Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal alat-alat yang digunakan di
laboratorium kimia, mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat dengan benar,
mengetahui perbedaan ketelitian alat-akat ukur, mengetahui cara pembuatan larutan
NaCl, mengamati tingkat ketelitian titrasi buret pada metode lambat maupun metode
cepat, mengetahui cara mengencerkan suatu larutan, mengetahui cara melakukan titrasi,
serta mengetahui cara mengenal gas dengan menggunakan kertas lakmus.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Digunakan sebagai penyangga kawat kasa untuk meletakkan bahan bahan yang
akan dipanaskan. Spiritus diletakkan di antara ketiga kakinya (Day
and Underwood, 1998).
2. Kasa Besi
Sumber : Sumber: http://pt-alkin-global.indonetwork.co.id/
tabung reaksi
http://onelaboratorytechniq.blogspot.co.id/2012/09/alat-
alat-lab.html
Digunakan untuk menjepit tabung reaksi yang sukar disentuh oleh tangan. Contoh :
panas.
4.
Sumber
bath/
Cawan Porselen
http://onelaboratorytechniq.blogspot.co.id/2012/09/alat-alat-lab.html
Alat-alat gelas
dicuci dan dibersihkan dahulu
sebelum digunakan. Untuk alat gelas yang terkontaminasi dipisahkan dari alat gelas
yang lain, bila perlu dilakukan sanitasi. Alat gelas juga perlu dilakukan pengecekan
bila ada kerusakan (pecah), bila ada kerusakan maka perlu diadakan perbaikan atau
dibuang. Alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium kimia dikelompokkan
menjadi : Peralatan dasar, Peralatan ukur, dan Peralatan mereaksi zat.
Peralatan dasar
i.
Pengaduk
Pengaduk digunakan untuk mengaduk cairan atau larutan kimia.
ii.
Gelas arloji
Gelas arloji digunakan untuk wadah pada saat menimbang, untuk menutup
bejana lain saat pemanasan atau lainnya, dan untuk menguapkan suatu
iii.
cairan.
Corong
Gelas ukur
Gelas ukur dipakai untuk mengukur takaran air suling dan bahan kimia
yang akan digunakan. Terdapat berbagai macam ukuran gelas ukur mulai
dari volume 25 mL hingga mencapai volume 250 mL. Terdapat jenis gelas
ukur yang tahan panas (dari pirex) dan ada yang tidak tahan panas (dari
gelas biasa) (Hendaryono, 1994). Dalam mengukur volume, gelas ukur
mempunyai tingkat ketelitian yang kurang tepat sehingga tidak disarankan
untuk mengukur larutan dan tidak digunakan sebagai pelarut panas
ii.
(Rahardjo, 1987).
Pipet
- Pipet gondok
Dinamakan pipet gondok karena terdapat bagian yang membesar di
bagian teman dengan ujung yang meruncing, digunakan untuk
mengambil larutan dengan volume teratur dan tepat, untuk mengukur
-
volume larutan.
Pipet tetes
Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang kecil.
Pipet ukur
Bentuk pipet ini pada semua bagiannya sama, tidak ada yang
menggembung, mempunya ukuran yang berbeda beda untuk
mengambil volume tertentu
iii.
iv.
Buret
Digunakan pada percobaan titrasi, dengan mengeluarkan cairan pada
volume tertentu.
Labu takar
Memiliki leher yang panjang dan bagian bulat di bawahnya, menyerupai
bentuk buah labu yang bertangkai panjang. Labu ukur umumnya memiliki
kapasitas antara 5 mL sampai 5 L. Fungsi utama labu ukur adalah untuk
mengencerkan suatu bahan dengan ketelitian yang sangat tinggi (Day &
v.
Underwood, 1998).
Neraca
Digunakan untuk mengukur massa. Neraca terbagi menjadi dua, yaitu
neraca kasar dan neraca halus. Neraca besar untuk menimbang dalam
jumlah besar, sedangkan neraca kecil memiliki satuan miligram untuk
menimbang jumlah sedikit. Contoh dari neraca halus adalah neraca
analitik.
Peralatan pereaksi zat
i.
Gelas piala atau gelas beku (Beaker Glass)
Digunakan untuk mereaksikan cairan dalam jumlah banyak, baik untuk
memanaskan cairan maupun membuat endapan yang banyak dan perlu
untuk disaring. Saat melakukan pemanasan, gelas piala ditutup dengan
ii.
iii.
untuk
menegakkan buret,
corong,
corong pisah
dan
peralatan
3. MATERI METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas ukur,
labu takar, pompa pilleus, pipet volume, pipet tetes, buret, pengaduk, gelas arloji,
penjepit, timbangan analitik, statif, klem, termometer, stopwatch, kertas lakmus, bunsen,
dan rak tabung reaksi.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadestilata, NaCl, larutan H 2SO4
0,3 N, larutan NaOH, indikator PP (phenolphthalein), spiritus, kertas lakmus merah, dan
NH4Cl.
3.2. Metode
3.2.1. Ketelitian Alat-alat Ukur
Aquadestilata dituang ke dalam labu takar hingga mencapai 100 ml. Kemudian larutan
tersebut dipindahkan ke dalam gelas ukur dan dicatat ketelitiannya, kemudian larutan
tersebut dipindahkan kembali ke dalam Erlenmeyer dan ketelitiannya dicatat kembali.
3.2.2. Pembuatan Larutan NaCl
NaCl ditimbang sebanyak 3 gram, 5 gram, dan 10 gram dengan menggunakan gelas
arloji. Kemudian NaCl tersebut dilarutkan dengan aquadestilata hingga mencapai batas
100 ml di dalam labu takar. Setelah beberapa saat, perubahan yang terjadi diamati dan
dicatat perolehan datanya.
3.2.3. Tingkat Ketelitian Titrasi Buret
Buret diisi dengan air destilata pada sembarang angka. Kemudian 10 ml air destila
dikeluarkan dengan lambat dan meniskus yang terjadi (cembung, cekung, atau datar)
dicatat. Setelah beberapa menit, meniskus dilihat kembali. Kemudian dilakukan cara
yang sama tetapi air destilata dikeluarkan dengan cepat setelah itu meniskus dicatat dan
ditunggu beberapa menit.
3.2.4. Pengenceran
Dengan menggunakan pipet volume diambil 10 ml H2SO4 0,1 N. Permukaan cekung
dari zat cair tersebut harus tepat menyinggung garis tanda tera pada pipet volume.
Kemudian H2SO4 tersebut dimasukan ke dalam labu takar takar 100 ml dan diencerkan
hingga mencapai tanda tera. Lalu, konsentrasi larutan H2SO4 yang telah diencerkan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
V1.N1 = V2.N2
Keterangan:
3.2.5. Titrasi
Buret dicuci dengan cairan pencuci, kemudian dibilas dengan larutan standar yang akan
dipakai yaitu NaOH. Setelah itu, buret tersebut diisi dengan NaOH dan skalanya dicatat.
Kemudian 15 ml H2SO4 yang sudah dibuat dari pengenceran tadi diambil dengan
menggunakan pipet volume dan larutan H2SO4 dimasukan ke dalam Erlenmeyer lalu 3
sampai 4 tetes indikator PP ditambahkan. Keran buret dibuka, dan perlahan-lahan titran
diteteskan ke dalam Erlenmeyer sambil Erlenmeyer digoyang perlahan-lahan. Titran
dihentikan ketikan penambahan setetes NaOH memberikan warna merah muda yang
sangat muda dan tidak hilang saat penggoyanga. Kemudian ketinggian cairan dalam
buret dilihat dan ml larutan standar yang digunakan dicatat. Molaritas NaOH setelah
dilakukan titrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
V1.N1 = V2.N2
Keterangan:
Kelompok
Alat
Ketelitian (ml)
E1
Labu takar
Gelas ukur
Erlenmeyer
Labu takar
Gelas ukur
Erlenmeyer
Labu takar
Gelas ukur
Erlenmeyer
Labu takar
Gelas ukur
Erlenmeyer
100
<100
>100
100
100
>100
100
>100
>100
100
100
100
E2
E3
E4
E5
Labu takar
100
Gelas ukur
100
Erlenmeyer
>100
E6
Labu takar
100
Gelas ukur
>100
Erlenmeyer
>100
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa volume aquadestilata pada tiap alat berbeda-beda.
Setiap kelompok mempunyai hasil ketelitian yang berbeda-beda, setelah dipindahkan
dari labu takar ke gelas ukur dan ke gelas erlenmeyer.
4.2. Pembuatan Larutan NaCl
Hasil pengamatan pembuatan larutan NaCl dapat dilihat pada Tabel 2.
Kelompok
Pengamatan
E1
3
Ada gelembung, tidak ada endapan, tidak keruh
E2
5
Tidak ada gelembung, tidak ada endapan, tidak keruh
E3
10
Tidak ada gelembung, tidak ada endapan, tidak keruh
E4
3
Ada gelembung, tidak ada endapan, tidak keruh
E5
5
Ada gelembung, tidak ada endapan, keruh
E6
10
Tidak ada gelembung, tidak ada endapan, tidak keruh
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa larutan yang terbuat dari 3 gram NaCl memiliki tingkat
kekeruhan yang paling rendah dan larutan yang terbuat dari 10 gram NaCl memiliki
tingkat kekeruhan yang paling tinggi.
Kelompok
E1
E2
Metode
Lambat
Cepat
Lambat
Cepat
Volume (ml)
Waktu (s)
10
10
10
10
602
52
82
4
Pengamatan
Meniskus cekung
Meniskus cekung
Meniskus cekung
Meniskus cekung
10
E3
Lambat
10
329
Meniskus cekung
Cepat
10
34
Meniskus cekung
E4
Lambat
10
952
Meniskus cekung
Cepat
10
173
Meniskus cekung
E5
Lambat
10
85
Meniskus cekung
Cepat
10
49
Meniskus cekung
E6
Lambat
10
359
Meniskus cekung
Cepat
10
39
Meniskus cekung
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pada metode cepat maupun lambat, meniskus pada
buret berbentuk cekung.
4.4. Pengenceran
Hasil pengamatan pengenceran dapat dilihat pada Tabel 4.
Kelompok
Kelompok
Normalitas (N)
E1
E2
E3
E4
E5
E6
1,9
1,9
0,8
1,2
1,6
1,8
0,08
0,08
0,19
0,13
0,09
0,08
11
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa untuk menitrasi 15 ml H 2SO4 membutuhkan larutan
NaOH yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok. Kelompok E1, E2 sebanyak
1,9 ml; kelompok E3 sebanyak 0,8 ml; kelompok E4 sebanyak 1,2 ml; kelompok E5
sebanyak 1,6 ml; kelompok E6 sebanyak 1,8 ml.
Kelompok
E1
Gas yang
terbentuk
NH3
E2
NH3
E3
NH3
E4
NH3
E5
NH3
E6
NH3
Sifat
Bau
Warna
Menyengat
sehingga merubah lakmus merah menjadi biru, memiliki bau menyengat yang tidak
enak.
5. PEMBAHASAN
12
13
Terdapat dua komponen pada larutan yaitu pelarut (solvent) dan zat terlarutnya (solute).
Jumlah pelarut lebih besar dibandingkan jumlah zat terlarut untuk menghasilkan suatu
larutan (Harjadi, 1993). Suatu larutan dapat terjadi endapan jika massa zat terlarut lebih
besar dibandingkan masa pelarutnya, hal itu akan menyebabkan zat terlarut mengendap
di dasar pelarutnya.
Pada percobaan tingkat ketelitian titrasi buret dilakukan dua metode dalam melakukan
titrasi, yaitu metode cepat dan lambat. Pertama-tama buret diisi dengan air destila pada
sembarang angka (kurang lebih 20 ml) dan sebanyak 10 ml dikeluarkan dengan metode
lambat kemudian amati meniskusnya dan diukur waktunya. Pada percobaan kedua
dilakukan hal yang sama tetapi air destila dikeluarkan dengan metode cepat dengan
diukur waktunya dan diamati meniskusnya.
Pada percobaan ini didapatkan hasil meniskus cekung pada kedua metode, cepat
maupun lambat. Akan tetapi pada setiap kelompok dibutuhkan waktu yang berbedabeda untuk melakukan kedua metode tersebut, hal ini dapat terjadi karena pengertian
cepat dan lambat tiap kelompok berbeda-beda, pada metode lambat tidak semua
kelompok melakukan dengan kecepatan yang sama, begitupun dengan dilakukannya
metode cepat. Sehingga didapatkan hasil waktu yang berbeda-beda antar tiap kelompok
untuk mengeluarkan 10 ml larutan dari buret.
Metode lambat lebih efektif untuk melakukan titrasi dibandingkan dengan
melakukannya menggunakan metode cepat. Pada metode lambat meniskus pada larutan
akan tetap karena larutan yang dikeluarkan dari buret dengan cara perlahan-lahan tidak
meninggalkan sisa cairan di dinding buret, sedangkan pada metode cepat larutan akan
tertinggal di dinding buret, larutan yang tertinggal di dinding buret akan turun dan
mengubah kembali meniskus yang sudah ditentukan, hal ini akan merubah volume yang
telah di keluarkan tidak tepat. Maka titrasi dengan metode lambat lebih efektif
dibandingkan dengan metode cepat.
Percobaan pengenceran ini dilakukan dengan cara mengencerkan 10 ml larutan H 2SO4
0,1 N dengan aquadestilata dalam labu takar hingga mencapai 100 ml. Pengenceran
dengan menggunakan labu takar ini harus sekali jadi, dengan maksud tidak boleh
membuang zat yang lebih dari batas karena akan mengakibatkan kesalahan paralax,
dengan begitu digunakan pipet tetes saat larutan sudah hampi dekat dengan tanda tera
14
15
titrasi saat larutan berwarna merah muda yang sangat jelas dilihat. Hal ini yang
mengakibatkan volume NaOH yang dibutuhkan tiap kelompok berbeda-beda.
Hambatan dalam melakukan titrasi ini adalah dalam menentukan titik akhir titrasi. Saat
mendekati titik akhir titrasi diperlukan kehati-hatian agar warna merah muda yang
dihasilkan tidak sampai melawati warna yang sudah ditentukan, warna yang dihasilkan
warna merah yang sangat muda, bukan warna ungu.
Untuk menentukan volume NaOH yang dibutuhkan, harus melihat meniskus cekung
yang terdapat pada buret. Meniskus dapat terjadi cekung maupun cembung, meniskus
cekung dapat terjadi jika adhesi lebih besar dari kohesi, sedangkan meniskus cembung
dapat terjadi jika kohesi lebih besar dari adhesi. Kohesi merupakan gaya tarik menarik
antar partikel yang sejenis, sedangkan adhesi merupakan gaya tarik menarik antar
partikela yang tidak sejenis.
Pada percobaan pengenalan gas dengan kertas lakmus dilakukan dengan mencampurkan
2 ml larutan NH4Cl dengan 2 ml larutan NaOH yang kemudian dipanaskan. Gas yang
dihasilkan dapat di baui dengan mengipas-ngipaskan tangan dan kertas lakmus sebagai
indikator didekatkan pada mulut tabung agar didapatkan sifat dari gas tersebut. Dengan
menggunakan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru, dapat ditentukan apakah gas
tersebut bersifat asam, basa ataupun netral. kertas lakmus merah akan berubah menjadi
warna biru jika dikenai senyawa yang sifatnya basa, sedangkan kertas lakmus biru kaan
berubah menjadi warna merah jika dikenai senyawa yang sifatnya asam (Busch, 1978).
Dari percobaan ini didapatkan hasil gas yang terbentuk merupakan gas NH 3 yang
bersifat basa, hal itu dapat dikehatui dengan melihat kertas lakmus merah berubah
menjadi biru dan kertas lakmus biru yang tetap menjadi biru.
16
6. KESIMPULAN
masing-masing.
Terdapat beberapa alat laboratorium memiliki fungsi yang sama.
Banyaknya zat terlarut menghasilkan hasil pengamatan yang berbeda-beda
kesalahan paralaks.
Pengenceran menghasilkan konsentrasi berubah menjadi lebih kecil.
Untuk melakukan titrasi digunakan indikator PP untuk menentukan titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi menggunakan indikator PP ditandai dengan warna merah muda
pada larutan.
Pada titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan standar dapat digunakan rumus
V1.N1 = V2.N2
Penggunaan indikator kertas lakmus digunakan untuk menentukan larutan bersifat
Asisten Dosen:
-
Fellycia Devi P
Melisa Vicilia
Busch, D. H ; H. Shull & R. T. Conley. (1978). Chemistry 2nd ed. Allyn and Bacon Inc.
17
Cairns, Donald. 2003. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Day, R.A. Jr & A.L. Underwood. (1992). Analisis Kimia Kuantitatif, edisi kelima.
Erlangga. Jakarta.
Day, R.A. Jr & A.L. Underwood. (1998). Analisa kimia kuantitatif, edisi Revisi,
terjemahan R.Soedoro dkk. Erlangga, Jakarta.
Ebbing, D. B. (1987). General Chemistry. Houghton Mifflin Company. Boston.
Hendaryono, Daisy P. Sriyanti. 1994. Teknik kultur jaringan. Kanisius, Yogyakarta.
Petrucci, R. H. (1992). Kimia Dasar Prinsip Modern dan Terapan Erlangga. Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 1984. Buku Pendoman Praktikum dan Manual Alat Laboratorium
Pendidikan Kimia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Rahardjo, Sentot Budi (1987). Buku Petunjuk Kuliah Praktikum Kimia Dasar.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sudarmadji,S., Bambang H. & Suhardi. (1984). Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan & Pertanian.Liberty.Yogyakarta.
8. LAMPIRAN
8.1. Perhitungan
~ Pengenceran
18
Diketahui:
V2 = 100 ml
V1 = 10 ml
N1 = 0,1 N
Ditanya:
N2?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
N2 =
V 1 X N1
V2
N2 =
10 X 0,1
100
N2 = 0,01 N
~ Titrasi Dengan Biuret
E1)
Diketahui:
V 1 = V NaOH = 15 ml
N 1 = N H2SO4 = 0,01 N
V 2 = V H2SO4 = 1,9 ml
Ditanya: N NaOH (N2)?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
N2 =
V 1 X N1
V2
N2 =
15 X 0,01
1,9
N2 = 0,08 N
E2)
Diketahui:
V 1 = V NaOH = 15 ml
N 1 = N H2SO4 = 0,01 N
V 2 = V H2SO4 = 1,9 ml
Ditanya: N NaOH (N2)?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
19
N2 =
V 1 X N1
V2
N2 =
15 X 0,01
1,9
N2 = 0,08 N
E3)
Diketahui:
V 1 = V NaOH = 15 ml
N 1 = N H2SO4 = 0,01 N
V 2 = V H2SO4 = 0,8 ml
Ditanya: N NaOH (N2)?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
N2 =
V 1 X N1
V2
N2 =
15 X 0,01
0,8
N2 = 0,13 N
E4)
Diketahui:
V 1 = V NaOH = 15 ml
N 1 = N H2SO4 = 0,01 N
V 2 = V H2SO4 = 1,2 ml
Ditanya: N NaOH (N2)?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
N2 =
V 1 X N1
V2
N2 =
15 X 0,01
1,2
N2 = 0,13 N
E5)
Diketahui:
V 1 = V NaOH = 15 ml
20
N 1 = N H2SO4 = 0,01 N
V 2 = V H2SO4 = 1,6 ml
Ditanya: N NaOH (N2)?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
N2 =
V 1 X N1
V2
N2 =
15 X 0,01
1,6
N2 = 0,09 N
E6)
Diketahui:
V 1 = V NaOH = 15 ml
N 1 = N H2SO4 = 0,01 N
V 2 = V H2SO4 = 1,8 ml
Ditanya: N NaOH (N2)?
Jawab:
V1.N1 = V2.N2
N2 =
V 1 X N1
V2
N2 =
15 X 0,01
1,8
N2 = 0,08 N