(Skripsi)
Oleh:
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Asam sitrat merupakan salah satu komoditas yang banyak diimpor untuk
memenuhi kebutuhan di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistika (BPS), pada tahun 2019 Indonesia mengimpor asam sitrat
sebanyak 42,072 ton per tahun. Konsumsi asam sitrat di Indonesia
menyatakan 65% untuk industri makanan dan minuman, 20% untuk
industri deterjen rumah tangga, dan 15% untuk industri tekstil, farmasi,
kosmetik dan lainnya. Kebutuhan akan Asam Sitrat ini diperkirakan akan
semakin meningkat seiring berkembangnya industri kimia khususnya
industri makanan dan minuman di Indonesia. Dimana, industri makanan
dan minuman merupakan sektor non migas yang menyumbang
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar di Indonesia yang harus terus
dijaga dan dikembangkan. Sehingga penting untuk mendirikan pabrik
Asam Sitrat di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Asam Sitrat dalam
negeri.
Bahan baku pembuatan asam sitrat berupa molases dihasilkan dari industri
gula sekitar 5% dari total tebu yang digiling (Perez, 1997). Pabrik
direncanakan untuk dibangun di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung. Menurut (Evival, 2018) berikut adalah data kapasitas tebu
giling pabrik gula di Kabupaten Lampung Tengah.
Kebutuhan akan utilitas seperti air, steam, dan listrik dapat diperoleh
dengan mudah karena Kabupaten Lampung Tengah merupakan jalur
wilayah yang dilewati oleh 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi
Lampung yakni DAS Way Seputih, DAS Way Sekampung, dan DAS Way
Tulang Bawang. Sumber air dapat diperoleh dari air sungai Way Seputih
yang memiliki luas 461.922,201 Ha (Bappeda Lampung Tengah, 2020).
Adapun sumber energi listrik dapat diperoleh dari PLTU Tarahan (200
MW), PLTU Tarahan Baru (200 MW), PLTA Besai (90 MW), dan PLTA
Batutegi (28 MW).
Dari data tersebut menunjukkan bahwa potensi pasar global asam sitrat
akan terus meningkat hingga tahun 2030 pada CAGR 5,6%. Selain itu,
diperkirakan juga bahwa pasar global asam sitrat mencapai nilai US$ 6,21
miliar pada tahun 2030. Pemanfaatan asam sitrat pada berbagai industri
tentu membuat demand akan produksi asam sitrat menjadi tinggi.
Berdasarkan data analisis pasar dari Reports and Data (2022), didapatkan
prediksi demand asam sitrat hingga tahun 2030 berikut.
Dari data di atas menunjukkan bahwa demand asam sitrat akan terus
meningkat hingga tahun 2030. Peningkatan demand ini didominasi oleh
Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik. Eropa merupakan pasar asam
sitrat terbesar yang diakibatkan bertambahnya populasi vegan dan
diprediksi akan mencapai CAGR 5,6% pada tahun 2030. Permintaan
asam sitrat di Amerika Utara diprediksi meningkat karena pertumbuhan
industri makanan dan minuman yang disebabkan oleh semakin tingginya
kesadaran akan pentingnya kesehatan. Pasar asam sitrat di Asia-Pasifik
diprediksi akan terus meningkat akibat kenaikan populasi yang
menyebabkan demand asam sitrat juga akan meningkat, terutama pada
industri makanan dan minuman.
Gambar 3. Segmentasi Pasar Global Asam Sitrat Tahun 2021
Dari kedua gambar di atas, terlihat bahwa pasar asam sitrat mengalami
diversifikasi produk yang mana hal ini menandakan pasar asam sitrat
akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Kedepannya, dapat
diperkirakan bahwa semakin banyak produk hasil pengembangan asam
sitrat dimana hal tersebut akan menambah demand asam sitrat.
1. Data Impor
2016 26791,647
2017 28377,271
2018 29638,182
2019 31101,895
2020 30804,504
2021 34136,088
2022 36030,131
Pada Tabel 2. perkembangan Asam Sitrat rata – rata 4,387 % per tahun
dengan volume impor tahun 2022 sebesar 36.030,131 ton. Data impor
Asam Sitrat pada Tabel 2 diproyeksikan ke dalam grafik, berdasarkan
grafik tersebut maka akan terjadi peningkatan di setiap tahunnya. Sehingga
untuk memenuhi kebutuhan Asam Sitrat di dalam negeri perlu didirikan
industri ini.
Gambar 5. Grafik Impor Asam Sitrat di Indonesia
Dimana:
x : Tahun ke (15)
y = 1.442,8x + 31.270
y = 52.912 ton
Sehingga dapat diperkirakan bahwa kebutuhan impor Asam Sitrat di
Indonesia pada tahun 2030 adalah sebesar 52.912 ton.
2. Data Konsumsi
Total 110.950
KP = DK +DE – DI – DP
Keterangan:
KP ≈ 15.000 ton/tahun
Produk asam sitrat paling banyak digunakan pada industri makanan dan
minuman. Terdapat pelabuhan Bakauheni di dekat lokasi pendirian pabrik
yang dapat digunakan sebagai tempat penyebrangan untuk menyuplai
asam sitrat untuk industri makanan dan minuman baik ke dalam maupun
luar negeri.
3. Transportasi
4. Ketersediaan Utilitas
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat diperoleh dari daerah di sekitar pabrik dan luar daerah.
Tingkat pengangguran di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2022
berjumlah sebesar 3,56 % (Bappeda Provinsi Lampung, 2023). Dengan
dibangunnya pabrik di Kabupaten Lampung Tengah, diharapkan agar
dapat mengurangi tingkat pengangguran di daerah tersebut.
6. Kondisi Geografis
7. Kondisi Masyarakat
DESKRIPSI PROSES.
Asam sitrat merupakan asam organik lemah dengan rumus kimia Rumus
kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Struktur asam ini tercermin pada nama
IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Pada buah
jeruk misalnya terdapat kandungan asam sitrat sekitar 6 – 8%. Selain itu
asam sitrat juga dapat ditemukan pada buah pir, arbei, nanas dan cerri,
sedangkan pada hewan biasanya terdapat di dalam darah, air seni dan
berbagai cairan tubuh lainnya. Asam sitrat memiliki titik leleh sebesar
153ºC dan akan terdekomposisi pada suhu yang lebih tinggi. Selain itu
asam sitrat dapat larut pada air dingin maupun panas (NSF, 2011).
Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain
digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman
ringan. merupakan produk yang banyak digunakan sebagai bahan baku
dalam industri, seperti industri makanan dan minuman, kosmetik, farmasi
dan sebagainya. Oleh karena penggunaan asam sitrat yang luas dalam
dunia industri, maka kebutuhan asam sitrat baik di dalam maupun di luar
negeri juga semakin besar (Puspadewi, dkk. 2017). Terdapat beberapa
proses produksi asam sitrat yang telah dipergunakan di berbagai industri.
1. Ekstraksi Sederhana
Selain itu asam sitrat juga dapat disintesis secara kimia seperti yang
dikemukakan oleh Grimaux dimana 1,3-kloro, 2-propanol (C 3H7ClO)
dioksidasi menjadi 1,3-dikloropropanon. Selanjutnya hasil oksidasi akan
diadisi menggunakan HCN dan diikuti hidrolisis nitril menggunakan
KOH. Dalam reaksi ini terbentuk sebuah gugus asam hidroksil (-COOH).
Lalu senyawa ini direaksikan dengan KCN sehingga diperoleh sebuah
sianida, kemudian dihidrolisa lagi menggunakan KOH untuk berubah
menjadi asam sitrat (asam 2-hidroksi 1,2,3-propanatrikarboksilat)
(Lawrence, 1897). Berikut adalah reaksi sintesis kimiawi asam sitrat.
Gambar 7. Reaksi Oksidasi Pembentukan Asam Sitrat
1. Waktu
Waktu dalam 7 hari adalah optimum, bila kurang dari 7 hari, bahan
baku belum terfermentasi semua. Bila lebih mungkin asam sitrat
berubah menjadi asam oksalat.
2. Mikroba
3. Kondisi Wadah
5. pH
2 C6 H 12 O6 +6 ,5 O2 → C 6 H 8 O7 +6 CO 2+ 8 H 2 O
Mikroorganisme
Arthrobacter
Aspergillus awamori Candida oleophila
paraffinens
Aspergillus Candida
carbonarius guilliermondii
1. Kemudahan penanganannya.
2. Kemampuannya memfermentasi berbagai bahan baku yang murah.
3. Hasil produk yang tinggi.
Hasil analisa variabel penambahan nutrien dari data dapat dilihat bahwa
penambahan nutrien nitrogen dari senyawa amonium nitrat yang semakin
banyak maka dihasilkan asam sitrat yang terbaik (Soedarmaji, 2000). Hal
ini disebabkan nitrogen merupakan unsur makromolekul yang paling
banyak dibutuhkan bagi pertumbuhan Aspergillus niger. Semakin banyak
nutrisi nitrogen maka laju pertumbuhan mikroba meningkat dan
mengakibatkan jumlah pertumbuhan mikroba meningkat dan
mengakibatkan jumlah gula terkonversi menjadi asam sitrat semakin
bertambah. Selain itu penambahan nutrien nitrogen dari senyawa amonium
nitrat dapat berfungsi untuk menurunkan pH media fermentasi karena pada
proses fermentasi asam sitrat dibutuhkan pH yang rendah. Jadi dengan pH
yang rendah dapat dihasilkan asam sitrat dengan lebih optimal.
Ada beberapa macam metode proses pembuatan Asam Sitrat yang biasa
dilakukan. Pada dasarnya semua metode proses adalah sama, yang
membedakan adalah bahan baku, media perkembangan bakteri dan jenis
metode proses fermentasi yang dipakai. Untuk mendapatkan metode
proses yang optimal dalam hal teknis dan ekonomis perlu dilakukan
pemilihan dari beberapa macam metode proses yang ada.
1. Proses Surface
1) Tekanan: 1 atm
2) Suhu: 30°C
3) pH: 3,0 – 5,5
4) Konsentrasi Glukosa: 15% - 20%
Kelebihan dari proses ini yaitu tidak memerlukan agitasi sehingga biaya
instalasi dan energinya lebih murah dan tidak terbentuk busa. Sedangkan
kekurangan dari proses ini yaitu membutuhkan tempat yang luas, waktu
fermentasi lebih lama, dan membutuhkan banyak tenaga kerja (Senan et
al., 2012).
Meskipun biaya investasi bangunan dari proses ini lebih mahal karena
membutuhkan tempat yang luas untuk proses isolasi dan produksi, namun
biaya peralatan dari proses ini lebih murah dikarenakan peralatan yang
digunakan masih konvensional. Proses ini juga memerlukan jumlah tenaga
kerja yang banyak sehingga untuk kapasitas yang besar, proses ini kurang
menguntungkan.
Sekitar 80% produksi asam sitrat saat ini menggunakan teknik submerged
fermentation (Venderberghe et al., 1999). Proses ini banyak digunakan
pada produksi asam sitrat dikarenakan proses submerged tidak dipengaruhi
oleh komposisi molases dan komposisi media jika dibandingkan dengan
proses surface. Submerged fermentation dapat dilakukan pada fermentor
stirred reactor atau airlift reactor. Penggunaan stirred reactor cocok
digunakan untuk bahan dengan viskositas yang tinggi sedangkan reaktor
airlift cocok digunakan untuk bahan dengan viskositas rendah (Pamudji et
al., 2009)
1) Tekanan: 1 atm
2) Suhu: 30°C
3) pH: 3,0 - 5,5
4) Konsentrasi Glukosa: 15% - 16%
Kelebihan dari proses ini yaitu biaya operasional yang rendah, waktu
fermentasi yang lebih singkat, operasi yang lebih sederhana, perawatan
lebih mudah, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit.
Adapun kekurangan dari proses ini yaitu biaya untuk peralatan lebih
tinggi, konsumsi energi listrik yang lebih tinggi. (Senan et al., 2012).
Meskipun konsumsi energi listrik dan peralatan lebih tinggi karena
menggunakan alat yang lebih modern, namun proses ini membutuhkan
tenaga kerja yang lebih sedikit. Sehingga pada kapasitas pabrik yang
besar, investasi total dari proses ini lebih rendah dibanding surface
fermentation.
Mula-
mula 0,005520742 0,00552 0 0
=
0,005520
Reaksi* 0,005520742 0,00552 7 0,0055207
0,005520
Sisa 0 0 7 0,0055207
(*konversi 100%)
2. Reaksi fermentasi:
2 C6 H 12 O 6 ( l) +6 , 5O 2( g ) → C6 H 8 O 7 (l) +6 CO 2 (g ) +8 H 2 O(l)
glukosa asam sitrat
=
Reaksi 0,00393076 0,00196538 0,011792 0,0157
* 8 0,012775 4 3 2
(*konversi 71,2%)
1
= × 5,55 × 71,2% × 192,13
2
= 379,6 gram
= 0,38 kg
3. Reaksi presipitasi:
Mula-
=
mula 0,0019654 0,0029481 0 0
(*konversi 100%)
3
= × 1,965 × 74
2
= 218,16 gram
= 0,218 kg
1
= × 1,965 × 498,46
2
= 489,73 gram
= 0,49 kg
4. Reaksi asidulasi:
Mula- 0,00294807
mula 0,000982692 6 0 0
=
Reaksi 0,00294807 0,0019653 0,00294807
* 0,000982692 6 8 6
0,0019653 0,00294807
Sisa 0 0 8 6
(*konversi 100%)
= 3 × 0,9826 × 98
= 288,91 gram
= 0,289 kg
C 6 H 8 O7 yang terbentuk:
= 2 × mol kalsium sitrat × BM asam sitrat
= 2 × 0,9826 × 192,13
= 377,6 gram
= 0,377 kg
Diketahui:
Kapasitas Produksi:
= 5015,7
= 9.478.419,08 gram/jam
= 9.478,419 kg/jam
= 227.482,06 kg/hari
= 75.069.079,1 kg/tahun
= 75.069,1 ton/tahun
= 1.094.225,11 gram/jam
= 1094,2 kg/jam
= 26.261,4 kg/hari
= 8.666.262,87 kg/tahun
= 8.666,3 ton/tahun
= 1.449.085,89 gram/jam
= 1.449,08 kg/jam
= 34.778,06 kg/hari
= 11.476.760,2 kg/tahun
= 11.476,7 ton/tahun
= $31.178.768,5/tahun
Harga produksi
= $2,25/kg ($ 1 = Rp14.738,168)
= $0,45/kg ($ 1 = Rp14.738,168)
= Rp6.632/kg CaSO4
T
H=m ∫ CpdT
Tref
dengan,
H = entalpi (kJ)
( )
T
H= m ∫ CpdT + λ
Tref
dengan,
M 0,00616 0,00616 0 0
R 0,00555 0,00555 0,00555 0,00555
S 0,00061 0,00061 0,00555 0,00555
Senyawa Hf 298
C12H22O11 -222120
Hf Hf
H2O -285830 n ΔH298
Produk Reaktan
C6H12O6
0
(Glukosa)
C6H12O6 0 0 -2507030 19,609699 49162103
(Fruktosa)
343 K
∆ H R=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K
2 C6 H 12 O6 ( l) +6 , 5O 2( g ) → C6 H 8 O7 (l) +6 CO 2 (g ) +8 H 2 O(l)
M 0,00555 0,01803 0 0 0
R 0,00499 0,01623 0,00249 0,01498 0,01998
S 0,000555 0,00180 0,00249 0,0149 0,01998
Senyawa Hf 298
C6H12O6 0 Hf
Hf
O2 0 Reakta n ΔH298
Produk
C6H8O7 -393682,86 n
CO2 0
-
679512,8 8,82436459
H2O -285830 616 0 2 -5996269,236
303 K
∆ H R=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K
M 0,00249 0,00374 0 0
R 0,00224 0,00337 0,00112 0,00337
S 0,00024 0,00037 0,00112 0,00337
Senyawa Hf 298
-
393682,8
C6H8O7 616
- Hf
Hf Produk n ΔH298
792623,0 Reaktan
Ca(OH)2 88
-
986090,7
Ca3(C6H5O7)2 664
- - -
1271920,7 1186305,9 3,9709640 339973,36
H2O -285830 66 5 67 11
303 K
∆ H R=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K
M 0,00249 0,00374 0 0
R 0,00224 0,00337 0,00112 0,00337
S 0,00024 0,00037 0,00112 0,00337
Senyawa Hf 298
-
986090,7
Ca3(C6H5O7)2 664
-
Hf Produk Hf Reaktan n ΔH298
810747,6
H2SO4 02
-
393682,8
C6H8O7 616
- - - -
1417856, 1811538,89 1796838,36 7,147735 105075,4
CaSO4 034 6 8 32 8
303 K
∆ H R 1=∆ H 298 + ∫ CpdT
298 K
Ca(OH )2 (l )+ H 2 SO 4 (l ) → Ca SO 4 (l )+ 2 H 2 O(l)
M 0,00249 0,00374 0 0
R 0,00224 0,00337 0,00112 0,00337
S 0,00024 0,00037 0,00112 0,00337
Dengan:
−1 −1 μ max C s C x
r s= r x= ×
Yx Yx K s+C s
s s
Dengan:
−1 −1 μmax C s Kp
r s= r x= × × ×C x
Yx Y x K s +C s C p + K p
s s
−Y p −Y p
s s μmax C s Kp
r s= r x= × × ×C x
Yx Yx K s +C s C p+ K p
s s
2.7 Uraian Proses
Molases dari tangki penyimpanan dan dicampur dengan air agar diperoleh
molases dengan konsentrasi 17% (w/w). Ke dalam Mixer juga
ditambahkan nutrien yang nantinya akan digunakan oleh Aspergillus niger
pada proses perkembangbiakan dan proses fermentasi asam sitrat. Tangki
penyimpanan dilengkapi dengan level indicator dan sistem breathing
valve untuk menghindari terjadinya over pressure. Pada tangki hidrolisis
terjadi proses hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa pada suhu
70°C. Agar proses hidrolisis dapat berlangsung maka pH campuran harus
berada pada kondisi asam (pH ± 3) dengan cara ditambahkan sejumlah
asam sulfat dari. Untuk mengatur level cairan dalam tangki dan menjaga
komposisi cairan dalam tangki, maka dilengkapi dengan level controller
dan ratio controller. Tangki juga dilengkapi dengan temperature
controller untuk menjaga suhu pada 70°C dan pH controller untuk
mengatur pH cairan dalam tangki. Reaksi hidrolisis yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Tangki inokulum beroperasi secara batch, dan agar proses dapat berjalan
secara kontinyu, digunakan 4 buah tangki inokulum dengan waktu siklus
36 jam untuk tiap tangki. Ke dalam tangki inokulum, ditambahkan bibit
Aspergillus niger, antifoam untuk mencegah terbentuknya buih selama
perkembangbiakan. Proses perkembangbiakan berjalan secara aerob.
Oksigen diperoleh dari udara yang dialirkan melalui sparger di bagian
bawah tangki inokulum. Pada tangki inokulum juga dilengkapi dengan
jaket pendingin untuk menjaga suhu operasi.
Produk yang diperoleh berupa asam sitrat dan hasil samping berupa
endapan kalsium sulfat. Arus keluaran tangki asidulasi kemudian dialirkan
menuju Centrifuge untuk memisahkan endapan kalsium sulfat dengan
larutan asam sitrat. Filtrat hasil centrifuge kemudian dialirkan menuju
Adsorber untuk menjerap glukosa, sukrosa, fruktosa, dan pengotor yang
menyebabkan warna pada filtrat. Adsorben yang digunakan berupa karbon
aktif. Adsorber beroperasi pada suhu 30°C tekanan atmosferis. Pada
Adsorber dipasang flow controller untuk mengatur aliran masuk ke dalam
Adsorber. Hasil keluaran Adsorber selanjutnya dialirkan menuju ion
exhanger dengan kondisi operasi 30°C tekanan atmosferis untuk
menghilangkan ion-ion yang larut dalam arus. Arus keluaran ion
exchanger selanjutnya dimasukkan ke dalam mixer untuk dicampur
dengan hasil recycle yang berasal dari kristal asam sitrat yang terbawa
bersama udara panas dari rotary dryer yang dipisahkan di Cyclone, asam
sitrat berukuran oversize dari screener, dan beningan dari centrifuge. Pada
mixer dipasang level controller untuk mengatur jumlah cairan dalam
tangki. Arus keluar mixer selanjutnya dialirkan menuju evaporator dengan
kondisi operasi 100°C dan tekanan 1 atm dengan tujuan memekatkan
larutan asam sitrat. Asam sitrat yang keluar evaporator masih berada
dalam keadaan larut karena konsentrasi asam sitrat keluaran evaporator
masih berada di bawah konsentrasi jenuh asam sitrat anhidrat pada suhu
100°C. Pada evaporator dipasang temperature controller untuk menjaga
suhu operasi dan flow controller pada arus keluar evaporator untuk
mengontrol arus yang keluar. Setelah proses pemekatan, larutan asam
sitrat keluaran evaporator selanjutnya dimasukkan ke dalam crystallizer.
Crystallizer dilengkapi dengan temperature controller untuk menjaga suhu
operasi.
Pada crystallizer terjadi proses pengkristalan asam sitrat pada suhu 45°C
tekanan atmosferis. Kristal asam sitrat dan mother liquor selanjutnya
dipisahkan menggunakan centrifuge. Mother liquor dari centrifuge
sebagian akan di-recycle dan sebagian lainnya akan di-purge yang diatur
dengan flow controller yang dipasang pad arus recycle. Kristal basah asam
sitrat dari centrifuge akan diangkut menuju rotary dryer. Kristal asam
sitrat basah pada rotary dryer akan dikontakkan dengan udara panas
bersuhu 100°C agar diperoleh asam sitrat anhidrat kering dengan kadar air
0,2%. Udara panas keluar melalui cyclone sedangkan kristal asam sitrat
anhidrat diangkut menuju screener agar diperoleh kristal asam sitrat
ukuran 28 mesh. Kristal yang lebih besar dari 28 mesh selanjutnya akan
di-recycle. Pada rotary dryer dipasang temperature controller untuk
mengatur suhu operasi. Kristal asam sitrat anhydrate dengan ukuran sesuai
kemudian diangkut menuju gudang penyimpanan dan disimpan sebagai
produk yang siap dipasarkan.
BAB III
1. Molase
Viskositas : 262,9603 cP
pH : 5,6
Komposisi :
Glukosa : 14%
Sukrosa : 32%
Fruktosa : 16%
Air : 2%
Pengotor : 18%
1. Aspergillus niger
Fase : padat
Ukuran : 3 - 5 ɰm
Titik Leleh :-
Fase : cair
Viskositas : 5 cP
4. Air ( H 2 O¿
Fase : cair
Densitas : 1 g/mL
Viskositas : 1 cP
Fase : padat
Fase : padat
Fase : padat
8. Karbon Aktif
Fase : padat
Fase : padat
SPESIFIKASI ALAT
Jumlah : 1 buah
Bahan : Stainless Steel SA-167 Grade 11 type 316
LAMPIRAN B
Fv C AO−Fv C A −(−r A ) V =0
Fv (C AO −C A )
V= =Fv ¿¿
(−r A )