Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul factor kimia
lingkungan kerja ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Wibowo Danu Nugroho, S.Tr.Kes., M.K.M pada
matakuliah Labpratorium K3. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pengertian, jenis-jenis, nilai ambang batas, dan alat ukur factor kimia
lingkungan kerja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Wibowo Danu Nugroho, S.Tr.Kes., M.K.M
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karenaitu, kritik dan saran yang membangunakan kami
nanti kan demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 10 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumus Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
2.1 Pengertin Intervensi Gizi....................................................................................
2.2 Tujuan Intervensi Gizi........................................................................................
2.3 Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Gizi Tanggap Darurat Awal
dan Tanggap Darurat Lanjut...............................................................................
2.4 Masalah Gizi Pada Bayi dan Balita....................................................................
2.5 Penanganan Gizi Balita.......................................................................................
2.6 Penanganan Gizi Bayi 0-5 Bulan........................................................................
2.7 Penanganan Gizi Anak Usia 6 – 23 Bulan..........................................................
2.8 Penanganan Gizi Anak Balita 24 – 59 Bulan......................................................
2.9 Penanganan Gizi Pada Ibu Hamil dan Menyusui...............................................
2.10 Strategi Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) .....................................
2.11 Dukungan Untuk Keberhasilan PMBA..............................................................
2.12 Penanganan Gizi Pada Lansia.............................................................................

BAB III PENUTP................................................................................................................


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMasalah
Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki
instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar
dalam pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
keterbatasan dana tersebut, industri kecil (rumah tangga) tersebut lebih sering
membuang limbahnya langsung ke sungai. Proses pembuatan tahumenghasilkan
limbah yang mengandung protein,bahan organik dan padat anter larut yang
tinggi, dengan pH yang rendah. Limbah tahu ini juga akan menimbulkan aroma
yang kurang sedap sehingga mengganggu estetika dan kehidupan
ekosistemsekitarnya (Herlambang, dkk,2002).

Industri tahu di Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo


mempunyai masalah yang berkaitan dengan lokasi usahanya yang saat ini
tersebar di daerah pemukiman penduduk. Di daerah ini terdapat 45 unit
industritahu. Industri tahu pada umumnya berproduksi mulai dari 1.200
kgsampai1.500.000 kg per tahun. Jumlah limbah cair yang dihasilkan dari
industri tahu mencapai lebih kurang 2 m3 untuk setiap pengolahan 1 kuintal
kedelai (Herlambang, dkk, 2002).

Dengandemikianbebanpencemarandariindustritahu cukup besar dan perlu


penanganan lebih lanjut sehingga sesuai dengan baku mutunya. Parameter-
parameter air buangan yang menonjol dari limbah tahu,yaitu suhu, pH, padat
tersuspensi, padat terlarut, dan BOD(Sriharti,dkk,2004).

1
BOD merupakan ukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah atau oksigen
yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa-senyawa
kimia. Proses oksidasi yang berjalan sangat lambat dan secara teoritis
memerlukan waktu yang tidak terbatas. Nilai BOD bermanfaat untuk
mengetahui apakah air limbah tersebut mengalami biodegradasi atau tidak.
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri
aliran pencemaran dari hulu. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu
prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang
digunakan oleh organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan
organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang harnpir sama
dengan kondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang
diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi dari
oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan (sampel) tersebut
juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk
menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini
penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan
hanya berkisar ±9ppm pada suhu 27°C (Salmin,2005).

Limbah cair tahu Bapak Eko Suparji di Desa Wirogunan, Kecamatan


Kartasura,KabupatenSukoharjolangsungdialirkankesungai,sehinggaairsungai
mengalami pencemaran akibat pengaruh buangan limbah industri tahu
tersebut. Struktur tanah memungkinkan limbah cair mudah meresap masuk ke
air tanah.

2
Berdasarkan fungsi EM-4 yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai limbah,
maka pada penelitian ini peneliti ingin mencoba menggunakan EM-4 dalam
upaya pengolahan limbah cair industri tahu. Dari hasil survei awal limbah
cair tahu Bapak Eko Suparji di Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo pada bulan April 2011. Dalam survei awal yang
dilakukan peneliti terhadap sampel limbah cair tahu yang berada
diindustritahu Bapak Eko Suparji di Desa Wirogunan, Kecamatan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo yang diujikan di BBTKL (Balai Besar
Teknik Kesehatan Lingkungan) Yogyakarta diperoleh hasil BOD sebesar
980,1 mg/l. Sedangkan kadar BOD yang diperbolehkan pada air limbah
industri berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 10
tahun 2004 tentang baku mutu air limbah untuk parameter maksimum kadar
BOD adalah150mg/l. Artinya nilai BOD limbah cair tahu Bapak Eko
Suparji di Desa Wirogunan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo
telah melebihi baku mutu limbah cair, sehingga perlu dilakukan upaya untuk
menurunkan kadar BOD agar tidak mencemari lingkungan.

Alternatif solusi pengolahan limbah cairtahu adalah dengan menggunakan


teknologi Effective Microorganisms-4(EM-4).EM-4 merupakan kultur
campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman. Effective Microorganisms merupakan kultur campuran empat
kelompok mikroorganisme yang mampu melakukan biodegradasi limbah
organik, seperti senyawa karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen. EM-4
telah digunakan secara efektif untuk menginokulasi limbah organik
pertanian, sampah kota, menghilangkan bau busuk limbah organik,
mempercepat penguraian limbah organik, serta pengomposan berbagai
macam limbah organik.

3
EM-4 dapat memfermentasikan bahan organik yang terdapat di dalam tanah
dengan melepaskan hasil fermentasi berupa gula, alkohol, vitamin, asam
laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya. Fermentasi bahan organik
tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk sehingga hasil
fermentasi bahan organik menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme.

Industri tahu menghasilkan limbah cair yang pada umumnya langsung


disalurkan ke badan air sehingga mencemari perairan. Perairan yang
tercemar memiliki kandungan BOD tinggi, pH rendah, berbau busuk dan
berwarna kehitaman, sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi. Dari kondisi
tersebut maka dalam penelitian ini akan diteliti seberapa efektifkah
penggunaan bakteri fermentasi (EM-4) dalam menurunkan kadar BOD air
limbah tahu. Kaitannya adalah untuk mengembangkan teknologi pengolahan
air limbah yang murah, mudah pengoperasiannya serta harganya terjangkau,
khususnya untuk industri tahu.

2.1 RumusanMasalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah ada pengaruh pemberian EM-4 terhadap penurunan kadar BOD
limbah cair tahu?

1.2 TujuanPenelitian
a. Mengetahui apakah ada pengaruh dari EM-4 terhadap penurunan kadar
BOD limbah cairtahu.
b. MengetahuikadarBODsebelumdiberikanperlakuan(EM-4).
c. MengetahuikadarBODsesudahdiberikanperlakuan(EM-4).
d. Mengidentifikasi efektivitas bakteri fermentasi (EM-4) dalam
menurunkan kadar BOD limbah cairtahu.

4
1.3 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai :
a. Bagipeneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
penelitian khususnya tentang pengaruh penggunaan EM-4 dalam
menurunkan kadar BOD limbah cair tahu.
b. Bagimasyarakat
Memberikan informasi mengenai pengelolaan limbah cair industri tahu.
Sebagai sumber informasi di bidang lingkungan tentang penggunaan EM-
4 dalam menurunkan kadar BOD dalam limbah industritahu.
c. Bagi instansi
- Bagi instansi pelayanan kesehatan, sebagai bahan pertimbangan pada
petugas pelayanan kesehatan sebagai dasar pelaksanaan pembinaan
kader agar dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat
khususnya industri tahu terkait pengolahan limbah cairtahu.
- Bagi instansi industri tahu, untuk perbaikan penanganan limbah cair
tahu sehingga limbah yang dihasilkan tidak mencemarilingkungan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tahu dan Manfaatnya
Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang sudah banyak
dikenal di masyarakat dan banyak diminati, karena harganya murah, mudah didapat,
dan mengandung nilai gizi yang banyak. Tahu berasal dari negeri Cina dan
merupakan koagulasi dari protein kedelai. Koagulasi protein dilakukan dengan
bahan-bahan yang bersifat asam, selanjutnya koagulan dari protein kedelai tersebut
disaring dan dipadatkan menjadi tahu (Pusat Studi Lingkungan Universitas
Janabadra Yogyakarta, 2006).

Di Indonesia, industri tahu berkembang sangat pesat. Di samping pasarannya


cukup luas, industri tahu juga dapat dikerjakan dalam skala rumah tangga sehingga
tidak membutuhkan investasitinggi. Dipasaran terdapat beberapa jenis tahu antara
lain tahu putih (mentah), tahu kuning, tahu goring, tahu sumedang, tahu bulat, dan
lain-lain. Masing-masing jenis tahu tersebut memiliki cita rasa yang berbeda dan
memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri. Proses pembuatan untuk masing-masing
jenis tahu tersebut sedikit berbeda. Di Indonesia, tahu sudah menjadi menu masakan
favorit yang banyak kita jumpai dari warung kelas warteg hingga restoran papan
atas. Selain sebagai menu masakan lauk pauk, tahu telah diolah menjadi berbagai
aneka produk makanan khas seperti tahu bakso, siomay, tahu goring, tahu genjrot,
gado-gado, dan aneka camilan seperti keripik tahu dan lain-lain (Salim,2012).

Dilihat dari segi kesehatan, tahu merupakan makanan yang sangat menyehatkan dan
murah harganya serta mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh untuk
pertumbuhan dan perbaikan gizi masyarakat. Komposisi (zat gizi) tahu dalam 100
gram mengandung 18 komposisi asam amino tahu yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

6
Tabel 1. Kandungan Gizi Tahu tiap 100 gram
No Zat gizi Jumlah
1. Energi 63,00 kalori
2. Air 86,70 gram
3. Protein 7,90 gram
4. Lemak 4,10 gram
5. Karohidrat 0.40 gram
6. Serat 0,10 gram
7. Abu 0,90 gram
8. Kalsium 150,00 miligram
9. Besi 2,20 milligram
10. Vitamin B1 0,04 milligram
11. Vitamin B2 0,02 milligram
12. Niacin 0,40 milligram

7
No Asam Amino Jumlah
1. Nitrogen 1,36
2. Isolensin 360
3. Leusin 618
4. Lisin 460
5. Metionin 108
6. Sistin 108
7. Fenilalanin 443
8. Treonin 235
9. Triptofan 133
10. Valin 364
11. Ardinin 342
12. Yustidin 191
13. Alanin 189
14. Asam asportat 612
15. Asam glutamate 1113
16 Glisin 212
17. Prolin 297
18. Serin 266
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI, 1981

8
2.2 Proses PembuatanTahu
Secara umum proses produksi tahu hampir sama, yaitu sortasi / pemilihan,
perendaman, pencucian, penggilingan dan pengenceran, perebusan, penyaringan,
penggumpalan, pencetakan, pengirisan, pengemasan. Pada tahapan proses
penggumpalan, para pengrajin tahu dapat berbeda-beda, hal ini dapat mempengaruhi
cita rasa maupun tekstur tahu yang dihasilkan. Proses Pembuatan tahu diperoleh dari
hasil ektraksi kedelai dan penggumpalan protein dengan menggunakan asam atau
penggumpalan protein dengan menggunakan asam atau penggumpalan lainnya
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2006). Berikut ini merupakan alur proses pembuatan
tahu sebagaiberikut:
a. Pemilihan Kedelai
Agar tahu yang dibuat benar-benar baik maka kedelai yang di gunakan harus
yang berkualitas baik, kedelai dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti kerikil
kecil, daun-daunan, atau batang tanaman yang terbawa pada kedelai. Biji
kedelai yang jelek dipisahkan. Penyortiran atau pemisahan dilakukan secara
manual.
- Perendaman Kedelai Tahap I
Kedelai yang telah dipilih kemudian direndam dalam air selama 3 – 4 jam
agar cukup empuk untuk digiling. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari
jumlah kedelai, intinya kedelai harus terendam semua. Selain itu, dengan
direndam kedelai akan mekar dan kulitnya akan lebih mudah dilepas /
dibersihkan. Dari proses ini dihasilkan limbah cair dan kulit kedelai yang
tidak dipakai.
- Perendaman Tahap II
Perendaman ini dimaksudkan supaya kedelai tersebut lunak sehingga
memudahkan pada saat penggilingan, lama perendaman adalah selama 30-40
menit dan dari hasil perendaman ini juga menghasilkan limbah cair.

9
- Pencucian
Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah perendaman. Sebelum
dilakukan proses pencucian, kedelai yang di dalam timba dikeluarkan dari
timba pencucian dan dimasukan ke dalam ember-ember plastik untuk
kemudian dicuci dengan air mengalir. Tujuan dari tahapan pencucian ini
utamanya adalah untuk menghilangkan lender dan sifat asam, disamping
untuk membersihkan biji-biji kedelai dari kotoran-kotoran supaya tidak
mengganggu proses penggilingan dan agar kotoran-kotoran tidak tercampur
ke dalam adonan tahu. Pencucian yang kurang bersih menyebabkan tahu yang
dihasilkan memiliki cita rasa yang kurang enak, terasa asam, dan mudah basi.
- PenggilinganKedelai
Penggilingan adalah proses penghancuran kedelai menjadi bubur kedelai
dengan menggunakan mesin. Kedelai yang telah direndam dan dicuci
kemudian digiling dengan menggunakan mesin, bersamaan dengan itu sambil
ditambahkan air sedikit demi sedikit melalui kran hingga dihasilkan bubur
kedelai yang berwarna kuning. Bubur kedelai tersebut ditampung dengan
menggunakan ember dan siap untuk direbus.
- Perebusan / Penggodogan Bubur Kedelai
Bubur kedelai hasil penggilingan selanjutnya direbus dengan menggunakan
tungku berbahan bakar kayu, sekam atau sisa-sisa gergajian. Perebusan
dilakukan hingga mendidih selama 30 menit, sehingga kedelai tersebut
menggumpal/mengalami penggumpalan. Selama proses perebusan, lakukan
pengadukan terus menerus dan dibuang buihnya, dari proses ini akan
menghasilkan limbah cair.

10
- Penyaringan
Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses penyaringan
dengan menggunakan kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah
memisahkan antara sari kedelai dengan ampas kedelai yang tidak diinginkan.
Pada proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit
mengental, selanjutnya di pindahkan ke dalam bak pemanas dengan
menggunakan timba kecil. Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas
habis lalu dimulai proses penyaringan. Saat penyaringan secara terus-menerus
dilakukan penambahan air dengan cara menuangkan pada bagian tepi
saringan agar tidak ada padatan yang tersisa di saringan. Penuangan air
diakhiri ketika sari yang dihasilkan sudah mencukupi. Kemudian saringan
yang berisi ampas diperas sampai benar-benar kering. Ampas hasil
penyaringan disebut ampas yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke
dalam karung.
- Penggumpalan
Dari proses penyaringan dipeloreh filrat putih seperti susu yang kemudian
diperoses lebih lanjut. Filrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka
dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan
dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey
dengan gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan
yaitu lapisan atas (whey) dan lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan
tersebut terjadi karena adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya
reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang
merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Proses
penggumpalan untuk proses berikutnya, dapat dilakukan secara alami yaitu
dengan menggunakan limbah cair proses produksi tahu yang telah didiamkan
kurang lebih 2 hari sebelumnya, dengan cara mencampurkan limbah cair
proses produksi sebelumnya dengan bubur tahu pada prosespengendapan.

11
- Pencetakan
Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap akhir pembuatan tahu.
Cetakan yang digunakan adalah terbuat dari kayu berukuran 70x70cm yang
diberi lubang berukuran kecil di sekelilingnya. Lubang tersebut bertujuan
untuk memudahkan air keluar saat proses pengepresan. Sebelum proses
pencetakan yang harus dilakukan adalah memasang kain saring tipis di
permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada tahap
sebelumnya dipindahkan dengan menggunakan alat semacam wajan secara
pelan-pelan. Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan
kayu yang berukuran hampir sama dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah
itu, bagian atas cetakan diberi beban untuk membantu mempercepat proses
pengepresan tahu. Waktu untuk proses pengepresan ini tidak ditentukan
secara tepat, pemilik hanya memperkirakan dan membuka kain saring pada
waktu tertentu. Pemilik mempunyai parameter bahwa tahu siap dikeluarkan
dari cetakan apabila tahu tersebut sudah cukup keras dan tidak hancur
biladigoyang.
- Pemotongan
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari
cetakan dengan cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring
yang melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi
air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap dipasarkan tahu terlebih dahulu
dipotong sesuai ukuran.

12
Pemotongan dilakukan di dalam air dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak
hancur. Adapun prosesnya sebagai beriku:

KEDELAI

LIMBAH PADAT TERBUANG


AIR PENCUCIAN
PENYORTIRAN LIMBAH CAIR

AIR PERENDAMAN LIMBAH CAIR

PEMBILASAN LIMBAHCAIR

AIR PENGGILINGAN / LIMBAH CAIR


EKSTRAKSI

MAKANAN
BUBUR KEDELAI LIMBAHPADAT
TERNAK

PENDIDIHAN/
PEMASAKAN/
PEREBUSAN

PENYARINGAN LIMBAH CAIR

SARI KEDELAI

PENGGUMPALAN /
KOAGULASI

PENCETAKANTAHU LIMBAH CAIR

TERBUANG KE LINGKUNGAN
SAKITAR / BADAN AIR
TAHU

Gambar 1. Proses pembuatan tahu secara tradisional

13
2.3 Pencemaran Lingkungan Karena Limbah Industri Tahu
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi
agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang
lain. Akibat dari proses kegiatan manusia yang menyebabkan kondisi sumber daya air
yang ada akan semakin menurun kualitas maupun kuantitasnya. Pengelolaan suatu
industri dan pembuangan limbah yang tidak di lakukan dengan benar akan
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya air yang ada di sekitarnya.
Tahu merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan
bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat,
bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu.
umumnya industri tahu termasuk ke dalam industri kecil yang dikelola oleh rakyat
Pada saat ini sebagian besar industri tahu masih merupakan industri kecil skala
rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan
industri tahu yang dikelola koperasi beberapa diantaranya telah memiliki unit
pengolah limbah. Unit pengolah limbah yang ada umumnya menggunakan sistem
anaerobik dengan efisiensi pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah
yang ada, maka limbah yang dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih
terlampau tinggi yakni sekitar 400 – 1 400 mg/l. Untuk itu perlu dilakukan proses
pengolahan lanjut agar kandungan zat organik di dalan air limbah memenuhi standar
air buangan yang boleh dibuang ke saluran umum. Industri tahu dan tempe
mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton
tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000 – 5.000 Liter. Sumber limbah cair
pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan
jonjot-jonjot tahu (Potter, 1994).

14
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani dengan system
bilogis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organic seperti karbohidrat, vitamin,
protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan secara biologis. Tujuan dasar
pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi
dan bahan terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa
nitrogen dan fosfor Pabrik Tahu seringkali belum ditangani secara baik sehingga
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.Salah satunya dampak limbah-bau limbah cair
dan padat. Limbah tahu mengandung protein tinggi sehingga konsekuensinya
menimbulkan gas buang berupa Amoniak/ Nitrogen dan Sulfur yang tidak sedap dan
mengganggu kesehatan. Sampai saat ini resiko bau ini masih belum ada jalan keluarnya
sedangkan di sisi lainnya produk tahu sudah merupakan makanan Favorit yang hampir
harus selalu ada dalam konsumsi masyarakat kecil samapi dengan masyarakat golongan
atas. Dampak negatif yang ditimbulkan pabrik tahu ini mengancam keberlangsungan
usaha dan lebih lanjut terhadap ketersediaan tahu bagi masyarakat, karena terancam tutup /
dilarang operasi. Jalan lain yang dapat dilakukan biasanya dengan menalakukan relokasi
pabrik yang bertakibat pada meningkatnya biaya produksi dan harga tahu.

Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu
maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan
cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat
dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk
dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair
yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami
perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan
media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau
kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila
dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau
busuk. Bau busuk ini dapat mengakibatkan gangguan pernapasan. Apabila limbah ini
dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan
menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.

15
Dalam proses pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat atau yang sering kita sebut ampas tahu dapat diolah
kembali menjadi oncom atau dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, seperti
ayam, bebek, sapi, kambing dansebagainya.

Definisi pencemaran air adalah pencemaran yang disebabkan oleh masuknya


partikel-partikel ke dalam air sehingga mempengaruhi pH normal pada air
(Pramudyanto & Nurhasan,1991).

Penyebab-penyebab pencemaran air di sekitar pabrik tahu tersebut antara lain:


Penyebab Utama:
- Limbah dari bekas air pencucian bahan baku pembuatantahu
- Limbah cair dari proses pengolahan bahan baku (kedelai)
- Limbah padat berupa ampas dari pengolahn tahu. Penyebab lain:
- Limbah dari rumah tangga (bekas cucian piring, cucian baju) di sekitarpabrik
- Air bekas untuk memandikan berada disekitar lokasi observasi.

Banyak warga yang membuang sampah rumah tangga kesungai. Akibat-akibat


yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran air di sekitar pabrik tersebut antara lain:
- Keadaan air sungai menjadi kotor dankeruh.
- Menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengganggu pernapasan warga
di sekitarnya.
- Banyak biota sungai yang mati
- Air di sungai tempat pembuangan limbah menjadi tergenang akibatsampah.
- Warga yang mempergunakan air, banyak yang terkena penyakit gatal-gatal
dan diare.
- Merusak pemandangan / mengurangi nilai keindahan.
- Mencemari sumurwarga.

16
2.4
2.3 Limbah Cair Industri Tahu
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi ( Kristanto, 2004 ).
Menurut Kastyanto, 1991 bahwa usaha pembuatan tahu tidak terlepas dari limbah
yang dihasilkan yaitu terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah cair tahu ini
antara lain berasal dari proses perendaman dan pembersihan kedelai dari kotoran
dan biji-biji yang busuk atau rusak, proses pencetakan/pengepresan tahu dan proses
pencucian saringan serta pembilasan peralatan.

Limbah tahu apabila tidak diolah dengan baik akan menimbulkan pencemaran badan
air dan lingkungan sekitarnya. Air yang tercemar ini apabila dikonsumsi oleh
manusia akan menyebabkan sakit perut dan penyakit kulit. Akibat yang lebih fatal
bila terjadi akumulasi bahan-bahan kimia tertentu di dalam tubuh dapat
menyebabkan kematian ( Pusdiknakes, 1985 ).

Sifat-sifat dari limbah cair tahu ini antara lain adalah :


- Berwarna keruh karena tingginya zattersuspensi
- Bau kecut berasal dari amoniak dan hidrogen sulfida yang merupakan hasil
dekomposisi senyawa protein yang ada dalam limbah cairtersebut
- pH rendah karena digunakan cuka dalam proses pembuatantahu
- Mempunyai kandungan bahan organik

17
Apabila limbah cair ini dibiarkan begitu saja maka dapat mengakibatkan bau yang
dapat mengganggu aktifitas dari penduduk sekitar, selain itu apabila limbah cair ini
dibuang begitu saja ke badan air akan mengakibatkan penurunan kualitas air. pH
badan air menjadi rendah, gangguan estetika berupa bau yang tidak sedap dan
warna keruhkarena adanya pembusukan oleh bakteri dan oksigen terlarut dalam
badan air makin rendah karena banyak yang digunakan organisme untuk
merombak protein sehingga penurunan oksigen terlarut ikan mengganggu
kehidupan biola dalam badan air tersebut.
Bila limbah cair tersebut dibuang ke permukaan tanah dapat menimbulkan bau tak
sedap dan penurunan pH tanah sekitarnya. Selain itu, limbah cair ini dapat meresap
sampai kelapisan air tanah dan mempengaruhi kualitas airsumur sekitarnya.
(Setyohadi dkk, 1989)
Whey atau yang lebih dikenal dengan limbah cair tahu di peroleh dari hasil sisa air
tahu yang tidak menggumpal. Whey masih mempunyai kandungan total N yang
cukup tinggi (Tabel 3), sehingga whey dapat dimanfaatkan untuk membuat nata de
soya.
Tabel 3. Karakteristik Limbah Cair Tahu

Parameter Penggumpal CaSO4 Penggumpal Asam


(ppm) ( ppm )
Total N 434.780 226.000
Glukosa 92.000 226.000
Pb 0.240 0.036
Ca 34.030 2.490
Cu 0.178 0.107
Na 0.591 0.337

Sumber : Sarwono (1994)

18
Berikut ini merupakan baku mutu limbah cair bagi kawasan industri khususnya
industri tahu (Tabel 4) sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : KEP-03/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kawasan Industri adalah:

Tabel 4. Baku Mutu Limbah Cair Industri Tahu

Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemar Maksimum


( mg/L ) ( kg/hr.ha )

BOD5 50 4,3
COD 100 8,6
TSS 200 17,2

pH 6,0 -9,0

Sumber : Sarwono (1994)


Menurut Pramudyanto (1991), perkiraan jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh
industri tahu setiap kuwintal kedelai adalah 1,5 – 2 m3 air limbah atau tiap 10 kg
kedelai dihasilkan limbah cair sebanyak 100 liter limbah cair tahu. Karena limbah
cair tahu tersebut mempunyai kandungan bahan organik tinggi maka dapat di
manfaatkan untuk pembuatanbiogas.

19
2.4 Limbah Padat IndustriTahu
Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai
(batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan
sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang
berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan
umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku
kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses
penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara
25-35% dari produk tahu yang dihasilkan.

2.4.1 Produksi Bersih


Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah
pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus produksi
(UNEP, 1989). Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara
terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan
mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut, memiliki tujuan
untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih
baik pada penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi
lingkungan yang lebih baik, melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit
limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan.

Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang


merupakan salah satu indikator inefisiensi. Dengan demikian, usaha pencegahan
tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi
terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang.
Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena
penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi
sumber pendapatan. Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP
(United Nations Environment Program) pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara
resmi pada bulan September 1989 pada seminar The Promotion of Cleaner
Production di Canterbury, Inggris. Indonesia sepakat untuk mengadopsi definisi
yang disampaikan oleh UNEP tersebut

20
Beberapa kata kunci yang perlu dicermati dalam produksi bersih adalah
pencegahan, terpadu, terus-menerus dan mengurangi risiko. Dalam strategi
pengelolaan lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segala upaya
dilakukan untuk mencegah atau menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan
dalam konsep produksi bersih dicerminkan dari banyaknya aspek yang terlibat
seperti sumber daya manusia, teknologi, finansial, manajerial dan lingkungan.
Strategi produksi bersih menekankan adanya upaya pengelolaan lingkungan secara
terus-menerus. Suatu keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan lingkungan
bukan merupakan akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya
pengelolaan lingkungan berikutnya.

Mengurangi resiko dalam produksi bersih dimaksudkan dalam arti resiko


keamanan, kesehatan, manusia dan lingkungan serta hilanganya sumber daya alam
dan biaya perbaikan atau pemulihan. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu
strategi untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan
kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang, mencegahatau memperlambat terjadinya proses degradasi
lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang
limbah serta memperkuat daya saing produk di pasar internasional.

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional


Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re- use, Reduction,
Recovery andRecycle).

21
22
a. limination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung
dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.
b. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki
pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:
- Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses
maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur
hidupproduk
- Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya
perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait
pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha
c. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan
limbah padasumbernya.
d. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu
limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
e. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan
limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika,
kimia danbiologi.
f. Recovery / Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-
bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian
dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia
danbiologi.

23
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu
ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan
(1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 2R pertama masih menimbulkan pencemar
atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan
recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah. Tingkatan terakhir
dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila
upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan.

Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah


dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan
pengolahan agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan. Beberapa limbah yang
termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus.
Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih
dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey, 1994).
Penekanan dilakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan
pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya
dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untukditerapkan.

2.4.2 Teknik Produksi Bersih


2.4.2.1 PolutionPrevention
Pencegahan munculnya polusi sama halnya dengan minimasi limbah. Pencegahan
kemunculan polusi tidak dapat dilakukan dengan serta merta namun dengan
pengurangan yang bertahap. Proses pencegahan dilakukan terhadap proses
produksi berupa efisiensi proses bukan pada penggunaan bahan baku seperti pada
minimasi limbah. Penanganan limbah diharapkan tidak menyebabkan polusi, yaitu
dengan prinsip ekologi yang dikenal istilah 4R :
- Recycle(Pendaur-ulangan)
- Reuse (PenggunaanUlang)
- Reduce
- Recovery

24
2.4.2.2 Waste Minimization (Minimisasi limbah)
Pada saat ini, kegiatan usaha dihadapkan kepada tantangan masalah lingkungan
yang makin meningkat. Salah satunya yang terbesar adalah ditimbulkannya
pencemaran oleh kegiatan usaha itu. Dengan naiknya tingkat pencemaran,
pemerintahvdibanyak Negara memberlakukan pengendalian yang ketat terhadap
dunia usaha untuk berupaya mengurangi pencemaran lingkungan. Pada masa-masa
yang lalu, pengendalian oleh pemerintah ini terutama terdiri dari persyaratan untuk
memasang alat pengendali pencemaran, seperti instalasi pengolah air limbah atau
penyerap asap pada cerobong, pada ³ujung pipa´. Tujuannya adalah menangani
pencemaran setelah pencemaran itu diciptakan oleh kegiatan usaha. Pengendalian
yangdemikian sangat mahal dan seringkali mudah gagal. Penanganan itu tidak
memberikan laba bagi kegiatan usaha yang bersangkutan. Akan tetapi kini dunia
usaha sedang menggunakan siasat baru : Minimisasi Limbah, Ini berarti
mengurangi penggunaan bahan beracun, memperbaiki proses, dan efisiensi untuk
mengurangi pembentukan limbah, menggunakan kembali dan mendaur ulang
limbah dan pengubahan limbah menjdai sumber daya melalui pengolahan. Siasat
ini dimulai dalam duniausaha, yang menyadari bahwa mereka tidak lagi sanggup
melanjutkan penanganan pencemaran pada saat pencemaran itu sudah terjadi. Pada
saat ini minimisasi limbah tersebutsedang digalakkan baik oleh dunia usaha
maupun oleh pemerintah di seluruh dunia, sebagaisuatu pemecahan yang serba
menguntungkan kedua belah pihak, dalam bentuk lindunganlingkungan dan
penurunan biayausaha.

25
2.4.2.3 Eco-efficiency
Eco-efficiency merupakan suatu proses produksi yang meminimumkan
penggunaan bahan baku, air dan energi serta dampak lingkungan per unit produk.
Pengertian eco-efficiency merupakan konsep produksi bersih yang mengikutkan
aspek ekonomi dalam proses penerapannya bersamaan dengan konsep ekologi
dalam produksi bersih. Eco-efficiency merupakan strategi untuk mengurangi
dampak lingkungan dan meningkatkan nilai produksi. Eco-efficiency akan
memberikan motivasi bagaimana cara mengurangi dampak lingkungan namun
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Produksi bersih merangkum semua konsep pencegahan. Konsep pencegahan yang


paling awal yaitu minimisasi limbah (waste minimization), pencegahan
pencemaran (pollution prevention) dan pengurangan pemakaian bahan beracun
yang kesemuanya terfokus pada kata kunci dampak lingkungan, limbah berbahaya,
bahan-bahan beracun danpencemaran.

Konsep pencegahan yang baru yaitu berdasarkan sasaran pada pengurangan


dampak lingkungan melalui siklus daur hidup produk (life cycle analysis), dengan
fokus pada desain produk ramah lingkungan (design for environment) atau pada
pendekatan baru berdasarkan nilai tambah yaitu eco-efficiency. Eco-efficiency
lebih ditujukan pada strategi bisnis efisien yang memberikan dampak positif bagi
lingkungan sedangkan produksi bersih pada sisi operasional/ produksi dengan
pencegahan dan pengurangan timbulan limbah yang berdampak positif pada
peningkatan efisiensi dan produktivitas

26
2.4.2.4 Analisis Daur Hidup (Life CycleAnalysis)
Analisis Daur Hidup (Life Cycle Analysis) adalah alat untuk menilai potensi
dampak lingkungan dari sistem produk atau jasa pada semua tahap dalam siklus
hidup mereka – dari ekstraksi sumber daya, melalui produksi dan penggunaan
produk menggunakan kembali, daur ulang atau pembuangan akhir. LCA adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengevaluasi potensi dampak lingkungan dari
suatu produk, proses atau aktivitas selama seluruh siklus hidup dengan mengukur
penggunaan sumber daya ( “input” seperti energi, bahan baku, air) dan emisi
lingkungan (“output” untuk udara, air dan tanah) yang berkaitan dengan sistem
yang sedangdievaluasi.

2.4.2.5 Life-cycle assessment


(LCA) adalah proses mengevaluasi dampak yang dipunyai produk terhadap
lingkungan di seluruh perioda hidupnya yang karena itu meningkatkan efisiensi
penggunaan sumberdaya dan menurunkan pertanggungan (liabilities). Dapat
digunakan untuk mempelajari dampak lingkungan pada produk atau fungsi produk
yang didisain untuk bekerja.

LCA adalah suatu tujuan dari proses yang digunakan untuk mengevaluasi beban
lingkungan yang berhubungan dengan produk, dan proses atau aktivitas
produksinya. LSA ini dilengkapi dengan idenifikasi serta kuantifikasi energi dan
penggunaan bahan dan juga pelepasan ke lingkungan. LCA mencakup keseluruhan
dari daur hidup produk, yaitu: proses, pengekstrakan, pemerosesan bahan mentah,
pemanukfakuran, transportasi dan distribusi, penggunaan/penggunaan
ulang/pemeliharaan, daur ulang, dan penyelesaian akhir. (Fava: 1991)
LCA umumnya dipandang sebagai analisa “cradle -to-grave” (kemunculan sampai
kepunahan). LCA adalah proses terus-menerus, perusahaan dapat memulai LCA pada
setiap titik dalam siklus produk / fungsi. LCA dapat digunakan bagi pengembangan
keputusan pemilikan strategi bisnis, bagi produk, dan disain proses, dan perbaikan, untuk
menata kriteria eko-labeling dan untuk berkomunikasi tentang aspek lingkungan dari
produk. Siklus hidup produk bermula ketika material mentah diekstraksi dari dalam bumi,
diikuti oleh pembuatan, transportasi, dan penggunaan, dan berakhir dengaan manajemen
limbah termasuk pendaur ulangan dan pembuangan akhir. Pada setiap tahapan siklus
hidup terjadi emisi dan konsumsi sumberdaya. Dampak lingkungan dari keseluruhan
siklus hidup produk dan jasa perlu diketahui. Untuk melakukan analsis daur hidup ini,
pemikiran siklus hidupdiperlukan.

Sektor industri saat ini dituntut untuk lebih serius dalam memperhatikan dampak
lingkungan akibat aktivitasnya. Hal ini seiring bertambah buruknya kualitas lingkungan
baik itu udara, air, tanah, dan sebagainya. LCA merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak lingkungan yang disebabkan pada
tahap daur hidup mulai dari pada saat pengambilan material sampai dengan produk itu
selesai digunakan oleh konsumen. Upaya untuk mencegah dan atau mengurangi timbulnya
limbah, dimulai sejak pemilihan bahan, teknologi proses, penggunaan materi dan energi
dan pemanfaatan produk sampingan pada suatu sistem produksi. Minimisasi limbah dapat
dilakukan dengan cara reduce, reuse, recycle, recovery.

28
2.5 Sanitasi Perusahaan dan Penataan Ruang Produksi
Sanitasi atau hygiene merupakan istilah yang sering digunakan dalam hubungan
dengan kebersihan industri pembuatan tahu. Perilaku pengrajin yang ceroboh
cenderung menimbulkan sanitasi industri menjadi buruk, diantaranya banyak kedelai
yang tercecer, sehingga akan terjadi rekontaminasi. Kebersihan dimaksudkan untuk
menghindari hal- hal yang dapat membahayakan kesehatan manusia baik pengrajin
maupun konsumen produk. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam industri
pembuatan tahu adalah:
- Lokasi tempat pengolahan harus dijaga terhadap kemungkinan pencemaran
dari daerahsekitarnya
- Tempat pengolahan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah untuk
dibersihkan
- Ruangan diatur agar aliran proses mulai dari pemakaian bahan baku hingga
produk dapatlancar
- Sarana pengolahan harus mempunyai fasilitas sanitasi yang diperlukan untuk
karyawan
- Sistem saluran buangan dan tempat penampungan atau pembuangan sampah
yang baik
- Peralatan yang telah dipakai harus dibersihkan, sebaiknya dengan air panas
tidak dengansabun.
- Segala sesuatu yang dapat mencemari produk maupun yang dapat
mengganggu kesehatan karyawan harus segera ditangani, misalnya pada
proses penggilingan dan pengemasan ruangan harus dijaga selalu bersih dan
tidak ada debu, lalat yang beterbangan

29
2.6 Asas AsasLingkungan
Pengetahuan manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, untuk itu dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga
diperlukan daya cipta, daya khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif. Ilmu
Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang
mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari
aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan
sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling
terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan
lingkungannya.

Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan


secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala
(fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu
penggunaan dan pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga
diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya
diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan
penyamarataan secara empirissaja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang
lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun
demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus
dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum. Begitu
pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti,
biasa disebut hipotesis. Hipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus
menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan
secara umum. Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini
disebut cara induksi dan kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi,
kimia dan fisika.

30
2.7 KerangkaBerpikir
Industri tahu merupakan industri kecil atau perumahan yang banyak ditemukan dan
tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Selain bahan baku mudah didapat, cara
membuatnya sangat sederhana, tahu merupakan bahan makanan yang bergizi cukup
tinggi, terutama kandungan protein nabati. Perkembangan industri tahu yang cukup
pesat, antara lain karena dukungan dari pemerintah dengan didirikannya KOPTI di
berbagai daerah, serta pembinaan yang terus menerus oleh pemerintah, baik dari segi
permodalan maupun teknis pengembangan dan pembinaan yang sesuai dengan tujuan
Pembangunan Nasional yaitu membangun bangsa Indonesia seutuhnya baik dibidang
pangan sehingga akan meningkatkan perekonomian masyarakat ( Fitria, 2007).

Sekarang kerusakan lingkungan banyak terjadi dimana-mana, sehingga


perkembangan dunia industri harus dibarengi dengan perkembangan yang berbasis
pada lingkungan. Untuk itu pengelolaan lingkungan dan kelestarian lingkungan
menjadi hal penting didalam mendirikan suatu industri terutama tahu, yang dapat
menimbulkan dampak luas di masyarakat. Oleh karena fungsi lingkungan hidup perlu
terlestarikan. Menurut Sudarmadji, 2007, pengelolaan lingkungan hidup merupakan
kegiatan lintas sektor dan menuntut di kembangkannya suatu sistem keterpaduan
sebagai ciri utamanya. Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
memerlukan keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholders), baik instansi
pemerintah, dunia pendidikan, dunia usaha (swasta) maupun masyarakat. Hal ini
seperti termuat dalam Bab 1 pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di sebutkan bahwa
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

31

Anda mungkin juga menyukai