Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAMPAK PENCEMARAN LIMBAH KELAPA SAWIT TERHADAP


LINGKUNGAN HIDUP

Dosen Mata Kuliah: Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.sc


Disusun Oleh:

Retno Dwi Septiasari (2104126506)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya susun
berdasarkan panduan yang sudah saya lihat sebagai contoh. Makalah ini merupakan tugas dari
mata kuliah Ilmu Lingkungan & Mitigasi Bencana. Tak lupa pula saya ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu bapak Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.sc yang sudah membimbing saya dalam
proses pembuatan makalah ini. Dan tentunya saya juga berterimakasih kepada pembaca yang
sudah meluangkan waktunya untuk membaca makalah yang saya susun ini. Terlepas dari itu
semua saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasa. Oleh karena itu saya sangat terbuka dan menerima segala kritik dan saran dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki kesalahan yang ada di makalah ini.

Pekanbaru,16 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 Pengertian Limbah Kelapa Sawit..........................................................................5
2.2 Permasalahan Limbah Kelapa Sawit Terhadap Lingkungan................................6
2.3 Penyebab Limbah Kelapa Sawit Berdampak Pada Lingkungan Hidup................7
2.4 Pencemaran Limbah Kelapa Sawit………………………………………………8
2.5 Pengelolaan Permasalahan Limbah Kelapa Sawit……………………………….9
2.6 Dampak Positif dan Negatif Limbah Kelapa Sawit Terhadap Lingkungan..…..10
BAB III........................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Lingkungan hidup sangatlah mempengaruhi kualitas kehidupan kita. Beberapa
komponen yang sangat erat dalam kehidupan ialah udara yang dihirup setiap saat dan air
yang diminum setiap hari.Udara dan air yang bersih sangat diperlukan untuk kesehatan
sehingga dapat menunjang aktivitas kita untuk berinteraksi dan menghasilkan hal yang
positif. Tetapi sebaliknya, bila kedua komponen utama tersebut tercemar, maka
pencemarannya akan menimbulkan perubahan terhadap kualitas kehidupan. kesehatan
tubuh mulai menurun, begitu pula daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit. Udara di
sekitar sangatlah peka terhadap pencemaran, hal ini erat hubungannya dengan aktivitas
manusia untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari. Semakin hari pencemaran udara
tersebut bila diteliti dan dianalisis jumlahnya semakin meningkat sehingga harus waspada
akan akibat yang ditimbulkannya. Masalah lingungan sangat penting bagi kehidupan
manusia yang berinteraksi antara mahluk satu dengan mahluk yang lain. Lingkungan
hidup ialah jumlah semua benda yang hidup dan tidak hidup serta kondisi yang ada dalam
ruang yang kita tempati. Manusia di sekitar kita merupakan bagian lingkungan hidup kita
msing-masing. Oleh karena itu kelakuan manusia, dan dengan deikian kondisi sosial,
Merupakan pula unsur lingkungan hidup kita.
Kerusakan lingkungan dilakukan karena kurang memperhatikan ekosistem, yang
tidak jarang kita lihat disebabkan karena pencemaran oleh limbah-limbah industri.
Pengertian pencemaran itu sendiri adalah masuknya atau dmasukannya mahluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan sehingga kualitas lingkungan tidak pada titik standartnya dan menyebabkan
lingkungan berubah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
pembentukannya.
Limbah cair kelapa sawit memiliki potensi sebagai bahan pencemar lingkungan
karena memiliki kandungan Chemical Oxygen Demand (COD), Biochemical Oxygen
Demand (BOD) dan padatan tersuspensi yang tinggi sehingga dapat menurunkan
kesuburan suatu perairan dan akan berpengaruh pada organisme yang hidup disana, salah
satunya adalah alga perifiton (Chan et al., 2013).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini saya akan membahas apakah dampak pencemaran limbah kelapa
sawit terhadap lingkungan hidup?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah dapat mengetahui dampak pencemaran limbah
kelapa sawit terhadap lingkungan hidup.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang berperan
penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu penyumbang devisa dari sektor
nonmigas. Produk minyak kelapa sawit (MKS) diserap oleh industri pangan terutama minyak
goreng dan industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, dan lain-lain. Peningkatan
permintaan minyak makan dunia khususnya minyak sawit terus terjadi akibat pertambahan
penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk dunia (Pahan, 2007).
Peningkatan permintaan minyak sawit dan turunannya harus diimbangi dengan
peningkatan produksi kelapa sawit. Usaha untuk meningkatkan produksi kelapa sawit
ditempuh dengan perluasan areal perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produktivitas.
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 7.51 juta hektar
dengan produksi sebesar 18.64 juta ton minyak sawit dan 3.47 juta ton inti sawit (Pusat Data
dan Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, 2010). Peningkatan luas areal dan
produktivitas yang cukup tinggi ini diikuti oleh perkembangan industri kelapa sawit.
Perkembangan industri kelapa sawit dicirikan dengan pembangunan pabrik kelapa sawit
(PKS) terpadu dengan perkebunan yang dapat berdampak positif (melalui penyerapan tenaga
kerja dan perbaikan infrastruktur daerah setempat) dan berdampak negatif bagi lingkungan
(melalui penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan akibat pencemaran serta timbulnya
masalah sosial). Oleh karena itu, penerapan konsep zero waste dalam usaha perkebunan
sangat dianjurkan.
Limbah kelapa sawit merupakan sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk
dalam produk utama atau hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah hasil
pengolahan kelapa sawit dibedakan menjadi limbah cair yang biasa dikenal dengan istilah
POME (Palm Oil Mill Effluent) serta limbah padat berupa sabut, cangkang, janjangan
kosong (JJK) dan solid basah (wet decanter solid) (Pahan, 2007).
Limbah industri kelapa sawit banyak mengandung senyawa organik dan anorganik.
Senyawa organik lebih mudah mengalami pemecahan dibandingkan senyawa anorganik.
Senyawa organik dapat dirombak oleh bakteri baik secara aerob maupun anaerob. Kesulitan
limbah untuk dirombak berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan (beban pencemaran).
Limbah kelapa sawit mengandung zat beracun seperti logam berat (tembaga, timbal, perak,
seng, besi, nikel, dll) yang dapat berpengaruh buruk pada mikroorganisme (Sugiharto, 1987).
Di sisi lain kandungan bahan organik yang terkandung dalam limbah hasil pengolahan kelapa
sawit merupakan bahan baku potensial yang bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi tanaman.
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang yang telah
mengalami suatu proses produksi sebagai hasil dari aktivitas manusia, maupun proses alam
yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi. Aktivitas pengolahan pada pabrik mnyak
kelapa sawit menghasilkan dua jenis limbah, antara lain limbah padat dan limbah cair.
5
Menurut Naibaho (1998), limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa
sawit ialah tandan kosong, serat dan tempurung. Limbah POME didapatkan dari tiga sumber
yaitu air kondensat dari proses sterilisasi, sludge dan kotoran, serta air cucian hidrosiklon.
Limbah pada pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Limbah cair yang
dihasilkan pabrik pengolah kelapa sawit ialah air kondensat, air cucian pabrik, air
hidrocyclone atau claybath. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan,
kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi.

2.2 Permasalahan Limbah Kelapa Sawit Terhadap Lingkungan


Kelapa sawit yang dibiarkan menumpuk begitu saja akan berdampak terhadap udara
(polusi udara), kondisi air (pencemaran air) dan akan menghambat pertumbuhan tanaman dan
juga membutuhkan tempat pembuangan yang luas. Dengan demikian agar dampak dari
keberadaan limbah kelapa sawit tidak meluas atau lebih parah maka harus dilakukan
penanganan yang tepat terhadap limbah tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan limbah
kelapa sawit sangat merugikan dan menjadi masalah bagi lingkungan sekitar bila tidak diolah
kembali. Salah satunya adalah munculnya serangga, bau yang sangat menyengat sehingga
dapat menimbulkan penyakit dan tidak indah untuk dipandang. Untuk mengatasi limbah
kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit menjadi produk yang
bermanfaat secara ekonomi namun tetap menjaga kondisi lingkungan yang nyaman bagi
masyarakat. Dalam hal ini partisipasi masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik maupun
perkebunan sangat dibutuhkan dalam pemanfaatan limbah padat agar menjadi suatu produk
yang dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan berdampak positif bagi industri dan
masyarakat sekitar. Dengan cara tersebut dapat meminimalisir dampak negatif yang
ditimbulkan terhadap masyarakat dan mengoptimalkan dampak positif terhadap masyarakat
dari limbah padat kelapa sawit.
Secara ekonomis, kelapa sawit sangat menguntungkan namun limbahnya sangat
merugikan dan menjadi masalah bagi lingkungan sekitar bila tidak diolah kembali. Salah
satunya adalah munculnya serangga, bau yang sangat menyengat dan tidak indah untuk
dipandang. Selama ini penanganan limbah kelapa sawit yang paling sederhana dan cepat
dilakukan perusahaan industri adalah dengan cara dibakar. Meskipun cara tersebut sangat
praktis namun dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan. Peranan masyarakat sekitar dalam
menangani limbah padat hanya beberapa saja, kebanyakan limbah diolah kembali lagi
menjadi pupuk yang dimanfaatkan oleh pabrik dan sebagian masyarakat. Melihat dampak-
dampak yang dimunculkan dari masalah-masalah tersebut, maka perlu dicari solusi untuk
mengatasi masalah tersebut. Salah satu solusi alternatif untuk mengatasi limbah kelapa sawit
adalah dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit menjadi produk yang bermanfaat secara
ekonomi namun tetap menjaga kondisi lingkungan yang nyaman bagi masyarakat. (Eko,
2013)
Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari limbah industri kelapa sawit dan
pertimbangan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit yang bisa
dimanfaatkan, menuntut perkebunan untuk melakukan kegiatan pengelolaan limbah dengan
baik. Aplikasi limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik perlu dilakukan dengan benar
sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan dapat meminimalisir dampak negatif
6
yang mungkin ditimbulkan demi mewujudkan pertanian yang berkelanjutan serta industri
yang ramah lingkungan. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari pengelolaan
limbah yang dilakukan perusahaan terutama hal-hal yang berkaitan dengan aplikasi limbah
kelapa sawit sebagai pupuk organik.

2.3 Penyebab Limbah Kelapa Sawit Berdampak Pada Lingkungan Hidup


Limbah kelapa sawit sangat berdampak dengan lingkungan hidup, ada berdampak positif
dan juga negatif bagi lingkungan. Dampak positif dalam proses produksi suatu industri
kelapa sawit yaitu menghasilkan produk yang bernilai sehingga meningkatkan ekonomi
masyarakat, selain itu juga dihasilkan dampak negatif yaitu limbah cair. Limbah cair tersebut
apabila tidak dikelola secara benar dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Meskipun limbah cair pada pabrik kelapa sawit sudah mengalami banyak pengolahan, namun
limbah cair yang dibuang ke sungai masih belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh
Permen LH Nomor 5 Tahun 2014. Perusahaan kelapa sawit juga menghasilkan logam Fe
yang akan berbahaya jika terakumulasi ditubuh manusia.
Industri kelapa sawit yang tidak menaati peraturan pembuangan limbah cair kelapa sawit
menyebabkan pencemaran terutama pada air. Pencemaran air sungai dapat mengganggu
kehidupan masyarakat sekitar sungai karena sebagian besar masyarakat bergantung pada air
sungai untuk keperluan mandi, mencuci dan memasak. Selain itu, pencemaran sungai akibat
limbah cair kelapa sawit menyebabkan kekeruhan serta bau yang menyengat (Nasution,
2004) dan juga dapat merusak ekosistem di sekitar sungai yaitu gangguan terhadap
komunitas fitoplankton (Muliari dan Ilham, 2016).
Pencemaran limbah cair kelapa sawit juga dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit
diantaranya penyakit kulit dan diare. Penyakit kulit dan diare masuk kedalam lima besar
penyakit yang diderita oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengolahan
limbah yang dapat memberikan hasil yang optimal dalam mengolah dan mengendalikan
limbah kelapa sawit sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat diminimalisir (Nursanti,
2014).
Banyak cara yang telah dilakukan agar mengurangi dampak limbah cair kelapa sawit
diantaranya dengan cara fisika dan kimiawi namun mengalami beberapa kendala (Sugiarto
dan Anto, 2003). Salah satu kendala adalah mahalnya alat sehingga sulit dijangkau dan
seringkali pada pabrik kelapa sawit yang menggunakan bahan kimia yaitu kalsium karbonat
(CaCO3). Kalsium karbonat (CaCO3) dapat berbahaya bagi kesehatan manusia yaitu dapat
menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan muntah, diare, dan nyeri lambung
(Mufidah, 2006).
Selain berdampak bagi kesehatan manusia, hal ini akan berdampak buruk juga bagi
lingkungan karena bahan kimia yang digunakan dapat mengganggu kehidupan di perairan
yaitu toksisitas pada ikan (Siker Nas, 2010). Oleh sebab itu, menurut Setyaningsih (2007)
untuk mengatasi permasalahan pencemaran dapat dilakukan dengan tanaman. Pemanfaatan
tanaman untuk mendegradasi masalah pencemaran lingkungan disebut fitoremediasi
(Subroto, 1996).
Kombinasi remediasi merupakan metode kombinasi antara beberapa tanaman
7
hiperakumulator. Metode kombinasi remediasi mempunyai beberapa keunggulan diantaranya
secara finansial relatif murah dan ramah lingkungan karena menggunakan tanaman. Dengan
keunggulan dari metode fitoremediasi tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian ini
dengan memanfaatkan tumbuhan yang mudah ditemukan di Kabupaten Landak Kalimantan
Barat (Henry, 2000).

2.4 Pencemaran Limbah Kelapa Sawit


Lingkungan hidup sangatlah mempengaruhi kualitas kehidupan kita. Beberapa komponen
yang sangat erat dalam kehidupan ialah udara yang dihirup setiap saat dan air yang diminum
setiap hari.Udara dan air yang bersih sangat diperlukan untuk kesehatan sehingga dapat
menunjang aktivitas kita untuk berinteraksi dan menghasilkan hal yang positif. Tetapi
sebaliknya, bila kedua komponen utama tersebut tercemar, maka pencemarannya akan
menimbulkan perubahan terhadap kualitas kehidupan. kesehatan tubuh mulai menurun,
begitu pula daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit. Udara di sekitar sangatlah peka
terhadap pencemaran, hal ini erat hubungannya dengan aktivitas manusia untuk mengerjakan
aktivitas sehari-hari. Semakin hari pencemaran udara tersebut bila diteliti dan dianalisis
jumlahnya semakin meningkat sehingga harus waspada akan akibat yang ditimbulkannya.
Air yang di pergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang di akibatkan
oleh ulah manusia juga. Air yang sudah tercemar tidak terasa enak bila dikonsumsi dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Disamping akibat buruk secara
langsung terhadap manusia polusi udara dan air juga berpengaruh negatif terhadap mahluk
hidup lainnya.Selain dapat berpengaruh terhadap produksi tanaman, perikanan maupun
pertenakan.
Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Pencemaran
merupakan suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan seperti danau, sungai,
ataupun laut yang disebabkan oleh manusia. Pencemaran limbah yang masuk ke sungai akan
mencemarkan air sehingga mengandung virus-virus penyakit. Proses pencemaran dapat
terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar
tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia,hewan dan
tumbuhan. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun
tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. Pencemaran dapat terjadi dimana saja dengan
laju cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dari berbagai
bahan kimia termasuk logam berat.
Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang
masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang
ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat
akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah. Sebagian pengusaha
industri yang akan membuang limbah diwajibkan mengolah terlebih dahulu untuk mencegah
pencemaran lingkungan hidup disekitarnya. Metode yang digunakan adalah pengolahan
limbah secara fisik, kimia dan biologi atau kombinasi untuk mengatasi pencemaran. Limbah
cair yang berasal dari industri sangat bervariasi, serta tergantung dari jenis dan besar kecilnya
industri. Pada saat ini umumnya industri melakukan pengolahan limbah cair secara kimia
8
yaitu proses koagulasi–flokulasi, sedimentasi dan secara flotasi dengan menggunakan udara
terlarut, serta pengolahan limbah cair secara biologi yaitu proses aerob dan proses anaerob.
Proses kimia seringkali kurang efektif dikarenakan biaya untuk pembelian bahan kimianya
cukup tinggi dan pada umumnya pengolahan air limbah secara kimia akan menghasilkan
sludge yang cukup banyak, sehingga industri harus menyediakan prasarana untuk
penanganan sludge. Pada pengolahan limbah cair secara flotasi akan menggunakan energi
yang cukup banyak.
Limbah cair kelapa sawit memiliki potensi sebagai bahan pencemar sehingga dapat
menurunkan kesuburan suatu perairan. Kerusakan lingkungan dilakukan karena kurang
memperhatikan ekosistem, yang tidak jarang kita lihat disebabkan karena pencemaran oleh
limbah-limbah industri. Pengertian pencemaran itu sendiri adalah masuknya atau
dmasukannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan
atau berubahnya tatanan lingkungan sehingga kualitas lingkungan tidak pada titik standartnya
dan menyebabkan lingkungan berubah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan pembentukannya.

2.5 Pengelolaan Permasalahan Limbah Kelapa Sawit


Kelapa sawit mulai dari buah, pelepah, batang, dan limbahnya, dapat diolah menjadi
berbagai macam produk. Pada proses pengolahan TBS akan dihasilkan CPO, kernel, tandan
kosong, mesocarp fiber, cangkang, dan Palm Oil Mills Effluent(POME). Pada industri
refinery akan dihasilkan RBDPO dan PFAD, pada tahap fraksinasi akan dihasilkan olein dan
stearin. Pada industri Kernel Crushing Plant akan dihasilkan Palm Kernel Oil(PKO)
dan Palm Kernel Meal(PKM). Proses pengolahan pengolahan Tandan Buah Segar kelapa
sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair.
Khusus berkaitan dengan limbah yang dihasilkan dari hasil pengolahan PKS, diperlukan
penanganan dan pemanfaatan kembali produk hasil samping yang dihasilkan agar tidak
menjadi beban lingkungan.Dari satuton tandan buah segar yang diolah akan dihasilkan
limbah cair POME sebanyak 583 kg. Limbah padat yang dihasilkan adalah MF dan cangkang
sebanyak 144 kg dan 64 kg, serta 210 kg TKKS (kadar air 65%). Selain itu juga dihasilkan
limbah emisi gas dari boiler dan incenerator.
Produksi limbah padat dan limbah cair dari pabrik pengolahan kelapa sawit Indonesia
kecenderunganyang meningkat, hal ini berbanding lurus dengan peningkatan produksi tandan
buah segar (TBS) dan luas areal perkebunan kelapa sawit.Berdasarkan neraca massa kelapa
sawit, maka diperkirakan produksi limbah padat kelapa sawit pada tahun 2017 adalah
produksi mesocarp fibresebanyak 20 juta ton, cangkang sebanyak 9 jutaton, tandan kosong
sebanyak 31 jutaton. Saat ini biomassa kelapa sawit seperti pelepah, batang, cangkang, serat
mesocarp, tandan kosong kelapa sawit dan PKM, sudah dimanfaatkan, namun
pemanfaatannya belum optimal, yaitu :
 EFB(tandan kosong sawit) dan pelepah sebagai mulsa di kebun
 Limbah cair untuk biogas dan land application
 Limbah cair dan EFB untuk pupuk kompos
9
 EFB , serat mesokarp, dan shell (cangkang) untuk biomass
 PKM sudah dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak
Dalam rangka mengupayakan pemanfaatan biomassa kelapa sawit Badan Pengelola
Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melalui Program Penelitian dan
Pengembangan telah mendanai beberapa penelitian yang potensial, diantaranya adalah
pengolahan tandan kosong kelapa sawit menjadi biokomposit untuk helm, bahan baku
polyester, bioplastik, bio oil/bio gas dan dimetil-eter (DME) untuk subtitusi LPG, kayu
sawit sebagai sandwich laminated lumber dan glukosa pati serta asam laktat.

 Penelitian pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) telah


menghasilkan serat pendek dan mikropartikel TKKS yang digunakan sebagai
filler polimer akrilonitril butadiena stirena (ABS) dan dicetak menjadi helm
sepeda motor yang memiliki sifat fisismekanis yang lulus standarisasi SNI.
 Pengembangan teknologi dan proses produksi biji bioplastik dari selulosa
TKKS telah menghasilkan beberapa formulasi bioplastik dengan kandungan
selulosa sampai dengan 75%.
 Pengembangan sistem gasifikasi biomassa sawit juga telah berhasil untuk
memproduksi biodiesel dan dimetil-eter (DME) yang dapat digunakan sebagai
substitusi parsial elpiji pada masa mendatang.
 Fraksionasi dan isolasi TKKS dengan telah berhasil menghasilkan Bio-BTX
dari fraksi lignin dan bio-etanol dari fraksi gula. Senyawa BTXmerupakan
bahan mentah industri polimer dan plastik yang hingga saat ini masih
diproduksi dari minyak bumi
 Penelitian pemanfaatan batang kelapa sawit telah menghasilkan sandwich
laminated lumbersebagai bahan baku untuk furniture yang dapat
meningkatkan nilai tambah batang kelapa sawit hasil replanting
 Pemanfaatan cairan (sap) batang kelapa sawit tua yang terdiri dari sebagian
besar glukosa dan pati telah dapatdikonversikan menjadi berbagai bahan
bermanfaat seperti glukosa, pati, etanol dan asam laktat dan energi.

2.6 Dampak Positif dan Negatif Limbah Kelapa Sawit Terhadap Lingkungan
1. Pengaruh positif terhadap pengelolaan limbah industri kelapa sawit:
 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Dengan pengelolaan yang baik LC PKS akan memberikan manfaat
sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, menjaga kelembaban tanah, sumber
energi biogas.
 Janjang Kosong
Pengelolaan janjang kosong yang baik akan bermanfaat sebagai sumber
nutrisi bagi tanaman, sebagai mulsa, dapat memperbaiki struktur tanah. Selain
itu janjang kosong juga dapat dipakai untuk pembuatan ecopanel.
 Kompos

10
Kompos bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, sebagai mulsa,
dapat memperbaiki struktur tanah. Dalam bentuk kompos akan lebih mudah
dalam dekomposisi dan ketersediaan hara.
 Abu Janjang
Untuk areal yang tidak dapat diaplikasi dalam bentuk janjang kosong dan
kompos maka alternatif yang bisa diupayakan adalah dengan pembuatan abu
janjang. Abu janjang berfungsi sebagai sumber K dan dapat meningkatkan pH
tanah.

2. Pengaruh negatif terhadap pengelolaan limbah industri kelapa sawit:


 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Akibat dari aplikasi LC PKS akan menimbulkan bau. Hal ini dapat
dikurangi dengan adanya bakteri yang mengurai limbah di kolam dengan
retension time yang cukup.
 Janjang Kosong
Janjang kosong yang ditabur ke areal tanam kelapa sawit mengakibatkan
peningkatan populasi serangga lalat. Untuk itu janjang kosong diaplikasi pada
areal yang tidak berdekatan dengan pemukiman.
 Kompos
Aplikasi kompos tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
 Abu Janjang
Kualitas asap dapat diperbaiki dengan memodifikasi cerobong asap dari
incenerator, dimana untuk mengalirkan asap melalui bak berisi air yang
berfungsi menangkap partikel debu yang terbawa oleh asap.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Limbah kelapa sawit merupakan sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk
dalam produk utama atau hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah industri
kelapa sawit banyak mengandung senyawa organik dan anorganik. Senyawa organik lebih
mudah mengalami pemecahan dibandingkan senyawa anorganik. Senyawa organik dapat
dirombak oleh bakteri baik secara aerob maupun anaerob. Kesulitan limbah untuk dirombak
berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan (beban pencemaran). Limbah kelapa sawit
mengandung zat beracun seperti logam berat (tembaga, timbal, perak, seng, besi, nikel, dll) yang
dapat berpengaruh buruk pada mikroorganisme.
Dampak positif dalam proses produksi suatu industri kelapa sawit yaitu menghasilkan
produk yang bernilai sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat, selain itu juga dihasilkan
dampak negatif yaitu limbah cair. Limbah cair tersebut apabila tidak dikelola secara benar dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.

3.2 Saran
Demikian makalah yang saya buat, semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat dan
menjadi ilmu serta refrensi baru bagi pembaca. Saya sangat menyadari bahwa makalah saya ini
jauh dari kata sempurna, untuk itu saya meminta maaf atas kekurangan pada makalah ini.Saya
sangat menerima kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat membuat yang lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Bpdpks, Potensi Limbah Kelapa Sawit. Oct 8 2018.


2. Bul. Agrohorti 5(3) : 373 – 383 (2017). Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Angsana Estate, Kalimantan Selatan.
3. Henry Loekito, Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. 250 hal.
4. Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. 3. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 411
hal.
5. Yasni Dwi Malisawati, Dampak Keberadaan Industri Kelapa Sawit Terhadap Tata
Lingkungan Permukiman. UIN Alauddin Makassar

13

Anda mungkin juga menyukai