0
𝑖2 + 𝑖4 − 𝑖1 − 𝑖3 = 0
∑ Arus yang masuk = ∑ Arus
yang keluar
𝑖2 + 𝑖4 = 𝑖1 + 𝑖3
Gambar 8.26. Arus pada percabangan
Ramdhani, Mohammad. 2008. Rangkaian
Listrik. Jakarta : Erlangga

3. Impedansi
Misalnya suatu arus sinusoida dengan frekuensi f dengan nilai rms I mengalir
pada sebuah resistor murni R, atau sebuah inductor murni L, atau sebuah kapasitor
murni C. Maka sebuah voltmeter arus bolak-balik yang ditempatkan pada elemen yang
ditanyakan akan membaca tegangan rms V sebagai berikut
Rumus
Jenis Beban Keterangan Gambar rangkaian
Vrms
V = Tegangan ( Volt)
I = Arus ( Ampere )
Resistor Murni V = I. R
R = Resistor ( Ohm )

V = Tegangan ( Volt )
I = Arus ( Ampere )
Induktor Murni V = I. XL XL =Reaktan induktif ( Ohm )
𝑋𝐿 = 2 𝜋𝑓𝐿

Dasar Listrik dan 21


V = Tegangan ( Volt )
I = Arus ( Ampere )
Kapasitor murni V = I. XC XC =Reaktan Kapasitif ( Ohm )
1
𝑋 = 𝜋𝑓𝑐
𝐶 2

( Sadiku Alexsander, 20010.Fundamental of Electric Circuits )


Dari keterangan di atas maka dapat dikembangan dengan gambar rangkaian seri
yang terdiri dari beban resistif, induktif, kapasitif. Maka beban totalnya dapat
digambarkan sebagai berikut

𝑍 = √𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶)2


𝑍 = Impedansi ( Ohm )
R = Reaktansi ( Ohm )
𝑋𝐿 =Reaktans Induktif ( Ohm )
𝑋𝐶 = Reaktans Kapasitif ( Ohm ) Gambar 8.27. Rangkaian Seri RLC
Ramdhani, Mohammad. 2008.
Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga
Sehingga jika beban tersebut dialiri tegangan yaitu V maka hukum Ohm yang
berlaku adalah :
V=I𝒁
Untuk menentukan sudut fase Ø antara V dan I ditentukan oleh :

tan Ø =𝑿𝑳−𝑿𝑪
𝑹 atau bisa juga dengan rumus cos Ø = 𝑹
𝒁

4. Resonansi
a. Resonansi Seri
Resonansi terjadi pada rangkaian R-L-C seri jika 𝑋𝐿 = 𝑋𝐶 . Pada kondisi ini 𝑍 = 𝑅
minimum. Sehingga I maksimum untuk nilai V yang diketahui. Dengan
menyertakan 𝑋𝐿 𝑑𝑎𝑛 𝑋𝐶 , untuk frekuensi resonansi ( alami ) dari rangkaian dapat
diperoleh :
1
𝑓0 =
2𝜋 √𝐿𝐶

Dasar Listrik dan 21


b. Resonansi Paralel
Pada prinsipnya sama dengan resonansi seri yaitu menghilangkan komponen
imajiner/reaktansi, saling meniadakan. Pada saat resonansi impedansi 𝒁 maksimum,
sehingga arusnya minimum. Secara matematis dapat dituliskan :
1 1
𝑓0 =
2𝜋 √𝐿𝐶
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan untuk menghitung nilai resonansi
pada rangkaian seri maupun parallel memiliki cara yang sama.

5. Contoh Soal dan Pembahasan


Pada bagian ini akan diberikan contoh soal dan langkah-langkah pengerjaan sesuai
materi yang telah dipaparkan.
a. Tegangan arus bolak-balik sinusoidal, dengan frekuensi 60 Hz, terbaca 120 V pada
Voltmeter. 1 ). Berapakah nilai tegangan maksimum yang dibutuhkan dalam satu
siklus, 2). Aapakah persamaan untuk tegangan tersebut ?
Jawab :
1) 𝒗𝟎 = √2(120𝑉) = 170 𝑉
2) 𝒗 = 𝒗𝟎 𝑠𝑖𝑛 2𝜋𝑓𝑡 = (170V) sin 120 𝜋𝑡
b. Tegangan v = 60 V sin 120 πt diberikan pada suatu resistor 20 Ω. Berapakah
pembacaan Ampermeter yang dipasang seri pada rangkaian tersebut ?
Jawab :
𝑉 = 0,707 (60𝑉) = 42,4 𝑉
𝑉 42,4
𝐼= = = 2,12 𝐴
𝑅 20

c. Sebuah sumber tegangan arus bolak-balik 120 V dihubungkan dengan kapasitor


2,0µF. Tentukan arus ke kapasitor jika frekuensi sumber tersebut. 1.) 60 Hz, 2.) 60
KHz
Jawab :
1 1
1) 𝑋 = 𝜋𝑓𝑐 =
= 1,33𝐾Ω
𝐶 2 2 𝜋 ( 60 𝑑𝑒𝑡−1)( 2,0𝑥10−6𝐹)
𝑉
𝐼=
𝑋𝐶 =
120 = 0,090 𝐴
1330

2) Jika 𝑋𝐶 = 1,33 Ω ,maka I = 90 A.

Dasar Listrik dan 21


d. Sebuah sumber tegangan arus bolak balik 120V dihubungkan dengan inductor
murni 0,700H. tentukan arus yang melewati inductor tersebut jika frekuensi
sumbernya adalah 1.) 60 Hz, 2.) 60 KHz
Jawab :
1) 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 2𝜋 (60 𝑑𝑒𝑡−1)( 0,700𝐻) = 264 Ω
𝑉
𝐼= 120
𝑋𝐿 = = 0,455 𝐴
264

2) Jika 𝑋𝐿 = 264𝑥 103Ω, maka I = 0,455x 10−3A. perhatikan bahwa impedants


pada suatu inductor berbanding lurus dengan frekuensi

e. Sebuah kumparan dengan induktansi 0,14H dan hambatan 12 Ω dihubungkan


dengan rangkaian 110V, 25 Hz. Hitunglah 1.) Impedansi rangkaian tersebut 2.)
Arus yang mengalir pada rangkaian.?
Jawab :
1) 𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 2𝜋( 25 ) (0,14 ) = 22 Ω

𝑍 = √𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶)2 = √122 + (22 − 0)2 = 25,1 Ω


𝑉 110
2) 𝐼 = = = 4,4 𝐴
𝑍 25,1

f. Hitunglah frekuensi resonansi dari sebuah rangkaian dengan hambatan yang


diabaikan yang mengandung induktans 40mH dan Kapasitans 600 pF.
Jawab :
𝑓0
= 2𝜋 √𝐿𝐶 =2𝜋 √(40𝑥10−3𝐻) (600𝑥10−12𝐹) = 32,5 KHz
1 1

C. PERBEDAAN ARUS AC DENGAN ARUS DC

Pada umumnya banyak sekali yang masih bingung dengan perbedaan antara listrik AC
dengan listrik DC. Padahal dua hal ini sangatlah berbeda dan meiliki karakteristik yang
berbeda pula. Untuk memahami hal tersebut mari kita pelajari materi berikut ini
Jika melihat secara penamaan maka arus DC memiliki kepanjangan Direct Current
dimana memiliki aliran arus hanya pada satu arah saja. Sedangkan AC memiliki
kepanjangan Alternating Current yang memiliki perbedaan aliran aru secara periodic
(berubah-ubah).
Sebagian besar alat elektronik menggunakan listrik DC seperti Hanphone ataupun
Laptop sedangkan listrik yang disedikan oleh PLN adalah listrik AC, oleh sebab itu
disetiap benda elektronik seperti Hanphone selalu memliki alat yang merubah arus AC

Dasar Listrik dan 21


menjadi DC biasanya menjadi satu dengan Charger. Selanjutnya kita akan belajar
perbedaan AC dan DC melalui tiga hal yaitu :
1. Sejarah terciptanya listrik AC dan DC
Sejarah listrik AC dan DC sangatlah menarik untuk dicermati dan persaingan dua
tokoh besar yaitu Thomas Alva Edison dan Nicolas Tesla menjadi pemain utama. Di
ajhir taun 1880 M,di eropa dan amerika memiliki perbedaan listrik yang digunakan.
Pada tahun 1886 , Ganz Works, sebuah perusahaan listrik yang terletak di
Budapest, berhasil mengaliri listrik kota Roma. Dilain sisi Thomas Edison berhasil
membuat 121 terminal DC di Amerika Serikat pada tahun 1887. Titik balik perseteruan
antara penggunaan listrik AC dan DC adalah saat George Westinghouse, seorang
pengusaha kaya dari Pittburg, membeli hak paten Motor listrik AC yang diciptkan oleh
Nikola Tesla.
Pada tahun 1800M listrik DC sangat susah untuk diubah menjadi bertegangan
tinggi. Oleh sebab itu Edison membuat rancangan sebuah sistem kelistrikan untuk daerah
yang lebih kecil yang mampu untuk menerangi sebuah rumah atau sebuah kota kecil saja.
Energi DC yang didistribusikan menggunakan 3 kabel +110V, 0V, -110V. Kelemahan
terbesar dari listrik DC adalah tidak dapat didisreibusikan untuk jaraj yang jauh jika tetap
dipaksakan maka akan terjadi penurunan energy dalam perjalanan.
Dilain sisi dengan Paten Nicolas Tesla, Westinghouse berhasil membuat sistem
distribusi listrik AC dengan sempurna. Dengan measang Transfomer yang tergolong
murah dia berhasil menaikan listrik AC menjadi ribuan Volt dan dapat menurunkannya
menjadi semula. Berlawanan dengan lsitrik DC yang akan berkurang saat didistribusikan
pada jarak jauh, listrik AC dengan cara menaikan menjadi tegangan tinggi hanya
mengalami kehilangan energi yang kecil. Dengan demikian listrik AC dapat disalurkan
menuju tempat-tempat yang jauh dan dapat menjangkau berbagai tempat.
Dilain sisi lima tahun berikutnya Edison melakukan sebuah kampanye fitnah
dimana dia mengatakan bahwa listrik AC memiliki dampak bahaya yang lebih tinggi
dibandingkan DC dengan cara menyetrum beberapa binatang dengan listrik AC.
Dengan kampanye fitnah tersebut tidak membuat listrik AC menurun, malah
semakin berkembang di tahu 1891, dalam sebauh Electro-Technical Exhibition yang
digelar di Frankfurt, Jerman yang menampilkan buah transmisi tenaga listrik 3 fasa yang
dapat menghidupkan lampu dan motor listrik dengan hasil tersebut mebuat perusahaan
listrik General Electrik tertarik untuk ber investasi pada listrik AC dan menjadikannya

Dasar Listrik dan 21


semakin popular dan sampaik sekarang hampir semua Negara menggunakan listrik AC
dalam pembangkitan, transmisi, dan distribusi sampai ke rumah pengguna.

Gambar 8.28. Gambar 8.29. Nicolas Gambar 8.30. George


Thomas Alva Tesla Westinghouse
Edison
Sadiku Alexsander, 20010.Fundamental of Electric Circuits

2. Perbedaan bagaimana pembangkitan listrik AC dan DC


a. Pembangkitan AC
AC dan dibangkitkan menggunakan alat yang disebut Alternator. Alat ini memang
didesain untuk menghasilkan listrik AC ( Dapat dibaca lagi pada materi
sebelumnya ) karakter gelombang AC adalah terjadi polaritas dimana terdiri dari
titik tertinggi dan titi terendah.

Gambar 8.31. Gelombang Gambar 8.32. Gelombang Gambar 8.33. Gelombang AC


AC Sinusoida AC Kotak bentuk gergaji ( Segitiga)
Ramdhani, Mohammad. 2008. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga
b. Pembangkitan DC
Pada dasarnya mempelajari listrik DC lebih mudah dibandingkan AC secara
umum produksi Dc ada beberapa cara seperti berikut ini
1) Pada sebuah Generator AC dapat dilengkapi dengan sebuah alat yang disebut
Commutator alat ini yang akan memproduksi listrik DC.

Dasar Listrik dan 21


Gambar 8.34. Generator Arus Searah
(http://www.biomagz.com/2016/03/generator-generator-arus-bolak-balik.html )

2) Menggunakan Penyearah atau biasa disebut Rectifier yang dapat merubah


gelombang AC menjadi DC biasanya dipakai pada charger HP, Laptop.
Setengah Gelombang
Rangkaian Penyearah
Input Output

( Dokumen Pribadi ) ( Dokumen Pribadi )


(https://kibogowonto.wordpress.com/2010/10/14/di
oda-sebagai-penyearah-rectifier-dioda/ )

Gelombang Penuh
Rangkaian Penyearah
Input Output

(https://kibogowonto.wordpress.com/2010/10/14/di ( Dokumen Pribadi ) ( Dokumen Pribadi )


oda-sebagai-penyearah-rectifier-dioda/ )

Dasar Listrik dan 21


3) Pada battery dengan cara memproduksi listrik DC dengan reaksi kimia

Gambar 8.35. Reaksi Kimia Pada Baterai


(https://www.slideshare.net/hamidkembut/reaksi-kimia-baterai)
3. Hal-hal lain yang membedakan listrik AC dengan DC dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Arus Bolak-Balik ( AC ) Arus Searah ( DC )
Jumlah energy yang Aman untuk mentransfer Tegangan DC tidak dapat
dapat disalurkan pada jarak yang panjang dan melakukan perjalanan yang
lebih sedikit mengalai rugi sangat jauh karena akan
tegangan mengalami kehilangan
energy yang besar
Arah aliran electron Perputaran magnet Magnet stabil sepanjang
sepanjang kawat kawat
Frekuensi Frekuensi bisa 50 Hz atau Frekuensi Nol
60 Hz
Arah Tegangan Berbalik arah ketika Mengalir dalam satu arah
mengalir dalam rangkaian rangkaian
Arus Besarna arus bervariasi Besarnya arus tetap terhadap
terhadap waktu waktu
Pembangkitan Generator arus bolak balik Sel atau batere
Faktor Daya Antara 0 sd 1 Selalu 1
Jenis Gelombang Sinusoidal, Trapesium, Murni atau pulse
segitiga

Dasar Listrik dan 21


Cakrawala

PENEMU FREKUENSI DAN PHASOR


Heinrich Rudoft Herzt ( 1857 – 1894 ) seorang warga
jerman yang menekuni ilmu fisika terapan, yang
pertamakali mendemonstrasikan bahwa gelombang
elektromagnetik memiliki kemiripan dengan hukum dasar
cahaya. Hasil penelitiannya dapat dibuktikan oleh James
Maxwell bahwa bentuk gelombang elektromagnetik benar
adanya.
Herz lahir dari keluarga kaya di daerah Hamburg, Jerman.
Dia belajar di University of Berlin dan mendapatkan gelar
Doktor dengan bimbingan seorang ahli fisika yang
tersohor yaitu Herman Von Helmholtz. Dan dia menjadi
seorang Profesor di Karlsruhe, dimana dia memulai
penelitianya tentang gelombang elektromagnetik. Dia
berhasil mendeteksi dan menhasilkan sebuah bentuk
gelombang elektromangnetik. Herzt meninggal pada usia
yang sangat muda yaitu 37 taun. Penelitianya tentang
gelombang elektromangnetik banyak diterapkan di radio,
televise, dan alat komunikasi lainnya. Dan namanya
dijadikan satuan dari frekuensi (Hz) sebagai bentuk
penghargaan atas jasa-jasanya.

Charles Proteus Steinmentz ( 1865-1923 ), seorang


warga Jerman-Austria yang menekuni ilmu matematika
dan keteknikan, yang memperkenalkan teori phasor pada
dunia. Dia lahir di Brelau, Jerman. Dia kehilangan ibunya
(Meninggal ) saat usinya masih 1 taun. Semasa muda dia
diusir dari jerman karena sikap politiknya. Setelah itu dia
bermigrasi ke Switzerland dan setelahnya ke amerika
serikat, di amerika dia bekerja disebuah perusahan milik
Thomas Alfa Edison yaitu General Elektrik pada tahun

Dasar Listrik dan 22


1893. Pada tahun yg sama dia memplubikasikan sebuah
jurnal dimana dilamnya terdapat perhitungan yang
kompleks untuk menganalisa rangkaian listrik AC. Dan
pada taun 1901 dia menjadi presiden dari American
Institute Of Electrical Engineering , yang selanjutnya
kita kenal sebagai IEEE.
Sumber: Fundamental of Electrical Enggineering/ Alexsander

Jelajah Internet
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai perbedaan listrik AC dan DC serta materi pendukung lain

Tugas Mandiri
Listrik AC maupun DC sangat sering dan selalu kita gunakan. Bersama kelompok Anda, coba carilah inform

Rangkuman
Pembangkitan listrik AC adalah GGL (Gaya Gerak Listrik) yang dibangkitkan oleh kumparan berputar
Gelombang arus dan tegangan AC berbentuk sinusoida
Gelombang arus dan tegangan DC selalu positif
Setiap beban memiliki sifat resiftif ( Kapasitif, Induktif )
Resonansi adalah kondisi dimana nilai Rc sama dengan nilai RL

Dasar Listrik dan 22


Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan prinsip dasar pembangkitan listrik AC !
Sebuah kumparan memiliki hambatan 20 Ω dan induktansi 0,35 H. hitunglah reaktans dan impedansinya u
Sebuah rangkaian memiliki hambatan, induktif, kapasitif dalam rangkaian seri dihubungkan dengan sumb
Seorang penguji memiliki kumparan dengan induktansi 3 mH dan berkeinginan membuat suatu rangkaian
Jelaskan perbedaan karakteristik listrik AC dan DC !

Refleksi
Setelah mempelajari bab kedelapan ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang listrik AC maupun DC dim

Dasar Listrik dan 22


BAB IX ELEKTRONIKA DAYA

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang elektronika daya, peserta didik mampu memahami prinsip konversi day

PETA KONSEP

Kata kunci : Diode – Penyearah –Konverter –AC Regulator-Chopper-Transistor –Mosfet–


Gelombang Sinusoida

Dasar Listrik dan 22


PENDAHULUAN

Ketika anda sampai disini selamat anda telah mencapai tahap yang lebih tinggi dari
materi-materi sebelumnya, jika anda belum membaca materi sebelumnya disarankan untuk
membacanya terlebih dahulu. Pada materi listrik AC kita sudah mempelajari karakteristik dan
nilai-nilai yang berlaku serta perbedaanya dengan listrik DC. Pada bab ini akan dibahas
penerapan listrik AC dalam berbagai macam rangkaian elektronika yang sering kita temui
sehari-hari.

Charger HP Pendingin Ruangan Pengendali Cahaya Lampu


(https://id.priceprice.com/a
(https://www.panasonic.com/id/consu (https://indonesian.alibaba.com
ksesoris-hp/?sub-
mer/home-appliances/air- /product-detail/best-selling-
category=charger-hp-7)
conditioners.html) portable-led-table-lamp-
dimmer-desk-lamp-with-usb-
night-light-60633024480.html)
Gambar 9. 1 Contoh Penerapan Elektronika Daya
Dari gambar di atas anda pasti sudah sering menggunakanya dan boleh jadi
memilikinya. Pasti dalam pikiran anda bagaimana mungkin benda-benda tersebut meiliki
fungsi yang berbeda ?darimana hal itu bisa dibuat ? rangkaian elektronik seperti apa yang ada
didalamnya ? untuk menjawab seluruh rasa ingin tau anda silahkan pelajari materi berikut ini
dengan penuh semangat.
Rangkian elektronika daya adalah rangkaian listrik yang dapat mengubah, mengatur dan
memotong gelombang tertentu dengan menggunakan piranti semikonduktor daya. Semi
konduktor daya memiliki peran yang penting dalam rangkaian elektronika daya.
Semikonduktor tersebut dapat difungsikan dalam pensakelaran, pengubah, dan pengatur
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Penggunaan semikonduktor yang dioperasikan sebagai
sakelar dalam suatu rangkaian elektronika memiliki keuntungan dapat menaikan efisiensi dan

Dasar Listrik dan 22


performance rangkaian karena rugi daya yang terjadi relative kecil. Seperti karakteristik
sakelar pada umumnya, karakteristik semikonduktor daya yang dioperasiakn sebagai sakelar
memiliki dua keadaan ON dan OFF .
Aplikasi rangkian elektonika daya biasanya digunakan pada peralatan konveksi daya
listrik yang besar: seperti : transmisi daya listrik, pengaturan kecepatan motor listrik, dan
peralatan listrik rumah tangga seperti kulkas, dan chaerger laptop. Untuk lebih jelasnya mari
kita pelajari bersama materi ini.
A. KOMPONEN ELEKTRONIKA DAYA

1. Diode
Diode merupakan komponen elektronika daya yang memiliki dua terminal, yaitu :
Anoda ( A ) dan Katoda ( K ). Sebuah diode dalam sistem elektronika daya akan
difungsikan sebagai saklar.

(https://binaryupdates.com/what-are-
different-types-of-diode/)
Simbol Diode Bentuk nyata

Karakteristik Diode Karakteristik Ideal diode sebagai


sakelar Gambar 9.2 Dioda Untuk Penyearah
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Dasar Listrik dan 22


Jika diode dalam kodisi ideal, ketika diode dalam kondisi ON memiliki karakteristik
tegangan pada diode sama dengan Nol ( 0 ) dan arus yang menglir pada periode sama
dengan arus bebannya. Sebaliknya, diode dalam kondisi OFF memiliki karakteristik
tegangan pada diode sama dengan tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama
dengan Nol ( 0 ). Dalam kondisi diode ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi
kerugian daya pada diode.
2. Thyristor
Semikonduktor daya yang termasuk dalam keluarga thyristor ini, anatar lain :
a. SCR ( Silicon-Controlled Retifier )
SCR memiliki tiga terminal, yaitu Anoda, Katoda, dan Gate. SCR dapat digunakan
dengan sumber masukan dalam bentuk tegangan Bolak Balik ( AC ) maupun
tegangan searah ( DC ). SCR dalam rangkaian elektronika daya dioperasikan sebagai
sakelar. Sakelar hanya memiliki dua kondisi yaitu On dan Off atau dalam rangkaian
biasa disebut ‘tertutup’ atau terbuka.

Gambar 9.3 SCR


( http://romlielektro.blogspot.com/2016/03/scr.html )
Sesuai dengan uraian di atas SCR dapat dioperasikan dengan listrik AC maupun DC
mari kita pelajari karakteristiknya :
Listrik Tegangan Searah DC
1) SCR akan konduksi (ON) jika potensial pada anoda lebih positif daripada
potensil pada katoda dan pada termninal gate dialirkan arus pulsa positif.
2) Kondisi ON pada SCR ditentukan oleh besar arus puls positif pada gate dan SCR
akan tetap ON meski arus pulsa pada gate diputus.

Dasar Listrik dan 22


3) Untuk mengkondisikan SCR menjadi OFF dengan cara membuat potensial pada
anoda sama dengan katoda
4) Proses pengaliran arus listrik pada terminal gate ini disebut penyulutan/peicu (
triggering ), sedangkan proses pemutusan (OFF) dari kondisi ON ini disebut
komutasi ( commutation ).
Listrik Tegangan Bolak-balik AC
1) SCR akan ON ketika tegangan bolak-balik pada polaritas positif dan akan OFF
pada polaritas negative, dengan syarat terminal gate harus selalu dialiri arus
pulsa positif.
2) SCR akan kondisi OFF jik arus pulsa pada gate diputus. Dengan kata lain gate
harus selalu terhubung dengan arus pulsa positif.
Jika SCR dalam kondisi Ideal, ketika SCR dalam kondisi ON memiliki karakteristik
tegangan pada SCR sama dengan Nol ( 0 ) dan arus yang mengalir sama dengan arus
bebannya. Sebaliknya ketika SCR pada kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan
pada SCR sama dengan tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan
nol (0). Dalam kondisi SCR ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian
daya pada SCR.
b. Gate Turn-Off (GTO) Thyristor
GTO merupakan komponen elektronika daya yang memiliki tiga terminal, yaitu :
anoda, katoda, dan gerbang ( Gate ). Semikonduktor daya ini termasuk dalam
keluarga thyristor. Dalam rangkaian elektronika daya, GTO dioperasikan sebagai
sakelar. Seperti SCR, GTO akan konduksi ( ON) jika potensial pada anoda lebih
positif daripada potensial pada katoda dan pada terminal gerbang (Gate ) dialirkan
pulsa arus positif dan akan terus ON.

Gambar 9.5 Bentuk GTO


Gambar 9.4 Simbol GTO
( https://new.abb.com/semiconductors/gate-turn-off-thyristors-
(gto)/symmetric )

Dasar Listrik dan 22


Berbeda dengan SCR untuk mengkondisikan GTO pada posisi OFF jika terminal
gerbang dan katoda diberi tegangan yang lebih negative atau dialiri pulsa arus
negative.
3. Transistor
Anda pasti sudah mempelajari karakteristik transistor dimateri sebelumnya pada
kesempatan ini akan dijelaskan kembali tentang karakteristik transistor. Transistor
memiliki tiga terminal, yaitu : Basis, emitor, dan kolektor. Dalam rangkaian elektronika
daya, transistor pada umumnya dioperasikan sebagai sakelar dengan konfigurasi emitor-
bersama. Transistor bekerja atas dasar prinsip kendali aru ( current driven ). Transistor
dengan jenis NPN akan ON jika pada terminal kolektor-emitor diberi panjar (Bias ) dan
pada basis memiliki potensial lebih positif daripada emitor dan memiliki arus basis yang
mampu mengendalikan transistor pada daerah jenuh. Sebaliknya, transistor akan OFF
jika arus basis dikurangi hingg pada kolektor tidak dapat mengalirkan arus listrik.

Gambar 9.6 Simbol Transistor Gambar 9.7 Bentuk Transistor


( https://www.tutorialspoint.com/basic_electronics/basic_electronics_transistors.htm)

Jika transistor dalam kondisi ideal, ketika transistor dalam kondisi ON memiliki
karakteristik tegangan pada terminal emitor dan kolektor ( 𝑉𝐶𝐸 ) sama dengan nol dan
arus yang mengalir sama dengan arus bebannya. Sebaliknya, ketika transistor dalam
kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada transistor sama dengan tegangan
sumbernya ( 𝑉𝐶𝐶 ) dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi transistor
ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada transistor sebagai
sakelar.

Dasar Listrik dan 22


4. Mosfet
MOSFET merupakan komponen semikonduktor daya yang memiliki tiga terminal, yaitu
: Gerbang, sumber ( source ), dan pengalir ( drain ). MOSFET bekerja atas prinsip
kendali tegangan ( Voltage- driven ). Rangkaian pengaturan ON dan OFF dengan piranti
MOSFET lebih mudah dibandingakan dengan pritanti transistor. Jika pada terminal
gerbang-sumber dicatu tegangan yang cukup besar maka piranti akan ON, sehingga
menghasilkan tegangan yang kecil antara terminal pengalir-sumber. Dalam kondisi ON,
perubahan tegangan pada terminal pengalir-sumber sebanding lurus dengan arus pada
terminal pengalirnya. Jadi, terminal pengalir-sumber memiliki resistansi sangat kecil
pada saat kondisi ON.

Gambar 9.8 Simbol Mosfet Gambar 9.9 Bentuk Mosfet


( https://abisabrina.wordpress.com/2010/07/15/komponen-dasar-elektronika-fet/ )
Untuk karakteristik kerja MOSFET dalam kondisi ideal :
a. MOSFET dalam kondisi ON memiliki karakteristik tegangan pada terminal pengalir
dan sumber ( 𝑉𝐷𝑆) sama dengan Nol (0) dan arus yang mengalir sama dengan arus
bebannya.
b. MOSFET dalam kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada MOSFET sama
dengan tegangan sumbernya (𝑉𝐷𝐷) dan arus yang mengalir sama dengan Nol ( 0).
c. Dalam kondisi MOSFET ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian
daya pada MOSFET sebagai sakelar.
5. Insulated Gate Bipolar Transistor ( IGBT )
IGBT merupakan komponen eletronika daya yang memiliki karakteristik gabungan
MOSFET, transistor, dan GTO. Seperti MOSFET, IGBT memiliki impedansi gerbang
yang tinggi sehingga hanya memerlukan arus yang kecil untuk mengaktifkannya. Serupa
dengan transistor, IGBT memiliki tegangan kondisi ON yang kecil meskipun komponen
ini mempunyai rating tegangan yang besar dan mampu memblok tegangan negative
seperti GTO.

Dasar Listrik dan 22


Gambar 9.10 Simbol IGBT Gambar 9.11 Bentuk IGBT
(http://vertassets.blob.core.windows.net/image/df49af5a/df49af5a-b805-4729-afab-
a0df00bc2638/richardson_image.jpg )
Seperti halnya semikonduktor daya di muka, IGBT dalam kondisi ON dan OFF tidak
terjadi kerugian daya pada IGBT sebagai sakelar.
B. KONVERSI DAYA
Pengaturan daya listrik dapat dilakukan dengan cara melakukan konversi (Perubahan dari
satu bentuk ke bentuk lainnya ) daya dengan menggunakan suatu rangkaian elektronika
dengan prinsip kerja yang memanfaatkan karakteristik pensakelaran dari piranti
semikonduktor daya seperti yang telah diuraikan di atas. Berbagai konversi daya dapat
dilakukan dengan rangkaian elektronika daya. Fungsi dasar dari konversi daya listrik
dengan piranti semikonduktor daya ditujukan pada gambar berikut ini :

Gambar 9.12 Bentuk Konversi Daya Listrik

Dasar Listrik dan 23


Dengan acuan konversi daya tersebut, rangkaian elektronika daya dapat diklarifikasikan
dalam lima jenis yaitu :
1. Penyearah tak terkendali, yaitu rangkaian yang mengubah tegangan arus bolak-balik (
AC) menjadi tegangan arus searah (DC) tetap/diatur.
2. Penyearah terkendali ( converter AC-DC), yakni suatu rangkaian yang mengubah
tegangan AC menjadi DC yang dapat dikendalikan/ diatur.
3. Pengatur tegangan arus bolak-balik (converter AC-AC ) yakni suatu rangkaian yang
dapat mengubah tegangan AC tetap menjadi tegangan AC yang dapat
dikendalikan/diatur.
4. Pemangkas arus searah ( chopper DC ), yakni suatu rangkaian yang digunakan untuk
mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan DC yang dapat
dikendalikan/diatur.
5. Inverter ( converter DC – AC ) yakni suatu rangkaian yang digunakan untuk mengubah
sumber tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan AC yang dapat
dikendalikan/diatur.
Dari penjelasan diatas akan diurakan lebih dalam dan lebih menyeluruh dalam uraiain
berikut ini :
1. Penyearah
Penyearah daya merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi untuk mengubah
tegangan sumber masukan arus bolak-balik AC dalam bentuk sinusoida menjadi
tegangan luaran dalam bentuk tegangan searah DC yang tetap. Untuk sumber tegangan
dapat berupa tegangan 1 fasa maupun 3 fasa. Sedangkan untuk bentuk peyearah dapat
berbentuk setengah gelombang atau gelombang penuh.

Gambar 9.13. Penyearah AC ke DC


( https://www.indotrading.com/product/power-supply-35a-p167560.aspx )

Dasar Listrik dan 23


a. Penyearah Setengah Gelombang Satu Fasa
Disini, diode berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan pengubahan (
converting ) dari sumber bolak-balik menjadi tegangan searah. Ditinjau dari
tegangan luaran ( 𝑉𝐿 ) yang dihasilkan, terdapat dua jenis komponen tegangan, yaitu
: tegangan searah rerata (𝑉𝑑𝑐) dan tegangan searah efektif ( root mean square-rms ),
𝑉𝐿 .

Gambar 9.14. Penyearah Setengah Gelombang Beban Resistif

Gambar 9.15. Gelombang


masukan

Gambar 9.16. Tegangan


Keluaran

Gambar 9.17. Arus


keluaran

Gambar 9.18. Tegangan


yang hilang

(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )
Pada proses penyearahan setengah gelombang dengan beban resistif akan
menghasilkan tegangan luaran (𝑉𝐿 ) sebesar tegangan setengah periode pertama (𝑉𝑚
). Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas negative, diode pada
rangkaian penyearah akan OFF karena polaritas tegangan pada anoda lebih negative
dibandingkan pada katoda. Pada proses ini menghasilkan tegangan luaran sama
dengan Nol ( 0 ). Proses ON dan OFF diode ini berlangsung secara cepat
berdasarkan frekuensi tegangan sumber masukan.

Dasar Listrik dan 23


Persamaan yang berlaku pada rangkaian diatas akan dijelaskan dalam tabel berikut
ini :
Tegangan Masukan ( Input ) = 𝑉𝑠 = 𝑉𝑚 sin 𝜔 𝑡 = 𝑉𝑚𝑎𝑥 sin 𝜔 𝑡
𝑉𝑚
Tegangan Keluaran ( Output ) = 𝑉 = = 0.318 𝑉
𝑑𝑐 𝜋 𝑚

Arus Keluaran ( Output ) = 0.318 𝑉𝑚


𝐼𝑑𝑐 = 𝑅
𝑉𝑚
Tegangan Keluaran efektif ( rms ) = 𝑉= = 0.5 𝑉
𝐿 2 𝑚

Arus keluaran efektif ( rms ) = 0.5 𝑉𝑚


𝐼𝐿 = 𝑅

Daya Keluaran Rerata = 𝑃𝑑𝑐 = 𝑉𝑑𝑐 𝐼𝑑𝑐

Daya keluaran Efektif = 𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 𝐼𝐿


𝑉𝐿𝐼𝐿
Faktor Daya = cos 𝜑 =
𝑉 𝑠𝐼𝐿

b. Penyearah Gelombang Penuh Satu Fasa


Penyearah gelombang penuh satu fasa terbagi menjadi du yaitu penyearah titik
tengah ( Center tap-CT ) dan penyearah jembatan untuk lebih jelasnya akan dibahas
pada bagian berikut ini.
1) Penyearah satu fasa CT ( Center Tap )
Penyearah dengan model CT menggunakan 2 diode sebagai peubah sinyal dan
meiliki titik tengah, perhatikanlah gambar berikut ini.

Gambar 9.20 Penyearah gelombang penuh satu fasa gelombang resistif

Dasar Listrik dan 23


(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Prinsip kerja dari rangkaian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


a) Pada sisi sekunder trafo polaritas positif terjadi pada setengah periode
pertama dan kedua, sehingga diode D1 akan ON saat setengah periode
pertama sedangkan diode D2 akan OFF.
b) Sebaliknya, pada setengah periode kedua diode D2 akan ON sedangkan diode
D1 akan OFF. Tegangan luaran searah dihasilkan ketika diode D1 dan D2 ON
yang memiliki tegangan searah ( Vdc ) dan tegangan searah ( VL )

Gambar 9.21. Sinyal


Inputan

Gambar 9.22. Tegangan


Keluaran

Gambar 9.23. Arus


keluaran

Gambar 9.24. Tegangan


pada diode satu ( D1 )

Gambar 9.25Tegangan
pada diode dua ( D2 )

(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Dasar Listrik dan 23


2) Penyerarah satu fasa jembatan
Pada rangkain ini diode yang digunakan berjumlah empat buah dan mirip seperti
jembatan untuk lebih jelasnya dapat dicermati pada gambar berikut ini :

Gambar 9.25. Penyearah satu fasa gelombang penuh model Jembatan

Gambar 9.26 Tegangan Input

Gambar 9.27 Tegangan Output

Gambar 9.28 Tegangan Diode

(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Jumlah diode pada rangkaian diatas berjumlah empat buah, yaitu : D1, D2, D3, dan
D4. Prinsip kerja rangkaian diatas adalah :
a) Pada setengah siklus pertama dengan polaritas positif diode D1 dan D2 pada
rangkaian penyearah akan ON sedangkan diode D3 dan D4 dalam kondisi
OFF.
b) Selanjutnya, pada setengah siklus kedua dengan polaritas negative, D3 dan D4
pada rangkaian penyearah akan ON sedangkan D1 dan D2 dalam kondisi
OFF.

Dasar Listrik dan 23


Sehingga tegangan keluaran searah dihasilkan ketika diode D1 dan D2 serta D3
dan D4 dalam kondisi ON yang memiliki nilai tegangan searah rerata dan efektif.
Tetapi ketika diode D1 dan D2 serta D3 dan D4 dalam kondisi OFF, nilai tegangan
pada diode D1 dan D2 sebesar –Vm. Jadi, perbedaan mencolok dari kedua jenis
penyearah ini adalah nilai tegangan pada periode ( Vd ) saat kondisi “OFF”, yaitu
: sebesar -2Vm untuk penyearah CT dan sebesar Vm untuk penyearah jembatan.

= 𝑉𝑠 = 𝑉𝑚 sin 𝜔 𝑡 = 𝑉𝑚𝑎𝑥 sin 𝜔 𝑡


Tegangan Masukan ( Input )
2 𝑉𝑚
Tegangan Keluaran ( Output ) = 𝑉 = = 0.637 𝑉
𝑑𝑐 𝜋 𝑚

Arus Keluaran ( Output ) = 𝑉𝑑𝑐


𝐼𝑑𝑐 = 𝑅

𝑉𝑚
Tegangan Keluaran efektif ( rms ) = 𝑉= = 0.707 𝑉
𝐿 𝑚
√2
𝑉𝐿
Arus keluaran efektif ( rms ) = 𝐼 =
𝐿 𝑅

Daya Keluaran Rerata = 𝑃𝑑𝑐 = 𝑉𝑑𝑐 𝐼𝑑𝑐

Daya keluaran Efektif = 𝑃𝐿 = 𝑉𝐿 𝐼𝐿


𝑃𝐿 𝑃𝐿
Faktor Daya = cos 𝜑 = =
𝑉 𝑠𝐼𝐿 𝑆

c. Penyearah Setengah Gelombang Tiga Fasa


Penyearah setengah gelombang tiga fasa memliki input berupa listrik 3 fasa untuk
lebih jelasnya coba perhatikan gambar berikut ini

Dasar Listrik dan 23


Gambar 9.29. Penyearah setengah Gelombang Tiga Fasa

Gambar 9.30.
Gelombang
inputan

Gambar 9.31.
Tegangan
Keluaran

Gambar 9.32.
Arus keluaran

Gambar 9.33.
Tegangan
Diode

(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri


Yogyakarta )
Gambar 9.29 merupakan rangkaian penyearah setengah gelombang tiga fasa
hubungan bintang dengan beban resistif ( R ), sedangkan gamabar 9.31 merupakan
bentuk gelombang hasil penyearahan, dapat dilihat bahwa perbedaan antar fasa VR ,
VY, VB masing-masing sebesar 2π/3 atau 1200 . diode pada setiap fasa akan
konduksi ( ON ) selama periode tegangan pada fasa tersebut lebih tinggi daripada
dua fasa lainnya.
Proses penyearahan dari rangkaian penyearah setengah gelombang tiga-fasa ini
dapat ditinjau dari salah satu fasa perhatikan pada gelombang keluaran pada gambar
di atas yaitu : fasa R selama periode 0 – π. Selama periode 0- π ini, diode D pada
fasa B lebih dahulu ON pada periode 0- π/6, kemudian diode D pada fasa R menjadi
ON pada periode π/6-5π/6, dilanjutkan diode D pada fasa Y menjadi ON pada
periode 5π/6- π, dan terulang kembali diode pada fasa R menjadi ON dan seterusnya.

Dasar Listrik dan 23


3 √3
= 𝑉 =𝑉 = 0.827 𝑉
Tegangan Keluaran ( Output ) 𝑑𝑐 𝑚𝜋 2 𝑚

Tegangan Keluaran efektif ( rms ) = 3 𝜋 3


𝑉𝐿 = 𝑉𝑚 √ ( + √ ) = 0.84 𝑉𝑚
2𝜋 3 4

Arus keluaran efektif ( rms ) = 𝐼𝐿 = 0,4851 𝐼𝑚


Dimana :
𝑉𝑚
𝐼 =
𝑚 𝑅

d. Penyearah Gelombang Penuh Tiga Fasa


Pada penyearah tiga fasa gelombang penuh menggunakan enam diode yang
dirangaki seperti jembatan, sedangkan untuk inputan berupa listrik 3 fasa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 9.34. Penyearah Gelombang Penuh Tiga Fasa


(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )
Untuk memudahkan penjelasan proses penyearahan, diode pada setiap fasa diberi
nomor sebagai berikut : Fasa R terdiri dari D 1 dan D4 , Fasa Y terdiri dari D 3 dan D6,
fasa B D5 dan D2. Sudut konduksi setiap diode sebesar 2π/3 sehinga urutan kerja
diode adalah 12,23,34,56,61

Dasar Listrik dan 23


Gambar 9.35.
Gelombang
Inputan

Gambar 9.36.
Gelombang
Keluaran

Gambar 9.37.
Arus Keluaran

(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Dengan bentuk gelommbang hasil penyearahan seperti ditunjukan pada gambar di


atas dapat ditentukan nilai tegangan luaran rerata ( Vdc ), tegangan efektif ( VL ), dan
arus efektif (IL ) per fasa yang mengalir sebagai berikut :

= 3√3
Tegangan Keluaran ( Output ) =𝑉 = 1,654 𝑉
𝑉
𝑑𝑐 𝑚 𝜋 𝑚

Tegangan Keluaran efektif ( rms ) = 𝑉 =


𝑉 √3 + (9√3
𝐿 𝑚 2 ) = 1,655 𝑉𝑚
4𝜋

Arus keluaran efektif ( rms ) = 𝐼𝐿 = 0,781 𝐼𝑚


Dimana :
𝐼𝑚 𝑉𝑚
= 1,73
𝑅

Dasar Listrik dan 23


2. Pemicu
SCR adalah komponen yang dapat dioperasikan serbaguna, baik sebagai switching,
controlling, maupun converting. Hal ini berarti, SCR bisa digunakan untuk pengaturan
sumber AC menjadi DC atau sebaliknya.SCR dioperasikan sebagai switching, dengan
cara memberi signal arus pada gate.

Gambar 9.38. Rangkaian Pemicu


(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )
Gambar diatas merupakan rangkaian pemicu dasar yang digunakan untuk menyulut
signal arus pada terminal gate pada SCR, dengan cara meng ON kan sakelar manual (
SW ). Sedangkan cara untuk menentukan rangkaian pemicu yang tepat perlu
memperhatikan karakteristik dari Vg –Ig dari SCR seperti ditunjukan pada gambar
berikut ini.

Gambar 9.39. Daerah Pemicuan


(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Dasar Listrik dan 24


Besaran yang perlu dipertimbangkan adalah tegangan rating, arus rating, dan daya
maksimum dari SCR, kemudian ditentukan titik kerja picuan yang diharapkan. Pada
gambar di atas titik A menunjukan titik pemicuan minimum SCR dan titik P
menunjukan titik pemicuan maksimum.
Rangkaian pemicu ditinjau dari proses pembentukan tegangan pemicu yang dihasilkan
dapat dapat dilakukan melalui beberapa proses, antara lain : proses sifat komponen pasif
(resistor, kapasitor), proses elektromangnetis ( dengan trafo pulsa ), proses modulasi
lebar pulsa dan proses optokopler ( penghubung dengan cahaya optik ).
3. Rangkaian Komutasi
Ditinjau dari sumber masukannya, terdapat dua rangkaian komunikasi, yaitu : Komutasi
alami ( narutal communitation ). Jika SCR digunakan dalam sebuah rangkaian tertutup
dengan sumber masukan berupa tegangan AC, maka SCR akan OFF secara otomatis
ketika mencapai titik lintas nol yang disebabkan sifat alami dari sumber AC tersebut.

Gambar 9.40. Rangkain komutasi dan gelombang keluaran.


(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Jika SCR digunakan dalam sebuah rangkaian tertutup dengan sumber masukan berupa
tegangan DC, maka SCR akan OFF jika arus beban dilawan ( dipaksa sama dengan
)dengan arus komutasi yang dibangkitkan dari rangkaian komutasi. Proses inilah yang
disebut komutasi paksa.

Dasar Listrik dan 24


Gambar 9.41. Rangkain Komutasi Paksa Gambar 9.42. Gelombang Keluaran
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Ketika SCR OFF dan S di-ON terjadi proses pengisian C. Ketika S dalam kondisi OFF
dan SCR di-ON kan, maka mengalir arus beban I L =IT =E/R. Ketika S di-ON kembali,
maka SCR akan OFF karena arus IC melawan IT ( IC = IT )
4. Konverter
a. Konverter Satu-Fasa
1) Konverter Setengah Gelombang Satu Fasa
a) Beban Resistif ( R )
Gambar berikut adalah contoh dari rangkaian converter dengan beban
Resistif.

(a)
Gambar 9.43 Rangakain

Dasar Listrik dan 24


Konverter beban R Gambar 9.44 Bentuk Gelombang Konverter beban R
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Gambar ( a ) merupakan rangkaian converter setengah gelombang satu fasa


dengan beban Resisti, sedangkan gambar (b) menunjukan bentuk gelombang
hasil penyearahan. Proses penyearahan dapat dijelaskan melalui bentuk
gelombang pada gambar di atas.
Ketika setengah periode pertama ( polaritas + ), T1 dipicu sebesar α , maka T1
menjadi ON dari α – π, sehingga terjadi tegangan luaran Edc. Selanjutnya,
saat setengah periode kedua ( polaritas - ), T1 menjadi OFF pada titik π
karena komutasi alami, sehingga tegangan luaran Edc = Vo = 0 sampai dengan
( 2 π+ α ), dan seterusnya. Pada rangkaian ini SCR berfungsi sebagai sakelar
sekaligus melakukan ( Converting ) dan pengaturan ( Controlling ) dari
sumber bolak-balik menjadi tegangan searah.
b) Beban Resistif-Induktif ( RL )
Gambar ( a ) merupakan rangkaian converter setengah gelombang satu-fasa
dengan beban resistif-induktif ( RL ), sedangkan gambar (b ) menunjukan
bentuk gelombang hasil penyearahan. Proses penyearahan dapat dijelaskan
melalui gambar berikut ini. Proses dimulai dengan setengah periode pertama
( polaritas + ), SCR T1 dipicu sebesar α maka SCR T1 akan ON dari α
sampai β sampai dengan ( 2π+ α ) SCR T1 menjadi OFF.
Sedangkan fungsi diode ( diode komutasi ) yang dihubungkan parallel
terbalik dengan beban RL adalah untuk mengatasi arus balik.

Dasar Listrik dan 24


Gambar 9.45 Rangakain
Konverter beban RL
Gambar 9.46 Gelombang Rangakain Konverter
beban RL
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri
Yogyakarta)
2) Konverter Gelombang Penuh Satu Fasa
Pada bagian ini akan dijelaskan tiga jenis rangkaian converter gelombang penuh
satu fasa, yaitu : Konverter titik tengah ( Center Tap – CT ) dan model jembatan.
a) Konverter Gelombang Penuh Satu Fasa Dengan CT
Perhatikanlah gambar berikut ini agar mendapat memahami rangkaian
converter Gelombang Penuh Satu Fasa Dengan CT.

Gambar 9.46 Rangkaian K onverter Gelombang Penuh Satu Fasa Dengan CT

Dasar Listrik dan 24


Gambar 9.47 Gelombang K onverter Gelombang Penuh Satu Fasa Dengan
CT
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Gambar diatas menggunakan transformator dengan CT yang memiliki dua


tegangan V1 dan V2 yang masing-masing memiliki beda fasa 1800 terhadap
CT atau netral ( N ). Proses pemicuan pada SCR T1 dan T2 dilakukan secara
serempak. Komponen SCR T1 bekerja pada setengah periode pertama ( 0
sampai π ) dan komponen SCR T2 bekerja pada setengah periode kedua (π
sampai 2π ).
b) Konverter Gelombang Penuh Satu Fasa Hubung Jembatan
Gambar berikut adalah rangkaian converter gelombang penuh satu fasa
hubungan jembatan dengan beban R.

Dasar Listrik dan 24


Gambar 9.47 Rangkaian Konverter Gambar 9.48 Bentuk gelombang
Gelombang Penuh Satu Fasa Hubung Konverter Satu Fasa Hubung
Jembatan Jembatan
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Proses pemicuan pada rangkaian ini, SCR T 1 dan T2 serta SCR T3 dan T4
masing-masing dioperasikan secara serempak. Komponen SCR T 1 dan T2
bekerja pada setengah periode pertama ( 0 sampai π ), dan komponen SCR
T3 dan T4 bekerja pada setengah periode kedua (π sampai 2π ).
Jika SCR T1 dan T2 serta SCR T3 dan T4 masing-masing dipicu sebesar α ,
maka nilai tegangan searah rerata ( Vdc ) dan nilai tegangan searah efektif (
root mean-square –rms ).

5. AC Regulator
AC Regulator adalah rangkaian elektronika yang memiliki fungsi mengubah sumber
tegangan bolak-balik ( AC ) menjadi sumber tegangan AC yang dapat diatur luarnya
dengan frekuensi tetap. Komponen yang biasa digunakan adalah SCR , AC Regulator
dapat dilakukan dalam bentuk AC Regulator setengah gelombang (Unidirectional) dan
gelombang penuh (Bidirectional) dengan sumber masukan satu fasa atau tiga fasa.
a. AC Regulator Satu Fasa
1) AC Regulator Unidirectional Satu Fasa

Dasar Listrik dan 24


Gambar dibawah merupakan gambar rangkaian AC Regulator Unidirectional
satu fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang keluarannya ( Hasil
Pengaturan ).

Gambar 9.49 Rangkaian AC Regulator Gambar 9.50 Gelombang AC


Unidirectional Satu Fasa Regulator Unidirectional Satu Fasa
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Proses pengaturan ketika setengah periode pertama, T1 dipicu sebesar α maka T1


menjadi ON dari α – π. Selanjutnya, saat setengah periode kedua, D 1 selalu ON
dari π- 2 π. Jika ditinjau dari tegangan yang dihasilkan terdapat dua jenis
komponen tegangan, yaitu : ( 1 ) tegangan bolak-balik rerata ( V ac ) dan tegangan
bolak-balik efektif ( root mean square – rms ), VL .
2) AC Regulator Bidirectional Satu Fasa
Gambar dibawah ini merupakan rangkaian AC Regulator Bidirectional satu-fasa
dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil pengaturan. Komponen SCR
T1 bekerja pada setengah periode pertama ( 0 sampai π ), dan komponen SCR T2
bekerja pada periode kedua (π sampai dengan 2π ). Jika SCR T1 dan T2 masing-
masing dipicu sebesar α.

Dasar Listrik dan 24


Gambar 9.51 AC Regulator Bidirectional Gambar 9.52 Bentuk gelombang AC
Satu Fasa Regulator Bidirectional Satu Fasa
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

b. AC Regulator Tiga Fasa


1) AC Regulator Unidirectional Tiga Fasa
Gambar berikut ini merupakan rangkaian AC Regulator Unidirectional tiga fasa
dengan beban resistif sambungan bintang ( Y ) dan bentuk gelombang
keluarannya. Proses pemicuan pada rangkaian ini terjadi ketika SCR T 1 dan diode
D4, T3 dan diode D6 , serta SCR T5 dan diode D2 masing-masing fasa dioperasikan
secara serempak. Arus beban masing-masing fasa ditentukan oleh pengaturan
picuan pada SCR T1 , T3 , dan T5, sedangkan diode D2, D4, dan D6 digunakan
untuk aliran arus balik.

Dasar Listrik dan 24


:
Gambar 9.53. Rangkaian AC Regulator Unidirectional Tiga Fasa

Gambar 9.54. Bentuk gelombang AC Regulator Unidirectional Tiga Fasa


(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Dasar Listrik dan 24


2) AC Regulator Bidirectional Tiga Fasa
Gambar berikut ini merupakan rangkaian AC Regulator Bidirectional tiga fasa
dengan beban resistif sambungan bintang ( Y ) dan bentuk gelombang hasil
pengaturan. Proses pemicuan pada rangkaian ini sama seperti pada pengaturan
unidirectional tiga-fasa, bedanya terletak pada T 2, T4, dan T6 yang difungsikan
seperti diode D2, D4, dan D6 untuk aliran balik arus pada pengaturan
unidirectional tiga fasa. Dengan demikian, peicuan dilakukan pada SCR T 5 dan
diode T2 masing-masing dioperasikan secara serempak.

Gambar 9.55. Rangkaian AC Regulator Bidirectional Tiga Fasa

Dasar Listrik dan 25


Gambar 9.56. Bentuk gelombang AC Regulator Bidirectional Tiga Fasa
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

6. Chopper
Chopper( pemangkas ) merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk mengubah
sumber masukan DC tetap menjadi sumber keluaran DC yang dapat dikendalikan/diatur.
Komponen semikonduktor daya yang digunakan dapat berupa SCR, transistor, dan
MOSFET yang beroperasi sebagai sakelar dan pengatur.
Ditinjau dari proses pengaturan, chopper dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
chopper penurun tegangan ( step down ), chopper penaik tegangan ( step-up ), dan
chopper penaik-penurun tegangan ( step up-down ).
a. Chopper Penurun Tegangan ( Step Down )
Gambar berikut ini aalah prinsip dasar kerja chopper penurun tegangan, jika sakelar
S di ON kan sampai dengan DT, maka tegangan masukan VS akan dipindahkan ke

Dasar Listrik dan 25


beban menjadi V0 ,selanjutnya jika sakelar S di OFF kan sampai dengan T, tegangan
pada beban menjadi NOL. Hal ini menunjukan nilai keluaran ditentukan oleh proses
ON dan OFF sakelar S dan rasio waktu sakelar OFF dengan ON disebut siklus kerja
( duty cycle )

Nilai siklaus kerja ( α atau D ) ditentukan dengan persamaan berikut ini :


𝑡𝑜𝑛 𝑡𝑜𝑛
α=D= =
𝑡𝑜𝑛 + 𝑡𝑜𝑓𝑓 = 𝑓. 𝑡𝑜𝑛
𝑇
Persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa pengaturan siklus kerja dapat dilakukan
memalui operasi, yaitu :
1) Operasi frekuensi konstan
Operasi frekuensi konstan dilakukan dengan cara menjaga frekuensi selalu
konstan dan 𝑡𝑜𝑛 diatur. Pengaturan 𝑡𝑜𝑛 ini disebut pengaturan lebar pulsa atau
modulasi lebar pulsa / Pulse Width Modulation (PWM ).
2) Operasi frekuensi variable
Operasi frekuensi variable dilakukan dengan cara mengatur waktu 𝑡𝑜𝑛 dan
menjaga frekuensi selalu konstan. Pengaturan ini biasanya disebut modulasi
frekuensi ( frequency modulation ).
Gambar berikut ini menggambarkan prinsip kerja chopper penurun tegangan yang
ditujukan dengan SCR di dalam kotak. Selama periode 𝑡𝑜𝑛, ketika chopper ON,
tegangan sumber akan terhubung dengan terminal beban. Selanjutnya, selama
periode 𝑇𝑜𝑓𝑓, ketika chopper OFF, arus beban akan mengalir pada diode komutasi (
Df ), sehingga terminal beban terhubung singkat dengan DF dan tegangan beban
menjadi Nol selama TOFF. Dengan demikian, tegangan searah DC pada beban dapat
ditentukan dengan persamaan berikut :
𝑒0 = 𝐸𝑑𝑐𝛼
b. Chopper Penaik Tegangan ( Step Up )
Gambar berikut ini merupakan rangkian chopper penaik tegangan, jika chopper di
ON kan, inductor ( L) akan terhubung dengan tegangan sumber dan inductor akan
menyimpan energy selama periode Ton.
Selanjutnya, jika chopper di OFF kan, insuktor akan mengalirkan arus ke diode ( D )
dank e beban, serta terjadi tegangan emf pada inductor sehingga tegangan pada
beban sebesar :

Dasar Listrik dan 25


𝒅𝒊
𝑬𝟎 = 𝑬𝒅𝒄 + 𝑳
𝒅𝒕
Jika energi yang disimpan saat Ton, Wi, sama dengan energy yang dilepaskan saat
Toff, Wo, maka tegangan luaran pada beban ( EO ) dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :

𝑬𝑶 = 𝟏
𝑬𝒅𝒄
𝟏− 𝑎
c. Chopper penaik-penurun Tegangan ( Step up-down )
Gambar berikut merupakan chopper penaik-penurun tegangan. Jika chopper di ON
kan, inductor ( L ) akan terhubung dengan tegangan sumber dan inductor akan
menyimpan energi selama periode Ton. Selanjutnya, jika chopper di OFF kan,
inductor melepaskan energy ke diode ( D ) dan ke beban. Jika energi yang disimpan
saat Ton,Wi, sama dengan energy yang dilepaskan saat Toff, Wo, maka tegangan
luaran pada beban ( EO ) dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
𝛼
𝐸𝑜 = 𝐸𝑑𝑐
1−𝛼

Persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa jika siklus kerja chopper (𝛼) lebih besar
atau sama dengan 0,5 akan dihasilkan chopper penaik tegangan, dan jika siklus kerja
chopper (𝛼)lebih kecil atau sama dengan 0,5 akan dihasilkan chopper penurun
tegangan.

7. Inverter

Gambar 9.57. Penerapan Inverter Pada Peralatan pendingin


( https://www.sharp-indonesia.com/ind/article/detail/765/kelebihan-ac-inverter-
dibandingkan-ac-low-watt )

Dasar Listrik dan 25


Anda pasti tidak asing dengan gambar di atas, sebuah sistem pendingin ruangan yang
menggunakan sistem inverter dalam sistem inverter akan memiliki banyak sekali
manfaatnya salah satunya dapat menghemat listrik karena ketika suhu ruangan terpenuhi
sesuai yang diharapkan maka konsumsi listrik akan turun. Sekarang apakah inverter itu
seperti apa cara kerjanya dan bagaimana jenis-jenisnya silahkan pelajari materi berikut
ini.
a. Inverter Satu Fasa
1) Inverter Setengah Jembatan Satu – Fasa
Gambar berikut merupakan rangkain dasar inverter setengah jembatan satu fasa
dengan beban resistif dan bentuk gelombangnya.

Gambar 9.58. Inverter Setengah Jembatan Satu – Fasa

Dasar Listrik dan 25


Gambar 9.59. Bentuk Gelombang Inverter Setengah Jembatan
Satu – Fasa
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Dalam rangkaian diatas diperlukan dua buah kapasitor untuk menghasilkan titik
N agar tegangan pada setiap kapasitor Vi/2 dapat dijaga konstan. Sakelar S+ dan
S- menggambarkan sakelar elektronis yang mencerminkan komponen
semikonduktor daya sebagaimana diuraikan diawal. Sakelar S+ dan S- tidak boleh
dioperasikan dalam waktu bersamaan karena akan menjadi hubung singkat
rangkaian.
Kondisi ON dan OFF dari sakelar S+ dan S- , ditentukan dengan teknik modulasi,
dalam hal ini menggunakan prinsip PWM. Prinsip PWM dalam rangkaian ini
membandingkan antara sinyal modulasi Vc ( dalam hal ini tegangan bolak balik

Dasar Listrik dan 25


luaran yang diharapkan )dengan sinyal pembawa dengan bentuk gelombang gigi-
gergaji (𝑉∆). Secara praktis, jika Vc > 𝑉∆ maka sakelar S+ akan ON dan sakelar
S- akan OFF, dan jika Vc < 𝑉∆ maka sakelar S+ akan OFF dan sakelar S- akan
ON. Untuk menghasilkan tegangan keluaran ( VO ) satu fasa, terdapat tiga
kondisi jika sakelar S+ dan S- dioperasikan sebagaimana titunjukan pada tabel

berikut ini :

2) Inverter Jembatan Satu – Fasa


Gambar berikut ini merupakan rangkain dasar inverter jembatan satu fasa dengan
beban resistif dan bentuk gelombangnya.

Gambar 9.60. Inverter Jembatan Satu – Fasa

Dasar Listrik dan 25


Gambar 9.61. Bentuk Gelombang Inverter Jembatan Satu – Fasa
(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Sepertihalnya rangkaian inverter setengah jembatan di atas, dalam rangkaian ini


diperlukan dua buah kapasitor untuk menghasilkan titik N agar tegangan pada
setiap kapasitor Vi/2 dapat dijaga konstan. Terdapat dua sisi sakelar, yaitu :
Sakelar S1+ dan S1- dan atau S2+ dan S2- , tidak boleh bekerja secara serempak/
simultan, karena akan terjadi hubung singkat rangkaian. Kondisi ON dan OFF
dari kedua sisi sakelar ditentukan dengan teknik Modulasi, dalam hal ini
menggunakan prinsip PWM, seperti dijelaskan pada materi Inverter setengah
jembatan satu fasa.
Untuk menghasilkan tegangan luara ( VO ) satu fasa, terdapat lima kondisi jika
sakelar S1+ , S1- ,S2+ dan S2- dioperasikan sebagaimana ditunjukan pada tabel
berikut ini :

Dasar Listrik dan 25


b. Inverter Jembatan Tiga Fasa
Gambar berikut ini merupakan rangkaian dasar inverter jembatan tiga fasa dengan
beban resistif dan bentuk gelombangnya. Seperti halnya pada rangkaian inverter
setengah-jembatan di atas, dalam rangkaian ini juga memperlukan dua buah
kapasitor untuk menghasilkan titik N agar tegangan pada setiap kapasitor Vi/2 dapat
dijaga konstan.
Terdapat tiga sisi sakelar, yaitu : sakelar S1+ dan S1- serta S2+ dan S2- .Kedua sisi
sakelar ini, sakelar S1 dan S4 ,atau S3 dan S4 , atau S5 dan S2 , tidak boleh bekerja
secara serempak/ simultan, karena akan menjadi hubung singkat rangkaian. Kondisi
ON dan OFF dari kedua sisi sakelar ditentukan dengan teknik modulasi, dalam hal
ini menggunakan prinsip PWM, seperti dijelaskan pada materi inverter setengah
gelombang satu fasa di atas.

Gambar 9.62. Inverter Jembatan Tiga Fasa


(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

Dasar Listrik dan 25


Untuk menghasilkan tegangan luaran ( Vo ) tiga fasa, terdapat delapan kondisi jika
sakelar S1 S4 S3S 4S S5 S2 S4 dioperasikan sebagaimana ditunjukan pada tabel

berikut :

8. Contoh Soal dan Pembahasan


a. Sebuah penyearah setengah gelombang dengan tegangan masukan Vs = 220 Sin 𝜔 𝑡
dengan beban resistif 5 Ω. Tentukanlah :
1) Tegangan Keluaran
2) Arus Keluaran
3) Tegangan Efektif
4) Arus Efektif
JAWAB :
1) Tegangan Keluaran ,
Vdc = 0.318.Vm = 0.318. 220 = 70 Volt
2) Arus keluaran
𝑉𝑑𝑐 70
𝐼 = = = 14 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
𝑑𝑐 𝑅 5
3) Tegangan Efektif
𝑉𝐿 = 0.5 𝑉𝑚 = 0,5. 220 = 110 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
4) Arus efektif
0.5 𝑉𝑚 110
𝐼 = = = 22 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
𝐿 𝑅 5

Dasar Listrik dan 25


b. Sebuah penyearah satu fasa model jembatan memiliki nilai tegangan maksimum
220V 50 Hz dengan beban sebuah lampu yang memiliki nilai resistif 50 Ω.
Tentukan
:
a. Tegangan Keluaran
b. Arus Keluaran
c. Tegangan Efektif
d. Arus Efektif
JAWAB
1) Tegangan Keluaran ,
Vdc = 0.637.Vm = 0.637. 220 = 140 Volt
2) Arus keluaran
𝑉𝑑𝑐 140
𝐼 = = = 2.8 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
𝑑𝑐 𝑅 50

3) Tegangan Efektif
𝑉𝐿 = 0.707 𝑉𝑚 = 0,707. 220 = 155 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
4) Arus efektif
𝑉𝐿 155
𝐼 = = = 3.1 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
𝐿 𝑅 50

c. Gambarkan gelombang masukan ( AC ) dan gelombang keluaran ( DC ) dari


rangkaian berikut ini :

Gambar 9.63. Penyearah Model Jembatan


( Dokumen Pribadi Penulis )

Dasar Listrik dan 26


Tegangan Masukan Tegangan Keluaran

Gambar 9.64. Gelombang Input dan Output Penyearah model jembatan


(Dokumen Pribadi Penulis)
Input : 50 V/Div
Ouput : 100 V/Div
Time Based : 5 ms/Div
C. SIMULASI ELEKTRONIKA DAYA MENGGUNAKAN FLUIDSIM 5.0
1. Menginstal Aplikasi Fluidsim 5.0
a. Download aplikasi
Untuk mendowload aplikasi dapat melalu lingk berikut ini atau dapat me-scan QR
Code yang tersedia

httpsfluidsim.id.uptodown.comwindowsdownload
Ikuti langkah-langkah untuk melakukan penginstalan
b. Langkah penggunaan

Dasar Listrik dan 26


Dalam menggunakan alikasi pertama adalah :
1) Buka aplikasi dengan mengklik pada Fluidsim 5

Gambar 9. 63. Memilih Aplikasi Fluidsim


( Dokumen Pribadi Penulis )
2) Klik tobol “RUN”, maka aplikasi Fluidsim dapat dipergunakan dengan tampilan
window sebagai berikut :

Gambar 9.64. Menjalankan Aplikasi


( Dokumen Pribadi Penulis )

3) Buat halaman baru dengan memilih pada menu File-New- atau dengan

menekantombol Ctrl+N atau dengan klik icon

Dasar Listrik dan 26


Gambar 9.65. Bagan untuk merancang
( Dokumen Pribadi Penulis )
4) Pilih komponen yang akan dibuat dalam aplikasi Fluidsim. Sebagai Contoh : Klik
Electrical engineering/ electronic -> semikonduktors.

Gambar 9.66. Memilih Komponen


( Dokumen Pribadi Penulis )
5) Klik ( klik kiri ) komponen, kemudian drag ( geser dan tahan mouse )kearah
lembar kerja. Sebagai contoh : Pada Diode IN4007 diklik tahan, sambil digeser ke
tempat kerja.

Dasar Listrik dan 26


Gambar 9.67. Meletakan Komponen pada bidang kerja
( Dokumen Pribadi Penulis )
6) Masukkan komponen power suplai dengan mengklik Electrical
engineering/Electronics-> Power supply. Pilih Constant voltage source, kemudian
klik-tahan-geser ke lembar kerja, Masukkan komponen dengan mengklik
Electrical engineering/Electronics-> Power supply. Pilih Constant voltage source,
kemudian klik-tahan-geser ke lembar kerja.
7) Hubungkan ke tiga komponen di atas dengan mengklik satu ujung terminal,
tahan, dan geser hingga pada ujung terminal komponen lainnya yang akan
dihubungkan.

Gambar 9.68. Merancang Rangkaian Sederhana

Dasar Listrik dan 26


( Dokumen Pribadi Penulis )

8) Simulasikan rangkaian yang akan dicoba, dengan mengklik ikon ( start )

Gambar 9.69. Mensimulasikan Rangkaian


( Dokumen Pribadi Penulis )

9) .Setelah simulasi rangkaian selesai dilakukan, maka selanjutnya kembali ke

rangkaian dengan mengklik ikon (Stop)

Praktikum
Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang
A. Tujuan
Peserta didik dapat memiliki kompetensi :
Merangkai rangkaian penyearah gelombang-penuh satu fasa dengan beban resistif
(R) dan resistif-induktif (RL).
Mengoperasikan, mengukur, dan menganalisis rangkaian penyearah gelombang- penuh satu fasa dengan beban R dan RL
Merangkai rangkaian penyearah setengah-gelombang tiga fasa dengan beban R dan RL

Dasar Listrik dan 26


4. Mengoperasikan, mengukur, dan menganalisis rangkaian penyearah setengah-
gelombang tiga fasa dengan beban R dan RL
B. Alat dan Bahan
1. Modul Transformator ( sebagai sumber masukan )
2. Modul Diode
3. Modul Beban RL
4. Resistor 1 Ω/ 50W
5. Lampu 100W/220V
6. Multimeter
7. CRO
C. Petunjuk Praktik
1. Lakukan kegiatan praktik dengan hati-hati dan memperhatikan K3!
2. Jaga kebersihan lingkungan praktik dan alat praktik!
3. Kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dengan rapi!
D. Rangkaian Percobaan
1. Penyearah Gelombang Penuh Satu fasa

(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )

2. Penyearah Setengah Gelombang tiga fasa

(Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta )
E. Langkah Kerja
1. Lakukan pengukuran untuk mengetahui nilai resistansi dari lampu (R) dengan

Dasar Listrik dan 26


ohmmeterdan catatlah hasil pengukurannya.
2. Buatlah rangkaian penyearah gelombang-penuh seperti diagram rangkaian di
atas denganbeban lampu 100 W/ 220 V.
3. Konsultasikan rangkaian anda kepada dosen atau instruktur.
4. Jika sudah benar, hubungkan sumber tegangan masukan.
5. Lakukan pengukuran besaran tegangan efektif (Vrms) dengan menggunakan
multimeter(voltmeter) untuk tegangan sumber (Vs), tegangan pada dioda (Vd),
tegangan luaran (Vo),dan tegangan pada resistor 1 Ω/ 50 W (VR). Catatlah
hasil pengukuran pada tabel pengamatan (Tabel 1 s.d. 5).
6. Lakukan pengukuran besaran tegangan puncak (Vpeak) antara tegangan
sumber (Vs) dan tegangan luaran (Vo) dengan dua kanal, tegangan pada dioda
(Vd) dengan satu kanal, dan tegangan luaran (Vo) dan tegangan pada resistor 1
Ω/ 50 W (VR) dengan CRO dua kanal. Catatlah hasil pengukuran pada tabel
pengamatan (Tabel 1 s.d. 5).
F. Tugas
1. Bandingkan data hasil praktik dengan teori yang terkait!
2. Berapakah faktor daya penyearahan (cos φ) dari masing-masing rangkaian
penyearah satu fasa di atas ?

Dasar Listrik dan 26


Cakrawala

PWM

Pulse Width Modulation (PWM) secara


umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar
sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam
suatu perioda, unttukmendapatkan tegangan
rata-rata yang berbeda. Beberapa contoh
aplikasi PWM adalah pemodulasian data untuk
telekomunikasi, pengontrolan daya atau
tegangan yang masuk ke beban, regulator
tegangan, audio effect dan penguatan, serta
aplikasi-aplikasi lainnya. Aplikasi PWM
berbasis mikrokontroler biasanya berupa
pengendalian kecepatan motor DC,
pengendalian motor servo, pengaturan nyala
terang LED dan lain sebagainya. Sinyal PWM
pada umumnya memiliki amplitudo dan
frekuensi dasar yang tetap,namun memiliki
lebar pulsa yang bervariasi. Lebar Pulsa PWM
berbanding lurus engan amplitudo sinyal asli
yang belum termodulasi. Artinya, Sinyal PWM
memiliki frekuensi gelombang yang tetap
namun duty cycle bervariasi (antara 0% hingga
100%).

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Pulse-width_modulation

Dasar Listrik dan 26


Jelajah Internet
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai elektronika daya serta materi pendukung lainnya kalia

Tugas Mandiri
Penggunaan rangkaian elektronika daya sangat beragam dan tersebar dilingkuan kita coba anda amati dan tu

Rangkuman
Komponen elektronika daya yang digunakan sebagai Penyearah, kendali, dan pengubah adalah bersifat sem
Penyearah tak terkendali, yaitu rangkaian yang mengubah tegangan arus bolak-balik ( AC) menjadi teganga
Penyearah terkendali ( converter AC-DC), yakni suatu rangkaian yang mengubah tegangan AC menjadi DC
Pengatur tegangan arus bolak-balik (converter AC-AC ) yakni suatu rangkaian yang dapat mengubah tegang
Pemangkas arus searah ( chopper DC ), yakni suatu rangkaian yang digunakan untuk mengubah sumber teg
Inverter ( converter DC – AC ) yakni suatu rangkaian yang digunakan untuk mengubah sumber tegangan D

Penilaian Harian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
Jelaskan prinsip kerja dioda, SCR, transistor, MOSFET sebagai sakelar !
Jelaskan perbedaan karakteristik penyulutan pada SCR dan transistor !
Jelaskan proses penyearahan pada rangkaian penyearah setengah-gelombang satu fasa!

Dasar Listrik dan 26


4. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan pada dioda saat
OFF pada rangkaian penyearah setengah-gelombang satu fasa !
5. Gambarkan bentuk gelombang tegangan masukan dan tegangan ! pada dioda saat
OFF pada rangkaian penyearah gelombang-penuh CT satu fasa !

Refleksi
Setelah mempelajari bab kesembilan ini, Anda tentu menjadi lebih paham macam- macam fungsi dari rangk

Dasar Listrik dan 27


PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP

A. PILIHAN GANDA
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (x)!
1. Amperemeter merupakan alat untuk mengukur....
a. daya listrik
b. arus listrik
c. tegangan listrik
d. hambatan listrik
e. frekuensi listrik
2. Jika menemukan simbol seperti di bawah pada suatu alat ukur listrik, maka alat ukur
listrik tersebut merupakan alat ukur....

a. elektrodinamik
b. elektrostatis
c. piringan putar
d. kumparan putar
e. besi putar
3. Alat ukur listrik yang menerapkan piringan putar adalah....
a. ohmmeter
b. amperemeter
c. frekuensimeter
d. kWh meter
e. voltmeter
4. Perhatikan gambar multimeter di bawah ini!

Dasar Listrik dan 27


Nama bagian multimeter yang ditunjukkan oleh label nomor 6 adalah....
a. zero ohm adjustment
b. selector switch
c. pointer
d. sekrup kalibrasi
e. terminal positif
5. Gambar rangkaian pengukuran di bawah ini merupakan pemasangan alat ukur....

a. amperemeter
b. voltmeter
c. ohmmeter
d. frekuensimeter
e. wattmeter
6. Alat ukur listrik yang menampilkan gelombang sinyal listrik yang diukur adalah....
a. earth tester
b. testpen

Dasar Listrik dan 27


c. osiloskop
d. cosphimeter
e. kWhmeter
7. Ketika mengukur tegangan suatu komponen selector switch diarahkan ke batas ukur 250
ACV sehingga menunjukkan hasil pengukuran seperti gambar di bawah.

Maka, nilai tegangan komponen yang diukur adalah....


a. 50 V
b. 70 V
c. 24 V
d. 2,8 V
e. 75 V
8. Nilai hambatan komponen ketikan diukur menunjukkan seoerti pada gambar di bawah.

Maka nilai hambatan komponen tersebut jika selector diarahkan ke x10K adalah....
a. 26 K Ω
b. 260 K Ω
c. 2,6 K Ω
d. 240 K Ω
e. 24 K Ω
9. Ruangan di sekitar magnet yang masih terpengaruh gaya magnetik disebut....
a. medan magnetik

Dasar Listrik dan 27


b. medan listrik
c. ruang vakum
d. ruang gerak
e. induksi magnetik
10. Yang dimaksud dengan gaya lorentz adalah....
a. gaya tarik bumi terhadap seluruh benda bermassa yang terdapat pada permukaannya
b. gaya yang dapat menarik benda logam
c. gaya yang dihasilkan oleh sebuah pegas
d. gaya yang timbul karena terjadinya persentuhan langsung antara dua permukaan benda
e. gaya yang bekerja pada sebuah penghantar berarus listrik dalam medan magnet
11. Bahan yang jika didekati akan tertarik dengan sangat kuat adalah....
a. nonmagnetik
b. elektromagnetik
c. paramagnetik
d. ferromagnetik
e. diamagnetik
12. Perhatikan peralatan listrik di bawah ini!
(i) motor listrik
(ii) relai
(iii) remot TV
(iv) lampu bohlam
Peralatan listrik yang menerapkan prinsip gaya magnetik adalah....
a. (i) dan (ii)
b. (ii) dan (iii)
c. (i) dan (iii)
d. (iv) dan (iii)
e. (i) dan (iv)
13. Gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop
penghantar tersebut, merupakan bunyi dari hukum....
a. Ohm
b. Lenz
c. Coulomb

Dasar Listrik dan 27


d. Oersted
e. Faraday
14. Kuat medan magnetik yang dihasilkan oleh fluks magnetik 80 weber yang menembus
bidang seluas 0,4 m2 adalah ... Wb/m2
a. 320
b. 500
c. 50
d. 20
e. 200
15. Pernyataan di bawah ini yang bukan merupakan pernyataan Laplace tentang kuat medan
magnetik atau induksi magneti di sekitar arus listrik adalah....
a. berbanding lurus dengan kuat arus listrik
b.sebanding dengan panjang kawat
penghantar
c. berbanding lurus dengan panjang kawat penghantar
d. berbanding terbalik dengan kuadrat jarak suatu titik dari kawat penghantar tersebut
e. arah induksi magnet tersebut tegak lurus dengan bidang yang dilalui arus listrik
16. Pembangkit listrikyang menggunakan uranium sebagai bahan bakar adalah....
a. PLTGU
b. PLTD
c. PLTN
d. PLTA
e. PLTB
17. Komponen utama pembangkit listrik yang mengubah energi primer menjadi energi listrik
adalah....
a. motor
b. penggerak primer
c. transformator step down
d. generator
e. transformator step up
18. Diketahui untuk menghasilkan satu siklus gelombang listrik adalah 50 milidetik, maka
frekuensi gelombang tersebut adalah....
a. 20 Hz
b. 50 Hz

Dasar Listrik dan 27


c. 200 Hz
d. 500 Hz
e. 250 Hz
19. Di bawah ini yang dapat menghasilkan tegangan bolak-balik adalah....
a. generator DC
b. baterai
c. elemen kering
d. accumulator
e. generator AC
20. Standar frekuensi listrik yang digunakan di Indonesia adalah....
a. 40 Hz
b. 45 Hz
c. 50 Hz
d. 60 Hz
e. 70 Hz
21. Sebuah peralatan listrik memiliki daya 450 W dan tegangan AC 220 V, maka arus
maksimumnya adalah.....A.

a. 2,05 √3
b. 2,05

c. 2,05 √2
d. 2 √2
e. 4 √3
22. Di bawah ini yang merupakan kelebihan arus AC dibanding arus DC adalah....
a. frekuensi nol
b. besarnya arus tetap terhadap waktu
c. faktor daya selalu 1
d. mengalir dalam satu arah rangkaian
e. lebih sedikit mengalai rugi tegangan
23. Rangkaian listrik yang dapat mengubah, mengatur dan memotong gelombang tertentu
dengan menggunakan piranti semikonduktor daya adalah rangkaian....
a. elektronika analog
b. elektronika daya
c. paralel

Dasar Listrik dan 27


d. campuran
e. star-delta
24. Gambar di bawah ini merupakan simbol dari komponen....

a. thyristor
b. LED
c. SCR
d. transistor
e. dioda
25. Komponen elektronika daya yang berfungsi sebagai switching adalah....
a. transistor
b. dioda
c. mosfet
d. SCR
e. LED
26. Gambar di bawah ini merupakan penyearah....

a. setengah gelombang satu fase


b. gelombang penuh
c. gelombang penuh satu fase
d. gelombang penuh model jembatan
e. setengah gelombang tiga fase
27. Di bawah ini peralatan elektronik yang menerapkan prinsip penyearah adalah....
a. remot TV
b. motor listrik
c. charger handphone
d. mouse

Dasar Listrik dan 27


e. lampu neon
28. Komponen elektronika yang sering digunakan sebagai penyearah adalah....
a. resistor
b. induktor
c. kapasitor
d. dioda
e. transistor
29. Mengubah arus listrik searah menjadi arus listrik bolak-balik di frekuensi serta tegangan
yang bisa diatur merupakan fungsi dari....
a. konverter AC-AC
b. inverter
c. penyearah
d. chopper DC
e. chopper AC
30. Penyearah terkendali silikon juga disebut....
a. SCR
b. dioda
c. transistor
d. mosfet
e. LED

B. URAIAN
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1. Perhatikan gambar multimeter di bawah ini!

Dasar Listrik dan 27


Berilah keterangan pada label gambar multimeter di atas!
2. Jelaskan cara pengoperasian osiloskop untuk mengukur tegangan AC!
3. Suatu kawat berarus listrik 2 A dengan arah ke atas berada dalam medan magnetik 4 T
dengan membentuk sudut 45o terhadap kawat. Jika panjang kawat 3 meter, tentukan
besarnya gaya Lorentz yang dialami kawat!
4. Jelaskan perbedaan arus listrik AC dengan arus listrik DC!
5. Sebut dan jelaskan lima komponen elektronika daya!

Dasar Listrik dan 27


Refleksi Akhir Semester Genap
Setelah mempelajari bab keenam sampai kesembilan ini dan mengerjakan evaluasi semester genap, coba

Dasar Listrik dan 28


GLOSARIUM

amperemeter : alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik


arus listrik : aliran muatan listrik setiap satuan waktu tertentu
daya aktif : daya yang terpakai untuk melakukan energi
sebenarnya daya listrik : jumlah energi per satuan waktu
daya reaktif : jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet.
daya semu : daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan rms dan arus
rms
dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan
trigonometri daya aktif dan daya reaktif
elektroskop : alat untuk menguji suatu benda bermuatan atau tidak
energi listrik : usaha untuk memindahkan muatan listrik tersebut
frekuensimeter : alat yang digunakan untuk mengukur frekuensi listrik
galvanometer : alat ukur analog dengan jarum penunjuk menggunakan prinsip
kumparan putar.
induktor : sebuah elemen pasif rangkaian yang dapat menyimpan energi.
isolator : bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan muatan
listrik. kapasitor : komponen listrik/elektronika yang digunakan untuk menyimpan
muatan listrik
komponen aktif : sumber tegangan atau arus yang mampu menyalurkan energi ke
rangkaian listrik.
komponen pasif : komponen yang tidak dapat menghasilkan energi.
konduktor : material yang dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah.
kWhmeter : alat yang digunakan untuk mengukur pemakaian energi listrik
medan listrik : ruang yang masih mendapat pengaruh sistem muatan
medan magnetik : sebagai ruangan di sekitar magnet yang masih terpengaruh gaya
magnetik.
multimeter : alat yang digunakan untuk mengukur lebih dari satu besaran
listrik nukleus : inti atom
ohmmeter : alat yang digunakan untuk mengukur hambatan
potensial listrik : besarnya energi potensial listrik per satuan
muatan
resistor : bahan listrik yang mempunyai daya hantar listrik rendah atau
mempunyai resistansi tinggi.
semikonduktor : sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara
insulator (isolator) dan konduktor.
voltmeter : alat yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik
wattmeter : alat yang digunakan untuk mengukur daya listrik

Dasar Listrik dan 28


INDEKS

Dasar Listrik dan 28


DAFTAR PUSTAKA

Bueche, Frederick J. dan Hecth, Eugene 2006. Fisika Universitas, Edisi ke 10. Jakarta :
Erlangga.
Dickson Kho. . Prinsip Dasar dan Pengertian Semikonduktor (Semiconductor). Diakses
dari https://teknikelektronika.com/prinsip-dasar-dan-pengertian-semikonduktor-
semiconductor/ pada 24 Desember 2018 pukul 15.30 WIB.
Djatmiko, I.W (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya: Universitas Negeri Yogyakarta
Dudi Indrajit. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Giancoli, Douglas C. 2000. Physics, 3rd Edition. USA: PsrenticeHall International.
Hart,D.W. (1997). Introduction to Power Electronics.Indiana: Prentice-Hall International,
Inc. http://elektronika-dasar.web.id/faktor-daya-dan-alat-ukur-faktor-daya/
http://repository.ut.ac.id/4409/1/PEFI4206-M1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Elektronik#cite_note-kbbi-1
https://id.wikipedia.org/wiki/Elektronika
https://teknikelektronika.com/bagian-bagian-osiloskop-kontrol-dan-indikator-osiloskop/
https://teknikelektronika.com/cara-mengukur-tegangan-ac-dan-menghitung-frekuensi-dengan-
osiloskop/
https://www.belajarbaik.com/2017/09/belajar-baik-transformasi-delta-wye.html
https://www.tneutron.net/elektro/pengukuran-sinyal-tegangan-arus-dengan-oskiloskop/
https://www.tneutron.net/elektro/transformasi-star-delta/
Ismunandar dan Cun Sen. 2004. Mengenal Superkonduktor. Diakses dari
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100396563 pada 24 Desember 2018
pukul 19.30 WIB.
Joko Sumarsono. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidian Nasional.
Kemdikbud RI. 2014. Dasar dan Pengukuran Listrik. Jakarta: Kemdikbud.
Purwanto Fadjar dan Dwa Desa Warnana. . Alat Ukur Listrik. .

Dasar Listrik dan 28


Ramdhani, Mohammad. 2005. Rangkaian Listrik (Revisi) . Bandung: Tidak diterbitkan.
Ramdhani, Mohammad. 2008. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga
Rashid, M.H., et.al (2007). Power Electronics Handbook. California: Elsevier, Inc.
Sadiku Alexsander, 20010.Fundamental of Electric Circuits.
Salahuddin. 2014. Bahan Listrik. Aceh Utara: Fakultas Teknik Universitas Malikusaleh
Jurusan Teknik Elektro.
Setya Nurachmandani. 2009. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Singh,MD. (1998).Power Electronics. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company
Limited.
Siswanto Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisika Kelas XII SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Siswoyo. 2008. Teknik Listrik Industri Jilid 2 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMK, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.
Wardoyo, Eko Arianto, dan Taufiq Afandi. 2018. Mengenal Elektronika Dasar. Klaten: Saka
Mitra Kompetensi.

Dasar Listrik dan 28


BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Rais Setiawan


HP 085747160030
Email : raissetiawan93@gmail.com
Alamat Kantor : SMK Cokroaminoto 2 Surakarta
Kompetensi Keahlian : Teknik Instalasi Tenaga Listrik

Riwayat Pekerjaan:
1. Guru Teknik Instalasi Tenaga Listrik (2018-sekarang)
Riwayat Pendidikan:
1. Pendidikan Profesi Guru (PPG) Teknik Elektro-UNY (2017-2018)
2. Pendidikan Teknik Elektro S1-UNY (2012-2017)

Dasar Listrik dan 28

Anda mungkin juga menyukai