Anda di halaman 1dari 37

1

PERMANGANOMETRI, IODIMETRI
DAN ARGENTOMETRI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR
I
Disusun oleh:
Davita Margareta Zacharias
15.I1.0017
Kelompok E4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS
KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2015
1. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1. Permanganometri
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui normalitas KMnO4 dengan
cara standarisasi dan dapat menentukan kadar asam oksalat pada sampel dengan
menggunakan analisa permanganometri.
1.2. Iodimetri
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan kadar vitamin C dalam
sampel.
1.3. Argentometri
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan kadar CaCl2 dengan
metode Mohr.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permanganometri
Titrasi permanganometri merupakan titrasi yang digunakan untuk menentukan senyawa
oksidator permanganate berdasarkan prinsip oksidasi reduksi dalam suasana asam sulfat
encer. Larutan standar yang digunakan adalah larutan KmnO4 ( Haeria, 2011).
Zat pengoksidasi yang telah banyak digunakan ialah Kalium permanganate yang telah
digunakan selama lebih dari 1000 tahun. Keuntungan dengan menggunakan reagen ini
selain tidak mahal dan diperoleh dengan mudah ialah tidak membutuhkan indikator
kecuali untuk larutan yang amat encer. Warna merah muda yang muncul setelah
pemberian permanganate merupakan indentifikasi reagen tersebut.
KMnO4 0,1 N ialah suatu larutan yang mengandung 1/5 gram mol KmnO 4 pada setiap
larutannya jika dipergunakan dalam lingkungan asam. KmnO4 yang akan dititrasi dalam
proses permanganometri perlu distandarisasi terlebih dahulu. Larutan yang digunakan

untuk menstandarisasi larutan KmnO4 ialah zat reduktor, seperti asam oksalat
( H2C2O4 ), natrium oksalat ( Na2C2O4 ), dan lain-lain (Harjadi, 1993).
Dalam pembuatan larutan standar, kalium permanganate harus di jaga. Terdapat faktor
faktor penyebab dari penurunan besar kekuatan larutan tersebut, antara lain dengan
pemanasan dan penyaringan digunakan untuk menghilangkan zat-zat yang mudah
dioksidasi (Ibnu Gholib Gandjar, 2007).
Perekasi kalium permanganate perlu di standarisasikan terlebih dahulu karena pereaksi
kalium permanganate tidak termasuk larutan standar primer. Untuk mensatandarisasi
kalium permanganate dipergunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer
dalam larutan asam yang baik untuk permanganate (Basset, 1994).

2.2. Iodimetri
Iodimetri merupakan analisa kuantitatif dengan menggunakan larutan standar Na 2S2O3
untuk menentukan kadar reduktor secara volumetrik. Untuk menentukan kadar reduktor
dalam larutan, digunakan I2 sebagai zat pengodaksi untuk mereaksikan larutan standar
yang akan bereaksi dengan indikator amilum. Reaksi dengan indikator tersebut akan
menghasilkan warna biru pada larutan. Lain halnya dengan digunakan indikator lain
seperti indikator kloroform, warna pada larutan yang terbentuk ialah warna violet. Akan
tetapi jika iodin telah habis, maka kloroform akan mencapai titik akhir titrasi dengan
terbentuknya larutan bening (Hadi, 1986).
Dalam proses iodimetri ini digunakan larutan natrium tiosulfat sebagai larutan
standarnya. Larutan ini sebelumnya harus disetarakan terlebih dahulu dengan larutan
primer agar dapat distandarkan dan ditimbang. Larutan I2 dapat digunakan untuk
menitrasi senyawa pereduksi. Reaksi seperti ini dapat dilakukan dengan menambahkan
I(aq) berlebih pada pereaksi pengoksidasi dan kemudian mentitrasi I2 yang dilepas
dengan Natrium Tiosulfat (Petrucci & Suminar, 1989).
Asam askorbat atau yang sering disebut dengan vitamin C memiliki beberapa ciri,
yaitu : beerbentuk krstal putih, tidak berwarna, tidak berbau, pada suhu 190oC-192oC
akan mencair, memiliki rasa asam dan sebagai reduktor kuat. Vitamin C tidak selalu

larut pada semua pelarut, vitamin C sangat mudah larut dalam air dengan perbandingan
1 gram larut dalam 3 ml air, dalam alkohol sedikit larut dengan perbandingan 1 gram
larut dalam 50 ml alkohol absolut dan 1 gram larut larut dalam 100 ml gliserin,
sedangkan dalam benzena, eter, dan kloroform tidak dapat larut
2.3. Argentometri
Titrasi argentometri ialah titrasi untuk menenetukan kadar suatu zat dengan
menggunakan tiran berupa larutan perak nitrat, Dimana terbentuk endapan yang sukar
larut (Suetila, 1990). titrasi ini didasarkan atas pengendapan kuantitatif yang terasi
dengan dilakukan penambahan larutan standar yang diketahui kadarnya.
Terdapat 3 metode argentometri berdasarkan larutan standar dan indikator yang dipakai
untuk menentukan titik akhir, yaitu :

Metode Mohr

Pada metode ini, larutan standar yang dipakai adalah larutan AgNO 3. Indikator yang
dipakai yaitu indikator ion kromat (kalium kormat). Pada titik akhir kromat terikat oleh
ion perak membentuk senyawa yang sukar larut berupa endapan berwarna merah bata.
Metode ini merupakan metode argentometri terbaik yang digunakan dalam menentukan
kadar klorida suatu larutan.

Metode Volhard

Pada metode ini, larutan standar yang digunakan adalah KSCN atau NH4SCN. Indikator
yang dipakai yaitu Fe3+. Titrasi menggunakan metode ini akan menghasilkan endapan
putih, sedangkan titran yang lebih akan bereaksi dengan indikator dan membetuk ion
kompleks dengan warna merah, ion tersebut akan larut dan mewarnai larutan yang
semula tidak memiliki warna.

Metode Fajans

Pada metode ini, larutan standar yang digunakan sama dengan larutan standar yang
digunakan dalam metode Mohr. Sedangkan indikator yang digunakan ialah Indikator
adsorbs. Indikator absorpsi adalah zat yang pada permukaan endapan akan diserap dan
akan timbul warna. Indikator ini merupakan asam lemah atau basa lemah organik yang
dapat membentuk endapan bersama dengan ion perak, contoh dari indikator ini ialah
indikator diklorofluersi.

3. MATERI METODE

3.1. Materi
3.1.1. Alat
3.1.1.1.
Permanganometri
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas arloji, timbangan analitik, labu
takar, erlenmeyer, pipet volume, pipet tetes, pompa pilleus, statif, klem, buret coklat,
gelas piala, pemanas elektrik, corong, pengaduk, dan termometer.
3.1.1.2.

Iodimetri

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet volume, pompa pilleus,
timbangan anallitik, gelas arloji, pengaduk, labu takar, erlenmeyer, pipet tetes, buret
bening, statif, klem, corong, beaker glass.
3.1.1.3.

Argentometri

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet volume, pompa pilleus,
timbangan analitik, gelas arloji, labu takar, erlenmeyer, pipet tetes, buret coklat, statif,
corong, gelas ukur, pengaduk.
3.1.2. Bahan
3.1.2.1.
Permanganometri
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat, aquades, H 2SO4,
KMnO4, sawi putih oven dan blender.
3.1.2.2.

Iodimetri

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel UC 1000, jasjus serbuk,
nutrisari serbuk, marimas serbuk, vitamin water, dan buavita. *semuanya dalam rasa
jeruk, aquadestilata, I2, Na2S2O3 0,05 N, dan amilum.
3.1.2.3.

Argentometri

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadestilata, CaCl 2, KCl, K2CrO4
2%, AgNO3.
3.2. Metode

3.2.1. Permanganometri
3.2.1.1.
Standarisasi KMnO4
Sebanyak 0,2 gram asam oksalat dilarutkan lalu dengan 100 ml aquades dilarutkan
dalam labu takar. Kemudian 10 ml larutan tersebut diambil dan dituangkan dalam labu
erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 5 ml H 2SO4. Setelah itu, larutan tersebut dititrasi
dengan KMnO4 dan volume KMnO4 dicatat. Percobaan dilakukan sebanyak dua kali.
Normalitas KMnO4 dapat dihitung menggunakan rumus :
N Oksalat =

g
x val x F p
mr

V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4


Keterangan:

Val = 2
Fp = Faktor pengenceran = 100/10
mr oksalat = 90

3.2.1.2.

Penentuan Kadar Asam Oksalat pada Sampel

Sebanyak 0,2 gram sawi putih oven dan 2,5 gram sawi putih blender diambil. Kemudian
sampel tersebut dilarutkan dengan aquades hingga mencapai volume 100 ml dalam labu
takar. Larutan tersebut diambil 10 ml dan dituangkan dalam erlenmeyer, lalu
ditambahkan dengan 5 ml H2SO4 kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 60 0C.
Setelah itu, larutan tersebut dititrasi dengan

KMnO4 dan volume KMnO4 dicatat.

Percobaan dilakukan sebanyak dua kali. Kadar asam oksalat dapat dihitung
menggunakan rumus :
Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Kadar Oksalat=
Keterangan:

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Val = 2
Fp = Faktor pengenceran = 100/10
BM = 90

3.2.2. Iodimetri
sebanyak 2 gram sampel (serbuk) ditimbang menggunakan gelas arloji dan sebanyak 10
gram sampel (cair) ditimbang menggunakan beaker glass. Kemudian sampel tersebut

dimasukan ke dalam labu takar dan dengan aquades dilarutkan hingga volumenya
mencapai tanda tera 100 ml. Kemudian 10 ml dari larutan tersebut diambil dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 10 ml I2 dan 3 tetes
indikator amilum. Setelah terjadi perubahan warna, titrasi dihentikan dan volume
Na2S2O3 yang dibutuhkan dicatat. Percobaan dilakukan sebanyak dua kali. Reaksi
yang terjadi selama percobaan diperhatikan dan kadar vitamin C yang telah dititrasi
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
mgr
x valensi=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM
Kadar Vitamin C=

Keterangan:

gram
x 100
1 gram

Val = 2
Fp = Faktor pengenceran = 100/10
BM Vitamin C = 176

3.2.3. Argentometri
3.2.3.1.
Standarisasi AgNO3
Sebanyak 0,21 gram KCl ditimbang dalam gelas arloji kemudian dengan 100 ml
aquades dilarutkan dalam labu takar. Kemudian 10 ml larutan tersebut diambil dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 3 tetes larutan K2CrO4 2%.
Larutan tersebut dititrasi dengan AgNO3 hingga berwarna merah bata. Volume yang
dibutuhkan dicatat dan normalitas AgNO3 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
N KCl=

gram
100
x valensi x F p (
)
Mr
10

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3


Keterangan:

Val = 1
Mr = 74,5

3.2.3.2.

Penetapan Kadar CaCl2

Sebanyak 0,15 gram ditimbang dalam gelas arloji kemudian dengan 100 ml aqudes
dilarutkan dalam labu takar. Sebanyak 10 ml larutan tersebut diambil dan dimasukkan
ke dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 3 tetes larutan K2CrO4 2%. Larutan

tersebut dititrasi dengan AgNO3 hingga berwarna merah bata. Volume AgNO3 yang
dibutuhkan dicatat dan kadar CaCl2 dihitung dengan menggunakan rumus :

mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM

Kadar CaCl2=
Keterangan:

mgr CaCl 2
x 100
100 mgr

Val = 2
Fp = Faktor pengenceran = 100/10
BM = 111

4. HASIL PENGAMATAN

4.1. Permanganometri
4.1.1. Standarisasi KMnO4
Hasil pengamatan standarisasi KMnO4 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standarisasi KMnO4

Ulangan Vol.Oksalat
(ml)

Vol.KMnO4
(ml)

N
Oksalat
(N)

N
KMnO4
(N)

Warna
sebelum

Warna
sesudah

10

0,2

0,04

2,2

bening

Merah
keuguan
2

10

0,4

0,04

1,1

bening

merah
keunguan

Rata 10
0,3
0,04
1,65
rata
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rata rata volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk
menitrasi oksalat sebanyak 10 ml sehingga mengalami perubahan warna menjadi merah
keunguan yaitu 0,3 ml dan N Oksalat yang dihasilkan dari percobaan ini yaitu 0,04 N
sehingga didapatkan N KMnO4 rata-rata sebesar 1,65 N.

4.1.2. Standarisasi KMnO4 (data kloter)


Hasil pengamatan standarisasi KMnO4 (data kelas) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tabel standarsasi KMnO4 (data kloter)

Kelompok
Volume KMnO4 (ml)
Normalitasn KMnO4 (N)
E1
0,25
1,67
E2
0,1
4
E3
0,3
1,33
E4
0,3
1,65
E5
0,15
3
E6
0,35
1,15
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa volume KMnO 4 yang dibutuhkan untuk menitrasi
oksalat sebanyak 10 ml sehingga mengalami perubahan warna menjadi merah keunguan
oleh kelompok 1 yaitu 0,25 ml sehingga didapatkan N KMnO 4 sebesar 1,67 N, volume
KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok 2 yaitu 0,1 ml sehingga didapatkan N KMnO4

10

sebesar 4 N, volume KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok 3 yaitu 0,3 ml sehingga
didapatkan N KMnO4 sebesar 1,33 N, volume KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok
4 yaitu 0,3 ml sehingga didapatkan N KMnO4 sebesar 1,65 N, volume KMnO4 yang
dibutuhkan oleh kelompok 5 yaitu 0,15 ml sehingga didapatkan N KMnO 4 sebesar 3 N,
dan volume KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok 6 yaitu 0,35 ml sehingga
didapatkan N KMnO4 sebesar 1,15 N.
4.1.3. Penentuan kadar Asam Oksalat pada sampel
Hasil pengamatan penentuan kadar asam oksalat pada sampel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tabel penentuan kadar Asam Oksalat pada sampel

Kelompok

Bahan

E1

Sawi putih
oven

Vol. Sampel
(ml)
10

Vol.KMnO4
(ml)
0,1

Kadar Asam
Oksalat (%)
37,47

E2

Sawi putih
oven

10

0,1

90

E3

Sawi putih
oven

10

0,3

89,78

E4

Sawi putih
blender

10

0,3

8,91

E5

Sawi putih

10

0,15

8,1

Warna
sebelum

Warna
sesudah

bening

Merah muda

bening
bening

Merah muda
Merah muda

bening

merah muda

11

blender

bening
E6

Sawi putih
blender

10

0,3

merah muda

6,21

Merah muda
bening
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa volume KMnO 4 yang dibutuhkan untuk menitrasi
larutan selada sebanyak 10 ml sehingga mengalami perubahan warna menjadi merah
keunguan yaitu berbeda-beda tiap kelompok. Sehingga dihasilkan kadar asam oksalat
yang berbeda-beda juga. Kadar asam oksalat sawi putih oven lebih besar dari kadar
asam oksalat sawi putih blender.

4.2. Iodimetri
4.2.1. Penetapan kadar vitamin C menggunakan iodimetri
Hasil pengamatan penetapan kadar vitamin C menggunakan iodimetri dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Penetapan kadar vitamin C menggunakan iodimetri

Kelompok

Bahan

E1

You C-1000
lemon

Vol. Na2S2O3
(ml)
24,5

Warna
sebelum

Warna sesudah

Kadar (%)
21,56

Coklat pekat

kuning bening

12

E2

Jasjuk jeruk
(bubuk)

35,5

62,48

coklat pekat
E3

Nutrisari
jeruk (bubuk)

20,7

36,6

coklat pekat
E4

Marimas
jeruk (bubuk)

Vitamin
water jeruk

37,4

Buavita jeruk

Kuning bening

35,2

coklat pekat
E6

kuning bening

21,2

coklat pekat
E5

kuning bening

28

kuning bening
24,64

coklat pekat

kuning bening
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa volume tertinggi Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan warna dari coklat pekat ke oranye muda terdapat pada titrasi jasjus
jeruk (serbuk) sebanyak 35,5 ml sehingga dihasilkan kadar 62,48 %. Sedangkan volume
yang terkecil terdapat pada titrasi vitamin water jeruk, sehingga dihasilkan kadar 35,2
%.
4.3. Argentometri
4.3.1. Standarisasi AgNO3

13

Hasil pengamatan standarisasi AgNO3 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tabel standarisasi AgNO3

Kelompo
k
E1

Volume KCl
(ml)
10

N KCl (N)
0,03

Vol. AgNO3
(ml)
2,4

N AgNO3 (N)

Warna

0,12

merah bata
E2

10

0,03

3,7

0,08

E3

10

0,03

0,075

merah bata

Merah bata
E4

10

0,03

2,7

0,11

merah bata
E5

10

0,03

0,1

Merah bata

14

E6

10

0,03

3,5

0,08

merah bata
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa volume AgNO3 yang dibutuhkan untuk menitrasi KCl
sehingga menghasilkan endapan adalah berbeda-beda pada tiap kelompok, sehingga
dihasilkan N AgNO3 yang berbeda-beda juga. N KCl sebesar 0,03 N menghasilkan
endapan berwarna merah bata.
4.3.2. Penetapan kadar CaCl2
Hasil pengamatan tentang penetapan kadar CaCl2 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tabel penetapan kadar CaCl2

Kelompok
E1

Volume CaCl2
(ml)
10

Volume AgNO3
(ml)
1,6

E2

10

2,1

E3

10

2,3

Warna

Kadar CaCl2
(%)
71,04

merah bata
62,16

merah bata
63,83

Merah bata

15

E4

10

1,2

E5

10

1,5

E6

10

48,84

merah bata
55,5

merah bata
88,8

merah bata
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa volume AgNO3 yang dibutuhkan untuk menitrasi N
CaCl2

sehingga menghasilkan endapan adalah berbeda-beda pada tiap kelompok,

sehingga dihasilkan kadar CaCl2 yang berbeda-beda juga. Kadar CaCl2 tertinggi terdapat
pada kelompok E1 yaitu 71,04 % dengan volume AgNO3 1,6 ml.

5. PEMBAHASAN

Pada percobaan standarisasi KMnO4, sebanyak 0,2 gram asam oksalat dilarutkan
dengan 100 ml aquadestilata di dalam labu takar, kemudian 10 ml larutan tersebut

16

dituangkan kedalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 5 ml H 2SO4 dan panaskan 60o.
Larutan tersebut dititrasi dengan buret coklat menggunakan KMnO 4. Setelah ditemukan
jumlah larutan KMnO4 yang dibutuhkan, dapat dihitung normalitas KMnO4 dengan
menggunakan rumus :
N Oksalat =

g
x val x F p
mr

V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4


Pada titrasi KMnO4 digunakan buret berwarna coklat, karena sifat KMnO4 yang mudah
terurai oleh cahaya atau sinar matahari, sehingga digunakan buret berwarna coklat yang
tahan pada cahaya. Pada titrasi ini tidak diperlukan indikator karena larutan KMnO4 ini
merupakan oksidator kuat dan dapat bereaksi dengan cara berbeda tergantung pH
larutannya, sehingga pada hal ini KMnO4 berperan sebgai titran untuk menitrasi larutan
asam oksalat. Larutan KMnO4 memerlukan indikator hanya pada saat menggunakan
larutan yang sangat encer (Busset, 1994). Dilakukannya pemanasan 600C sebelum
melakukan titrasi berutjuan agar reaksi dapat berjalan lebih cepat karena pada suhu
kamar atau suhu ruang reaksi akan berjalan sangat lambat (Day & Underwood, 1992).
Untuk larutan standar digunakan larutan asam oksalat karena asam oksalat memiliki
kriteria menjadi larutan standar primer yaitu stabil, mudah dikeringkan, tidak
higroskopis, tidak kehilangan bobot saat dibiarkan di udara, konsentrasinya tidak
berubah, termasuk asam kuat, tersedia dan mudah didapatkan dalam bentuk murni
(Graham & Cragg, 1956).
Volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk menitrasi oksalat sebanyak 10 ml oleh
kelompok E1 yaitu 0,25 ml sehingga didapatkan N KMnO 4 sebesar 1,67 N, volume
KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok E2 yaitu 0,1 ml sehingga N KMnO 4 sebesar 4
N, volume KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok E3 yaitu 0,3 ml sehingga N
KMnO4 sebesar 1,33 N, volume KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok E4 yaitu 0,3
ml sehingga N KMnO4 sebesar 1,65 N, volume KMnO4 yang dibutuhkan oleh kelompok
E5 yaitu 0,15 ml sehingga didapatkan N KMnO4 sebesar 3 N, dan volume KMnO4 yang
dibutuhkan oleh kelompok E6 yaitu 0,35 ml sehingga N KMnO4 sebesar 1,15 N. Asam
oksalat yang memiliki normalitas paling besar yaitu kelompok E2 dan asam oksalat

17

yang memiliki normalitas paling kecil yaitu kelompok E6. Hasil yang berbeda-beda
tersebut tergantung bisa saja terjadi karena kesalahan saat mengukur volume dan
perbedaan dalam penghentian proses akhir titrasi.
Pada percobaan penentuan kadar asam oksalat pada sawi putih oven dan blander,
sebanyak 0,2 gram sawi putih blender dan 2,5 gram sawi putih oven dilarutkan
menggunakan aquadestilata di dalam labu takar, kemudian 10 ml larutan tersebut
dituangkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 5 ml H2SO4 dipanaskan hingga suhu
mencapai 60o C. Larutan tersebut dititrasi menggunakan buret coklat dan menggunakan
larutan KMnO4 hingga larutan berubah warna menjadi merah keunguan. Setelah
ditemukan jumlah KMnO4 yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi, dapat
dihitung kadar asam oksalat dengan menggunakan rumus :
Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Kadar Oksalat=

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Pada titrasi KMnO4 digunakan buret berwarna coklat, karena sifat KMnO4 yang mudah
terurai oleh cahaya atau sinar matahari, sehingga digunakan buret berwarna coklat yang
tahan pada cahaya. Dilakukannya pemanasan 600C agar reaksi dapat berjalan lebih
cepat (Day & Underwood, 1992). H2SO4 dalam percobaan ini digunakan untuk
mengionisasi asam oksalat karena asam oksalat dapat terionisasi pada media asam kuat
(Noor, 1997). Sedangkan KMnO4 berfungsi sebagai titran yang tidak memerlukan
indikator sebagai penunjuk titik akhir titrasi.
Volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk menitrasi sawi putih oven sebanyak 10 ml oleh
kelompok E1 yaitu 0,1 ml sehingga kadar H2C2O4 yang dihasilkan dari perhitungan
yaitu 32,47 %, volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk menitrasi sawi putih oven
sebanyak 10 ml oleh kelompok E2 yaitu 0,1 ml sehingga kadar H2C2O4 yang dihasilkan
dari perhitungan yaitu 90 %, volume KMnO 4 yang dibutuhkan untuk menitrasi sawi
putih oven sebanyak 10 ml oleh kelompok E3 yaitu 0,3 ml sehingga kadar H2C2O4 yang
dihasilkan dari perhitungan yaitu 89,78 %, volume KMnO 4 yang dibutuhkan untuk
menitrasi sawi putih blender sebanyak 10 ml oleh kelompok E4 yaitu 0,3 ml sehingga
kadar H2C2O4 yang dihasilkan dari perhitungan yaitu 8,91 %, volume KMnO 4 yang

18

dibutuhkan untuk menitrasi sawi putih blender sebanyak 10 ml oleh kelompok E5 yaitu
0,15 ml sehingga kadar H2C2O4 yang dihasilkan dari perhitungan yaitu 8,1 %, dan
volume KMnO4 yang dibutuhkan untuk menitrasi sawi putih blender sebanyak 10 ml
oleh kelompok E6 yaitu 0,3 ml sehingga kadar H2C2O4 yang dihasilkan dari perhitungan
yaitu 6,21 %. Hasil yang berbeda-beda tersebut tergantung bisa saja terjadi karena
kesalahan saat mengukur volume dan perbedaan dalam penghentian proses akhir titrasi.
Perubahan warna yang terjadi adalah dari bening menjadi merah keunguan. Kadar asam
oksalat tertinggi terdapat pada sawi putih oven dibandingkan dengan kadar asam oksalat
pada sawi putih blender, hal ini dapat terjadi karena massa yang digunakan pada sawi
putih oven lebih sedikit dibandingkan dengan massa yang digunaan pada sawi putih
blender. Massa berbanding terbalik dengan kadar, semakin besar massa yang digunakan
semakin kecil kadar yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya. Asam oksalat digunakan
untuk menghilangkan karat dan sebagai pereaksi dalam pembuatan warna.
Pada percobaan penetapan kadar vitamin C menggunakan iodimetri, sebanyak 5 gram
sampel bubuk dan 10 gram sample cair dilarutkan dengan aquadestilata hingga
volumenya mencapai 100 ml dalam labu takar. Kemudian 10 ml larutan tersebut
dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan 10 ml I 2 dan 3 tetes indikator amilum.
Larutan tersebut kemudian dititrasi dengn larutan Na 2S2O3 0,1 N. Setelah ditemukan
volume Na2S2O3, dapat dihitung kadar vitamin C dengan menggunakan rumus :
mgr
x valensi=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM
Kadar Vitamin C=

gram
x 100
1 gram

Penambahan iodium berperan sebagai reaktan, amilum sebagai indikator, sedangkan


larutan standar yang dipai ialah larutan Na2S2O3. Sampel vitamin C sebagai bahan yang
akan dihitung kadarnya deengan reaksi yang terjadi :
C6H8H6 + I2 C6H6H6 + 2H++ 2I(Day & Underwood, 1992).
Pada percobaan ini digunakan 6 buah sampel yaitu You C-1000 lemon, jasjus jeruk,
nutrisari jeruk, marimas jeruk, vitamin water, dan buavita jeruk. Volume Na2S2O3 yang

19

dibutuhkan menitrasi larutan You C-1000 untuk mencapai perubahan warna dari coklat
pekat menjadi oranye muda adalah 24,5 ml sehingga dihasilkan kadar 21,56 %, volume
Na2S2O3 yang dibutuhkan menitrasi larutan jasjus jeruk untuk mencapai perubahan
warna dari coklat pekat menjadi oranye muda adalah 35,5 ml sehingga dihasilkan kadar
62,48 %, volume Na2S2O3 yang dibutuhkan menitrasi larutan nutrisari jeruk untuk
mencapai perubahan warna dari coklat pekat menjadi oranye muda adalah 20,7 ml
sehingga dihasilkan kadar 36,6 %, volume Na2S2O3 yang dibutuhkan menitrasi larutan
marimas jeruk untuk mencapai perubahan warna dari coklat pekat menjadi oranye muda
adalah 21,2 ml sehingga dihasilkan kadar 37,4 %, volume Na2S2O3 yang dibutuhkan
menitrasi larutan vitamin water untuk mencapai perubahan warna dari coklat pekat
menjadi oranye muda adalah 4 ml sehingga dihasilkan kadar 35,2 %, volume Na2S2O3
yang dibutuhkan menitrasi larutan buavita jeruk untuk mencapai perubahan warna dari
coklat pekat menjadi oranye muda adalah 28 ml sehingga dihasilkan kadar 24,64 %.
Dari data tersebut larutan yang memiliki kadar vitamin C tertinggi adalah larutan jasjus
jeruk dengan kadar sebesar 62,48 %.
Dibandingkan dengan kadar vitamin C yang tertera pada kemasan sampel, kadar
vitamin C pada You C-1000 1110%, kadar vitamin C pada jasjus jeruk 20%, kadar
vitamin C pada nutrisari jeruk 100%, kadar vitamin C pada marimas jeruk 0%, kadar
vitamin C pada vitamin water jeruk 1110%, kadar vitamin C pada buavita jeruk 150%.
Semua kadar itu dalam %AKG. Perbedaan kadar jauh karena volume yang dipakai
untuk megukur kadar vitamin C berbeda sehingga menghasilkan kadar yang berbeda
juga.
Pada percobaan standarisasi AgNO3 sebanyak 0,21 gram KCl dilarutkan dengan
aquadesilata di dalam labu takar, kemudian 10 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes larutan K 2CrO4 2 %, larutan tersebut dititrasi
dengna larutan AgNO3 hingga berwarna merah bata. Setelah volume larutan AgNO3
ditemukan, dapat dihitung normalitas AgNO3 dengan rumus :
N KCl=

gram
100
x valensi x F p (
)
Mr
10

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3

20

Pada titrasi AgNO3 digunakan buret berwarna coklat, karena sifat AgNO 3 yang mudah
rusak jika terkena cahaya atau sinar matahari, sehingga digunakan buret berwarna coklat
yang tahan pada cahaya. AgNO3 berperan sebagai titran dalam percobaan ini, sedangkan
indikator yang dipakai yaitu larutan K2CrO4 yang akan menghasilkan warna merah bata.

Dari 10 ml larutan KCl, ditemukan konsentrasi KCl sebesar 0,03 N. Tiap kelompok
membutuhkan volume AgNO3 yang berbeda-beda untuk menitrasi 10 ml larutan KCl
tersebut, sehingga didapatkan pula konsentrasi yang berbeda-beda. Pada kelompok E1
membutuhkan larutan AgNO3 sebanyak 2,4 ml sehingga konsentrasi AgNO 3 0,12 N,
pada kelompok E2 membutuhkan larutan AgNO3 sebanyak 3,7 ml sehingga konsentrasi
AgNO3 0,08 N, pada kelompok E3 membutuhkan larutan AgNO 3 sebanyak 4 ml
sehingga konsentrasi AgNO3 0,075 N, pada kelompok E4 membutuhkan larutan AgNO 3
sebanyak 2,7 ml sehingga konsentrasi AgNO3 0,11 N, pada kelompok E5 membutuhkan
larutan AgNO3 sebanyak 3 ml sehingga konsentrasi AgNO3 0,1 N, pada kelompok E6
membutuhkan larutan AgNO3 sebanyak 3,5 ml sehingga konsentrasi AgNO3 0,08 N. Hal
ini dapat terjadi karena, kemungkinan terjadi kesalahan paralaks saat mengukur volume
dan pada saat penghentian proses titrasi yang berbeda-beda dari setiap kelompok.
Pada percobaan penetapan kadar CaCl2 dilakukan dengan menggunakan metode Mohr.
Sebanyak 0,15 gram CaCl2 dilarutkan dengan 100 ml aquadestilata dalam labu takar,
kemudian 10 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
dengan 3 tetes larutan K2CrO4 2 %, larutan tersebut dititrasi dengna larutan AgNO 3
hingga berwarna merah bata. Setelah volume larutan AgNO3 ditemukan, dapat dihitung
kadar CaCl2 dengan rumus :
mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM
Kadar CaCl2=

mgr CaCl 2
x 100
100 mgr

Pada titrasi AgNO3 digunakan buret berwarna coklat, karena sifat AgNO 3 yang mudah
rusak jika terkena cahaya atau sinar matahari, sehingga digunakan buret berwarna coklat
yang tahan pada cahaya. AgNO3 digunakan untuk menentukan kadar CaCl2. Sesuai
esuai dengan teori dari Day & Underwood (1992) bahwa AgNO 3 biasanya digunakan

21

untuk menentukan kadar senyawa halogen seperti Cl, Br, dan I. K2Cr2O4 berperan
sebagai indikator dalam titrasi merupakan zat yang digunakan untuk menunjukkan
keberadaan suatu zat kimia atau ion berdasarkan warnanya (Daintith, 1999).
Tiap kelompok membutuhkan volume AgNO3 yang berbeda-beda untuk menitrasi 10 ml
larutan CaCl2 tersebut, sehingga didapatkan pula kadar yang berbeda-beda. Pada
kelompok E1 membutuhkan larutan AgNO3 sebanyak 1,6 ml sehingga kadar CaCl2
71,04 %, pada kelompok E2 membutuhkan larutan AgNO3 sebanyak 2,1 ml sehingga
kadar CaCl2 62,16 %, pada kelompok E3 membutuhkan larutan AgNO 3 sebanyak 2,3 ml
sehingga kadar CaCl2 63,83 %, pada kelompok E4 membutuhkan larutan AgNO 3
sebanyak 1,2 ml sehingga kadar CaCl2 48,84 %, pada kelompok E5 membutuhkan
larutan AgNO3 sebanyak 1,5 ml sehingga kadar CaCl2 55,5 %, pada kelompok E6
membutuhkan larutan AgNO3 sebanyak 3 ml sehingga kadar CaCl2 88,8 %. Hal ini dapat
terjadi karena, kemungkinan terjadi kesalahan paralaks saat mengukur volume dan pada
saat penghentian proses titrasi yang berbeda-beda dari setiap kelompok.

22

6. KESIMPULAN

Untuk mengetahui konsentrasi KMnO4 dilakukan dengan cara proses titrasi.


Larutan KMnO4 tidak tahan terhadap cahaya sehingga digunakan buret cokelat untuk

proses titrasi.
Larutan KMnO4 tidak membutuhkan indikator saat menentukan titik akhir tirasi.
Larutan KMnO4 setelah mencapai titik akhir titrasi akan menjadi warna merah ungu.
Pemanasan larutan dilakukan agar reaksi berlangsung dengan cepat.
Kadar asam oksalat pada sawi putih oven lebih tinggi dibandingkan dengan kadar

sawi putih blender akibat dari massa sampel yang digunakan.


Semakin besar massa yang digunakan, semakin tinggi kadar asam oksalat.
Kadar vitamin C terbesar ditemukan pada sampel jasjus jeruk dengan kadar 62,48 %.
Metode dalam argentometri yang paling efektif yaitu metode Mohr.
Warna yang dihasilkan setelah melakukan standarisasi AgNO3 yaitu warna merah

bata.
Pada proses penitrasi AgNO3 digunakan buret cokelat karena, AgNO3 tidak tahan

terhadap cahaya.
Normalitas suatu larutan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
mgr
BM

X Val = V X N x Fp

Kadar suatu larutan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


mgr
BM
Kadar =

x Val = V X N x Fp

mgr
mgr . sampel

Semarang, 11 November 2015

X 100%

Asisten Dosen:
-

Fiorency Santoso
Jessica Astelia

23

Verlencia A. Khosasih

Davita Margareta Zacharias


15.I1.0017
7. DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. Etc. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 1994.
Daintith, John, Bsc, PhD. ( 1999 ). Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Day, R.A. & A.L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif edisi kelima jilid 2.
Erlangga. Jakarta.
Gholib Ibnu Gandjar, Abdul Rahman. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Pelajar: Jakarta.
2007.
Graham, R.P.(1956). The Essential of Chemistry.Clarce Irwin Company.USA.
Hadi, S. (1986). Analisa Kuantitatif. Gramedia. Jakarta.
Haeria,S.si. Praktikum Kimia Analisis. Uin Alauddin Makassar. Makassar. 2011.
Harjadi, W. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta. 1990.
Noor, Z. (1992). Senyawa Anti Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. UGM.
Yogyakarta.
Petrucci, R.H. & Suminar. ( 1989 ). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Suetila,Dra.(1999). Analisis Kimia Farmasi. Makassar : UNHAS.

24

8. LAMPIRAN
8.1. Perhitungan
8.1.1. Permanganometri
8.1.1.1.
Standarisasi KMnO4 (data kloter)
N Oksalat =

g
x val x F p
mr

N Oksalat =

0,2
100
x2 x
90
10

N Oksalat =0,04 N

E1)
I.

Diketahui:

I. V. KMnO4 = 0,3 ml
II.V. KMnO4 = 0,2 ml
V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4
10 x 0,04=0,3 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,3

N KMnO 4=1,33 N
II.

V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4


10 x 0,04=0,2 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,2

N KMnO 4=2
N KMnO 4=

1,33+2
2

N KMnO 4=1,67 N

25

E2)
I.

Diketahui:

I. V. KMnO4 = 0,1 ml
II.V. KMnO4 = 0,1 ml
V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4
10 x 0,04=0,1 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,1

N KMnO 4=4 N
E3)
I.

Diketahui:

I. V. KMnO4 = 0,3 ml
II.V. KMnO4 = 0,3 ml
V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4
10 x 0,04=0,3 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
3

N KMnO 4=1,33 N
E4)
I.

Diketahui:

I. V. KMnO4 = 0,2 ml
II.V. KMnO4 = 0,4 ml
V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4
10 x 0,04=0,2 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,2

N KMnO 4=2,2 N
II.

V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4


10 x 0,04=0,4 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,4

N KMnO 4=1,1
N KMnO 4=

2,2+1,1
2

N KMnO 4=1,65 N
E5)

Diketahui:

I. V. KMnO4 = 0,2 ml
II.V. KMnO4 = 0,1 ml

26

V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4

I.

10 x 0,04=0,2 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,2

N KMnO 4=2 N
II.

V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4


10 x 0,04=0,1 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,1

N KMnO 4=4 N
N KMnO 4=

2+4
2

N KMnO 4=3 N
E6)
I.

Diketahui:

I. V. KMnO4 = 0,4 ml
II.V. KMnO4 = 0,3 ml
V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4
10 x 0,04=0,4 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,4

N KMnO 4=1 N
II.

V Oksalat x N Oksalat=V KMnO 4 x N KMnO 4


10 x 0,04=0,3 x N KMnO 4
N KMnO 4=

10 x 0,04
0,3

N KMnO 4=1,3 N
N KMnO 4=

1+ 1,3
2

N KMnO 4=1,15

27

8.1.1.2.
E1)

Penentuan Kadar Asam Oksalat pada Sampel

Diketahui:

V. KMnO4 = 0,25 ml
Berat selada = 200 mg

Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Mg Oksalat
100
x 2=0,25 x 1,67 x
90
10
Mg Oksalat=

0,25 x 1,67 x 10 x 90
2

Mg Oksalat=187,31 mg
Kadar Oksalat=

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Kadar Oksalat=

187,31
x 100
200

Kadar Oksalat=93,65

E2)

Diketahui:

V. KMnO4 = 0,1 ml
Berat selada = 200 mg

Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Mg Oksalat
100
x 2=0,1 x 4 x
90
10
Mg Oksalat=

0,1 x 4 x 10 x 90
2

Mg Oksalat=180 mg

Kadar Oksalat=

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Kadar Oksalat=

180
x 100
200

28

Kadar Oksalat=90

E3)

Diketahui:

V. KMnO4 = 0,3 ml
Berat selada = 200 mg

Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Mg Oksalat
100
x 2=0,3 x 1,33 x
90
10
Mg Oksalat=

0,3 x 1,33 x 10 x 90
2

Mg Oksalat=179,55 mg

Kadar Oksalat=

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Kadar Oksalat=

179,55
x 100
200

Kadar Oksalat=89,78
E4)

Diketahui:

V. KMnO4 = 0,3 ml
Berat selada = 200 mg

Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Mg Oksalat
100
x 2=0,3 x 1,65 x
90
10
Mg Oksalat=

0,3 x 1,65 x 10 x 90
2

Mg Oksalat=222,75 mg
Kadar Oksalat=

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Kadar Oksalat=

222,75
x 100
2500

Kadar Oksalat=8,91

29

E5)

Diketahui:

V. KMnO4 = 0,15 ml
Berat selada = 200 mg

Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Mg Oksalat
100
x 2=0,15 x 3 x
90
10
Mg Oksalat=

0,15 x 3 x 10 x 90
2

Mg Oksalat=202,5 mg
Kadar Oksalat=

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Kadar Oksalat=

202,5
x 100
2500

Kadar Oksalat=8,1

E6)

Diketahui:

V. KMnO4 = 0,3 ml
Berat selada = 200 mg

Mg Oksalat
x Valensi=V KMnO 4 x N KMnO 4 x F p
BM
Mg Oksalat
100
x 2=0,3 x 1,15 x
90
10
Mg Oksalat=

0,3 x 1,15 x 10 x 90
2

Mg Oksalat=155,25 mg

Kadar Oksalat=

Mg Oksalat
x 100
Berat Selada(mg)

Kadar Oksalat=

155,25
x 100
2500

Kadar Oksalat=24,6

8.1.2. Iodimetri

30

E1)

mgr
x valensi Na2 S 2 O3=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM
mgr
100
x 2=24,5 x 0,1 x
176
10
mgr=

176 x 24,5 x 0,1 x 10


2

mgr=2156 mg=2,156

gram

Kadar Vitamin C=

gram
x 100
1 gram

Kadar Vitamin C=

2,156
x 100
10

Kadar Vitamin C=21,56


E2)

mgr
x valensi Na2 S 2 O3=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM
mgr
100
x 2=35,5 x 0,1 x
176
10
mgr=

176 x 35,5 x 0,1 x 10


2

mgr=3124 mg=3,124 gram

Kadar Vitamin C=

gram
x 100
1 gram

Kadar Vitamin C=

3,124
x 100
5

Kadar Vitamin C=62,48


E3)

mgr
x valensi Na2 S 2 O3=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM
mgr
100
x 2=20,7 x 0,1 x
176
10
mgr=

176 x 20,7 x 0,1 x 10


2

mgr=1821,6 mg=1,83

gram

31

Kadar Vitamin C=

gram
x 100
1 gram

Kadar Vitamin C=

1,83
x 100
5

Kadar Vitamin C=36,6

E4)

mgr
x valensi Na2 S 2 O3=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM
mgr
100
x 2=21,2 x 0,1 x
176
10
mgr=

176 x 21,2 x 0,1 x 10


2

mgr=1865,6 mg=1,87

gram

Kadar Vitamin C=

gram
x 100
1 gram

Kadar Vitamin C=

1,87
x 100
5

Kadar Vitamin C=37,4

E5)

mgr
x valensi Na2 S 2 O3=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM
mgr
100
x 2=4 x 0,1 x
176
10
mgr=

176 x 4 x 0,1 x 10
2

mgr=35,2 mg=35,2 x 103 gram


Kadar Vitamin C=

gram
x 100
1 gram

35,2 x 103
Kadar Vitamin C=
x 100
10
Kadar Vitamin C=35,2
E6)

mgr
x valensi Na2 S 2 O3=V Na2 S2 O3 x N Na2 S 2 O3 x F p
BM

32

mgr
100
x 2=28 x 0,1 x
176
10
mgr=

176 x 28 x 0,1 x 10
2

mgr=2464 mg =2,46 gram

Kadar Vitamin C=

gram
x 100
1 gram

Kadar Vitamin C=

2,46
x 100
10

Kadar Vitamin C=24,6


8.1.3. Argentometri
8.1.3.1.Standarisasi AgNO3
N KCl=

gram
x valensi x F p
mr

N KCl=

0,21
100
x1 x
74,5
10

N KCl=0,03 N

E1)

Diketahui:

V AgNO3 = 2,4 ml

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3


10 x 0,03=2,4 x N AgNO 3
N AgNO3 =

10 x 0,03
2,4

N AgNO3 =0,12 N
E2)

Diketahui:

V AgNO3 = 3,7 ml

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3

10 x 0,03=3,7 x N AgNO 3

33

N AgNO3 =

10 x 0,03
3,7

N AgNO3 =0,08 N
E3)

Diketahui:

V AgNO3 = 4 ml

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3

10 x 0,03=4 x N AgNO3
N AgNO3 =

10 x 0,03
4

N AgNO3 =0,075 N
E4)

Diketahui:

V AgNO3 = 2,7 ml

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3


10 x 0,03=2,7 x N AgNO 3
N AgNO3 =

10 x 0,03
2,7

N AgNO3 =0,11 N
E5)

Diketahui:

V AgNO3 = 3 ml

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3

10 x 0,03=3 x N AgNO3
N AgNO3 =

10 x 0,03
3

N AgNO3 =0,1 N
E6)

Diketahui:

V AgNO3 = 3,5 ml

V KCl x N KCl=V AgNO 3 x N AgNO3


10 x 0,03=3,5 x N AgNO3

34

N AgNO3 =

10 x 0,03
3,5

N AgNO3 =0,08 N

8.1.3.2. Penetapan kadar CaCl2


E1)

Diketahui: V CaCl2 = 10 ml
V AgNO3 = 1,6 ml
N AgNO3 = 0,12 N
mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM
mgr CaCl2
100
x 2=1,6 x 0,12 x
111
10
mgr CaCl2 =

1,6 x 0,12 x 10 x 111


2

mgr CaCl2 =106,56 mgr

Kadar CaCl2=

mgr CaCl 2
x 100
150 mgr

Kadar CaCl2=

106,56
x 100
100

Kadar CaCl2=71,04
E2)

Diketahui: V CaCl2 = 10 ml
V AgNO3 = 2,1 ml
N AgNO3 = 0,08 N
mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM
mgr CaCl2
100
x 2=2,1 x 0,08 x
111
10
mgr CaCl2 =

2,1 x 0,08 x 10 x 111


2

mgr CaCl2 =93,24 mgr

35

Kadar CaCl2=

mgr CaCl 2
x 100
150 mgr

Kadar CaCl2=

93,24
x 100
100

Kadar CaCl2=62,16
E3)

Diketahui: V CaCl2 = 10 ml
V AgNO3 = 2,3 ml
N AgNO3 = 0,075 N
mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM
mgr CaCl2
100
x 2=2,3 x 0,075 x
111
10
mgr CaCl2 =

2,3 x 0,075 x 10 x 111


2

mgr CaCl2 =95,74 mgr

Kadar CaCl2=

mgr CaCl 2
x 100
150 mgr

Kadar CaCl2=

95,74
x 100
100

Kadar CaCl2=63,83
E4)

Diketahui: V CaCl2 = 10 ml
V AgNO3 = 1,2 ml
N AgNO3 = 0,11 N
mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM
mgr CaCl2
100
x 2=1,2 x 0,11 x
111
10
mgr CaCl2 =

1,2 x 0,11 x 10 x 111


2

mgr CaCl2 =73,26 mgr

36

Kadar CaCl2=

mgr CaCl 2
x 100
150 mgr

Kadar CaCl2=

73,26
x 100
100

Kadar CaCl2=48,84
E5)

Diketahui: V CaCl2 = 10 ml
V AgNO3 = 1,5 ml
N AgNO3 = 0,1 N
mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM
mgr CaCl2
100
x 2=1,5 x 0,1 x
111
10
mgr CaCl2 =

1,5 x 0,1 x 10 x 111


2

mgr CaCl2 =83,25 mgr

Kadar CaCl2=

mgr CaCl 2
x 100
150 mgr

Kadar CaCl2=

83,25
x 100
100

Kadar CaCl2=55,5
E6)

Diketahui: V CaCl2 = 10 ml
V AgNO3 = 3 ml
N AgNO3 = 0,08 N
mgr CaCl2
x valensi=V AgNO3 x N AgNO3 x F p
BM
mgr CaCl2
100
x 2=3 x 0,08 x
111
10
mgr CaCl2 =

3 x 0,08 x 10 x 111
2

mgr CaCl2 =133,2mgr

37

Kadar CaCl2=

mgr CaCl 2
x 100
150 mgr

Kadar CaCl2=

133,2
x 100
100

Kadar CaCl2=88,8
8.2. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai