Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Spasial Vol 6. No.

2, 2019
ISSN 2442-3262

ANALISIS PREFERENSI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN


EKOSISTEM MANGROVE DI PESISIR PANTAI KECAMATAN LOLODA
KABUPATEN HALMAHERA BARAT

Dryon Taluke1, Ricky S. M Lakat2 & Amanda Sembel3


1Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi
2&3Staf Pengajar Prodi S1 Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi

E-mail: driyontaluke@gmail.com

ABSTRAK
Kecamatan Loloda merupakan salah satu kecamatan tertua yang berada di Kabupaten Halmahera
Barat Provinsi Maluku Utara. Diwilayah pesisir pantai Kecamatan Loloda terdapat ekosistem
mangrove. Keberadaan ekosistem mangrove yang ada disekitaran pesisir pantai Kecamatan Loloda
dulunya cukup luas tetapi kini perlahan-lahan mulai berkurang akibat dari aktivitas masyarakat
setempat. Aktivitas masyarakat yang tinggal atau bermukim bersinggungan dengan ekosistem
mempunyai kebiasaan menebang pohon mangrove dikarenakan belum adanya sistem pengelolaan
yang diterapkan, baik dari masyarakat maupun pemerintah setempat, sehingga aktivitas penebangan
mangrove terus dilakukan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tau apa
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk mengelola ekosistem mangrove agar tidak lagi sesuka
hati atau se-enaknya menebang pohon mangrove. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif preferensi dengan pendekatan kuantitatif. Analisis
preferensi dilakukan dengan cara menganalisis kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
pengelolaan ekosistem mangrove. Hasil menunjukan bahwa masyarakat Loloda yang tinggal
bersinggungan dengan ekosistem mangrove mampu untuk mengelola, tetapi memiliki tingkat
kemauan yang sangat rendah dikarenakan tingkat kemauan masyarakat untuk mengelola ekosistem
mangrove untuk dikonservasi hanya mencapai 31% dan untuk ekowisata hanya mencapai 25%.
Kata Kunci : Preferensi masyarakat, pengelolaan mangrove, Kecamatan Loloda.

PENDAHULUAN terjadi pengurangan sekitar 1 juta ha (Onrizal,


2010).
Indonesia memiliki sumberdaya laut dan Menurut Perpres No 73 Tahun 2012
pesisir yang melimpah di seluruh wilayah tentang Strategi Nasional Pengelolaan
sekitar garis pantai Indonesia, baik hayati Ekosistem Mangrove Menjelaskan Bahwa
maupun nonhayati. Salah satu sumberdaya Ekosistem Mangrove adalah kesatuan antara
laut dan pesisir yang terdapat di Indonesia komunitas vegetasi mangrove berasosiasi
adalah ekosistem hutan mangrove yang dengan fauna dan mikro-organisme sehingga
berada hampir di setiap wilayah pesisir dan dapat tumbuh dan berkembang pada daerah
garis pantai Indonesia. Luas ekosistem sepanjang pantai terutama di daerah pasang
mangrove di dunia saat ini diperkirakan 17 surut, laguna, muara sungai yang terlindung
juta ha. Indonesia memiliki ekosistem dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir
mangrove yaitu mencapai 4,2 juta ha atau dalam membentuk keseimbangan lingkungan
25% dan merupakan terbanyak atau terluas hidup yang berkelanjutan.
didunia. Namun saat ini, luas ekosistem
mangrove tersisa sekitar 3,2 juta ha, atau

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 531


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Konsep preferensi berkaitan dengan


(RTRW) Kabupaten Halmahera Barat 2009- kemampuan konsumen menyusun prioritas
2029, wilayah Ekosistem Mangrove yang ada pilihan agar dapat mengambil keputusan
di Kecamatan Loloda sudah di tetapkan (Menurut Widyaningsih, 2009).
menjadi kawasan lindung untuk daerah
pesisir. Yang dimaksud dengan kawasan
lindung seperti yang di jelaskan dalam
rencana tata ruang wilayah (RTRW)
Halmahera Barat 2009-2029 dan Peraturan
Daerah (Perda) RTRW Halmahera Barat
2012-2032 menjelaskan bahwa Kawasan
lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
nilai sejarah serta budaya bangsa, guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Gambar 1: Memaksimalkan Kepuasan
Keberadaan ekosistem mangrove yang Konsumen (Pyndick dan Rubinfield, 2009)
ada disekitaran pesisir pantai Kecamatan Berdasarkan Gambar 2.3, jika keranjang
Loloda yang dulunya mendominasi kini mulai pasar berada di sebelah kiri dan di bawah
terancam punah, dikarenakan aktivitas garis anggaran, akan ada sisa pendapatan
masyarakat hampir secara keseluruhan yang yang tidak dialokasikan, yang jika
tinggal disekitaran pesisir Kecamatan Loloda dibelanjakan dapat meningkatkan kepuasan
mempunyai kebiasaan menebang pohon konsumen. Konsumen dapat menabung
mangrove baik untuk pembuatan rumah, pendapatannya untuk dikonsumsi dikemudian
sabuah dalam rangka pesta Adat/Keagamaan hari, ini berarti bahwa pilihan konsumen itu
bahkan menjadikan pohon mangrove sebagai tidak hanya antara pangan dan sandang, tetapi
bahan kayu api untuk kebutuhan hidup antara mengonsumsi pangan atau sandang
sehingga kawasan ekosistem mengrove di sekarang dan mengonsumsi pangan atau
sepanjang wilayah pesisir Loloda mulai sandang di kemudian hari.
berkurang secara perlahan.
Tujuan Penelitian ini, yaitu: 1. Untuk Masyarakat
mengetahui apakah masyarakat mempunyai Menurut Emile Durkheim (dalam
kemauan untuk mengelola ekosistem Soleman B. Taneko, 1984: 11) bahwa
mangrove yang ada di pesisir pantai masyarakat merupakan suatu kenyataan yang
Kecamatan Loloda? 2. Untuk mengetahui obyektif secara mandiri, bebas dari individu-
apakah masyarakat mempunyai kemampuan individu yang merupakan anggota-
untuk mengelola ekosistem mangrove yang anggotanya. Masyarakat sebagai sekumpulan
ada di pesisir pantai Kecamatan Loloda? manusia didalamnya ada beberapa unsur yang
mencakup.
TINJAUAN PUSTAKA Adapun unsur-unsur tersebut adalah: 1)
Preferensi Masyarakat merupakan manusia yang hidup
Preferensi konsumen dapat diartikan bersama. 2) Bercampur untuk waktu yang
sebagai rasa kesukaan, pilihan atau suatu hal cukup lama. 3) Mereka sadar bahwa mereka
yang disukai konsumen. Serangkaian pilihan merupakan suatu kesatuan. 4) Mereka
atau serangkaian oportunitas adalah merupakan suatu sistem hidup bersama.
serangkaian pilihan yang didefinisikan dan
dibatasi oleh batasan atau kendala anggaran
(Case dan Fair 2007).

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 532


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

Ekosistem Mangrove Melalui pendekatan kuantitatif


Menurut Undang-Undang No. 41/1999 deskriptif peneliti bermaksud untuk
dan Undang-Undang No. 19/2004 yang memaparkan mengenai preferensi
mengatur tentang Kehutanan, mangrove masyarakat yang terdapat di dalam masalah
adalah vegetasi hutan yang tumbuh pada penelitian yaitu mendeskripsikan dan
tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar memperoleh pemahaman menyeluruh dan
muara sungai yang dipengaruhi oleh arus mendalam mengenai kemauan dan
pasang surut air laut. kemampuan Masyarakat Dalam Pengelolaan
Menurut M. Ghufran H. Kordi K, Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Loloda.
(Ekosistem Mangrove, 2012), bentuk-bentuk
pengelolaan ekosistem mangrove, antara lain: Model Penelitian
1) Konservasi Ekosistem Mangrove. 2) Dalam proses menganalisis maka perlu
Pengayaan Stok. 3) Pengembangan ekowisata dibangun sebuah model analisis, antara lain:
mangrove. 4) Pengembangan akua-forestri. 5)
Rehabilitas ekosistem mangrove. Y Y

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 15 (lima X X
belas) Desa yang berada di Kecamatan
Loloda Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Gambar 3: Model Analisis
Maluku Utara, yang masyarakatnya Keterangan :
bermukim bersinggungan langsung dengan Y1 = Konservasi
ekosistem mangrove dan masyarakat yang Y2 = Ekowisata
selalu menggunakan mangrove untuk X1 = Kemauan
kebutuhan berupa kayu bakar, pembuatan X2 = Kemampuan
rumah, dan lain sebagainnya. Penelitian ini Gambar 3.2 adalah model analisis yang
dimulai dari bulan Februari 2019 dan selesai menghubungkan aspek preferensi (X) dan
pada bulan Juli 2019. aspek pengelolaan (Y). Model ini
menggambarkan hubungan antara aspek
preferensi (X) meliputi kemauan (X1) dan
kemampuan (X2). Selanjutnya berdasarkan
kemauan (X1) dan kemampuan (X2)
masyarakat diberikan kesempatan untuk
memilih aspek pengelolaan (Y) meliputi
konservasi (Y1) dan ekowisata (Y2).

Variabel Penelitian
Menurut Zikmund. (2010:119), variabel
adalah sesuatu yang bervariasi atau berubah
Gambar 2: Peta Lokasi Penelitian dari satu contoh ke contoh lainnya. Variabel
biasanya menunjukan perbedaan pada nilai,
Metode Penelitian
misalnya beban, kemauan, atau kemampuan.
Metode penelitian yang digunakan
Tabel 1 Struktur Variabel
dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif preferensi dengan pendekatan No Teori Variabel Parameter
kuantitatif. 1 - Widya Kemauan - Tingkat
ningsih Kemauan

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 533


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

(2009) dalam dari 15 (lima belas) desa berjumlah 8006


melestariakan jiwa.
Ekosistem Sampel dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Mangrove Teknik Pengambilan Sampel dan sampel.
- Tingkat Teknik dalam pengambilan sampel dalam
Kemampuan penelitian ini adalah purposive proportional
dalam random sampling. Adapun langkah-langkah
pengelolaan untuk mengambil subjek yang menjadi
ekosistem sampel ini dilakukan dengan cara: 1)
mangrove Menentukan berapa Desa yang akan dijadikan
- Tingkat tempat penelitian dengan pertimbangan lokasi
keterlibatan atau desa tersebut bersinggungan atau dekat
dalam dengan ekosistem mangrove. 2) Menentukan
pengelolaan subjek yang akan dijadikan responden dalam
- Harton Kemamp - Jumlah penelitian ini adalah masyarakat yang
o uan Penghasilan bermukim dan menetap di desa tersebut
(dalam - Jumlah dengan kriteria laki-laki dan perempuan, usia
Tasma Pengeluaran produktif 25-70 tahun.
n - Jumlah Sedangkan Sampel sampel yang diambil
2010) Tabungan ada penelitian ini dari populasi menggunakan
Sumber: Kantor Camat Loloda Pusposive Random Sampling. Purposive
Sampling adalah teknik pengambilan data
Skala Pengukuran dengan pertimbangan tertentu (sugiyono,
Skala Pengukuran pada penelitian ini 2012:218).
menggunakan Skala Likert. Skala Likert Untuk mengetahui ukuran sampel
adalah suatu skala psikometrik yang umum representative yang didapat berdasarkan
digunakan dalam kuesioner, dan merupakan rumus sederhana adalah sebagai berikut:
skala yang paling banyak digunakan dalam
riset berupa survei. Ada dua bentuk
pertanyaan yang menggunakan Likert yaitu
pertanyaan positif untuk mengukur minat Dimana:
positif , dan bentuk pertanyaan negatif untuk N : besarnya populasi
mengukur minat negatif. Pertanyaan positif n : besarnya sampel
diberi skor 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang
pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, dan 4. diinginkan 10%.
Bentuk jawaban skala Likert terdiri dari
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat Dengan rumus tersebut dapat dihitung
tidak setuju. ukuran sampel dari populasi 8006 jiwa
dengan mengambil tingkat kepercayaan (d) =
Populasi dan Sampel 10%, sebagai berikut:
Populasi yang penulis gunakan sebagai
objek penelitian adalah masyarakat Loloda
yang tinggal bersinggungan langsung dengan
ekosistem mangrove. Ada 15 (lima belas)
desa di Kecamatan Loloda yang
masyarakatnya bermukim bersinggungan
ekosistem mangrove. Berdasarkan data
kependudukan tahun 2018 jumlah masyarakat
berjumlah 13.082 Jiwa, namun jumlah jiwa

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 534


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

Untuk memudahkan peneliti dalam ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 = Jumlah perkalian antara variabel


pengolahan data maka peneliti membulatkan X dan Y
sampel dari 99 menjadi 100 sampel. 2
∑ 𝑋𝑋 = Jumlah kuadrat variabel X
Teknik Pengumpulan Data ∑ 𝑋𝑋 2 = Jumlah kuadrat variabel X
Untuk mengumpulkan data penelitian, N = Jumlah subjek
penulis menggunakan metode-metode antara (Suharsimi Arikunto, 2006:170)
lain sebagai berikut: a. Metode Observasi
(Pengamatan) yaitu pengamatan dan Sedangkan Uji reabilitas data ini
pencatatan secara sistematik terhadap gejala menggunakan teknik alfa cronbach dilakukan
yang tampak pada objek penelitian. untuk data interval/essay.
Observasi merupakan metode pengumpulan Rumus koefisien reabilitas alfa cronbach:
data yang menggunakan pengamatan
terhadap obyek penelitian yang dapat
dilaksanakan secara langsung maupun tidak
langsung. b. Metode Angket (Kuesioner)
Untuk memperoleh data, angket disebarkan Dimana :
kepada 100 responden (orang-orang yang K = mean kuadrat antara subyek
menjawab atas pertanyaan yangg diajukan ∑2= mean kuadrat kesalahan
untuk kepentingan penelitian) pada 𝑆𝑆 2 = varians total (Sugiyono, 2012:365)
penelitian survei. c. Metode dokumenter
adalah alat pengumpulan datanya disebut Teknik Analisis Data
form pencatatan dokumen, dan sumber Analisis data dalam penelitian ini
datanya berupa catatan atau dokumen yang menggunakan analisis preferensi masyarakat
tersedia. Dokumen bisa berbentuk tulisan, yang diukur dari tingkat kemauan dan
gambar atau karya-karya monumental dari kemampuan masyarakat Loloda yang tinggal
seseorang. Studi dokumen merupakan bersinggungan dengan ekosistem mangrove
pelengkap dari penggunaan metode observasi dengan pertanyaan menggunakan koesioner,
dan metode angket (kuesioner) dalam antara lain: a. Untuk menganalisis kemauan
penelitian kuantitatif. masyarakat Loloda dalam pengelolaan
ekosistem mangrove, maka tahapan yang
Instrumen Penelitian
perlu dilakukan adalah: 1) Menguji validitas,
Instrument kuesioner harus diukur
rehabilitas dan normalitas data. 2)
validitas dan reabilitas datanya sehingga Menghitung nilai atau skor yang didapat dari
penelitian tersebut menghasilkan data yang hasil kuesioner yang terdiri dari 100
valid dan reliable. responden dengan menggunakan perhitungan
Uji validitas dalam penelitian ini skala likert.
menggunakan validitas konstruksi dengan b. Untuk menganalisis tingkat kemampuan
rumus pearson (product moment) dari masyarakat dalam pengelolaan ekosistem
pearson dengan angka kasar, yaitu sebagai
mangrove, maka perlu melakukan 4 (empat)
berikut :
tahapan, antara lain: 1) Menganalisis Mata
Pencaharian Masyarakat. 2) Menganalisis
tingkat Penghasilan /bulan. 3) Menganalisis
tingkat Pengeluaran /bulan. 4) Menganalisis
Keterangan : Tabungan/bulan
𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 = Koefisien korelasi antara variabel
X dan Y
X = Nilai masing-masing item
Y = Nilai Total

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 535


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

HASIL DAN PEMBAHASAN Ekosistem Mangrove Di Kecamatan


Deskripsi Lokasi Penelitian Loloda
Secara geografis Kecamatan Loloda Ekosistem mangrove di Kecamatan
terletak diantara 10 06’ Lintang Utara sampai Loloda merupakan komunitas yang tumbuh
00 46’ Lintang Selatan dan 1250 18’ Bujur secara alami. Ekosistem mangrove di
Timur sampai 1270 12’ Bujur Timur. Dengan Kecamatan Loloda tidak semua berada di
luas wilayah ± 614,01 Km2 atau sekitar 27 % Desa-desa yang ada di Kecamatan Loloda.
dari total luas wilayah Kabupaten Halmahera Ada beberapa desa yang sangat berdekatan
Barat. dengan ekosistem mangrove yang ada di
Kecamatan Loloda terletak dipesisir barat wilayah pesisir Kecamatan Loloda dan
pulau Halmahera, secara geografis dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
Kecamatan Loloda berbatasan dengan untuk kepentingan lokasi pemukiman baru,
Kabupaten Halmahera Utara disebelah utara pemanfaatan kayu bakar, dan lain sebagainya.
dan timur, Kecamatan Ibu disebelah selatan Komposisi jenis mangrove yang terdapat
dan laut Maluku disebelah Barat. pada Kecamatan Loloda pada umumnya
didominasi oleh famili Rhizophoraceae
karena sebagaian besar substrat yang ada
pada lokasi penelitian didominasi oleh
substrat berlumpur dan lumpur berpasir.
Tabel 2 Komposisi jenis mangrove yang
tersebar pada lokasi penelitian
Family Jenis Mangrove Nama
Lokal
Rhizopho Rhizophora stylosa Soki-soki
raceae Rhizophora apiculata Soki-soki
Rhizophora mucronata Soki-soki
Gambar 4: Peta Administrasi Kecamatan Sumber: Penelitian 2019
Loloda
Masyarakat Loloda masih sangat kental
dengan jiwa gotong royong, jiwa
kekeluargaan atau saling membantu satu
sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan
dalam hal bertani, dan lain-lain.
Masyarakat Loloda tidak secara
keseluruhan bermukim di diarea ekosistem
mangrove hanya ada sebagian kecil yang
bermukim disekitaran atau area ekosistem
mangrove yang ada dipesisir pantai.

Gambar 6: Peta Sebaran Ekosistem


Mangrove

Upaya Pengelolaan Ekosistem Mangrove


di Kecamatan Loloda
Untuk tetap mempertahankan
Gambar 5 : Permukiman Masyarakat di keberlanjutan ekosistem mangrove di
Sekitaran Ekosistem Mangrove Kecamatan Loloda agar tetap lestari, maka

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 536


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

diperlukan suatu upaya pengelolaan. Upaya Tabel 4 Tabulasi Nilai Responden


pengelolaan yang diterapkan atau di Program Konservasi Ekowisata
rencanakan untuk masyarakat Loloda ada 2 Nilai 1.629 1.306
(dua) model, yaitu : 1) Model I dengan 1. Nilai rata-rata :
Konservasi Hutan Mangrove. 2) Model ke II 1629
a. Konservasi : 6 = 271,5
adalah ekowisata. 1306
Manfaat dari upaya pengelolaan b. Ekowisata : 6 = 217,6
mangrove adalah sebagai berikut: a) 2. Interval Klas :
Memberdayakan Masyarakat Loloda mulai a. Nilai rata-rata tertinggi : 271,5 x 4 =
dari perencanaan, pemanfaatan, serta 1086
pengendalian untuk ekowisata dan b. Nilai rata-rata terendah : 217,6 x 1 =
konservasi. b) Pemberdayaan masyarakat 217,6
dengan menyelenggarakan kegiatan Nilai rata-rata tertinggi – Nilai rata-
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan rata terendah :
masyarakat menyangkut dengan pengelolaan = 1.086 – 217,6 = 868,4
ekosistem mangrove. c) Bertambahnya 868,6
= = 217,1
pengetahuan masyarakat mengenai masalah 4
3. Skala Likert
lingkungan, pembangunan dan hubungannya.
d) Bertambahnya pendapatan, baik
pemerintah maupun masyarakat lokal.

Analisis Kemauan dan Kemampuan


Masyarakat Loloda.

Analisis Kemauan Masyarakat


Untuk mengukur kemamuan masyarakat
kita dapat menganalisis dengan skala Likert.
Skala Likert atau Likert Scale adalah skala
penelitian yang digunakan untuk mengukur
sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini,
responden diminta untuk melengkapi
kuesioner yang mengharuskan mereka untuk Gambar 7: Hitungan Skala Likert
menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap
Berdasarkan tabulasi data dan
serangkaian pertanyaan.
perhitungan persentase tentang kemauan
Tingkat persetujuan yang dimaksud
masyarakat di Kecamatan Loloda dalam hal
dalam skala Likert ini terdiri dari 4 pilihan
mengembangkan atau mengelola
skala yang mempunyai gradasi dari Sangat
mendapatkan nilai 271,5 (31%) untuk
Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju STS).
konservasi dan nilai 217,6 (25%) dengan
4 pilihan tersebut dapat dlihat pada table
demikian maka kemauan masyarakat tentang
berikut :
pengembangan atau pengelolaan ekosistem
Tabel 3 Penilaian
adalah kurang baik. Dari hasil terlihat bahwa
Keterangan Nilai
pada umumnya masyarakat di Kecamatan
Sangat Setuju (SS) 4
Loloda masih belum mau untuk mengelola
Setuju (S) 3 ekosistem mangrove yang ada.
Tidak Setuju (TS) 2
Salah satu penyebab sebagian besar
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
masyarakat yang tinggal bersinggungan atau
Analisis tingkat kemaun masyarakat berdekatan dengan ekositem mangrove belum
Loloda yang berada atau bermukim dekat mau mengelola ekosistem mangrove yang
dengan ekosistem mangrove.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 537


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

ada dikarenakan belum adanya pembangunan kuesioner, maka penghasilan para responden
sarana-prasarana berupa pembangunan jalan dapat dilihat pada tabel dibawah.
penghubung atau akses darat antar desa di Tabel 6 Penghasilan Responden
Kecamatan Loloda dan jalan penghubung Responden
dari kecamatan loloda menuju ke kecamatan No Penghasilan/Bulan Jumlah (%)
lainnya yang ada di Kabupaten Halmahera 1 ≤ Rp. 1.000.000 34 34
Barat. 2 Rp. 1.000.000-Rp. 2.000.000 42 42
3 Rp. 2.000.000-Rp. 3.000.000 18 18
Analisis Kemampuan Masyarakat 4 Rp. 3.000.000-Rp. 4.000.000 5 5
Untuk menganalisis tingkat kemampuan 5 Rp. ≥ 4.000.000., 1 1
masyarakat maka ada beberapa yang harus di Total 100 100
analisis, antara lain: Sumber : Data Penelitian 2019
Ditinjau dari data responden yang
Analisis kemampuan menurut Mata didapat, rata-rata dengan penghasilan/bulan
Pencaharian Rp. 2.000.000-Rp. 3.000.000 (42%), Rp.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan 1.000.000-Rp. 2.000.000 (34%), ≤ Rp.
dilapangan melalui pembagian kuesioner, 1.000.000 (18%), Rp. 3.000.000-Rp.
maka penghasilan para responden dapat 4.000.000 (5%), dan Rp. ≥ 4.000.000 (1%).
dilihat pada tabel dibawah. Berdasarkan hasil tabel, untuk mata
Tabel 5 Mata Pencaharian Responden penghasilan masyarakat yang tinggal atau
No Mata Pencaharian Responden bermukim disekitaran pesisir pantai
Jumlah (%) Kecamatan Loloda tergantung pada
1 Pegawai Negeri 3 3 matapencaharian, yang dimana lebih banyak
Sipil (PNS) didominasi dengan pekerjaan sebagai petani,
2 Buruh/Tukang 6 6 nelayan, buruh, dan lain sebagainya.
3 Petani 53 53
4 Nelayan 38 38 Analisis kemampuan menurut
Total 100 100 Pengeluaran
Berdasarkan hasil survey yang
Sumber : Data Penelitian 2019
dilakukan melalui pembagian kuesioner,
Ditinjau dari mata pencaharian
maka pengeluaran para responden dapat
responden di Kecamatan Loloda didominasi
dilihat pada tabel dibawah.
dengan mata pencaharian sebagai petani
Tabel 7 Pengeluaran Responden
sebanyak 53 orang (53%), sebagai nelayan
No Pengeluaran/Bulan Responden
sebanyak 38 orang (38%), sebagai
buruh/tukang sebanyak 6 orang (6%) dan Jml (%)
sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 1 ≤ Rp. 1.000.000 35 35
2 Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000 42 42
3 orang (3%).
3 Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000 13 13
Berdasar dari hasil tabel dan grafik, 4 Rp. 2.000.000-Rp. 2.500.000 8 8
untuk mata pencaharian masyarakat Loloda 5 Rp. ≥ 2.500.000., 2 2
yang bermukim atau tinggal bersinggungan
dengan ekosistem mangrove lebih di Total 100 100
dominasi oleh petani dan nelayan karena Sumber : Data Penelitian 2019
dilatarbelakangi oleh faktor pendidikan yang Rata-rata pengeluaran/bulan Rp.
terbatas. 1.000.000-Rp. 1.500.000 (47%), ≤ Rp.
1.000.000 (38%), Rp. 1.500.000-Rp.
Analisis kemampuan menurut Penghasilan 2.000.000 (13%), Rp. 2.000.000-Rp.
Berdasarkan hasil survey yang 2.500.000 (1%), dan ≥ 2.500.000 (1%).
dilakukan dilapangan melalui pembagian

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 538


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

Untuk pengeluaran yang dilihat mengembangkan atau mengelola


berdarkan hasil tabel, masyarakat Loloda ekosistem mangrove yang ada di pesisir
tidak terlalu banyak pengeluaran yang pantai Kecamatan Loloda atau atau yang
dilakukan/bulan dikarenakan masyarakat bermukim diarea yang berdekatan
Loloda mencukupi kebutuhan keseharian dengan ekosistem mangrove.
berupa makanan pada hasil perkebunan, dan Hasil pembahasan tentang kemauan
lain sebagainya. masyarakat di Kecamatan Loloda dalam
hal mengembangkan atau mengelola
Analisis kemampuan menurut Jumlah mendapatkan nilai 271,5 (31%) untuk
Tabungan konservasi dan nilai 217,6 (25%) dari
Berdasar pada hasil survey yang nilai yang ditetapkan bernilai 868,4 (100
dilakukan melalui pembagian kuesioner, %), disetujui jika bernilai 651,3 (75%),
maka tabungan para responden atau informan cukup disetujui jika bernilai 434,2 (50%)
dapat dilihat pada tabel dibawah. dan tidak disetujui jika bernilai 217,1
Tabel 8 Tabungan Responden (25%). Dengan demikian maka kemauan
Responden masyarakat tentang pengembangan atau
No Tabungan/Bulan pengelolaan ekosistem adalah kurang
Jumlah (%) baik.
1 ≤ Rp. 1.000.000 61 61 2. Indikator kemampuan masyarakat untuk
2 Rp. 1.000.000-Rp. 1.500.000 - -
3 Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000 - -
terlibat dalam pengelolaan ekosistem
4 Rp. 2.000.000-Rp. 2.500.000 - - mangrove adalah kemampuan untuk
5 Rp. ≥ 2.500.000., - - menabung.
Total 100 100 Kelompok masyarakat yang mampu
Sumber : Data Penelitian 2019 berkontribusi adalah masyarakat yang
Pada tabulasi data dan perhitungan rata-rata memiliki tabungan/bulan ≤ Rp.
persentase tentang kemampuan masyarakat di 1.000.000 (61%) dan yang tidak mampu
Kecamatan Loloda berdasarkan hasil adalah masyarakat yang tidak memiliki
kuesioner ada 61 responden (61%) memiliki tabungan (39%).
tabungan dan 39 responden (39%). Indikator
kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam Saran
pengelolaan ekosistem mangrove adalah 1. Secara Praktis: Dalam hal ini peran
kemampuan untuk menabung. pemerintah daerah baik dari tingkat
Kelompok yang setara berpeluang atau kecamatan, kabupaten dan provinsi serta
mampu berkontribusi adalah masyarakat yang instansi yang terkait sangat diperlukan
rata-rata memiliki tabungan/bulan ≤ Rp. dalam hal membantu atau berupaya
1.000.000 (61%) dan yang tidak mampu meningkatkan tingkat kemauan dan
adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan masyarakat untuk
tabungan (39%). mengembangkan atau mengelola
ekosistem mangrove yang ada lewat
KESIMPULAN DAN SARAN peraturan daerah (perda) dan sanksinya
agar masyarakat setempat dapat diatur
Kesimpulan lewat aturan yang ada. Selain itu patut
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan mengadakan sosialisasi, serta
diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai menyediakan sarana pra-sarana dan
berikut: infrastruktur yang baik untuk masyarakat
1. Masyarakat Loloda yang tinggal atau setempat.
bermukim bersinggungan langsung 2. Secara Akademik: Penelitian ini perlu
dengan ekosistem mangrove tidak dikembangakan lebih lanjut dengan
mempunyai kemauan untuk memasukan beberapa variable-variabel

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 539


Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019
ISSN 2442-3262

yang belum ada didalam penelitian ini M. Ghufran H. Kordi K, EKOSISTEM


untuk mengembangkan teori preferensi. MANGROVE : potensi, fungsi, dan
pengelolaan. Jakarta: Rineka Cipta,
2012.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, R.L. dan Meiners E, R. 2000. Teori
Anonim, 2019. Watisitinurjannah Mikroekonomi Intermediate,
(Karakteristik Masyarakat Pesisir) penerjemah Haris Munandar. PT.
“Wignyosoebroto, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Soetandyo. Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat: Paradigma Aksi Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 73
Metodelogi. Cet. 2. Yogyakarta: Tahun 2012 tentang Strategi
Pustaka Pesantren, 2009”. Nasional Pengelolaan Ekosistem
Diunggah pada tahun 2019. Mangrove
Case, Karl E. dan Ray. C Fair. 2007. Prinsip- Rencana Tata Ruang Wilayah, Kabupaten
Prinsip Ekonomi, Edisi Kedelapan Halmahera Barat 2009-2029
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Undang-Undang Nomor 41/1999 dan
Dewantoro Danu, Jurnal Program Sarjana Undang-Undang No. 19/2004 yang
Fakultas Ekonomika dan Bisnis mengatur tentang Kehutanan
Universitas Diponegoro, Analisis
Preferensi Masyarakat Terhadap Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Penggunaan Jasa Pelayanan Ruang Wilayah, Kabupaten
Transportasi Bus AKDP Halmahera Barat 2012-2032
Semarang-Kendal (Studi Kasus:
Komuter Semarang-Kendal), Yudi Wahyudin, Jurnal PKSPL-IPB. “Sistem
Semarang 2015. Sosial Ekonomi dan Budaya
Masyarakat Pesisir”, Oktober 2015

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 540

Anda mungkin juga menyukai