Anda di halaman 1dari 25

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan praktikum......................................................................................5
1.3 Prinsip praktikum......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..
2.1 Iodium (I2)................................................................................................6
2.2 Kalium Iodida (KI)
………………………………………………………………………………6
2.3 Amilum.....................................................................................................7
2.4 Kloroform.................................................................................................7
2.5 Kesetimbangan.........................................................................................8
2.6 Reaksi Endoterm dan Reaksi Eksoterm....................................................8
2.7 Koefisien Distribusi..................................................................................9
2.8 Tetapan Kesetimbangan............................................................................9
2.9. Kesetimbangan Iod dalam KI................................................................10
BAB III METODE PRATIKUM…………………………………………………
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................11
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................11
3.2.1 Alat...............................................................................................11
3.2.2 Bahan............................................................................................11
3.3 Prosedur Kerja.........................................................................................12
3.3.1 Perlakuan pada Corong Pisah A...................................................12
3.3.2 Perlakuan pada Corong B.............................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………..
4.1 Data Pengamatan....................................................................................14
4.2 Pembahasn..............................................................................................15
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan......................................................................................19
5.2 Saran................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik,

serta hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

lapora yang berjudul “Pembuatan Larutan ” . Disamping itu penulis berharap

semoga isi dari laporan yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

para pembaca serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang

yang kami kaji di dalamnya.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu. Untuk itu kami ucapakan

terimakasih kepada asisten selaku asisten pratikum ini. Serta pihak-pihak lain

yang ikut memberikan kontribusinya dalam penyusunan laporan ini. Penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan

ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis

mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki

laporan-laporan selanjutnya.

Kendari, 28 November 2019

Penyusun
3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I


PERCOBAAN II
KESETIMBANGAN KIMIA

OLEH :

NAMA : AJINIA

NIM : A1L1 18 046

KELOMPOK : III (TIGA) A

ASISTEN PEMBIMBING : WA ODE SARMINE IRU

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
4

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing

Praktikum Kimia Organik I ”Destilasi sederhana” yang dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Desember 2019

Waktu : 13.00 WITA–selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, November 2019


Menyetujui,
Asisten pembimbing

LA ODE INDO, SPd


5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zat iodium yang difortifikasikan kedalam garam dalam bentuk kalium

iodat (KIO3) bersifat sangat mudah menguap dan mudah lar ut dalam

air.Iodium adalah elemen nonlogam dan mikronutrien penting yang diperlukan

tubuh dalam jumlah renik.Kekurangan iodium dapat mengakibatkan kerusakan

otak, keterlamba tan mental, kretinisme dan gondok endemik. Selainsebagai

suplemenmakanan, iodium juga dapat ditambahkan kedalam obat-obatan sebagai

multivitamin dan antiseptik. Sekitar 75% iodium didalam tubuh manusia,

ditemukan dalam kelenjar tiroid dan digunakan untuk mensintesis hormon

tiroksin. Horrnon ini sangat penting bagi pertumbuhan, pengaturan fungsi otot

saraf, dan untuk menjaga fungsi reproduksi (Subhan, 2014).

Pengaruh lain ketidakstabilan kadar KI yaitu sifat kalium iodida itu

sendiri. Kalium iodida adalah bentuk yang paling tidak stabil.Kalium iodida

merupakan bentuk yang tidak stabil karena kelarutannya tinggi dalam air,

kandungan iodium mudah hilang pada kondisi ekstrim, seperti cahaya, panas, dan

kelembaban.Kalium iodida juga lebih mudah hilang jika garam beriodium

terpapar sinar matahari, panas, temperatur yang tinggi, oksidator, kelembaban

tinggi, keasaman tinggi, atau terdapat ketidakmurnian (kotoran) dalam garam

(Permatasari, 2017).
6

Kesetimbangan kimia dapat dilakukan dengan melarutkan iod dalam

larutan KI dengan konsentrasi yang telah diketahui. Konsentrasi total I2 dan I3-

pada kesetimbangan ditentukan dengan melakukan titrasi menggunakan tiosulfat.

Larutan kemudian diekstraksi dengan karbon tetraklorida dan konsentrasi I 2 dalam

pelarut nonpolar ditentukan juga dengan titrasi dengan tiosulfat. Konsentrasi

kesetimbangan I2 dalam larutan berair dapat dihitung dari konsentrasi I 2 dalam

pelarut nonpolar dan koefisien distribusi untuk ekstraksi iod antara CHCl3 dan air

(Steven, 1991).

Amilum merupakan homo polimer glukosa dengan ikatan a-

glikosidik.Amilum terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air

panas.Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tida larut disebut

amilopektin.Amilosa memiliki struktur lurus sedangkan amilo pektin

bercabang.Amilosa merupakan kompnen amilum yang mempunyai rantai lurus

dan larut dalam air. Umumnya amilosa menyusun amilum 17,20%, terdiri dari

larutan glukosa yang bergabung melalui ikatan a-(1,4) D-glukosa. Amilosa juga

mempunyai sifat komprensibilitas, sehingga dapat digunakan sebagai formulasi

tablet cetak langsung. sementara amilopektin merupakan komponen amilum yang

mempunyai rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui

ikatan a-(1,4) D-glukosa dan a-(1,6) D-glukosa. Amilopektin tidak larut dalam air

tetapi larut dalam butanol dan bersifat kohesif sehingga sifat alir dan daya

kompresibilitasnya kurang baik. Dalam produk makanan amilopektin bersifat

merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal

dari amilum yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan,


7

garing dan renyah. Kebalikannya amilum dengan kandungan amilosa tinggi,

cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi

secara terbatas ( Pramesti dkk, 2015).

Kloroform atau triklorometana (CHCl3) sifat tidak larut dalam air tetapi

merupakan pelarut yang efektif untuksenyawa organik.Kloroform juga mudah

larut dalam alkohol dan eter.Sifat inilah yang menjadi alasandigunakannya

kloroform sebagai pelarut untuk ekstraksi cair-cair dikarenakan etanol dan

metanol merupakan senyawa alkohol.Pada suhu dan tekanan atmosferik

normal,kloroform berbentuk cairan bening, volatile dan berbau khas.Pada

kondisitersebut kloroform tidak mudah terbakar (Yanti, 2019).

Kesetimbangan kimia merupakan keadaan dimana zat-zat pereaksi dan

hasil reaksi terdapat bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang dapat

diamati. Dengan kata lain, kesetimbangan tercapai jika laju reaksi kearah produk

sama dengan laju reaksi kearah reaktan. Secara makroskopis, pada keadaan

setimbang tidak terlihat adanya perubahan yang terjadi karena konsentrasi zat-zat

di ruas kanan atau kiri dalam keadaan tetap. Namun, secara mikroskopis pada

keadaan setimbang pembentukan zat produk selalu terjadi pada kuantitas-

kuantitas suatu zat-zat pereaksi dan zat hasil reaksi untuk perubahan warna.

Kesetimbangan kimia ada yang disebut sebagai kesetimbangan homogen

dan ada juga disebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah

kesetimbangan yang semua komponennya satu fase. Kesetimbangan homogen

bisa dapat berupa fase gas atau fase larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen

ialah kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih. Kesetimbangan
8

heterogen dapat berupa padat-gas atau cair-gas. Reaksi reversible adalah reaksi

kimia yang dapat dibalik dari reaktan ke produk atau dari produk ke reaktan.

Sedangkan reaksi irreversible adalah reaksi yang berlangsung satu arah dan tidak

dapat dibalik.

Dalam suatu reaksi kimia yang homogen, komposisi kesetimbangan

bergantung pada perbandingan mol pereaksinya, terdapat hubungan yang tetap

antara konsentrasi kesetimbangan yaitu hasil kali konsentrasi setimbang zat-zat

produk terhadap hasil kali konsentrasi setimbang zat-zat pereaksi dan masing-

masing konsentrasi itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Hubungan inilah

yang dinamakan Hukum Kesetimbangan Kimia. Nilai dari hukum kesetimbangan

disebut tetapan kesetimbangan, yang dinyatakan dengan lambang K atau Kc.

Dalam kloroform,  atau juga dikenal sebagai triklorometana adalah

senyawa yang tidak berwarna, berbentuk cairan beraroma manis dengan rumus

kimia CHCl3. Senyawa ini paling dikenal untuk digunakan dalam sejarah sebagai

anestesi umum, meskipun sekarang ini telah dikurangi penggunaannya karena

masalah keamanan. Saat ini kloroform atau triklorometana lebih sering digunakan

dalam berbagai proses industri, termasuk pembuatan plastik, pendingin, dan

pelarut. Kloroform ini ditemukan dalam jumlah kecil dalam air dan udara,

sebagian besar berasal dari sumber alami. Kloroform adalah racun dan cepat

melepaskan uap bila terkena udara, sehingga harus ditangani dengan hati-hati.

Berdasarkan hasil diatas bahwa praktikum kesetimbangan kimia ini sangat

penting untuk mengetahui ketetapan kesetimbangan reaksi Iod dalam Kalium

Iodida.
9

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk dapat menentukan tetapan

kesetimbangan reaksi kimia dengan kalium Iodida.

1.3 Prinsip Dasar Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah kosentrasi tidak dilakukan secara

langsung melainkan dengan yod kalium iodide.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Iodium (I2)

Zat iodium yang difortifikasikan kedalam garam dalam bentuk kalium

iodat (KIO3) bersifat sangat mudah menguap dan mudah lar ut dalam

air.Iodium adalah elemen nonlogam dan mikronutrien penting yang diperlukan

tubuh dalam jumlah renik.Kekurangan iodium dapat mengakibatkan kerusakan

otak, keterlamba tan mental, kretinisme dan gondok endemik. Selainsebagai

suplemenmakanan, iodium juga dapat ditambahkan kedalam obat-obatan sebagai

multivitamin dan antiseptik. Sekitar 75% iodium didalam tubuh manusia,

ditemukan dalam kelenjar tiroid dan digunakan untuk mensintesis hormon

tiroksin. Horrnon ini sangat penting bagi pertumbuhan, pengaturan fungsi otot

saraf, dan untuk menjaga fungsi reproduksi (Subhan, 2014).

2.2 Kalium Iodida (KI)

Pengaruh lain ketidakstabilan kadar KI yaitu sifat kalium iodida itu

sendiri. Kalium iodida adalah bentuk yang paling tidak stabil.Kalium iodida

merupakan bentuk yang tidak stabil karena kelarutannya tinggi dalam air,

kandungan iodium mudah hilang pada kondisi ekstrim, seperti cahaya, panas, dan

kelembaban.Kalium iodida juga lebih mudah hilang jika garam beriodium

terpapar sinar matahari, panas, temperatur yang tinggi, oksidator, kelembaban

tinggi, keasaman tinggi, atau terdapat ketidakmurnian (kotoran) dalam garam

(Permatasari, 2017).
11

2.3 Amilum

Amilum merupakan homo polimer glukosa dengan ikatan a-

glikosidik.Amilum terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air

panas.Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tida larut disebut

amilopektin.Amilosa memiliki struktur lurus sedangkan amilo pektin

bercabang.Amilosa merupakan kompnen amilum yang mempunyai rantai lurus

dan larut dalam air. Umumnya amilosa menyusun amilum 17,20%, terdiri dari

larutan glukosa yang bergabung melalui ikatan a-(1,4) D-glukosa. Amilosa juga

mempunyai sifat komprensibilitas, sehingga dapat digunakan sebagai formulasi

tablet cetak langsung. sementara amilopektin merupakan komponen amilum yang

mempunyai rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui

ikatan a-(1,4) D-glukosa dan a-(1,6) D-glukosa. Amilopektin tidak larut dalam air

tetapi larut dalam butanol dan bersifat kohesif sehingga sifat alir dan daya

kompresibilitasnya kurang baik. Dalam produk makanan amilopektin bersifat

merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal

dari amilum yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan,

garing dan renyah. Kebalikannya amilum dengan kandungan amilosa tinggi,

cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi

secara terbatas ( Pramesti dkk, 2015).

2.4 Kloroform

Kloroform atau triklorometana (CHCl3) sifat tidak larut dalam air tetapi

merupakan pelarut yang efektif untuksenyawa organik.Kloroform juga mudah


12

larut dalam alkohol dan eter.Sifat inilah yang menjadi alasandigunakannya

kloroform sebagai pelarut untuk ekstraksi cair-cair dikarenakan etanol dan

metanol merupakan senyawa alkohol.Pada suhu dan tekanan atmosferik

normal,kloroform berbentuk cairan bening, volatile dan berbau khas.Pada

kondisitersebut kloroform tidak mudah terbakar (Yanti, 2019).

2.5 Kesetimbangan

Kesetimbangan kimia meliputi perubahan fisika seperti dalam peleburan,

penguapan dan perubahan kimia, termasuk elektrokimia. Pembahasan ini adalah

mengenai termodinamika, khususnya dalam hal peranan entalpi dan entropi. Kita

akan lihat bahwa pandangan yang sama mengenai kesetimbangan dan arah

perubahan spontanitas diperoleh dari istilah kimia zat-zat (Sunarya, 2010).

Tetapan kesetimbangan unutuk suatu reaksi dihubungkan langsung ke

perubahan energi bebas standar untuk reaksi itu, untuk suatu temperatur tertentu

yang satu dapat dihitung dari yang lain. Pada kesetimbangan perubahan energi

bebas sistem adalah nol. Sesuai dengan Asas Le Chatelier, suatu kenaikan

temperatur akan menggeser kesetimbangan kearah reaksi yang menyerap kalor

(reaksi endoterm) yaitu mengubah temperatur juga mengubah harga ketetapan

kesetimbangan itu sendiri, karena laju reaksi maju dan reaksi balik cenderung tak

sama perubahannya (Nurisalam, 2012).

2.6 Reaksi Endoterm dan Reaksi Eksoterm

Reaksi dikatakan eksoterm apabila kalor yang dibebaskan atau diserap

oleh reaksi yang merupakan Entalpi reaksi (∆H bernilai negatif).Sedangkan jika
13

reaksi tersebut membutuhkan kalor (∆H bernilai positif) maka reaksi dikatakan

endoterm.Baik perubahan energy bebas Gibbs maupun perubahan entalpi reaksi,

keduanya berperan penting untuk memprediksi berlangsungnya suatu reaksi.Pada

dasarnya, perubahan entalpi karena adanya perpindahan entalpi terjadi karena

adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan sistem adalah sesuatu

yang menjadi pusat perhatian atau pusat pengamatan.Lingkungan adalah daerah

diluar sistem (Liherlinah, 2009).

2.7 Koefisien Distribusi

Bila kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut

yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian

kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan pelarut air.Dalam

praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya kedalam dua pelarut tersebut

setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut didalam

kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.tetapan

tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi (Purwani, 2013).

2.8 Tetapan Kesetimbangan

Tetapan kesetimbangan hanya bergantung pada suhu. Tetapan

kesetimbangan ini tidak dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi reaktan atau

produk, tekanan yang digunakan jika melibatkan gas atau penggunaan suatu

katalis. Berbeda dengan tetapan kesetimbangan yang hanya dipengaruhi suhu,

posisi kesetimbangan dan komposisi campuran dalam kesetimbangan akan

berubah jika terjadi perubahan konsentrasi reaktan atau produk, perubahan


14

tekanan atau volume jika melibatkan gas, dan perubahan suhu. Pengaruh

perubahan konsentrasi, tekanan atau volume, dan suhu terhadap reaksi

kesetimbangan dapat diprediksikan dengan menggunakan asas Le Chatelier

(Mulyanti, 2017).

2.9 Kesetimbangan Iod dalam KI

Kesetimbangan kimia dapat dilakukan dengan melarutkan iod dalam

larutan KI dengan konsentrasi yang telah diketahui. Konsentrasi total I2 dan I3-

pada kesetimbangan ditentukan dengan melakukan titrasi menggunakan tiosulfat.

Larutan kemudian diekstraksi dengan karbon tetraklorida dan konsentrasi I 2 dalam

pelarut nonpolar ditentukan juga dengan titrasi dengan tiosulfat. Konsentrasi

kesetimbangan I2 dalam larutan berair dapat dihitung dari konsentrasi I 2 dalam

pelarut nonpolar dan koefisien distribusi untuk ekstraksi iod antara CHCl3 dan air

(Steven, 1991).
15

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Fisik I percobaan “Kesetimbangan Kimia” dilaksanakan

pada hari Jumat, 22 November 2019 pukul 13.00 WITA-selesai.Bertempat di

Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan kesetimbangan antara iod dan

kalium iodida yaitu botol semprot, pipet tetes, gelas ukur 250 mL, corong pisah

250 mL dan 500 mL, pipet skala 5 mL dan 25 mL, labu erlenmeyer 250 mL,

batang pengaduk, spatula, gelas kimia 500 mL, botol timbang, neraca analitik,

buret 50 mL, statif dan klem, filler.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan larutan adalah aquades,

larutan Na-tiosulfat 0,02 M, larutan KI 0,1 M, larutan amilum 1 %, kristal KI,

larutan kloroform.
16

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Perlakuan pada Corong Pisah A

Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu dimasukkan 15mL larutan

kloroform kedalam corong pisah yang sudah diberi label A. Kemudian pada

corong pisah A dimasukkan 200 mL air, Kemudian ditutup corong pisah dan

dikocok hingga beberapa menit dan didiamkan selama 5 menit untuk mencapai

kesetimbangan. Setelah mencapai kesetimbangan dipisahkan antara air dan

kloroform. Setelah itu kloroform dan air masing-masing dipipet 5 mL dimasukkan

dalam Erlenmeyer. Kemudian pada masing-masing larutan ditambahkan 1 gram

Kristal KI dan 3 tetes amilum. Kemudian digoyang hingga tercampur. Setelah itu

masing-masing larutan dititrasi dengan larutan standar Na-tiosulfat. Titrasi

dihentikan setelah terbentuk warna bening.

3.3.2 perlakuan pada Corong B

Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu dimasukkan 15 mL larutan

kloroform kedalam corong pisah yang sudah diberi label B. Kemudian pada

corong pisah B dimasukkan 200 mL KI 0,1 M, Kemudian ditutup corong pisah

dan dikocok hingga beberapa menit dan didiamkan selama 5 menit untuk

mencapai kesetimbangan. Setelah mencapai kesetimbangan dipisahkan antara KI

dan kloroform. Setelah itu kloroform dipipet 2,5 mL dan KI dipipet 12,5 mL

masing-masing dimasukkan dalam Erlenmeyer. Kemudian pada masing-masing

larutan ditambahkan 0,5 gram Kristal KI dan 3 tetes amilum. Kemudian digoyang
17

hingga tercampur. Setelah itu masing-masing larutan dititrasi dengan larutan

standar Na-tiosulfat. Titrasi dihentikan setelah terbentuk warna bening.


18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Hasil Pengamatan Proses

Tabel 4.1.1.1 Data hasil Pengamatan kesetimbangan larutan I2 jenuh dalam CCl4
pada larutan KI (A)
No Perlakuan Pengamatan
Dimasukkan 15 mL larutan I 2 jenuh Larutan jenuh dan berwarna
1
dalam CCl4 kedalam corong pisah ungu
Ditambahkan larutan 100 mL KI 0,1 Terbentuk dua lapisan, lapisan
2 M, dikocok hingga beberapa menit, atas berwarna jingga, dan lapisan
lalu didiamkan selama 35 menit bawah berwarna ungu
3 Mengambil lapisanCCl4 Larutan berwarna ungu
Ditambahkan 1 gram padatan KI dan
4 Larut dan berwarna ungu
10 mL air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat dengan
5 Larutan tidak berwarna (bening)
indikator kanji
Mengambil 50 mL larutan KI dari
6 Berwarna merah muda
corong pisah
Dititrasi dengan Na-tiosulfat dengan Larutan berwarna bening
7
indikator kanji kembali

4.1
19

Tabel 4.1.1.2 Data hasil Pengamatan kesetimbangan larutan I2 jenuh dalam CCl4
pada air (B)
No Perlakuan Pengamatan
Dimasukkan 15 ml larutan I 2 jenuh Larutan jenuh dan berwarna
1 ungu
dalam CCl4
Dimasukkan 100 ml air dan Terbentuk 2 lapisan. Lapisan
2 dikocok hingga beberapa menit. atas jingga mudaan lapisan
Lalu didiamkan selama 35 menit bawah ungu pekat
3 Mengambil lapisanCCl4 Larutanberwarnaungu
Ditambahkan 1 gram padatan KI Larutdanberwarna ungu
4
dan 10 ml air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat Larutan tidak berwarna (bening)
5
dengan indikator kanji
Mengambil 50 ml lapisan air dari Berwarna kuning muda
6
corong pisah
Ditambah 1 gram padatan KI dan Berwarna kuning muda
7
10 mL air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat Larutan tidak berwarna (bening)
7
dengan indikator kanji

4.1.2 TabelPengamatan

Tabel 4.1.2.1 Data Hasil Pengamatan


Corong A Corong B
Volume
Lapisan KI Lapisan CCl4 Lapisan air Lapisan CCl4
Yang
50mL 5mL 12,5 mL 2,5 mL
dipipet
Yang
50 mL 18mL 19 mL 9 mL
dititrasi
Na-tiosulfat 0,7mL 20,5 mL 7,2 mL 5,3 mL

4.2 Pembahasan

Kesetimbangan kimia adalah suatu proses yang terjadi dalam larutan yang

meliputi perubahan fisika seperti dalam peleburan. Penguapan dan perubahan

kimia yang dimaksud adalah elektrokimia. Reaksi kimia yang sering digunakan

dalam pemeriksaan kimia, yaitu reaksi yang berlangsung secara bolak-balik dan
20

jalannya reaksi tergantung pada tekanan luar, misalnya seperti kadar zat yang

bereaksi, suhu, tekanan, dan katalis.

Suatu reaksi berlangsung reversible, Maka reaksi itu akan berlangsung

terus sampai terjadi kesetimbangan dinamis. Pada kesetimbangan laju reaksi

pembentukan hasil reaksi persis sama dengan pereaksinya. Pada saat

kesetimbangan itu, kepekatan atau konsentrasi pereaksi maupun hasil reaksi boleh

dikatakan tidak berubah meskipun reaksi dibiarkan terus berlangsung selama tidak

ada gangguan dari luar sistem.

Percobaan pertama yang dilakukan dalam menentukan ketetapan

kesetimbangan kimia antara reaksi iod dengan kalium iodida. Berdasarkan teori,

iod juga memiliki kelarutan yang sangat kecil dalam air. Sedangkan jika iod

dilarutkan dalam kalium iodida maka iod mudah larut. Hal ini dikarenakan iod

dalam kalium iodida membentuk senyawa kompleks triodida. Berbeda jika iod

dilarutkan dalam air maka harus ditambahkan KI yang akan bereaksi menjadi KI3.

Sehingga iod kurang larut dalam air karena berbeda kepolaran, dimana air bersifat

polar sedangkan iod nonpolar.

Percobaan yang pertama yaitu pada corong A dimasukkan 15 mL larutan

CHCl3 dan kemudian ditambahkan 100 mL air. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui kelarutan iod dalam air. Kemudian setelah itu diguncang beberapa

saat yang bertujuan agar iod terdistribusi sempurna dalam air dan larutan CHCl 3.

Selain untuk mendistribusi sempurna juga guncangan tadi juga berfungsi untuk

mempercepat terjadinya reaksi kesetimbangan. Setelah diguncang didiamkan

selama 35 menit untuk mencapai kesetimbangan. Terjadi kesetimbangan dapat


21

diketahui dengan adanya pemisahan antara fase air dan fase iod dalam CHCl 3.

Kemudian diambil 10 mL lapisan CHCl3 yang kemudian di masukkan dalam

erlenmeyer dan ditambahkan 1 gram padatan KI sambil di guncang untuk dapat

larut sempurna. Dititrasi dengan dengan larutan Na-Tiosulfat sebagai larutan

standar karena memiliki kemurnian tinggi dan tidak bersifat higroskopis dan

konsentrasinya pun telah diketahui dan cepat berubah jika bereaksi dengan

senyawa tertentu. Kemudian sebelum dititrasi terlebih dahulu ditambahkan

indikator Amilum 1% untuk mengetahui adanya iod dalam larutan dan

mengetahui titik akhir titrasi telah tercapai atau belum. Pada titik akhir titrasi

seharusnya terjadi perubahan warna menjadi warna biru akan tetapi yang terjadi

adalah menjadi warna bening. Hal ini bisa jadi karena bahan yang dipakai rusak

atau bisa juga karena kesalahan prosedur saat kegiatan praktikum.

Percobaan yang kedua yaitu pada corong B dimasukkan 15 mL larutan

CHCl3 dan kemudian ditambahkan 100 mL larutan KI 0,1 M. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui kelarutan iod dalam larutan KI. Kemudian setelah itu

diguncang beberapa saat yang bertujuan agar iod terdistribusi sempurna dalam

larutan KI dan larutan CHCl3. Selain untuk mendistribusi sempurna juga

guncangan tadi juga berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi

kesetimbangan. . Setelah diguncang didiamkan selama 30 menit untuk mencapai

kesetimbangan. Terjadi kesetimbangan dapat diketahui dengan adanya pemisahan

antara fase air dan fase iod dalam CHCl3. Kemudian diambil 50 mL lapisan

CHCl3 yang kemudian di masukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan 10 mL air

sambil di guncang untuk dapat larut sempurna. Dititrasi dengan dengan larutan
22

Na-Tiosulfat sebagai larutan standar karena memiliki kemurnian tinggi dan tidak

bersifat higroskopis dan konsentrasinya pun telah diketahui dan cepat berubah jika

bereaksi dengan senyawa tertentu. Kemudian sebelum dititrasi terlebih dahulu

ditambahkan indikator Amilum 1% untuk mengetahui adanya iod dalam larutan

dan mengetahui titik akhir titrasi telah tercapai atau belum. Pada titik akhir titrasi

seharusnya terjadi perubahan warna menjadi warna biru akan tetapi yang terjadi

adalah menjadi warna bening. Hal ini bisa jadi karena bahan yang dipakai rusak

atau bisa juga karena kesalahan prosedur saat kegiatan praktikum.


23

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah Tetapan kesetimbangan

reaksi kimia dapat ditentukan dengan perbandingan antara hasil kali konsentrasi

kesetimbangan antara zat-zat produk terhadap hasil kali konsentrasi

kesetimbangan zat-zat pereaksi dan masing-masing dipangkatkan dengan

koefisiennya. Koefisien tersebut adalah perbandingan antara konsentrasi zat

terlarut dalam fasa pelarut organik dengan konsentrasi terlarut dalam air.

5.2 Saran

Sebelum bekerja di laboratorium untuk melakukan percobaan sebaiknya

alat-alat yang tidak berkaitan denga praktikum dibereskan ke tempat lain agar

tidak mengganggu pada saat mulai bekerja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.
24

DAFTAR PUSTAKA

Liherlinah, M.A., Abdullah, M., dan Khairurrijal.2009. Sintatis Nanokatalis


CuZnO/Al2O3 untuk Mengubah Metanol Menjadi Hidrogen untuk
Bahan Bakar Kendaraan Fuel Cell.Jurnal Nanosains dan
Nanoteknologi.2(1).

Mulyanti sri, Nurkhozin. 2017. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung : Alfabeta

Permariatasi, S. M., Siti, H., dan Iskandar, S. 2017. Stabilitas Kadar Iodium dalam
Garam Fortifikasi Kalium Iodida (KI) Menggunakan
NaFeEDTA.Darussalam Nutrition Journal. 1(1)
Pramesti, H.A., Siadi, K., Cahyono, E. 2015. Analisis Rasio Kadar Amilosa
Amilopektin Dalam Amilum Daro Beberapa Jenis Umbi. Indonesian
Journal Of Chemical Science. 4(1)
Purwani, MV. 2014. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Tri Oktil Ami
The Extraction Of Neodymium Concentrates Using Tri Octyl
Amine. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra. 17(1).
Sunarya,Y.2016.Kimia Dasar 1, Bandung: CV YRAMA WIDYA

Subhan.2014. Analisis Kandungan Iodium Dalam Garam Butiran Konsumsi Yang


Beredar Dipasaran Kota Ambon.Jurnal Fkratuna.6(2)
Steven C,dkk. 1991. An Alternative to Halogenated Solvents for Halogen/Halide
Extractions. Purdue University : Journal of Chemical Education.
Yanti, A. Mursiti, S. Widiarti, N. Nurcahyo, B., dan Alauhdin, M.
2019.Optimalisasi Metode Penentuan Kadar Etanol dan Metanol
pada Minuman Keras Oplosan Menggunakan Kromatografi Gas
(KG).Journal ofChemical Science.8(1).
25

PROSEDUR KERJA

Kesetimbangan Reaksi Iod dengan Kalium Iodida (corong A dan B)

Corong A
Dimasukkan 15 mL larutan I 2 jenuh
dalam CHCl 3
Dimasukkan 100 ml air
Diamkan beberapa menit
Diambil 5 mL lapisan CHCl 3
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Ditambahkan 1 gram padatan KI 10
mL air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat
tambahkan amilum
Diambil 25 mL lapisan air
dititrasi kembali

Hasil Pengamatan

Corong B

Dimasukkan 7,5 ml larutan I 2 jenuh


dalam CHCl 3
Dimasukkan 100 ml air dan KI 0,1 M
Diamkan beberapa menit
Diambil 5 ml lapisan CHCl 3
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Ditambahkan 1 gram padatan KI 10
mL air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat
Ditambahkan amilum
Diambil 12,5 ml lapisan air
Dititrasi kembali

Hasil Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai