Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu : Dr. Idramsa, M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Dwi Sabarita Br Barus (4193141033)
2. Elisabet Putriana Sinurat (4193141028)
3. Juli Edi Nisura Brema Pelawi (4193141034)
4. Nopli Ade Nesli Purba (4193341035)
5. Putri Romauli Hutasoit (4193141031)
6. Widya Suprapti (4193341034)
7. Winda Sari Munthe (4193341043)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat yang diberikan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari Makalah ini adalah “Bioteknologi Lingkungan” Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Dr. Idramsa, M.Si selaku Dosen mata kuliah Bioteknologi yang telah memberikan tugas
terhadap penulis. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan Makalah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penyusunan Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik
dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dan semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis maupun pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Medan, 20 Oktober 2022

KELOMPOK 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang .............................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 2

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 20

B. Saran ............................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diketahui bahwa bioteknologi berkembang sangat maju, kemajuan ini dilihat dari produk
bioteknologi yang ditemukan di berbagai bidang. Bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang
ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (Bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun
produk dari makluk hidup (enzim, alkohol) dalamproses produksi untuk menghasilkan barang
dan jasa. Bioteknologi secara umumberarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu
organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme
tersebut. Penerapan bioteknologi dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan manusia.
Beberapa penerapan bioteknologi diberbagai bidang antara lain : rekaysa genetika, kultur
jaringan, dan kloning. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika,
kultur aringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanamandengansifat dan produk unggul
karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, sert jga lebih tahan
terhadap hamamaupun tekanan lingkungan.
Bioteknologi juga dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ang terjadi dalam
lingkungan yang diakitabkan oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu, dalam makalah ini
kamiakan membahasa tentang bioteknologi khususnya di bidang lingkungan, tentang
bioteknologi untuk meningkatkan kualitas lingkungan dalam arti menciptakan produk ramah
lingkungan maupun bioteknologi untuk mengurangi permasalahan lingkungan seperti limbah.

B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dan manfaat dari bioteknologi lingungan?
2. Bagaimana hubungan bioteknologi lingkungan dengan ekologi miroba?
3. Bagaimana pengelolaan limbah dalam bioteknologi lingkungan?
4. Bagaimana penerapan bioremediasi untuk pembersihan lingkungan?

1
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka kita dapat mengambil tujuan penulisan makalah
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengertian dan manfaat bioteknologi lingkungan.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan bioteknologi lingkungan dengan ekologi
miroba
3. Untuk mengetahui Bagaimana pengelolaan limbah dalam bioteknologi lingkungan
4. Untuk mengetahui Penerapan Bioteknologi lingkungan

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1) Mengetahui pengertian dan manfaat dari Bioteknologi Lingkungan
2) Mengetahui hubungan bioteknologi lingkungan dengan ekologi miroba
3) Mengetahui pengelolaan limbah dalam bioteknologi lingkungan
4) Mengetahui Penerapan Bioteknologi lingkungan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Bioteknologi Lingkungan

Ketika masyarakat di seluruh dunia semakin bergerak ke tingkat urbanisasi dan


perkembangan industri yang lebih besar, perhatian publik juga turut meningkat terhadap keadaan
lingkungan,banyak perhatian sekarang diberikan untuk memperbaiki lingkungan untuk generasi
mendatang.Demi mencapai hal ini,khususnya di negara-negara maju, undang-undang lingkungan
difokuskan pada pengelolaan limbah cair, padat dan berbahaya. Di sebagian besar negara
berkembang, situasinya kurang menggembirakan yang terkendala keterbatasan biaya untuk
pembangunan fasilitas pengolahan air dan limbah serta ada kekurangan tenaga ahli untuk
mengoperasikan sistem tersebut. Selain itu, di banyak negara berkembang, terdapat kekurangan
peraturan resmi dan sistem kontrol, tidak ada badan administrasi yang bertanggung jawab atas
pengendalian limbah dan hanya sedikit industry yang bertanggung jawab dalam membuang
limbah dengan benar.Hal ini menjadikan negara berkembang dengan tingkat urbanisasi yang
tinggi umumnya mengalami kerusakan lingkungan yang tinggi pula.

Timbulnya sampah merupakan efek samping dari kegiatan konsumsi dan produksi yang
cenderung meningkat seiring dengan tingkat kemajuan ekonomi. Limbah timbul dari aktivitas
domestik dan industri, misalnya air limbah, limbah pertanian dan makanan sisa dari pengolahan,
limbah kayu dan berbagai produk kimia industri beracun dan produk sampingan yang terus
meningkat. Biaya untuk penanganan limbah yang benar terus meningkat,banyak perhatian saat
ini ditujukan untuk pengelolaan limbah yang efisien dan efektif, yang akan mencakup biaya
pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, dan pembuangan limbah.

Polusi adalah yang paling mengganggu apalagi dengan meningkatnya keberadaan bahan
kimia beracun di alam. Produksi skala besar dan penggunaan bahan kimia sintetik yang
mencemari lingkungan sekarang menjadi masalah yang memberikan perhatian serius di
sebagian besar negara industri, dan harus dilihat sebagai ancaman ekstrem terhadap pengelolaan
biosfer tempat kita hidup.

Sementara banyak dari senyawa ini digunakan secara langsung oleh manusia di bidang
pertanian dan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan hasil pertanian atau untuk
kesehatan.Beberapa terkait dengan industri perminyakan dan lainnya sebagai pelarut. Bahan
kimia beracun dan berbahaya ini secara ilegal masuk ke dalam lingkungan. Senyawa sintetik ini
dapat ditemukan pada konsentrasi yang sangat tinggi pada tempat pembuangan, seperti lokasi
pabrik dan tempat pembuangan industri, di mana bahan kimia sintetik ini dapat memberikan
efek merusak yang nyata, sementara dalam tingkat rendah digunakan pada pestisida namun tetap
dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

3
Di banyak bagian dunia, semakin banyak bukti bahwa sumber air bawah tanah
menunjukkan tingkat kontaminasi yang berbahaya. Di benua Eropa, contoh terkenal dari polusi
yang berasal dari industri seperti itu adalah lembah Sungai Po di Italia Utara di mana sumber air
tanah telah ditinggalkan secara permanen. Contoh serupa terjadi di beberapa bagian Belanda
yang terletak di bawah permukaan sungai Rhine yang terkenal tercemar. Polutan kimia semacam
itu dapat tetap berada di batuan yang mengandung air selama beberapa dekade dan tindakan
penghilangan akan memakan waktu lama, sangat rumit, dan sangat mahal.

Sekarang jelas bahwa banyak produk dan proses industri di masa lalu dan sekarang dapat
disebut tidak ramah lingkungan dan merupakan sumber utama polusi. Secara historis, teknik sipil
atau, lebih khusus, teknik sanitasi, ditangani secara mekanis dengan bidang-bidang sosial penting
seperti air minum,pengumpulan dan pengolahan, air limbah (domestik dan industri), limbah
padat dan off-gas industri. Bio-komponen dari semua proses ini sebagian besar diabaikan.
Sementara proses bioteknologi selalu menjadi bagian dari kegiatan industri ini. Bioteknologi
lingkungan adalah penerapan proses bioteknologi untuk perlindungan dan pemulihan kualitas
lingkungan, terutama dengan pengelolaan jangka panjang.

Sementara bioteknologi industri sebagian besar memanfaatkan mikroorganisme yang


dikenal dalam pembentukan produk, bioteknologi lingkungan akan bergantung pada konsorsium
mikroba dengan komposisi yang kompleks dan bervariasi. Studi terbaru berhasil
mengidentifikasi dan mengklasifikasi mikroorganisme yang ada dan berinteraksi di tanah, sistem
anaerobik, dan aliran limbah domestik dan industri.Potensi untuk meningkatkan kemampuan
degradatif mikroorganisme untuk mendegradasi polutan pekat harus diteliti dengan hati-
hati.Rehabilitasi tanah dan air yang terkontaminasi merupakan tugas utama bagi generasi
sekarang dan yang akan datang.

2.2 Ekologi Mikroba

Kehadiran dan fungsi komunitas mikroba memengaruhi kehidupan sehari-hari kita dalam
banyak hal, tetapi tidak lebih dari peran mereka dalam pengelolaan tanah, limbah, dan air.Secara
historis, kebutuhan untuk memasok air minum bagi populasi yang aman dari limbah yang dapat
dikonsumsi menjadi perhatian utama para ahli ekologi dan lingkungan. (Solusi berbasis rekayasa
untuk masalah sanitasi dasar masyarakat ini telah berkembang jauh sebelum ada apresiasi
terhadap peran intrinsik mikroorganisme.) Baru-baru ini, keterampilan dan pengetahuan ahli
mikrobiologi semakin banyak digunakan untuk mengembangkan sistem baru.

Ekologi mikroba adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
mikroorganisme dan lingkungan hidup (biotik) dan tidak hidup (abiotik). Meningkatnya
kesadaran ilmiah dan publik tentang ekologi mikroba sejak tahun 1960-an terutama berasal dari
pengakuan akan peran sentral mikroorganisme dalam menjaga kualitas lingkungan yang baik.
Mikroba dalam berbagai bentuknya yang sebagian besar mengarahkan aliran bahan dan energi
(siklus biogeokimia) yang teratur melalui ekosistem dunia melalui kemampuan metabolismenya

4
yang besar dan beragam untuk mengubah bahan anorganik dan organik. Ekologi mikroba adalah
disiplin ilmu yang sangat relevan dengan aplikasi praktis yang telah terbukti dan harus dilihat
sebagai salah satu pendekatan ilmiah paling kritis terhadap masalah lingkungan.

Biodegradasi dapat didefinisikan sebagai penguraian zat oleh aktivitas mikroba baik oleh
organisme tunggal tetapi paling sering oleh konsorsium mikroba. Mikroorganisme yang terdapat
di dalam tanah dan air akan berusaha memanfaatkan setiap zat organik yang ditemui sebagai
sumber energi dan karbon dengan cara memecahnya secara enzimatis menjadi molekul
sederhana yang dapat diserap. Di bawah kondisi lingkungan yang sesuai, semua senyawa organik
alami harus terdegradasi dan untuk alasan ini endapan skala besar dari senyawa organik yang
terbentuk secara alami jarang diamati. Ketika kumpulan bahan organik mengalami penumpukan
maka akan membentuk batubara, minyak karena kondisi lingkungan yang kurang
memungkinkan untuk terjadinya biodegradasi.

Bioteknologi lingkungan akan mencakup penerapan sistem dan proses biologis dalam
pengolahan dan pengelolaan limbah, dan untuk perlindungan dan pemulihan kualitas lingkungan.
Banyak proses bioteknologi yang telah berhasil dikembangkan untuk pengolahan air, gas, tanah
dan limbah padat. Perkembangan modern dalam bioteknologi lingkungan sekarang fokus pada
optimalisasi proses dan tidak lagi terfokus pada proses yang tidak efisien dan terkadang hanya
mengubah satu masalah menjadi masalah lain, misalnya, pembentukan senyawa nitrosamin
karsinogenik melalui reaksi beberapa mikroorganisme dengan amina organik dan nitrogen
dioksida. Keamanan lingkungan tidak boleh terancam oleh proses lingkungan.

Bahan kimia organik yang tidak mudah diurai oleh mikroorganisme atau memang benar-
benar tahan terhadap degradasi disebut rekalsitran, misalnya lignin. Xenobiotik adalah senyawa
sintetis buatan manusia yang tidak dibentuk oleh proses biosintetik alami dan, dalam banyak
kasus, dapat bersifat sulit untuk didegradasi. Oleh karena itu, senyawa xenobiotik adalah zat
asing dalam ekosistem kita dan sering kali memiliki efek toksik. Semua proses bioteknologi
lingkungan memanfaatkan aktivitas metabolisme (degradatif dan anabolik) mikroorganisme yang
menunjukkan sifat mikroba yang sangat diperlukan dalam ekosistem kita.

Istilah 'dapat terurai secara hayati' sering kali terlalu luas diidentikkan dengan istilah
'ramah lingkungan' dan banyak kampanye iklan dan kemasan produk telah menyampaikan pesan
bahwa karena suatu produk dapat terurai secara hayati, dampaknya terhadap lingkungan akan
berkurang secara dramatis. Hal ini tidak selalu terjadi dan demonstrasi biodegradabilitas produk
seringkali hanya dicapai di bawah kondisi mikroba yang sangat kondusif yang tidak mudah
ditemui di lingkungan alami. Selanjutnya, biodegradabilitas itu sendiri adalah peristiwa
multifaktorial yang kompleks yang mekanismenya tidak sepenuhnya dipahami. Berbagai
teknologi pengolahan limbah lingkungan yang akan terus diteliti.

5
2.3 Limbah Air dan Pengelolaan Limbah

Pertumbuhan populasi manusia umumnya diimbangi dengan pembentukan produk limbah


yang lebih luas, banyak di antaranya menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius jika
dibiarkan menumpuk di ekosistem. Di masyarakat pedesaan, daur ulang manusia, hewan dan
limbah sayuran telah dipraktekkan selama berabad-abad, dalam banyak kasus menyediakan
pupuk atau bahan bakar yang berharga. Namun, itu juga merupakan sumber penyakit bagi
manusia dan hewan dengan patogenisitas sisa bakteri enterik (usus). Di masyarakat perkotaan, di
mana sebagian besar limbah merusak menumpuk, pengumpulan limbah yang efisien dan proses
pengolahan khusus telah dikembangkan karena tidak praktis untuk membuang limbah dalam
jumlah besar ke tanah dan perairan alami. Pengenalan praktik-praktik ini pada abad terakhir
adalah salah satu alasan utama pening katan spektakuler dalam kesehatan dan kesejahteraan di
negara-negara maju.

Terutama dengan cara empiris berbagai sistem pengolahan biologis telah dikembangkan,
mulai dari septik, tangki septik dan peternakan limbah ke kotak kerikil, filter perkolasi dan
proses lumpur aktif ditambah dengan pemrosesan secara anaerobik. Tujuan utama dari semua
sistem atau bioreaktor ini adalah untuk mengurangi bahaya kesehatan dan mengurangi jumlah
senyawa organik yang dapat dioksidasi secara biologis, menghasilkan limbah akhir atau aliran
keluar yang dapat dibuang ke lingkungan alami tanpa efek samping.

Rakitan bioreaktor semacam itu bergantung pada keserbagunaan metabolisme populasi


mikroba campuran (ekologi mikroba) untuk efisiensinya. Sistem di mana mereka melakukan
fungsi biologisnya dapat disamakan dengan bioreaktor industri lainnya (misalnya produksi
antibiotik); pabrik skala besar, misalnya tangki aerasi paksa kota , bisa sangat kompleks,
membutuhkan keterampilan insinyur dan ahli mikrobiologi untuk pengoperasian yang sukses.
Fitur mendasar dari bioreaktor ini adalah bahwa mereka mengandung berbagai mikroorganisme
dengan kapasitas metabolisme keseluruhan untuk mendegradasi sebagian besar senyawa organik
yang memasuki sistem.

Pengembangan sistem ini adalah contoh awal bioteknologi. Memang, dalam hal
volumetrik, pengolahan biologis air limbah domestik dan saluran pembuangan di negara-negara
industri sejauh ini adalah yang terbesar industri bioteknologi, dan paling tidak diakui oleh orang
awam. Penggunaan mikroorganisme yang terkontrol telah menyebabkan eliminasi penyakit yang
ditularkan melalui air seperti tipus, kolera, dan disentri di komunitas ini. Namun, jika pengolahan
air dan limbah terganggu secara serius, epidemi besar dapat berkembang dengan cepat seperti
yang disaksikan pada tahun 1968 di Zermatt, Swiss, di mana tifus berkembang setelah rusaknya
instalasi pengolahan air. Dengan demikian, bioteknologi tidak hanya menghasilkan rangkaian
produk baru yang bermanfaat, tetapi juga memainkan bagian yang tak terpisahkan, melalui
proses pengolahan air dan limbah, dalam pengurangan penyakit menular pada manusia dan
hewan.

6
Pembuangan limbah organik secara biologis dicapai dengan banyak cara di seluruh dunia.
Praktek yang banyak digunakan untuk pengolahan limbah menggunakan sistem yang kompleks
namun sangat sukses melibatkan serangkaian tiga tahap pemrosesan primer dan sekunder yang
diikuti oleh pemrosesan oleh mikroba. Tahap tersier opsional yang melibatkan pengendapan
kimia dapat dimasukkan. Kegiatan utama adalah untuk menghilangkan partikel kasar dan zat
terlarut meninggalkan bahan organik terlarut untuk didegradasi atau dioksidasi oleh
mikroorganisme dalam bioreaktor terbuka yang sangat aerasi. Proses sekunder ini membutuhkan
masukan energi yang cukup besar untuk menggerakkan aerator mekanis yang secara aktif
mencampur seluruh sistem, memastikan kontak teratur mikroorganisme dengan substrat dan
udara. Mikroorganisme berkembang biak dan membentuk biomassa atau lumpur, yang dapat
dibuang dan dibuang, atau dialirkan ke digester anaerobik (bioreaktor) yang akan mengurangi
volume padatan, bau dan jumlah mikroorganisme patogen. Fitur berguna lainnya adalah
pembangkitan metana atau biogas, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Namun, nilai
biogas adalah marjinal karena kandungan karbon dioksida dan hidrogen sulfida.

Cara penting lain untuk mendegradasi limbah cair organik encer adalah bioreaktor filter
perkolasi atau trickling filter. Dalam sistem ini cairan mengalir melalui serangkaian permukaan,
yang mungkin berupa batu, kerikil, lembaran plastik, dll., di mana mikroba yang menempel
menghilangkan bahan organik untuk pertumbuhan penting. Pertumbuhan mikroba yang
berlebihan dapat menjadi masalah, menciptakan penyumbatan dan hilangnya aktivitas biologis.
Teknik seperti itu banyak digunakan dalam sistem pemurnian air.

Ketersediaan air yang melimpah sangat penting untuk pembangunan perkotaan dan
industri modern. Air membentuk lebih dari 70% dari tubuh manusia dan sekitar dua liter sehari
biasanya cukup untuk menjaga kesehatan orang dewasa. Air bertindak sebagai media transportasi
untuk nutrisi penting dalam tubuh, membantu menghilangkan racun dan bahan limbah,
menstabilkan suhu tubuh dan melakukan bagian penting dalam struktur dan fungsi sistem
peredaran darah. Pada dasarnya, air adalah ramuan kehidupan. Di alam, ekosistem meregenerasi
dan mendaur ulang air. Semakin, intrusi manusia ke alam oleh industrialisasi, praktik pertanian
ekstensif, penggundulan hutan, dll, telah menyebabkan ketidakseimbangan proses ini.Akhir-
akhir ini diketahui bahwa dua pertiga dari negara-negara di dunia mengalami kekurangan air.
Bioteknologi akan memainkan peran penting untuk reklamasi dan pemurnian air limbah untuk
digunakan kembali. Air harus didaur ulang dalam penggunaan sumber daya yang berkelanjutan.
Ancaman paling penting yang dihadapi umat manusia dalam beberapa dekade mendatang
bukanlah pemanasan global atau kekurangan energi, melainkan peningkatan kekurangan air
berkualitas tinggi.

Pengolahan limbah dengan bantuan mikrobiologi akan menjadi bidang utama yang cukup
menarik dalam bioteknologi di masa depan. Sistem terpadu akan dikembangkan untuk mengolah
limbah kompleks. Peran biokatalis atau mikroba akan terus dikaji ulang. Ahli bioteknologi
sekarang merancang bioreaktor yang semakin spesifik dan efisien untuk menampung konsorsium

7
mikroorganisme terpilih yang paling baik beradaptasi dengan berbagai aliran limbah yang
berbeda.

Di negara-negara dengan jam sinar matahari tahunan yang tinggi telah terjadi
perkembangan yang cukup besar dari sistem gabungan alga/bakteri untuk pengolahan limbah dan
air. Proses tersebut dapat mengarah pada pembentukan air yang relatif murni dan biomassa
alga/bakteri, yang dapat digunakan untuk pakan ternak, pembentukan biogas atau, mungkin lebih
ambisius, untuk pembentukan kimia organik massal.

Air sekarang diakui sebagai komponen yang semakin mahal dari banyak proses industri.
Industri di seluruh dunia menggunakan sejumlah besar air berkualitas dalam prosedur
manufaktur mereka, misalnya baja, tekstil, makanan, dll. Misalnya, untuk setiap ton baja yang
diproduksi, sekitar 280 ton air akan digunakan. Di masa lalu, banyak dari industri ini hanya
membuang air limbah ke aliran air yang sering mengakibatkan pencemaran di hilir sungai atau
muara yang luas. Undang-undang anti-polusi yang ketat bersama dengan biaya air yang sangat
meningkat telah mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengembangkan sistem
pengolahan air limbah baru yang berfungsi secara tertutup.

Hampir dua pertiga dari konsumsi air di seluruh dunia digunakan untuk irigasi pertanian.
Dalam banyak kasus di mana pasokan air tidak mencukupi, limbah domestik mentah digunakan,
yang selalu menyebabkan kontaminasi tanaman dengan virus patogen manusia. Di tempat-
tempat seperti itu, penting untuk mengembangkan proses pengolahan limbah yang akan
menghasilkan air limbah bebas patogen tanpa kehilangan kandungan nitrogen dan fosfor esensial
yang dibutuhkan sebagai pupuk.

2.4 Teknologi TPA

Limbah padat menyumbang peningkatan proporsi aliran limbah yang dihasilkan oleh
masyarakat perkotaan modern. Sementara sebagian dari bahan ini akan terdiri dari kaca, plastik,
dll., sebagian besar akan menjadi bahan organik padat yang dapat diurai seperti kertas, sisa
makanan, limbah kotoran, limbah dari peternakan unggas dan babi skala besar, dan, di USA
khususnya, limbah pakan ternak.

Sekarang ada banyak strategi yang tersedia untuk pengelolaan limbah padat (a) daur
ulang primer atau pemilihan bahan dari aliran limbah untuk digunakan kembali secara langsung,
misalnya logam; (b) daur ulang sekunder secara mekanis (penggilingan) untuk digunakan
kembali, misalnya kaca, atau pemecahan kimia untuk menghasilkan molekul yang dapat
digunakan kembali, misalnya plastik; (c) daur ulang tersier – insinerasi: insinerasi hanya
dianggap daur ulang jika nilai kalor limbah dipulihkan untuk menghasilkan panas atau listrik;
dan terakhir (d) penimbunan, yang paling tidak diinginkan untuk didaur ulang.

8
Di masyarakat perkotaan yang besar, pembuangan limbah padat menjadi masalah dan
salah satu sistem yang digunakan dengan baik adalah dengan teknologi TPA anaerobik berbiaya
rendah. Dalam prosedur ini, limbah padat diendapkan di dataran rendah, lokasi bernilai rendah
dan endapan limbah setiap hari dipadatkan dan ditutupi oleh lapisan tanah. Pengisian lengkap
situs tersebut dapat memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun tergantung pada ukuran
situs dan aliran limbah. Mereka bisa tidak sedap dipandang, bau dan tidak higienis jika tidak
dikelola dengan benar. Limbah beracun juga dapat menimbulkan masalah serius, baik terhadap
proses mikrobiologi yang terjadi di lokasi maupun dengan limpasan racun.

Lokasi TPA yang tidak disiapkan dan dioperasikan dengan benar dapat mengakibatkan
logam berat beracun, polutan berbahaya, dan produk dekomposisi anaerobik yang merembes dari
lokasi ke akuifer bawah tanah dan selanjutnya mencemari pasokan air perkotaan. Lokasi TPA
yang dibangun dan disegel dengan benar dapat digunakan untuk menghasilkan gas metana, untuk
penggunaan komersial. Banyak upaya sekarang dilakukan untuk menggunakan pelapis yang kuat
dan kedap air untuk menghindari lindi yang merusak tanah dan aliran air di sekitarnya.

Peraturan saat ini mengharuskan lokasi TPA baru kedap udara dan air untuk melindungi
lingkungan. Pemantauan rutin diperlukan untuk mendeteksi kontaminasi air tanah, air
permukaan, dan udara di sekitarnya. Pemilik tempat pembuangan sampah sekarang finansial
bertanggung jawab atas perawatan jangka panjang situs setelah penutupan akhir. Operasi TPA
harus dilihat sebagai bioreaktor raksasa dan metana produk yang bisa digunakan. Produksi
biogas (yang sebagian besar merupakan metana) biasanya akan dimulai beberapa bulan atau
tahun setelah konstruksi dan pengisian lokasi yang tepat, berlanjut melalui periode produksi
puncak dan secara bertahap menurun setelah bertahun-tahun.

Di masa lalu, lokasi TPA pada dasarnya dilihat sebagai situs 'pembuangan' atau wadah
penyimpanan di mana sampah pada dasarnya disegel dari lingkungan sekitar. lingkungan. Saat
ini, sangat kontras, lokasi baru dikelola sebagai bejana bioreaktor di mana sistem peningkatan
stabilisasi yang benar dioperasikan selama masa kerja lokasi TPA. Praktik saat ini di sebagian
besar negara barat adalah mengurangi jumlah limbah yang akan ditimbun dan meningkatkan
keselamatan operasi. Sementara praktik penimbunan akan terus berperan dalam pengelolaan
limbah padat secara keseluruhan, kelemahannya terletak pada ketidakmampuan untuk mendaur
ulang produk yang dapat digunakan kembali dan pemulihan energi (biogas) yang buruk. Selain
itu, lindi TPA dan emisi gas di lokasi yang tidak efisien dapat mencemari lingkungan.

2.5 Pengomposan

Pengomposan adalah proses yang digerakkan oleh mikroba aerobik yang mengubah
limbah organik padat menjadi bahan yang stabil, sanitasi, seperti humus yang telah sangat
berkurang dalam jumlah besar dan dapat dikembalikan dengan aman ke lingkungan. Hal ini,
pada dasarnya, merupakan proses fermentasi substrat padat dengan kelembaban rendah seperti

9
yang telah dibahas sebelumnya. Agar benar-benar efektif, sebaiknya hanya digunakan sebagai
substrat sampah organik padat yang mudah terurai. Dalam operasi skala besar yang
menggunakan sebagian besar limbah organik padat domestik, produk akhir sebagian besar
digunakan untuk perbaikan tanah, tetapi dalam operasi yang lebih khusus menggunakan substrat
mentah organik tertentu (jerami, kotoran hewan, dll.), produk akhir dapat menjadi substrat untuk
produksi komersial jamur di seluruh dunia Agaricus bisporus.

Pengomposan telah lama dikenal tidak hanya sebagai cara untuk mengolah limbah
organik padat dengan aman, tetapi terutama sebagai bentuk daur ulang bahan organik.
Pengomposan akan semakin memainkan peran penting dalam skema pengelolaan sampah masa
depan karena menawarkan cara penggunaan kembali bahan organik yang berasal dari limbah
domestik, pertanian dan industri makanan. Meningkatnya minat dalam pengomposan berasal dari
tumbuhnya kesadaran akan banyak masalah lingkungan yang terkait dengan beberapa cara utama
yang sekarang dipraktekkan untuk mengolah limbah organik padat, misalnya pembakaran dan
penimbunan. Mayoritas kotamadya dan individu menentang pendirian insinerator dan tempat
pembuangan sampah di dalam komunitas mereka.

Pengomposan baru-baru ini menjadi teknologi pengelolaan sampah yang serius, dan
pengembangan teknologi baik teoritis maupun praktis masih dalam tahap awal. Tujuan utama
dari operasi pengomposan adalah untuk mendapatkan, dalam waktu yang terbatas dalam kompos
yang terbatas, kompos akhir dengan kualitas produk yang diinginkan. Pabrik pengomposan harus
berfungsi dalam kondisi yang aman bagi lingkungan.

Pengomposan dilakukan di tempat padat partikel organik padat di mana mikroba asli
akan tumbuh dan berkembang biak. Akses bebas ke udara langsung merupakan persyaratan
penting. Bahan awal disusun dalam tumpukan statis (windrows), tumpukan aerasi atau
terowongan tertutup, atau dalam bioreaktor berputar (drum atau silinder). Beberapa bentuk pra-
pengolahan limbah mungkin diperlukan, seperti pengurangan ukuran partikel dengan merobek-
robek atau menggiling. Reaksi biologis dasar dari proses pengomposan adalah oksidasi substrat
organik campuran dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air dan produk samping
organik lainnya. Setelah proses pengomposan selesai, produk akhir paling sering perlu dibiarkan
selama periode waktu yang bervariasi untuk menstabilkan.

Pengomposan yang berhasil membutuhkan optimalisasi kondisi pertumbuhan


mikroorganisme. Ini adalah fermentasi campuran dan contoh luar biasa dari ekologi mikroba
dalam praktek. Karena sebagian besar proses ini bertindak sebagai isolasi dan sebagai akibat dari
panas biologis yang dihasilkan oleh reaksi mikroba, dapat terjadi penumpukan panas internal
yang cepat. Overheating dapat secara serius mengganggu aktivitas mikroba. Proses kompos
harus diatur untuk mencegah kenaikan suhu di atas 55◦C. Tingkat kelembaban substrat organik
biasanya antara 45 dan 60% – di atas 60% kelembaban bebas akan menumpuk mengisi ruang
antar partikel dan membatasi aerasi, sementara kondisi di bawah 40% menjadi terlalu kering
untuk keberhasilan kolonisasi mikroba.

10
Bahan organik padat hanya dilarutkan secara perlahan oleh sekresi ekso-enzim oleh
mikroba yang memfermentasi. Langkah reaksi ini umumnya dianggap sebagai pembatas laju.
Selulosa dan lignin banyak terdapat di sebagian besar limbah padat. Kandungan lignin yang
tinggi, misalnya pada bahan jerami dan kayu, menghambat proses degradasi secara keseluruhan;
lignin sangat tahan terhadap degradasi dan hanya terdegradasi secara perlahan dan dalam banyak
kasus dapat melindungi zat lain yang sebaliknya lebih mudah terdegradasi.KOntak dengan udara
langsung merupakan unsur penting untuk bioreaktor yang sukses dan seimbang.

Untuk pengomposan komersial skala besar, sistem tiang aerasi dilakukan di gedung
tertutup untuk memfasilitasi pengendalian emisi bau. Dalam sistem ini aerasi paksa dengan
putaran biasa digunakan untuk menciptakan kondisi pengomposan yang baik. Sekarang ada
beberapa pabrik di Eropa dengan kapasitas lebih dari 60.000 ton per tahun.

Pengomposan terowongan dilakukan di terowongan plastik tertutup dengan panjang 30-


50 m dan lebar dan tinggi 4-6 m. Sistem terowongan seperti itu telah beroperasi selama bertahun-
tahun untuk pengomposan lumpur limbah dan limbah domestik, dan untuk persiapan substrat
khusus untuk produksi jamur. Beberapa pabrik dapat beroperasi hingga 10.000 ton per tahun.

Sistem drum berputar dalam berbagai ukuran telah digunakan untuk pengomposan
limbah domestik di seluruh dunia. Proses drum besar sangat berguna untuk sampah organik
basah. Sistem drum kecil telah diterima secara luas untuk sejumlah kecil limbah kebun yang siap
digunakan untuk didaur ulang.

Dalam beberapa proses pengomposan, outlet gas limbah dapat menimbulkan masalah bau
karena adanya senyawa sulfur dan nitrogen. Perhatian khusus sekarang diberikan untuk
mengurangi atau menghilangkan bau ini dengan scrubber gas atau filtrasi, karena peraturan
lingkungan dapat menyebabkan penutupan pabrik yang mengganggu. Bentuk biofiltrasi yang
paling banyak digunakan melibatkan unggun tetap atau massa bahan organik, misalnya kompos
matang atau serpihan kayu yang ditanam secara mikroba. Gas melewati campuran dan aktivitas
biokimia yang dihasilkan dapat sangat mengurangi bau kimia yang mengganggu.

Pengomposan tidak diragukan lagi sebagai salah satu strategi utama untuk pengolahan
sampah organik padat dan daur ulang kembali ke lingkungan. Untuk perluasan pengomposan dan
daur ulang di masa depan, empat kriteria harus dicapai.

1. Infrastruktur yang sesuai harus tersedia.


2. Kualitas dan kuantitas substrat yang sesuai harus tersedia.
3. Harus ada pasar untuk produk akhir.
4. Proses harus ramah lingkungan dan menunjukkan kelayakan ekonomi.
Sementara pengomposan aerobik adalah teknologi yang dipraktikkan dengan baik di seluruh
dunia, pengomposan anaerobik adalah pendekatan baru yang sedang diteliti secara aktif oleh
beberapa perusahaan lingkungan. Dalam pengomposan anaerobik kering, proses beroperasi pada
suhu termofilik (55◦C), pada konsentrasi padat yang tinggi dan merupakan fermentasi satu tahap.

11
Walaupun prosesnya memiliki banyak kesamaan dengan teknologi TPA, namun berbeda sejauh
dalam bioreaktor tertutup dan memiliki laju reaksi yang jauh lebih tinggi karena input
pencampuran/resirkulasi yang lebih tinggi. Waktu pencernaan lengkap sampah organik memakan
waktu dua minggu, dibandingkan dengan beberapa tahun di TPA. Karena proses ini dilakukan
dalam bioreaktor tertutup, pengomposan anaerobik menggunakan lebih sedikit ruang,
menghasilkan energi (biogas), menghasilkan lebih sedikit bau, dan membunuh patogen dan
benih lebih efisien daripada pengomposan aerobik.

Dengan semakin banyaknya perusahaan lingkungan yang sekarang mengembangkan dan


mengkomersialkan fasilitas pengomposan anaerobik, jelas sebuah revolusi dalam praktik
pengomposan akan menantang konsep yang ada.

2.6 Biremediasi

Sebagian besar permukaan bumi dan lautan serta saluran air lainnya telah terkontaminasi
dengan senyawa turunan minyak dan bahan kimia beracun. Lebih dari 2 juta ton minyak
diperkirakan masuk ke laut setiap tahun. Sekitar setengahnya akan berasal dari limbah industri,
limbah dan aliran sungai, dan sisanya dari pelayaran non-tanker dan rembesan alami dari bawah
dasar laut. Diperkirakan hanya sekitar 18% dari total tersebut berasal dari kegiatan kilang,
operasi lepas pantai dan kapal tanker. Tidak seperti kebanyakan polutan lainnya, tumpahan
minyak dapat dengan mudah dilihat dan telah menjadi subjek emotif di layar TV. Sebagian besar
minyak memang memiliki toksisitas yang relatif rendah terhadap lingkungan secara umum,
tetapi dapat memiliki efek bencana dan langsung pada kehidupan burung dan hewan yang terkait
dengan air. Beberapa tumpahan minyak utama dalam beberapa tahun terakhir ditunjukkan pada
Gambar 7.6. Pemeliharaan ekosistem laut dan pesisir yang berkelanjutan akan memerlukan
pengembangan langkah-langkah efektif untuk mengurangi polusi minyak dan mengurangi
dampak lingkungan yang dihasilkan.

Kontaminasi tanah biasanya hasil dari berbagai kegiatan antropogenik. Lahan yang
terkontaminasi dipandang sebagai lahan yang mengandung zat-zat yang bila terdapat dalam
jumlah atau konsentrasi yang cukup tinggi dapat menimbulkan kerugian bagi manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dan terhadap lingkungan pada umumnya. Banyak
xenobiotik(senyawa turunan industri) dapat menunjukkan tingkat konsentrasi yang tinggi dan
sementara dalam banyak kasus hanya konsentrasi rendah yang masuk ke lingkungan, mereka
dapat dikenakan biomagnifikasi. Biomagnifikasi pada dasarnya menyiratkan peningkatan
konsentrasi zat kimia, misalnya DDT, karena zat tersebut melewati rantai makanan.

Komitmen bioteknologi untuk pengelolaan lingkungan dari limbah atau kontaminan


berbahaya tersebut dapat dilihat sebagai pengembangan sistem yang melibatkan katalis biologis
untuk mendegradasi, mendetoksifikasi atau mengakumulasi bahan kimia yang mencemari.
Penerapan agen biologis, sebagian besar mikroorganisme, untuk pengobatan bahan kimia

12
lingkungan sebagian besar telah diarahkan pada kegiatan perbaikan. Ada tiga pendekatan utama
yang harus dinilai dalam menangani lokasi yang terkontaminasi

a) identifikasi,
b) penilaian sifat dan tingkat bahaya, dan
c) pilihan tindakan perbaikan.
Saat menangani tanah yang terkontaminasi, operasi pembersihan dapat melibatkan
pemrosesan di tempat,di tempatpengolahan atau pemrosesan di luar lokasi. Hingga saat ini,
sebagian besar kegiatan perbaikan berpusat pada metode pemisahan dan/atau penghilangan
polutan secara fisika dan kimia. Metode-metode tersebut tidak akan dibahas lebih lanjut dalam
konteks saat ini, tetapi perhatian akan dicurahkan pada metode-metode remediasi biologis yang
semakin banyak digunakan dengan berbagai istilah.bioremediasi, biorestorasi,bioreklamasiatau
pengobatan hayati.

Prinsip dasar bioremediasi sangat sederhana: mengoptimalkan kondisi lingkungan sehingga


biodegradasi mikroba dapat terjadi dengan cepat dan selengkap mungkin. Mikroba yang secara
alami ada di lingkungan tanah dan air merupakan kandidat potensial untuk transformasi biologis
senyawa xenobiotik yang dimasukkan ke dalam ekosistem. Populasi mikroba di lingkungan
alami berada dalam keseimbangan dinamis yang dapat diubah dengan memodifikasi kondisi
lingkungan, seperti ketersediaan nutrisi.

Dalam hampir semua kasus, bukan strain individu tetapi konsorsium mikroorganisme
yang akan bekerja pada molekul polutan. Efek metabolisme mikroorganisme pada polutan dapat
mengambil banyak bentuk dan tidak selalu menguntungkan lingkungan ekosistem. Sementara
perawatan bioremediasi di seluruh dunia sebagian besar bergantung pada ekosistem mikroba asli,
sedikit yang diketahui tentang masing-masing mikroorganisme yang terlibat.

Penerapan bioremediasi untuk pembersihan lingkungan telah diterapkan dalam dua cara.

1. Promosi pertumbuhan mikrobadi tempatdapat dicapai dengan penambahan nutrisi


(biostimulasi). Ketika populasi mikroba asli telah terpapar senyawa pencemar tertentu
untuk waktu yang lama, subpopulasi akan mengembangkan kemampuan metabolisme
yang terbatas untuk memanfaatkan dan, dengan demikian, mendegradasi pencemar yang
mengganggu. Namun, pertumbuhan mikroba tertentu ini akan selalu terbatas nutrisi dan
ketika nutrisi pertumbuhan penting seperti nitrogen dan fosfor ditambahkan, stimulasi
pertumbuhan biasanya akan terjadi dengan peningkatan penguraian polutan secara
bersamaan. Metode ini berhasil diterapkan di pantai sepanjang Prince William Sound dan
Teluk Alaska pada tahun 1989/90 untuk membersihkan tumpahan minyak dari kapal
tanker minyak.Exxon Valdez. Pupuk (nutrisi), ketika diterapkan dalam berbagai
formulasi ke pantai, merangsang mikroorganisme asli untuk mendegradasi minyak
menjadi produk yang kurang berbahaya, yang kemudian menjadi bagian dari rantai
makanan. Lebih dari tiga juta dolar dihabiskan untuk bioremediasi pantai Alaska dan,

13
hingga saat ini, ini telah menjadi aplikasi terbesar dari teknologi baru ini. Tanah yang
terkontaminasi dengan bahan kimia bandel seperti PCB, yang sebelumnya dianggap
sebagai polutan industri yang sangat beracun dan tidak dapat dihancurkan, sekarang
secara realistis dideklorinasi dengan metode ini.
2. Pendekatan alternatif untuk suplementasi nutrisi langsung dandi tempat Stimulasi
pertumbuhan mikroba telah menghilangkan sampel mikroba dari lokasi yang tercemar,
memperkaya mikroba yang berguna, meningkatkan campuran dengan budidaya
bioreaktor, dan menginokulasi kembali sejumlah besar 'koktail' mikroba ke dalam lokasi
yang terkontaminasi (bioaugmentasi). Ini cukup berhasil di beberapa situs.
Beberapa perusahaan sekarang memasarkan inokula mikroba yang diklaim dapat
meningkatkan laju biodegradasi polutan minyak secara signifikan. Pendekatan lain adalah
memanfaatkan dan memasarkan jamur pelapuk putih, seperti:Phanaerochytae chrysosporium,
pengurai bahan lignoselulosa yang banyak digunakan. Organisme yang dapat mendegradasi
molekul organik kompleks seperti lignin memiliki berbagai aktivitas enzim yang mampu
mendegradasi banyak polutan industri yang paling berbahaya, seperti poliklorin bifenol. Saat ini
ada beberapa kendala pada pendekatan ini.

1. Mikroba degradatif asli beradaptasi sepenuhnya dengan lingkungan spesifik yang akan
dirawat.
2. Mikroba introduksi atau 'asing' harus mampu bertahan di lingkungan baru dan mampu
bersaing dengan mikroba asli yang sudah mapan.
3. Inokula yang ditambahkan harus tetap berada dalam kontak dekat dengan polutan dan,
dalam lingkungan berair, hindari pengenceran.

Kemungkinan lebih lanjut dari bioaugmentasi adalah merekayasa genetika mikroorganisme


untuk dapat mendegradasi molekul polutan organik yang saat ini tidak dapat mereka lakukan.
Meskipun hal ini telah dicapai dalam beberapa kasus, ada masalah teknis yang cukup besar
termasuk stabilitas genetik dan kelangsungan hidup mikroba 'baru' di lingkungan yang tidak
bersahabat. Selain itu, ada masalah legislatif, etika, dan persepsi yang berkaitan dengan
pelepasannya ke lingkungan seperti sistem pembuangan limbah, tanah, dan lautan. Sampai saat
ini, tidak ada mikroorganisme hasil rekayasa genetika yang meninggalkan laboratorium dan diuji
di lapangan. Ada penelitian intensif yang sedang berlangsung di seluruh dunia, khususnya di
Amerika Serikat, dan diyakini oleh banyak ilmuwan industri yang terinformasi bahwa dalam
sepuluh tahun teknologi ini akan digunakan secara luas dan aman untuk aplikasi lingkungan.

Sementara mikroorganisme telah mendominasi praktik bioremediasi, ada gelombang minat


dalam menggunakan tanaman untuk memulihkan beberapa masalah lingkungan. Tumbuhan telah
mengembangkan sistem akar ekstensif yang memungkinkan perolehan unsur-unsur penting dari
tanah secara efisien. Menghapus dari polutan anorganik tanah seperti timbal, merkuri dan
kadmium bisa menjadi strategi remediasi baru yang berpotensi berbiaya rendah dan ramah
lingkungan.
14
Aksi militer selama beberapa dekade telah menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah
yang parah dan meluas oleh bahan peledak yang tahan terhadap degradasi, misalnya bahan
peledak royal demolition RDX (1,3,5-trinitro-1,3,5 triazine) dan TNT (2,4 ,6- trinitrotoluena).
RDX beracun untuk semua kelas organisme yang diuji, termasuk mamalia dan tumbuhan. EPA
AS mencantumkan RDX sebagai polutan prioritas dan kemungkinan karsinogen. Perawatan saat
ini untuk kedua bahan peledak adalah dengan bioaugmentasi dan detonasi, atau dengan
penggalian dan penguburan kembali. Untuk kedua bahan peledak metode baru fitoremediasi
sedang berhasil dieksplorasi. Untuk TNT, tanaman tembakau telah direkayasa secara genetik
untuk mengekspresikan bakteri ( Enterobacter cloacae) Nitroreduktase yang bergantung pada
NADPH, yang meningkatkan konversi menjadi aminodinitrotoluena di dalam akar tanaman yang
direkayasa. Tanaman mengekspresikan gen bakteri mentolerir dan menurunkan TNT, pada
tingkat yang mematikan untuk tanaman tipe liar. Menariknya, tanaman tersebut juga secara alami
mengandung enzim yang dapat menghilangkan racun aminodinitrotoluene. Dengan cara yang
sama, sebuah gen XplA telah ditransfer dari Rhodococcus rhodochrouske dalam
tanamanArabidopsis thalianadengan dekontaminasi RDX berikutnya. Namun, semua ini masih
dalam tahap awal pengembangan dan harus menunggu penerimaan regulasi. Sayangnya, negara-
negara yang dikotori dengan amunisi bekas akan terus menderita dan bukan negara (yang
menentang pabrik GM) yang membuat dan menjual amunisi.

Bioremediasi adalah teknologi baru dan akan membutuhkan waktu untuk pengembangan dan
aplikasi penuh. Kemajuan dalam bioteknologi lingkungan terus berlanjut secara global dan
meningkatkan kinerja dan keandalan proses berbasis mikroba untuk reklamasi lokasi,
pengolahan limbah, dan pencegahan polusi.

2.7 Deteksi Polutan


Berbagai metode tradisional telah lama digunakan untuk mendeteksi polutan, termasuk
analisis mikroba dan kimia. Metode deteksi biologis yang ditingkatkan baru-baru ini termasuk
biosensor dan immunoassay. Sensor tersebut dapat dirancang untuk menjadi sangat selektif atau
sensitif terhadap berbagai macam senyawa, misalnya pestisida. Biosensor mikroba adalah
mikroorganisme yang menghasilkan reaksi (seperti pendaran) setelah kontak dengan zat yang
akan diindera.

Immunoassays menggunakan antibodi berlabel dan enzim untuk mengukur tingkat polutan.
Tes tersebut telah terbukti sangat berharga untuk penggunaan lapangan yang sensitif dan cepat.
Teknik lain yang semakin banyak digunakan untuk deteksi mikroba adalah isolasi langsung dan
amplifikasi DNA dari tanah.

15
2.8 Mikroba dan lingkungan geologis
Mikroba semakin dikenal sebagai agen katalitik penting dalam proses geologi tertentu,
misalnya, pembentukan mineral, degradasi mineral, sedimentasi, pelapukan dan siklus geokimia.
Salah satu contoh yang paling merugikan dari keterlibatan mikroba dengan mineral terjadi dalam
produksi air asam tambang. Hal ini terjadi dari oksidasi pirit mikroba ketika lapisan batubara
bitumen terkena udara dan kelembaban selama penambangan. Di banyak komunitas
pertambangan, volume besar asam sulfat yang dihasilkan dengan cara ini telah menciptakan
polusi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Contoh lain dari efek merugikan
mikroba termasuk pelapukan mikroba dari batu bangunan, seperti batu kapur, yang
menyebabkan defacement atau perubahan struktural.

Reaksi biologis dalam pencucian logam ekstraktif biasanya berkaitan dengan oksidasi
mineral sulfida. Banyak bakteri, jamur, ragi, alga dan bahkan protozoa mampu melakukan reaksi
spesifik ini. Banyak mineral ada dalam hubungan erat dengan zat lain, seperti besi sulfida, yang
harus dioksidasi untuk membebaskan logam berharga. Bakteri yang banyak digunakan
Thiobacillus ferrooxidans dapat mengoksidasi belerang dan besi, belerang dalam limbah bijih
diubah oleh bakteri menjadi asam sulfat. Secara bersamaan, oksidasi besi sulfida menjadi besi
sulfat ditingkatkan.

Proses komersial melibatkan pencucian berulang dari bijih yang dihancurkan, biasanya
dalam tumpukan besar dengan larutan bioleaching yang mengandung mikroorganisme hidup
dan beberapa nutrisi penting (fosfat/amonia) untuk mendorong pertumbuhannya. Cairan
pelindian yang dikumpulkan dari timbunan mengandung logam esensial yang dapat dengan
mudah dipisahkan (pengolahan hilir) dari asam sulfat yang telah diekstraksi.

Proses berkelanjutan telah dikembangkan, dan pengendalian populasi bakteri esensial mudah
dicapai karena keasaman dan ketersediaan substrat yang terbatas. Teknologi pelindian akan terus
menawarkan cara yang lebih efisien dan lebih murah untuk mengekstraksi logam yang semakin
langka yang diperlukan untuk industri modern. Kerugian utama dari bioleaching adalah relatif
lambatnya proses.

Aplikasi potensial penting lainnya untuk bioleaching bakteri adalah penghilangan pirit yang
mengandung belerang dari batubara belerang tinggi. Sedikit digunakan sekarang terbuat dari
batubara sulfur tinggi karena SO2polusi yang terjadi dengan pembakaran. Namun, karena
semakin banyak cadangan batu bara yang digunakan, batu bara belerang tinggi tidak dapat
diabaikan. Dengan demikian penghilangan bakteri pirit (yang mengandung sebagian besar
belerang) dari batubara belerang tinggi dapat memiliki signifikansi ekonomi dan lingkungan
yang sangat besar.

Bakteri yang memanfaatkan hidrokarbon alifatik juga digunakan untuk mencari deposit
minyak bumi. Mikroba akan segera digunakan secara komersial untuk melepaskan produk
minyak bumi dari rak minyak dan pasir tar. Dalam semua sistem ini jarang ada bejana atau

16
bioreaktor yang diformalkan. Sebaliknya, situs geologi alami menjadi bioreaktor, memungkinkan
air dan mikroorganisme mengalir di atas bijih dan dikumpulkan setelah rembesan dan aliran
keluar alami. Daur ulang dengan pemompaan mekanis juga dapat digunakan.

Ketika ladang minyak dibuka, pemompaan hanya akan menghasilkan sekitar sepertiga dari
total minyak bumi yang ada. Teknik pemulihan sekunder seperti karena tekanan gas, banjir air,
banjir campur dan metode termal dapat lebih meningkatkan output. Metode perolehan minyak
tersier yang melibatkan penggunaan pelarut, surfaktan dan polimer yang mampu mengeluarkan
minyak dari formasi geologi dapat lebih meningkatkan atau memperpanjang umur produksi
sumur (Tabel 7.6). Proses pemulihan minyak yang ditingkatkan secara mikroba melibatkan
penggunaan polimer seperti xanthan gum, yang diproduksi oleh fermentasi skala besar dari
bakteri tertentu. Gum tersebut memiliki viskositas dan karakteristik aliran yang sangat baik dan
dapat melewati ruang pori kecil, melepaskan sebagian besar minyak yang terperangkap. Aplikasi
biasanya dikaitkan dengan operasi penggenangan air. Pendekatan lebih lanjut yang mungkin
adalah penggunaan mikroorganismedi tempatuntuk mengeluarkan minyak dengan cara produksi
surfaktan, pembentukan gas atau bahkan mengubah viskositas minyak dengan degradasi mikroba
parsial. Saat ini, kesulitannya lebih besar daripada keuntungannya.

Mikroorganisme juga dapat digunakan sebagai akumulator logam (bio) dari larutan encer.
Mikroorganisme, bakteri, ragi dan kapang, dapat secara aktif menyerap logam dengan berbagai
cara dan proses tersebut memiliki potensi penggunaan dalam mengekstraksi logam langka dari
larutan encer, tetapi masih harus dilihat apakah itu akan menjadi teknologi penting.

Dengan cara yang sama, mikroorganisme digunakan untuk mengekstrak logam beracun dari
limbah industri dan mengurangi keracunan lingkungan berikutnya. Beberapa tanaman telah
terbukti mengakumulasi logam berat seperti nikel, kobalt, kadmium dan bahkan emas, dan
penelitian sekarang sedang dilakukan untuk menilai apakah tanaman tersebut dapat digunakan
untuk mengekstrak logam dari tanah atau bijih yang subekonomis untuk pertambangan
konvensional. Bidang studi ini disebut phytomining dan akan bergantung pada penggunaan
tanaman yang hiperakumulasi. Diperkirakan bahwa tanaman yang mengalami hiperakumulasi
akan dipanen dari tanah yang mengandung logam, bahan tanaman dibakar untuk menghasilkan
sejumlah kecil abu tanaman (bijih-bijih) yang mengandung logam target dengan konsentrasi
tinggi, dan bio-bijih akhir dilebur untuk menghasilkan logam. Proses seperti itu belum layak
secara komersial. Phytomining juga dapat menarik gerakan konservasi sebagai alternatif untuk
penambangan terbuka bijih kadar rendah.

Dalam semua kegiatan ini, pendekatan multidisiplin diperlukan, dan teknik bioteknologi baru
seperti merancang organisme untuk fungsi tertentu dapat menghasilkan manfaat lebih lanjut.
Gambaran keseluruhan bidang bioteknologi ini adalah salah satu perkembangan yang pesat dan
menarik. Ada kesadaran yang berkembang akan nilai lingkungan yang tidak tercemar.

17
2.9 Kelestarian Lingkungan dan Teknologi Kebersihan
Perhatian telah ditarik ke berbagai teknologi bioteknologi yang digunakan untuk mengurangi
dampak limbah masyarakat terhadap lingkungan. Dalam makalah 'Pengembangan bioteknologi
berkelanjutan: dari teknologi tinggi ke eko-teknologi', Profesor Moser (1994) mengidentifikasi
bagaimana pemanfaatan bioteknologi saat ini dipandang sebagai layanan 'baut' untuk proses
lingkungan saat ini yang secara intrinsik tidak ramah. Sementara ekonomi adalah kekuatan
penentu untuk sebagian besar perubahan teknologi, upaya untuk meningkatkan bioteknologi
lingkungan pasti harus dilihat hanya sebagai strategi tambahan. Dia secara mendalam
menyatakan bagaimana bioteknologi sehubungan dengan perlindungan lingkungan memiliki tiga
tingkat aplikasi :

1. Pembersihan polusi:misalnya, pembersihan tumpahan minyak dan detoksifikasi tanah


yang terkontaminasi; pengolahan air limbah domestik dan industri.
2. Pengendalian pencemaran:misalnya, pemulihan logam beracun berat dari air
pertambangan; penggunaan enzim daripada klorin dalam pembuatan pulp dan kertas.
3. Perlindungan polusi:misalnya, praktik siklus tertutup di pabrik produksi enzim di
mana bahan bakunya terbarukan, bahan limbahnya adalah lumpur yang dapat terurai
secara hayati, yang dapat digunakan sebagai pupuk lokal.

Dalam beberapa dekade terakhir telah ada investasi ekstensif dalam pengolahan limbah
industri dengan investasi minimal dalam minimalisasi limbah. Munculnya konsep teknologi
bersih kini berupaya mengalihkan perhatian dan tindakan dari remediasi ke pencegahan
degradasi lingkungan. Dengan cara ini diharapkan akan mengarah pada munculnya teknologi
yang diarahkan pada minimalisasi atau pencegahan limbah. Idealnya, proses teknologi yang
sepenuhnya ramah lingkungan akan memiliki konsumsi energi dan bahan baku yang tidak
terbarukan (terutama bahan baku bahan bakar fosil) yang rendah dan akan mengurangi atau
menghilangkan limbah.

Semakin terbukti bahwa aktivitas manusia di dalam lingkungan jauh melebihi kapasitas
berkelanjutan Bumi. Intinya, beban lingkungan sama dengan ukuran populasi dunia×
kemakmuran atau kesejahteraan per kepala penduduk×pemanfaatan lingkungan per satuan
kemakmuran (welfare). Sekarang jelas bahwa dalam waktu 50 tahun akan ada persyaratan yang
tidak dapat dihindari untuk mengurangi beban lingkungan 20-50 kali. Karena diragukan bahwa
ini dapat dicapai, kita harus menerima erosi yang meningkat dari nilai-nilai dan standar
lingkungan di seluruh dunia atau menetapkan tentang membuat proses lebih efisien dengan
meminimalkan aliran massa dan energi.

Semua proses dan produk bioteknologi lingkungan dapat memiliki implikasi negatif dan
risiko tersebut harus seimbang dengan memastikan manfaat. Sementara proses tersebut harus
selalu dilakukan melalui penilaian risiko, jelas bahwa dalam terang kesadaran legislatif dan
realisme teknologi, sejumlah besar bioteknologi lingkungan yang ada dan yang akan datang
harus mampu mencapai keamanan lingkungan maksimum.
18
Sekarang diterima secara universal bahwa dampak lingkungan adalah fungsi dari populasi,
kemakmuran atau konsumsi dan teknologi yang digunakan untuk menciptakan dan mendukung
barang dan jasa. Jika standar hidup yang saat ini dicapai di Barat, khususnya Amerika Serikat,
bersifat universal, maka dampak lingkungan sudah tidak berkelanjutan.

Ekosistem harus dilindungi dari dampak lingkungan yang merugikan terkait dengan
meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi. Ini akan melibatkan pengelolaan limbah dan emisi
yang kreatif, mengurangi timbulan limbah, dan secara keseluruhan menghasilkan teknologi yang
andal dan bersih jika memungkinkan. Dengan demikian, sekarang ada peningkatan kesadaran
bahwa alih-alih mencoba memulihkan setelah proses, masalah harus ditangani pada sumbernya.
Bioteknologi akan semakin dilihat sebagai sarana untuk meningkatkan berbagai jenis proses
rekayasa biologi dan kimia yang ada saat ini menghasilkan produk sampingan yang merusak
lingkungan. Akan ada peningkatan desain bioproses terintegrasi (Bab 4), yang akan
mengembangkan bioproses berkualitas tinggi yang efisien, terkendali dan membersihkan.
Bioteknologi akan memainkan peran sentral dalam 'eco-tech' – sebuah konsep teknologi baru
yang memasukkan teknologi ke dalam eksosfer dan budaya manusia dengan menggunakan
seluruh jajaran keanekaragaman hayati secara holistik dan rendah invasif untuk mencapai
manfaat bagi umat manusia yang mematuhi prinsip-prinsip ekologi.

Fitur utama dari teknologi bersih masa depan adalah memfokuskan kembali perhatian dari
remediasi ke pencegahan atau minimalisasi polusi dan degradasi lingkungan. Jelas, tidak ada
teknologi tunggal yang diharapkan menghasilkan produk dan proses bersih; namun, bioteknologi
tidak diragukan lagi akan menjadi pendorong utama keberlanjutan industri, bersaing semakin
meningkat dengan sistem kimia dan fisik yang ada, mengurangi konsumsi bahan dan energi, dan
menghasilkan limbah, sambil tetap kompetitif secara ekonomi. Pembangunan berkelanjutan
harus menjamin kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bioteknologi lingkungan akan mencakup penerapan sistem dan proses biologis dalam
pengolahan dan pengelolaan limbah, dan untuk perlindungan dan pemulihan kualitas
lingkungan. Banyak proses bioteknologi yang telah berhasil dikembangkan untuk
pengolahan air, gas, tanah dan limbah padat. Perkembangan modern dalam
bioteknologi lingkungan sekarang fokus pada optimalisasi proses dan tidak lagi
terfokus pada proses yang tidak efisien dan terkadang hanya mengubah satu masalah
menjadi masalah lain, misalnya, pembentukan senyawa nitrosamin karsinogenik
melalui reaksi beberapa mikroorganisme dengan amina organik dan nitrogen
dioksida. Keamanan lingkungan tidak boleh terancam oleh proses lingkungan.
2. Perhatian telah ditarik ke berbagai teknologi bioteknologi yang digunakan untuk
mengurangi dampak limbah masyarakat terhadap lingkungan. Dalam makalah
'Pengembangan bioteknologi berkelanjutan: dari teknologi tinggi ke eko-teknologi',
Profesor Moser (1994) mengidentifikasi bagaimana pemanfaatan bioteknologi saat ini
dipandang sebagai layanan 'baut' untuk proses lingkungan saat ini yang secara
intrinsik tidak ramah. Bioremediasi adalah strategi atau proses
dteokfikasi(menurunkan tingkat racun) dalam tanah atau lingkungan lainnya dengan
menggunakan mikroorganisme, tanaman, atau enzim tanaman. Tujuan dari
bioremediasi taitu untuk memecah atau medegradasi zat peencemar menjadi bahan
yang tidak beracun dan menontrol bahan pencemar dari lingkungan.

B. Saran
Diketahui bahwa semua proses dan produk bioteknologi lingkungan memiliki tujuan dan
dampak dalam berbagai penerapan yang dilakukan, maka dari itu perlu adanya kesadaran
untuk melihat resiko yang dihadapi agar tetap tercipta keamanan lingkungan di
masyarakat tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Gavrilescu, maria. 2010. Enviromental Biotechnology: Achievement, Opportunities and


challenges. Dynamic Biochemistry, Process Biotechnology and Molecular
Biology. Vol 4(1) p. 1-36.
Andreas, dwi santosa, dkk. (2008). Bioteknologi Lingkungan Untuk Penanggulangan
Limbah Mengandung Krom. Jurnal Tanah dan Lingkungan. Vol 10 (2) : 50-53

21

Anda mungkin juga menyukai