DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan praktikum......................................................................................5
1.3 Prinsip praktikum......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..
2.1 Iodium (I2)................................................................................................6
2.2 Kalium Iodida (KI)
………………………………………………………………………………6
2.3 Amilum.....................................................................................................7
2.4 Kloroform.................................................................................................7
2.5 Kesetimbangan.........................................................................................8
2.6 Reaksi Endoterm dan Reaksi Eksoterm....................................................8
2.7 Koefisien Distribusi..................................................................................9
2.8 Tetapan Kesetimbangan............................................................................9
2.9. Kesetimbangan Iod dalam KI................................................................10
BAB III METODE PRATIKUM…………………………………………………
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................11
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................11
3.2.1 Alat...............................................................................................11
3.2.2 Bahan............................................................................................11
3.3 Prosedur Kerja.........................................................................................12
3.3.1 Perlakuan pada Corong Pisah A...................................................12
3.3.2 Perlakuan pada Corong B.............................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………..
4.1 Data Pengamatan....................................................................................14
4.2 Pembahasn..............................................................................................15
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan......................................................................................19
5.2 Saran................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik,
semoga isi dari laporan yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
para pembaca serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu. Untuk itu kami ucapakan
terimakasih kepada asisten selaku asisten pratikum ini. Serta pihak-pihak lain
ini, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki
laporan-laporan selanjutnya.
Penyusun
3
OLEH :
NAMA : AJINIA
HALAMAN PENGESAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
iodat (KIO3) bersifat sangat mudah menguap dan mudah lar ut dalam
tiroksin. Horrnon ini sangat penting bagi pertumbuhan, pengaturan fungsi otot
sendiri. Kalium iodida adalah bentuk yang paling tidak stabil.Kalium iodida
merupakan bentuk yang tidak stabil karena kelarutannya tinggi dalam air,
kandungan iodium mudah hilang pada kondisi ekstrim, seperti cahaya, panas, dan
(Permatasari, 2017).
6
larutan KI dengan konsentrasi yang telah diketahui. Konsentrasi total I2 dan I3-
pelarut nonpolar dan koefisien distribusi untuk ekstraksi iod antara CHCl3 dan air
(Steven, 1991).
glikosidik.Amilum terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air
dan larut dalam air. Umumnya amilosa menyusun amilum 17,20%, terdiri dari
larutan glukosa yang bergabung melalui ikatan a-(1,4) D-glukosa. Amilosa juga
mempunyai rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui
ikatan a-(1,4) D-glukosa dan a-(1,6) D-glukosa. Amilopektin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam butanol dan bersifat kohesif sehingga sifat alir dan daya
merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal
cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi
Kloroform atau triklorometana (CHCl3) sifat tidak larut dalam air tetapi
hasil reaksi terdapat bersama-sama, tetapi tidak ada lagi perubahan yang dapat
diamati. Dengan kata lain, kesetimbangan tercapai jika laju reaksi kearah produk
sama dengan laju reaksi kearah reaktan. Secara makroskopis, pada keadaan
setimbang tidak terlihat adanya perubahan yang terjadi karena konsentrasi zat-zat
di ruas kanan atau kiri dalam keadaan tetap. Namun, secara mikroskopis pada
kuantitas suatu zat-zat pereaksi dan zat hasil reaksi untuk perubahan warna.
bisa dapat berupa fase gas atau fase larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen
ialah kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih. Kesetimbangan
8
heterogen dapat berupa padat-gas atau cair-gas. Reaksi reversible adalah reaksi
kimia yang dapat dibalik dari reaktan ke produk atau dari produk ke reaktan.
Sedangkan reaksi irreversible adalah reaksi yang berlangsung satu arah dan tidak
dapat dibalik.
produk terhadap hasil kali konsentrasi setimbang zat-zat pereaksi dan masing-
senyawa yang tidak berwarna, berbentuk cairan beraroma manis dengan rumus
kimia CHCl3. Senyawa ini paling dikenal untuk digunakan dalam sejarah sebagai
masalah keamanan. Saat ini kloroform atau triklorometana lebih sering digunakan
pelarut. Kloroform ini ditemukan dalam jumlah kecil dalam air dan udara,
sebagian besar berasal dari sumber alami. Kloroform adalah racun dan cepat
melepaskan uap bila terkena udara, sehingga harus ditangani dengan hati-hati.
Iodida.
9
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk dapat menentukan tetapan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
iodat (KIO3) bersifat sangat mudah menguap dan mudah lar ut dalam
tiroksin. Horrnon ini sangat penting bagi pertumbuhan, pengaturan fungsi otot
sendiri. Kalium iodida adalah bentuk yang paling tidak stabil.Kalium iodida
merupakan bentuk yang tidak stabil karena kelarutannya tinggi dalam air,
kandungan iodium mudah hilang pada kondisi ekstrim, seperti cahaya, panas, dan
(Permatasari, 2017).
11
2.3 Amilum
glikosidik.Amilum terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air
dan larut dalam air. Umumnya amilosa menyusun amilum 17,20%, terdiri dari
larutan glukosa yang bergabung melalui ikatan a-(1,4) D-glukosa. Amilosa juga
mempunyai rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui
ikatan a-(1,4) D-glukosa dan a-(1,6) D-glukosa. Amilopektin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam butanol dan bersifat kohesif sehingga sifat alir dan daya
merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal
cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi
2.4 Kloroform
Kloroform atau triklorometana (CHCl3) sifat tidak larut dalam air tetapi
2.5 Kesetimbangan
mengenai termodinamika, khususnya dalam hal peranan entalpi dan entropi. Kita
akan lihat bahwa pandangan yang sama mengenai kesetimbangan dan arah
perubahan energi bebas standar untuk reaksi itu, untuk suatu temperatur tertentu
yang satu dapat dihitung dari yang lain. Pada kesetimbangan perubahan energi
bebas sistem adalah nol. Sesuai dengan Asas Le Chatelier, suatu kenaikan
kesetimbangan itu sendiri, karena laju reaksi maju dan reaksi balik cenderung tak
oleh reaksi yang merupakan Entalpi reaksi (∆H bernilai negatif).Sedangkan jika
13
reaksi tersebut membutuhkan kalor (∆H bernilai positif) maka reaksi dikatakan
adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan sistem adalah sesuatu
Bila kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut
yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian
kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan pelarut air.Dalam
praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya kedalam dua pelarut tersebut
kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.tetapan
produk, tekanan yang digunakan jika melibatkan gas atau penggunaan suatu
tekanan atau volume jika melibatkan gas, dan perubahan suhu. Pengaruh
(Mulyanti, 2017).
larutan KI dengan konsentrasi yang telah diketahui. Konsentrasi total I2 dan I3-
pelarut nonpolar dan koefisien distribusi untuk ekstraksi iod antara CHCl3 dan air
(Steven, 1991).
15
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
kalium iodida yaitu botol semprot, pipet tetes, gelas ukur 250 mL, corong pisah
250 mL dan 500 mL, pipet skala 5 mL dan 25 mL, labu erlenmeyer 250 mL,
batang pengaduk, spatula, gelas kimia 500 mL, botol timbang, neraca analitik,
3.2.2 Bahan
larutan kloroform.
16
kloroform kedalam corong pisah yang sudah diberi label A. Kemudian pada
corong pisah A dimasukkan 200 mL air, Kemudian ditutup corong pisah dan
dikocok hingga beberapa menit dan didiamkan selama 5 menit untuk mencapai
Kristal KI dan 3 tetes amilum. Kemudian digoyang hingga tercampur. Setelah itu
kloroform kedalam corong pisah yang sudah diberi label B. Kemudian pada
dan dikocok hingga beberapa menit dan didiamkan selama 5 menit untuk
dan kloroform. Setelah itu kloroform dipipet 2,5 mL dan KI dipipet 12,5 mL
larutan ditambahkan 0,5 gram Kristal KI dan 3 tetes amilum. Kemudian digoyang
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1.1.1 Data hasil Pengamatan kesetimbangan larutan I2 jenuh dalam CCl4
pada larutan KI (A)
No Perlakuan Pengamatan
Dimasukkan 15 mL larutan I 2 jenuh Larutan jenuh dan berwarna
1
dalam CCl4 kedalam corong pisah ungu
Ditambahkan larutan 100 mL KI 0,1 Terbentuk dua lapisan, lapisan
2 M, dikocok hingga beberapa menit, atas berwarna jingga, dan lapisan
lalu didiamkan selama 35 menit bawah berwarna ungu
3 Mengambil lapisanCCl4 Larutan berwarna ungu
Ditambahkan 1 gram padatan KI dan
4 Larut dan berwarna ungu
10 mL air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat dengan
5 Larutan tidak berwarna (bening)
indikator kanji
Mengambil 50 mL larutan KI dari
6 Berwarna merah muda
corong pisah
Dititrasi dengan Na-tiosulfat dengan Larutan berwarna bening
7
indikator kanji kembali
4.1
19
Tabel 4.1.1.2 Data hasil Pengamatan kesetimbangan larutan I2 jenuh dalam CCl4
pada air (B)
No Perlakuan Pengamatan
Dimasukkan 15 ml larutan I 2 jenuh Larutan jenuh dan berwarna
1 ungu
dalam CCl4
Dimasukkan 100 ml air dan Terbentuk 2 lapisan. Lapisan
2 dikocok hingga beberapa menit. atas jingga mudaan lapisan
Lalu didiamkan selama 35 menit bawah ungu pekat
3 Mengambil lapisanCCl4 Larutanberwarnaungu
Ditambahkan 1 gram padatan KI Larutdanberwarna ungu
4
dan 10 ml air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat Larutan tidak berwarna (bening)
5
dengan indikator kanji
Mengambil 50 ml lapisan air dari Berwarna kuning muda
6
corong pisah
Ditambah 1 gram padatan KI dan Berwarna kuning muda
7
10 mL air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat Larutan tidak berwarna (bening)
7
dengan indikator kanji
4.1.2 TabelPengamatan
4.2 Pembahasan
Kesetimbangan kimia adalah suatu proses yang terjadi dalam larutan yang
kimia yang dimaksud adalah elektrokimia. Reaksi kimia yang sering digunakan
dalam pemeriksaan kimia, yaitu reaksi yang berlangsung secara bolak-balik dan
20
jalannya reaksi tergantung pada tekanan luar, misalnya seperti kadar zat yang
kesetimbangan itu, kepekatan atau konsentrasi pereaksi maupun hasil reaksi boleh
dikatakan tidak berubah meskipun reaksi dibiarkan terus berlangsung selama tidak
kesetimbangan kimia antara reaksi iod dengan kalium iodida. Berdasarkan teori,
iod juga memiliki kelarutan yang sangat kecil dalam air. Sedangkan jika iod
dilarutkan dalam kalium iodida maka iod mudah larut. Hal ini dikarenakan iod
dalam kalium iodida membentuk senyawa kompleks triodida. Berbeda jika iod
dilarutkan dalam air maka harus ditambahkan KI yang akan bereaksi menjadi KI3.
Sehingga iod kurang larut dalam air karena berbeda kepolaran, dimana air bersifat
CHCl3 dan kemudian ditambahkan 100 mL air. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kelarutan iod dalam air. Kemudian setelah itu diguncang beberapa
saat yang bertujuan agar iod terdistribusi sempurna dalam air dan larutan CHCl 3.
Selain untuk mendistribusi sempurna juga guncangan tadi juga berfungsi untuk
diketahui dengan adanya pemisahan antara fase air dan fase iod dalam CHCl 3.
standar karena memiliki kemurnian tinggi dan tidak bersifat higroskopis dan
konsentrasinya pun telah diketahui dan cepat berubah jika bereaksi dengan
mengetahui titik akhir titrasi telah tercapai atau belum. Pada titik akhir titrasi
seharusnya terjadi perubahan warna menjadi warna biru akan tetapi yang terjadi
adalah menjadi warna bening. Hal ini bisa jadi karena bahan yang dipakai rusak
CHCl3 dan kemudian ditambahkan 100 mL larutan KI 0,1 M. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui kelarutan iod dalam larutan KI. Kemudian setelah itu
diguncang beberapa saat yang bertujuan agar iod terdistribusi sempurna dalam
antara fase air dan fase iod dalam CHCl3. Kemudian diambil 50 mL lapisan
sambil di guncang untuk dapat larut sempurna. Dititrasi dengan dengan larutan
22
Na-Tiosulfat sebagai larutan standar karena memiliki kemurnian tinggi dan tidak
bersifat higroskopis dan konsentrasinya pun telah diketahui dan cepat berubah jika
dan mengetahui titik akhir titrasi telah tercapai atau belum. Pada titik akhir titrasi
seharusnya terjadi perubahan warna menjadi warna biru akan tetapi yang terjadi
adalah menjadi warna bening. Hal ini bisa jadi karena bahan yang dipakai rusak
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
reaksi kimia dapat ditentukan dengan perbandingan antara hasil kali konsentrasi
terlarut dalam fasa pelarut organik dengan konsentrasi terlarut dalam air.
5.2 Saran
alat-alat yang tidak berkaitan denga praktikum dibereskan ke tempat lain agar
tidak mengganggu pada saat mulai bekerja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Permariatasi, S. M., Siti, H., dan Iskandar, S. 2017. Stabilitas Kadar Iodium dalam
Garam Fortifikasi Kalium Iodida (KI) Menggunakan
NaFeEDTA.Darussalam Nutrition Journal. 1(1)
Pramesti, H.A., Siadi, K., Cahyono, E. 2015. Analisis Rasio Kadar Amilosa
Amilopektin Dalam Amilum Daro Beberapa Jenis Umbi. Indonesian
Journal Of Chemical Science. 4(1)
Purwani, MV. 2014. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Tri Oktil Ami
The Extraction Of Neodymium Concentrates Using Tri Octyl
Amine. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra. 17(1).
Sunarya,Y.2016.Kimia Dasar 1, Bandung: CV YRAMA WIDYA
PROSEDUR KERJA
Corong A
Dimasukkan 15 mL larutan I 2 jenuh
dalam CHCl 3
Dimasukkan 100 ml air
Diamkan beberapa menit
Diambil 5 mL lapisan CHCl 3
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Ditambahkan 1 gram padatan KI 10
mL air
Dititrasi dengan Na-tiosulfat
tambahkan amilum
Diambil 25 mL lapisan air
dititrasi kembali
Hasil Pengamatan
Corong B
Hasil Pengamatan