Anda di halaman 1dari 3

Nama : Raihan Ramadhan

NIM : 042368975

Tugas 1. Hukum Lingkungan

Kode Mata Kuliah : HKUM4210

1. a. Negara memiliki tanggung jawab untuk menghormati, menghargai dan memenuhi


hak hidup serta hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat warga negaranya,
termasuk generasi yang akan datang.
Generasi saat ini sebagai generasi yang mengemban kewajiban atas perlindungan
opsi, akses dan kualitas atas sumber daya lingkungan dapat memenuhi kewajiban
tersebut dengan mendorong pemerintah untuk melakukan upaya yang lebih serius
dan optimal dalam melawan krisis iklim.
Untuk mewujudkan keadilan antar generasi, Indonesia harus meningkatkan target
emisi di Updated NDC 2020 dan Menyusun kebijakan yang  sesuai dengan trajektori
penurunan suhu di ambang batas 1.5 derajat, sehingga menjamin keberlangsungan
hidup generasi yang akan datang.
Dalam pandangan Weiss, konsep keadilan antara generasi telah melahirkan kewajiban
lingkungan terhadap Bumi (planetary obligations) berupa tiga jenis perlindungan, yaitu:
perlindungan atas opsi (conservation of options), perlindungan atas kualitas (conservation
of quality), dan perlindungan atas akses (conservation of access) (Weiss, 1996). Ketiga
aspek perlindungan ini bertujuan agar setiap generasi memiliki tingkat pemanfaatan yang
setidaknya sama dengan tingkat pemanfaatan dari generasi sebelumnya, sambil
mendorong terjadinya perbaikan keadaan bagi tiap generasi. Ketiganya berfungsi pula
untuk menetapkan batasan bagi tiap negara ketika mengeksploitasi sumber daya
miliknya. Lebih penting lagi, ketiga aspek perlindungan ini memiliki peran untuk
mengubah asumsi pembangunan, dari asumsi yang mendorong terjadinya konsumsi dan
eksploitasi selama belum ada alasan untuk menghentikannya, menjadi asumsi yang
menginginkan adanya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan dan
perlindungan lingkungan selama belum ada alasan kuat untuk tidak melakukan
pemanfaatan berkelanjutan dan perlindungan tersebut (Sohn & Weiss, 1987).Jadi
menurut saya,jika dilaksanakan atau diterapkan dengan baik keadilan antar generasi akan
membuat generasi saat ini mempunyai kesadarna diri agar tidak semena-mena terhadap
sumber daya alam dan merusak.Dengan kesadaran itu permasalahan di atas bisa
membantu.
b. langkah-langkah yang bisa di ambil Indonesia untuk menerapkan keadilan antar
generasi adalah dengan cara :
- Melakukan reboisasi terhadap hutan-hutan yang telah gundul
- Memakai sumber daya alam dengan bijak dan menindak lanjuti aktivitas yang dapat
merusak lingkungan dan sumber daya alam.
- mempelajari dan menerapakan teknologi yang ramah lingkungan serta alternatif sebagai
pengganti sumber daya alam yang baru
- mempelajari dan mengamati serta menerapkan cara-cara untuk mencegah pencemaran
dan kerusakan lingkungan.

2. a. Kearifan lokal adalah pandangan dari suatu tempat yang bersifat bijaksana dan bernilai, baik
yang diikuti dan dipercayai oleh masyarakat di suatu tempat tersebut dan sudah diikuti secara
turun temurun. Kearifan lokal tersebut menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat
lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai
bagian dari kehidupan mereka.

Dengan cara mewarisi pengetahuan scara turun temurun, kearifan lokal dapat disebut sebagai
jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan lokal dalam kehidupan sehari-
hari karena telah terinternalisasi dengan sangat baik. Setiap bagian dari kehidupan masyarakat
local tersebut akan selalu berhubungan dengan lingkungan hidup. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Kearifan lokal akan selalu terhubung pada kehidupan manusia yang hidup di lingkungan hidup
yang arif. Karena lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda yang berada
didalamnya baik itu makhluk hidup maupun benda mati. Dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan
hidup dinyatakan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia, dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dalam
kehidupan sehari-hari, segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia secara perlahan akan
membawa pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya, baik itu membawa pengaruh yang positif
maupun negatif. Oleh sebab itu, manusia harus menyadari bahwa segala aktivitas yang dilakukan
harus dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap lingkungannya dengan menjaga dan
melestarikan daya dukung lingkungan tersebut.

b. Contoh kearifan lokal di daerah saya (Sumatera Barat) adalah daerah Simancuang Nagari
Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan memiliki kearifan lokal yang
masih tetap eksis dan belum mengalami pelunturan dan bahkan sebagai penyangga sosial (social
buffer) bagi upaya konservasi dan kelestarian sumber daya alam khususnya dalam bidang
pertanian di daerah tersebut. Daerah Simancuang baru didiami sejak tahun 1973 dan sebelumnya
hanya merupakan kawasan yang berupa hamparan padang hilalang dan hutan belantara. Namun
sejak tahun 1973 penduduk dari daerah Muara Labuah, sebuah daerah berjarak sekitar 20
kilometer dari daerah tersebut mulai membuka daerah Simancuang untuk dijadikan kawasan
pemukiman dan lahan pertanian. Saat itu kondisi ekonomi di daerah asalnya yakni Muara
Labuah sangat sulit. Tanah yang digarap mulai tidak cukup lagi, sehingga mau tidak mau mereka
eksodus untuk mencari lokasi pertanian baru. Mereka mulai mendirikan pondok di sekitar daerah
tersebut dan mencari lokasi baru untuk penghidupan mereka.2 Dengan di fasilitasi oleh Koperasi
Unit Desa (KUD) Koto Baru penduduk ini menelusuri daerah perbukitan Ampalu - perbukitan
yang terletak di daerah Simancuang- selama lebih dari tiga jam. Dari perjalanan ini mereka
menemukan lokasi baru yang dianggap cocok untuk areal pertanian, di sebuah lembah di aliran
sungai Batang Simancuang. Untuk mengolah lahan di aliran Batang Simancung ini, mereka
membentuk kelompok Tani Durian Tigo Capang. Saat di buka, Simancung merupakan kawasan
hutan bebas dan bukan hak ulayat kaum tertentu. Sistem membuka lahan di hutan-hutan yang
bukan ulayat milik kaum tertentu ini dikenal masyarakat dengan istilah transmigrasi spontan.

Sejak awal, kelompok Tani Durian Tigo Capang membuat aturan pemilikan dan pengolaan
lahan. Mereka membagi kawasan pengelolaan berdasarkan kontur wilayah yang merupakan hulu
sungai Batang Simancung. Untuk areal persawahan dibuat di pinggir aliran sungai. Tiap-tiap
orang mendapatkan lahan sawah dengan ukuran lebar 50 meter diukur dari pinggiran aliran
sungai sedangkan panjang lahan tergantung pada kemampuan mereka untuk membuka lahan.
Membuat sawah di kepala-kepala aliran sungai dimaksudkan agar lahan-lahan sawah
mendapatkan distribusi air yang cukup. Sedangkan untuk membuka ladang tidak aturan tertentu,
mereka diperbolehkan membuka lahan berdasarkan kemampuan mereka dan harus
mempertimbangkan ketersediaan lahan berladang untuk anggota kelompok yang lain. Selain itu,
ada juga aturan pengelolaan lahan. Lahan yang tidak diolah oleh pemiliknya dalam kurun waktu
enam bulan akan menjadi lahan milik kelompok, sehingga dalam kehidupan sehari-hari ketua
kelompok tani dianggap sebagai pemimpin di Simancung.

Hal ini untuk menghindari galodo dan menyebabkan areal persawahan tertimbun, dan tidak bisa
diolah lagi. Di sisi lain, terjadi perubahan musim sehingga masyarakat kurang bisa memprediksi
awal musim tanam, mengakibatkan gagal panen. Kondisi-kondisi ini menjadikan masyarakat
untuk memulai menata ulang lingkungan mereka, pembuatan saluran irigasi dan menjaga hutan
yang menjadi sumber air daerah mereka (Alam Sumatera Edisi Juni 2014 : 14- 15). Sehingga
akhirnya, seiring dengan perkembangan waktu model kelola hutan adat ini dikukuhkan menjadi
areal kelola hutan nagari yang mendapat legalisasi dari menteri kehutanan. Simancuang pun
menjadi pelopor untuk mengelola hutan berbasis masyarakat dan kini menginsiprasi banyak
nagari di Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai