DISUSUN OLEH
NPM : A1F020014
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
Hasil Perhitungan
Pengenceran CH3COOH 1 M
Grafik
IV. DISKUSI
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut
umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.
Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang
dinyatakan sebagai perbandingan antara fasa organik dan fasa air.
K = C1 / C2
Dengan,
K: koefisien distribusi
C1 : konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1
C2 : konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 2
Harga K akan tetap jika berat molekul zat terlarut dalam pelarut 1 sama dengan
berat molekul dalam pelarut 2. Apabila berat molekul tidak sama, maka akan
terjadi disosiasi zat terlarut atau disosiasi zat terlarut dalam satu pelarut.
Prinsip pada praktikum kali ini yaitu berdasarkan pada distribusi Nernst,
yaitu terlarut dengan perbandingan tertentu antara 2 pelarut yang tidak saling
melarut atau bercampur seperti eter, kloroform, karbon sulfida. Prinsip pada
titrasi netralisasi yaitu titrasi asam basa yang melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya, dimana kadar lalrutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan
larutan asam.
Setelah pencampuran asam asetat dengan petroleum eter dalam corong
pemisah, larutan menjadi berasa dingin (terjadinya penurunan temperatur
larutan) dan saat pengocokan dilakukan, larutan sering menghasilkan gas dimana
gas yang terbentuk itu berasal dari larutan dietil eter yang bersifat mudah
menguap. Jika gas tidak dikeluarkan, dapat menyebabkan terjadinya ledakan
pada corong pemisah. Fungsi pengocokan disini untuk membesarluas
permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat pada kedua fasa.
Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian
didiamkan dan terbentuk dua lapisan fasa atas dan fasa bawah. Dari kedua fasa
tersebut yang diambil adalah fasa bawah karena pada fasa tersebut dicurigai
terdapat asam asetat. Pada pelarut eter, asam asetat yang larut dalam air akan
berada di lapisan bawah, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut
petroleum eter berada dilapisan bawah. Hal ini terjadi karena perbedaan berat
jenis pelarut organik dengan berat jenis air (massa jenis air lebih besar di
banding masa jenis petroleum eter dimana massa jenis petroleum eter sebesar
0,66 sedangkan massa jenis air sebesar 0,99). Setelah proses pemisahan lapisan
larutan berjalan dengan sempurna, maka lapisan air yang mengandung asam
asetat dikeluarkan dan selanjutnya sebanyak 5mL larutan tersebut dititrasi
dengan larutan NaOH 0,5 M. Titrasi ini merupakan jenis titrasi asam basa
dimana asamnya yaitu asam asetat (CH3COOH) bertindak sebagai titrat
sedangkan basa yaitu NaOH bertindak sebagai titran.. Penggunaan indikator
berguna untuk mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah muda. Indikator yang digunakan dalam titrasi
ini adalah indikator fenolftalein (pp). Indikator ini merupakan asam diprotik dan
tidak berwarna. Saat direkasikan, fenolftalein terurai dahulu menjadi bentuk
tidak berwarnanya dan kemudian, dengan menghilangnya proton kedua dari
indikator ini menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda,
pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
Hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa antara konsentrasi asam
asetat dengan volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi memiliki hubungan
yang sebanding. Walaupun ada volume yang sangat sedikit dan ada agat naik
drastis, itu dikarenakan, kurangnya distribusi saat pengocokan, kemudian ada zat
yang tumpah/keluar saat pengocokan, sehingga berpengaruh pada saat proses
titrasi yaitu pada volumenya. Pada dasarnya, Semakin besar konsentrasi asam
asetat yang digunakan, maka volume larutan NaOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam asetat tersebut juga akan semakin banyak. Secara teknik,
faktor pengocokan sangat penting dan mempengaruhi proses distribusi suatu
larutan organik pada pelarut organik dan air yang tidak saling campur. Selain itu,
temperatur juga mempengaruhi proses ekstraksi, karena ekstraksi harus
dilakukan pada tempertur konstan.
Dari volume NaOH yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan untuk
mencari konsentrasi CH3COOH 1M, 0,8M, 0,6M, dan 0,4M sebelum setimbang
secara berturut-turut sebesar ; 1,15 M; 0,8 M; 0,63 M; dan 0,12 M. Sedangkan
konsentrasi CH3COOH setelah ditimbang didapatkan hasilnya dari perhitungan
berturut-turut sebesar ; 0,55 M; 0,43 M; 0,225 M; dan 0,175 M. Lalu nilai
konsentrasi pembentukan petroleum eter secara berturut-turut adalah; 0,6 M;
0,37 M; 0,405 M dan -0,055 M. Kemudian untuk perhitungan ln C air berturut-
turut didapatkan nilainya sebesar; -0,597, -0,843, -1,491 dan -2,097 sedangkan
untuk nilai In C C6H14 berturut-turut didapatkan nilainya sebesar; -0,510,
-0,994, -0,903 dan -4,045.Dari perhitungan nilai In Cair dan C C6H14
didapatkan nilai m (slope) sebesar 2,356 dan didapatkan harga n sebesar -1,613.
Kemudian untuk perhitungan nilai Kd dari konsentrasi 1M; 0,8M; 0,6M; dan
0,4M didapatkan hasilnya berturut-turut sebesar; 0,916, 1,162, 0,556 dan
-3,181.Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai K sebesar 0,336 lalu
didapatkan pula nilai R dari hasil perhitungan sebesar 0,928. Dari perhitungan
yang dilakukan diperoleh nilai Kd dengan perbandingan berbeda. Hal ini sesuai
dengan literatur dimana semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka nilai KD
yang diperoleh juga semakin tinggi.
Asam cuka (CH3COOH) berfungsi sebagai zat yang akan diidentifikasi
kadar asam asetatnya. Natrium hidroksida (NaOH) berfungsi sebagai larutan
standar untuk menitrasi asam cuka(titran). Indikator Phenolphtalein (pp)
berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi dan untuk
akuades berfungsi sebagai pelarut. Fungsi petroleum eter adalah sebagai pelarut
organik yang digunakan untuk melarutkan asam asetat. Untuk fungsi alatnya
yaitu : pipet tetes berfungsi untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke
dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer sendiri berfungsi sebagai wadah zat yang akan
dititrasi. Statif dan klem berfungsi sebagai penyanggah berdirinya buret. Fungsi
buret itu sendiri adalah sebagai wadah untuk titrannya (NaOH). Beaker glass
berfungsi sebagai wadah campuran yang diaduk. Corong pisah disini berfungsi
untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun ke dalam
Erlenmeyer. Fungsi batang pengaduk adalah alat untuk mengaduk dua zat yang
dicampur agar terbentuk larutan yang homogen. Sifat fisika dari asam asetat
adalah memiliki rumus molekul CH3COOH, massa molar 60.05 gr/mol, densitas
dan fase 1.049 g/cm3, cairan. 1.266 g/cm3, padatan. Titik lebur 16.50C (289.6 ±
0,5 K) (61.6 0F). Titik lebur sebesar 118.10C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 0F).
Penampilan cairan higroskopis tak berwarna. Sedangkan sifat kimianyaa dalah
melarut dengan mudah dalam air, bersifat higroskopis dan korosif, asam asetat
merupakan asam lemah dan monobasik. Asam asetat dapat merubah kertas
lakmus biru menjadi merah. Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat dan
asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.
Sifat fisika untuk NaOH adalah memiliki densitas dan fase 2.100 g/cm3,
memiliki titik lebur dan titik didih sebesar 3180C dan 13900C, penampilan yaitu
cairan higroskopis tak berwarna. Sedangkan untuk sifat kimianya yaitu mudah
menyerap gas CO2, senyawa ini sangat mudah larut dalam air, merupakan
larutan basa kuat, sangat korosif terhadap jaringan tubuh dan tidak berbau. Sifat
fisika untuk indikator PP yaitu memiliki rumus molekul C20H14O4,
Penampilan berupa padatan Kristal tak berwarna dan memiliki massa jenis
1,227, berbentuk larutan, termasuk asam lemah dan larut dalam air. Sedangkan
untuk sifat kimianya adalah trayek pH berkisar pada 8,2-10, dan merupakan
indikator dalam analisis kimia, tidak dapat bereaksi dengan larutan yang
direaksikan, hanya sebagai indikator, larut dalam 95% etil alkohol, merupakan
asam dwiprotik, tidak berwarna saat asam dan saat kondisi basa akan berwarna
merah lembayung. Adapun sifat fisik dan kimia dari dietil eter yaitu memiliki
rumus molekul CH3CH2-O-CH2-CH3, dengan titik didih 35 °C dan konstanta
dielektriknya sebesar 4.3, serta memiliki massa jenis sebesar 0.713 g/ml.
Adapun Faktor kesalahan dalam percobaan kali ini yaitu :
− Kesalahan ketika pengocokkan menyebabkan cairan yang terdapat pada labu
keluar dan distribusi terhambat, sehingga berpengaruh pada jumlah volume
NaOH yang bereaksi.
− Kesalahan pada saat pengenceran asam asetat, kemungkinan larutan tidak tepat
pada batas tepat.
− Kesalahan pada saat melakukan titrasi, termasuk kesalahan yang bisa
menyebabkan pengaruh pada nilai semua perhitungan.
Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga volume titrasi
Menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k.
2. Jenis Pelarut
Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan
sangat mempengaruhi volume titrasi, akibatnya berpengaruh pada perhitungan
nilai k.
3. Jenis Zat Terlarut
Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau
higroskopis, maka akan mempengaruhi normalitas (konsentrasi zat tersebut),
akibatnya mempengaruhi harga k.
4. Konsentrasi
V. KESIMPULAN
1. Fase yang terbentuk setelah proses pemisahan yaitu fase air berada di bagian bawah dan
fase organik (larutan dietil eter) berada di bagian atas.
2. Fungsi pengocokan adalah untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses
distribusi asam asetat pada kedua fasa.
3. Pelarut yang memiliki bobot molekul yang lebih besar akan berada di lapisan bawah,
sedangkan pelarut yang memiliki bobot molekul yang lebih kecil akan berada di lapisan
atas.
4. Titrasi yang dilakukan termasuk jenis titrasi alkalimetri yaitu reaksi penetralan dengan
menggunakan indikator fenolftalein sebagai pendeteksi titik akhir titrasi.
5. Volume larutan NaOH yang dipergunakan dalam titrasi sebelum ditimbang secara
berturut-turut untuk asam asetat 1 M yaitu 11,5 mL ,untuk 0,8 M yaitu 10 mL,untuk 0,6
M yaitu 4,5 mL,dan untuk 0,4 M yaitu 3 mL Sedangkan untuk volume NaOH setelah
ditimbang secara berturu-turut untuk asam asetat 1 M yaitu 11 mL ,untuk 0,8 M yaitu 8,6
mL,untuk 0,6 M yaitu 4,5 mL,dan untuk 0,4 M yaitu 3,5 mL.
6. Volume larutan NaOH yang diperlukan dalam titrasi sebanding dengan konsentrasi asam
asetat yang digunakan. Semakin besar konsentrasi asam asetat maka volume NaOH yang
diperlukan semakin besar, demikian pula sebaliknya.
7. Semakin besar nilai koefien distribusi (KD) maka pemisahan yang dihasilkan akan
semakin sempurna.
8. Konstanta kesetimbangan suatu solute terhadap 2 pelarut yang tidak bercampur
.Dimana pada percobaan diperoleh nilai K ialah 0,336
9. Bila dalam dua macam pelarut yang tidak bersatu tidak saling bercampur, maka akan
terlihat suatu batas saat kesetimbangan. Dimana kelarutan suatu solut dalam dua pelarut
yang memiliki kepolaran yang sama dengan solute, sesuai dengan sifat larutan like
dissolve like.
Purwani MV. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Tri Oktil Amin the
Extraction of Neodymium Concentrates Using Tri Octyl Amine. GANENDRA
Majalah IPTEK Nuklir. 2017.2;17(1).
RINCIAN PERHITUNGAN
Pengenceran CH3COOH
Pengenceran `1 M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 1 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 1 M . 100 mL
1 M .100 mL
V1 = 1𝑀
V1 = 100 ml
Pengenceran 1 M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 0.8 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0.8 M . 100 mL
0.8 M .100 mL
V1 = 1𝑀
V1 = 80 ml
Pengenceran 1 M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 0.6 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0.6 M . 100 mL
0.6 M .100 mL
V1 = 1𝑀
V1 = 60 ml
Pengenceran 1M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 0.4 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0.4 M . 100 mL
0.4 M .100 mL
V1 = 1𝑀
V1 = 40 ml
Konsentrasi Sebelum Setimbang
CH3COOH 1 M
Diketahui : MNaOH = 1 M VNaOH = 11,5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH .
VNaOH MCH3COOH . 10 ml = 1 M .
11,5 ml
1 M .11,5 mL
MCH3COOH = 10 mL
MCH3COOH = 1,15 M
CH3COOH 0.8 M
Diketahui : MNaOH = 0.8 M VNaOH = 10 ml
VCH3COOH = 10 ml
Ditanya MCH3COOH = …?
MCH3COOH = 0,8 M
CH3COOH 0.6 M
Diketahui : MNaOH = 0.6 M VNaOH = 4.5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH =
…?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH .
VNaOH MCH3COOH . 10 ml = 0.6 M .
4.5 ml
0.6 M .4.5 mL
MCH3COOH = 10 𝑀
MCH3COOH = 0.63 M
CH3COOH 0.4 M
Diketahui : MNaOH = 0.4 M VNaOH = 3 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH =
…?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH .
VNaOH MCH3COOH . 10 ml = 0.4 M .
3 ml
0.4 M . 3 mL
MCH3COOH = 10 𝑀
MCH3COOH = 0.12 M
Konsentrasi setelah setimbang
-Untuk CH3COOH 1M
Diketahui : Vair : 10 ml
M NaOH : 0,5 M
V NaOH : 11 ml
Ditanya : M air =… ?
Jawab :
M x 11 ml
0,5 𝑀 𝑥 11 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙
Mair = 0,55 M
Diketahui : Vair : 10 ml
M NaOH : 0,5 M
V NaOH : 8,6 ml
Ditanya : M air = …?
Jawab :
Mair x Vair = MNaOH x VNaOH
ml
0,5 𝑀 𝑥 8,6 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙
Mair = 0,43 M
-Untuk CH3COOH 0,6 M
Diketahui : Vair : 10 ml
M NaOH : 0,5 M
V NaOH : 4,5 ml
Ditanya : M air ?
Jawab :
0,5 𝑀 𝑥 4,5 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙
Mair = 0,225 M
Diketahui : Vair : 10 ml
M NaOH : 0,5 M
V NaOH : 3,5 ml
Ditanya : M air ?
Jawab :
0,5 𝑀 𝑥 3,5 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙
Mair = 0,175 M
Konsentrasi Sebelum Setimbang
CH3COOH 1 M
Diketahui : MNaOH = 1 M VNaOH = 17 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH . VNaOH
MCH3COOH . 10 ml = 1 M . 17 ml
1 M .17 mL
MCH3COOH = 10 𝑀
MCH3COOH = 1,7 M
CH3COOH 0.8 M
Diketahui : MNaOH = 0.8 M VNaOH = 12,5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH . VNaOH
MCH3COOH . 10 ml = 0.8 M . 12,5 ml
0.8 M .12.5 mL
MCH3COOH = 10 𝑀
MCH3COOH = 1 M
CH3COOH 0.6 M
Diketahui : MNaOH = 0.6 M VNaOH = 10.5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH . VNaOH
MCH3COOH . 10 ml = 0.6 M . 10.5 ml
0.6 M .10.5 mL
MCH3COOH = 10 𝑀
MCH3COOH = 0.63 M
Untuk CH3COOH 1M
Diketahui : Vair : 10 ml
M NaOH : 0,5 M
V NaOH : 18 ml
Ditanya : M air =… ?
Jawab :
Mair x 10 ml = 0,5 M x 18 ml
0,5 𝑀 𝑥 18 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙
Mair = 0,9 M
Diketahui : Vair : 10 ml
M NaOH : 0,5 M
V NaOH : 16 ml
Ditanya : M air = …?
Jawab :
Mair x Vair = MNaOH x VNaOH
Mair x 10 ml = 0,5 M x 16 ml
0,5 𝑀 𝑥 16 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙
Mair = 0,8M
M NaOH : 0,5 M
V NaOH : 10,5 ml
Ditanya : M air ?
Jawab :
0,5 𝑀 𝑥 10.5 𝑚𝑙
Mair = 10,5 𝑚𝑙
Mair = 0,5 M
Untuk CH3COOH 1M
MC6H14 = M2 - M1
= 1,7 M – 0,9 M
= 0,8 M
x = ln Cair
y = ln CC6H14
Slope
∆y
𝑚=
∆x
(−3,688 − (−2,995))
𝑚=
(−0,644 − (−0,105))
𝑚 = 1,285
Harga n= m (slope)
Nilai Kd
a) Konsentrasi 1 M
𝐶 𝑎i𝑟 0,9 𝑀
Kd = = = −18
𝐶 𝐶6𝐻14 0,05
𝑀
b) Konsentrasi 0,8 M
𝐶 𝑎i𝑟 0,8 𝑀
Kd = = = −4,571
𝐶 𝐶6𝐻14 0,175
𝑀
c) Kd = C air = 0,225 M = 0,556
C C6H14 0,405 M
Sehingga ,
y = mx + C
𝑛
ln 𝐶 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛i𝑘 = n x ln 𝐶 𝑎i𝑟 + 𝑙𝑛
𝐾
y=mx+C
−1,613 = 2,356 ( -1,257) + C
𝐶 = 0,544
n
𝐶 = ln
K
𝐶 = ln 𝑛 − ln 𝐾
0,544 = ln 2,456 – ln K
ln K = 1,4
K = 0,336
x y x.y x2 y2
-0,597 -0,510 0,304 0,386 0,260
-0,843 -0,994 0,837 0,710 0,988
-1,491 -0,903 1,346 2,223 0,815
-2,097 -4,045 8,482 4,397 16,362
∑𝑥 ∑𝑦 ∑ 𝑥. 𝑦 ∑ 𝑥2 = 7,686 ∑ 𝑦2
= −5,028 = −6,452 = 10,969 = 18,425
𝑛 ∑ 𝑥. 𝑦 − ∑ 𝑥 . ∑ 𝑦
𝑅² =
√𝑛 ( ∑ 𝑥2 ) − (∑ 𝑥 )2. √𝑛 ( ∑ 𝑦2 ) − (∑ 𝑦 )2
4 𝑥 10,969 − ((−5,028) 𝑥 ( −6,452))
𝑅² =
√ 4 ( 7,686 ) − (−5,028)2. √(4 𝑥 18,425) − (−6,452)2
11,436
𝑅² =
√ 5,464 . √32,1
𝑅² = 0,863
= 0,928