Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe


Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

EVALUASI ALAT ROTARY SCREENING MACHINE UNTUK PRODUKSI DAN


KOMERSIALISASI PRODUK COCOFIBER DAN COCOPEAT LOKAL MENUJU
GO-INTERNASIONAL

Satriananda1*, Muhammad Nasir2, Ibrahim1, Haikal1, Nurhanifa3, Isra Adelya Izzati1


1
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280,3, Buketrata, Mesjid
Punteut, Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Aceh 24301, Indonesia
2
Tata Niaga, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280,3, Buketrata, Mesjid Punteut,
Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Aceh 24301, Indonesia
3
Teknik Energi Terbarukan, Universitas Malikussaleh, Tengku Nie, Cot Rd, Reuleut Tim., Muara Batu,
Kabupaten Aceh Utara, 24355, Aceh, Indonesia.
*Email: snanda1.pnl@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi agroklimat yang sangat
mendukung untuk pertumbuhan pohon kelapa. Tapeh u (sabut kelapa) ini dapat
dikembangkan menjadi beragam produk, Peningkatan potensi ekonomi ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan pendapatan masyarakat atau petani kelapa sebagai produsen.
Adapun teknologi Rotary Screening akan digunakan pada penelitian ini untuk melihat
efektifitas proses produksi cocopeat dan cocofiber. Rotary Screening machine bekerja
dengan cara menggantikan tangan manusia atau alat cacah tradisional sebagai penghancur
serabut kelapa sekaligus dapat memilah atau memisahkan cocopeatnya. Setelah dilakukan
pengujian perlakuan sabut kelapa dengan bahan sabut kering dan sabut basah yang divariasi
lama perendaman 0 hari, 3 hari, 6 hari, 9 hari dan 12 hari serta variasi putaran rotary
screening machine yaitu pada 50 rpm, 100 rpm dan 150 rpm, maka diperoleh hasil terbaik
produk cocofiber dan cocopeat yang dihasilkan yaitu pada waktu perendaman 9 hari dengan
kecepatan putar 150 rpm dan waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi bahan baku 10
kg paling singkat yaitu 5 menit. Semakin lama waktu perendaman membuat semakin lunak
dan mudah sabut untuk diurai, namun harus diperhartikan jika terlalu lama waktu
perendaman juga justru akan merusak strukrur cocofiber dan mambuat sabut hancur
seluruhnya. Semakin cepat putaran Rotary Screening Machine (150 rpm) akan membuat
persentase produk paling balance dan efisiensi waktu produksi makin baik.
Kata Kunci: Kelapa, Cocofiber-Cocopeat, Pertanian, Teknologi Rotary Screening

ABSTRACT
Indonesia is a tropical country with very favorable agro-climatic conditions for the growth of
coconut trees. Tapeh u (coconut coir) can be developed into a variety of products. This increase in
economic potential is expected to help increase the income of the community or coconut farmers as
producers. The Rotary Screening technology will be used in this study to see the effectiveness of the
cocopeat and cocofiber production processes. Rotary Screening machine works by replacing human
hands or traditional chopping tools as coconut fiber crushers while at the same time sorting or
separating the cocopeat. After testing the treatment of coconut coir with dry coir and wet coir with
varying soaking times of 0 day, 3 days, 6 days, 9 days and 12 days as well as variations in the
rotation of the rotary screening machine, namely at 50 rpm, 100 rpm and 150 rpm, it is obtained The
best results for cocofiber and cocopeat products were soaking for 9 days at a rotational speed of 150
rpm and the shortest time needed to produce 10 kg of raw material was 5 minutes. The longer the
soaking time, the softer and easier it is for the coir to decompose, but it must be considered that too
long a soaking time will actually damage the cocofiber structure and make the coir completely
destroyed. The faster the rotation of the Rotary Screening Machine (150 rpm) will make the
percentage of the most balanced product and the better the efficiency of production time.
Keywords: Coconut, Cocofiber-Cocopeat, Agriculture, Rotary Screening Technology

1
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

1. PENDAHULUAN ekspor saat ini sebesar USD 385 per ton,


sedangkan harga cocopeat sebesar USD
Indonesia merupakan negara tropis 185 per ton.
dengan kondisi agroklimat yang sangat Pengolahan sabut kelapa menjadi
mendukung untuk pertumbuhan pohon cocofiber dan cocopiet memiliki nilai jual
kelapa. Berdasarkan catatan statistik yang tinggi karena untuk cocofiber, dapat
dunia, dari 11,6 juta Ha lahan yang dimanfaatkan sebagai pembuatan alat
dimiliki oleh 32 negara anggota Asia rumah tangga dan bahan baku untuk
Pacific Coconut Community (APCC), industri carpet, jok, dll. Sedangkan untuk
Indonesia tercatat mempunyai lahan cocopiet dapat dimanfaatkan sebagai media
produktif paling luas di dunia sebesar 3,7 tanam pengganti tanah yang lebih aman,
juta Ha dengan total produksi diperkirakan murah, ringan dan ramah lingkungan.
sebanyak 14 milyar butir kelapa per tahun Harga cocopeat dan cocofiber di pasaran
(Bambang Setiaji, 2011). Kabupaten Aceh online yaitu untuk cocofiber Rp. 15000 per
Utara merupakan salah satu penghasil kg dan cocopeat Rp.
kelapa utama di Propinsi Aceh. Dari total 10.000 per kg. Saat ini kebutuhan
luas lahan 60.696 Ha yang tersebar di 22 cocopeat untuk tanaman hias di rumah
kabupaten/kota di Aceh, luas lahan tangga dan pertanian cukup tinggi. Jika
perkebunan kelapa di Aceh Utara mencapai dilihat dari potensi harga produk, maka
32,63% atau sebesar 19.808 Ha (BKPM, usaha ini memiliki potensi keuntungan
2015). Meskipun demikian, potensi yang besar bagi masyarakat mengingat
sangat besar ini belum dimanfaatkan ketersediaan bahan baku yang berlimpah
secara maksimal. Tapeh u (sabut kelapa) dan murah.
selama ini hanya dibakar menjadi arang
atau dibakar sehingga tidak memiliki nilai
jual.
Tapeh u (sabut kelapa) ini dapat
dikembangkan menjadi beragam produk,
antara lain cocopeat, cocofibre, cocomesh,
cocopot, coco fiber board dan cococoir.
Bahan tersebut merupakan bahan baku pada
industri matras, pot, kompos kering dan
sebagainya. Kalau hanya memfokuskan
pengolahan buah kelapa pada daging buah
saja menyebabkan harga kelapa tertinggi Gambar 1.1. Tapeh U (Sabut Kelapa)
masih merupakan pendapatan yang sangat
rendah untuk petani dapat hidup layak. Urgensi Riset
Salah satu usaha untuk meningkatkan Dari data yang dihimpun oleh Asia
pendapatan petani kelapa adalah dengan Pasific Coconut Community (APCC, 2001)
mengolah semua komponen buah menjadi bahwa konsumsi kelapa segar dari sekitar
produk yang bernilai tinggi, sehingga nilai 220 juta penduduk Indonesia mencapai
buah kelapa akan meningkat. Sebagai 8,15 milyar butir (52,6%), dengan
contoh tempurung kelapa, kalau diolah konsumsi per kapita per tahun sebanyak 37
menjadi arang tempurung dan arang aktif butir. Sisanya sebanyak 7,35 milyar butir
dapat meningkatkan nilai ekonomi kelapa. (47,4%) diolah menjadi 1,43 juta ton
Sehingga nilai ekonomi kelapa tidak lagi daging buah kelapa (kopra). Dari 1,43 juta
berbasis kopra (daging buah), seperti di ton kopra di atas 85-90% diolah menjadi
Philipina, dari total ekspornya (US$ 920 crude coconut oil (CCO) dan sisanya (10-
juta) 49% diantaranya berasal bukan dari 15%) untuk olahan lanjutan. Dari angka-
CCO. Harga serat sabut kelapa di pasaran angka ini menunjukkan bahwa kegunaan
2
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

buah kelapa beragam dengan pengguna mengekspor satu jenis produk (berupa serat
yang juga tersebar. Hal ini menyebabkan mentah) dengan volume 102 ton. Angka ini
bahan baku hasil samping kelapa tersebar, menurun tajam dibandingkan ekspor
sehingga memerlukan strategi, tertinggi pada tahun 1996 yang mencapai
kelembagaan dan implikasi yang tepat 866 ton (Ditjenbun, 2002).
untuk membangun industri hilir tersebut. Produk primer dari pengolahan
Asosiasi Industri Sabut Kelapa tapeh u (sabut kelapa) terdiri atas cocofiber
Indonesia (AISKI) memperkirakan, yang dapat diproses menjadi serat berkaret,
Indonesia kehilangan potensi pendapatan matras, geotextile, karpet, dan produk-
dari sabut kelapa mencapai Rp13 triliun per produk kerajinan/ industri rumah tangga.
tahun. Angka ini diperoleh dari perhitungan Matras dan serat berkaret banyak
jumlah produksi buah kelapa Indonesai digunakan dalam industri jok, kasur, dan
yang mencapai 15 miliar butir per tahun, pelapis panas. Debu sabut dapat diproses
dan baru dapat diolah sekitar 480 juta butir jadi kompos dan cocopeat, dan particle
atau 3,2 persen per tahun. Setiap butir tapeh board/hardboard.
u (sabut kelapa) rata- rata menghasilkan Cocopeat digunakan sebagai
serat sabut kelapa atau dalam perdagangan substitusi gambut alam untuk industri
internasional disebut cocofiber sebanyak bunga dan pelapis lapangan golf. Di
0,15 kilogram, dan serbuk sabut kelapa atau samping itu, bersama bristle dapat diolah
cocopeat sebanyak 0,39 kilogram. Di menjadi hardboard (Indahyani, 2011).
negara-negara maju, cocofiber banyak Permintaan cocopeat diperkirakan akan
digunakan sebagai pengganti busa dan meningkat tajam karena di samping tekanan
bahan sintetis lainnya. Misalnya, untuk isu lingkungan yang berkait dengan
bahan baku industri spring bed, matras, penggunaan gambut alam juga karena mutu
sofa, bantal, jok mobil, karpet dan tali. produk yang ternyata lebih baik daripada
Sementara coco peat lebih banyak gambut alam. Ekspor serat sabut Indonesia
digunakan sebagai media tanam pengganti pernah mencapai 866 ton, sedangkan 2
tanah dan pupuk organik. tahun terakhir hanya mencapai 191
Tapeh U (sabut kelapa) merupakan bagian ton/tahun. Sedangkan cocopeat datanya
terluar buah kelapa yang membungkus belum tersedia, namun sebagai gambaran,
tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa setiap memproduksi serat sabut sebanyak
berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan 1 ton bersamaan dengan itu dihasilkan 1,8
terluar (exocarpium) dan lapisan dalam ton cocopeat.
(endocarpium). Endocarpium mengandung Pada sebagian besar industri, karena
serat-serat halus yang dapat digunakan jenis serat (cocofiber) sangat bervariasi
sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, serta karena keterbatasan peralatan, serat
karpet, sikat, keset, isolator panas dan panjang dan serat pendek biasanya tidak
suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil bisa dipisahkan, kecuali ada perlakuan
dan papan hardboard. Satu butir buah khusus (penyisiran). Pada peralatan
kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang pengolahan secara tradisionil, pengolahan
mengandung 30% serat. Komposisi kimia tapeh u (sabut kelapa) dilakukan dengan
sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, cara direndam dahulu di dalam air selama
pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, beberapa hari, dengan maksud untuk
dan potasium (Rindengan et al., 1995) India melunakkan dan membusukkan cocopeat
dan Sri Lanka adalah produsen terbesar (Agustian,dkk. 2003). Cocofiber akan dapat
produk-produk dari sabut dengan volume dengan mudah dipisahkan dari cocopeat.
ekspor tahun 2000 masing-masing 55.352 Produk yang dihasilkan dengan cara ini
ton dan 127.296 ton dan masing-masing hanya berupa serat, itupun dengan warna
terdiri atas 6 dan 7 macam produk. Pada yang kurang bagus (agak kehitaman).
saat yang sama, Indonesia hanya Sekarang dengan perkembangan teknologi,
3
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

cocofiber tidak perlu direndam melainkan mahal, lebih ramah lingkungan dan
langsung diolah dengan mesin dan renewable.
menghasilkan dua produk sekaligus, yaitu Adapun tujuan dari pelaksanaan
cocofiber dan cocopeat. produk melalui Program Riset Keilmuan
Untuk itu dalam PTPPV ini kami Terapan Dalam Negeri - PT Vokasi ini
mencoba untuk menerapkan hasil yang pertama yaitu memanfaatkan potensi
penelitian yang telah diperoleh untuk tapeh u (sabut kelapa) yang meilmpah di
produksi tapeh u (sabut kelapa) yang wilayah pesisir Aceh Utara dan
dihasilkan dari proses pengolahan dengan Lhokseumawe menjadi produk yang
metode Rotary Screening menjadi memiliki nilai jual yang tinggi hingga dapat
cocofiber yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan potensi ekspor. Peningkatan
pembuatan alat rumah tangga dan cocopeat potensi ekonomi ini diharapkan dapat
yang dapat digunakan sebagai media tanam membantu meningkatkan pendapatan
pengganti tanah yang lebih aman, murah masyarakat atau petani kelapa sebagai
dan ramah lingkungan dan juga memiliki produsen.
nilai ekspor yang tinggi. Adapun batasan riset ini adalah
membuat teknologi Rotary Screening akan
Tujuan, Manfaat dan Batasan Riset digunakan pada penelitian ini untuk melihat
Indonesia termasuk salah satu efektifitas proses produksi cocopeat dan
negara tropis dimana tumbuhan kelapa cocofiber. Rotary Screening machine
banyak tersebar secara luas. Pohon kelapa bekerja dengan cara menggantikan tangan
merupakan salah satu pohon yang manusia atau alat cacah tradisional sebagai
memiliki manfaat di hampir semua bagian penghancur serabut kelapa sekaligus dapat
tumbuhan tersebut mulai dari akar hingga memilah atau memisahkan cocopeatnya.
buahnya. Baik digunakan sebagai bahan Teknologi lainnya yang akan ditambahkan
makanan, obat, peralatan rumah tangga, sebagai pendukung teknologi ini adalah alat
produk hasil kerajinan dan media tanam press untuk cocopeat. Teknologi dana
tumbuhan lain. Salah satu bagian pohon Produk-produk yang dihasilkan nantinya
kelapa yaitu sabut kelapa (tapeh u) dalam akan dilakukan uji untuk memastikan
bahasa Aceh, biasanya hanya hanya keunggulan dari segi efektifitas, kualitas
digunakan sebagai baban bakar tambahan dan persyaratan pasar yang menjadi objek
atau anti nyamuk, memiliki nilai jual penelitian.
rendah atau bahkan dibuang percuma oleh Penelitian akan dilakukan dengan
petani kelapa karena dianggap sebagai bantuan dan kerjasama dari Mitra DUDI
limbah buah kelapa. Padahal tapeh u itu yang merupakan perusahaan startup
sendiri memiliki potensi yang besar untuk bernama PT. Fugha Pratama Mandiri.
dimanfaatkan menjadi berbagai produk Perusahaan ini pula sedang merintis usaha
yang memiliki nilai jual yang tinggi. di bidang pengolahan sabut kelapa dalam
Pemanfaatan tapeh u yang terdiri dari tujuan meningkatkan nilai jualnya.
Cocopeat dan Cocofiber dapat diolah
menjadi kriya dan media tanam. Cocofiber METODE PENELITIAN
dapat diolah menjadi produk peralatan Metodologi Penelitian
rumah tangga, pot bunga, bahan baku Penelitian dimulai dengan pemilihan
industri carpet, jok dan dashboard mobil. sabut kelapa yang akan digunakan untuk
Sedangkan cocopiet sendiri dapat pengujian. Sabut kelapa dibagi menjadi dua
digunakan sebagai media tanam yang bagian dengan variasi lama perendaman.
mampu menyuburkan tumbuhan yang dapat Variasi yang dilakukan adalah sabut kelapa
menggantikan pemakaian pupuk yang lebih tanpa perendaman.Untuk sabut kelapa
tanpa perendaman selanjutnya ditimbang
seberat 10 kg kemudian diuraikan
4
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

menggunakan mesin pengurai. Untuk sabut


kelapa dengan proses perendaman
selanjutnya direndam dengan variasi
perendaman 3 hari, 6 hari, hari dan 12 hari.
Sabut tersebut ditiriskan terlebih dahulu
kemudian ditimbang seberat 10 kg sebelum
diuraikan menggunakan mesin pengurai
dikeringkan hingga tidak ada air yang
menetes untuk kemudian dimasukkan ke
dalam mesin pengurai. Selanjutnya mesin
diputar dengan variasi kecepatan 20 rpm,
60 rpm, dan 100 rpm. Maka akan
didapatkan produk berupa coco fiber dan
cocopeat dan sebagian ada yang tidak
terurai. Untuk lebih jelasnya, proses
penelitian dapat dilihat pada diagram alir Gambar 1.3 Mesin Penggurai Sabut Kelapa
berikut. (Defibring Machine)

Gambar 1.4 Mesin Pemisah Sabut Kelapa


(Rotary Screening Machine)

Adapun langkah-langkah pengujiannya


Gambar 1.2 Diagram Alir Pengambilan adalah sebagai berikut :
Data 1. Persiapkan bahan baku sabut kelapa
a. Pemilihan sabut kelapa yang sudah
Pada mesin pengurai sabut kelapa cukup umur 11 bulan.
yang digunakan terdapat mesin sebagai b. Perlakuan sabut kelapa dibagi
penggerak poros yang mana bagian poros menjadi dua bagian. Satu bagian
ini terpasang mata pisau (blade) yang tanpa perendaman dan satu bagian
berfungsi untuk mengurai sabut kelapa lagi dengan variasi perendaman 3
yang diproses menjadi cocofiber dan hari, 6 hari, 9 hari dan 12 hari.
cocopeat. Selanjutnya sabut kelapa yang 2. Persiapan alat Defibring Machine dan
telah terurai akan langsung masuk ke mesin Rotary Screening Machine
pemisahan cocopeat dan cocofiber yaitu a. Cek kedalam alat defibring machine
Rotary Screening Machine. sebelum menghidupkan mesin apakah
tabung sudah dalam keadaan kosong.
b. Hubungkan kabel alat defibring
machine pada stop kontak, atur
tombol on pada mesin lalu hidupkan.
c. Begitu pula, hubungkan kabel alat
rotary screening machine pada stop

5
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

kontak, atur tombol on pada mesin melunakkan sabut kelapa sebelum masuk
lalu hidupkan. Atur putaran mesin kedalam mesin pengurai. Pada laporan
pada kecepatan yang telah ditentukan sebelumnya oleh [5] menyebutkan bahwa
untuk pengujian yaitu 20 rpm, 60 rpm waktu perendaman yang tepat akan
dan 100 rpm secara bergantian saat memaksimalkan hasil penguraian sabut
mengolah bahan sabut. kelapa dan dapat membantu memelihara
d. Biarkan kedua alat hidup beberapa umur pakai alat. Kecepatan putaran juga
menit. dapat mempengaruhi efektifitas produksi
e. Pastikan sabut kelapa yang akan cocofiber dan cocopeat. Pada pengujian ini
diproses sudah ditiriskan air nya. dilakukan variasi kecepatan alat rotary
f. Setelah kedua mesin siap, masukkan screening machine pada 50 rpm, 100 rpm
sabut yang sudah disiapkan tadi dan 150 rpm. Hasil Preparasi sampel dapat
kedalam alat defibring machine dilihat pada Gambar 1.5
melalui inlet pada bagian atas. Pukul-
pukul sabut sebelum dimasukkan ke
mesin pengurai.
g. Sabut akan terurai menjadi cocofiber
kotor dan langsung masuk ke dalam
tabung alat Rotary Screening
Machine untuk selanjutnya
dipisahkan antara cocofiber bersih (a) (b) (c)
dan cocopeatnya. Biasanya terdapat Gambar 1.5 Proses Persiapan Sabut (a)
sisa bahan sabut yang tidak terurai Sebelum Perendaman, (b) Pada Saat
didalam alat defibring machine dan Perendaman dan (c) Setelah Perendamam
akan dihitung jumlahnya.
h. Setelah semua sabut terurai, matikan Setelah proses persiapan selesai, proses
mesin dengan cara memutar tombol selanjutnya adalah proses penguraian.
ke posisi off pada masing-masing Sabut kelapa yang sudah direndam tadi
mesin, dan memutusakan sambungan kemudian dimasukkan kedalam mesin
kabel dari stop kontak. pengurai dan mesin akan bekerja mengurai
i. Serat (cocofiber) dan serbuk sabut sampai menjadi gabungan cocofiber
(cocopeat) yang keluar melewati dan cocopeat. Setelah itu dilakukan
tabung masih dalam keadaan pemisahan antara cocofiber yang masih
tercampur dan bisa diambil serat nya. bercampur dengan cocopeat menggunakan
j. Lalu dihidupkan Mesin Rotary mesin Rotary Screening. Adapun pengujian
Screening untuk memisahkan antara dilakukan dengan memproses sejumlah 10
Serbuk dan serat yang keluar kg bahan baku untuk setiap variasi sampel
melewati tabung pengurai. perendaman dan variasi putaran alat rotary
screening machine. Proses penguraian dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemisahan ini dapat dilihat pada Gambar
Pengaruh Waktu Perendaman dan 1.6.
Kecepatan Putar Alat Pemisah
Terhadap Produktifitas Produk
Cocofiber dan Cocopeat
Proses persiapan dimulai dengan
merendam sabut kelapa yang telah
dikumpulkan selama 2 setengah hari
dengan variasi perendaman 0 hari, 3 hari, 6
hari, 9 hari dan 12 hari bertujuan untuk
(a) (b)

6
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

Gambar 1.6 Proses Produksi (a) Penguraian variabel bebas ini sebenarnya saling
sabut kelapa dengan alat defibring machine, mendukung dan berhubungan.
(b) Pemisahan cocofiber dan cocopeat Dengan melihat hasil pada Tabel 1 dan
dengan rotary screening machine. Gambar 1.8, ditemukan bahwa waktu
Tabel 1. Massa Cocofiber, Cocopeat dan perendaman paling lama menghasilkan
Tidak terurai massa sabut kelapa tidak terurai menjadi
paling sedikit, yaitu 0,4-0,5 kg dengan
waktu perendaman 9 dan 12 hari. Hal ini
dapat dijelaskan karena proses pelunakan
sabut oleh air dalam waktu yang lama
membuat sabut mudah dicacah oleh
defibring machine dan menyisakan
sejumlah kecil sabut yang tidak dapat
terurai. Sementara dengan waktu
perendaman 3 hari, rata-rata dihasilkan
jumlah sabut yang tidak terurai hampir
sebanyak 2 kg. Demikian pula jika dilihat
dari sisi sabut kelapa tanpa perendaman,
Untuk mempermudah pembacaan pada defibring machine agak sulit mengurai
Tabel 1, data diplotkan dalam grafik yang sabut kelapa karena terlalu kering dan
terdapat pada Gambar 1.7 keras, hal ini dapat dilihat pada banyaknya
massa sabut kelapa tidak terurai yang
dihasilkan, sebesar rata-rata 2,5 kg.
Kecilnya jumlah sabut kelapa yang
tidak terurai tidak serta merta menjadi
indikator optimalnya proses produksi
produk. Kita juga harus melihat apakah
kualitas hasil cacahan dapat menghasilkan
produk cocopeat dan cocofiber yang sesuai
standar. Untuk itu turut dilakukan variasi
kecepatan putar alat rotary screening
Gambar 1.7 Grafik Pengaruh Variasi machine untuk membandingkan massa
Waktu Perendaman dan Kecepatan Putaran cocofiber dan cocopeat yang dihasilkan.
Alat Pemisah Terhadap Massa Cocofiber, Secara umum, sabut kelapa terdiri atas 2:1
Cocopeat dan Sabut Kelapa Tidak Terurai jumlah cocofiber dan cocopeat yang paling
mendekati karakteristik produk terutama
Pada pengujian yang telah dilakukan cocofiber yang sesuai dengan permintaan
dengan memvariasikan waktu perendaman pasar. Jika dalam proses pemisahan
dan dan kecepatan putaran alat rotary sejumlah tertentu bahan baku dihasilkan
screening machine diperoleh hasil yang terlalu banyak cocofiber maka dapat
berbeda-beda. Variasi waktu perendaman disimpulkan bahwa proses pemisahan
berpengaruh secara langsung pada tersebut belum maksimal dan cocofiber
kemampuan defbring machine dalam masih belum bersih dari cocopeatnya.
mengurai sabut kelapa padat menjadi sabut Sebaliknya jika jumlah cocopeatnya terlalu
kelapa tercacah. Sementara variasi banyak maka dapat diindikasikan bahwa
kecepatan putaran rotary screening machine perendaman bahan baku mungkin terlalu
berpengaruh berpengaruh langsung lama sehingga merusak struktur sabut dan
terhadap massa cocofiber dan cocopeat menyebabkan sabut hancur sebagian besar
pada saat dipisahkan. Namun kedua menjadi cocopeat. Hal ini tentu tidak
diinginkan karna produk yang lebih tinggi
7
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

nilai ekonominya adalah cocofiber. Untuk diketahui bahwa waktu perendaman dan
itu perlu pengujian kondisi produksi untuk kecepatan putar juga berpengaruh terhadap
mendapatkan kualitas produk terbaik yang waktu produksi produk. Semakin tinggi
diharapkan. kecepatan putar alat rotary screening
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 4.3, machine, maka semakin singkat waktu
variasi kecepatan putar paling tinggi yaitu yang dibutuhkan untuk produksi produk
150 rpm menghasilkan jumlah paling cocofiber dan cocopeat. Demikian pula,
balance produk cocofiber dan cocopeat semakin lama waktu perendaman juga
masing-masing sebanyak 6,4 kg dan 3,2 kg membuat waktu produksi menjadi lebih
atau perbandingannya sebesar 2:1. Hal ini cepat karena penguraian sabut kelapa
sesuai dengan standar kriteria kualitas berlangsung lebih singkat oleh karena
bagus untuk produk cocofiber dan bahan baku sudah direndam dalam waktu
cocopeat. Jika dihubungkan dengan variasi yang tepat. Berdasarkan data yang
waktu perendaman terbaik yaitu 9 hari dan diperoleh, pada waktu perendaman 9 hari
12 hari yang menghasilkan jumlah sabut dan kecepatan putar 150 rpm hanya
tidak terurai paling kecil, dapat diamati membutuhkan waktu 5 menit untuk
bahwa waktu perendaman optimal mengolah sejumlah 10 kg bahan baku sabut
sebenarnya adalah 9 hari. Melalui Tabel 1 kelapa menjadi produk cocofiber dan
dan Gambar 1.8 dapat dilihat bahwa pada cocopeat dengan sisa bahan yang tidak
kecepatan putar yang sama (150 rpm) dan terurai paling kecil. Pada kecepatan 100
waktu perendaman terlama yaitu 12 hari rpm rata-rata waktu operasi yang
justru diperoleh sedikit jumlah cocofiber dibutuhkan adalah 6-7 menit, sementara
dan jumlah berlebih dari cocopeat yang pada kecepatan 50 rpm rata-rata waktu
dihasilkan. Hal ini karena sabut kelapa operasi yang dibutuhkan paling lama yaitu
hampir hancur sepenuhnya menjadi 8,50-9 menit.
cocopeat dan produksi ini menghasilkan Produk dari hasil terbaik proses
kerugian. Sementara pada kecepatan 50 produksi yaitu cocofiber hasil dari waktu
rpm dan 100 rpm, jumlah cocofiber dan perendaman 9 hari dan dipisahkan dengan
cocopeat yang dihasilkan bervariasi meski keecapatan putar 150 rpm selanjutnya
lebih unggul pada kecepatan 100 rpm dilakukan pengujian fisik produk terutama
dikarenakan faktor waktu proses. untuk cocofiber agar dapat memenuhi
standar permintaan pasar nasional dan
internasional. Berikut Tabel 2. merupakan
hasil pengujian karakteristik fisik cocofiber
yang dihasilkan.

Tabel 2. hasil pengujian karakteristik


fisik cocofiber
No. Karakteristik Nilai
1. Panjang serat rata- 15-20 cm
Gambar 1.8 Grafik Pengaruh Variasi rata
Waktu Perendaman dan Kecepatan Putaran 2. Struktur serat kuat, padat,
Alat Pemisah Terhadap Waktu Produksi fleksibel
3. pH rata-rata 6,8
Selain jumlah cocofiber, cocopeat dan 4. Kadar air 12%
sabut kelapa yang tidak terurai, kita perlu 5. Kadar abu 0,9%
menganalisa waktu produksi untuk masing- 6. Kandungan kimia K, N, Ca,
masing bahan baku yang diuji. Berdasarkan Mg
Tabel 1 dan grafik pada Gambar 1.8, dapat

8
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 20 No.02, Desember 2022 ISSN 1693-248X

KESIMPULAN Silane. Dibaca tanggal 30 Januari 2013.


Setelah dilakukan pengujian Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/
perlakuan sabut kelapa dengan bahan sabut Suriyadi & Yohanes. (2017). Perancangan
Mesin Pengurai Sabut Kelapa Berbasiskan
kering dan sabut basah yang divariasi lama
Metode Quality Function Deployment
perendaman 0 hari, 3 hari, 6 hari, 9 hari dan (QFD). JOM FTEKNIK, 4(2).
12 hari serta variasi putaran rotary Sularso & Kiyokatsu Suga (2004). Dasar
screening machine yaitu pada 50 rpm, 100 Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
rpm dan 150 rpm, maka diperoleh hasil Jakarta: Pradnya Paramita. Widananto
terbaik produk cocofiber dan cocopeat yang Hardik &Hari Purnomo. 2013. Rancangan
dihasilkan yaitu pada waktu perendaman 9 Mesin Pengupas Sabut Kelapa Berbasis
hari dengan kecepatan putar 150 rpm dan Ergonomis. Seminar Nasional IENACO –
waktu yang dibutuhkan dalam proses 2013, ISSN 2337-4059, p-2
produksi bahan baku 10 kg paling singkat Enda Apriani. (2017). Analisa Pengaruh
yaitu 5 menit. Semakin lama waktu Variasi Komposisi Bahan Limbah Dari
Serat Kelapa Muda, Batang Pisang Dan
perendaman membuat semakin lunak dan
Kertas Bekas Terhadap Kekuatan Bending
mudah sabut untuk diurai, namun harus Sebagai Papan Komposit. Jurnal Engine,
diperhartikan jika terlalu lama waktu 1(2), 38-46, eISSN 2579-7433.
perendaman juga justru akan merusak Putu Ananta Widhia Dharma, Anak Agung
strukrur cocofiber dan mambuat sabut Ngurah Gede Suwastika, & Ni Wayan Sri
hancur seluruhnya. Semakin cepat putaran Sutari. (2018). Kajian Pemanfaatan Limbah
Rotary Screening Machine (150 rpm) akan Sabut Kelapa Menjadi Larutan
membuat persentase produk paling balance Mikroorganisme Lokal. E-Jurnal
dan efisiensi waktu produksi makin baik. Agroekoteknologi Tropika, 7 (2), ISSN:
2301-6515.
REFERENSI Sepriyanto. (2018). Alat Pengurai Sabut
Kelapa dengan Blade Portable Untuk
Hari Purnomo & Dian Janari. (2015).
Menghasilkan Cocofiber dan Cocopeat.
Rancang Bangun Mesin Pengupas,
Jurnal Civronlit, 3(1).
Penghancur Dan Pengayak Sabut Kelapa.
Priono Handoko, dkk. 2019. Desain Pencacah
Spektrum Industri, 13(1), 1 – 114, ISSN :
Serabut Kelapa Dengan Penggerak Motor
1963-6590 (Print) ISSN : 2442-2630
Listrik.Jurnal Engine Volume 3 No.1, E-
(Online).
ISSN: 2579-7433 , pp 23-28.
Hardik Widananto & Hari Purnomo. (2013).
Sato.G Takeshi & N.Sugiarto Hartanto. 2013.
Rancangan Mesin Pengupas Sabut Kelapa
Menggambar Mesin Menurut Standar Iso.
Berbasis Ergonomi Partisipatori. Seminar
Jakarta: Balai Pustaka.
Nasional IENACO, ISSN: 2337-4349.
Sepriyanto & Emmistasega Subana. 2018.
Muh Amin & Samsudi R. (2010).
Pengaruh Kecepatan Putaran Mesin
Pemanfaatan Limbah Serat Sabut Kelapa
Terhadap Hasil Coco Fiber dan Coco Peat
Sebagai Bahan Pembuat Helm Pengendara
Buah Kelapa dari Daerah Jambi.Jurnal
Kendaraan Roda Dua. Prosiding Seminar
Inovator, Volume 1, Nomor 1, ISSN 2615-
Nasional, 314 – 318, ISBN :
5052 (Online) ,pp 10-15.
978.979.704.883.9
Darmanto. (2011). Peningkatan Kekuatan
Serat Serabut Kelapa Dengan Perlakuan

Anda mungkin juga menyukai