Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Nama : UCHNI YULIANI


NIM : 042108528
MATA KULIAH : HUKUM LINGKUNGAN
KELAS : 53
KODE MAKUL : HKUM4210

SOAL

1. Saat ini, krisis iklim telah merenggut banyak nyawa mulai karena kesehatan maupun
korban jiwa dari bencana akibat krisis iklim seperti banjir dan kebakaran hutan. Dengan
kebijakan saat ini, Indonesia membiarkan intensitas bencana tersebut meningkat dan
memakan korban jiwa lebih banyak. Beberapa fakta yang terjadi antara lain:
 Aspek Kesehatan Polusi Udara membunuh lebih dari 130.000 orang di Indonesia
setiap tahun. Setiap tahun 435.000 orang meninggal karena malaria.
 Bencana Alam Kebakaran hutan Indonesia tahun 2015 membunuh 100.300 orang
dari tiga negara. Awal tahun 2020, 86 orang tewas akibat banjir.
 Cuaca Ekstrem Gelombang Panas membunuh ribuan orang di dunia. 48 juta orang
Indonesia terancam kekeringan.
 Kenaikan permukaan laut secara ekstrem yang bisa mencapai hingga 50 meter
 Hutan kehilangan hutannya. 87% bagian dari hutan hujan amazon akan hilang.
Sumber : https://www.walhi.or.id/uploads/buku/Presentation%20Deck%20-%20Analisis
%20Kebijakan%20Iklim%20Indonesia%20-%20final.pdf
Berdasarkan pemaparan fakta di atas, analisislah:
a. Apakah menurut anda implementasi keadilan antar generasi dapat menjadi solusi
atas permasalahan diatas? Berikan argumentasi mengapa implementasi keadilan
antar generasi merupakan hal yang sangat krusial bagi kehidupan generasi
mendatang?
b. Berikan analisa anda, apa langkah-langkah yang dapat diambil oleh Indonesia
untuk menerapkan keadilan antar generasi!

2. Berikut 5 ilmu menjaga bumi dari suku-suku Indonesia yang membantu mengurangi efek
dari global warming.
 Sistem Sasi
Meski memanfaatkan kekayaan laut, masyarakat Maluku dan Papua tidak serakah dalam
mengambil hasil laut kerena mereka memiliki sistem Sasi. Sistem Sasi adalah pengaturan
waktu bagi penduduk setempat untuk mengambil hasil laut di wilayah adatnya. Penduduk
hanya boleh menangkap ikan pada saat-saat tertentu. Dengan demikian, flora dan fauna
laut bisa memperbaharui diri dan berkembang biak dengan baik.
 Ilmu Tiga Hutan
Bagi suku Sakai di Riau, hutan adalah harta yang harus dirawat sebaik-baiknya. Suku Sakai
membagi wilayah hutan mereka menjadi tiga bagian yaitu hutan adat, hutan larangan, dan
hutan perladangan. Di hutan adat, penduduk hanya boleh mengambil rotan, damar, dan
madu lebah, tanpa menebang pohonnya. Sedangkan hutan larangan sama sekali tidak
boleh diusik. Sementara hutan perladangan boleh ditebang untuk dijadikan ladang tapi tidak
semua pohon boleh ditebang, misalnya pohon sialang yang menjadi tempat bersarangnya
lebah madu.
 Pamali
Pamali dalam bahasa Sunda berati tabu alias tidak boleh. Aturan ini tidak tertulis tapi sangat
dipatuhi oleh masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. Penduduk Kampung Naga
percaya jika melanggar adat hidupnya tidak bakal selamat. Peraturan tersebut di antaranya
tidak boleh mengusik Leuweng Larangan atau Hutan Larangan. Karenanya, penduduk
membiarkan pohon tumbang di hutan sampai membusuk. Mereka juga tidak berani
menangkap binatang di hutan. Ilmu Pamali membuat hutan mereka tetap lestari. Penduduk
yang melanggar aturan akan dihukum, misalnya didenda atau diusir dari wilayahnya.
Hukuman berlaku untuk semua orang, bahkan bathin atau kepala suku yang tertangkap
melanggar aturan akan dicopot kedudukannya.
 Perladangan gilir balik
Suku Dayak Bantian di Kalimantan Timur menanam padi, sayuran, rotan, dan buah-buahan
di hutan. Mereka menggunakan sistem perladangan gilir balik. Mereka membuka hutan
untuk dijadikan ladang selama 2 tahun, setelah itu mereka mencari ladang baru dan
membiarkan ladang lama menjadi hutan kembali. Begitu seterusnya dan tidak semua hutan
boleh dijadikan ladang. Ada pula wilayah hutan yang hanya boleh diambil hasilnya. Buah-
buahan hutan yang tidak termakan oleh penduduk, dibiarkan di hutan agar dimakan oleh
satwa liar.
 Pikukuh
Pikukuh bagi masyarakat Baduy di Banten adalah aturan yang harus ditaati oleh warganya
dan oleh pengunjung yang datang. Aturan itu antara lain, dalam pertanian dilarang
menggunakan teknologi kimia seperti pupuk buatan dan racun pemberantas hama.
Penduduk juga dilarang menubai atau meracuni ikan di sungai, mandi memakai sabun,
gosok gigi dengan pasta gigi, membuang kotoran di sembarang tempat, dan lain
sebagainya. Pikukuh membuat masyarakat Baduy hidup berdampingan dengan alam.
Mereka tidak mau mencemari alam dan berusaha menjaga kebersihan serta kemurnian
alamnya.
Sumber: https://www.idntimes.com/life/inspiration/shandy-pradana/5-kearifan-lokal-ini-bantu-
kurangi-efek-global-warming-c1c2/5 
Tugas anda:
a. Berikan analisa saudara mengapa kearifan lokal penting dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup!
b. Berikan contoh dan jelaskan kearifan lokal dalam hal lingkungan yang hidup di
daerah anda serta bagaimana pengaruhnya pada lingkungan daerah anda!
JAWABAN
NOMOR 1
a. Menurut saya, dengan mengimplenmentasikan keadilan antar generasi bisa
menjadi sebuah solusi dengan permasalahan diatas karena prinsip ini mengandung
makna bahwa setiap generasi umat manusia di dunia memiliki hak untuk menerima
dan menempati bumi bukan dalam kondisi yang buruk akibat perbuatan generasi
sebelumnya.

Ada 3 prinsip dasar yang terkandung dalam prinsip keadilan antar generasi :
Conservation of option, conservation of quality, conservation of access, yang jika
disimpulkan setiap generasi harus melakukan konservasi keanekaragaman sumber
daya alam, menjaga kualitas lingkungan, serta menjamin hak akses yang sama
terhadap segala warisan kekayaan alam dari generasi sebelumnya dan harus
melindunginya untuk generasi mendatang. Jadi dengan simpulan diatas generasi
masa kini mempunyai beberapa tanggung jawab, yaitu: mengurangi pencemaran
sampai pada tingkat minimum, mengembangkan teknologi yang tidak merusak
lingkungan damn mengambil langkah pencegahan pencemaran dan kerusakan
lingkungan.

Yang menurut saya jika dilaksanakan/ diterapkan dengan baik akan membuat
generasi saat ini mempunyai kesadaran diri agar tidak semena-mena memakai
sumber daya alam dan merusak lingkungan. Dengan kesadaran itu permasalahan
diatas akan tertanggulangi dengan baik.

b. Menurut saya, langkah yang bisa diambil oleh lndonesia untuk menerapkan
keadilan antar generasi adalah dengan cara :
1) Memakai sumber daya dengan bijak dan menindak tegas segala bentuk
aktivitas yang dapat merusak lingkungan
2) Mereboisasi kembali hutan-hutan yang telah gundul
3) Mengeksplor dan mempelajari langkah-langkah untuk mencegah
pencemaran dan kerusakan lingkungan
4) Mencari dan mempelajari teknologi yang ramah bagi lingkungan serta
menemukan energi- energi alternatif sebagai sumber daya baru.
5) Mensosialisasikan dan mengajarkan pada generasi-generasi penerus
tentang pentingnya menjaga kelestarian alam
NOMOR 2
a. Menurut saya, dengan adanya kearifan lokal seperti yang dijabarkan diatas
membuat beberapa suku atau kelompok yang mempercayainya lebih berhati-hati
dalam bertindak dan hukum adat yang ada membuat penduduk sekitar dan
pendatang mau tidak mau harus mematuhi aturan-aturan tersebut. Dengan adanya
Kearifan lokal seperti itu akhirnya mampu menjaga keseimbangan lingkungan.

b. Kaum adat Suku Dayak Kalimantan mayoritas penganut kepercayaan Kaharingan.


Suatu aliran kepercayaan pemuja para roh leluhur disebut Orai Langit dan Dara
Bura Orai Tiana.
Para roh lelulur ini, memandu orang Dayak tentang bagaimana mereka menjaga
keanekaragaman hayati Kalimantan. Bagaimana cara bercocok tanam, membuka
lahan, berburu, hingga berperang. Kearifan lokal masyarakat Dayak ini ada yang
mistis, tapi tidak kurang pula yang rasional dan masuk akal.Seperti contohnya,
tentang bagaimana semestinya untuk berladang. Sebelum membuka kawasan
hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi menenung
atau semadi. Suku Dayak menenung untuk memperoleh firasat dari leluhur dalam
melakukan segala hal, dalam menenung suku Dayak mengaku mampu
berkomunikasi langsung dengan leluhur. Doanya dijawab lewat pertanda kayu, bila
Kayu bertambah panjang artinya kami dilarang berladang. namun bila kayunya
bertambah pendek, artinya dipersilakan dan tanahnya subur.

SUMBER :

- BMP HKUM4210 Hukum Lingkungan


- Materi-materi penunjang di sesi 1,2 dan 3
- https://kaltim.idntimes.com/news/kaltim/sri-wibisono/6-kearifan-lokal-suku-dayak-
ada-yang-rasional-dan-mistis-lho/2

Anda mungkin juga menyukai