Anda di halaman 1dari 40

HUKUM DISTRIBUSI

DISUSUN OLEH

Nama : Lesa Maharani

NPM : A1F020014

Hari, Tanggal : Rabu, 17 November 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
ABSTRAK

Tujuan dilakukannya percobaan mengenai “Hukum Distribusi” adalah untuk


menentukan konstanta kesetimbangan suatu solut terhadap suatu pelarut yang
tidak bercampur dan mempelajari kelarutan solut dalam dua pelarut yang tidak
bercampur.Dimana didapatkan hasil akhir pada percobaan ini setelah setimbang
yaitu volume NaOH untuk 1 M adalah 11 ml, volume untuk NaOH 0,8 M adalah
8,6 ml dan volume NaOH untuk 0,6 M adalah 4,5 ml dan untuk voulume NaOH
adalah 3 ml. Sedangkan hasil sebelum setimbang yaitu volume NaOH untuk 1
M adalah 11,5 ml, volume untuk NaOH 0,8 M adalah 10 ml dan volume NaOH
untuk 0,6 M adalah 4,5 ml dan volume NaOH 0,4 M adalah 3,5 ml.

I. PENDAHULUAN

Dogra1 Hukum distribusi adalah metode yang digunakan untuk


menentukan aktivitas zat terlarut dalam suatu pelarut jika aktivitas zat terlarut
dalam pelarut lain diketahui, dengan syarat kedua pelarut tidak tercampur
sempurna satu sama lain. Dalam buku Sukardjo2 dinyatakan bahwa hokum
distribusi banyak dipakai untuk proses ekstraksi, analisis, dan penentuan
ketetapan kesetimbangn. Dalam laboratorium ekstraksi dipakai untuk
mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut-pelarut
organic yang tidak bercampur.
Percobaan yang dilakukan ini berjudul “Hukum Distribusi”. Konsep utama
dari praktikum ini yaitu distribusi zat terlarut (CH3COOH) ke dalam dua pelarut
yang tidak saling bercampur yaitu air dan petroleum eter. Dimana bila menurut
hukum distribusi, jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tidak saling bercampur
dimasukkan solusi yang dapat larut dalam pelarut tersebut tepat dan merupakan
suatu tetapan pada suhu tetap, maka tetapan tersebut disebut tetapan distribusi
atau koefisien distribusi. Adapun pada percobaan pertama dari praktikum ini
dilakukan pengenceran. Fungsi dari pengenceran sebelum melakukan titrasi
yaitu untuk mengurangi konsentrasi suatu zat agar konsentrasinya menjadi lebih
kecil. Pada percobaan, pengenceran ini juga dilakukan pengocokan setelah
penambahan 25 ml petroleum eter, yang mana fungsi pengocokan disini untuk
memperbesar luas permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat
pada kedua fasa dan agar zat terdistribusi sempurna.
Menurut Sukardjo (2004:21), Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses
ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan kesetimbangan. Ekstraksi mempunyai
arti penting dalam laboratorium dan teknik.
Dalam laboratorium, ekstraksi dipakai untuk memberi zat-zat terlarut dalam air
dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang tidak bercampur seperti eter,
CHCl3,CCl4 dan benzena. Dalam industri, ekstraksi dipakai untuk
menghilangkan zat-zat yang tidak disukai dalam hasil seperti dalam minyak
tanah minyak goreng dan sebagainya…..(1). Menurut Sofyatin (2016 : 50),
Syarat untuk suatu logam dapat dipisahkan dari campurannya dengan
menggunakan metode ekstraksi pelarut, yaitu jika nilai faktor pemisahan X
kurang dari atau lebih dari satu…..(2). Menurut Dogra (2009 : 3), Metode ini
digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain yang
diketahui asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain…..
(3). Menurut Dilla (2018:68), Prinsip dari ekstraksi cair-cair adalah berdasarkan
hukum distribusi dimana distribusi solut dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur….(4). Menurut Dwi Briyantoro (2015 : 36), Hukum distribusi bila ke
dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat
larut ke dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan
kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan pelarut air dalam praktek
solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah
diaduk dan dibiarkan terpisah pada keadaan setimbang, perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap tetapan tersebut disebut
tetapan distribusi….(5).
Adapun harapan atas praktikum yang dilakukan ini yang mana agar dapat
berjalan lancar dan juga didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Serta tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu,
diharapkan juga sesuai dengan teori yang ada dimana bila kedalam dua pelarut
tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan dari kedua pelarut tersebut yaitu
Air dan Petroleum Eter.
II. BAHAN DAN METODE
Bahan
Pada percoabaan “Hukum Distribusi”, bahan yang digunakan adalah sebagai
berikut asam asetat 1 M, Indikator PP , NaOH 0.5 M, Petroleum eter, dan
Aquades.
Metode
Metode awal dengan cara, yaitu dilakukan pengenceran asam asetat lalu
dibuat larutan asam asetat masing-masing 100 ml pada konsentrasi 1M, 0.8 M
dan 0.6 M dan 0,4M.Dimulai dengan dimasukkannya asam asetat 1 M kedalam
gelas ukur kemudian dimasukkan asam asetat yang di gelas ukur tadi kedalam
labu ukur, selanjutnya ditambahkan aquades sampai tanda batas, kemudian
dikocok hingga homogen, setelah dilakukan pengenceran asam asetat dengan
konsentrasi 1 M, selanjutnya dimasukkan kedalam gelas kimia. Lalu diulangi
langkah yang sama untuk mendapatkan asam asetat 100 ml 0.8 M dan 0.6 M
dan 0,4 M.
Kemudian dilakukan proses titrasi dengan cara, yaitu diukur 10 ml asam
asetat 1 M menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan kedalam labu
Erlenmeyer, selanjutnya, ditetesi dengan Indikator PP sebanyak 3 tetes, lalu
diisi buret dengan NaOH 0.5 M , kemudian dititrasi asam asetat 1M dengan
NaOH hingga berubah warna. Lalu,diulangi langkah yang sama untuk proses
titrasi asam asetat 0.8 M dan 0.6M dan 0,4M.
Selanjutnya dilakukan pemisahan antara asam asetat dengan Petroleum Eter
dengan cara, yaitu diukur 25 ml petroleum eter, lalu diukur 25 ml asam asetat 1
M, kemudian dimasukkan asam asetat dan petroleum eter kedalam corong pisah,
selanjutnya dilakukan pengocokan, kemudian didiamkan selama 10 menit
sampai terbentuk lapisan, lalu dipisahkan lapisan atas dan lapisan bawah.
Kemudian, dilakukan langkah yang sama untuk pemisahan asam asam asetat
0.8 M dan 0.6 M dan 0,4 M.
Hasil pemisahan pada lapisan bawah (asam asetat 1 M ) kemudian ditetesi
dengan 3 tetes Indikator PP kemudian dititrasi dengan NaOH 0.5 M sampai
berubah warna. Dilakukan langkah yang sama untuk hasil pemisahan lapisan
bawah asam asetat 0.8 M dan 0.6 M dan 0,4 M.
III. HASIL

3.1 Hasil Percobaan

No Volume NaOH 1M 0,8 M 0,6 M 0,4 M


.
1. Sebelum setimbang 11,5 ml 10 ml 4,5 ml 3ml
2. Sesudah setimbang 11 ml 8,6 ml 4,5 ml 3,5 ml
3. Pengenceran
M1 1 1 1 1
V1 100 ml 80 ml 60 ml 40 ml

Hasil Perhitungan
Pengenceran CH3COOH 1 M

No. Konsentrasi Hasil Volume


1. 1M 100 ml
2. 0,8 M 80 ml
3. 0,6 M 60 ml
4. 0,4 M 40 ml

Konsentrasi CH3COOH sebelum setimbang

No. [CH3COOH] [H2O]


1. 1M 1,15 M
2. 0,8 M 0,8 M
3. 0,6 M 0,63 M
4. 0,4 M 0,12 M
Konsentrasi CH3COOH setelah setimbang

No. [CH3COOH] [H2O]


1. 1M 0,55 M
2. 0,8 M 0,43 M
3. 0,6 M 0,225 M
4. 0,4 M 0,175 M

Konsentrasi Petroleum Eter

No. [CH3COOH] [Petrolium eter]


1. 1M 0, 6 M
2. 0,8 M 0, 37 M
3. 0,6 M 0, 405 M
4. 0,4 M -0,055 M
Nilai slope, intersept, konstanta, dan regresi

No. Perhitungan Hasil


1. Slope 2,356
2. Intersept -1,613
3. Konstanta distribusi 0,336
4. Regresi 0,928

Grafik

Gambar 3.2 Grafik Perbandingan ln Petroleum Eter dan ln Cairan


Dari grafik diatas didapatkan perbandingan In petroleum eter dan In cair
berbanding lurus artinya semakin besar nilai In cair maka nilai In petroleum yang
dihasilkan semakin besar dan semakin tinggi pula.Dengan grafik ini pula kita
dapatkan harga n sebagai slope dan harga n/K sebagai intersep,sehingga harga K
dapatditentukan.

IV. DISKUSI

Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan


aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain
diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurnasatu sama lain
(S. K. Dogra & S. Dogra : 604).
Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga
K tergantung jenis pelarutnya dan zat terlarut. Menurut Walter Nersnt,
hukumdiatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak mengalami disosiasi atau
asosiasi,hukum di atas hanya berlaku untuk komponen yang sama.Hukum
distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi analisis dan penentuan tetapan
kesetimbangan.Dalam laboratorium ekstraksi dipakai untuk mengambil zat-zat
terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang tidak
bercampur seperti eter,CHCl3,CCl4,dan benzene.Dalam industry ekstraksi dipakai
untuk menghilangkan zat-zat yang tidak disukai dalam hasil,seperti minyak
tanah,minyak goring dan sebagainya (Sukardjo : 242-245).

Hukum Distribusi Nerst ini menyatakan bahwa solute akan


mendistribusikan diri diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga
setelah kesetimbangan distribusi tercapai,perbandingan konsentrasi solute didalam
kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan,yang disebut
koefisien distribusi (KD), jika didalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-
reaksi apapun.Akan tetapi,jika solute didalam kedua fasa pelarut mengalami
reaksi-reaksi tertentuseperti assosiasi,dissosiasi, maka akan lebih berguna untuk
merumuskan besaran yang menyangkut konsentrasi total komponen senyawa yang
ada dalam tiap-tiap fasa,yang dinamakan angka banding distribusi (D).
Pada percobaan pertama yaitu pengenceran yang dilakukan dengan
CH3COOH 1 M, 0,8 M, 0,6 M dan 0,4 M. Dimana percobaan pertama ini berhasil
dilakukan pengenceran pada CH3COOH berjalan dengan baik dan dengan
seharusnya dilakukan.Setelah dilakukan pengenceran,
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer untuk dititrasi dengan NaOH sebelum dilakukan
titrasi ditambahkan indicator PP dalam erlenmeyer. Dalam kimia, titrasi
merupakan teknik analitis yang digunakan untuk memastikan konsentrasi larutan
yang tidak diketahui. Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi dari
CH3COOH sebelum setimbang dengan data sebagai berikut, 1 M = 11,5 ml, 0,8 M
= 10 ml, 0,6 M = 4,5 ml dan 0,4 M = 3 ml. Pada penitrasi ini digunakan 10 ml
CH3COOH yang ditambah 3 tetes indikator PP. Indikator PP ini digunakan sebagai
indikator pembanding dalam proses titrasi dengan menunjukkan perubahan
menjadi merah muda saat tercapai titik akhir titrasi. Titrasi dilakukan hingga
warna menjadi pink. Pada percobaan ini, dipisahkan larutan tersebut. Kemudian
dipisahkan larutan tersebut, yang mana lapisan bawah dititrasi dengan
NaOH yang terpakai pada 1 M = 11 ml, 0,8 M = 8,6 ml , 0,6 M = 4,5 ml dan 0,4 M
= 3,5 ml.
Pada percobaan, terbentuknya 2 lapisan karena perbedaan massa jenis
kedua larutan. Kedua lapisan tersebut merupakan dua fasa yang tidak saling
bercampur. Petroleum Eter adalah pelarut non polar yang merupakan campuran
hidrokarbon cair yang bersifat mudah menguap dengan rumus molekul C6H14 dan
Asam Asetat adalah pelarut semipolar yang dapat larut dalam pelarut nonpolar
maupun polar. Lapisan organik petroleum eter berada pada lapisan atas sedangkan
air berada pada lapisan bawah. Dimana massa jenis air lebih besar dibandingkan
massa jenis petroleum eter.
Lapisan bawah pada percobaan corong dititrasi dengan NaOH untuk
mengetahui konsentrasi asam asetat sisa dalam air setelah kesetimbangan.
Konsentrasi asam asetat dalam pelarut lebih kecil dibandingkan kelarutan dalam
air. Hal ini dikarenakan dalam larutan, asam aselat akan terdisosiasi menjadi ion-
ion. Air memiliki momen-momen dipol dan tetapan dielektrik yang lebih kuat
dibanding pelarut organik sehingga air lebih kuat menarik asam asetat.Berdasarkan
hasil percobaan distribusi solut (asam asetat) terhadap petroleum eter dan air yaitu
terdistribusi baik di dalam dua pelarut tersebut. Hal ini dikarenakan CH3COOH
dapat larut dalam pelarut polar (air) maupun pelarut non polar (Petroleum Eter).
Percobaan yang telah dilakukan ini sesuai dengan literatur yang mana Hukum
Distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan
kesetimbangan.
Dalam metode ini, sampel yang mengandung analit merupakan suatu
larutan (umumnya dalam air) yang juga mengandung zat-zat terlarut lainnya.
Teknik ini melibatkan dua fase cair yaitu cairan asal (sampel) dan satunya lagi
adalah pelarut pengekstraknya (pelarut). Menurut hukum distribusi Nernst, bila
ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat
larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan.
Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan
konsentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu
tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara fasa organic
dan fasa air (Sodiq,2004:34).
Pada pemisahan dua komponen yang tidak saling larut ini digunakan
pelarut asam asetat (CH3COOH) dan petroleum eter. Pelarut asam asetat yang
digunakan tergolong asam lemah sehingga dapat terionisasi sebagian dalam air
dan nilai ionisasi asam tersebut dalam air dapat diabaikan. Pelarut petroleum eter
merupakan senyawa organik yang bersifat volatil (mudah menguap) dan non
polar. Selain itu petroleum eter mudah meledak dan terbakar. Petroleum eter
merupakan sebuah pelarut laboratorium yang umum dan memiliki kelarutan
terbatas di dalam air, sehingga sering digunakan untuk ekstrasi cair-cair. Karena
kurang rapat bila dibandingkan dengan air, lapisan petroleum eter biasanya
berada paling atas. Fungsi dari pengocokan pada percobaan yaitu agar terjadinya
distribusi asam asetat ke dalam fasa organik dan fasa air, serta untuk
memperbesar luas permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat
pada kedua fasa. Selain itu proses pengocokan dilakukan agar zat dapat
mengadakan keseimbangan antara yang larut dalam air dan yang larut dalam
petroleum eter. Pada percobaan ini dilakukan pengocokan yang kuat dan agak
lama agar gugus polar dan non (kurang) polar dari asam asetat dapat bereaksi
dengan fase air minyak. Gugus benzen dari asam asetat merupakan gugus
karbon yang memiliki momen dipol yang kecil sehingga konsentrasi
dielektiknya juga kecil dan gugus ini akan bereaksi dengan petroleum eter. Air
memiliki momen dipol dan konstanta dielektriknya yang besar sehingga bersifat
polar jadi mudah menarik gugus polar dari asam asetat.
Setelah pencampuran asam asetat dengan petrleum eter dalam corong
pemisah, terjadi penurunan temperatur larutan yang menyebabkan larutan terasa
dingin dan saat pengocokan dilakukan, larutan sering menghasilkan gas dimana
gas yang terbentuk itu berasal dari larutan petroleum eter yang bersifat mudah
menguap. Oleh sebab itu ketika pengocokan dilakukan, sesekali gas harus
dikeluarkan melalui kran. Pengeluaran gas dilakukan saat gas memberikan
tekanan yang kuat pada tutup corong pemisah. Jika gas tidak dikeluarkan, dapat
menyebabkan terjadinya ledakan pada corong pemisah. Dalam prosedur
percobaan seharusnya dilakukan pengocokan dilakukan selama 10 menit dengan
menggunakan pengocok magnetik sehingga kecepatan pengocokan konstan
namun prosedur tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik karena pengocokan
dilakukan secara manual sehingga kecepatan pengocokan tidak dapat berjalan
dengan konstan.
Apabila proses pengocokan selama 10 menit telah selesai, maka campuran
asam asetat dengan petroleum eter dalam corong pemisah dibiarkan beberapa
saat agar terjadi pemisahan yang sempurna. Pemisahan larutan dapat terjadi
karena campuran telah mencapai keadaan setimbang. Pemisahan lapisan larutan
menghasilkan 2 lapisan larutan, dimana pada bagian bawah merupakan lapisan
air yang mengandung asam asetat atau disebut juga fase air sedangkan di bagian
atas merupakan lapisan petroleum eter (fase organik). Pemisahan lapisan larutan
ini menunjukkan bobot molekul dari larutan yang terpisah, dimana larutan yang
memiliki bobot molekul yang lebih bert berada di bagian bawah sedangkan
larutan yang memiliki bobot molekul yang lebih ringan berada dibagian atas.
Berdasarkan hasil pemisahan diketahui bahwa lapisan air yang mengandung
asam asetat memiliki bobot molekul lebih berat dibandingkan lapisan petroleum
eter.
Proses selanjutnya yaitu proses pengeluaran lapisan air yang mengandung
asam asetat. Asam asetat yang keluar ditampung pada erlenmeyer yang
kemudian akan dipipet sebanyak 10 mL dan dititrasi dengan NaOH 0,5 M.
Sedangkan lapisan petroleum eter dibuang, apabila lapisan petroleum eter yang
dititrasi maka akan terjadi saponifikasi. Metode titrasi yang digunakan yaitu
alkalimetri (penetralan) dimana asam asetat bertindak sebagai titrat sedangkan
NaOH bertindak sebagai titran. Pada titrasi ini, juga terjadi reaksi netralisasi
yaitu asam asetat yang dititrasi dengan titran basa akan bereaksi sempurna
dengan semua asam sehingga dapat diperoleh titik akhir titrasi yang ditunjukkan
dengan terjadinya perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indikator fenolftalein.
Indikator ini merupakan asam diprotik dan tidak berwarna. Pada saat
direaksikan, fenolftalein terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan
kemudian, dengan menghilangnya proton kedua dari indikator ini menjadi ion
terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda. Adapun reaksi yang
terjadi pada saat titrasi yaitu :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat hubungan bahwa konsentrasi dengan


volume NaOH yang diperlukan adalah sebanding. Semakin besar konsentrasi
asam (asam asetat) maka semakin banyak volume basa (NaOH) yang diperlukan
untuk menetralkan asam asetat tersebut semakin banyak.

Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut
umumnya pelarut organik dan air. Perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.
Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi yang
dinyatakan sebagai perbandingan antara fasa organik dan fasa air.
K = C1 / C2
Dengan,
K: koefisien distribusi
C1 : konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1
C2 : konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 2
Harga K akan tetap jika berat molekul zat terlarut dalam pelarut 1 sama dengan
berat molekul dalam pelarut 2. Apabila berat molekul tidak sama, maka akan
terjadi disosiasi zat terlarut atau disosiasi zat terlarut dalam satu pelarut.
Prinsip pada praktikum kali ini yaitu berdasarkan pada distribusi Nernst,
yaitu terlarut dengan perbandingan tertentu antara 2 pelarut yang tidak saling
melarut atau bercampur seperti eter, kloroform, karbon sulfida. Prinsip pada
titrasi netralisasi yaitu titrasi asam basa yang melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya, dimana kadar lalrutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan
larutan asam.
Setelah pencampuran asam asetat dengan petroleum eter dalam corong
pemisah, larutan menjadi berasa dingin (terjadinya penurunan temperatur
larutan) dan saat pengocokan dilakukan, larutan sering menghasilkan gas dimana
gas yang terbentuk itu berasal dari larutan dietil eter yang bersifat mudah
menguap. Jika gas tidak dikeluarkan, dapat menyebabkan terjadinya ledakan
pada corong pemisah. Fungsi pengocokan disini untuk membesarluas
permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat pada kedua fasa.
Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian
didiamkan dan terbentuk dua lapisan fasa atas dan fasa bawah. Dari kedua fasa
tersebut yang diambil adalah fasa bawah karena pada fasa tersebut dicurigai
terdapat asam asetat. Pada pelarut eter, asam asetat yang larut dalam air akan
berada di lapisan bawah, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut
petroleum eter berada dilapisan bawah. Hal ini terjadi karena perbedaan berat
jenis pelarut organik dengan berat jenis air (massa jenis air lebih besar di
banding masa jenis petroleum eter dimana massa jenis petroleum eter sebesar
0,66 sedangkan massa jenis air sebesar 0,99). Setelah proses pemisahan lapisan
larutan berjalan dengan sempurna, maka lapisan air yang mengandung asam
asetat dikeluarkan dan selanjutnya sebanyak 5mL larutan tersebut dititrasi
dengan larutan NaOH 0,5 M. Titrasi ini merupakan jenis titrasi asam basa
dimana asamnya yaitu asam asetat (CH3COOH) bertindak sebagai titrat
sedangkan basa yaitu NaOH bertindak sebagai titran.. Penggunaan indikator
berguna untuk mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan terjadi perubahan
warna dari bening menjadi merah muda. Indikator yang digunakan dalam titrasi
ini adalah indikator fenolftalein (pp). Indikator ini merupakan asam diprotik dan
tidak berwarna. Saat direkasikan, fenolftalein terurai dahulu menjadi bentuk
tidak berwarnanya dan kemudian, dengan menghilangnya proton kedua dari
indikator ini menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda,
pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
Hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa antara konsentrasi asam
asetat dengan volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi memiliki hubungan
yang sebanding. Walaupun ada volume yang sangat sedikit dan ada agat naik
drastis, itu dikarenakan, kurangnya distribusi saat pengocokan, kemudian ada zat
yang tumpah/keluar saat pengocokan, sehingga berpengaruh pada saat proses
titrasi yaitu pada volumenya. Pada dasarnya, Semakin besar konsentrasi asam
asetat yang digunakan, maka volume larutan NaOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam asetat tersebut juga akan semakin banyak. Secara teknik,
faktor pengocokan sangat penting dan mempengaruhi proses distribusi suatu
larutan organik pada pelarut organik dan air yang tidak saling campur. Selain itu,
temperatur juga mempengaruhi proses ekstraksi, karena ekstraksi harus
dilakukan pada tempertur konstan.
Dari volume NaOH yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan untuk
mencari konsentrasi CH3COOH 1M, 0,8M, 0,6M, dan 0,4M sebelum setimbang
secara berturut-turut sebesar ; 1,15 M; 0,8 M; 0,63 M; dan 0,12 M. Sedangkan
konsentrasi CH3COOH setelah ditimbang didapatkan hasilnya dari perhitungan
berturut-turut sebesar ; 0,55 M; 0,43 M; 0,225 M; dan 0,175 M. Lalu nilai
konsentrasi pembentukan petroleum eter secara berturut-turut adalah; 0,6 M;
0,37 M; 0,405 M dan -0,055 M. Kemudian untuk perhitungan ln C air berturut-
turut didapatkan nilainya sebesar; -0,597, -0,843, -1,491 dan -2,097 sedangkan
untuk nilai In C C6H14 berturut-turut didapatkan nilainya sebesar; -0,510,
-0,994, -0,903 dan -4,045.Dari perhitungan nilai In Cair dan C C6H14
didapatkan nilai m (slope) sebesar 2,356 dan didapatkan harga n sebesar -1,613.
Kemudian untuk perhitungan nilai Kd dari konsentrasi 1M; 0,8M; 0,6M; dan
0,4M didapatkan hasilnya berturut-turut sebesar; 0,916, 1,162, 0,556 dan
-3,181.Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai K sebesar 0,336 lalu
didapatkan pula nilai R dari hasil perhitungan sebesar 0,928. Dari perhitungan
yang dilakukan diperoleh nilai Kd dengan perbandingan berbeda. Hal ini sesuai
dengan literatur dimana semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka nilai KD
yang diperoleh juga semakin tinggi.
Asam cuka (CH3COOH) berfungsi sebagai zat yang akan diidentifikasi
kadar asam asetatnya. Natrium hidroksida (NaOH) berfungsi sebagai larutan
standar untuk menitrasi asam cuka(titran). Indikator Phenolphtalein (pp)
berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi dan untuk
akuades berfungsi sebagai pelarut. Fungsi petroleum eter adalah sebagai pelarut
organik yang digunakan untuk melarutkan asam asetat. Untuk fungsi alatnya
yaitu : pipet tetes berfungsi untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke
dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer sendiri berfungsi sebagai wadah zat yang akan
dititrasi. Statif dan klem berfungsi sebagai penyanggah berdirinya buret. Fungsi
buret itu sendiri adalah sebagai wadah untuk titrannya (NaOH). Beaker glass
berfungsi sebagai wadah campuran yang diaduk. Corong pisah disini berfungsi
untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun ke dalam
Erlenmeyer. Fungsi batang pengaduk adalah alat untuk mengaduk dua zat yang
dicampur agar terbentuk larutan yang homogen. Sifat fisika dari asam asetat
adalah memiliki rumus molekul CH3COOH, massa molar 60.05 gr/mol, densitas
dan fase 1.049 g/cm3, cairan. 1.266 g/cm3, padatan. Titik lebur 16.50C (289.6 ±
0,5 K) (61.6 0F). Titik lebur sebesar 118.10C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 0F).
Penampilan cairan higroskopis tak berwarna. Sedangkan sifat kimianyaa dalah
melarut dengan mudah dalam air, bersifat higroskopis dan korosif, asam asetat
merupakan asam lemah dan monobasik. Asam asetat dapat merubah kertas
lakmus biru menjadi merah. Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat dan
asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.
Sifat fisika untuk NaOH adalah memiliki densitas dan fase 2.100 g/cm3,
memiliki titik lebur dan titik didih sebesar 3180C dan 13900C, penampilan yaitu
cairan higroskopis tak berwarna. Sedangkan untuk sifat kimianya yaitu mudah
menyerap gas CO2, senyawa ini sangat mudah larut dalam air, merupakan
larutan basa kuat, sangat korosif terhadap jaringan tubuh dan tidak berbau. Sifat
fisika untuk indikator PP yaitu memiliki rumus molekul C20H14O4,
Penampilan berupa padatan Kristal tak berwarna dan memiliki massa jenis
1,227, berbentuk larutan, termasuk asam lemah dan larut dalam air. Sedangkan
untuk sifat kimianya adalah trayek pH berkisar pada 8,2-10, dan merupakan
indikator dalam analisis kimia, tidak dapat bereaksi dengan larutan yang
direaksikan, hanya sebagai indikator, larut dalam 95% etil alkohol, merupakan
asam dwiprotik, tidak berwarna saat asam dan saat kondisi basa akan berwarna
merah lembayung. Adapun sifat fisik dan kimia dari dietil eter yaitu memiliki
rumus molekul CH3CH2-O-CH2-CH3, dengan titik didih 35 °C dan konstanta
dielektriknya sebesar 4.3, serta memiliki massa jenis sebesar 0.713 g/ml.
Adapun Faktor kesalahan dalam percobaan kali ini yaitu :
− Kesalahan ketika pengocokkan menyebabkan cairan yang terdapat pada labu
keluar dan distribusi terhambat, sehingga berpengaruh pada jumlah volume
NaOH yang bereaksi.
− Kesalahan pada saat pengenceran asam asetat, kemungkinan larutan tidak tepat
pada batas tepat.
− Kesalahan pada saat melakukan titrasi, termasuk kesalahan yang bisa
menyebabkan pengaruh pada nilai semua perhitungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi diantaranya:


1. Temperatur

Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga volume titrasi
Menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k.
2. Jenis Pelarut

Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan
sangat mempengaruhi volume titrasi, akibatnya berpengaruh pada perhitungan
nilai k.
3. Jenis Zat Terlarut

Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau
higroskopis, maka akan mempengaruhi normalitas (konsentrasi zat tersebut),
akibatnya mempengaruhi harga k.

4. Konsentrasi

Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar pula harga k.


Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa
dengan menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa asam atau
basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam
diperlukan untuk menetapkan, konsentrasi basa dan larutan standar basa
diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah
ekivalen asam sama dengan basa disebut titik ekivalen. pH larutan mengalami
perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik ekivalen telah
tercapai (Supardi, 2006: 17).
Indikator fenolftalein yang dikenal baik adalah asam dwiprotik dan tak-
berwarna. Mula-mula zat ini berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak-berwarna dan
kemudian dengan kehilangan proton kedua, menjadi ion yang sistem konjugasi;
timbullah warna merah. Jingga metil, suatu indikator lain yang luas
pemakaiannya, adalah suatu basa dan berwarna kuning dalam bentuk
molekulnya. Penambahan ion hidrogen akan menghasilkan kation yang
berwarna merah muda (Day, 1986: 150-151).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan kandungan senyawa aktif dari
jaringan tumbuhan menggunakan pelarut tertentu. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi efisiensi ekstraksi, yaitu bahan tanaman yang digunakan,
pemilihan pelarut, dan metode yang digunakan. Bahan tanaman yang digunakan
dapat berupa bagian tanaman utuh atau yang telah melalui proses pengeringan.
Pemilihan metode dan pelarut yang digunakan harus tepat untuk mendapatkan
hasil yang maksimal (Rompas, dkk., 2012)
Asam asetat merupakan pelarut yang baik digunakan untuk ekstraksi
karena dapat dengan mudah diuapkan, tidak higroskopis, dan memiliki
toksisitas rendah serta bersifat semi polar (USP, 2007; Rowe et al, 2009;
Wardhani dan Sulistyani, 2012). Ekstrak yang diperoleh berwarna kuning pekat
kemudian diuapkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator untuk
mendapatkan ekstrak kental.Petroleum eter: Petroleum eter adalah pelarut non
polar yang merupakan campuran hidrokarbon cair yang bersifat mudah menguap
(Lifton, 2007). Petroleum eter disini akan melarutkan senyawa-senyawa yang
bersifat kurang polar pada selubung sel dan dinding sel seperti lemak-lemak,
terpenoid, klorofil dan steroid.
Untuk mendapatkan ekstraksi yang menyeluruh dan mendapatkan
senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas farmakologi maka pemilihan
pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi merupakan faktor yang penting.
Pelarut ideal yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan
air karena merupakan pelarut pengekstraksi yang terbaik untuk hampir semua
senyawa dengan berat molekul rendah seperti saponin dan flavonoid
(Wijesekera, 1991). Jenis pelarut pengekstraksi juga mempengaruhi jumlah
senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak, sesuai konsep like dissolve like,
dimana senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa
yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar.

V. KESIMPULAN
1. Fase yang terbentuk setelah proses pemisahan yaitu fase air berada di bagian bawah dan
fase organik (larutan dietil eter) berada di bagian atas.
2. Fungsi pengocokan adalah untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses
distribusi asam asetat pada kedua fasa.
3. Pelarut yang memiliki bobot molekul yang lebih besar akan berada di lapisan bawah,
sedangkan pelarut yang memiliki bobot molekul yang lebih kecil akan berada di lapisan
atas.
4. Titrasi yang dilakukan termasuk jenis titrasi alkalimetri yaitu reaksi penetralan dengan
menggunakan indikator fenolftalein sebagai pendeteksi titik akhir titrasi.
5. Volume larutan NaOH yang dipergunakan dalam titrasi sebelum ditimbang secara
berturut-turut untuk asam asetat 1 M yaitu 11,5 mL ,untuk 0,8 M yaitu 10 mL,untuk 0,6
M yaitu 4,5 mL,dan untuk 0,4 M yaitu 3 mL Sedangkan untuk volume NaOH setelah
ditimbang secara berturu-turut untuk asam asetat 1 M yaitu 11 mL ,untuk 0,8 M yaitu 8,6
mL,untuk 0,6 M yaitu 4,5 mL,dan untuk 0,4 M yaitu 3,5 mL.
6. Volume larutan NaOH yang diperlukan dalam titrasi sebanding dengan konsentrasi asam
asetat yang digunakan. Semakin besar konsentrasi asam asetat maka volume NaOH yang
diperlukan semakin besar, demikian pula sebaliknya.
7. Semakin besar nilai koefien distribusi (KD) maka pemisahan yang dihasilkan akan
semakin sempurna.
8. Konstanta kesetimbangan suatu solute terhadap 2 pelarut yang tidak bercampur
.Dimana pada percobaan diperoleh nilai K ialah 0,336
9. Bila dalam dua macam pelarut yang tidak bersatu tidak saling bercampur, maka akan
terlihat suatu batas saat kesetimbangan. Dimana kelarutan suatu solut dalam dua pelarut
yang memiliki kepolaran yang sama dengan solute, sesuai dengan sifat larutan like
dissolve like.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Biyantoro,D.,M.V Purwani. Optimasi Ze-Hf dengan cara ektraksi menggunakan
solven TOPO. J.Tek.Nukl. 2016.9,1-54.
Dilla, A.A.F., Pusparini, W. R., & Kurniawan, M. A. Ekstraksi Disporsium (Dy)
Pada Konsentrat Itrium Dalam Keasaman Klorida Menggunakan Cyanex 572.
2018. INDONESIAN JOURNAL OF CHEMICAL RESEARCH. 3, 67-77.
Dogra. 1990. Kimia Fisik Dan Soal-Soal. Jakarta : UI Press.
Matoa, A. A. E. D., Suryani, N. C., Permana, D. G. M., &Jambe, A. A. Pengaruh Jenis
Pelarut Terhadap Kandungan Total Flavoid.

Sukarjo.2004.Kimia Fisika. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sofyatin,T., Nunik,N., Aan,A,. Husein,H.B. Penentuan Koefisien distribusi,


ekstraksi, faktor pemisahan pada ektraksi Godalinium dan Samarium dengan
ligan dibutilditiofosfat. Chemical at natura acta. 2016.4, 47-51.

Purwani MV. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Tri Oktil Amin the
Extraction of Neodymium Concentrates Using Tri Octyl Amine. GANENDRA
Majalah IPTEK Nuklir. 2017.2;17(1).
RINCIAN PERHITUNGAN

Pengenceran CH3COOH

 Pengenceran `1 M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 1 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 1 M . 100 mL
1 M .100 mL
V1 = 1𝑀

V1 = 100 ml
 Pengenceran 1 M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 0.8 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0.8 M . 100 mL
0.8 M .100 mL
V1 = 1𝑀

V1 = 80 ml
 Pengenceran 1 M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 0.6 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0.6 M . 100 mL
0.6 M .100 mL
V1 = 1𝑀

V1 = 60 ml
 Pengenceran 1M
Diketahui : M1 = 1 M V2= 100 ml
M2 = 0.4 M Ditanya V1 = …?
Jawaban : M1.V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0.4 M . 100 mL
0.4 M .100 mL
V1 = 1𝑀

V1 = 40 ml
Konsentrasi Sebelum Setimbang

 CH3COOH 1 M
Diketahui : MNaOH = 1 M VNaOH = 11,5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH .
VNaOH MCH3COOH . 10 ml = 1 M .
11,5 ml
1 M .11,5 mL
MCH3COOH = 10 mL

MCH3COOH = 1,15 M
 CH3COOH 0.8 M
Diketahui : MNaOH = 0.8 M VNaOH = 10 ml
VCH3COOH = 10 ml
Ditanya MCH3COOH = …?

Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH .


VNaOH MCH3COOH . 10 ml = 0.8 M .
10 ml
0.8 M .10 mL
MCH3COOH = 10 𝑀

MCH3COOH = 0,8 M

 CH3COOH 0.6 M
Diketahui : MNaOH = 0.6 M VNaOH = 4.5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH =
…?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH .
VNaOH MCH3COOH . 10 ml = 0.6 M .
4.5 ml
0.6 M .4.5 mL
MCH3COOH = 10 𝑀

MCH3COOH = 0.63 M

 CH3COOH 0.4 M
Diketahui : MNaOH = 0.4 M VNaOH = 3 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH =
…?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH .
VNaOH MCH3COOH . 10 ml = 0.4 M .
3 ml
0.4 M . 3 mL
MCH3COOH = 10 𝑀

MCH3COOH = 0.12 M
Konsentrasi setelah setimbang

-Untuk CH3COOH 1M

Diketahui : Vair : 10 ml

M NaOH : 0,5 M

V NaOH : 11 ml

Ditanya : M air =… ?

Jawab :

Mair x Vair = MNaOH x

VNaOH Mair x 10 ml = 0,5

M x 11 ml

0,5 𝑀 𝑥 11 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙

Mair = 0,55 M

-Untuk CH3COOH 0,8 M

Diketahui : Vair : 10 ml

M NaOH : 0,5 M

V NaOH : 8,6 ml

Ditanya : M air = …?

Jawab :
Mair x Vair = MNaOH x VNaOH

Mair x 10 ml = 0,5 M x 8.6

ml

0,5 𝑀 𝑥 8,6 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙

Mair = 0,43 M
-Untuk CH3COOH 0,6 M

Diketahui : Vair : 10 ml

M NaOH : 0,5 M

V NaOH : 4,5 ml

Ditanya : M air ?

Jawab :

Mair x Vair = MNaOH x VNaOH

Mair x 10 ml = 0,5 M x 4,5 ml

0,5 𝑀 𝑥 4,5 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙

Mair = 0,225 M

-Untuk CH3COOH 0,4 M

Diketahui : Vair : 10 ml

M NaOH : 0,5 M

V NaOH : 3,5 ml

Ditanya : M air ?

Jawab :

Mair x Vair = MNaOH x VNaOH

Mair x 10 ml = 0,5 M x 3,5 ml

0,5 𝑀 𝑥 3,5 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙

Mair = 0,175 M
Konsentrasi Sebelum Setimbang

 CH3COOH 1 M
Diketahui : MNaOH = 1 M VNaOH = 17 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH . VNaOH
MCH3COOH . 10 ml = 1 M . 17 ml
1 M .17 mL
MCH3COOH = 10 𝑀

MCH3COOH = 1,7 M
 CH3COOH 0.8 M
Diketahui : MNaOH = 0.8 M VNaOH = 12,5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH . VNaOH
MCH3COOH . 10 ml = 0.8 M . 12,5 ml
0.8 M .12.5 mL
MCH3COOH = 10 𝑀

MCH3COOH = 1 M
 CH3COOH 0.6 M
Diketahui : MNaOH = 0.6 M VNaOH = 10.5 ml
VCH3COOH = 10 ml Ditanya MCH3COOH = …?
Jawaban : MCH3COOH.VCH3COOH = MNaOH . VNaOH
MCH3COOH . 10 ml = 0.6 M . 10.5 ml
0.6 M .10.5 mL
MCH3COOH = 10 𝑀

MCH3COOH = 0.63 M

Konsentrasi setelah setimbang

 Untuk CH3COOH 1M

Diketahui : Vair : 10 ml

M NaOH : 0,5 M

V NaOH : 18 ml

Ditanya : M air =… ?

Jawab :

Mair x Vair = MNaOH x VNaOH

Mair x 10 ml = 0,5 M x 18 ml

0,5 𝑀 𝑥 18 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙

Mair = 0,9 M

 Untuk CH3COOH 0,8 M

Diketahui : Vair : 10 ml

M NaOH : 0,5 M

V NaOH : 16 ml

Ditanya : M air = …?

Jawab :
Mair x Vair = MNaOH x VNaOH

Mair x 10 ml = 0,5 M x 16 ml

0,5 𝑀 𝑥 16 𝑚𝑙
Mair = 10 𝑚𝑙

Mair = 0,8M

 Untuk CH3COOH 0,6 M

Diketahui : Vair : 10,5 ml

M NaOH : 0,5 M

V NaOH : 10,5 ml

Ditanya : M air ?

Jawab :

Mair x Vair = MNaOH x VNaOH

Mair x 10,5 ml = 0,5 M x 10 ml

0,5 𝑀 𝑥 10.5 𝑚𝑙
Mair = 10,5 𝑚𝑙

Mair = 0,5 M

Konsentrasi pembentukan Petroleum Eter

 Untuk CH3COOH 1M
MC6H14 = M2 - M1
= 1,7 M – 0,9 M
= 0,8 M

 Untuk CH3COOH 0,8 M


MC6H14 = M2 - M1
= 1 M – 0,8 M
= 0,2 M

 Untuk CH3COOH 0,6 M


MC6H14 : M2 - M1
= 0,63 M – 0,5 M
= 0,13 M
Penentuan harga n dan K

x = ln Cair

y = ln CC6H14

No x (ln Cair) y (ln CC6H14)


1. ln 0,9 = -0,105 ln -0,05 = -2,995
2. ln 0,8 = -0,223 ln -0,175 = -1,743
3. ln 0,525 = -0,644 ln 0,025 = -3,688

 Slope
∆y
𝑚=
∆x
(−3,688 − (−2,995))
𝑚=
(−0,644 − (−0,105))
𝑚 = 1,285

 Harga n= m (slope)

(−0,105) + (−0,223) + (−0,644)


𝑥=
3
𝑥 = −0,324

(−2,995) + (−1,743) + (−3,688)


𝑦=
3
𝑦 = −2,808

 Nilai Kd
a) Konsentrasi 1 M

𝐶 𝑎i𝑟 0,9 𝑀
Kd = = = −18
𝐶 𝐶6𝐻14 0,05
𝑀

b) Konsentrasi 0,8 M

𝐶 𝑎i𝑟 0,8 𝑀
Kd = = = −4,571
𝐶 𝐶6𝐻14 0,175
𝑀
c) Kd = C air = 0,225 M = 0,556
C C6H14 0,405 M

d) Kd = C air = 0,175 M = - 3,181


C C6H14 -0,055 M

Sehingga ,

y = mx + C

Jadi, Harga K dapat ditentukan :

𝑛
ln 𝐶 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛i𝑘 = n x ln 𝐶 𝑎i𝑟 + 𝑙𝑛
𝐾

y=mx+C
−1,613 = 2,356 ( -1,257) + C
𝐶 = 0,544

n
𝐶 = ln
K
𝐶 = ln 𝑛 − ln 𝐾
0,544 = ln 2,456 – ln K
ln K = 1,4
K = 0,336

x y x.y x2 y2
-0,597 -0,510 0,304 0,386 0,260
-0,843 -0,994 0,837 0,710 0,988
-1,491 -0,903 1,346 2,223 0,815
-2,097 -4,045 8,482 4,397 16,362
∑𝑥 ∑𝑦 ∑ 𝑥. 𝑦 ∑ 𝑥2 = 7,686 ∑ 𝑦2
= −5,028 = −6,452 = 10,969 = 18,425

𝑛 ∑ 𝑥. 𝑦 − ∑ 𝑥 . ∑ 𝑦
𝑅² =
√𝑛 ( ∑ 𝑥2 ) − (∑ 𝑥 )2. √𝑛 ( ∑ 𝑦2 ) − (∑ 𝑦 )2
4 𝑥 10,969 − ((−5,028) 𝑥 ( −6,452))
𝑅² =
√ 4 ( 7,686 ) − (−5,028)2. √(4 𝑥 18,425) − (−6,452)2
11,436
𝑅² =
√ 5,464 . √32,1

𝑅² = 0,863
= 0,928

Anda mungkin juga menyukai