Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora

Vol. 20. No.1, Juni 2015


ISSN 2442-3424

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan


Lahan Basah dan Lahan Kering
di Kawasan Perbatasan
(Studi di Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang)

Nurfitri Nugrahaningsih1, Deni Darmawan2


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tanjungpura

Abstrak
Pemanfaatan lahan basah dan lahan kering oleh masyarakat perbatasan sangat dipengaruhi oleh persepsi masyarakat yang
tinggal di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat atas pemanfaatan lahan basah dan
lahan kering di Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang, karena pemanfaatan lahan tersebut berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan dapat memelihara keseimbangan ekosistem maupun lingkungan sosial. Penelitian ini
dilakukan dengan Metode Kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, observasi dan
studi pustaka. Lokasi penelitian pada dua Desa di Kecamatan Jagoi Babang, sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional;
lokasi prioritas 2011-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan persepsi dalam masyarakat
perbatasan tentang pemanfaatan lahan. Kesenjangan persepsi ini disebabkan oleh kesenjangan status sosial, tingkat
pendidikan dan kurangnya sosialisasi pemerintah tentang pentingnya pemanfaatan lahan.
Kata Kunci:
Persepsi Masyarakat – Lahan Basah dan Lahan Kering – Kawasan Perbatasan

Pendahuluan makanan dan pendapatan (perikanan, produksi


kayu dan hasil hutan non kayu, dan pertanian),

P ersepsi masyarakat terhadap


pemanfaatan lahan basah dan lahan
kering di kawasan perbatasan menarik
minat peneliti karena urgensi dari peranan dan
fungsi kedua jenis lahan tersebut dalam
lokasi pendidikan dan penelitian,
energi serta penunjang transportasi dan
pariwisata.
sumber

Persepsi masyarakat di kawasan perbatasan


terhadap pemanfaatan lahan kering juga
menopang kehidupan masyarakat dikawasan terintegrasi dalam hasil penelitian (Mulyani,
perbatasan baik secara ekonomi, ekologi dan 2006), bahwa pengembangan berbagai
ekososial. Lahan basah merupakan komoditas pertanian di lahan kering merupakan
lingkungan/ekosistem paling produktif di dunia salah satu pilihan strategis untuk meningkatkan
serta merupakan habitat bagi kehidupan produksi dan mendukung ketahanan pangan
berbagai keanekaragaman hayati (flora dan nasional. Lahan kering di Indonesia meliputi
fauna) termasuk sebagai penyedia air bersih dan luas lebih dari 140 juta ha (Hidayat dan
gudang plasma nuftah. Persepsi masyarakat Mulyani, 2002).
terhadap berbagai fungsi dan manfaat Menurut BPS (2001), sekitar 56 juta ha
ekosistem lahan basah (Bakorsurtanal, 2009) lahan kering di Indonesia (diluar Maluku dan
yakni: sebagai penyedia air bersih (daerah Papua) sudah digunakan untuk pertanian.
tangkapan air), pelindung banjir dan badai, Sedangkan di Kalbar tercatat oleh Pemerintah
penyeimbang daerah pantai dan pelindung Provinsi ada lebih dari 1 juta Ha potensi lahan
erosi, penyaring dan penjernih air dari kering yang dicanangkan untuk
sedimentasi, nutrien dan pencemar, pengembangan komoditi jagung dengan target
penyeimbang kondisi iklim lokal, sumber produksi 500 ribu ton pada 2012 (Gubernur

1
Doktor dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi FISIP Universitas Tanjungpura
2
Staf pengajar FISIP Universitas Tanjungpura
-82-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,JurnalProyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Kalbar, 2008). waktu air surut paling rendah (Bakorsurtanal,


Robbins (2001:89) mengemukakan 3 (tiga) 2009).
faktor yang mempengaruhi persepsi OEDAS (2011) membedakan lahan basah
masyarakat yaitu : kedalam 3 jenis klasifikasi, yakni: pertama,
1) Pelaku persepsi, bila seseorang lahan rawa pasang surut air asin/payau; kedua,
memandang suatu objek dan mencoba lahan rawa pasang surut air tawar dan; ketiga,
menafsirkan apa yang dilihatnya dan lahan rawa lebak atau non pasang surut atau
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh rawa pedalaman. Sedangkan menurut
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi Bakorsurtanal (2009) Lahan basah dapat
individu itu dibedakan berdasarkan tipenya yaitu lahan
2) Target atau objek, karakteristik- basah laut dan pesisir, lahan basah daratan dan
karakteristik dan target yang diamati lahan basah buatan manusia. Secara umum
dapat mempengaruhi apa yang lahan basah dapat diklasifikasikan sebagai
dipersepsikan. Target tidak dipandang rawa hutan mangrove, estuaria, padang lamun,
dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu rumput laut, terumbu karang, danau, sungai,
target dengan latar belakangnya sawah dan tambak (ikan dan garam).
mempengaruhi persepsi seperti Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan
kecendrungan kita untuk mengelompokkan lahan yang tidak pernah tergenang atau
benda-benda yang berdekatan atau yang digenangi air pada sebagian besar waktu dalam
mirip setahun atau sepanjang waktu (Hidayat dan
3) Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat Mulyani, 2002). Lahan kering mempunyai
konteks objek atau peristiwa sebab unsur- potensi besar untuk pengembangan pertanian,
unsur lingkungan sekitar mempengaruhi baik tanaman pangan, hortikultura maupun
persepsi kita. tanaman tahunan/perkebunan. Secara umum,
Persepsi menurut Vincent (1997:35) dalam lahan kering dapat dibedakan menjadi lahan
Riyadi (2012) dapat dipengaruhi oleh kering masam dan non masam. Menurut
beberapa hal, yakni : Mulyani (2006) Lahan kering tergolong
1) Pengalaman masa lalu (terdahulu) dapat masam bila tanahnya memiliki pH < 5 dan
mempengaruhi seseorang karena manusia kejenuhan basa< 50%. Di Indonesia,
biasanya akan menarik kesimpulan yang penyebaran lahan kering masam cukup luas,
sama dengan apa yang ia lihat, dengar, dan terutama pada kawasan beriklim basah seperti
rasakan. Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
2) Keinginan dapat mempengaruhi persepsi
seseorang dalam hal membuat keputusan. Kawasan Perbatasan
3) Manusia cenderung menolak tawaran Sesuai dengan UU No 43 Tahun 2008
yang tidak sesuai dengan apa yang ia tentang Kawasan Negara, kawasan perbatasan
harapkan. adalah bagian dari kawasan Negara yang
4) Pengalaman dari teman-teman, dimana terletak pada sisi dalam sepanjang batas
mereka akan menceritakan pengalaman kawasan Indonesia dengan Negara lain, dalam
yang telah dialaminya. Hal ini jelas hal batas kawasan Negara di darat, kawasan
mempengaruhi persepsi seseorang. perbatasan berada di kecamatan. Urgensi
kawasan perbatasan dalam konteks bagian
Lahan Basah dan Lahan Kering dari Pengaturan Kawasan Negara sesuai pasal
Lahan basah didefinisikan sebagai daerah 3 UU No 43 Tahun 2008 adalah bertujuan: 1)
payau, gambut dan perairan alami maupun Menjamin keutuhan Kawasan Negara,
buatan, tetap maupun sementara dengan kedaulatan negara, dan ketertiban di Kawasan
perairannya yang mengalir atau tergenang, Perbatasan demi kepentingan kesejahteraan
tawar, agak asin maupun asin dan termasuk segenap bangsa;2) Menegakkan kedaulatan dan
di dalamnya kawasan laut yang hak-hak berdaulat; 3) Mengatur pengelolaan
kedalamannya kurang dari enam meter pada dan pemanfaatan Kawasan Negara dan
-83-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,JurnalProyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Kawasan perbatasan, termasuk pengawasan sosial.


batas- batasnya. Potensi lahan basah dan lahan kering yang
Pilihan kawasan perbatasan menjadi penting besar tersebut akan dimanfaatkan dengan baik
dalam penelitian ini karena dilatar belakangi bila persepsi masyarakat dapat menafsirkan hal-
fakta bahwa sebagian besar kawasan hal positif dibalik keunikan atas kedua tipe
perbatasan Kalimantan Barat masih lahan tersebut. Mereka diharapkan dapat
merupakan kawasan tertinggal. Sarana dan memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang
prasarana sosial dan ekonomi yang masih dianggap menarik dan dibutuhkan seputar
sangat terbatas. Kendati arah kebijakan pemanfaatan lahan basah dan lahan kering dari
pengelolaan kawasan perbatasan terus lingkungan tempat tinggal mereka. Suatu
menguat namun fakta ketertinggalan masih lingkungan yang bernilai strategis karena
menjadi isu dan tantangan yang relevan hingga berada di Kawasan Perbatasan Indonesia –
kini dan kedepan. Sarawak Malaysia (PKSN lokasi prioritas
Kondisi ketertinggalan di kawasan 2011-2015), sehingga pola pemanfaatan lahan
perbatasan itu, kiranya tidak terlepas dari basah dan lahan kering juga penting untuk
paradigma pembangunan dimasa lalu yang dikaji dalam format pengelolaan kawasan
masih cenderung mengutamakan pada perbatasan.
pendekatan keamanan (security approach) dari Tujuan dari penelitian adalah ingin
pada pendekatan kesejahteraan (prosperity mengetahui persepsi masyarakat terhadap
approach). Strategi kebijakan pengelolaan pemanfaatan lahan basah dan lahan kering di
perbatasan negara yang mengedepankan Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten
pendekatan kesejahteraan, keamanan dan Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat.
lingkungan dalam kerangka perwujudan visi
perbatasan negara sebagai kawasan yang Metode
Aman, Tertib dan Maju yang kemudian
Studi ini menggunakan metode kualitatif,
dijabarkan pula dalam Masterplan Percepatan
yang lebih bersifat pengkajian, pengembangan,
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),
dan penerapan Ipteks-Sosbud, menekankan
kiranya sejalan dengan studi ini. Terlebih
pada penggunaan tipe- tipe penjelasan
makna “Kawasan Maju” juga bertumpu pada
(explanation) dan pemahaman (understanding).
faktor pengelolaan sumber daya secara
Tipe-tipe tersebut digunakan, karena studi ini
berkelanjutan yang artinya pro lingkungan
berusaha untuk menjelaskan pola interaksi dan
hidup (ramah lingkungan). Berangkat dari
relasi masyarakat dan lingkungan (lahan
temuan nantinya tentang persepsi masyarakat
basah dan lahan kering) yang dikaji, yaitu
dalam menanggapi pemanfaatan lahan basah
persepsi masyarakat terhadap Pemanfaatan
dan lahan kering, diharapkan bisa menjadi
Lahan Basah dan Lahan Kering di Kawasan
modal kajian selanjutnya terkait dengan model
Perbatasan Jagoi Babang Kabupaten
sinergitas “Kawasan Perbatasan yang
Bengkayang. Dalam pelaksanaan penelitian di
Aman, Tertib dan Maju, menyongsong visi
lapangan, ditemukan hal-hal yang
2025”.
menunjukkan keragaman persepsi dari subyek
Berdasarkan latar belakang tersebut maka
penelitian yang merepresentasikan kategori
pokok permasalahan yang hendak diteliti
aparatur pemerintah, tokoh masyarakat, petani,
adalah: Bagaimana persepsi masyarakat
pedagang, dan masyarakat setempat.
terhadap pemanfaatan lahan basah dan lahan
Data primer ini kemudian dianalisis dengan
kering di kawasan perbatasan?. Urgensi
merujuk pada analisis fenomenologi Von
pemanfaatan lahan basah dan lahan kering oleh
Eckartsberg (1994), dimana peneliti telah
masyarakat perbatasan perlu direncanakan dan
yang menjabarkan langkah-langkah dalam
diupayakan secara optimal karena disamping
analisis sebagai berikut: pertama,
berdampak meningkatkan kesejahteraan
permasalahan dan perumusan pertanyaan
masyarakat sekaligus dapat memelihara
penelitian dirancang sesuai dengan kapasitas
keseimbangan ekosistem dan lingkungan
subyek penelitian, tentang apa yang mereka
-84-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,JurnalProyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

alami, ketahui dan pahami berkaitan pemanfaatan menjadi satu kesatuan berupa tabulasi matrik.
lahan basah dan lahan kering dari sudut pandang Ketiga, adalah membuat sintesis makna
masing-masing. Kedua, adalah membuat narasi tekstural dan struktural untuk memperoleh
yang berasal dari hasil wawancara dengan esensi pengalaman. Keempat, membuat
subjek. Narasi yang dibuat berasal dari hasil ringkasan, mendeskripsikan implikasi dan
wawancara dengan subjek yang melakukan penelitian yang dilakukan berdasarkan dari
interprestasi terhadap pemanfaatan lahan temuan (findings) yang ada. Kelima, langkah
basah dan lahan kering di Kawasan Perbatasan terakhir adalah komentar penutup berkaitan
Jagoi Babang. Ketiga, setelah data terkumpul dengan pelaksanaan dan tujuan penelitian di
(berdasarkan hasil wawancara atau dialog masa mendatang.
dengan subjek), maka peneliti Lokasi penelitian dilaksanakan di
mengungkapkan konfigurasi makna, baik Kabupaten Bengkayang khususnya di 2 (dua)
struktur makna maupun bagaimana makna Desa di Kecamatan Jagoi Babang yakni
tersebut diciptakan. Desa Jagoi dan Desa Sekida. Kedua Desa ini
Teknik pengolahan data mengacu pada dipilih karena merupakan dua Desa di
langkah-langkah analisis fenomenologi model Kecamatan jagoi Babang yang langsung
Van Kaam (1994). Prosedur yang ditempuh berbatasan dengan Serawak- Malaysia Timur.
adalah: Pertama, pengorganisasian, analisis, Subjek dalam penelitian ini adalah mewakili
dan sintesis data yang dilakukan peneliti kelompok aparatur, tokoh masyarakat, petani,
adalah mengembangkan deskripsi tekstural dan masyarakat setempat. Objek penelitian
dan struktural individu berdasarkan hasil adalah lahan basah dan lahan kering di Desa
wawancara tersebut. Deskripsi tekstural berupa Jagoi dan Sekida, Kantor Desa Jagoi, Kantor
substansi pemahaman yang dipersepsikan Kecamatan Jagoi Babang, Kantor BP3K
informan terhadap konteks pemanfaatan lahan (Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
basah dan lahan kering dari sisi strukturalnya Kehutanan) Dusun Sei Take, Kantor Dinas
sebagai pelaku, objek eksisting dan situasi Pertanian di Kota Bengkayang, Kantor Badan
yang digambarkan. Kedua, langkah berikutnya Pengelola Perbatasan serta Pedesaan di Sekida
adalah menggabungkan (composite) deskripsi dan Jagoi.
tekstural dan struktural individu tersebut

Gambar 1.
Peta Wilayah Kabupaten Bengkayang
Sumber: Bappeda Kabupaten Bengkayang

-85-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,JurnalProyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Tabel. 1. Kecamatan dan Desa


Kabupaten Bengkayang berbatasan langsung
dengan Sarawak (Malaysia Timur)

No Kec NamaDesa Nama Dusun Batasan Dengan


Gumbang
1.Pa’up Padangpan (Sarawak-
1.1.Siding 2.Lundung Malaysia)
Trenggos
1 Siding 1.2.Tangguh Kapot Rasau dan Serampit
1.3.Sungkung II
1.4.SungkungIII
2.1.Jagoi Jagoi Serikin (Sarawak –Malaysia)
2.2.Sekida Kindau Stass dan Rasau
2.3.Sinar Baru Peleng Serampit
2 Jagoi
Rasau dan Serampit
Babang 2.4.Semunying Jaya Pareh
Sumber : Atlas Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat, 2007.

Hasil dan Pembahasan


Persepsi masyarakat yang dimaksud pikir fenomenologi yang bersifat
dalam penelitian ini adalah sebuah proses multiperspektif dalam rangka menarik
dimana sekelompok individu yang hidup kesimpulan yang mantap. Dari persepsi yang
dan tinggal bersama dalam kawasan terungkap lalu diolah, dideskripsikan secara
perbatasan Jagoi Babang di Kabupaten struktural dan tekstural, digabungkan
Bengkayang mampu mengorganisir kesan (composite) dalam satu kesatuan matrik,
inderawi, menafsirkan dan menanggapi hal- kemudian disentesakan dengan memilah
hal yang dianggap menarik dari lingkungan konfigurasi makna yang serupa atau
tempat tinggal mereka terkait dengan mendekati kedalam beberapa isyu yang
fenomena pemanfaatan lahan basah dan lahan terkait dengan persepsi pemanfaatan lahan,
kering. yakni: 1). Potensi, pemanfaatan dan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam produktivitas lahan; 2). Sumber daya, sarana
dan diskusi dengan para informan dari dan prasarana; 3). Potensi dan peluang pasar,
kelompok warga, tokoh masyarakat, petani, produk, pemasaran dan nilai ekonomi; 4).
dan aparatur pemerintah yang diperoleh saat Prilaku sosial; 5). Ancaman, gangguan,
penelitian lapangan di kecamatan Jagoi hambatan dan dampak; 6). Tata kelola,
Babang dan Kota Bengkayang yang kelembagaan dan personil; 7). Komitmen,
dilaksanakan pada 10-14 Juni dan 23-27 kebijakan dan regulasi. Keseluruhan isyu ini
Agustus 2014, terhimpun sejumlah data diklasifikasikan berdasarkan kecenderungan
primer yang beresensi pengalaman dan dan derajat pemahaman masing-masing
perspektif berbeda dari masing-masing subyek sehingga pada akhirnya dapat
informan. diketahui konfigurasi makna yang beresensi
Persepsi terhadap pemanfaatan lahan dari pengalaman dan kesenjangan persepsi yang
berbagai sudut pandang anggota kelompok terjadi.
masyarakat ini kiranya sejalan dengan pola

-86-
FISIP Universitas Tanjungpura
©2015,JurnalProyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri,
Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Model 1:Pemahaman Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan


Struktural Deskripsi
Pelaku  Lahan banyak digarap sebagai
Tekstural
lahan sawah dengan sumber air
Persepsi dari pegunungan baik yang diusahakan pemerintah maupun
swadaya masyarakat.
 Petani ladang semakin berkurang sekitar 30-40% dan mulai
beralih ke petani sawah.
 Kepemilikan lahan umumnya warisan keluarga yang kemudian
dibagi-bagi menjadi lahan sawah pertanian.
 Lokasi yang tergolong berhasil dalam pengolahan sawahdi
Desa Jagoi berada di Dusun Sui. Gembul dan Sui. Gare di
Dusun Risau.
 Masyarakat lebih tertarik pada pekerjaan lain daripada bertani :
misal : ojek, bejerja di Malaysia, bidai, berdagang (diluar hasil
pertanian) di Serikin Malaysia.

Target/  Ada 2 kelompok tani sawah, di Dusun Sui. Gembul


Objek/ termasuk berhasil dengan produktivitas padi mencapai puluhan
Eksisting ton.
 Hanya ada 1 orang PPL yang berkantor di Dusun Sake yang
melakukan fungsi penyuluhan kepada kelompok tani secara
berkala.
 Sayuran jenis cabe banyak ditanam petani Jagoi yang kemudian
dijual di pasar Serikin.
 Sayuran lebih banyak dari Sanggau Ledo yang dibawa
berkendara motor oleh petani untuk di jual ke Serikin Malaysia.
 Jagoi juga dikenal sebagai sentra penghasil Bidai sejenis
kerajinan tangan khas Bengkayang. namun pembeli
kebanyakan dari Malaysia karena harga jual cukup tinggi atas
produk tersebut. Sayangnya, Bidai lebih dikenal sebagai
produk Malaysia.
 Bahan dasar pembuatan bidai bersumber dari lokal (bambu dan
resam) yang tumbuh liar di pinggiran dan bebukitan Jagoi.

-87-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Situasi  Jagoibabang berkembang semakin ramai dengan


adanya pendatang yang bekerja diantaranya pegawai-
pegawai yang menetap 4 - 5 tahun di sini.
 Ada bantuan alat pertanian (hand traktor) dari menteri
pertanian, bantuan dikirim usai 1 minggu pasca kunjungan
menteri. 1 kelompok (20 orang) dibantu 2 unit.
 Ada bantuan dari keuskupan agung Pontianak kepada
petani dalam mengatasi gangguan hama dengan
memanfaatkan cara alami seperti dari buah-buah kayu untuk
membasmi tikus yang kesemuanya diolah masyarakat petani
lewat bimbingan tenaga ahli dari pihak keuskupan.
 Bantuan ternak kambing dan sapi namun kurang sukses.
Ternak yang maju terletak di Ds Belida bahkan banyak
penambahan ternak yang dikelola penduduk, untuk
penyuntikan hewan dilakukan petugas dari Sanggau Ledo.

Analisis Model 1:

Dalam model 1 di atas telah terjadi sebelumnya bermata pencaharian sebagai


perubahan orientasi: Pertama, perubahan petani beralih menjadi tukang ojek, buruh
orientasi cara menggarap lahan dari sistem tukang, pedagang lintas batas, dan bahkan
perladangan ke sistem persawahan. Sistem bekerja sebagai buruh di Sarawak. Belum
persawahan adalah sistem pertanian diketahui secara pasti apakah perubahan
menetap dan semi modern yang ini bersifat permanen atau paruh waktu
mebutuhkan pengatahuan, alat produksi, (midterm). Apabila paruh waktu berarti
dan pasar. Pengolahan lahan persawahan mereka masih melakukan pekerjaan
membutuhkan perhatian lebih daripada sebagai petani. Mereka memanfaatkan
lahan perladangan, baik dalam lahan, waktu luang menunggu panen untuk
irigasi, bibit, pupuk, racun, masa tanam, menghasilkan uang segar. Tetapi apabila
sampai kemasan dan produksi. Dilihat dari perubahan permanen, maka persepsi
latar belakang pelaku persepsi yang rata- masyarakat terhadap lahan basah dan
rata berpendidikan rendah dengan tingkat lahan kering negatif. Dengan kata lain
ekonomi yang rendah pula, maka lahan persawahan tidak menopang
dibutuhkan input (masukan) pengetahuan penghidupan mereka. Namun, contoh
dan praktek pengelolaan persawahan. kasus di Desa Jagoi Dusun Sungai
Bentuk input bisa berupa sosialisasi dari Gembul dan Dusun Sungai Gare justru
pemerintah daerah maupun Lembaga menunjukkan keberhasilan para petani
Swadaya Masyarakat (LSM), pelatihan, sawah. Perspesi masyarakat di kedua
magang maupun studi banding. dusun ini terhadap lahan basah dan kering
Keberadaan PPL yang masih kurang patut positif. Kedua dusun ini bisa dijadikan
untuk diperhatikan. sebagai dusun percontohan untuk program
Kedua, perubahan orientasi lapangan peningkatan produktivitas lahan pertanian
pekerjaan. Pelaku persepsi yang basah atau kering.

-88-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Model 2: Pemahaman tokoh masyarakat terhadap pemanfaatan lahan


Struktural Deskripsi Tekstural
Pelaku  Kondisi sekarang tepatnya bulan September ini lahan pertanian
Persepsi sudah mendekati masa panen.

Target/  Bisa 2 kali panen biasanya tapi karena pengaruh cuaca pada
Objek/ tahun 2013 pertanian mengalami kegagalan panen karena
Eksisting musim kering yang panjang mengakibatkan pengairan lahan
terganggu.
 Petugas/penyuluh kurang. Penyuluh kadang melakukan
pertemuan dengan kelompok petani, orang untuk 1 kecamatan.
Situasi  Susah juga untuk mengadakan pertemuan dan bimbingan secara
intensif karena letak desa-desanya yang berjauhan dan sulit
dijangkau. Ditambah lagi dengan jalur yang ditempuh antar
dusun sangat buruk yang terkadang hanya bisa ditempuh dengan
jalan kaki berkilometer, tanpa menggunakan kendaraan motor
sebagai sarana transportasi yang biasa digunakan ke lapangan
untuk pergi menyuluh.

Analisis Model 2:
Perspesi tokoh masyarakat terkait hujan dan suplai irigasi yang bergantung
dengan pemanfaatan lahan basah dan pada aliran sungai. Ketika intensitas hujan
kering meliputi 4 (empat) aspek penting, berkurang otomatis ketersediaan sumber
yaitu waktu, iklim, geografis, dan aktor. air juga menipis. Aspek geografis atau
Aspek waktu dikaitkan dengan bulan jarak. Letak antar desa yang berjauhan
panen padi sawah, yiatu bulan september. ditambah dengan infrastruktur yang tidak
Aspek iklim dikaitkan dengan kegagalan memadai bedampak pada rentang kendali
panen. Petani pada tahun 2013 mengalami dan komunikasi. Aspek aktor yang dalam
gagal panen karena musim kering hal ini adalah petugas di lapangan (PPL)
(kemarau) berkepanjangan. yang jumlahnya minim, sehingga tidak
Pada umumnya yang dilaklukan oleh mampu menangani petani yang tersebar di
petani adalah sistem persawahan tadah desa-desa yang jauh.

-89-
FISIP Universitas Tanjungpura
©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri,
Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Model 3: Pemahaman petani terhadap pemanfaatan lahan

Struktural Deskripsi Tekstural


Pelaku  Pertanian kurang maju, orang kampung juga bercocok tani
Persepsi sawah tadah hujan hanya kurang maju. karena tidak ada saluran
pengairan. Irigasi, kurang sosialisasi PPL
 Panen yang berhasil di Risau, Jagoi Babang
 Sumber air ada tapi tidak pengaturan irigasi yang baik.
 Hasil tani yang dijual belikan berupa kacang panjang, sawi,
timun, kol, petai, jengkol, ubi rambat, ubi singkong, sahang
hitam, sahang putih, kayu, dan buah-buahan hutan. Kalo jual
sudah kenal touke jadi sudah ada kesepakatan harga jual beli
dan barang yang akan dijual.
Target/  sewa lapak di Sirikin 70 ringgit/ bulan,
Objek/  Hasil tani dijual sendiri, tanaman kangkung bayam mentimun,
Eksisting kacang panjang dijual eceran.
 Hasil tani kadang didatangkan dari Sanggau Ledo yang berjarak
20 km dari Jagoi, jika belum panen untuk dijual di pasar
Serikin.
 Jual Beli ringgit 3.800,-/ringgit utk yang mau masuk
malaysia, modal 3.600/ringgit untung 200 ribu kalo terjual 100
ringgit.
 Masuk cap tebeng masuk ke Serikin 2 ringgit 1 hari, 1 minggu
Situasi  5Hasil
ringgit,
tani1 bulan
banyak12 dijual
ringgit.ke Sirikin menggunakan kendaraan
motor atau mobil pada hari Kamis-Minggu ,dijual eceran atau
ke touke2 per- ton untuk mengejar ringgit walau resiko besar.
 Mempengaruhi pendapatan juga dengan banyaknya potongan
Biaya tadi tapi masih banyak yang memilih untuk menjual ke
Serikin , apalagi kalau ringgit naik, contoh kacang panjang paling
mahal 6000-7000 disini, tapi di Sirikin bisa 2,5 -3 ringgit
paling murah jadi kalo dirupiahkan 9000-12000 (3600/1
ringgit).

Analisis Model 3: mengolah lahan tidak mampu menopang


Pemahaman petani terhadap kehidupan keluarga. Pada musim kemarau
pemanfaatan lahan. Pertama, kendala tidak banyak yang bisa mereka hasilkan.
lahan adalah rendahnya ketersediaan Untuk mengantisipasi ini mereka
infrastruktur sepertu irigasi permaanen, mendatangkan sayur dari kecamatan lain
sehingga petani bergantung pada seperti Sanggau Ledo.
ketersediaan air alam. Dalam hal ini para Kedua, pasar tersedia di Serikin. Daya
petani sesungguhnya melihat adanya serap pasar Serikin untuk hasil tani dan
potensi lahan basah atau kering di desa hutan asal Jagoi dan sekitarnya sangat
mereka, tetapi karena dukungan besar untuk setiap minggu, terutama pada
sosialisasi (PPL) dan infrastruktur dari hari kamis hingga minggu (hari bukanya
pemerintah kurang maka persepsi positif pasar Serikin). Selain itu, para petani
ini mberubah menjadi negatif bahwa
memiliki ‘tauke’ atau ‘bos’ yang mau menampung hasil pertanian mereka.
-90-
FISIP Universitas Tanjungpura
©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri,
Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Ketiga, sebagian petani juga Ini berarti telah terjadi perubahan orientasi
melakukan jual beli mata uang ringgit di pekerjaan. Dalam kasus ini perubahan ini
perbatasan sebagai akibat dari kurang tidak bersifat permanen.
menopangnya pekerjaan sebagai petani.

Model 4: Pemahaman pegawai terhadap pemanfaatan lahan


Struktural Deskripsi
Pelaku  Dulu belum banyak sawahTekstural
produktif tapi sekarang sawah
Persepsi sudah banyak di semua desa, hanya PPL-nya cuma
sedikit jadi
kunjungan hanya bisa 1 bulan sekali, karena waktu dan jarak
yang ditempuh untuk mengadakan kunjungan tidak
memungkinkan kunjungan secara intens. Dengan kondisi
demikian pun belum mampu secara optimal untuk membimbing
petani.
 Usaha tani hanya diusahakan seadanya, mereka tergolong Petani
tradisional yang mengusahakan lahannya untuk kebutuhan
sendiri.
 Untuk sawah, parit pengaturan air sangat penting untuk mengatur
pintu masuk dan keluarnya air ke lahan pertanian.
 Sebenarnya dengan pengusahaan sawah akan lebih
menguntungkan bagi masyarakat dari segi pendapatan,
ketimbang dengan ladang.
 Pola pemanfaatan lahan oleh masyarakat Jagoi sekarang tidak
terlalu berubah dibandingkan waktu sebelumnya. Lain halnya
dengan masyarakat di Sanggau yang lebih maju mengusahakan
lahannya untuk pertanian karena lebih ulet mengusahakan
lahannya. Hal ini berkaitan dengan sikap mental penduduk di
sanggau yang lebih ulet karena mayoritas dari suku Jawa yang
sudah terbiasa bercocok tanam.

-91-
FISIP Universitas Tanjungpura
©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri,
Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Target/  Pengadaan sayur biasanya dari luar, pedagang sayur keliling


Objek/ bermotor. Bercocok tanam sayur hanya untuk pribadi dan dijual
Eksisting di sekitar, karena hasilnya tidak banyak paling hitungan sekilo.
Lain halnya dengan penjual sayuran di Sirikin, sayur dijual
dalam jumlah besar dan kualitas baik. Sisa hasil tani baru dijual
di seluas dan sanggau. Karena di Sirikin hasil tani di grade kan
lagi berdasarkan kualitas.
 Kebijakan program pembangunan yang berkenaan dengan lahan
masyarakat data dapat diperoleh di musrenbang.
 Sebenarnya kalau diusahakan dengan sawah bisa dipanen 3 kali
dalam setahun, tapi yang masih dicobakan di Jagoi 2 kali dalam
setahun disesuaikan dengan musim tanam padi ladang. Meskipun
banyak yang tidak mengusahakannya, tapi ada beberapa
kelompok tani yang sudah berhasil mengusahakannya. Hama
tikus dan wereng menjadi kendala dalam pengusahaan, tapi
dengan pengaturan musim tanam dan penggunaan pembasmi
hama, hal ini sudah dapat teratasi.

Situasi  Mereka lebih tertarik mengusahakan lahannya dengan berladang


bukan dengan sawah, karena bercocok tanam padi dengan
“tehnik sawah” dianggap lebih repot dan tidak terbiasa karena
sudah secara turun temurun mengusahakan dengan “cara
berladang”. Tebas, bakar, tanam, dibersihkan sewaktu-waktu
bahkan kadang ditinggalkan begitu saja tanpa pemeliharaan yang
rutin lebih dipilih, dari pada dengan bersawah. Tehnik sawah
mengharuskan pembuatan parit untuk pengaturan air, lahan
dicangkul, dipupuk pada waktu-waktu tertentu dan pemeliharaan
yang lebih rutin.

 Terjadi pertukaran jual beli barang. Hasil tani dijual di Serikin,


dari Serikin pedagang membawa barang dagangan lagi produk
dari malaysia, minyak, gula, daging ayam segar dengan kualitas
yang baik dan harga sesuai.
 Penduduk Jagoi Babang lebih berminat menjadi tukang ojek
ketimbang usaha pertanian, karena dianggap lebih
menguntungkan dari segi pendapatan mengingat Jagoi sebagai
lintasan para pedagang dari kota lain (Singkawang, Pontianak)
yang mau berdagang ke Sirikin (Malaysia). Pendapatan bisa
mencapai ratusan ribu per 1 trip (Jagoi-Sirikin), terlebih pada hari
pasar di Sirikin (Kamis-Minggu) pendapatan bisa lebih banyak.

-92-
FISIP Universitas Tanjungpura
©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri,
Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Analisis Model 4: Pemahaman Pegawai 2 Mei 2013.


Pemerintah Bappenas. 2010. Buku Rinci Rencana Induk
Pandangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pengelolaan Perbatasan Negara.
terhadap pemanfaatan lahan. Pertama, http://batas.bappenas.go.id/ diunduh pada
meskipun sistem persawahan sudah 2 Mei 2013.
diperkenalkan oleh pemerintah daerah dan Bappenas. 2010. Profil Wilayah Perbatasan
sudah ada desa-desa percontohan, sebagain Negara Di Provinsi Kalimantan Barat.
masyarakat masih mempraktekkan sistem http://batas.bappenas.go.id/ diunduh pada
perladangan karena sistem ini dinilai lebih 2 Mei 2013.
mudah dan tidak membutuhkan perawatan Bappenas. Profil Wilayah Perbatasan Negara
terus menerus. Selain itu sistem perladangan Kabupaten Bengkayang Provinsi
masih terkait dengan tradisi dan kebudayaan Kalimantan Barat. http://batas.bappenas.go.id/
setempat. Kurangnya PPL dan kunjungan PPL diunduh pada 2 Mei 2013.
karena jarak tempuh antar Desa yang cukup Creswell, John W. 2009. Research Design:
jauh menjadi kendala dalam hal pengetahuan Qualitative, Quantitative and Mixed
warga masyarakat dalam pemanfaatan lahan. Methods Approaches. USA: Sage
Kedua, banyak penduduk Jagoi yang berminat Publications Ltd.
menjadi tukang ojek ketimbang petani. Mereka Diana, 2007. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan
menilai lebih menguntungkan dan dapat Lahan Eksisting dan Optimasi Penggunaan
menopang kehidupan keluarga karena dalam Lahan Kering Berkelanjutan dengan
satu kali antaran (perjalanan) misalnya dari Usaha Tani Tanaman pangan di
Jagoi ke Serikin, mereka bisa mengantongi Kecamatan Sungai Raya Kabupaten
uang ratusan ribu rupiah. Ini berarti persepsi Pontianak. Tesis. Bogor: Institut Pertanian
mereka terhadap pengolahan lahan baik lahan Bogor.
basah maupun kering rendah Daryono, H. 2000. Kondisi Setelah Penebangan
dan Pemilihan Jenis Pohon yang Sesuai
Simpulan Untuk Rehabilitasi dan Pengembangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih Hutan Tanaman di Lahan Rawa Rambut
terdapat kesenjangan persepsi dalam dan Ekspose Hasil Penelitian di Hutan
masyarakat perbatasan tentang pemanfaatan Lahan Basah. BTR.Banjarbaru. Puslitbang
lahan. Kesenjangan persepsi ini disebabkan Hutan dan Konservasi Alam.Bogor.
oleh kesenjangan status sosial, tingkat Departemen Kehutanan. 2005. Pembangunan
pendidikan dan kurangnya sosialisasi Hutan Tanaman di Lahan
pemerintah tentang pentingnya pemanfaatan Gambut.Direktorat Jenderal Bina Produksi
lahan. Rendahnya tingkat pendidikan dan sosial Kehutanan. Seminar Pembangunan HTI di
ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan Lahan Gambut. Tantangan dan Realitas.
Jagoi Babang dan kurangnya sosialisasi Hal 3-4. Bogor, 14 September. 2005.
pemerintah tersebut, mengantarkan kepada Diemont, W.H., Nabuurs, G.J., Rieley, J.O., and
suatu kesimpulan bahwa secara umum Rijksen, H.D. 1997. Climate Change and
masyarakat masih belum menyadari Managemnet of Tropical Peatlands as a
pentingnya pemanfaatan lahan di wilayah Carbon Reservoir. In Biodiversity and
perbatasan. Sustainability of Tropical Peatlands.(Eds
J.O Rieley and S.E. Page) Samara
Referensi Publishing. Cardigan,UK. Pp. 363-368.
ESRI, 1990. Understanding GIS: The
Badan Nasional Pengelola Perbatasan– RI. Arc/Info Method Environmental System
2010. Grand Design Pengelolaan Batas research Institute, Redlands, CA. USA.
Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Hidyat, A. dan A.Mulyani, 2002. Lahan kering
Di Indonesia Tahun 2011–2025. untuk pertanian.hlm. 1-34 dalam Teknologi
http://potensiperbatasan.info. Diunduh pada Pengelolaan Lahan Kering Menuju

-93-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora
Vol. 20. No.1, Juni 2015
ISSN 2442-3424

Pertanian Produktif dan Ramah kualitatif.html. Diunduh pada 19


Lingkungan. Pusat Penelitian dan Agustus 2014
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. ODAS, 2011. Pengelolaan Lahan Basah
Badan Litbang Pertanian. Berbasis Masyarakat Yang Berkelanjutan
Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, danPerilaku Dalam Kerangka Mitigasi dan Adaptasi
Masyarakat terhadap Air Perubahan Iklim di Provinsi Kalimantan
Sungai:KasusProgram Kali Bersih di Barat. http://forestclimatecenter.org.
Kaligareng, Jawa Tengah [tesis]. Bogor: diunduh pada 2 Mei 2013.
Program Pascasarjana, InstitutPertanian Pemda Kalbar. Potensi Pengembangan Jagung
Bogor. di Kalimantan Barat.
Mulyani, A.2006. Potensi Lahan Kering http://regionalinvestment.bkpm.go.id/
Masam untuk Pengembangan Pertanian. diunduh pada 2 Mei 2013.
Bogor: Warta Penelitian dan Page SE, and J.O. Rieley. 1998. “Tropical
Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 2, Peatlands : a Rieview of Their Natural
2006. Resources Functions with Particular
Muchtar, T. 1998. Hubungan Karakteristik Elit Reference to Southeast Asia”. International
Formal dan Elit Informal Desa Dengan Peat Jurnal
Persepsi dan Tingkat Partisipasi Mereka Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
dalam Program P3DTdi Kabupaten 14/Permentan/PL.110/2/2009. Tentang
Sukabumi [tesis]. Bogor: Program Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Untuk Budidaya Kelapa Sawit.
Notohadiprawira,T. 1997. Twenty-Five years Prentice, C. 1990. Environmental Action Plan
Experience in Peatland for For The North Selangor Peat Swamp Forest
Developmentand For Agriculture in . Asian Wetland Bureau/WWF Malaysia,
Indonesia. In Biodiversity and Kuala Lumpur. Malaysia.
Sustainability of Tropical Peatlands (Eds Riadi,M.2012. Teori Persepsi. KajianPustaka:
Riely ,JO and S.E Page ). Samara http://kajianpustaka.com; diunduh pada 2
Publishing.Ltd. pp 301-309. Mei,2013.
Nugroho, Budi, Triangulasi Pada Sarwono. S. W. 2002. Psikologi Sosial
p e n elitian Kualitatif. Individu danTeori Psikologi Sosial. Balai
http://www.pdii.lipi.go.id/read/2013/04/04 Pustaka. Jakarta.
/triangulasi-pada-penelitian-

-94-
FISIP Universitas Tanjungpura ©2015,Jurnal Proyeksi
http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/Proyeksi Nurfitri, Deni, 82-94

Anda mungkin juga menyukai