Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Kimia Dasar

IKATAN KIMIA

NIKSIA TENRI OLLE

H031201019

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh:

NIKSIA TENRI OLLE

H031201019

Laporan ini diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 26 November 2020

Asisten Praktikan

MEGAWATI NIKSIA TENRI OLLE


NIM: H031171016 NIM: H031201019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kimia memiliki banyak bidang kajian yang mempelajari tentang fakta,

konsep, hukum serta teori yang banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Materi ikatan kimia biasanya dikelompokkan menjadi empat sub tema, yaitu ikatan

ionik, ikatan kovalen, ikatan logam, dan gaya antar molekul. Materi ikatan kimia

menjelaskan tentang bagaimana atom-atom membentuk ikatan, baik dengan atom

yang sama maupun dengan atom yang berbeda. Ikatan kimia terjadi karena

sekelompok atom menunjukkan satu kesatuan yang lebih stabil karena memiliki

tingkat energi lebih rendah daripada tingkat energi atom-atom penyusunnya dalam

keadaan terpisah. Konsep-konsep dalam ikatan kimia bersifat abstrak sehingga sulit

diterapkan secara kontekstual (Safitri dkk., 2018).

Materi ikatan kimia merupakan satu diantara materi pembelajaran kimia

yang mengandung konsep abstrak. Materi ikatan kimia berisi konsep-konsep yang

bersifat abstrak. Perikatan ion, kovalen, hingga bentuk geometri molekul

merupakan pengetahuan abstrak yang tersaji pada materi ikatan kimia

(Noviani dan Istiyadji, 2017).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa percobaan

mengenai ikatan kimia ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui

jenis jenis ikatan kimia serta perbedaannya terutama antara ikatan elektrovalen atau

ikatan ion dan ikatan kovalen maupun struktur senyawanya serta dapat membedakan

reaksi pembetukannya kompleks atau bukan kompleks.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari senyawa yang

mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen serta mengetahui reaksi

pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. Membedakan senyawa yang mempuyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen

2. Membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah mereaksikan NaCl dan CHCl3 dengan

AgNO3 untuk menentukan ikatan kovalen dan ikatan elektrovalen, mereaksikan HCl,

CH3COOH, C2H5OH dengan MO, selanjutnya reaksi pembentukan kompleks dan

bukan kompleks dengan cara pengendapan garam hidroksida dengan merekasikan

CuSO4, NH4OH, dengan BaCl2 dan K4 Fe(CN)6, dan terakhir merekasikan K3Fe(CN)6

dan FeCl3 dengan KCNS kemudian melihat rekasi atau perubahan yang timbul.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

2.2.1 Teori Ikatan Valensi

Ide pasangan elektron sebagai mekanisme dasar ikatan kimia seperti yang

dikemukakan oleh G. N Lewis pada tahun 1920-an diikuti oleh interpretasi mekanika

kuantumnya oleh Heitler dan London, yang mengarah pada teori ikatan valensi yang

terkenal. Gagasan Lewis tentang persyaratan delapan elektron untuk stabilitas sebuah

atom dinamai sebagai aturan Oktet oleh Irwin Langmuir, dan telah menjadi pedoman

umum bagi ahli kimia setelahnya. Ini diikuti oleh aturan 18 elektron untuk kompleks

logam transisi (Frenking dan shaik, 2014)

Berdasarakan teori ikatan valensi (TIV) pada pembentukan ikatana kovalen,

dua buah atom (masing–masing dengan orbital valensi dan sebuah elektron) saling

mendekati sampai jarak tertentu sehingga orbital valensi dari dua atom saling

tumpang tindih dan dua buah elektron yang ada saling berpasangan atau memiliki

spin yang berlawanan. Dua buah elektron yang berpasangan tersebut ditarik oleh inti

masing-masing sehingga dua buah atom tersebut terikat satu dengan yang lain

(khery dkk, 2019).

2.2.2 Teori Orbital Molekul

Dalam teori orbital molekul, elektron dianggap menempati orbital molekul

yang menyebar ke seluruh semua inti dalam molekul mulai dari tingkat energi

terendah mengikuti prinsip Pauli. Karena hanya elektron valensi yang terlibat dalam

ikatan, orbital atom yang ditempati oleh setiap elektron valensi saja yang
menyumbang orbital molekul. Dengan demikian, orbital molekul dapat dilihat

sebagai kombinasi linear dari semua orbital atom yang ditempati oleh elektron

valensi (kombinasi linear orbital atom, LCAO) (Men dan Setianto, 2019).

2.2 Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah ikatan yang terbentuk karena adanya daya tarik-menarik

antara atom yang menyebabkan suatu senyawa kimia dapat bersatu. Kekuatan daya

tarik-menarik ini menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat. Dengan adanya ikatan

tersebut maka baik sifat kimia maupun sifat fisika dari senyawa, seperti dapat

menghantarkan listrik, kepolaran, kereaktifan dapat dijelaskan (Widiastuti, 2019).

Langmuir pertama kali memperkenalkan istilah ikatan kovalen ke dalam

kimia, dan Lewis memberikan rincian lebih lanjut tentang istilah ini dengan

membayangkan bahwa '' Ikatan kimiawi selalu ada dan di semua molekul hanyalah

sepasang elektron yang diikat oleh dua atom. ''Secara retrospektif, Pauling

menafsirkan ikatan kovalen sebagai ''sepasang elektron yang terbagi di antara dua

atom, dan menempati dua orbital stabil, satu dari setiap atom“

(Frenkling dan Shaik, 2014).

Ikatan kimia dapat didefinisikan sebagai tarikan antaratom yang ada dalam

senyawa. Apabila ikatan kimia merupakan interaksi bagian luar atom maka dalam

pembentukan ikatan peranan elektron sangat penting. Struktur elektronik atom akan

menentukan jenis ikatan kimia yang terbentuk oleh atom (Nuryono, 2018).

2.3 Ikatan Ion

Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk sebagai hasil dari tarikan elektrostatis

antara ion yang bermuatan berlawanan. Dimana unsur logam menjadi bermuatan

positif (+) dengan kehilangan elektron sementara unsur non logam mendapatkan
elektron dan menjadi bermuatan negatif (-). Muatan positif dan muatan negatif yang

terbentuk saling tarik-menarik satu sama lain. Gaya tarik inilah yang menghasilkan

pembentukan ikatan ionik (Uce, 2015).

Ikatan ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya

tarik-menarik antar ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk tersebut karena

unsur logam melepaskan elektronnya, sedangkan ion negative terbentuk karena unsur

nonlogam menerima elektron. Ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda

keelektronegatifan dari atom atom pembentuk senyawa tersebut, sehingga ikatan ion

disebut juga ikatan elektrovalen (Sulakhudin, 2019).

2.4 Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah sebuah ikatan terpenting dalam kimia organik.

Pembentukan ikatan kovalen adalah hasil dari atom yang berbagi beberapa elektron.

Ikatan tercipta melalui tumpang tindih dua orbital atom. Dalam jenis ikatan kovalen,

setiap elektron bersama akan dihitung menuju kulit valensi kedua atom untuk

memenuhi aturan oktet. Dalam ikatan tunggal, satu pasang elektron dibagi, dengan

satu elektron yang dikontribusikan dari masing-masing atom. Ikatan rangkap dua

berbagi dua pasang elektron dan ikatan rangkap tiga berbagi tiga pasang elektron.

Ikatan yang berbagi lebih dari satu pasang elektron disebut ikatan kovalen berganda

(Ye dkk, 2020).

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk karena pemakaian bersama

pasangan elektron oleh dua atom yang berlawanan. Berdasarkan kepolaran ikatan

kovalen dibedakan menjadi ikatan kovalen polar dan nonpolar. Ikatan kovalen

memiliki titik didih dan titik leleh rendah, berwujud padat, cair, dan gas. Bentuk

larutan kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik (Saraha dkk, 2017).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan adalah NaCl, CHCl3, AgNO3, HCl,

CH3COOH, C2H5OH, MO, CuSO4, NH4OH, BaCl2, K4 Fe(CN)6, KCNS, FeCl3,

K4Fe(CN)6.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, dan

rak tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Nitrat (AgNO3)

Disiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing diberi label sebagai penanda.

Masing-masing tabung diisi dengan 1 mL AgNO3. Tabung reaksi pertama

ditambahkan 2-3 tetes NaCl dan tabung reaksi kedua ditambahkan 2-3 tetes CHCl3.

Kedua tabung dihomogenkan kemudian dicatat dan diamati perubahan yang terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan Indikator Metil Jingga (MO)

Disiapkan 3 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama diisi dengan HCl, pada

tabung reaksi kedua diisi dengan CH3COOH, dan tabung reaksi ketiga diisi dengan

C2H5OH masing-masing 2 mL. Setiap tabung reaksi ditetesi dengan indikator MO

sebanyak 3 tetes. Tabung dihomogenkan kemudian diamamti dan dicatat perubahan

yang terjadi.
3.3.3 Pengendapan Garam Hidroksida

3.3.3.1 Reaksi dengan Sedikit Amonium Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi dan masing-masing tabung diisi 1 mL

CuSO4. Masing-masing tabung ditetesi dengan larutan NH4OH dengan 3 tetes.

Tabung reaksi pertama ditambahkan dengan BaCl2 sebanyak 3 tetes dan tabung

reaksi kedua ditambahkan dengan K4 Fe(CN)6 sebanyak 3 tetes. Masing-masing

tabung dihomogenkan kemudian diamati dan dicatat perubahannya.

3.3.3.2 Reaksi dengan Amonium Hidroksida Berlebih

Disiapkan 2 buah tabung reaksi dan masing-masing tabung diisi dengan 1 mL

CuSO4 kemudian masing-masing tabung ditambahkan NH4OH sebanyak 1 mL.

Tabung reaksi ditambahkan dengan larutan BaCl2 sebanyak 3 tetes dan tabung reaksi

kedua ditambahkan dengan larutan K4Fe(CN)6 sebanyak 3 tetes. Kedua tabung

dihomogenkan kemudian diamati dan dicatat perubahannya.

3.3.3.2 Reaksi tanpa Amonium Hidroksida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi kemudian diisi dengan CuSO4 dengan

volume sebanyak 1 mL. Tabung reaksi pertama ditambahkan BaCl2 sebanyak 3 tetes

dan tabung reaksi kedua ditambahkan K4 Fe(CN)6 sebanyak 3 tetes. Tabung

dihomogenkan kemudian diamati dan dicatat perubahannya.

3.3.4 Reaksi dengan Kalium Tiosanat (KCNS)

Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama diisi dengan FeCl3

sebanyak 1 mL dan tabung reaksi kedua diisi dengan K4 Fe(CN)6 sebanyak 1 mL.

Masing-masing tabung reaksi diisi denagn 2-3 tetes KCNS. Tabung dihomogenkan

kemudian diamati dan dicatat perubahannya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasi Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan garam nitrat (AgNO3).


Larutan Ditambah AgNO3 Keterangan

NaCl Membentuk endapan Ikatan ionik

CHCl3 Tidak terbentuk endapan Ikatan kovalen

Tabel 2. Reaksi dengan indikator metil jingga (MO).


Larutan Ditambah MO Keterangan

HCl Larutan merah bata Asam kuat

CH3COOH Larutan jingga Asamlemah

C2H5OH Larutan kuning Basa lemah

Tabel 3. Pengendapan garam hidroksida.


Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6
Warna cokelat
CuSO4+NH4OH Biru keruh dan dan terbentuk
Senyawa kompleks
sedikit terbentuk endapan. endapan

Warna cokelat
Biru keruh dan
CuSO4+NH4OH dan terbentuk
terbentuk endapan Senyawa kompleks
berlebih endapan
putih

Warna merah
Biru muda dan
bata dan Bukan senyawa
CuSO4 terbentuk endapan
terbentuk kompleks
putih
endapan
Tabel 4. Reaksi dengan kalium tiosianat (KCNS).
Larutan Ditambah KCNS Keterangan
Larutan berwarna merah kecokelatan
FeCl3 Senyawa kompleks

Tidak mengalami perubahan warna dan Bukan senyawa


K3Fe(CN)6
tidak terbentuk endapan kompleks

4.2 Reaksi

4.2.1 Pengendapan Garam Nitrat

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

4.2.2 Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4 + NH4OH (sedikit) Cu(OH)2+ (NH3)2SO4

CuSO4 + NH4OH (berlebih) Cu(NH3)4 SO4 + 4H2O

Cu(NH3)4 SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4

Cu(NH3)4 SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6 ] + 2 K2SO4

CuSO4 + BaCl2 CuCl2 + BaSO4

CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4

4.2.3 Reaksi dengan Kalium Tiosianat( KCNS)

FeCl3 + 3KCNS Fe(CNS)3 + 3KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS
4.3 Pembahasan

Percobaan pengendapan nitrat dilakukan untuk menentukan senyawa ikatan

ion atau kovalen. Didalam pelarutnya ikatan ion akan terurai menjadi ion-ionnya

sedangkan ikatan kovalen tidak seperti itu. Dalam percobaan ini dilakukan

penambahan AgNO3 untuk mengendapkan senyawa tersebut menjadi garam nitrat.

Ketika NaCl ditambahkan dengan AgNO3 terbentuk endapan putih hal itu

menandakan bahwa NaCl adalah ikatan ion sedangkan pada CHCl3 tidak terbentuk

endapan ketika ditambahkan dengan AgNO3, hal ini menandakan bahwa CHCl3

termasuk ikatan kovalen.

Pada percobaan kedua dengan menggunakan MO (metil orange) dilakukan

untuk mengetahui tingkat keasaman suatu senyawa serta reaksinya dengan MO.

Penambahan indikator metil orange tersebut berfungsi dalam titrasi asam basa.

Ketika suatu senyawa ditambahkan dengan MO dan membentuk warna merah maka

senyawa tersebut merupakan asam kuat, apabila membentuk warna orange berarti

senyawa tersebut adalah asam lemah serta apabila membentuk warna kuning berarti

senyawa tersebut merupakan basa. Pada percobaan ini HCl merupakan asam kuat

karena membentuk endapan merah, CH3COOH merupakan asam lemah karena

membentuk warna orange dan C2H5OH membentuk warna kuning hal tersebut

menandakan bahwa senyawa etanol merupakan basa.

Pada percobaan ketiga yaitu pengendapan garam hidroksida yang bertujuan

untuk membedakan antara senyawa kompleks dan bukan kompleks. Apabila

terbentuk endapan atau perubahan warna maka hal tersebut menandakan bahwa

senyawa tersebut merupakan senyawa kompleks. Ketika CuSO4 ditambahkan dengan

sedikit NH4OH dan BaCl2 terbentuk endapan hal tersebut menandakan bahwa
penambahan BaCl2 akan membentuk endapan dan apabila CuSO4ditambahkan

dengan NH4OH berlebih dan K4 Fe(CN)6 mengalami perubahan warna juga,

sedangkan ketika CuSO4 tidak ditambahkan dengan NH4OH hanya membentuk

endapan putih atau larutan kecoklatan.

Pada percobaan keempat yang dilakukan dengan menambahkan KCNS

untuk membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks yaitu dengan melihat

perubahan warnanya. FeCl3 yang ditambahkan dengan KCNS membentuk larutan

berwarna merah kecoklatan hal tersebut menandakan bahwa senyawa tersebut adalah

senyawa kompleks berbeda halnya dengan K3 Fe(CN)6 ketika ditambahkan KCNS

tidak mengalami perubahan warna sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa

tersebut merupakan senyawa bukan kompleks.

Dari percobaan-percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa percobaan

tersebut dilakukan untuk membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks serta

membedakan ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan ikatan kimia dapat disimpulkan bahwa:

1. ikatan kovalen dan ikatan ion dapat dibedakan berdasarkan terjadinya endapan.

Apabila terbentuk endapan maka senyawa tersebut merupakan ikatan ion

begitupun sebaliknya.

2. untuk membedakan antara senyawa kompleks dan bukan kompleks dapat

dibedakan berdasarkan terbentuknya endapan serta perubahan warnanya. Apabila

terbentuk endapan atau perubahan warna maka senyawa tersebut merupakan

senyawa kompleks begitupun sebaliknya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Asisten

Diharapkan dalam pemutaran video asisten lebih memperhatikan kualitas

video praktikum agar praktikan dapat lebih mudah memahami isi dari video tersebut.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Sebaiknya sarana dan prasarana laboratorium lebih ditingkatkan lagi agar

praktikum selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Frenking, G. dan Shaik, S., 2014, The Chemical Bond Chemical Bonding Across the
Periodic Table, Wiley VCH, German.

Frenking, G. dan Shaik, S., 2014, The Chemical Bond Fundamental Aspects of
Chemical Bondling, Wiley VCH, German.

Khery, Y., Nurfida, B.A., Suryati, 2019, Kimia Umum Atom, Molekul, dan Sifat Zat,
Deepublish, Yogyakarta.

Men, L.K. dan Setianto, 2019, Konduktivitas Molekuler Sistem Biphenyl, Jurnal
Ilmu dan Inovasi Fisika, 3(1): 57-61.

Noviani, M.W. dan Istayadji,M., 2017, Miskonsepsi Ditinjau Dari Penguasaan


Pengetahusan Prasyarat Untuk Materi Ikatan Kimia Pada Kelas X, Jurnal
Inovasi Pendidikan Sains, 8(1): 63-77.

Nuryono, 2018, Kimia Anorganik dan Ikatan Kimia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Safitri, A.F., Widarti, H.R., Sukrianingsih, D., 2018, Identifikasi Pemahaman


Konsep Ikatan Kimia, Jurnal Pembelajaran Kimia 3(1) :41-50.

Saraha, A.R., Rakman, K.A., Rahman, N.A., 2017, Kmia Dasar 1, Rasi Tebit,
Bandung.

Sulakhudin, 2019, Kimia Dasar dan Aplikasinya dalam Ilmu Tanah, Deepublish,
Yogyakarta.

Uce, M., 2015, Constructing models in teaching of chemical bonds: Ionic bond,
covalent bond, double and triple bonds, hydrogen bond and molecular
geometry, Academic Journals, 10(4): 492-500.

Widiastuti,N.L.G.K, 2019, Pendidikan Sains Terintegrasi Keterkaitan Konsep Ikatan


Kimia Dengan Berbagai Bidang Ilmu, Jurnal Kajian Pendidikan Widya
Accarya FKIP Universitas Dwijendra, ISSN NO. 2085-0018.

Ye, J., Fu, S., Zhou, S., Li, M., Li, K., Sun, W., Zhai, Y., 2020, Adavances in
Hydrogen Based on Dynamic Covalent Bonding and Prospects for its
Biomedical Application, European Polimer Journal, 139-110024.
Lampiran 1.Bagan kerja

A.Pengendapan Garam Nitrat

NaCl, CCL4,
CHCL3

- Disiapkan 3 tabungreaksi.

- Masing-masing tabung rekasi d iisi 1 mL AgNO3

- Tabung rekasi (1) ditetesi dengan NaCl, tabung rekasi (2) ditetesi

dengan CCl4 dan tabung reaksi (3) ditetesi dengan CHCL3,

masing-masing sebanyak 3-5 tetes.

- Diperhatikan dan dicatat perubaahan yang terjadi

Hasil

B.Reaksi dengan metil jingga (MO)

HCl, CH3COOH,
C2H5OH,
- Disiapkan 3 tabung reaksi.

- Tabungrekasi (1) di isi dengan HCl, tabung rekasi (2) di isi dengan

CH3COOH dan tabung reaksi (3) di isi dengan C2H5OH,

masing-masing sebanyak 2,5 mL.

- Setiap tabung reaksi ditetesi dengan indikator Metil jingga(MO)

- Diperhatikan dan dicatat perubaahan yang terjadi

Hasil
C.Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4,larutan
ammonia

- Disiapkan 2 tabungreaksi.

- Masing-masing tabung rekasi di isi 1 mL CuSO4

- Masing-masing tabung rekasi ditetesi larutan ammonia sampai tidak

terjadi endapan.

- Tabung rekasi (1) di isi dengan BaCl2, tabung rekasi (2) di isi

dengan K4Fe(CN)6, masing-masing 2-3 tetes.

- Diperhatikan dan dicatat perubaahan yang terjadi

Hasil

CuSO4, BaCL2,
K4Fe(CN)6
- Disiapkan 2 tabungreaksi.

- Masing-masing tabung rekasi di isi 1 mL CuSO4

- Tabung rekasi (1) di isi dengan BaCl2, tabung rekasi (2) di isi

dengan K4Fe(CN)6, masing-masing 2-3 tetes.

- Diperhatikan dan dicatat perubaahan yang terjadi

Hasil
D.Reaksi dengan Kalium Tiosionat(KCNS)

FeCl3,
K3 Fe(CN)6,
- Disiapkan 2 tabung reaksi.

- Tabung rekasi (1) di isi dengan FeCl3, tabung reaksi (2) di isi

dengan K3Fe(CN)6, masing-masing 1 mL.

- Masing-masing tabung ditambahkan 2-3 tetes KCNS.

- Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Pengendapan Garam Nitrat

Gambar 2. Reaksi Dengan Metil Orange

Gambar 3. Pengendapan Garam Hidroksida


Gambar 4. Reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

Gambar 5. Praktikum Online Via Zoom

Anda mungkin juga menyukai