Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membahas struktur senyawa, tidak dapat terlepas dengan uraian konsep

ikatan kimia dalam senyawa. Ikatan kimia dapat menjadi sebagai gaya tarikan

antar atom yang ada dalam senyawa. Apabila ikatan kimia berinteraksi bagian luar

atom maka dalam pembentukan ikatan peranan elektron menjadi sangat penting.

Struktur elektron atom akan menentukan jenis ikatan kimia yang terbentuk oleh

atom. Telah dikemukakan bahwa konfigurasi elektron menentukan besarnya

energi ionisasi dan afinitas elektron, yang mengontrol kemudahan suatu atom

menerima atau melepaskan elektron. Besarnya energi ionisasi dan afinitas

elektron itu akan menentukan besarnya perubahan energi yang terlihat apabila

reaksi kimia atau pembentukan perubahan ikatan terjadi (Nuryono, 2018: 70).

Lewis menggambarkan ikatan kovalen melalui struktur Lewis atau rumus

elektron yang terdiri dari simbol Lewis. Simbol Lewis menjadi ambang suatu

atom yang dikelilingi oleh titik-titik yang menyatakan elektron valensi dari atom
tersebut. Apabila elektron valensi lebih dari empat maka elektron yang kelima dan

seterusnya dipasangkan dengan salah satu elektron lain. Elektron valensi blok s

dan blok p sesuai dengan nomor golongannya. Pada beberapa senyawa, aturan

oktet tidak dapat terpenuhi pada penggambaran struktur Lewisnya. Unsur

golongan 2 (IIA) dan golongan 3 (IIIA) sering disebut unsur yang kekurangan

elektron

(Hasan, 2019: 81).

Materi ikatan ion dan ikatan kovalen ini menjadi materi yang memuat ikatan

antara atom-atom untuk mencapai suatu kestabilan. Ikatan ion terbentuk apabila

terjadi serah terima elektron antara atom satu dengan atom yang lain sedangkan

1
2

ikatan kovalen terbentuk karena adanya pemakaian electron bersama. Materi ini

sulit dipraktikumkan di laboratorium kimia, karena terbentuknya ion positif dan

ion negatif tidak bisa dilihat dengan mata. Apabila materi ini disampaikan dengan

media yang tidak tepat dan benar, maka materi ini akan terasa sulit oleh

mahasiswa (Pinta, 2020: 81).

Spesies utama dalam sebuah larutan yang terdiri atas iodin dan kalium

iodida adalah ion triiodide. Kebanyakan kimiawan lebih suka menyebut larutan

ini sebagai larutan-larutan triiodida daripada larutan-larutan iodin. Senyawa

Magnesium sulfat digunakan dalam garam mandi, terutama di pengapungan terapi

dímana konsentrasi tinggi menaikkan air mandi gravitasi tertentu, secara efektif

membuat tubuh lebih ringan. Secara tradisional, juga digunakan untuk

menyiapkan kaki mandi, dimaksudkan untuk menenangkan sakit kaki. Mineral

yang amat penting untuk menjaga keseimbangan misalnya natrium klorida

(NaCl). Natrium klorida dikenal juga dengan garam dapur, atau halit, senyawa

kimia dengan rumus kimia natrium klorida (NaCl). Senyawa ini menjadi garam

yang paling sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari baik itu kebutuhan bahan

makanan maupun kebutuhan yang lainnya. Senyawa natrium klroida (NaCl) juga

dapat mempengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme

multiselular yang ada pada sistem ekosistem. Senyawa garam ini berperan sebagai

komponen utama pada garam dapur, natrium klorida (NaCl) sering digunakan

sebagai bumbu masakan dan pengawet makanan (Yusnita, 2019: 49).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan percobaan ikatan

kimia/struktur molekul bertujuan mengetahui jenis ikatan ion dari jenis

perbandingan kelarutannya dan mengetahui jenis ikatan kovalen dari jenis

perbandingan kelarutannya.
3

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1. Bagaimana mengetahui jenis ikatan ion dari dari jenis perbandingan

kelarutannya?

2. Bagaimana mengetahui jenis ikatan kovalen dari jenis perbandingan

kelarutannya?

C. Tujuan

Tujuan pada percobaan ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis ikatan ion dari jenis perbandingan kelarutannya.

2. Untuk mengetahui jenis ikatan kovalen dari jenis perbandingan

kelarutannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah teori yang berkembang menyusul perkembangan teori

atom dimana atom-atom di alam tidak berdiri sendiri secara bebas namun saling

begabung membentuk ikatan untuk mencapai kondisi stabil seperti kestabilan

yang dimiliki gas mulia. Unsur-unsur di alam yang saat ini jumlahnya mencapai

118 unsur, tidak berdiri sendiri secara bebas, namun cenderung untuk bergabung

satu sama lain. Kecenderungan untuk bergabung ini berkaitan dengan upaya untuk

mencapai kondisi stabil. Kondisi stabil yang dimaksud adalah kelembaman/sifat

inert seperti sifat yang dimiliki unsur golongan VIII A (Istiningrum, 2022: 26).

Unsur gas mulia cenderung bergabung dengan sesamanya atau atom

lainnya untuk mendapat konfigurasi elektron seperti pada gas mulia. Ada dua

aturan bagi atom-atom yang berikatan agar susunan elektronnya menjadi seperti

gas mulia, yaitu aturan oktet, yang berarti jumlah elektron terluarnya 8 dan aturan

duplet, yang berarti jumlah elektron terluarnya 2. Ikatan kimia juga merupakan
daya tarik menarik kuat antara atom atau antara molekul yang bertanggung jawab

terhadap kestabilan atom dan molekul serta berbagai sifat fisiknya. Konsep ikatan

kimia Lewis dan Kanssel adalah Unsur gas mulia (golongan VIIA) susunan

elektron stabil sehingga gas mulia sukar membentuk senyawa (sulit untuk

berikatan). Setiap atom cenderung untuk memliki susunan elektron yang stabil

seperti unsur gas mulia (Agustiani, 2022: 20).

Ikatan kimia terbentuk melalui penggunaan elektron bersama atau

pengalihn elektron diantara atom. Bila elektron berpindah dari satu atom ke atom

lain, ikatan yang dihasilkan disebut ikatan ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan

kimia terdiri dari kation dan anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang

4
5

memiliki energy ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan

alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang

memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan

oksigen. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi

oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom pembentuk senyawa

tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang

dihasilkan akan semakin kuat (Baharuddin, 2020: 87).

B. Struktur lewis

Struktur Lewis menggambarkan susunan atom-atom dan sebaran elektron

valensi, serta jenis ikatan antar atom yang terbentuk, tidak menggambarkan

panjang ikatan dan model tiga dimensi molekul-molekul maupun ion-ion. Namun

demikian, penulisan struktur Lewis sangat membantu untuk meramalkan bentuk

tiga dimensi molekul menurut teori valence shell electron pair repulsion (VSEPR)

yang akan dipelajari di subbab G. Penulisan struktur Lewis dapat dilakukan

dengan mengikuti langkah-langkah seperti tentukan jumlah elektron valensi atom-

atom kemudian tempatkan satu titik pada setiap sisi atom (kiri, atas, kanan,

bawah) sebagai lambang elektron-elektron valensi lalu tambahkan satu titik lagi

pada setiap titik yang sudah ada bila elektron valensinya lebih dari empat

sehingga terbentuk pasangan elektron (Rusianti, 2019: 184).

Elektron valensi merupakan elektron yang terdapat pada kulit terluar suatu

atom. Elektron ini memiliki peran yang sangat penting karena terlibat dalam

pembentukan ikatan kimia. Unsur satu golongan dalam sistem periodik unsur

memiliki konfigurasi elektron valensi yang sama dan memiliki sifat kimia yang

sama. Elektron valensi adalah penentu jenis, sifat dan kekuatan ikatan yang akan

terbentuk dari dua atau lebih atom unsur yang akan berikatan. Selain itu, setiap

senyawa yang terbentuk dari ikatan kimia akan memberikan manfaat yang
6

berbeda-beda bagi manusia. Hal ini tidak terlepas dari peran electron valensinya

(Herman, 2021: 320).

Sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang

memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya sehingga dapat

dikatakan, radikal bebas bersifat tidak stabil dan selalu berusaha mengambil

electron dari molekul lain. Sehingga, mampu mengoksidasi molekul disekitarnya

seperti lipid, protein, DNA, dan karbohidrat sehingga radikal bebas bersifat toksik

terhadap molekul biologi/sel. Molekul biologi pada dasarnya tidak ada yang

bersifat radikal. Apabila molekul non radikal bertemu dengan radikal bebas, maka

akan terbentuk suatu molekul radikal yang baru (Aisy, 2021: 1172).

C. Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen

Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu

atom ke atom lain. Menurut teori Lewis dan Kossel, ikatan ion terjadi antara ion

positif, yaitu atom yang melepaskan elektron dan ion negative, yaitu atom yang

menangkap elektron. Ion positif terbentuk karena suatu atom melepaskan elektron.

Atom yang cenderung melepaskan elektronnya adalah atom logam. Ion negatif

terbentuk karena suatu atom menangkap elektron. Atom yang cenderung

menangkap elektron adalah atom non logam. Ikatan ion adalah ikatan antara ion

positif dan ion negatif terbentuk antara atom yang melepaskan elektron logam

dengan atom yang menangkap electron non logam (Asi, 2019: 105).

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena adanya pemakaian

elektron secara bersama. Ikatan pada berbagai senyawa kovalen, dapat dijelaskan

melalui struktur lewis, sedangkan bentuk molekul senyawa kovalen. Pada tahun

1916, Lewis mengemukakan teori yang menyatakan bahwa atom-atom

membentuk ikatan kovalen dengan cara membentuk pasangan electron hasil

sumbangan kedua atom yang berikatan. Terbentuknya ikatan kovalen tersebut


7

karena kecenderungan atom-atom untuk memliki konfigurasi elektron gas mulia,

yaitu 8 elektron pada kulit terluar (2 elektron pada atom Helium). Oleh sebab itu,

teori Lewis mengenai ikatan kovalen disebut teori oktet (Abdillah, 2018: 12).

Konsep-konsep yang berhubungan dengan ikatan kimia dan strukturnya

seperti ikatan kovalen, molekul ion, kisi kristal raksasa, dan ikatan hidrogen

bersifat sangat abstrak sehingga untuk memberikan pemahaman secara penuh

harus mengenai konsep konsep tersebut, perlu terbiasa dengan konsep-konsep

fisika dan hukumnya seperti elektronegativitas dan tolakan electron. Dalam hal

ini, perlu mengetahui berbagai pemahaman yang berhubungan dengan ikatan

kimia sehingga bisa mengembangkan strategi pembelajaran untuk membangun

pemahaman mengenai ikatan kimia yang sesuai dengan konsep ilmiah (Rahayu,

2021: 85).

D. Bahan

Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan bahan kimia yang dibutuhkan di

Industri Indonesia. Salah satu jenis magnesium sulfat adalah garam epsom atau

magnesium sulfat heptahidrat yang mengandung mineral-mineral magnesium.

Namun saat ini belum ada pabrik yang memproduksi bahan kimia tersebut di

Indonesia. Bahan baku yang sudah tersedia di Indonesia salah satunya asam sulfat

mendukung untuk didirikannya pabrik tersebut. Untuk mengurangi impor

senyawa magnesium sulfat heptahidrat direncanakan akan didirikan pabrik

magnesium sulfat heptahidrat dengan kapasitas 70.000 ton/tahun. Proses

pembuatan senyawa magnesium sulfat heptahidrat ini membutuhkan magnesium

karbonat (MgCO3) sebanyak 29159,62 ton/tahun dan asam sulfat (H 2SO4)

sebanyak 40823,47 ton/tahun sebagai bahan baku (Prayugha, 2020: 7).

Natrium klorida (NaCl) dikenal dengan garam dapur. Senyawa ini

memiliki rumus NaCl dan larut dalam air. Natrium klorida merupakan senyawa
8

yang berwujud padat bentuk kristal dan berwarna putih. Natrium klorida

merupakan senyawa ionic karena adanya ikatan antara logam natrium dengan non

logam klorin. Natrium klorida, didalam air dapat terion menjadi ion-ion

penyusunnya, Natrium klorida mempunyai ikatan ionic yang terbentuk karena

kecenderungan atom menangkap/melepas electron agar tercapai konfigurasi gas

mulia. Natrium sebagai atom logam cenderung melepaskan electron dan menjadi

ion positif sedangkan atom klorin, cenderung menangkap semua elektron dan

menjadi ion negative

(Hidayati, 2019: 1).

Kalium Iodida (KI) merupakan salah satu elektrolit yang berperan penting

dalam tubuh. Kalium adalah ion bermuatan positif dan terdapat di dalam sel.

Kalium diabsorpsi di usus halus dan sebanyak 80-90% kalium yang dikonsumsi

diekskresi melalui urin, sisanya dikeluarkan melalui feses, keringat dan cairan

lambung. Kalium Iodida berfungsi dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan

elektrolit, keseimbangan asam basa, transmisi saraf dan relaksasi otot. Kalium

didapat dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, antara lain: bayam, sawi,

anggur, blackberry dan jeruk (Tulungnen, 2019: 38).

E. Integrasi Ayat

Integrasi ayat yang berhubungan dengan percobaan ini terdapat pada

Q.S. An-Nisa/4: 36 yang berbunyi:

‫رْ ٰبى‬GGُ‫ار ِذى ْالق‬ ‫هّٰللا‬


ِ G‫ ِك ْي ِن َو ْال َج‬G‫رْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس‬GGُ‫ ِذى ْالق‬Gِ‫انًا َّوب‬G‫ َد ْي ِن اِحْ َس‬Gِ‫ه َشئًْـا َّوبِ ْال َوال‬Gٖ Gِ‫ ِر ُكوْ ا ب‬G‫دُوا َ َواَل تُ ْش‬Gُ‫َوا ْعب‬
‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخوْ ر ًۙا‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِ ْي ۙ ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫َو ْال َج‬
Terjemahnya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat,
anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh,
teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat
membanggakan diri”
9

Ayat diatas menjelaskan bahwa fenomena pembentukan ikatan kimia ini

mengajarkan kita mengenai salah satu bentuk silaturahmi dimana satu pihak

memberikan bantuan kepada pihak lain yang membutuhkan. Dengan demikian

silaturahmi tidak hanya dimaknai dalam bentuk saling berkunjung, bertegur sapa

melalui forum-forum atau berkomunikasi melalui media elektronik yang dewasa

ini sangat beragam jenisnya. Silaturahmi dalam Islam dimaknai lebih dalam

melalui bentuk saling membantu dan berbuat baik seperti memberikan harta,

tenaga, pikiran dan juga waktu kepada orang tua, karib kerabat, orang miskin,

tetangga dan juga teman sejawat.

Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menyatakan

bahwa menurut beberapa ulama kata zarrah dipahami sebagai semut yang

kecil, kepala semut dan debu yang hanya dapat dilihat melalui celah

cahaya matahari atau merujuk pada sesuatu benda yang kecil. Namun

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata zarrah kemudian

merujuk pada atom walaupun saat turunnya Al-Qur’an teori atom belum

berkembang (Isnanto, 2018)


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu Dan Tempat

Percobaan ini telah dilakukan pada hari Selasa, 22 November 2022 pukul

13.00-16.00 Wita di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,

batang pengaduk, rak tabung dan spatula.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H2O), kristal

kalium ionida (KI), kristal magnesium sulfat (MgSO4), kristal natrium klorida

(NaCl) dan n-heksana (C6H14).

C. Prosedur Kerja

Menyiapkan enam buah tabung reaksi yang akan digunakan dan juga
menyiapkan alat-alat dan bahan lainnya dan berikan label, kemudian

menambahkan akuades (H2O) dan n-heksan (C6H14) di dalam masing-masing

tabung reaksi yang sudah diberi label. Tiga tabung reaksi untuk pelarut akuades

(H2O) dan tiga buah lainnya untuk larutan n-heksan (C6H14). Setelah itu,

melarutkan padatan kalium iodida (KI), magnesium sulfat (MgSO 4) dan natrium

klorida (NaCl) pada masing-masing tabung reaksi. Kemudian, menghomogenkan

dan mengamati kelarutan pada larutan tersebut.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Kelarutan Senyawa dalam Aquadest (H2O)

No. Senyawa Pelarut keterangan Gambar


1. Kalium Iodida (KI) Akuades (H2O) Larut

2. Magnesium sulfat (MgSO4) Akuades (H2O) Larut

3. Natrium klorida (NaCl) Akuades (H2O) Larut

Tabel 4.2 Kelarutan Senyawa dalam N-Heksana (C6H14)

No. Senyawa Pelarut keterangan Gambar

1. Kalium Iodida (KI) n-heksana Tidak larut

2. Magnesium sulfat (MgSO4) n-heksana Larut

11
12

3. Natrium klorida (NaCl) n-heksana Larut

2. Reaksi

a. Magnesium sulfat + air (H2O)

MgSO4 + 2H2O → Mg(OH)2 + H2SO4

b. Kalium Iodida + air (H2O)

KI + H2O → K+ + I-

c. Natrium Klorida + air (H2O)

2NaCl + 2H2O → 2NaOH + Cl2 + H2

d. Magnesium + n-Heksana (C6H14)

MgSO4 + C6H14 →

e. Kalium Iodida (KI) + n-Heksan (C6H14)

KI + C6H14 →
f. Natrium Klorida + n-Heksan (C6H14)

NaCl + C6H14 →

B. Pembahasan

Ikatan kimia berupa proses yang berinteraksi dengan gaya tarik menarik

antara dua atom atau molekul menjadi suatu senyawa yang stabil. Ikatan kimia

mencakup tentang materi, sifat-sifatnya dan perubahan yang dialami materi, baik

disebabkan oleh sebuah proses-proses alami maupun dalam eksperimen yang

direncanakan. Ikatan kimia berkaitan dengan konsep-konsep seperti pengisian

elektron pada kulit-kulit atom, penentuan elektron valensi, konfigurasi elektron,

kestabilan elektron, maupun penggambaran lambang Lewis. Ikatan kimia terjadi


13

karena sekelompok atom menunjukkan satu kesatuan yang lebih stabil karena

memiliki tingkat energi lebih rendah daripada tingkat energi atom-atom

penyusunnya dalam keadaan terpisah. Ikatan kimia mencakup tentang beberapa

ikatan seperti ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam (Sulakhudin, 2019: 2).

Percobaan yang dilakukan adalah penentuan jenis ikatan ion dan

jenis ikatan kovalen dengan menggunakan pelarut akuades (H2O) dan n-

Heksan (C6H14) sebagai pelarut yang bertujuan untuk mengetahui jenis

kelarutannya. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung

reaksi, pipet tetes, batang pengaduk, rak tabung dan spatula dan bahan

yang digunakan adalah akuades (H2O), kristal kalium ionida (KI), kristal

magnesium sulfat (MgSO4), kristal natrium klorida (NaCl) dan n-heksana

(C6H14).

Hasil dari pencampuran akuades (H2O) dengan padatan kalium

iodida (KI) membentuk kelarutan yang sempurna dimana pada percobaan

ini terbentuk senyawa polar yang artinya unsur yang ditambahkan mampu

larut terhadap zat pelarut yang bersifat polar juga. Hal ini juga berlaku

bagi padatan natrium klorida (NaCl) yang mampu larut dalam zat pelarut

yang bersifat polar dan begitupun magnesium sulfat (MgSO4) mampu

berikatan dengan senyawa polar lainnya.

Hasil dari pencampuran antara n-heksan (C6H14) dengan padatan

kalium iodida (KI) terjadi kelarutan yang tidak sempurna dimana dalam

tabung reaksi terdapat larutan terlarut yang tidak mampu larut dalam zat

pelarut tersebut. Penyebab dari tidak terjadinya kelarutan disebabkan lebih

banyaknya pelarut polar sehingga sukar untuk homogen dengan larutan

non-polar. Pencampuran antara n-heksan (C6H14) dengan padatan natrium

klorida (NaCl) adalah tidak terjadinya kelarutan. Sama halnya dengan


14

natrium klorida yang tidak mengalami kelarutan karena memiliki sifat

stabil dalam senyawa polar namun mudah rusak jika berikatan dengan

senyawa non-polar. Selanjutnya adalah reaksi kelarutan yang tidak terjadi

pada pencampuran antara n-heksan (C6H14) dan magnesium sulfat

(MgSO4) juga membentuk senyawa non-polar dalam larutan. Padatan ini

mengalami kelarutan yang tidak sempurna yang ditandai dengan

ketidaklarutannya zat terlarut dengan zat pelarut dalam tabung reaksi. Hal

tersebut disebabkan oleh sifat yang dimiliki oleh magnesium sulfat yang

bersifat polar dan memiliki ikatan koordinasi yang mudah dengan air,

sehingga sukar untuk homogen ketika dilarutkan dengan senyawa non-

polar.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik

elektrostatik antara ion positif dan ion negatif. Ikatan ion terjadi antara

atom-atom yang mempunyai energi ionisasi yang rendah dengan

atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar.

2. Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak

mampu memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian electron bersama

dalam ikatan kovalen, masing-masing atom memenuhi jumlah oktetnya.

B. Saran

Saran pada percobaan selanjutnya menggunakan

15
DAFTAR PUSTAKA

Alquran Nur Karim


Abdillah, Zulfadhli. “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (Tgt) Berbantuan Media Kartu Soal Pada Sub Materi
Ikatan Kovalen Kelas X Mia Di Sma Islam Haruniyah Pontianak”. Skripsi.
Pontianak: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM Pontianak, 2018.
Agustiani, Ayu, Yurista. “Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis
Video Animasi Pada Materi Ikatan Kimia”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2022.
Aisy, Rihadatul, Salma, Nanda. dkk., “Studi Literatur Mekanisme Perubahan Sel
Normal Menuju Keganasan Sel Serta Peran Antioksidan Dalam
Pencegahannya”. Inovasi Riset Biologi dalam Pendidikan dan
Pengembangan Sumber Daya Lokal 2, no. 1 (2021): h. 1172-1181.
Asi, Yuni. dkk., “Pengaruh Pemberian Latihan Soal Terstruktur Setelah
Pembelajaran Langsung Terhadap Pemahaman Konsep Ikatan Ion Pada
Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 4 Palangka Raya Tahun Ajaran
2018/2019”. Ilmiah Kanderang Tingang 10, no.1 (2019): h. 104-111.
Hasan. dkk., Ikatan Kimia. Bandung; Erlangga, 2019.
Herman, Mimi. “Integrasi Dan Interkoneksi Ayat-Ayat Al-Quran Dan Hadist
Dengan Ikatan Kimia”. Education and development 9, no. 2 (2021): h.
317- 327.
Hidayati, Rahmi. “Studi Termodinamika Transpor Ionik Natrium Klorida Dalam
Air dan Campuran Tertentu”. Physical Sciences and Mathematics 1, no. 2
(2019): h. 1-35.
Istiningrum, Banowati, Reni. “Teori Ikatan Kimia dan Kaitannya dengan Amalan
Silaturahmi”. Sains dan Kesehatan dalam Perspektif Islam 2, no. 1 (2022):
h. 24-45.
Nuryono. Kimia Anorganik: Struktur dan Ikatan. Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press, 2018.
Pinta, Yani. “Pengaruh Permainan Kareki Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Ikatan Ion di Sma Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh”. Tadris
Kimiya 1, no. 2 (2020): h. 79-83.
Prayugha, Muhammad. “Pra Rancangan Pabrik Magnesium Sulfat Heptahidrat
dari Magnesium Karbonat dan Asam Sulfat dengan Kapasitas 70.000
Ton/Tahun”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri UII
Yogyakarta, 2020.
Rusianti. dkk., “Analisis Kesesuaian Konsep Ikatan Kimia Pada Buku Kimia
Kelas X SMA/MA Terhadap Silabus Kurikulum 2013 Dan Penyusunan
Makro Wacana”. Ilmiah Kanderang Tingang 10, no 2 (2019): h. 184-200.
Rahayu, Mike. dkk., “Analisis Pemahaman Konsep Mahasiswa Tadris Biologi
Tahun Pertama Pada Topik Ikatan Ionik dan Kovalen”. Science Education
3, no. 2 (2021): h. 84-91.
Tafsir, Al Misbhah.
Tulungnen, S, Regina. dkk., “Hubungan Kadar Kalium Dengan Tekanan Darah
Pada Remaja di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara”. Kedokteran Klinik 1, no. 2 (2019): h. 37-45.
Yusnita, M. Asam, Basa, dan Garam di Lingkungan Kita. Semarang; ALPRIN,
2019.
Baharuddin, dkk. “Perbandingan Hasil Belajar Kimia dengan Model Pembelajaran
Inquiry dan Learning Cycle pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan”. Pendidikan sains 2, no. 4 (2020): h. 80-99.

REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai