Anda di halaman 1dari 24

KARYA TULIS ILMIAH

PEMANFAATAN LIMBAH PADA KULIT KELAPA ATAU SERABUT KELAPA


UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Organik Dasar

DOSEN PENGAMPU : RAVENSKY YURIANTY PRATIWI, S.Pd., MSi

Disusun Oleh :

ESTI SIFTIANI ( 2130208025 )

PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2021
KATA PENGHANTAR

Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul " Pemanfaatan kulit atau serabut kelapa untuk pembuatan pupuk
organik cair " , sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAS mata kuliah kimia organik dasar.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Kimia Organik Dasar
yaitu RAVENSKY YURIANTI PRATIWI, S.pd., M.SI yang telah memberikan materi untuk
pembuatan karya tulis ilmiah ini. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Saya menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga karya ilmiah
ini mampu memperbaiki karya ilmiah mengenai pemanfaatan kulit kelapa untuk pembuatan
pupuk organik cair.

Palembang, 6 juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

ABSTRAK............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................

1.4 Manfaat Masalah.......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. 2.1 Pupuk Organik Sabut Kelapa...................................................................................

2. 2.1.1 Pupuk Organik.......................................................................................................

2.1.2 Unsur Hara.......................................................................................................

2.1.3 Manfaat Pupuk Organik........................................................................................

2.1.4 Sabut Kelapa dan Kandungannya.........................................................................


2.1.5 Hipotesis Penelitian...............................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian........................................................................................................

3.1.2 Karakteristik Fisik Larutan MOL........................................................................


3.1.3 Kandungan N-total Larutan MOL........................................................................

3.1.4 C-organik..............................................................................................................
3.1.5 Rasio C/N.............................................................................................................

3.1.6 Kandungan P-tersedia..........................................................................................


3.1.7 Rasio C/P larutan MOL.......................................................................................

3.I.8 Rasio C/P larutan MOL.......................................................................................

3.1.9 Derajat Kemasaman (pH) Larutan MOL............................................................


3.1.11 Populasi Total Bakteri Larutan MOL.....................................................

3.1.12 Populasi Total Jamur Larutan MOL..........................................................

3.1.10 aya Hantar Listrik Larutan MOL...............................................................

BAB IV METODE PEMBUATAN.....................................................................

4.1 Definisi Kulit Kelapa.....................................................................................

4.1.2 Alat dan Bahan...........................................................................................

4.1.3 Cara Pembuatan POC Dari Sabut Kelapa...................................................

4.1.4 Cara Pemupukan POC Sabut Kelapa.........................................................

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan...................................................................................................

5.1.1 Hasil Kesimpulan.......................................................................................

5.1.2 Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA DAN SEBAGAI PUPUK ORGANIK
CAIR

Abstrak

Pupuk organik cair merupakan bahan organik yang mengandung satu atau lebih unsur
yang diperlukandalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Limbah sabut kelapa
mengandung unsur karbon, nitrogen, pospor dan kalium. Sabut kelapa mengandung Nitrogen (N)
2,366 %, Pospor (P) 0,77 % dan Kalium (K) 0,41 % (Waryanti, 2012 dalam Susanti, S. 2016.
Sabut kelapa yang didalamnya terdapat unsur makro jika direndam dengan air, maka air hasil
rendaman yang mengandung unsur hara makro dapat dijadikan pupuk organik cair untuk
pertumbuhan tanaman khususnya tanaman sawi.

Pupuk organik mempunyai beberapa manfaat. Pertama meningkatkan kesuburan tanah


dikarenakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg,
Fe, Mn, Bo, S, Zn, Co) yang dapat memperbaiki komposisi tanah (Yelianti et al., 2009). Bahan
organik dapat bereaksi dengan ion logam membentuk senyawa kompleks sehingga ion-ion logam
yamg bersifat racun terhadap tanaman atau menghambat dan mengurangi penyediaan unsur hara
seperti Al, Fe dan Mn.

Kata Kunci : Pupuk organik cair (limbah sabut kelapa)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Asia Pasific Coconut Community (APCC) luas kebun kelapa di Indonesia
tahun 2010 seluas 3.859.000ha adalah yang terluas di dunia dengan produksi 15,4 miliar butir
(Basri, 2008). Kelapa memiliki nilai ekonomi karena menghasilkan kopra untuk diambil
minyaknya. Kopra / endoseperm hanya mencakup.28% dari buah kelapa sedangkan hasil
sampingannya berupa limbah sabut 35%, tempurung 12%, dan air 25% (Novarianto et.al 1988
dalam Towaha et.al. 2008).

Sabut kelapa merupakan limbah pengolahan kelapa yang paling tinggi persentasenya, saat
ini sabut kelapa diolah menjadi cocofiber dan cocopeat. Cocofiber merupakan serat sabut kelapa
yang panjang dan kuat yang dimanfaatkan untuk produksi jok mobil, keset, dsb, sedangkan
cocopeat adalah sisa serat pendek dan debu yang digunakan sebagai media tanam. Selain itu dari
beberapa hasil penelitian sebalumnya diketahui sabut kelapa memiliki potensi untuk dijadikan
pupuk organik. Wuryaningsih et al. (2004) meneliti sabut kelapa mengandung unsur

Saat ini, pemanfaatan sabut kelapa masih terbatas untuk bahan bakar, pembuatan kerajinan,
dan sebagai media tanam. Namun, dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui
sabut kelapa memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik. Selain digunakan sebagai pupuk
organik, biasanya sabut kelapa juga digunakan sebagai media tanam karena mampu mengikat
dan menyimpan air dengan kuat, aerasi dan drainase baik sesuai dengan daerah panas, serta
mengandung unsur-unsur hara esensial.
Sabut kelapa juga dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Sabut kelapa memiliki beberapa manfaat
dibidang pertanian seperti dapat dijadikan sebagai media tanam dan juga dapat dijadikan pupuk
organik cair. Tetapi seiring berjalannya zaman yang semakin modern, sabut kelapa banyak yang
sudah tidak digunakan lagi sehingga banyak yang menjadi limbah sabut kelapa.
Sabut kelapa mengandung Nitrogen (N) 2,366 %, Pospor (P) 0,77 % dan Kalium (K) 0,41
% (Waryanti, 2012 dalam Susanti, S. 2016. Sabut kelapa yang didalamnya terdapat unsur makro
jika direndam dengan air, maka air hasil rendaman yang mengandung unsur hara makro dapat
dijadikan pupuk organik cair untuk pertumbuhan tanaman khususnya tanaman sawi.

Pupuk terbagi menjadi dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
Kelemahan pupuk anorganik jika pemberiannya secara terus menerus atau berlebih akan
berdampak buruk pada tanah, tanaman maupun lingkungan. Penggunaan pupuk anorganik secara
terus menerus atau berlebih menjadi tidak efisien dan dapakt menganggu keseimbangan sifat
tanah baik secara fisik, kimia dan biologi, sehingga menurunkan produktivitas lahan,
mempengaruhi produksi serta meninggalkan residu yang dapat merusak lingkungan. Oleh karena
itu, dalam usaha pertanian saat ini lebih dianjurkan penggunaan pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan
sisa - sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung
banyak bahan organik daripada kadar haranya.Sumber bahan organik dapat berupa kompos,
pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah
kota (sampah).

Pupuk organik cair adalah pupuk yang tersedia dalam bentuk cair, POC dapat diartikan
sebagai pupuk yang dibuat secara alami melalui proses fermentasi sehingga menghasilkan
larutan hasil pembusukan dari sisa tanaman, maupun kotoran hewan atau manusia[1] Bagi
sebagian orang pupuk organik cair lebih baik untuk digunakan karena terhindar dari bahan-bahan
kimia/sintetis serta dampak yang baik bagi kesehatan. Pupuk organik cair terdiri dari
mikroorganisme yang berperan penting dalam membantu pertumbuhan tanaman.

Media tanam merupakan tempat tumbuh bagi tanaman. Salah satu kelebihan penggunaan
bahan organik sebagai media tanam adalah memiliki struktur yang dapat menjaga keseimbangan
aerasi. Bahan-bahan organik terutama yang bersifat limbah yang ketersediaannya melimpah dan
murah dapat dimanfaatkan untuk alternatif media tumbuh yang sulit tergantikan (Irawan, A. dan
Yeremias, K., 2015). Pemilihan media tanam yang baik akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman sawi. Media tanam dapat berupa tanah, sekam padi, dan arang sekam.

Pembuatan MOL berdasarkan substratnya memiliki manfaat untuk tujuannya masing-


masing. Penelitian Sutari (2009) meneliti MOL rumput gajah, rebung, dan daun gamal dalam
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brasicca juncea). Harizena (2012)
meneliti MOL empulur kakao, pisang busuk dan nasi basi dalam peningkatan kualitas kompos.
MOL sabut kelapa secara ilmiah baru pertama kali dilakukan pada penelitian ini

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemanfaatan limbah kulit kelapa atau serabut kelapa untuk pembuatan pupuk
organik cair

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemanfaatan limbah kulit kelapa sebagai pupuk organik cair

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pembaca tentang pupuk
organik cair sabut kelapa
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik Sabut Kelapa

2.1.1 Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan atau bagian
hewan dan limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa dalam bentuk padat
maupun cair. Dekomposisi bahan-bahan organic tersebut diurai (dirombak) oleh mikroba hingga
dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Hartatik et al., 2015). Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk
pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta membantu dalam
penyediaan unsur hara tanah sehingga efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi (Kresnatita,
Koesriharti., & Santoso, 2013). Sedangkan menurut Sahu et al., (2017)(2017) bahwa, pupuk
organik meningkat kesuburan tanah, struktur tanah, kapasitas menahan air, sifat fisik dan kimia,
pH tanah, mikroba aktivitas dan juga produksi tanaman dalam hal hasil. Berdasarkan bentuk dan
strukturnya pupuk organik dibagi menjadi dua yakni : pupuk organik padat dan pupuk organik
cair (Mazaya, Susatyo, & Prasetya, 2013).

Sabut merupakan bagian misokarb yang berupa serat-serat kasar kelapa. Sabut biasanya
disebut limbah yang hanya ditumpuk dibawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk
ataun kering. Kulit buah kelapa atau sabut kelapa sering diabaikan begitu saja. Padahal sabut
kelapa bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk kalium organik. Bagi para petani
tentu membutuhkan pupuk untuk menyuburkan tanaman. Tanaman membutuhkan berbagai
mcam unsur hara untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Salah satu unsur
hara yang dibutuhkan tanaman adalah kalium (K). Unsur kalium (K) bisa didapatkan dengan
mudah pada produk pupuk kimua yang banyak beredar di pasaran. Pupuk yang mengandung
unsur kalium misalnya pupuk KCl, pupuk KNO3 dsb. Sedangkan untuk memperoleh unsur
kalium (K) organik atau alami bisa memanfaatkan limbah sabut kelapa.
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair yang mudah sekali larut pada tanah
dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair dapat
dibuat dari bahan-bahan organik berbentuk padat maupun cair, dengan cara mengomposkan dan
memberi aktivator fermentasi sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan
mengandung unsur hara yang lengkap (Bangsa, 2013). Menurut Meriatna et al., (2018) bahwa
penggunaan pupuk cair memiliki beberapa keuntungan seperti yakni :

1. Pengaplikasiannya lebih mudah dibandingkan dengan pupuk organik padat.


2. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk cair mudah diserap oleh tanaman.
3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat.

2.1.2 Unsur Hara


Unsur hara merupakan suatu unsur yang sangat berperan penting dalam tanaman, jika tanpa
adanya unsur hara maka tanaman tidak bisa hidup dimuka bumi ini. Unsur didalam tanah sudah
terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro. Menurut hasil penelitian Putri, (2018) bahwa
kandungan dalam pupuk organik cair ini meliputi 16 unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan
Keenam belas unsur hara tersebut terbagi menjadi :

a.Unsur hara makro primer terdiri dari Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K). Karbon (C),
Oksigen (O), dan Hidrogen (H).

b. Unsur hara makro sekunder terdiri dari Kalsium (Ca), Sulfur (S), dan Magnesium (Mg).

c. Unsur hara mikro terdiri dari Boron (Br), Klor (Cl), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn),
Zeng (Zn) dan Molibden (Mo).

Dari semua jenis unsur tersebut, yang paling utama dibutuhkan oleh tanah sebagai media
tumbuh tanaman adalah Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K). Karena hanya ketiga unur
tersebut yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan mutlak harus ada maka sejak pupuk yang
diciptakan pun diutamakan yang mengandung ketiga unsur tersebut.
1. Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tumbuhan yang dimana sangat diperlukan
dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun batang dan
akar (Mustaqim, Amaini., & Yulia, 2016). Akan tetapi kalau telalu banyak dapat menghambat
pembungaan dan pembuahan pada tanaman. Unsur hara Nitrogen (N) berperan penting dalam
pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya yaitu
membetuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Peranannan utama
Nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khusunya
batang, cabang, dan daun (Pinus & Marsono, 2013). Unsure hara N termasuk unsure yang
dibutuhkan dalam jumlah paling banyak sehingga disebut unsure hara makro primer.Umumnya
unsure Nitrogen menyusun 1-5% dari 9 berat tubuh tanaman.Unsur N diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion amonium (NH4+) atau ion nitrat (NO3-).Sumber unsure N dapat diperoleh
daribahan organic, mineral tanah, maupun penambahan pupuk organik (Lepongbulan et al.,
2017). Menurut Mustaqim et al., (2016) menyatakan bahwa nitrogen yang diserap oleh tanaman
dirombak menjadi asam amino, yang dalam metabolisme selanjutnya membentuk protein dan
asam nukleat. Selain itu, N menjadi bagian integral dari klorofil dan merupakan komponen
utama tanaman yang menyerap cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis

1. Phophor (P)
Phosphor (P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman, namun kandungannya di dalam tanaman lebih rendah dibandingkan nitrogen (N), dan
kalium (K). Unsur Phosphor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,
khususnya akar benih dan tanaman muda (Novriani, 2010). Selain itu, Phosphor berfungsi
sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu; membantu asimilasi dan
pernapasan; serta mempercepat pembuangaan, pemasakan biji, dan buah, merangsang
pembentukan akar dan membantu pembelahan sel (Mustaqim et al., 2016). Fosfor merupakan
unsur esensial dalam reaksi biokimia termasuk fotosintesis dan respirasi.Forfor merupakan
komponen utama dari adenosine difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat (ATP) yang digunakan
untuk mensuplai energi dalam reaksi biokimia pada tumbuhan.Fosfor adalah komponen
struktural fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, koenzim, dan phosphorprotein. Menurut Purba,
(2019), menyatakan bahwaunsur fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fostide
merupakan bagian dari protoplasma dan initi sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting
dalam pembelahan sel demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil
tanaman dalam bentuk H2PO4-- dan HPO4-. Fosfor diserap tumbuhan dalam bentuk ion mono
dan divalen.Banyak fosfor hadir pada tumbuhan dalam bentuk organik.
2. Kalium (K)
Kalium (K) merupakan unsur hara utama bagi tumbuhan yang dimana sangat diperlukan
dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit. Kalium (K) berperan
dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Fungsi utama
kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat serta sumber kekuatan bagi
tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Pinus & Marsono, 2013). Sedangkan
menurut Iswayanda & Farid, (2014) bahwa Kalium (K) berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan akar dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan hama. Unsur
kalium bukan merupakan komponen dari bahan organik yang membentuk tanaman. Kalium
khusus terdapat di dalam cairan sel di dalam bentuk ion-ion K+ .Kalium banyak terdapat pada
sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak
mengandung kalium (Purba, 2019). Menurut Haryadi (2015), menyatakan bahwa proses
pembentukan daun tidak terlepas dari peranan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor yang
tersedia bagi tanaman. Kedua unsure hara ini berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan
komponen utama penyusun senyawa organik dalam tanaman yang mempengaruhi pertubuhan
vegetatif tanaman.Fase pertumbuhan vegetatif dibutuhkan juga ketersediaan kalium.Unsur
kalium berperan dalam mengatur pergerakan stomata, sehingga dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan daun. Kalium berperan sebagai aktifator dari berbagai enzim yang penting dalam
proses fotosintesis dan respirasi, sehingga dapat mengatur potensial osmotik dan pengambilan air
yang mempunyai pengaruh positif terhadap penutupan dan pembukaan stomata

2.1.3 Manfaat Pupuk Organik


Pupuk organik mempunyai beberapa manfaat. Pertama meningkatkan kesuburan tanah
dikarenakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg,
Fe, Mn, Bo, S, Zn, Co) yang dapat memperbaiki komposisi tanah (Yelianti et al., 2009). Bahan
organik dapat bereaksi dengan ion logam membentuk senyawa kompleks sehingga ion-ion logam
yamg bersifat racun terhadap tanaman atau menghambat dan mengurangi penyediaan unsur hara
seperti Al, Fe dan Mn (Sentana, 2010). Kedua memperbaiki kondisi fisika, kimia, dan biologi
tanah, pupuk organik dapat melancarkan sistem pengikatan dan pelepasan ion dalam tanah
sehingga dapat meningkatkan kesuburan dalam tanah (Sentana, 2010). Ketiga Pupuk organik
dapat meningkatkan KTK tanah dan memperbaiki struktur serta menjaga kelembaban tanah,
selain itu pupuk organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan bagi organisme
sehingga meningkatkan aktivitas organisme di dalam tanah (Mustaqim et al., 2016). Keempat
pupuk organic berkemampuan untuk mengikat air dapat meningkatkan porositas tanah sehingga
memperbaiki respirasi dan pertumbuhan akar tanaman dan upuk organik dapat merangsang
mikroorganisme tanah yang menguntungkan, seperti rhizobium, mikoriza, dan bakteri. Kelima
aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan, pemakaian pupuk organik tidak menyebapkan
residu pada produksi panen sehingga aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Sentana,
2010).

Oleh demikian, penggunaan pupuk organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan
dalam pemupukan lahan tanaman pertanian. Keuntungan dan manfaat dalam jangka panjang :

1. Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada
ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh aakar
tanaman.

2. Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan lahan eehingga
dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplay hara yang dapat membuat
tanaman menjadi keracunan.

3. Pupuk organik membantu menjaga kelembapan tanah dan mengurangi tekanan atau
tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman.

4. Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel
yangberada dalam tanah lebih labil dan cenderung meningkat.

2.1.4 Sabut Kelapa dan Kandungannya


Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa.
Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan
dalam (endocarpium) (Zaini et al., 2018). Komponen buah kelapa terdiri dari sabut, tempurung,
air buah, dan daging buah. Komposisi buah kelapa yaitu sabut kelapa 35%, tempurung 12%, air
buah 25% dan daging buah 28%. Satu buah kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg sabut yang
mengandung 30% serat, sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus (Trikarlina et al., 2018).
Sabut kelapa bisa digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk organic cair, karena
didalam sabut kelapa terdapat unsur hara makro dan mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat
dalam sabut kelapa, yaitu: air 53,83%, N 0,28% ppm, P 0,1 ppm, K 6,726 ppm, Ca 140 ppm, dan
Mg 170 ppm. Unsur-unsur hara tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya (Sabri, 2017). Dimana unsur Nitrogen (N), untuk pertumbuhan tunas, batang
dan daun. Unsur Phosphor (P), untuk merangsan pertumbuhan akar buah, dan biji. Unsur Kalium
(K), untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (N, Rosliani,
Basuki, & Y, 2012). Menurut Dharma, Suwastika, & Sutari, (2018) bahwa Kandungan C-organik
akan mengalami penurunan dengan 13 peningkatan waktu fermentasi tetapi akan mengalami
peningkatan dengan bertambahnya dosis sabut kelapa.
Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, tannin,
dan potassium (Zaini et al., 2018) zat gizi mikro Fe, Mn, Zn, dan Cu (Khan et al., 2019). Substrat
sabut kelapa memiliki beberapa bentuk senyawa karbohidrat yang didekomposisi menjadi C-
organik, diantaranya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin (Dharma et al., 2018). Sabut
kelapa itu ternyata masih dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai pintal benang, tikar tenunan, pelapis,
karpet, keset sabut kelapa, pembuat tali, karung, sikat, isolator panas dan suara, filter, bahan
pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard (Rajan & Abraham, 2007). Sabut kelapa juga dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik, terutama pada lahan-lahan yang mengalami kekurangan
kalium. penggunaan pupuk organik dengan berbahan dasar sabut kelapa memberikan pengaruh
positif terhadap ketersediaan unsur hara (Ramadhan et al., 2018). Peranan utama unsur kalium
bagi tanaman adalah untuk memacu translokasi asimilat dari sumber (daun) ke bagian organ
penyimpanan (sink), terlibat dalam proses membuka dan menutupnya stomata, untuk membentuk
protein dan karbonhidrat serta memperkokoh tubuh tanaman agar bunga dan buah tidak
berguguran (Apriliani, Heddy, & Suminarti, 2016).

2.1.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penambahan banyaknya Trichoderma sp. yang berbeda terhadap kualitas pupuk
organik cair sabut kelapa.
2. Ada pengaruh lama fermentasi yang berbeda terhadap kualitas pupuk organik cair sabut
kelapa.
3. Ada interaksi antara perbandingan penambahan Trichoderma sp. dan lama fermentasi yang
berbeda terhadap kualitas pupuk organik cair sabut kelapa.

4. Pada pemberian konsentrasi Trichoderma sp. 35 ml dan lama fermentasi 14 hari yang
menghasilkan N, P, K terbaik dan pH yang sesuai dengan standar SNI-203002004 pada pupuk
organik cair sabut kelapa.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

3.1.2 Karakteristik Fisik Larutan MOL


Fermentasi menyebabkan terjadi perubahan warna pada larutan MOL, sebelum fermentasi
larutan berwarna putih, setelah mengalami fermentasi muncul warna kecoklatan, seiring
bertambahnya waktu fermentasi warna larutan berubah menjadi lebih pucat. Terjadi perubahan
bau dari bau sepat menjadi bau asam, tekstur sabut menjadi lebih remah serta lebih halus. Warna
sabut kelapa berubah dari coklat kemerahan menjadi kehitaman.

3.1.3 Kandungan N-total Larutan MOL


Hasil penelitian menunjukkan pengaruh nyata faktor tunggal menunjukkan dan tidak terjadi
interaksi nyata. Proses fermentasi menyebabkan peningkatan N-total larutan MOL, dengan
adanya mineralisasi bahan organik. Erawati (2005) menyebut mineralisasi terjadi akibat aktivitas
mikroorganisme serta dipengaruhi rasio C/N. Uji korelasi membuktikan mikroorganisme
memiliki korelasi terhadap bakteri r=0,50 maupun jamur r=0,81.

3.1.4 C-organik
Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi nyata antar faktor penelitian. Kandungan C-
organik akan mengalami penurunan dengan peningkatan waktu fermentasi tetapi akan
mengalami peningkatan dengan bertambahnya dosis sabut kelapa. Nilai kandungan tertinggi
dihasilkan pada D3W1 dan hasil akhir menunjukkan kandungan C-organik tertinggi terdapat
pada D3W3.

Substrat sabut kelapa memiliki beberapa bentuk senyawa karbohidrat yang didekomposisi
menjadi C-organik, diantaranya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin (Rindengan et al.,1995).
C-organik juga terdapat pada air kelapa juga terdapat senyawa berupa glukosa, sukrosa, fruktosa,
sorbitol dan inositol (Ramada, 2008).
3.1.5 Rasio C/N
Nilai rasio C/N yang terjadi pada penelitian ini menunjukkan penurunan nilai dari masing-
masing perlakuan. Nilai rasio C/N keseluruhan perlakuan memiliki nilai <20. Penambahan
substrat berpengaruh nyata peningkatan laju pelepasan N, sehingga rasio C/N akan menurun. Hal
ini didukung oleh analisis korelasi C/N terhadap kandungan N-total yang memiliki korelasi
sangat nyata senilai r=-80,5%. Aktivitas mikroba juga mempengengaruhi nilai C/N larutan.
Dengan meningkatnya waktu fermentasi akumulasi aktivitas mikroba menyebabkan penurunan
nilai C/N rasio. Hal ini berkaitan dengan kandungan C-organik yangmenurun. Pernyataan
tersebut didukung oleh analisis korelasi C/N terhadap mikroorganisme yang korelasinya sangat
nyata dengan keeratan pada bakteri senilai r=-42,5% dan jamur senilai r=-58,1%

3.1.6 Kandungan P-tersedia


Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi nyata antar faktor penelitian yang sangat
nyata. Penelitian menghasilkan kandungan D0W2 memiliki nilai maksimal, namun hasil akhir
nilai P tertinggi pada D3W3. P dalam bentuk organik terkandung dalam senyawa asam nukleat,
fosfolipid dan fitin (Subba Rao, 2010). Handayanto dan Hairiah (2007) mengemukakan
ketersediaan P melalui bahan organik maupun anorganik terkait dengan aktivitas
mikroorganisme yaitu proses mineralisasi dan imobilisasi. Hasil analisis korelasi P terhadap
populasi total mikroorganisme baik pada bakteri dan jamur pada penelitian ini tidak memiliki
keeratan nyata, namun aktivitas mikroorganisme mempengaruhi kondisi lingkungan dalam
fermentasi. Buresh et al. (1997 dalam Handayanto dan Hairiah, 2007) mengemukakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi proses tersedianya P adalah temperatur, kelembaban, aerasi, pH
dan kualitas bahan organik. Analisis korelasi menunjukkan korelasi sangat nyata pH sangat nyata
terhadap ketersediaan P, r = - 44,2%.

3.1.7 Rasio C/P larutan MOL

Nilai C/P larutan MOL sabut kelapa mengalami perbedaan nyata dan juga terjadi interaksi
antar faktor penelitian. Nilai C/P terendah terjadi pada D0W2 namun berbeda sangat nyata pada
D0W3. Hasil akhir menunjukkan terjadi penurunan C/P . Mineralisasi P hanya terjadi pada
perlakuan D0W2 (192,71) sedangakan nilai C/P untuk perlakuan lainya >200. Rasio C/P
menunjukkan kondisi mineralisasi imobilisasi P dalam larutan (Handayanto dan Hairiah, 2007).
Rasio C/P <200 menunjukkan terjadinya mineralisai P. Mineralisasi P akan menyebabkan P
menjadi dalam bentuk tersedia. C/P rasio >300 akan menunjukkan terjadinya Imobilisasi P,
sedangkan nilai diantaranya tidak menunjukan nilai berarti. Imobilisasi akan menyebabkan
penurunan kandungan P-tersedia dalam larutan.

3.I.8 Rasio C/P larutan MOL

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya pengaruh sangat nyata antara dosis substrat dan
waktu fermentasi terhadap kandungan K-tersedia serta terjadi interaksi sangat nyata antara kedua
faktor. Unsur K mudah terlepas dari sisa-sisa tanaman, prosesnya tidak melalui perombakan
seperti N atau P, disebabkan oleh K tidak menjadi komponen dalam struktur senyawa organik
(Nasih, 2010). Unsur K merupakan unsur yang mudah berpindah, pada tanaman hidup unsur ini
mudah berpindah dari bagian tua ke bagian muda. Dengan demikian semakin banyak dosis
substrat maka akan banyak unsur K yang terlepas ke larutan dan waktu fermentasi
mengakumulasi kejadian itu sendiri.

3.1.9 Derajat Kemasaman (pH) Larutan MOL


Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbedaan sangat nyata antara faktor dosis sabut
kelapa dan waktu fermentasi serta terjadi interaksi sangat nyata antar faktor penelitian. Nilai pH
larutan MOL mencerminkan kondisi lingkungan kimiawi dalam proses fermentasi. Nilai pH
dihasilkan oleh tahapan yang terjadi pada proses fermentasi anaerobik yaitu proses fermentasi
dalam kondisi asam, regressi dalam kondisi asam, dan proses fermentasi dalam kondisi basa
(Suriawiria,1996). Penurunan nilai pH terjadi oleh adanya pelapukan bahan organik menjadi
senyawa yang sederhana seperti pelapukan selulosa, daur nitrogen, pelepasan unsur P maupun
unsur K dari substrat ke larutan MOL. Kondisi pH pada larutan pada akhir penelitianMOL sabut
kelapa berkisar antara 6,19 -7,69.

3.1.10 aya Hantar Listrik Larutan MOL


DHL MOL mengalami penurunan berbeda nyata pada tiap level perlakuan dari yang
rendah ke yang tinggi. Penurunan ini terjadi akibat adanya perubahan komponen kimia yang
memiliki elektrosivitas tinggi ke rendah. Larutan elektrosivitas pada bahan organik yang masih
mentah menjadi tinggi karena kandungan garam mineral yang masih banyak. Kandungan garam
mineral yang biasanya terkandung adalah kandungan garam NaCl. NaCl yang terdapat dalam
larutan bisa bersumber dari air kelapa, karena air kelapa telah dikenal sebagai minuman yang
kaya elektrolit. Penurunan elektrosivitas yang terjadi ditandai dengan penurunan C/N rasio atau
peningkatan N-total. N-total yang terkandung dalam larutan menyebabkan kandungan amonium
yang memiliki elektrosivitas yang kecil, menyebabkan penurunan tersebut.

3.1.11 Populasi Total Bakteri Larutan MOL


Hasil penelitian menunjukkan dosis, waktu fermentasi dan interaksi yang terjadi
berpengaruh sangat nyata. Populasi total bakteri tertinggi perlakuan waktu pada W2, dan
pelakuan dosis D3. Dosis substrat mempengaruhi kandungan C-organik sedangkan waktu
fermentasi akan mempengaruh ketersediaannya. Hasil analisis korelasi juga menunjukkan bahwa
C-organik memiliki keeratan nyata senilai r=36,3% terhadap kondisi populasi bakteri. C-organik
merupakan sumber energi untuk pertumbuhan bakteri, penurunan kandungan C-organik
menyebabkan kematian sel bakteri. Kematian tersebut terjadi akibat kekurangan sumber energi.

3.1.12 Populasi Total Jamur Larutan MOL

Hasil penelitian menunjukkan dosis waktu fermentasi menunjukkan pengaruh sangat


nyata terhadap populasi total jamur. Terjadi interaksi nyata antar kedua faktor. Populasi total
bakteri tertinggi pada taraf perlakuan fermentasi D3W2. Pertumbuhan mikroorganisme menurut
Darwis et al. (1995) mengikuti pola pertumbuhan yang mengalami beberapa fase pertumbuhan
yaitu fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian.
BAB lV

METODE PENELITIAN

4.1 Definisi Kulit Kelapa

Kulit buah kelapa atau sabut kelapa sering diabaikan begitu saja. Padahal sabut kelapa bisa
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk kalium organik. Bagi para petani tentu
membutuhkan pupuk untuk menyuburkan tanaman. Tanaman membutuhkan berbagai mcam
unsur hara untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Salah satu unsur hara
yang dibutuhkan tanaman adalah kalium (K). Unsur kalium (K) bisa didapatkan dengan mudah
pada produk pupuk kimua yang banyak beredar di pasaran. Pupuk yang mengandung unsur
kalium misalnya pupuk KCl, pupuk KNO3 dsb. Sedangkan untuk memperoleh unsur kalium (K)
organik atau alami bisa memanfaatkan limbah sabut kelapa.

Sabut kelapa merupakan bahan pupuk organik cair yang ramah lingkungan dan
penggunaanya lebih baik daripada pupuk kimia. Pupuk organik tidak mengandung bahan kimia
yang dapat merusak lingkungan. Selain itu pupuk organik sabut kelapa bisa didapatkan dengan
biaya yang murah, karena bisa dibuat sendiri dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar.

Manfaat larutan sabut kelapa yang telah menjadi Pupuk Organik Cair sangat banyak, di
antaranya adalah untuk:

1. Memperkuat batang dan akar tanaman

2. Menambah bobot atau isi buah dan biji tanaman

3. Mencerahkan warna buah atau biji tanaman

4. Menambah aroma harum pada buah

5. Buah menjadi lebih manis


4.1.2 Alat dan Bahan

1. Wadah (ember/tong bekas/jerigen)


2. Parang/golok
3. Sabut kelapa 1 kg (kering)
4. Gula merah 100 gram / tetes tebu
5. EM4 100 ml/MA 11 50 ml
6. Air 10 literliter

4.1.3 Cara Pembuatan POC Dari Sabut Kelapa

1. Pisahkan sabut kelapa dari buahnya. Uraikan sabut yang masih saling merekat lalu
masukkan ke dalam wadah.
2. Larutkan gula merah dengan 10 liter air di wadah terpisah.
3. Campurkan EM4 ke dalam larutan gula merah.
4. Tuangkan campuran tersebut ke wadah berisi sabut kelapa, kemudian tutup rapat.
5. Buka tutup ember setiap pagi selama beberapa detik untuk membuang gas yang timbul.
6. Jauhkan dan simpan di tempat yang tidak terpapar sinar matahari. Biarkan selama 2
minggu.

4.1.4 Cara Pemupukan POC Sabut Kelapa

1. Aplikasi pada akar, cukup campurkan larutan POC dengan air bersih pada perbandingan
1:3. Kucurkan pada tanaman dengan dosis kurang lebih 2 ml per tanaman satu minggu
sekali.
2. Aplikasi pada daun, campurkan larutan POC dan air bersih dengan perbandingan 1:5 dan
langsung semprotkan pada bagian daun dan batang tanaman satu minggu sekali
3. Pemberian untuk tanaman padi baik digunakan pada umur tanaman sedang masa
generatif karena akan memberikan kebutuhan unsur hara kalium (K) untuk pengisian
bulir padi
4. POC sabut kelapa ini sangat baik diberikan pada umur tanaman masih dalam penyemaian
agar merangsang perakaran dan batang tanaman
5. Pupuk tanaman dengan POC baik dilakukan seminggu sekali
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Hasil Kesimpulan

Dari paparan diatas, penelitian dapat menyimpulkan yaitu Kulit buah kelapa atau sabut kelapa
sering diabaikan begitu saja. Padahal sabut kelapa bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
pupuk kalium organik. Bagi para petani tentu membutuhkan pupuk untuk menyuburkan
tanaman. Tanaman membutuhkan berbagai mcam unsur hara untuk menunjang perkembangan
dan pertumbuhan tanaman. Salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman adalah kalium (K).
Unsur kalium (K) bisa didapatkan dengan mudah pada produk pupuk kimua yang banyak
beredar di pasaran. Pupuk yang mengandung unsur kalium misalnya pupuk KCl, pupuk KNO3
dsb. Sedangkan untuk memperoleh unsur kalium (K) organik atau alami bisa memanfaatkan
limbah sabut kelapa.

Larutan MOL sabut kelapa hasil penelitian memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai
bioaktivator dan pupuk dengan kandungan K yang tinggi.

Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair yang mudah sekali larut pada tanah dan
membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair dapat dibuat
dari bahan-bahan organik berbentuk padat maupun cair, dengan cara mengomposkan dan
memberi aktivator fermentasi sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan
mengandung unsur hara yang lengkap.

Pupuk organik mempunyai beberapa manfaat. Pertama meningkatkan kesuburan tanah


dikarenakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg,
Fe, Mn, Bo, S, Zn, Co) yang dapat memperbaiki komposisi tanah (Yelianti et al., 2009). Bahan
organik dapat bereaksi dengan ion logam membentuk senyawa kompleks sehingga ion-ion logam
yamg bersifat racun terhadap tanaman atau menghambat dan mengurangi penyediaan unsur hara
seperti Al, Fe dan Mn.
5.1.3 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, untuk kedepannya penelitian
lebih fokus detail untuk menjelaskan karya ilmiah diatas dan sumber sumber lebih banyak lagi.
Besar harapan penulis dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penulis menyadari penulisan karya ilmiah ini masih jauh sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar karya ilmiah ini dapat
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Harizena, I. N. D. 2012. Pengaruh Jenis Dan Dosis Mol Terhadap Kualitas Kompos Sampah
Rumah Tangga. Skripsi. Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai