Anda di halaman 1dari 61

PRARANCANGAN PABRIK ASAM SITRAT (C6H8O7) DARI MOLASSES

DAN MOLD ASPERGILLUS NIGER KAPASITAS 15000 TON/TAHUN

(Skripsi)

Oleh:

Adinda Margarisa 1915041027

Diandra Pusparini 1915041033

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, industri bioteknologi merupakan salah satu sektor penunjang


perekonomian Indonesia. Bioteknologi didefinisikan sebagai bidang
terapan ilmu dan teknologi hayati, yang melibatkan penerapan praktis
organisme hidup atau komponen sub-selulernya dalam industri
manufaktur dan jasa, dan pengelolaan lingkungan bioteknologi
menggunakan bakteri, ragi, alga, dan sel tumbuhan atau hewan
dibudidayakan sebagai bahan dari berbagai proses.

Salah satu penerapan bioteknologi ialah teknologi fermentasi. Teknologi


fermentasi sebagian besar merupakan teknologi yang menggunakan
mikroorganisme baik secara seluler maupun subseluler untuk produk
makanan dan minuman seperti keju, yogurt, minuman alkohol, kecap dan
salah satunya ialah asam sitrat.

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang sering ditemukan di


berbagai industri, seperti industri kosmetik, makanan, farmasi, dan lain
sebagainya. Peranan asam sitrat antara lain adalah sebagai zat pemberi
cita rasa dan pengawet pada makanan dan minuman, sebagai pengendali
pH, obat – obatan (farmasi) serta bahan sabun dan detergen (Surest et al.,
2013).

Asam sitrat merupakan salah satu komoditas yang banyak diimpor untuk
memenuhi kebutuhan di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistika (BPS), pada tahun 2019 Indonesia mengimpor asam sitrat
sebanyak 42,072 ton per tahun. Konsumsi asam sitrat di Indonesia
menyatakan 65% untuk industri makanan dan minuman, 20% untuk
industri deterjen rumah tangga, dan 15% untuk industri tekstil, farmasi,
kosmetik dan lainnya. Kebutuhan akan Asam Sitrat ini diperkirakan akan
semakin meningkat seiring berkembangnya industri kimia khususnya
industri makanan dan minuman di Indonesia. Dimana, industri makanan
dan minuman merupakan sektor non migas yang menyumbang
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar di Indonesia yang harus terus
dijaga dan dikembangkan. Sehingga penting untuk mendirikan pabrik
Asam Sitrat di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Asam Sitrat dalam
negeri.

Banyaknya manfaat asam sitrat di berbagai industri menyebabkan demand


terhadap asam sitrat semakin meningkat. Potensi pasar global asam sitrat
diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2027 pada CAGR 4,6%
(Reports and Data, 2020). Namun berdasarkan Badan Pusat Statistik
(2021), saat ini Indonesia masih belum dapat memenuhi semua kebutuhan
asam sitrat dalam negeri sehingga masih melakukan impor asam sitrat.
Oleh karena itu, pendirian pabrik asam sitrat ini diharapkan dapat
mengurangi impor asam sitrat dan dapat menunjang kebutuhan asam sitrat
di Indonesia.

1.2 Kegunaan Produk

1. Adapun kegunaan dari Asam Sitrat sebagai berikut:

2. Sebagai aditif makanan dan agen penyedap makanan dan


minuman.

3. Sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah


tangga dan obat – obatan.

4. Sebagai bahan sabun dan deterjen.

5. Untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat


penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion – ion logam
yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai
kompleks sitrat.

6. Untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian


tinggi sebagai ganti Asam Nitrat, karena Asam Nitrat dapat
menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk keperluan tersebut,
sementara Asam Sitrat tidak.

1.3 Ketersediaan Bahan Baku

1. Bahan Baku Utama

Di Indonesia, tebu ditanam secara besar-besaran di Jawa dan Sumatera


(Kurnia, 2018). Tanaman semusim ini dipanen dengan metode ratun dan
batangnya diolah menjadi gula pasir putih (GKP) atau gula pasir sebagai
salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Untuk itu, tebu menjadi salah satu
komoditas perkebunan yang disukai untuk konsumsi dalam negeri. Produk
sampingan dari industri pengolahan gula yang masih mengandung gula
dan asam-asam organik yaitu molasse. Molasse yang dihasilkan oleh
industri gula tebu di Indonesia dikenal dengan nama tetes tebu.

Bahan baku pembuatan asam sitrat berupa molases dihasilkan dari industri
gula sekitar 5% dari total tebu yang digiling (Perez, 1997). Pabrik
direncanakan untuk dibangun di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung. Menurut (Evival, 2018) berikut adalah data kapasitas tebu
giling pabrik gula di Kabupaten Lampung Tengah.

Tabel 1. Kapasitas Tebu Giling Pabrik Gula di Kabupaten Lampung


Tengah

No Nama Pabrik Kapasitas Tebu Molasses yang


Giling per Hari Dihasilkan per
(ton) Hari (ton)

1 Bunga Mayang 7.000 396,90

2 Gunung Madu 18.000 1.020,60


Plantation

3 Pemuka Sakti 10.500 595,35


Manis Indah

4 Gula Putih 10.000 567,00


Mataram

No Nama Pabrik Kapasitas Tebu Molasses yang


Giling per Hari Dihasilkan per
(ton) Hari (ton)
5 Sweet 9.000 510,30
Indolampung
6 Indolampung 9.000 510,30
Perkasa
7 Adikarya Gemilang 8.000 453,60
Total 71.000 4.054,05

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah produksi tebu di


Indonesia mencapai 2,42 juta ton pada 2021 serta Badan Pusat Statistik
(BPS) melaporkan daerah penghasil tebu terbesar ke-2 di Indonesia ialah
Provinsi Lampung dengan total produksi 802,4 ribu ton. PG Gunung Madu
dan PG Gula Putih Mataram sebagai supplier bahan baku molases karena
kedua pabrik gula tersebut memiliki kapasitas tebu giling yang lebih besar
dibanding dua pabrik gula yang lain. Dari kedua pabrik tersebut, diperoleh
total kapasitas tebu giling ialah 26.500 ton cane/day. Total molases yang
dapat diproduksi dari kedua pabrik gula tersebut ialah 1.325 ton/hari atau
437.250 ton/tahun dengan diasumsikan bahwa PG Gunung Madu dan PG
Gula Putih Mataram beroperasi selama 330 hari dalam 1 tahun. Diambil
molases 25% dari kapasitas produksi kedua pabrik tersebut sehingga
didapat molases sebanyak 109.312,5 ton/tahun. Konversi asam sitrat dari
molases diperkirakan sekitar 70%.
2. Bahan Pendukung

Kebutuhan akan utilitas seperti air, steam, dan listrik dapat diperoleh
dengan mudah karena Kabupaten Lampung Tengah merupakan jalur
wilayah yang dilewati oleh 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi
Lampung yakni DAS Way Seputih, DAS Way Sekampung, dan DAS Way
Tulang Bawang. Sumber air dapat diperoleh dari air sungai Way Seputih
yang memiliki luas 461.922,201 Ha (Bappeda Lampung Tengah, 2020).
Adapun sumber energi listrik dapat diperoleh dari PLTU Tarahan (200
MW), PLTU Tarahan Baru (200 MW), PLTA Besai (90 MW), dan PLTA
Batutegi (28 MW).

1.4 Analisa Pasar

Analisa pasar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa besar minat


pasar terhadap suatu produk. Adapun analisis pasar meliputi data impor,
data ekspor, dan data konsumsi asam sitrat di Indonesia. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia masih melakukan impor dalam
jumlah sangat besar untuk memenuhi kebutuhan Asam Sitrat dalam
beberapa tahun terakhir, karena Indonesia saat ini tidak memproduksi
Asam Sitrat sendiri dalam negeri. Beberapa pabrik Asam Sitrat di
Indonesia memilih untuk menghentikan produksi Asam Sitrat, salah
satunya ialah emiten kimia, PT Budi Acid Jaya Tbk (BUDI) menghentikan
operasional usaha salah satu segmen bisnisnya, yakni Asam Sitrat (citric
acid), karena tidak dapat bersaing dengan produk impor dari China akibat
membanjirnya produk impor. Kebutuhan asam sitrat diprediksi akan terus
meningkat setiap tahunnya dikarenakan pemanfaatannya di berbagai
industri.
Berdasarkan data analisis pasar dari Reports and Data (2022), diperoleh
prediksi potensi pasar global asam sitrat berikut:

Gambar 1. Prediksi Potensi Pasar Global Asam Sitrat pada Tahun


2030

(Reports and Data, 2022)

Dari data tersebut menunjukkan bahwa potensi pasar global asam sitrat
akan terus meningkat hingga tahun 2030 pada CAGR 5,6%. Selain itu,
diperkirakan juga bahwa pasar global asam sitrat mencapai nilai US$ 6,21
miliar pada tahun 2030. Pemanfaatan asam sitrat pada berbagai industri
tentu membuat demand akan produksi asam sitrat menjadi tinggi.
Berdasarkan data analisis pasar dari Reports and Data (2022), didapatkan
prediksi demand asam sitrat hingga tahun 2030 berikut.

Gambar 2. Demand Asam Sitrat Global Tahun 2022-2030

(Reports and Data, 2022)

Dari data di atas menunjukkan bahwa demand asam sitrat akan terus
meningkat hingga tahun 2030. Peningkatan demand ini didominasi oleh
Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik. Eropa merupakan pasar asam
sitrat terbesar yang diakibatkan bertambahnya populasi vegan dan
diprediksi akan mencapai CAGR 5,6% pada tahun 2030. Permintaan
asam sitrat di Amerika Utara diprediksi meningkat karena pertumbuhan
industri makanan dan minuman yang disebabkan oleh semakin tingginya
kesadaran akan pentingnya kesehatan. Pasar asam sitrat di Asia-Pasifik
diprediksi akan terus meningkat akibat kenaikan populasi yang
menyebabkan demand asam sitrat juga akan meningkat, terutama pada
industri makanan dan minuman.
Gambar 3. Segmentasi Pasar Global Asam Sitrat Tahun 2021

(Grand View Research, 2022)

Gambar 4. Segmentasi Pasar Global Asam Sitrat Tahun 2019 -2026

(Data Bridge Market Research, 2019)

Dari kedua gambar di atas, terlihat bahwa pasar asam sitrat mengalami
diversifikasi produk yang mana hal ini menandakan pasar asam sitrat
akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kedepannya, dapat
diperkirakan bahwa semakin banyak produk hasil pengembangan asam
sitrat dimana hal tersebut akan menambah demand asam sitrat.
1. Data Impor

Sejauh ini, Indonesia masih belum dapat untuk memenuhi semua


kebutuhan asam sitrat dalam negeri sehingga Indonesia masih melakukan
impor asam sitrat dalam rangka memenuhi kebutuhan industri. Besarnya
kapasitas pabrik salah satunya ditentukan berdasarkan data impor untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (2023), didapatkan data impor asam sitrat beberapa tahun
terakhir.

Tabel 2. Data Impor Asam Sitrat di Indonesia

Tahu Impor (ton/tahun)


n

2016 26791,647

2017 28377,271

2018 29638,182

2019 31101,895

2020 30804,504

2021 34136,088

2022 36030,131

(Badan Pusat Statistik, Ekspor - Impor, 2022)

Pada Tabel 2. perkembangan Asam Sitrat rata – rata 4,387 % per tahun
dengan volume impor tahun 2022 sebesar 36.030,131 ton. Data impor
Asam Sitrat pada Tabel 2 diproyeksikan ke dalam grafik, berdasarkan
grafik tersebut maka akan terjadi peningkatan di setiap tahunnya. Sehingga
untuk memenuhi kebutuhan Asam Sitrat di dalam negeri perlu didirikan
industri ini.
Gambar 5. Grafik Impor Asam Sitrat di Indonesia

Berdasarkan data – data yang sudah diplotkan pada Gambar 5. dilakukan


pendekatan linier, y = ax + b,

Dimana:

y : Kebutuhan Impor Asam Sitrat (ton/tahun)

x : Tahun ke (15)

Dari Gambar 5. diperoleh persamaan berikut:

y = 1.442,8x + 31.270

Untuk pendirian pabrik pada tahun 2030 (tahun ke-15) diperkirakan


kebutuhkan impor Asam Sitrat mencapai:

y = 1.442,8 (x) + 31270

y = 1.442,8 (15) + 31270

y = 52.912 ton
Sehingga dapat diperkirakan bahwa kebutuhan impor Asam Sitrat di
Indonesia pada tahun 2030 adalah sebesar 52.912 ton.

2. Data Konsumsi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kebutuhan Asam Sitrat


terbesar yaitu untuk konsumsi industri makanan dan minuman sebagai
bahan baku. Berdasarkan Laporan Analisis yang diterbitkan oleh
Kementerian Perindustrian, menyatakan bahwa Industri makanan dan
minuman (mamin) olahan di dalam negeri masih tergantung pada pasokan
bahan baku impor, bahkan ada yang harus mengimpor bahan baku hingga
100%. Selain itu, industri di dalam negeri harus mengimpor 70% perisa jus
buah serta bahan tambahan pangan untuk permen dan minuman seperti
asam sitrat hingga 60%.

Maka kebutuhan Asam Sitrat di Indonesia dapat diwakili oleh pabrik


makanan dan minuman di Indonesia. Beberapa pabrik yang menggunakan
Asam Sitrat untuk memenuhi kebutuhan pabrik dalam memproduksi
makanan dan minuman dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Konsumsi Asam Sitrat di Indonesia

Pabrik Lokasi Konsumsi (ton)

PT Yupi Indo Jelly Bogor, Jawa Barat 20.157


Gum

PT Boga Indomakmur Bekasi, Jawa Barat 11.258


Abadi

PT Nestle Indonesia Tangerang, Banten 9.870

PT Ultra Prima Abadi Pasuruan, Jawa Timur 2.207

PT Buana Tirta Utama Gresik, Jawa Timur 17.400

PT Diamond Cold Bekasi, Jawa Barat 2.620


PT Frastrata Buana Bekasi, Jawa Barat 1.021

PT Good Food Cirebon, Jawa Barat 4.400


Indonesia

PT Lotte Indonesia Bekasi, Jawa Barat 18.107

PT Kino Morinaga Tangerang, Banten 23.910

Total 110.950

(Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi, 2020)

Sehingga berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa total kebutuhan


Asam Sitrat di Indonesia sebagai bahan baku dalam memproduksi
makanan dan minuman sebesar 110.950 ton/tahun.

1.5 Kapasitas Pabrik

Selain demand dan potensi pasar, dalam penentuan kapasitas produksi


pabrik juga perlu memperhatikan kapasitas dari pabrik yang sudah berdiri
sekarang. Menurut Berovic dan Legiša (2007), berikut data beberapa
kapasitas pabrik asam sitrat di dunia.

Tabel 5. Kapasitas Produksi Asam Sitrat di Dunia

Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas (ton

Pfizer Amerika Serikat 105.000

Miles Amerika Serikat 66.000

Citrique Belge Belgia 55.000

Jungbunzlauer Austria 40.000

Pfizer Irlandia 36.000


Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas (ton

Biochemic Jerman Barat 30.000


Ladenburg

Biacor Italia 25.000

Quimica Mexama Meksiko 19.000

State Authority Uni Soviet 18.000

John & E. Sturge Britania Raya 14.000

Cadot Petroch Israel 8.000

Kapasitas produksi suatu pabrik ditentukan berdasarkan kebutuhan


komersial produk dalam negeri, data impor, data ekspor, serta data
produksi yang ada. Berdasarkan dari berbagai sumber, misalnya Badan
Pusat Statistik, dari data yang disajikan dapat diketahui kebutuhan akan
suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dari data yang
telah ada. Berdasarkan data – data yang sudah ada, selanjutnya dapat
ditentukan besarnya kapasitas produksi. Adapun persamaan kapasitas
produksi adalah sebagai berikut:

KP = DK +DE – DI – DP

Keterangan:

KP = Kapasitas Produksi Pada Tahun 2030

DK = Data Konsumsi Pada Tahun 2030

DE = Data Ekspor Pada Tahun 2030

DI = Data Impor Pada Tahun 2030

DP = Data Produksi Pada Tahun 2030


Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh kebutuhan pada
tahun 2030 adalah:

KP = 110.950 ton + 0 ton – 52.912 ton – 0 ton

KP = 58.038 ton x 25%

KP = 14.509,5 ton/tahun ≈ 15.000 ton/tahun

KP ≈ 15.000 ton/tahun

Sehingga kapasitas perancangan pabrik Asam Sitrat adalah sebesar


15.000 ton/tahun atau sekitar 25% dari peluang kapasitas.

Berdasarkan pertimbangan diatas dengan kapasitas produksi 15.000


ton/tahun diharapkan:

1. Dapat menghentikan impor Asam Sitrat dari negara lain terutama


China yang terus mengalami peningkatan,
2. Memberikan kesempatan pada industri – industri khususnya
industri makanan dan minuman yang menggunakan Asam Sitrat
sebagai bahan baku untuk mengembangkan produksinya dan
memperolehnya dengan mudah tanpa harus mengimpor serta dapat
menghemat biaya operasi,
3. Membuka lapangan kerja kepada penduduk di sekitar wilayah
pabrik ini didirikan.

1.6 Penentuan Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi pabrik penting dilakukan karena akan berpengaruh pada


kondisi sosial ekonomi pabrik kedepannya. Pabrik asam sitrat ini
direncanakan akan didirikan di daerah Kabupaten Lampung Tengah,
Provinsi Lampung.
Gambar 6. Peta Wilayah Kabupaten Lampung Tengah

Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting dalam perancangan suatu


pabrik, karena berhubungan dengan nilai ekonomis dari pabrik yang akan
didirikan. Pabrik asam sitrat ini direncanakan akan didirikan di daerah
Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.

Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik antara lain:

1. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu pabrik,


sehingga penyediaan bahan baku sangat diprioritaskan. Bahan baku utama
dari pabrik asam sitrat yaitu molases. Di daerah sekitar lokasi terdapat
beberapa pabrik molases yang merupakan bahan baku dari asam sitrat.
Pabrik molases yang terdapat di Lampung antara lain PT. Gunung Madu
Plantations, PT. Sugar Group Companies (PT. Gula Putih Mataram, PT.
Indolampung Perkasa, PT. Sweet Indolampung), dan PT. Pemuka Sakti
Manis Indah (Kemenperin, 2016). PT. Gunung Madu dan PT. Gula Putih
Mataram dipilih sebagai supplier molases karena kedua pabrik gula
tersebut memiliki kapasitas tebu giling yang lebih besar dibanding pabrik
gula yang lain.
2. Pemasaran Produk

Produk asam sitrat paling banyak digunakan pada industri makanan dan
minuman. Terdapat pelabuhan Bakauheni di dekat lokasi pendirian pabrik
yang dapat digunakan sebagai tempat penyebrangan untuk menyuplai
asam sitrat untuk industri makanan dan minuman baik ke dalam maupun
luar negeri.

3. Transportasi

Transportasi berpengaruh pada proses pengangkutan bahan baku, bahan


pendukung, bahan bakar, dan produk asam sitrat sendiri. Kabupaten
Lampung Tengah dilalui jalur darat dan jalur laut melalui pelabuhan
Bakauheni yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi pabrik.

4. Ketersediaan Utilitas

Kabupaten Lampung Tengah merupakan jalur wilayah yang dilewati oleh


3 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Lampung yakni DAS Way
Seputih, DAS Way Sekampung, dan DAS Way Tulang Bawang. Sumber
air dapat diperoleh dari air sungai Way Seputih yang memiliki luas
461.922,201 Ha (Bappeda Lampung Tengah, 2020). Adapun sumber
energi listrik dapat diperoleh dari PLTU Tarahan (200 MW), PLTU
Tarahan Baru (200 MW), PLTA Besai (90 MW), dan PLTA Batutegi (28
MW).

5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah di sekitar pabrik dan luar daerah.
Tingkat pengangguran di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2022
berjumlah sebesar 3,56 % (Bappeda Provinsi Lampung, 2023). Dengan
dibangunnya pabrik di Kabupaten Lampung Tengah, diharapkan agar
dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah tersebut.
6. Kondisi Geografis

Kabupaten Lampung Tengah yang terletak di bawah garis khatulistiwa 5°


Lintang Selatan beriklim Tropis-Humid dengan angin laut bertiup dari
samudra Indonesia dengan kecepatan angin rata-rata 5,83 km/jam,
memiliki temperatur rata-rata berkisar antara 26°C - 28°C pada daerah
dataran dengan ketinggian 3060 meter (Pemerintah Kabupaten Lampung
Tengah, 2023). Tanah dan iklim di wilayah ini cukup stabil sehingga tidak
menjadi masalah untuk pendirian pabrik.

7. Kondisi Masyarakat

Berdasarkan data Kemenperin tahun 2015, Kabupaten Lampung Tengah


merupakan salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai WPPI (Wilayah
Pengembangan Pusat Industri). Hal ini membuat keadaan sosial
masyarakat yang sudah terbiasa dengan adanya pembangunan industri di
sekitar wilayah Kabupaten Lampung Tengah.
BAB II

DESKRIPSI PROSES.

2.1 Pemilihan Proses

Asam sitrat merupakan asam organik lemah dengan rumus kimia Rumus
kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Struktur asam ini tercermin pada nama
IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Pada buah
jeruk misalnya terdapat kandungan asam sitrat sekitar 6 – 8%. Selain itu
asam sitrat juga dapat ditemukan pada buah pir, arbei, nanas dan cerri,
sedangkan pada hewan biasanya terdapat di dalam darah, air seni dan
berbagai cairan tubuh lainnya. Asam sitrat memiliki titik leleh sebesar
153ºC dan akan terdekomposisi pada suhu yang lebih tinggi. Selain itu
asam sitrat dapat larut pada air dingin maupun panas (NSF, 2011).
Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain
digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman
ringan. merupakan produk yang banyak digunakan sebagai bahan baku
dalam industri, seperti industri makanan dan minuman, kosmetik, farmasi
dan sebagainya. Oleh karena penggunaan asam sitrat yang luas dalam
dunia industri, maka kebutuhan asam sitrat baik di dalam maupun di luar
negeri juga semakin besar (Puspadewi, dkk. 2017). Terdapat beberapa
proses produksi asam sitrat yang telah dipergunakan di berbagai industri.

2.2 Jenis - jenis Proses

Untuk membuat suatu produk, diperlukan seleksi proses yang akan


digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Pemilihan proses
ini dilakukan agar nantinya proses dapat berjalan dengan efisien sesuai
dengan pertimbangan aspek – aspek yang ada, seperti bahan baku utama,
bahan baku penunjang, sistem utilitas, hingga biaya produksi yang
dibutuhkan. Dalam proses pembuatan asam sitrat ini terdapat tiga proses
yang sering digunakan, yaitu ekstraksi sederhana, proses Sintesa secara
Kimia, dan proses Fermentasi menggunakan mikroorganisme. Dari tiga
proses pembuatan asam sitrat terdapat beberapa perbedaan yang cukup
menonjol seperti dari segi teknologinya dan bahan – bahan yang
digunakan. Oleh karena itu akan dijabarkan masing – masing proses
sebagai berikut.

1. Ekstraksi Sederhana

Ekstraksi sederhana merupakan proses produksi asam sitrat yang masih


konvensional, dengan bahan baku jeruk, nanas, pir dan buah dengan rasa
masam lainnya. Metode ini telah lama ditinggalkan, karena metode baru
yang telah dikembangkan.

2. Proses secara Sintesa Kimia

Selain itu asam sitrat juga dapat disintesis secara kimia seperti yang
dikemukakan oleh Grimaux dimana 1,3-kloro, 2-propanol (C 3H7ClO)
dioksidasi menjadi 1,3-dikloropropanon. Selanjutnya hasil oksidasi akan
diadisi menggunakan HCN dan diikuti hidrolisis nitril menggunakan
KOH. Dalam reaksi ini terbentuk sebuah gugus asam hidroksil (-COOH).
Lalu senyawa ini direaksikan dengan KCN sehingga diperoleh sebuah
sianida, kemudian dihidrolisa lagi menggunakan KOH untuk berubah
menjadi asam sitrat (asam 2-hidroksi 1,2,3-propanatrikarboksilat)
(Lawrence, 1897). Berikut adalah reaksi sintesis kimiawi asam sitrat.
Gambar 7. Reaksi Oksidasi Pembentukan Asam Sitrat

Namun, proses sintesa secara kimia masih belum sepenuhnya diterima


konsumen karena menggunakan bahan – bahan kimia yang dinilai kurang
aman bagi produk pangan yang dihasilkan.

3. Proses Fermentasi Menggunakan Mikroorganisme

Semenjak ditemukannya proses fermentasi dalam memproduksi asam


sitrat, produksi asam sitrat semakin berkembang pesat. Dimulai dari benua
Eropa, diikuti Amerika, Asia dan Afrika secara berturut – turut merupakan
penghasil asam sitrat terbesar di dunia pada tahun 1990.

Seperti yang telah disebutkan, mengingat aspek ekonomi, asam sitrat


sebenarnya dihasilkan melalui proses fermentasi menggunakan
Aspergillus niger atau fungi lain dan tidak dengan menggunakan
modifikasi klasik atau yang lebih baru dari berbagai sintesis (misalnya
mulai dari aseton), namun dikarenakan asam sitrat menggunakan proses
pembuatan sintetis kurang diterima oleh masyarakat.

Asam sitrat dapat diproduksi dengan memanfaatkan aktivitas


mikroorganisme melalui proses fermentasi glukosa, yang mana gula
tersebut terdapat pada jagung, tepung tapioka, sorgum dan salah satunya
tetes tebu atau molasse (Darouneh et al., 2009; Pallares et al., 1996;
Manafaati 2011; dan Demirel et al., 2005). Mikroorganisme yang banyak
digunakan dalam produksi asam sitrat diantaranya Penicillium glaucum,
Candida oleophila (Anastasisdis dan Rehm, 2005), A. niger (Angumeenal
dan Venkappayya, 2005; Cevrimli et al., 2009; Cevrimli et al., 2010;
Dhillon et al., 2013), Aspergillus awamori (Max et al., 2010), Aspergillus
nidulans (Max et al., 2010), Hansenula anamola (Soccol et al., 2006) dan
Yarrowia lipolytica (Wojtatowics et al., 1993; Karasu Yalcin et al., 2010).
Hal - hal yang mempengaruhi proses fermentasi, yaitu:

1. Waktu

Waktu dalam 7 hari adalah optimum, bila kurang dari 7 hari, bahan
baku belum terfermentasi semua. Bila lebih mungkin asam sitrat
berubah menjadi asam oksalat.

2. Mikroba

Pada percobaan ini digunakan jamur Aspergillus niger Keuntungan


dari penggunaan jamur ini adalah penanganannya mudah, dapat
digunakan bahan baku yang murah, yield tinggi dan konsisten,
serta ekonomis.

3. Kondisi Wadah

Jangan menaruh petri dalam keadaan terbalik, karena percobaan


dalam surface culture.

4. Konsentrasi gula awal

Konsentrasi gula awal menentukan yield asam sitrat dan asam


organik lain. Untuk Aspergillus niger adalah 15-18%, jika lebih
dari 18% tidak ekonomis dan jika kurang dari 15% terbentuk asam
oksalat.

5. pH

Pengaturan pH sangat penting dalam fermentasi. Ini disebabkan


pada pH tertentu, sterilisasi mudah dilakukan. Sterilisasi mula-
mula dilakukan pada pH 2,2 atau lebih rendah. Sebagai pengatur
digunakan asam klorida. Sedang pH yang baik 3,4 - 4,5. Pada pH
tinggi dihasilkan asam oksalat. Untuk kondisi tertentu (misal
percobaan) kadang akan menghasilkan enzim yang hanya berfungsi
mengubah karbohidrat menjadi asam sitrat. Untuk kondisi lain
akan dihasilkan enzim yang lain pula.

Proses pembuatan asam sitrat dengan metode fermentasi dengan bakteri


atau jamur melalui reaksi:

2 C6 H 12 O6 +6 ,5 O2 → C 6 H 8 O7 +6 CO 2+ 8 H 2 O

Sejumlah besar mikroorganisme termasuk bakteri, jamur dan ragi telah


digunakan untuk menghasilkan asam sitrat. Namun, sebagian besar dari
mereka tidak mampu menghasilkan hasil yang dapat diterima secara
komersial. Tabel 6. berikut menunjukkan mikroorganisme yang digunakan
untuk memproduksi asam sitrat.

Tabel 6. Mikroorganisme yang Digunakan untuk Memproduksi Asam


Sitrat

Mikroorganisme

Jamur Ragi Bakteri

Aspergillus niger Bacillus licheniformis


Saccharomicopsis
lipotyca

Aspergillus aculeatus Candida tropicalis

Arthrobacter
Aspergillus awamori Candida oleophila
paraffinens

Aspergillus Candida
carbonarius guilliermondii

Aspergillus wentii Candida parasilopsis

Aspergillus foetidus Candida citroformans


Corynebacterium sp
Penicillium Hansenula anamola
janthinelum

Aspergillus aculeatus Saccharomicopsis


lipotyca

Pada Tabel 6. menunjukkan mikroorganisme yang mampu menghasilkan


produk asam sitrat. Diantaranya hanya Aspergillus niger dan khamir
tertentu seperti Saccharomycopsis sp. yang digunakan untuk produksi
komersial. Namun, jamur Aspergillus niger tetap menjadi pilihan untuk
produksi komersial. Keuntungan utama menggunakan mikroorganisme
Aspergillus niger dalam produksi asam sitrat adalah:

1. Kemudahan penanganannya.
2. Kemampuannya memfermentasi berbagai bahan baku yang murah.
3. Hasil produk yang tinggi.

Aspergillus niger merupakan mikroorganisme utama yang digunakan di


industri untuk produksi asam sitrat karena menghasilkan lebih banyak
asam sitrat per satuan waktu dan juga kemampuannya untuk memproduksi
asam sitrat dari bahan yang murah (Soccol et al., 2006). Papagianni (2007)
menyebutkan bahwa secara teori, produksi asam sitrat menggunakan
Aspergillus niger dapat menghasilkan rendemen 70%.

Enzim dihasilkan oleh semua makhluk hidup untuk mengkatalis reaksi


biokimia dalam tubuh makhluk hidup tersebut sehingga reaksi-reaksi itu
dapat berlangsung lebih cepat. Aktivitas enzim di lingkungan yang terjadi
pada berbagai sumber mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
Mikroorganisme ini menghasilkan enzim intraseluler dan enzim
ekstraseluler. Enzim intraseluler merupakan enzim yang langsung
digunakan didalam sel dan sering ditemukan pada bagian membran dari
sebuah organel sel. Enzim ekstraseluler merupakan merupakan enzim yang
dilepas dari sel ke lingkungan untuk menghidrolisis polimer dilingkungan,
seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, atau juga untuk memfasilitasi
kebutuhan metabolismenya (Maier et al, 2000). Enzim ekstraseluler yang
dihasilkan Aspergillus niger diantaranya, enzim selulase, enzim kitinase,
α-amilase, β-amilase, glukoamilase, katalase, pektinase, lipase, laktase,
invertase, asam protease (Rat ledge, 1994).

Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi jamur. Dalam


pertumbuhannya, Aspergillus niger berhubungan langsung dengan
makanan yang terdapat dalam substrat. Molekul sederhana yang terdapat
di sekeliling hifa dapat langsung diserap, sedangkan molekul yang lebih
kompleks seperti selulosa, protein, pati dan protein harus dipecah atau
dipisah terlebih dahulu sebelum diserap kedalam sel dengan menghasilkan
beberapa enzim ekstraseluler. Bahan organik didalam substrat digunakan
oleh jamur Aspergillus niger untuk aktivitas transport, pemeliharaan
struktur sel dan mobilitas (pergerakan) sel (Hardj et al, 1989). Enzim
selulase dihasilkan oleh berbagai jenis mikroorganisme diantaranya bakteri
dan fungi. Meskipun banyak mikroorganisme yang dapat mendegradasi
selulosa (polisakarida), hanya beberapa mikroorganisme yang
memproduksi enzim selulase dalam jumlah yang signifikan yang mampu
menghidrolisis kristal selulosa secara invitra. Fungi adalah
mikroorganisme utama yang dapat memproduksi enzim selulase,
meskipun beberapa bakteri telah dilaporkan juga menghasilkan aktivitas
selulase, fungi berfilamen seperti Trichoderma dan Aspergillus sangat
efisien dalam memproduksi enzim selulase (Aderemi dkk, 2008).

Hasil analisa variabel penambahan nutrien dari data dapat dilihat bahwa
penambahan nutrien nitrogen dari senyawa amonium nitrat yang semakin
banyak maka dihasilkan asam sitrat yang terbaik (Soedarmaji, 2000). Hal
ini disebabkan nitrogen merupakan unsur makromolekul yang paling
banyak dibutuhkan bagi pertumbuhan Aspergillus niger. Semakin banyak
nutrisi nitrogen maka laju pertumbuhan mikroba meningkat dan
mengakibatkan jumlah pertumbuhan mikroba meningkat dan
mengakibatkan jumlah gula terkonversi menjadi asam sitrat semakin
bertambah. Selain itu penambahan nutrien nitrogen dari senyawa amonium
nitrat dapat berfungsi untuk menurunkan pH media fermentasi karena pada
proses fermentasi asam sitrat dibutuhkan pH yang rendah. Jadi dengan pH
yang rendah dapat dihasilkan asam sitrat dengan lebih optimal.

Penambahan nutrien magnesium dari senyawa magnesium sulfat yang


semakin banyak maka dihasilkan asam sitrat yang baik juga setelah
penambahan nutrien nitrogen dari senyawa amonium nitrat. Hal ini
disebabkan Magnesium dapat mengubah glukosa menjadi asam piruvat
yang menyebabkan pembentukan asam sitrat menjadi lebih cepat.
Penambahan nutrien bekatul yang semakin banyak maka dihasilkan asam
sitrat yang baik setelah penambahan nutrien magnesium dari senyawa
magnesium sulfat. Hal ini disebabkan bekatul merupakan sumber vitamin
B bagi pertumbuhan Aspergillus niger.

Sedangkan pada penambahan nutrien phospat dari senyawa kalium


phospat yang semakin banyak maka dihasilkan asam sitrat yang kurang
optimal (Soedarmaji, 2000). Hal ini disebabkan penambahan phospat yang
terlalu banyak akan mengakibatkan pembentukan asam – asam lain selain
asam sitrat sehingga asam sitrat yang dihasilkan kurang optimal.

2.3 Pemilihan Metode Proses

Ada beberapa macam metode proses pembuatan Asam Sitrat yang biasa
dilakukan. Pada dasarnya semua metode proses adalah sama, yang
membedakan adalah bahan baku, media perkembangan bakteri dan jenis
metode proses fermentasi yang dipakai. Untuk mendapatkan metode
proses yang optimal dalam hal teknis dan ekonomis perlu dilakukan
pemilihan dari beberapa macam metode proses yang ada.

Metode dalam proses pembuatan asam sitrat pertama kali dilakukan


dengan fermentasi dari perasan buah – buahan yang memiliki rasa asam
dengan metode Scheele (1784) dan dihasilkan asam sitrat alami. Dengan
ditemukannya A.niger dan bahan baku yang lebih bervariasi (cane
molasses, beet molasses, singkong, dll) maka proses pembuatan asam
sitrat semakin berkembang. Metode dalam proses pembuatan asam sitrat
dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Proses Surface

Pada surface fermentation (fermentasi permukaan), mikroorganisme dapat


dibiakkan pada permukaan media cair maupun padat. Proses ini sudah
digunakan dalam industri sejak tahun 1920-an, namun saat ini sudah
jarang digunakan. Pada proses ini mula-mula mikroorganisme akan
membentuk miselium pada permukaan cair plat aluminium atau stainless
steel. Plat tersebut kemudian diletakkan dalam fermentation chamber yang
dilengkapi dengan sirkulasi udara yang efektif untuk mengontrol suhu dan
kelembaban (Vandenverghe et al., 1999). Adanya sirkulasi udara juga
dapat mengurangi adanya penimbunan gas CO2 yang dapat mengurangi
produksi asam sitrat jika kadar CO2 lebih dari 10% . Proses fermentasi
berjalan secara aerobik dan biasanya berlangsung selama 8 – 14 hari pada
suhu 30°C. Setelah proses fermentasi selesai, proses selanjutnya yaitu
pemanenan dan pemurnian hasil. Miselium akan dicuci dan dipisahkan
cairan dan padatannya dengan proses filtrasi. Cairan yang diperoleh
selanjutnya ditambah dengan kalsium hidroksida sehingga diperoleh
endapan kalsium oksalat dan kalsium sitrat. Kalsium sitrat selanjutnya
akan dipisahkan dengan proses filtrasi. Sebelum proses pemurnian
menggunakan bantuan karbon aktif, dilakukan penambahan asam sulfat
agar asam sitrat dapat terlarut dan diperoleh endapan kalsium sulfat. Tahap
terakhir yaitu kristalisasi asam sitrat (Crueger & Crueger, 1990).
Operasional dari surface fermentation cukup sulit dikarenakan proses ini
sangat sensitif terhadap media yang digunakan sehingga media tersebut
harus dicuci di setiap prosesnya. Jika media yang digunakan mengandung
besi yang terlalu banyak, maka hasil samping yang diperoleh akan
semakin banyak. Selain itu, penggunaan media yang mengandung besi
dapat mempersulit proses pemurnian dikarenakan terbentuk pigmen
berwarna kuning yang sulit dihilangkan (Crueger & Crueger, 1990)
Kondisi operasi dari proses surface fermentation dengan bahan baku cane
molasses menggunakan mikroorganisme Aspergillus niger adalah sebagai
berikut:

1) Tekanan: 1 atm
2) Suhu: 30°C
3) pH: 3,0 – 5,5
4) Konsentrasi Glukosa: 15% - 20%

Kelebihan dari proses ini yaitu tidak memerlukan agitasi sehingga biaya
instalasi dan energinya lebih murah dan tidak terbentuk busa. Sedangkan
kekurangan dari proses ini yaitu membutuhkan tempat yang luas, waktu
fermentasi lebih lama, dan membutuhkan banyak tenaga kerja (Senan et
al., 2012).

Meskipun biaya investasi bangunan dari proses ini lebih mahal karena
membutuhkan tempat yang luas untuk proses isolasi dan produksi, namun
biaya peralatan dari proses ini lebih murah dikarenakan peralatan yang
digunakan masih konvensional. Proses ini juga memerlukan jumlah tenaga
kerja yang banyak sehingga untuk kapasitas yang besar, proses ini kurang
menguntungkan.

Menurut media yang digunakan untuk mengembangkan jamur, proses ini


dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Proses surface dengan menggunakan media padat

Proses ini surface dengan menggunakan media padat dilakukan


dengan menggunakan media padat dari tepung gandum atau pulp
dari kentang. Pada proses ini, mikroba kurang sensitif terhadap
tingginya konsentrasi mineral mikro.

Mula-mula pH bahan diturunkan menjadi 4 – 5. Setelah


disterilisasi, bahan disebarkan di atas baki setebal 3 sampai 5 cm
dan diinokulasi dengan spora/jamur A.niger. Fermentasi ini
dilangsungkan pada suhu 28oC selama 5 – 8 hari. Meskipun A.
niger dapat menghasilkan amilase untuk menghidrolisis pati
gandum, namun penambahan amilase dari luar dapat mempercepat
pertumbuhan jamur. Asam sitrat yang dihasilkan diekstraksi
dengan air panas.

2) Proses surface dengan menggunakan media cair

Fermentasi ini menggunakan media cair pada tempat yang tidak


terlalu dalam, sehingga memperluas bidang kontak antara media
dengan oksigen di udara. Bahan baku yang digunakan dalam
proses ini adalah molasses, dimana setelah diformulasi
(penambahan mineral makro dan pengaturan konsentrasi mineral
mikro), media disterilkan. Kemudian disebarkan di dalam tempat
yang lebar. Media tersebut diinokulasi dengan spora kering (2 – 5 x
107 spora per m2) atau dengan suspensi spora. Fermentasi
dilangsungkan pada suhu 30oC selama 8 sampai 14 hari. Pemberian
aliran udara didalam tempat fermentasi dibutuhkan agar tidak
terjadi penimbunan gas karbon dioksida. Karena pada kadar karbon
dioksida >10%, produksi asam sitrat akan berkurang. Proses ini
dapat menghasilkan 1,2 – 1,5 kg asam sitrat monohidrat tiap m 2
permukaan media per hari.

Tahap selanjutnya adalah proses pemanenan dan pemurnian hasil.


Mula-mula dilakukan pemisahan bagian cair dari bagian padat
dengan cara pencucian atau pemerasan miselium dengan cara
filtrasi. Larutan yang dihasilkan ditambah dengan garam kalsium
hidroksida (Ca(OH)2), yang akan menyebabkan asam oksalat (by-
product) mengendap sebagai kalsium oksalat, dan dengan
penambahan Ca(OH)2 yang berlebih menyebabkan asam sitrat
bergabung dengan ion Ca2+ membentuk kalsium sitrat yang
mengendap.
2. Proses Submerged

Sekitar 80% produksi asam sitrat saat ini menggunakan teknik submerged
fermentation (Venderberghe et al., 1999). Proses ini banyak digunakan
pada produksi asam sitrat dikarenakan proses submerged tidak dipengaruhi
oleh komposisi molases dan komposisi media jika dibandingkan dengan
proses surface. Submerged fermentation dapat dilakukan pada fermentor
stirred reactor atau airlift reactor. Penggunaan stirred reactor cocok
digunakan untuk bahan dengan viskositas yang tinggi sedangkan reaktor
airlift cocok digunakan untuk bahan dengan viskositas rendah (Pamudji et
al., 2009)

Proses fermentasi berjalan secara aerobik dan biasanya dioperasikan


secara steril yaitu semua komponen harus disegel terhadap lingkungan
oleh port yang kedap udara dan tidak dapat ditembus oleh bakteri.
Fermentor terdiri dari tangki agitasi dengan mantel termostatik, pengaduk
dan saluran aerasi, pengatur pH, sumber nutrisi, dan lain-lain harus di-
autoclave sebelum reaksi agar mampu menahan sterilisasi dengan uap
panas pada 121°C. Mikroorganisme harus disuplai udara selama
fermentasi aerob menggunakan sistem aerasi.

Kondisi operasi dari proses submerged fermentation dengan bahan baku


cane molasses menggunakan mikroorganisme Aspergillus niger adalah
sebagai berikut:

1) Tekanan: 1 atm
2) Suhu: 30°C
3) pH: 3,0 - 5,5
4) Konsentrasi Glukosa: 15% - 16%

Kelebihan dari proses ini yaitu biaya operasional yang rendah, waktu
fermentasi yang lebih singkat, operasi yang lebih sederhana, perawatan
lebih mudah, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit.
Adapun kekurangan dari proses ini yaitu biaya untuk peralatan lebih
tinggi, konsumsi energi listrik yang lebih tinggi. (Senan et al., 2012).
Meskipun konsumsi energi listrik dan peralatan lebih tinggi karena
menggunakan alat yang lebih modern, namun proses ini membutuhkan
tenaga kerja yang lebih sedikit. Sehingga pada kapasitas pabrik yang
besar, investasi total dari proses ini lebih rendah dibanding surface
fermentation.

Menurut fermentor yang digunakan, proses ini dibagi menjadi 2 bagian,


yaitu:

1) Proses submerged dengan menggunakan reaktor stirred

Proses ini menggunakan fermentor dengan pengaduk, yang


berfungsi untuk melarutkan oksigen yang terlarut dalam bahan
baku sehingga perkembangan jamur yang digunakan dapat
berkembang dengan baik. Proses ini baik digunakan untuk bahan
yang memiliki viskositas tinggi.

2) Proses submerged dengan menggunakan reaktor airlift

Proses ini menggunakan hembusan udara dari bawah fermentor,


dimana proses ini kurang menguntungkan bagi jamur, karena jamur
yang digunakan sensitif terhadap udara yang berlebih. Proses ini
baik digunakan untuk bahan yang memiliki viskositas rendah.
Dari uraian proses di atas, perbandingan proses fermentasi yang digunakan
dalam pembuatan asam sitrat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Perbandingan Proses antara Surface Fermentation dengan


Submerged Fermentation

No Parameter Surface Submerged


Proses Fermentation Fermentation

1. Waktu operasi 8 - 14 hari 5 - 8 hari

2. Yield 80% - 98% 75 - 90%

3. Operasional a) Butuh lokasi yang Lebih mudah dalam


luas melakukan proses
b) Sulit dalam control dan desain
melakukan proses
control dan desain

4. Biaya Mahal: Lebih murah:


a) Direct materials a) Direct materials
cost sebesar cost sebesar
$0.5/kg $0.1/kg
b) Direct labor cost b) Direct labor cost
sebesar $0.3/kg sebesar $0.1/kg

5. Kondisi operasi Tekanan 1 atm; suhu Tekanan 1 atm; suhu


(molase tebu 30°C; pH 3,0 – 5,5; 30°C; pH 3,0 – 5,5;
dengan konsentrasi glukosa konsentrasi glukosa
Aspergillus 15%-20% 14%-16%
niger)
Dari analisis perbandingan di atas, pabrik asam sitrat akan dipilih proses
submerged fermentation dengan bahan baku molases menggunakan
mikroorganisme Aspergillus niger. Proses ini dipilih dikarenakan waktu
operasinya yang lebih singkat dibanding surface fermentation. Selain itu,
operasional submerged fermentation lebih mudah dan pada kapasitas
besar, biaya yang dibutuhkan lebih sedikit dibanding proses surface
fermentation. Meskipun yield yang diperoleh tidak sebesar proses surface
fermentation, namun pada proses submerged fermentation perubahan
komposisi bahan baku tidak mempengaruhi yield sehingga proses
submerged fermentation merupakan proses yang lebih efektif.

2.4 Tinjauan Proses Fermentasi Berdasarkan Perhitungan Ekonomi


Kasar Bahan Baku

No. Berat Nama Senyawa $/Unit


Molekul
1. 342 Molasses C12H22O12 0,36/kg
2. 180,156 Glukosa C6H12O6 0,235/kg
3. 74 Kalsium Hidroksida Ca(OH)2 0,135/kg
4. 98,079 Asam Sulfat 50% H2SO4 0,26/kg
5. 18,015 Air H2O -
6. 136 Kalsium Sulfat CaSO4 0,45/kg
7. 498,46 Kalsium Sitrat Ca3(C6H5O7)2 6,16/kg
8. 192,13 Asam Sitrat C6H8O7 2,25/kg

Sumber: http:///www.alibaba.com (diakses pada 10 Mei 2023)

1. Reaksi hidrolisis yang terjadi:

C 12 H 22 O11(l) + H 2 O(l) → C 6 H 12 O 6(l) +C 6 H 12 O 6(l)

molasses glukosa fruktosa


Basis 1 kg glukosa (BM = 180,156) = 0,0055 kmol = 5,55 mol

C12H22O11 H2O C6H12O6 C6H12O6

Mula-
mula 0,005520742 0,00552 0 0

=
0,005520
Reaksi* 0,005520742 0,00552 7 0,0055207

0,005520
Sisa 0 0 7 0,0055207

(*konversi 100%)

C 12 H 22 O11 yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg C 6 H 12 O6:

¿ mol glukosa × BM C 12 H 22 O11


= 5,55 × 342,3
= 1899,75 gram
= 1,9 kg

2. Reaksi fermentasi:

2 C6 H 12 O 6 ( l) +6 , 5O 2( g ) → C6 H 8 O 7 (l) +6 CO 2 (g ) +8 H 2 O(l)
glukosa asam sitrat

2C6H12O6 6,5O2 C6H8O7 6CO2 8H2O

Mula- 0,00552074 0,017942


mula 2 4 0 0 0

=
Reaksi 0,00393076 0,00196538 0,011792 0,0157
* 8 0,012775 4 3 2

0,00158997 0,005167 0,00196538 0,011792 0,0157


Sisa 4 4 4 3 2

(*konversi 71,2%)

C 6 H 8 O7 yang akan terbentuk:


1
= × 71,2% x mol glukosa × BM asam sitrat
2

1
= × 5,55 × 71,2% × 192,13
2

= 379,6 gram

= 0,38 kg
3. Reaksi presipitasi:

2 C6 H 8 O7 (l )+3 Ca ( OH )2 (l ) → Ca3 (C6 H 5 O7)2 (s) +6 H 2 O(l)

Asam sitrat kalsium hidroksida kalsium sitrat

2C6H8O7 3Ca(OH)2 Ca3(C6H5O7)2 3H2O

Mula-
=
mula 0,0019654 0,0029481 0 0

Reaksi* 0,0019654 0,0029481 0,000982692 0,00295

Sisa 0 0 0,000982692 0,00295

(*konversi 100%)

Ca (OH )2yang dibutuhkan:


3
= × mol asam sitrat × BM kalsium hidroksida
2

3
= × 1,965 × 74
2

= 218,16 gram

= 0,218 kg

Ca3 (C 6 H 5 O7)2 yang terbentuk:


1
= × mol asam sitrat × BM kalsium sitrat
2

1
= × 1,965 × 498,46
2

= 489,73 gram
= 0,49 kg

4. Reaksi asidulasi:

Ca3 (C 6 H 5 O7)2 (s) +3 H 2 SO4 (l) → 2 C6 H 8 O7 (l) +3 Ca SO4 (l)

kalsium sitrat asam sulfat asam sitrat kalsium sulfat

Ca3(C6H5O7)2 3H2SO4 2C6H8O7 3CaSO4

Mula- 0,00294807
mula 0,000982692 6 0 0

=
Reaksi 0,00294807 0,0019653 0,00294807
* 0,000982692 6 8 6

0,0019653 0,00294807
Sisa 0 0 8 6

(*konversi 100%)

H 2 SO4 yang dibutuhkan:


= 3 × mol kalsium sitrat × BM asam sulfat

= 3 × 0,9826 × 98

= 288,91 gram

= 0,289 kg

C 6 H 8 O7 yang terbentuk:
= 2 × mol kalsium sitrat × BM asam sitrat

= 2 × 0,9826 × 192,13

= 377,6 gram
= 0,377 kg

Diketahui:

Kapasitas Produksi:

15.000.000 kg asam sitrat


¿
tahun
45.454 , 54 kg asam sitrat
¿
hari
1.893 ,93 kg asam sitrat
¿
jam

Rasio produk terhadap basis perhitungan:

1.893.930 gr asam sitrat


¿
377 ,6 gr asam sitrat

= 5015,7

Molasses yang dibutuhkan sebesar:

= 1889,75 gram × 5015,7

= 9.478.419,08 gram/jam

= 9.478,419 kg/jam

= 227.482,06 kg/hari

= 75.069.079,1 kg/tahun

= 75.069,1 ton/tahun

Ca(OH)2 yang dibutuhkan sebesar:

= 218,16 gram × 5015,7

= 1.094.225,11 gram/jam
= 1094,2 kg/jam

= 26.261,4 kg/hari

= 8.666.262,87 kg/tahun

= 8.666,3 ton/tahun

H2SO4 yang dibutuhkan sebesar:

= 288,91 gram × 5015,7

= 1.449.085,89 gram/jam

= 1.449,08 kg/jam

= 34.778,06 kg/hari

= 11.476.760,2 kg/tahun

= 11.476,7 ton/tahun

Perhitungan Ekonomi Kasar Bahan Baku

Jumlah harga bahan baku

= Harga molasses + Harga Ca(OH)2 + Harga H2SO4

= (75.069,1 ton/tahun × $360/ton) + (8.666,3 ton/tahun × $135/ton)


+ (11.476,7 ton/tahun × $260/ton)

= $27.024.876/tahun + $1.169.950,5/tahun + $2.983.942/tahun

= $31.178.768,5/tahun

Harga produksi

= harga bahan baku/tahun : kapasitas pabrik

= $31.178.768/tahun : 15.000.000 kg/tahun


= $2,0785/kg ($ 1 = Rp14.738,168)

= Rp30.634,528/kg asam sitrat

Harga produk asam sitrat

= $2,25/kg ($ 1 = Rp14.738,168)

= Rp33.161/kg asam sitrat

Harga produk CaSO4

= $0,45/kg ($ 1 = Rp14.738,168)

= Rp6.632/kg CaSO4

2.5 Tinjauan Proses Berdasarkan Panas Reaksi ( Δ H Rx)

Asumsi perhitungan yang digunakan adalah:

1) Suhu referensi untuk penentuan entalpi fase cair adalah 25°C =


298K
2) Tidak ada panas hilang ke lingkungan pada setiap alat dan jalur
pemipaan

Perhitungan entalpi secara umum:

T
H=m ∫ CpdT
Tref

dengan,

H = entalpi (kJ)

m = massa senyawa/unsur (kg)

Cp = kapasitas panas (kJ/kgK)


T = suhu (K)

Tref = suhu referensi (K)

Perhitungan entalpi apabila terjadi perubahan fasa dari cair ke gas:

( )
T
H= m ∫ CpdT + λ
Tref

dengan,

λ = panas laten (kJ/kg)

Perhitungan panas reaksi:

Δ Hr=m ( H f produk−H f reaktan )


2 3
Cp= A+ BT +CT + DT
T

∫ CpdT = A ( T −T ref ) + 12 B ( T 2−T ref 2 )+ 13 C ( T 3−T ref 3 ) + 14 D ( T 4−T ref 4 )


T ref

a. ΔH(Rx) reaksi hidrolisis

Reaksi 1 dengan konversi 90% pada suhu 343 K

Basis 1 kg C6H12O6 = 0,00555 kmol

C 12 H 22 O11(l) + H 2 O(l) → C 6 H 12 O 6(l) +C 6 H 12 O 6(l)

M 0,00616 0,00616 0 0
R 0,00555 0,00555 0,00555 0,00555
S 0,00061 0,00061 0,00555 0,00555

Senyawa Hf 298
C12H22O11 -222120
Hf Hf
H2O -285830 n ΔH298
Produk Reaktan
C6H12O6
0
(Glukosa)
C6H12O6 0 0 -2507030 19,609699 49162103
(Fruktosa)

343 K
∆ H R=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K

∆ H R=¿ 49162103,9 + 94912,0287 = 49257015,95 kJ

b. ΔH(Rx) reaksi fermentasi

Reaksi 1 dengan konversi 90% pada suhu 303 K

2 C6 H 12 O6 ( l) +6 , 5O 2( g ) → C6 H 8 O7 (l) +6 CO 2 (g ) +8 H 2 O(l)

M 0,00555 0,01803 0 0 0
R 0,00499 0,01623 0,00249 0,01498 0,01998
S 0,000555 0,00180 0,00249 0,0149 0,01998

Senyawa Hf 298
C6H12O6 0 Hf
Hf
O2 0 Reakta n ΔH298
Produk
C6H8O7 -393682,86 n
CO2 0
-
679512,8 8,82436459
H2O -285830 616 0 2 -5996269,236

303 K
∆ H R=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K

∆ H R=¿ -5996269,236 + 44771,94687 = -5951497,3 kJ

c. ΔH(Rx) reaksi presipitasi

Reaksi 1 dengan konversi 90% pada suhu 358 K

2 C6 H 8 O7 (l )+3 Ca ( OH )2 (l ) → Ca3 (C6 H 5 O7)2 (s) +6 H 2 O(l)

M 0,00249 0,00374 0 0
R 0,00224 0,00337 0,00112 0,00337
S 0,00024 0,00037 0,00112 0,00337

Senyawa Hf 298
-
393682,8
C6H8O7 616
- Hf
Hf Produk n ΔH298
792623,0 Reaktan
Ca(OH)2 88
-
986090,7
Ca3(C6H5O7)2 664
- - -
1271920,7 1186305,9 3,9709640 339973,36
H2O -285830 66 5 67 11

303 K
∆ H R=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K

∆ H R=¿ -339973,3611+ (-12101,29967) = -352074,6608 kJ

d. ΔH(Rx) reaksi asidulasi

Reaksi 1 dengan konversi 90% pada suhu 318 K

Ca3 (C 6 H 5 O7)2 (s) +3 H 2 SO4 (l) → 2 C6 H 8 O7 (l) +3 Ca SO4 (l)

M 0,00249 0,00374 0 0
R 0,00224 0,00337 0,00112 0,00337
S 0,00024 0,00037 0,00112 0,00337
Senyawa Hf 298
-
986090,7
Ca3(C6H5O7)2 664
-
Hf Produk Hf Reaktan n ΔH298
810747,6
H2SO4 02
-
393682,8
C6H8O7 616
- - - -
1417856, 1811538,89 1796838,36 7,147735 105075,4
CaSO4 034 6 8 32 8

303 K
∆ H R 1=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K

∆ H R 1=¿ -105075,4775+ (-3608,876077) = -108684,3536 kJ

Ca(OH )2 (l )+ H 2 SO 4 (l ) → Ca SO 4 (l )+ 2 H 2 O(l)

M 0,00249 0,00374 0 0
R 0,00224 0,00337 0,00112 0,00337
S 0,00024 0,00037 0,00112 0,00337

2.6 Tinjauan Kinetika

a. Reaksi Kimia Perkembangbiakkan Aspergillus niger


Reaksi perkembangbiakkan Aspergillus niger sebagai berikut:
2 C6 H 12 O6 + 4,2455O 2+0,335 NH 3 → 4,325CO 2 +1,675 C1 H 1 ,79 O0 , 5 N 0 , 2+ 5,0034 H 2 O
Pada proses fermentasi, aktivitas Aspergillus niger sebagai agen
fermentasi dapat didekati dengan pemodelan Monod dengan asumsi tidak
ada faktor lain yang menghambat rate of growth biomassa dan produk
(Woinaroschy et al., 2010a).
Permodelan tersebut sebagai berikut:
dC x μmax C s C x
r x= =μ C x =
dt K s +C s

Dengan:

rx : kecepatan pembentuka biomassa Aspergillus niger, g/L jam

µ : kecepatan pertumbuhan spesifik, jam-1

μmax : kecepatan pertumbuhan spesifik maksimum, jam-1

Ks : konstanta afinitas substrat, g/L

Kp : konstanta product inhibition, g/L

Cx : konstanta biomassa Aspergillus niger, g/L

Cs : konstanta substrat, g/L

Kecepatan konsumsi substrat dihitung menggunakan selektivitas


pembentukan sel (perbandingan antara sel yang terbentuk dengan substrat
yang dikonsumsi) dan juga persamaan kecepatan pembentukkan biomassa.
Persamaan tersebut sebagai berikut.

massa sel terbentuk , gram


Y x/ s=
massa subtrat terkonsumsi , gram

Sehingga, persamaan kecepatan konsumsi substrat dapat didekati dengan


persamaan sebagai berikut.

−1 −1 μ max C s C x
r s= r x= ×
Yx Yx K s+C s
s s

Produk yang dihasilkan hanya sedikit sehingga dapat diasumsikan bahwa


kecepatan pembentukan produk tidak perlu dihitung.
b. Reaksi Kimia Fermentasi Monosakarida
Reaksi fermentasi glukosa dan fruktosa adalah sebagai berikut:
2 C6 H 12 O6 +3 O2 +biomassa → 2 C6 H 8 O 7+ 4 H 2 O+ biomassa
2 C6 H 12 O6 +9 O2 +biomassa → 2 C2 H 2 O 4 +6 H 2 O+biomassa
2 C6 H 12 O6 +6 O2 +biomassa → 2 CO2 +6 H 2 O+biomassa
Berdasarkan referensi yang digunakan, pada reaksi fermentasi asam sitrat
dihasilkan produk samping berupa asam oksalat. Pembentukan asam
oksalat dapat terjadi ketika pH operasi tidak dalam range optimum atau
ketika kandungan trace element logam berat melewati batas (Berovic and
Legisa, 2007; Pazouki and Panda, 1998).

Pada proses fermentasi, aktivitas Aspergillus niger sebagai agen


fermentasi
dapat didekati dengan pemodelan Monod dengan asumsi tidak ada faktor
lain yang mengahambat rate of growth biomassa dan produk
(Woinaroschy et al., 2010a).
Pemodelan tersebut sebagai berikut:
dC x μmax C s Kp
r x= =μ C x = × ×C x
dt K s+ C s C p + K p

Dengan:

rx : kecepatan pembentuka biomassa Aspergillus niger, g/L jam

µ : kecepatan pertumbuhan spesifik, jam-1

μmax : kecepatan pertumbuhan spesifik maksimum, jam-1

Ks : konstanta afinitas substrat, g/L

Kp : konstanta product inhibition, g/L

Cx : konstanta biomassa Aspergillus niger, g/L


Cs : konstanta substrat, g/L

Cp : konsentrasi produk, g/L

Kecepatan konsumsi substrat dihitung menggunakan selektivitas


pembentukan sel (perbandingan antara sel yang terbentuk dengan substrat
yang dikonsumsi) dan juga persamaan kecepatan pembentukkan biomassa.
Persamaan tersebut sebagai berikut.

massa sel terbentuk , gram


Y x/ s=
massa subtrat terkonsumsi , gram

Sehingga, persamaan kecepatan konsumsi substrat dapat didekati dengan


persamaan sebagai berikut.

−1 −1 μmax C s Kp
r s= r x= × × ×C x
Yx Y x K s +C s C p + K p
s s

Kecepatan pembentukan produk dihitung menggunakan selektivitas


terhadap pembentukan produk dibanding dengan konsum substrat oleh
biomassa (perbandingan antara produk terbentuk dengan substrat yang
dikonsumsi) dan juga kecepatan konsumsi substrat. Persamaan tersebut
sebagai berikut.

massa produk terbentuk , gram


Y p / s=
massa subtrat terkonsumsi , gram

Sehingga, persamaan kecepatan pembentukan produk dapat didekati


dengan persamaan sebagai berikut.

−Y p −Y p
s s μmax C s Kp
r s= r x= × × ×C x
Yx Yx K s +C s C p+ K p
s s
2.7 Uraian Proses

Molases dari tangki penyimpanan dan dicampur dengan air agar diperoleh
molases dengan konsentrasi 17% (w/w). Ke dalam Mixer juga
ditambahkan nutrien yang nantinya akan digunakan oleh Aspergillus niger
pada proses perkembangbiakan dan proses fermentasi asam sitrat. Tangki
penyimpanan dilengkapi dengan level indicator dan sistem breathing
valve untuk menghindari terjadinya over pressure. Pada tangki hidrolisis
terjadi proses hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa pada suhu
70°C. Agar proses hidrolisis dapat berlangsung maka pH campuran harus
berada pada kondisi asam (pH ± 3) dengan cara ditambahkan sejumlah
asam sulfat dari. Untuk mengatur level cairan dalam tangki dan menjaga
komposisi cairan dalam tangki, maka dilengkapi dengan level controller
dan ratio controller. Tangki juga dilengkapi dengan temperature
controller untuk menjaga suhu pada 70°C dan pH controller untuk
mengatur pH cairan dalam tangki. Reaksi hidrolisis yang terjadi adalah
sebagai berikut:

C 12 H 22 O12(l) + H 2 O(l) →C 6 H 12 O6(l) +C 6 H 12 O6(l)

molasses glukosa fruktosa

Campuran keluaran tangka hidrolisis selanjutnya dialirkan menuju tangki


sterilisasi. Pada tangka sterilisasi, campuran tersebut dipanaskan hingga
suhu 120°C pada tekanan 3 atm. Hal tersebut bertujuan untuk mensterilkan
dan membunuh mikroba yang ada dalam campuran bahan baku agar tidak
mengganggu proses fermentasi. Tangki sterilisasi dilengkapi dengan level
controller dan temperature controller. Campuran keluaran tangki
sterilisasi kemudian didinginkan menggunakan heat exchanger hingga
mencapai suhu 30°C agar sesuai dengan suhu operasi proses fermentasi.
Campuran keluaran heat exchanger selanjutnya dibagi menjadi 2 arus,
yaitu menuju tangki inokulum dan tangki fermentasi dengan perbandingan
sebesar 1:9 yang dikontrol dengan flow controller pada arus menuju
fermentor. Pada tangki inokulum, terjadi proses perkembangbiakan
Aspergillus niger.

Tangki inokulum beroperasi secara batch, dan agar proses dapat berjalan
secara kontinyu, digunakan 4 buah tangki inokulum dengan waktu siklus
36 jam untuk tiap tangki. Ke dalam tangki inokulum, ditambahkan bibit
Aspergillus niger, antifoam untuk mencegah terbentuknya buih selama
perkembangbiakan. Proses perkembangbiakan berjalan secara aerob.
Oksigen diperoleh dari udara yang dialirkan melalui sparger di bagian
bawah tangki inokulum. Pada tangki inokulum juga dilengkapi dengan
jaket pendingin untuk menjaga suhu operasi.

Campuran hasil keluaran tangki inokulum selanjutnya dicampur dengan


90% arus keluar heat exchanger pada tangki fermentasi. Tangki fermentasi
beroperasi pada suhu 30°C tekanan 1 atm secara batch. Agar proses dapat
berjalan kontinyu, maka digunakan 14 reaktor dengan waktu siklus 72 jam
untuk tiap tangki. Tangki inokulum dan tangki fermentasi dilengkapi
dengan level indicator untuk memantau level cairan, temperature
controller untuk mengontrol suhu operasi, dan check valve untuk menjaga
agar tidak ada udara masuk. Pada tangki fermentasi terjadi proses
fermentasi molases menggunakan bantuan Aspergillus niger dan
menghasilkan asam sitrat. Proses fermentasi merupakan reaksi eksotermis
sehingga diperlukan jaket pendingin untuk menjaga suhunya selalu tetap.
Proses ini berjalan secara aerobik sehingga dibutuhkan oksigen yang
diperoleh dari udara yang disemprotkan melalui sparger di bagian bawah
reaktor.

Reaksi fermentasi yang terjadi adalah:

2 C6 H 12 O 6 (l )+ 6 , 5O 2(g) Aspergillus niger C 6 H 8 O 7 (l ) +6 CO2 (g)


glukosa asam sitrat


Produk hasil fermentasi selanjutnya ditampung sementara pada tangki
intermediet sebelum diproses lebih lanjut. Tangki intermediet dilengkapi
dengan level indicator untuk memantau level cairan dalam tangki.

Dari tangki intermediet, produk hasil fermentasi kemudian diumpankan


menuju centrifuge untuk memisahkan sludge Aspergillus niger dengan
cairan hasil fermentasi. Sludge yang terambil dari centrifuge akan
dialirkan menuju digester biogas pada Unit Pengolahan Limbah (UPL).
Filtrat/cairan yang diperoleh dari tangki fermentasi selanjutnya dialirkan
menuju Tangki Presipitasi untuk direaksikan dengan Ca(OH) 2 yang
diperoleh dari pencampuran CaO dan H2O dalam mixer. Reaksi pada PT-
01 berjalan secara adiabatik pada suhu 30°C dan tekanan atmosferis. PT-
01 dilengkapi dengan temperature controller untuk mengontrol suhu
operasi dan level controller untuk menjaga level cairan dalam tangki.
Sedangkan M-02 dilengkapi dengan flow controller pada arus air masuk,
weightometer pada belt conveyor yang mengangkut CaO untuk menjaga
komposisi pada tangki, level controller pada tangki untuk menjaga level
cairan, dan temperature controller untuk mengotrol suhu operasi. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

Reaksi pada reaktor:

𝐶𝑎𝑂 + 𝐻2𝑂 → 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2

Reaksi pada tanki presipitasi:

2𝐶6𝐻8𝑂7 (l) + 3𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 (l) → 𝐶𝑎3(𝐶6𝐻5𝑂7)2 (s) + 6𝐻2𝑂(l)

𝐻2𝑆𝑂4 (l) + 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 (l) → 𝐶𝑎𝑆𝑂4 (s) + 2𝐻2𝑂(l)

Endapan kalsium sitrat yang terbentuk memiliki kelarutan yang sangat


rendah dalam air, sedangkan zat lain terlarut dalam air. Endapan kalsium
sitrat selanjutnya dipisahkan dari beningannya menggunakan centrifuge.
Filtrat dari centrifuge dialirkan menuju digester biogas pada UPL,
sedangkan endapan kalsium sitrat dari centrifuge dialirkan menuju Tangki
Asidulasi. Pada tangki asidulasi, kalsium sitrat akan bereaksi dengan
H2SO4. Tangki asidulasi beroperasi pada suhu 30°C dan tekanan
atmosferis.

Pada tangki asidulasi dipasang temperature controller untuk menjaga suhu


operasi dan level controller untuk menjaga level cairan dalam tangki.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

𝐶𝑎3(𝐶6𝐻5𝑂7)2 (s) + 3𝐻2𝑆𝑂4 (l) → 2𝐶6𝐻8𝑂7 (l) + 3𝐶𝑎𝑆𝑂4 (l)

kalsium sitrat asam sulfat asam sitrat kalsium sulfat

Produk yang diperoleh berupa asam sitrat dan hasil samping berupa
endapan kalsium sulfat. Arus keluaran tangki asidulasi kemudian dialirkan
menuju Centrifuge untuk memisahkan endapan kalsium sulfat dengan
larutan asam sitrat. Filtrat hasil centrifuge kemudian dialirkan menuju
Adsorber untuk menjerap glukosa, sukrosa, fruktosa, dan pengotor yang
menyebabkan warna pada filtrat. Adsorben yang digunakan berupa karbon
aktif. Adsorber beroperasi pada suhu 30°C tekanan atmosferis. Pada
Adsorber dipasang flow controller untuk mengatur aliran masuk ke dalam
Adsorber. Hasil keluaran Adsorber selanjutnya dialirkan menuju ion
exhanger dengan kondisi operasi 30°C tekanan atmosferis untuk
menghilangkan ion-ion yang larut dalam arus. Arus keluaran ion
exchanger selanjutnya dimasukkan ke dalam mixer untuk dicampur
dengan hasil recycle yang berasal dari kristal asam sitrat yang terbawa
bersama udara panas dari rotary dryer yang dipisahkan di Cyclone, asam
sitrat berukuran oversize dari screener, dan beningan dari centrifuge. Pada
mixer dipasang level controller untuk mengatur jumlah cairan dalam
tangki. Arus keluar mixer selanjutnya dialirkan menuju evaporator dengan
kondisi operasi 100°C dan tekanan 1 atm dengan tujuan memekatkan
larutan asam sitrat. Asam sitrat yang keluar evaporator masih berada
dalam keadaan larut karena konsentrasi asam sitrat keluaran evaporator
masih berada di bawah konsentrasi jenuh asam sitrat anhidrat pada suhu
100°C. Pada evaporator dipasang temperature controller untuk menjaga
suhu operasi dan flow controller pada arus keluar evaporator untuk
mengontrol arus yang keluar. Setelah proses pemekatan, larutan asam
sitrat keluaran evaporator selanjutnya dimasukkan ke dalam crystallizer.
Crystallizer dilengkapi dengan temperature controller untuk menjaga suhu
operasi.

Pada crystallizer terjadi proses pengkristalan asam sitrat pada suhu 45°C
tekanan atmosferis. Kristal asam sitrat dan mother liquor selanjutnya
dipisahkan menggunakan centrifuge. Mother liquor dari centrifuge
sebagian akan di-recycle dan sebagian lainnya akan di-purge yang diatur
dengan flow controller yang dipasang pad arus recycle. Kristal basah asam
sitrat dari centrifuge akan diangkut menuju rotary dryer. Kristal asam
sitrat basah pada rotary dryer akan dikontakkan dengan udara panas
bersuhu 100°C agar diperoleh asam sitrat anhidrat kering dengan kadar air
0,2%. Udara panas keluar melalui cyclone sedangkan kristal asam sitrat
anhidrat diangkut menuju screener agar diperoleh kristal asam sitrat
ukuran 28 mesh. Kristal yang lebih besar dari 28 mesh selanjutnya akan
di-recycle. Pada rotary dryer dipasang temperature controller untuk
mengatur suhu operasi. Kristal asam sitrat anhydrate dengan ukuran sesuai
kemudian diangkut menuju gudang penyimpanan dan disimpan sebagai
produk yang siap dipasarkan.
BAB III

SPESIFIKASI BAHAN DAN PRODUK

3.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama

1. Molase

Rumus Molekul : C 17−18 H 26−27 O10 N

Fase : cair (30oC, 1 atm)

Densitas : 1,3 - 1,5 g/mL

Viskositas : 262,9603 cP

Titik Leleh : >105oC

Titik Beku : <224oF

pH : 5,6

Solubility : larut dalam air

Fungsi : bahan baku utama pembuatan asam sitrat

Komposisi :

Glukosa : 14%

Sukrosa : 32%

Fruktosa : 16%

Air : 2%
Pengotor : 18%

3.2 Bahan Pendukung

1. Aspergillus niger

Fase : padat

Ukuran : 3 - 5 ɰm

Densitas : 1,073 g/mL

Titik Leleh :-

Solubility : sedikit larut dalam air

Jenis Patogenik : non patogenik

Fungsi : sebagai yeast dalam proses fermentasi

2. Kalsium Oksida (CaO)

Fase : padat (30oC, 1 atm)

Densitas : 3,34 g/cm3

Berat Molekul : 56 g/mol

Titik Didih : 2850 oC

Titik Lebur : 2572 oC

Solubility : 1,19 g/L (30oC, 1 atm)


Fungsi : bahan baku untuk proses recovery asam
sitrat

3. Asam Sulfat ( H 2 SO4 ¿

Fase : cair

Densitas : 1,84 g/mL

Viskositas : 5 cP

Berat Molekul : 98 g/mol

Titik Didih : 270oC

Solubility : larut dalam air

Fungsi : bahan untuk proses recovery asam sitrat

4. Air ( H 2 O¿

Fase : cair

Densitas : 1 g/mL

Viskositas : 1 cP

Berat Molekul : 18 g/mol

Titik Didih : 100oC

Solubility : larut dalam senyawa polar

Fungsi : sebagai bahan untuk proses hidrolisis


molases
5. Monopotasium Fosfat ( KH 2 PO 4 )

Fase : padat

Densitas : 2,34 g/mL

Berat Molekul : 136 g/mol

Titik Leleh : 253oC

Solubility : larut dalam air

Fungsi : sebagai nutrisi pada proses fermentasi

6. Ammonium Nitrat ( NH 4 NO3 )

Fase : padat

Densitas : 1,725 g/mL

Berat Molekul : 80 g/mL

Solubility : 150 g/100 mL air (20oC, 1 atm)

Titik Didih : 210oC

7. Magnesium Sulfat Heptahidrat ( MgSO 4 . 7 H 2 O)

Fase : padat

Densitas : 1,68 g/mL


Berat Molekul : 264,4 g/mol

Titik Leleh : 1124oC

Solubility : 71 g/100 mL air (20oC, 1 atm)

Fungsi : sebagai nutrisi pada proses fermentasi

8. Karbon Aktif

Fase : padat

Berat Molekul : 12 g/mol

Titik Lebur : 3500oC

Titik Didih : 4000oC

Bulk Density : 400 kg/m3

Solubility : tidak larut dalam air

3.3 Produk Utama

1. Asam Sitrat (C 6 H 8 O7)

Fase : padat

Berat Molekul : 192 g/mol

Densitas : 1,665 g/mL

Titik Leleh : 153oC

Solubility : 64,3 g/100 g air

3.4 Produk Samping

1. Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO 4 .2 H 2 O)


Fase : padat

Densitas : 2,32 g/mL

Berat Molekul : 172 g/mol

Solubility : 0,21 g/100 g air


LAMPIRAN
LAMPIRAN A

SPESIFIKASI ALAT

A. REAKTOR HIDROLISIS (RE-01)

Tugas : Sebagai reaktor pencampuran molasse, air, asam sulfat


dan nutrien

Jenis : Tangki silinder tegak berpengaduk, torispherical dished


head dan bottom, coil pemanas

Kondisi Operasi : Suhu: 70oC, Tekanan: 1 atm

Fase Bahan : Cair

Jumlah : 1 buah
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 type 316

LAMPIRAN B

NERACA MASSA MANUAL

A. REAKTOR HIDROLISIS (RE-01)

Neraca massa RE-01

Input massa−output massa−reaksi=akumulasi

Fv C AO−Fv C A −(−r A ) V =0

Fv (C AO −C A )
V= =Fv ¿¿
(−r A )

Anda mungkin juga menyukai