Anda di halaman 1dari 7

PRA RANCANG BANGUN PABRIK PEMBUATAN NATRIUM

SILIKAT DARI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO


BERKAPASITAS 1.200 TON/TAHUN DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT UTAMA VIBRATING SCREEN

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Sintha Apriani Tarigan ( 2017510029 )

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
RINGKASAN

Tanaman jenis kakao sebagai tumbuhan produktif yang penting di


indonesia. Biji buah kakao merupakan bahan yang pertama yang nantinya akan
dipakai di industri dalam hal pembuatan akan kakao atau coklat. Bubuk yang
asalnya dari kakao dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam membuat susu dan
makanan ringan dan sebagainya yang biasa disebut coklat. Pabrik Natrium Silikat
ini direncanakan akan dibangun di Parigi Mountong Sulawesi Tengah pada tahun.
Bahan baku yang digunakan adalah kulit kakao. Natrium Silikat yang dihasilkan
dari kulit kakao. Alat Utama yang digunakan dalam Pra rancang bangun Natrium
Silikat yaitu Vibrating Screem. Vibrating Screen berkapasitas 14422,2352 untuk
proses pengayakan 70 mesh pada kondisi operasi 30°C dengan 1 atm. Utilitas
pendukung proses meliputi unit penyediaan air proses, listrik, boiler, air pendingin
(CTW) dan bahan bakar. Pabrik Natrium Silikat direncanakan akan di bangun pada
tahun 2020 dengan modal tetap sebesar Rp. 25.295.913.166. Percent Return On
Investment (ROI) sebelum pajak 80% dan setelah pajak 72%. Pay Out Time (POT)
1,20 tahun, Break Event Point (BEP) sebesar 39,29%, Shut Down Point (SDP)
sebesar 19,27%, Internal Rate of Return (IRR)17,60%.dari data analisa diatas dapat
disimpulkan bahwa pabrik ini layak didirikan di Indonesia.

Kata kunci : Natrium Silikat, Vibrating Screen, Kulit kakao


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang tropis melalui hasil perkebunannya yang
melimpah. Namun demikian kondisi tersebut mampu memberikan peningkatan
akan jumlah dalam hal ini limbah yang nantinya berdampak pada tercemarnya
lingkungan. Hasil upaya yang dilakukan di perkebunan dengan hasil yang terbilang
banyaknya limbah sebagai tanaman jenis kakao. Tanaman jenis kakao sebagai
tumbuhan produktif yang penting di indonesia. Biji buah kakao merupakan bahan
yang pertama yang nantinya akan dipakai di industri dalam hal pembuatan akan
kakao atau coklat. Bubuk yang asalnya dari kakao dimanfaatkan sebagai bahan
baku dalam membuat susu dan makanan ringan dan sebagainya yang biasa disebut
coklat. Sebanyak 74% buah kakao adalah kulit dan dengan jumlah 2% adalah
plasenta serta 24% adalah biji. Sekitar 850.000 ton biji kakao diproduksi pada tahun
2008 dengan jumlah sebanyak 315.000 dalam hitungan ton yang nantinya akan
dijadikan kebutuhan industri pengolahan dan sebanyak 535.000 dalam hitungan ton
untuk diekspor. Produksinya sebanyak 850.000 dalam hitungan ton dengan jenis
biji dari kakao dalam hal ini akan memberikan penghasilan sebanyak 2.620.83,33
dalam hitungan ton jenis limbah dari kulit buahnya (Suprapti dkk, 2013).
Limbah yang asalnya dari buah kakao sudah banyak dipakai untuk makanan
ternak, pupuk bahan bakar, namun banyak limbah yang dibuang sehingga
menyebabkan masalah bagi lingkungan sehingga manfaat dari limbah ini masih
bisa digunakan kembali secara tepat dan efektif, salah satunya adalah dengan
dengan membuat natrium silikat. Kandungan selulosa pada kulit kakao adalah 23-
54%, senyawa organik seperti proteinnya yang terbilang kasar dengan jumlah 5,69
sampai dengan 9,69% dan seratnya yang terbilang kasar dengan jumlah 33,19
sampai dengan 39,45% (Budianto, dkk. 2016). Pada buah kakao yang di bagian
kulitnya sebagai sumber akan natrium silikat sebanyak 8 sampai dengan 12% setiap
berat keringnya (Spillane, 1995).
Natriumnya yang berjenis silikat sebagai datu dari senyawa silikat yang
nantinya larut kedalam air, dengan menggabungkan elemen silika dan oksigen dan
juga natrium secara ternal untuk menghasilkan senyawa dengan kemurnian tinggi
serta senyawa natrium silikat dapat dibuat. Silika (Si02) merupakan komponen
penting dalam produksi natrium silikat. Mineral dengan jenis silikon dan juga
oksigen dimaknai sebagai silika dan pasir silika dan juga limbah sekam kakao
merupakan dua asalnya pada silika yang nantinya mampu dilakukan pemanfaatan
melalui prosesnya dalam hal sintesis akan natrum jenis silikat.
Natrium silikat merupakan bahan yang dibutuhkan oleh industri kimia, yang
selama dapat diimpor ataupun diperoleh melalui impor dari negara lainnya. Natrium
dengan jenis silikat sering dipakai untuk kebutuhan pabrik berjenis silika gel dan
sabun dan juga deterjen serta keramik dan drum filter dan juga dipakai pada
flocculating agent dan sintesis zeolit. Banyaknya penggunaan tersebut
membutuhkan akan natrium silikat di Indonesia diprediksi akan mengalami
peningkatan, sehingga produksi Natrium Silikat dari kulit kakao juga sangat
dibutuhkan agar bisa melengkapi keinginan pasar di Indonesia.
Pada proses industri, natrium silikat berperan untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku dan penunjang untuk menambah kualitas. Berdasarkan statistik kegiatan
impor akan natrium jenis silikat yang dilakukan oleh Indonesia di tahun 2010 secara
nasional tahun 2009 dengan jumlah 675.092,21 kilogram per tahunnya (Rohmah,
2016) sekarang perkiraan konsumsi akan natrium jenis silikat di tahun 2020 dengan
jumlah 1320 dalam hitungan ton per tahunnya (Puspita sari, 2017). Berdasarkan
semakin besarnya kebutuhan akan natrium jenis silikat akibat perkembangan akan
dunia dalam hal ini industri maka semakin besarnya juga akan peluangnya dalam
hal melakukan produksi dan melakukan pemasaran dari natrium jenis silikat.
Peluang tersebut bertambah besar jangkauannya dikarenakan indonesia melalui
bahan dasarnya digunakan melakukan produksi natrium jenis silikat yang terbilang
melimpah.
Natrium jenis silikat yang akan dibutuhkan mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pabrik yang didirikan yang nantinya akan melakukan produksi natrium
jenis silikat diperuntukkan agar bisa melengkapi kebutuhan dan memperkecil impor
natrium jenis silikat. Pendirian pabrik juga bisa meningkatkan devisa serta
menambah peluang kerja bagi sumber daya manusia indonesia. Hingga sekarang
pun potensi akan pasar dalam lingkup nasional untuk keperluan natrium jenis silikat
terbilang tinggi dan pada beberapa aspek industrinya mulai dari industri yang fokus
pada makanan dan minuman serta farmasi, melakukan penyusunan akan merancang
bangun pabrik yang fokus pada natrium jenis silikat yang berasal dari kulitnya buah
kakao dan upayanya dimanfaatkan melalui limbah dan memenuhi kebutuhan akan
natrium jenis silikat.
1.2 Rumusan Masalah
Kebutuhannya dan permintaannya akan natrium silikat yang terdapat di
indonesia terbilang tingginya lebih dengan perbandingannya berdasarkan
ketersediaannya yaitu pada bidang industri. Belum ada pemanfaatan dari limbah
kulit kakao yang terbilang baik. Melalui latar belakang, maka rancang bangun
pabrik akan natrium silikat yang asalnya dari kulit buah kakao berperan penting
untuk dibutuhkan.
1.3 Tujuan
Tujuannya dari pra rancang bangun pabrik tujuannya untuk melakukan kegiatan
membantu akan pemenuhan natrium silikat yang dibutuhkan dan semakin
mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan perbandingannya akan
ketersediaan yang terdapat di indonesia yang nantinya akan memberikan bantuan
pada pemanfaatan akan limbahnya kulit kakao. Menggunakan pengolahan biji dan
kulit kakao sebanyak 75% dari bagian keseluruhan buah. Pengolahan hasil produksi
kulit akan diolah menjadi Natrium Silikat yang menjadi sumber energi sebagai
salah satu cara yang terbaru untuk bisa diproduksi.
1.4 Kegunaan Produk
Natrium silikat digunakan dalam pembuatan silika gel, aditif untuk produksi
semen tertentu, dan campuran untuk produksi sabun cair dan deterjen. Kotoran
dihilangkan dengan menggunakan natrium silikat dalam deterjen. Kandungan
lemak dapat dipecah dengan natrium silikat dan dibuat menjadi ikut larut kedalam
air. Natrium silikat nantinya dapat dapat berguna untuk membantu dalam
melakukan pembentukan lapisan sebagai pelindung yang menjaga logam agar tidak
berkarat. Dalam pengolahan air limbah, natrium silikat juga dapat digunakan
sebagai katalis, koagulan, dan penghambat korosi.
DAFTAR PUSTAKA

Bond, Fred C., 1961. Crushing and Grinding Calculation Part I. British Chemical
Engineering.
BPOM RI. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 146
tentang atas peruabhan atas peraturan Badabn Pengawas Obat dan Makanan
No. 28 tahun 2017. Jakarta.

Brownell E. LIoyd dan Edwin H. Young. 1959. Process Equipment Design. Jhon
Willey and Sons Inc: New York.
Budianto Agus dan Romiarto. 2016. Pemanfaatan Limbah Kakao (Theobroma
Cacao) sebagai karbon aktif dengan aktifator ternal dan kimia. Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya. Surabaya

C. Schemin M. H, et al. 2005. Extraction of Pectin From apple pomace. Brazillian


archives of Biology and Tecnologi, Internasional Jurnal. Brazil.

Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1952, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,
Vol. 1, The Inter Science Encyclopedia. New York.

Mariaty D. 2000 Natrium Silikat dan pemanfaatannya dalam Industri pangan.

Suprapti dan S. Ramlah. 2013. Pemanfaatan Kulit Kakao dengan Briket Arang.
Jurnal Biopropal Industri Vol. 4, No. 2, Desember 2013 : 65-72

Susilowati dan Siswanto. 2013. Jurnal Ekstraksi Natrium Silikat dari Kulit Buah
Coklat dengan Pelarut Asam Sitrat. Fakultas Teknologi Industri, ‘UPN’
Veteran Jawa Timur. Jurnal Volume 11 no 1.

Mariaty D. 2000. Natrium Silikat dan pemanfaatannya dalam Industri pangan.

Nurhikmat A. 2003. Ekstraksi Pektin dari Apel lokal : Optimasi pH dan waktu
Hidrolisis. Widyariset vol.4

Puspitasari, N. 2017. Perencanaan Pabrik Natrium Silikat dari Kulit jeruk Bali
kapasitas 2164 ton/tahun . Thesis Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Universitas Widya Mandala. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai