I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Bangsa majemuk yang beragam suku,
etnis, bahasa adat, agama dan lainnya yang masing-masing
memiliki karakteristik. Karakteristik yang khusus tersebut pada
dasarnya memiliki kearifan yang merupakan sumber nilai dan
inpirasi dalam merajut dan menapaki kehidupan ini.
Kearifan lokal itu tentu tidak muncul serta-merta, tapi
berproses panjang sehingga akhirnya terbukti, hal itu mengandung
kebaikan bagi kehidupan mereka. Keterujiannya dalam sisi ini
membuat kearifan lokal menjadi budaya yang mentradisi, melekat
kuat pada kehidupan masyarakat. Namun dari waktu ke waktu nilainilai luhur itu mulai meredup, memudar, kehilangan makna
substantifnya. Lalu yang tertinggal hanya kulit permukaan semata,
menjadi simbol yang tanpa arti. Bahkan akhir-akhir ini budaya
masyarakat
hampir
menampakkan
Kehadirannya
diri
tak
secara
sekadar
lebih
keseluruhan
pajangan
untuk
mengalami
yang
reduksi,
sarat
formalitas.
dan
mengeruk
komersialisasi
tentang
pemanfaatan
sumber
daya
alam.
Praktek
menjadi
pertanian
modern
yang
terus-menerus
ini
terjadi
seiring
pengetahuan
tentang
dengan
melemahnya
kearifan
lokal
dalam
penerapan
mengelola
serta
alam
(Nababan, 1995).
Semakin hari dapat kita rasakan terjadinnya peningkatan baik
luasan maupun intensitas degradasi sumber daya lahan dan
lingkungan serta pencemaran baik di bioesfer, hidrosfer, maupun
atmosfer
karena
praktik
pertanian
modern
yang
tidak
lagi
generasi
ke
generasi.
Hal
ini
menunjukkan
pentingnya
II.
PEMBAHASAN
menurun
karena
kesalahan
dalam
pemanfaatan
dan
hidupnya,
menciptakan
suatu
pola
perilaku
yang
kedalam
beberapa
jenis
yaitu:
Pukung
kawasan
tersebut
sebagai
dikembangkan
atau
dilestarikan
orang
halus
siapapun tidak boleh menjamah tempat ini, tanpa permisi dan seijin
dengan penghuni kawasan hutan tersebut.
Sahepan merupakan kawasan tanah adat Dayak Undau Mau
dikelola
dan
dikembangkan
menjadi
hutan
produksi
tempat
kawasan
tanah
adat
mencakup
beberapa nama yang jauh dari DAS (sungai) besar. Akan tetapi
dibagian
ujung
anak
sungai
kolam),
kecil
wilayah
baruh/loto (kolam
tersebut
alami)
dan
sekelilingnya
ditumbuhi
kayu
yang
besar
dan
tempat
ikan
berkembang biak.
Bahu adalah kawasan tanah adat Dayak Undau Mau yang
setiap tahunnya dikelola atau digarap serta digunakan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai sandang pangan. Sifat
kawasan tersebut lebih ke kawasan perluasan lahan pertanian padi
gunung, sayur mayur dan palawija.
Pengaturan peruntukan dan pemanfaatan lahan ini sama
halnya dengan sistem Modern yaitu dengan Sistem Informasi
Geografi dimana suatu lahan dikelaskan sesuai daya dukung
lingkungan
yang
ada
kemudian
diklasifikasikan.
Dengan
ini
menekankan
pada
pembagian
kawasan
tahan
adat,
nafkah
sehari-hari
untuk
kebutuhan
rumah
tangga.
serta
di
lestarikan
dan
kawasan
ini
sebagai
tempat
bagi
warga
setempat
dan
daerah.
Kehidupan
karena
untuk
mencapai
kesejahteraan ekonomi
bahkan
masyarakat.
Padahal,
berpengarugh
dengan
internasional
masih
kepada
luasan
mata
telah
membatasi
daya
jelajah
pencaharian
bergantungnya
kehidupan
daya
jelajah
tersebut
sangat
masyarakat,
seiring
masyarakat
kepada
KESIMPULAN
peruntukan
dan
pemanfaatan
lahan
serta
ekonomi
bagi
masyarakanya,
selain
itu
Daftar Pustaka
Hotibin. 2013. Sekilas Tentang Kearifan Lokal Masyararakat. www.
KangEbink.blogspot.com Diakses pada 07/12/2015 pukul
13:07
Nababan, 1995. Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Di
Indonesia. Jurnal Analisis CSIS : Kebudayaan, Kearifan
Tradisional dan Pelestarian Lingkungan. Tahun XXIV No. 6
Tahun 1995
Rengganis, Rofiah. 2013. Membandingkan Kearifan Suku Baduy
Dalam Dengan Kearifan Lokal Suku Dayak Klaimantan Pada
Arus Modernisasi. Yogyakarta: UGM
Supriatna, Jatna. 2013. Peran Kearifan Lokal Dan Ilmu-Ilmu
Kepribumian Dalam Pelestarian Lingkungan . Research Center
of Climate Chage: Universitas Indonesia
Sartini, 2004. Menggali Kearifan Lokal. Jurnal Filsafat, Agustus 2004,
Jilid 37, Nomor 2