Anda di halaman 1dari 16

KARYA ILMIAH

“Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Menjadi Sumber


Energi Listrik”

Oleh :

Andhika Romadhan Pohan 1901232

Ary Sandi Kurniawan 1901234

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGROBISNIS DAN PERKEBUNAN

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan
Karya Ilmiah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Menjadi Sumber Energi Listrik”

Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi bahwa limbah cair yang
dianggap selama ini mencemari lingkungan dapat menjadi sumber energi
alternatif yang jika diolah dapat menjadi pembangkit tenaga listrik.

Saya menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak terutama dari Ibu Sakiah, SP., MP
sebagai dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia dapat memberikan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berperan serta dalampenyusunan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir. semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita amiin.

Medan, 4 April 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
Pendahuluan.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................3
1.3 Manfaat..............................................................................................................3
BAB 2................................................................................................................................4
Tinjauan Pustaka................................................................................................................4
2.1 Limbah Kelapa Sawit.........................................................................................4
2.2 Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit............................................................5
2.2.1 Produksi Pome dan Kandungan COD.........................................................6
2.2.2 Pembentukan Biogas..................................................................................7
BAB 3..............................................................................................................................11
Penutup............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11

ii
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan


yang memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu
penyumbang devisa non-migas yang cukup besar. Kelapa sawit menghasilkan
produk olahan yang mempunyai banyak manfaat (Lubis, 1992). Usaha
perkebuanan kelapa sawit semakin pesat, serta pabrik pengolahan kelapa sawit
menjadi crude palm oil (CPO) juga mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Pesatnya pertumbuhan pabrik CPO menyebabkan limbah yang dihasikan oleh
pabrik kelapa sawit juga besar Limbah yang dihasilkan pabrik CPO berupa limbah
berbentuk padatan dan cairan. Limbah padatan berupa tandan janjang kosong, sisa
pengolahan, serta buah yang terlepas, sedangkan limbah cair yang dihasilkan
berupa campuran minyak CPO dan air. Limbah cair ini mempunyai kandungan zat
organik yang sangat tinggi sehingga apabila di buang langsung ke perairan akan
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan
pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah dibuang ke lingkungan (Said dan
Firly, 2010).

Diketahui untuk pabrik minyak kelapa sawit dalam mengolah setiap satu ton
tandan buah segar akan menghasilkan 0,75 – 0,9 m3 atau setiap ton CPO
menghasilkan 3,33 ton LCPKS (Sarono, 2013). 1 ton kelapa sawit akan mampu
menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 23% atau
230kg, limbah cangkang (shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid
(lumpur sawit) 4 % atau 40 kg, serabut (fiber) 13% atau 130 kg serta limbah cair
sebanyak 50% (Mandiri, 2012). Limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
merupakan limbah padat yang dihasilkan dalam jumlah cukup besar yaitu sekitar
126.317,54 ton/tahun (Mandiri, 2012), namun pemanfaatannya masih terbatas,

1
sementara ini hanya dibakar dan sebagian dihamparkan pada lahan kosong
sebagai mulsa/pupuk, di kawasan sekitar pabrik. Pemanfaatan tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan bakar nabati
(BBN), bisa menjadi bioetanol dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga
biomasa (PLT Biomassa) (Permata, 2005).

Tingginya produksi limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dapat


mengakibatkan rusaknya lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk menangani
limbah tersebut melalui peningkatan pengolahan. Pengolahan LCPKS pada saat
ini didominasi oleh pengolahan dengan menggunakan teknologi kolam limbah
terbuka. Pengolahan ini menggunakan kolam anaerobik, kolam fakultatif dan
kolam aerobik. Teknologi ini diketahui kurang efektif dan tidak ramah
lingkungan bila dibandingkan dengan menggunakan reaktor biogas karena
pada pengolahan dengan menggunakan kolam-kolam penampungan memerlukan
lahan yang lebih luas, selain itu proses tersebut menghasilkan gas metan yang
merupakan gas rumah kaca. LCPKS mempunyai nilai COD 41.250 – 52.000
mg/L, TSS 46.174 – 55.328 mg/L dan VSS 12.324 – 20.720 mg/L (Sarono,
2013).

Pengolahan dengan menggunakan kolam (lagoon) selain digunakan untuk


menurunkan kandungan COD, BOD, padatan tersuspensi dan total padatan
prosesnya juga menghasilkan gas metana sebagai emisis gas rumah kaca yang
dilepaskan bebas di atmosfir (Nasution, 2011). Menurut Tong (2011), potensi
produksi biogas dari suatu limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik dengan
kapasitas 60 ton/jam tersebut kurang lebih sebesar 216.000 m3/tahun, dengan total
kandungan COD yang dihasilkan 10.800 ton/tahun, produksi dari LCPKS tersebut
menghasilkan CH4 2.657 ton/tahun atau produksi biogas sebesar 6.726.318
m3/tahun atau setara energi yang dihasilkan sebesar 133.398.934 MJ/tahun atau
menghasilkan listrik sebesar 37.039 MWh/tahun.

2
1.2 Tujuan

Karya ilmiah ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia, selain itu karya ilmiah ini dibuat dengan tujuan untuk
mengetahui potensi manfaat limbah cair kelapa sawit menjadi sumber energi
listrik.

1.3 Manfaat

1) Memanfaatkan limbah cair menjadi energi listrik sebagai solusi di daerah


yang masih sulit dijangkau aliran listrik.
2) Pengurangan pencemaran lingkungan akibat limbah cair pabrik kelapa
sawit.
3) Pengurangan emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global

3
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Limbah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman industri andalan


bagi perekonomian Indonesia yang tetap bertahan pada saat terjadinya krisis
ekonomi berkepanjangan dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
menyumbang devisa besar bagi negara. Industri berbasis kelapa sawit merupakan
investasi yang relatif menguntungkan, namun demikian perlu diperhatikan pula
beban pencemaran yang ditimbulkan bila tidak dilaksanakan dengan baik.

Pabrik kelapa Sawit (PKS) adalah tempat pengolahan Tandan Buah Segar
(TBS) sawit untuk mengasilkan minyak mentah sawit atau sering disebut CPO
(Crude Palm Oil). Pada proses pengolahan TBS menjadi CPO melalui beberapa
tahap. Secara garis besar proses pengolahan dibagi tahap demi tahap disetiap
stasiun yang ada pada PKS. Pada pabrik kelapa sawit pada umumnya terdapat
stasiun loading ramp tempat pengumpulan, pemilahan dan persiapan untuk TBS
yang akan diolah. Stasiun sterilizer sebagai tempat perebusan TBS. Stasiun tippler
dan tresher adalah tempat pemipilan buah dari tandan buah sawit, stasiun press
untuk pemisahan minyak sawit dari daging buah dan stasiun klarifikasi sebagai
tempat pemurnian untuk mendapakan CPO. Saat proses inilah menghasilkan
limbah cair/POME.

Setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan limbah padat
cangkang kelapa sawit 6,5%, wet decanter solid 4%, serabut 13%, limbah cair
sekitar 50%, sedangkan tandan kosong sebanyak 23%. Untuk setiap ton dari
minyak kelapa sawit mentah (CPO) menghasilkan rata-rata 0.9 – 1.3 m3 POME.
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) minyak,
total solid dan suspended solid dari POME berkisar antara 25000 to 35000 mg/L,
53630 mg/L, 8370 mg/L, 43635 mg/L dan 19020 mg/L.

4
Kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan limbah padat dan cair
palm mill oil effluent (POME) dalam jumlah yang sangat besar, sehingga harus
diolah dan dimanfaatkan. Setiap ton minyak sawit yang dihasilkan akan
mengeluarkan limbah cair sebanyak 2,5 m3 , berarti untuk mencapai produksi
minyak sawit sebesar 17,1 juta ton akan menghasilkan 42,75 juta m3 limbah cair.
Limbah cair tidak dapat dibuang langsung ke perairan, karena akan sangat
berbahaya bagi lingkungan. Saat ini umumnya PKS menampung limbah cair
tersebut di dalam kolam-kolam terbuka (lagoon) dalam beberapa tahap sebelum
dibuang ke perairan. Secara alami limbah cair di dalam kolam akan melepaskan
emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan. Gas-gas tersebut antara
lain adalah campuran dari gas methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2).

2.2 Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) atau yang lebih dikenal dengan
istilah Palm Oil Mill Effluent (POME) adalah salah satu produk samping dari
pabrik minyak kelapa sawit yang berasal dari kondensat dari proses sterilisasi, air
dari proses klarifikasi, air hydrocyclone (claybath), dan air pencucian pabrik.
Limbah cair dari pabrik minyak kelapa sawit ini umumnya bersuhu tinggi 70-
80oC, berwarna kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa
koloid dan residu minyak dengan BOD (biological oxygen demand) dan COD
(chemical oxygen demand) yang tinggi.

Apabila limbah cair ini langsung dibuang ke perairan dapat mencemari


lingkungan, karena sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan,
mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang
tajam dan dapat merusak ekosistem perairan. Sebelum limbah cair ini dapat
dibuang ke lingkungan terlebih dahulu harus diolah agar sesuai dengan baku mutu
limbah yang telah ditetapkan.

Tingginya kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) sejumlah 50.000-


70.000 mg/l dalam limbah cair kelapa sawit memberikan potensi untuk konversi

5
listrik dengan menangkap gas metana yang dihasilkan melalui serangkaian
tahapan proses pemurnian. Sumber energi terbarukan tersebut dapat menghasilkan
listrik bagi desa-desa di sekitar perkebunan sawit yang saat ini banyak bergantung
pada generator diesel yang mahal, serta mengurangi emisi gas-gas rumah kaca
dengan mengubah limbah bermasalah menjadi energi.

Indonesia memiliki lebih dari 600 pabrik kelapa sawit yang berpotensi
menghasilkan sampai dengan 1.000 MW listrik jika semua pabrik tersebut
memanfaatkan gas metana yang dikeluarkan dan mengolahnya menjadi listrik.
Pada saat ini ada beberapa pabrik kelapa sawit yang telah berinvestasi untuk
listrik dari POME namun hanya ada satu pabrik yang mempunyai kontrak
komersial dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Tak banyak pabrik minyak sawit yang berinvestasi untuk listrik dari POME
karena kurang memahami proses penjualan listrik yang dapat dihasilkan,
dibandingkan dengan keuntungan yang cepat diperoleh dari perkebunan dan
pengolahan sawit. Selain itu, pabrik dan pihak perbankan belum memahami
teknologi dan peluang usaha POME.

2.2.1 Produksi Pome dan Kandungan COD

Pada pabrik kelapa sawit menghasilkan minyak mentah atau Crude Palm Oil
(CPO) yang akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair hasil produksi disebut
POME (Palm Oil Mill Effluent). POME yang dihasilkan ini terjadi pada Proses
sterilisasi Tandan Buah Segar (TBS) sawit dan proses penjernihan minyak.

Pabrik kelapa sawit menghasilkan 0,7-1 m 3 POME untuk setiap ton tandan

buah segar yang diolah. POME yang baru dihasilkan umumnya panas suhu (60°-

80°C), bersifat asam ( pH 3,3 - 4,6), kental, bewarna kecoklatan dengan


kandungan padatan, minyak dan lemak, Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biological Oxygen Demand (BOD). Nilai COD POME menunjukan banyaknya

6
kandungan bahan organik yang berasal dari tandan buah segar di dalam limbah
cair. Nilai COD ini sangat bergantung pada kualitas TBS dan proses ekstraksi.

Pengelolaan POME dilakukan dengan sistem kolam terbuka. Secara umum


sistem ini terdiri dari 4 jenis kolam yaitu : kolam lemak (fat pit), kolam
pendinginan (cooling pound), kolam anaerobik (anaerobic pond), dan kolam
aerobik (aerobic pond). Kolam lemak digunakan untuk mengumpulkan sisa-sisa
minyak dan lemak pada POME. Minyak adalah produk utama dari pabrik,
sehingga operator pabrik akan mengutip minyak dari fat pit dan dialirkan kembali
ke unit pengelolahan CPO. Kolam pendinginan berfungsi untuk menurunkan suhu
POME hingga mencapai kondisi yang optimal untuk proses penguraian zat
organik pada kolam anaerobik. Setelah pengeolahan selesai di keempat kolam dan
baku mutu terpenuhi maka limbah cair dapat dialirkan ke sungai.

Meskipun sistem kolam ekonomis, namun sistem ini memerlukan lahan yang
lebih luas, memakan waktu, dan melepas metana langsung ke atmosfer dari
penguraian zat organic yang terjadi di kolam anaerobik. Pelepasan metana dari
sistem pengelolaan POME menyumbang hingga 70% dari total emisi gas rumah
kaca dalam keseluruhan proses produksi CPO.

2.2.2 Pembentukan Biogas

Biogas merupakan produk akhir dari degradasi anaerobik bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerobik dalam lingkungan dengan sedikit oksigen. Komponen
terbesar yang terkandung dalam biogas adalah metana 55 – 70 % dan karbon
dioksida 30 – 45 % serta sejumlah kecil nitrogen dan hidrogen sulfida. Tapi
metana (CH4) yang terutama dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Apabila
kandungan metana dalam biogas lebih dari 50% maka biogas tersebut telah layak
digunakan sebagai bahan bakar. Tabel 1 menunjukan komposisi biogas secara
umum.

7
Tabel 1. Komposisi Biogas Secara Umum

Komposisi Biogas Jumlah


Metana ( CH4) 55 – 70 %
Karbon dioksida (CO2) 30 – 45 %
Nitrogen ( N2) 0 – 0,3 %
Hidrogen Sulfida (H2S) 1–5%

Kandungan yang terdapat dalam biogas dapat mempengaruhi sifat dan


kualitas biogas sebagai bahan bakar. Kandungan yang terdapat dalam biogas
merupakan hasil dari proses metabolisme mikroorganisme. Biogas yang
kandungan metananya lebih dari 45% bersifat mudah terbakar dan merupakan
bahan bakar yang cukup baik karena memiliki nilai kalor bakar yang tinggi.
Tetapi jika kandungan CO2 dalam biogas sebesar 25 – 50 % maka dapat
mengurangi nilai kalor bakar dari biogas tersebut. Sedangkan kandungan H2S
dalam biogas dapat menyebabkan korosi pada peralatan dan perpipaan dan
nitrogen dalam biogas juga dapat mengurangi nilai kalor bakar biogas tersebut.
Selain itu terdapat uap air yang juga dapat menyebabkan kerusakan pada
pembangkit yang digunakan.

Pabrik kelapa sawit mengambil biogas dari POME menggunakan sistem


Covered Lagoon. Teknologi ini dilakukan dengan menutup kolam limbah
konvensional dengan bahan reinforced polypropylene sehingga berfungsi sebagai
anaerobic digester. Biogas akan tertangkap dan terkumpul di dalam cover.
Pengolahan limbah cair dengan cara ini banyak dilakukan oleh pabrik karena
teknik tersebut cukup sederhana dan biayanya lebih murah. Namun pengolahan
dengan cara tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk pengolahan limbah.
Dengan kapasitas 30 ton TBS/jam, maka dibutuhkan sekitar 7 hektar lahan untuk
pengolahan limbah. Selain itu efisiensi perombakan limbah cair PMKS hanya 60-
70 % dengan waktu retensi yang cukup lama yaitu 120- 140 hari. Kolam-kolam
limbah konvensional akan mengeluarkan gas methan (CH4) dan karbon dioksida

8
(CO2) yang membahayakan karena merupakan emisi penyebab efek rumah kaca
yang berbahaya bagi lingkungan. Disamping itu kolamkolam pengolahan limbah
sering mengalami pendangkalan, sehingga baku mutu limbah tidak tercapai.

Dengan teknologi ini, akan dihasilkan biogas sebanyak ±20 m3/ton TBS. Jadi
jika kapasitas PKS sebesar 30 ton TBS/jam akan menghasilkan biogas ± 600
m3/jam, atau setara dengan energi sebesar 3.720 kWh. Jika energi tersebut
digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan gas engine
(efisiensi 35%) maka akan dapat dibangkitkan listrik sebesar 1.303 kWh atau 1,3
MW. Mengubah POME menjadi biogas untuk dibakar dapat menghasilkan energi
sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim. Tabel 2. dibawah ini
menunjukkan potensi dari dari konversi POME menjadi biogas yang dihasilkan
oleh pabrik kelapa sawit.

Tabel 2. Proyeksi Potensi daya dari POME berdasarkan kapasitas PKS

Kapasitas PKS POME yang dihasilkan Potensi Daya


No.
(ton TBS/Jam) m3/jam m3/hari (Mwe)
1. 30 21 400 1,1
2. 45 31,5 600 1,6
3. 60 42 800 2,1
4. 90 63 1.200 3,2
*) Assumsi : Setiap ton tbs menghasilkan 0,7 m3 POME, 20 jam
operasi/hari,konsentrasi COD 55.000 mg/1

**) Sumber : Sri Rahayu Ade, dkk; (2015)

Indonesia saat ini merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia,
tercatat pada tahun 2011 terdapat sekitar 608 pabrik kelapa sawit. Industri kelapa
sawit yang terus berkembang dengan cepat yang diperkirakan pada tahun 2020
luas tanaman akan mencapai 9,1 juta ha dengan produksi sekitar 34 juta ton CPO.
Hal ini juga akan berdampak terhadap limbah yang dihasilkan diantaranya POME.
Peningkatan jumlah POME semakin meningkatkan petensi energi yang akan

9
dihasilkan. Pemanfaatan POME melalui penangkapan metana dan pengubahan
biogas menjadi energi listrik, menawarkan salah satu alternatif bagi pabrik kelapa
sawit untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus menghasilkan energi
terbarukan.

10
BAB 3

Penutup
3.1 Kesimpulan

Pada pabrik kelapa sawit kapasitas PKS sebesar 30 ton TBS/jam yang telah
memanfaatkan POME dengan sistem Covered Lagoon dengan akan menghasilkan
biogas ± 600 m3/jam, atau setara dengan energi sebesar 3.720 kWh. Jika energi
tersebut digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan gas engine
(efisiensi 35%) maka akan dapat dibangkitkan listrik sebesar 1.303 kWh atau 1,3
MW. Sedangkan dengan menggunakan digester anaerob biogas yang dihasilkan ±
28 m3 /ton TBS. Jadi jika kapasitas PKS sebesar 30 ton TBS/jam akan dihasilkan
biogas ± 840 m3/jam, atau setara dengan energi sebesar 5.208 kWh. Energi listrik
yang dapat dibangkitkan dengan gas engine (efisiensi 35%) adalah sebesar 1.822
kWh, atau 1,8 MW. Dengan menggunakan parameter umum konsumsi energi
listrik di pabrik pengolahan kelapa sawit yakni sebesar 17-19 kWh/ton TBS maka
potensi listrik POME dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.

11
Daftar Pustaka

Fahmy, D. N., Wonokusu, S. J., Winardi, S., & Nurtono, T. (2015). Studi Awal Desain
Pabrik Biogas dari Limbah Cair Kelapa Sawit. Jurnal Teknik ITS , Vol. 4 (1), 1-4.

Febriana, I., Chodijah, S., Husaini, & Novriani, L. (2017). Pengelolaan Limbah Cair
Kelapa Sawit Menggunakan Membran Berbasis Kitosan, PVA Dan SILIKA. Jurnal
Penelitian Teknologi Industr , Vol. 9 (2), 73-84.

Irvan, Suraya, I., Tiarasti, H., Trisakti, B., Hasibuan, R., & Tomiuchi, Y. (2012).
Pembuatan Biogas Dari Berbagai Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia
USU , Vol. 1 (1), 45-48.

Irwansyah, W. Y., Danial, & Hiendro, A. (n.d.). Potensi Pemanfaaatan PALM OIL MILL
EFFLUENT (POME) Sebagai Bahan Baku Pembangkit Listrik Tenga Biogas (PLTBg) di
PKS PT. FAJAR SAUDARA KUSUMA.

Karakteristik Pengolahan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit dalam Bioreaktor
Cigar Semi Kontinu. (2017). Jurnal Teknik Pertanian Lampung , Vol.6 (2), 81-88.

Kharismawati, Rani, & Ahdia, R. (2013). Pengolahan Efluen Pond Fakultatif Anaerobik
Ipal Industri Kelapa Sawit secara Fakultatif Anaerobik Fitoremediasi sebagai Preatment
Media Tumbuh Algae. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri .

Loekito, H. (2002). Teknologi Pengelolaan Limbah. Jurnal Teknologi Lingkungan , Vol.


3 (3), 242-250.

Lubis, A. U. (1992). Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Indonesia. Sumatra Utara:
Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala.

Mandiri. (2012). Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan. 61.

Nasution, M. (2012). Pengolahan LCPKS keluaran Fat pit, Kolam Anaerobik dan
Reaktor Biogas dengan Elektrokoagulasi. Bogor: Prosiding InSINas 2012.

Parinduri, L. (2018). Analisa Pemanfaatan Pome Untuk Sumber Pembangkit Listrik


Tenaga Biogas Di Pabrik Kelapa Sawit. Journal of Electrical Technology , Vol.3 (3),
180-183.

Permata, & Indra, K. (2005). Studi Pemanfaatan Biomassa Limbah Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Bakar PLTU. 61.

Rizal, T. A., Mahidin, & Ayyub, M. (2015). Pengembangan Anaerobic Digester Untuk
Produksi Biogas Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. JURNAL ILMIAH JURUTERA ,
Vol.2 (2), 8-19.

12
Said, N., & Firly. (2010). Uji Performance Biofilter Anaerobik Unggun Tetap
Menggunakan Media Biofilter Sarang Tawon Untuk Pengolahan Limbah Rumah Potong
Ayam. Jakarta: Jurnal BPPT.

Sarono. (2013). Strategi Pengurangan Gas Rumah Kaca Melalui Konversi Limbah Cair
Pabrik Kelapa Sawit menjadi Energi Listrik (Studi Kasus di Lampung). Bogor: IPB.

Simulasi Pengaruh Komposisi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (POME) Terhadap
Kandungan Air Biogas dan Daya Listrik yang di Hasilkan Sebuah Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas. (2016). Jurnal Teknik Energi , Vol 11 (3), 66-72.

Strategi Pengelolaan Air Limbah Sentra UMKM Batik yang Berkelanjutan di Kabupaten
Sukoharjo. (2013). JURNAL ILMU LINGKUNGAN , 11 ( 2), 62-72.

Suandi, A., Supardi, N. I., & Puspawan, A. (2016). Analisa Pengolahan Kelapa Sawit
dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi. Teknosia , Vol. II
(17), 12-19.

Supriyanto. (2016). Produksi Biogas dari Campuran Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
dan Kotoran Sapi Menggunakan Bioreaktor CSTR. 1-110.

Suryan, F., Homsah, O. F., & Basuki, M. (2018). Analisis pH dan Pengadukan Terhadap
Produksi Biogas dari Limbah Cair Kelapa Sawit. Jurnal Riset Sains dan Teknologi , Vol 2
(1), 1-7.

Susilawati, & Supijatno. (2015). Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Riau. Bul. Agrohorti , 3 (2), : 203-212.

Tong, S. (2011). Recents Development On Palm Oil Mill Residues Biogas Recovery and
Utilization. Jakarta: International Conference an Exhibition of Palm Oil.

Widarti, B. N., Susetyo, S. H., & Sarwono, E. (2015). Degradasi COD Limbah Cair dari
Pabrik Kelapa Sawit dalam Proses Pembentukan Biogas. JurnalL IntegrasiI Proses , Vol.
5 ( 3), 138 - 141.

Winanti, W. S., PRASETIYADI, & Wiharja. (2019). Pengolahan Palm Oil Mill Effluent
(POME) menjadi Biogas dengan Sistem Anaerobik Tipe Fixed Bed tanpa Proses
Netralisasi. Jurnal Teknologi Lingkungan , Vol. 20 (1), 143-150.

13

Anda mungkin juga menyukai