Anda di halaman 1dari 2

Nama : Widya Suprapti

NIM : 4193341034

Kelas : Pendidikan Biologi (D) 2019

MataKuliah : Bioteknologi

DosenPengampu : Drs. Abdul Hakim Daulae, M.Si

1. Daerah

1.1 Kelurahan : Bakaran Batu

1.2 Kecamatan : Rantau Selatan

1.3 Kabupaten : Labuhan Batu / Rantauprapat

1.4 Provinsi : Sumatera Utara

1.5 Kultur dan Sosial

Daerah Labuhan batu atau biasa disebut Kota Rantauprapat merupakan salah satu
mayoritas penghuninya yaitu suku melayu. Ada masyarakat yang mengatakan bahwa nama
Rantau Prapat berasal dari kata "Merantau ke Parapat (desa)". Namun ada juga yang
berpendapat bahwa Rantau Prapat adalah tempat persinggahan orang-orang merantau
sehingga banyak orang yang menjadi merapat/semakin dekat. Ada pun suku lainnya yang
berada di daerah tersebut yaitu suku Jawa, Batak toba, nias, simalungun dan suku minang.
Dan kebanyakan masyarakat rantauprapat beragama Islam, lalu Kristen, kemudian katolik,
dan juga budha (China).

2. Produk Bioteknologi
2.1 Buah Cempedak
Pengolahan cempedak dengan cara tradisional di Desa Labuhan batu (Rantauprapat) tidak
hanya pada daging buahnya saja, akan tetapi kulit dan bijinya. Pemanfaatan daging buah
cempedak hingga saat ini pun masih diolah secara tradisional dengan memanfaatkan
daging buah, kulit, bahkan bijinya. Bagian buah cempedak umumnya diolah dengan cara
digoreng dengan menggunakan tepung seperti mengolah pisang goreng (disebut jumput-
jumput). Bagian daging kulit buah cempedak biasa diolah dengan cara fermentasi
tradisional dengan menggunakan garam (disebut mandai), sedangkan bijinya biasa diolah
dengan cara direbus atau digoreng seperti mengolah biji nangka (beton) pada umumnya.
Buah lain yang dibudidayakan di pekarangan rumah masyarakat di Desa Labuhan batu
diantaranya adalah nanas, pisang, pepaya, buah naga, dan mangga. Pengolahan buah-buah
tersebut oleh masyarakat masih dilakukan secara sederhana dan tradisional sehingga
memiliki umur simpan dengan alternatif yang singkat.
Pengolahan buah menjadi keripik dengan alat penggoreng vakum merupakan salah satu
alternatif pengolahan untuk memperpanjang umur simpan buah. Teknologi tersebut
membuat buah musiman dapat dinimati bukan pada musimnya. Akan tetapi berdasarkan
pengalaman dalam melakukan produksi keripik buah saja terkadang terdapat kendala
berupa kerusakan alat yang membutuhkan waktu penanganan dan padamnya listrik
sehingga terjadi kekosongan produksi.

2.2 Budidaya pohon karet


Karet (Hevea brasiliensis Willd ex A. de Juss.. Mull. Arg.), termasuk dalam genus Hevea dari
famili Euphorbiaceae, yang merupakan pohon kayu tropis yang berasal dari hutan Amazon. Di
dunia, setidaknya 2.500 spesies tanaman diakui dapat memproduksi lateks, tetapi Hevea
brasiliensis saat ini merupakan satu-satunya sumber komersial produksi karet alam dikarenakan
memiliki kualitas fisik dan kuantitas lateks yang bagus. H. brasiliensis dibudidayakan secara
intensif dan dieksploitasi di perkebunan karet modern dengan luas lebih dari 10 juta hektar di
sekitar 40 negara di dunia. Pohon karet merupakan tanaman industri yang penting untuk produksi
karet alam.

Lateks adalah sitoplasma latisifer atau sel pembuluh lateks di bagian dalam floem yang
berkembang secara spesifik dalam sintesis karet alam. Aliran lateks terdorong keluar dari latisifer
pada saat dilakukan penyadapan kulit kayu. Karet alam dalam prakteknya diproduksi dengan
penyadapan dan dengan stimulasi hormonal. Stimulasi hormonal dilakukan dengan mengoleskan
hormon etilen untuk mengaktifkan metabolisme sel latisifer untuk meningkatkan produksi lateks
dan metabolisme pohon karet secara keseluruhan. Lateks tersebut kemudian dikumpulkan dan
diolah untuk mendapatkan karet alam.

Anda mungkin juga menyukai